BAB  2
KAJIAN  PUSTAKA 
2.1 Penelitian sebelumnya (State of The Art) 
Jurnal  Understanding  Corporate  Rebranding:  An  Evolution  Theory 
Perspective  yang ditulis oleh Alexander C. Tevi dan Olutayo Otubanjo dimuat dalam
International  Journal  of  Marketing  Studies  5.3,  bertujuan  untuk  menciptakan 
pemahaman  dasar  mengenai  penyebab   internal  maupun  eksternal  yang  memicu 
aktifitas  re-branding  serta  proses  re-branding  perusahaan.  Penelitian  ini  juga 
membentuk  definisi  re-branding  baru  yang  sangat  berguna  demi  pemahaman  pada 
penelitian ini. (Tevi & Otubanjo, 2013:87-93) 
Jurnal  karan gan  Tevi  dan  Otubanjo  memandang  aktifitas  re-branding  dari 
sebuah  teori  evolusi  melalui  seleksi  alam,  yang  menyamakan  perusahaan  dengan 
tubuh manusia,  sedan gkan  di  dalam  penelitian  yang  dilakukan  dalam  karya  tulis 
ini, 
re-branding dilakukan dengan terfokus kepada kepribadian di dalam tubuh manusia. 
Jurnal  Organizational  Identity  and  the  Re-branding  of  the  YMCA  (Young
Men's  Christian  Association)  yang  ditulis  oleh  Amber  Stephenson  dimuat  dalam
Scholarly  Journals membahas fenomena dana  pemerintah yang terus menurun dalam 
membiayai  organisasi  n on-profit  nasional,  salah  satunya  adalah  organisasi  YMCA, 
yang  sekaligus  membentuk  keunikan  dalam  penelitian  yang  dilakukan  dalam  karya 
tulis ini karena membahas mengenai perusahaan b erorientasi profit. 
Kegiatan  branding bertujuan untuk menyampaikan  pesan  organisasi  kepada
para  pemangku  kepentingan  serta  meningkatkan  keterlibatan  masyarakat  dalam 
kegiatan  kemanusiaan.  Pada  akhirn ya,  YMCA  memutuskan  untuk  melakukan  re-
branding  pada  tahun  2010  dan  penelitian  ini  menguji  peran  identitas  organisasi 
melalui  kegiatan  re-branding  dan  men ghasilkan  kesimpulan  yang  menunjukkan 
bahwa re-branding yan g dilakukan YMCA  menghasilkan  sebuah citra  dan ungkapan 
identitas baru organisasi. (Stephenson, 2013:101-119)
    Jurnal  Of  Logos,  Owners,  and  Cultural  Intermediaries:  Defining  an  Elite 
Discourse  in  Re-branding  Practices  at  Three  Private  Canadian  Television  Stations 
yang ditulis oleh Christopher  Ali dimuat  dalam Canadian  Journal of C ommunication 
vol.  37,  membahas  fenomena  "corporate  insecurity"  atau  rasa  tidak  aman  yang
dirasakan  oleh  tiga  perusahaan  akib at  kompetisi  dengan  p ara  kompetitor  dalam 
  
industri  pertelevisian  yang  sekaligus  membentuk  keunikan  dalam  penelitian  yan g 
dilakukan  dalam  karya  tulis  ini  karena  membahas  mengenai  industri  penerbangan  
komersial  yang  melakukan  kegiatan  joint  venture  antara  dua  perusahaan.  Oleh 
karena  itu,  solusi  untuk  keluar  dari  rasa  tidak  aman  tersebut  adalah  melakukan  
kegiatan  re-branding.  Penelitian  memilih  tiga  stasiun  televisi  swasta  yaitu  CKY, 
CKND,  dan  MTN.  Hasil  penelitian  tersebut  menemukan  faktor  yan g  memicu 
bersatun ya  tiga  stasiun  televisi  yang  membentuk  sebuah  logo  dan 
merek  tunggal 
serta  manfaat  dan  tantangan   yang  dihadapi  d alam  melakukan  kegiatan   re-branding.  
(Ali, 2012:259-279)
  Jurnal  The  Effect  of  Brand  Associations  on  Customer  Loyalty:  Empirical 
Study  on  Mobile  Devices  in  Jordan  yang  ditulis  oleh  Dr.  Ghaith  Mustafa  Al-
Abdallah  dan  Dr.  Assd  H.  Abo-Rumman  dimuat  dalam  American  Academic  & 
Scholarly  Research  Journal  5.1,  membahas  pentingnya  pengelolaan  asosiasi  merek  
demi  mencapai  loyalitas konsumen sebagai  kebutuhan dasar  perusahaan  untuk  dapat 
bertahan  di  kompetisi  bisnis  dengan  pendekatan   kuantitatif,  sedangkan  penelitian 
dalam  karya  tulis  ini  mengangkat  pengelolaan  asosiasi  merek  tersebut  dengan 
pendekatan  ku alitatif.  Oleh  karena  itu,  memahami  sebelas  dimensi  asosiasi  merek 
(disusun  oleh  Aaker)  yang  mempengaruhi  loyalitas  konsumen  di  bidan g  perangkat 
mobile di Yordania akan  membantu  perusahaan  dalam  mempersiapkan strategi yan g 
tepat  dan  pengembangan 
produk  baru.  (Al-Abdallah  &  Abo-Rumman,  2013:122-
134) 
  Jurnal  Attributes  and  benefits  of  branded  bread:  case  Artesaani  yan g  ditulis 
oleh Irma  Tikkanen dan Mari Vääriskoski, dimuat dalam British Food Journal  112.9 
menggambarkan  sembilan  brand  attributes  roti  yang  terdiri  atas  bahan  baku,  rasa, 
cara  pengolahan,  karakteristik  roti,  penampilan  luar,  kualitas,  asal,  paket  dan 
perbandingannya  dengan pesaing serta  enam brand  benefits roti  yang dirasakan  oleh 
konsumen  seperti  termasuk  di  dalamnya  fungsional,  emosional,  penunjukkan  diri, 
sosial  dan harga. Jurnal ini menjelaskan konsep  identitas  dan citra  merek  roti  sebagai 
perusahaan  produk  sedangkan  dalam  penelitian  dalam  kar ya  tulis  ini  mengangkat 
perusahaan  jasa.  Hasil  penelitian  ini  juga  menghasilkan  informasi  berharga  bagi 
perusahaan  periklanan  dalam  merancang  pesan  iklan  makanan,  khususnya  roti 
dengan  merek  yang  mahal  sedan gkan  Tigerair  Mandala  merupakan  sebuah  budget 
airline.  (Tikkanen &  Vaariskoski, 2010:1033-1043) 
  
  Secara  garis  besar,  kelima  jurnal  terdahulu  dap
digambarkan  melalui  tabel 
berikut ini:  
Tabel 2.1 Tabel Perbandingan Penelitian Sebelumnya
Tempat &
Populasi &
No  Judul Penelitian
Tahun
Pendekatan
Informan
Penelitian
Understanding Corporate
Rebranding : An Evolution
Theory Perspective
Oleh : Alexander C. Tevi dan 
Toronto, 
1.  
Olutayo Otubanjo dari School 
of Media and Communication 
2013  Kualitatif  -
& Lagos Business School,
Pan-African University, 
Lagos, Nigeria 
Organizational Identity and
YMCA 
(Young 
the Rebranding of the YMCA
Coatesville, 
2.  
Men's
Oleh : Amber Stephenson
2013  Kualitatif 
Christian
dari Pennsylvania
Association) 
Sociological Society
Of Logos, Owners, and
Tiga stasiun 
Cultural Intermediaries:
televisi 
Defining an Elite Discourse 
in Re-branding Practices at
swasta 
Toronto, 
(CKY, 
3. 
Three Private Canadian
Kualitatif 
2012 
CKND, 
Television Stations
MTN) di 
Winnipeg, 
Oleh : Christopher Ali dari
Canada 
University of Pennsylvania
  
Tabel 2.1 Tabel Perbandingan Penelitian Sebelumnya (Lanjutan)
The Effect of Brand
Associations on Customer
Loyalty: Empirical Study on
Mobile Devices in Jordan
421 orang 
Utica, 
4. 
Kuantitatif  
mahasiswa 
2013 
Oleh ; Dr. Ghaith Mustafa
di Yordania 
Al-Abdallah dan Dr. Assd H.
Abo-Rumman dari Applied
Science University
Attributes and benefits of
branded bread: case
114 orang 
Artesaani
konsumen 
dalam 
Oleh : Irma Tikkanen dan
Bradford, 
5.  
supermarket 
Mari Vääriskoski dari
2010  Kuantitatif  
yang dekat 
University of Eastern
dengan toko 
Findland, K uopio & Laurea
Artesaani 
University of Applied
Sciences, Espoo
2.2 Landasan Konseptual
Karya  tulis  ini  menggunakan  beberapa  konsep  yan g  menjadi  acuan  dalam 
proses  analisa.  Berikut  adalah  konsep-konsep  yang  memberikan  sumbangan 
pemahaman  dan  menjadi  landasan  analisa  untuk  melihat  gambaran  aktifitas 
perusahaan serta strategi perusahaan dalam mencari solusi permasalahan yang ada.  
1.2.1  Komunikasi
°°
° 
1.2.1.1. Model Komunikasi 360 °
Model  komunikasi  360  derajat  menurut  Blair,  Richard,  dan
Mike  Murphy d alam buku  Brand Operation  menggambarkan  macam-
macam  str ategi  serta  b erbagai  alat  komunikasi  yang  dapat  digunakan 
  
oleh  perusahaan.  Alat  komunikasi  tersebut  dibagi  menjadi  empat  kategori  utama 
yaitu  virtual,  physical,  static,  dan  dynamic.  Keempat  kategori  tersebut  membuka 
kemungkinan dalam penggabungan kategori media yang dapat digunakan perusahaan 
dalam berkomunikasi dengan publik. (Kartajaya, 2010:94)   
Kategori  virtual  men ggolongkan  berbagai  komunikasi  yang  dilakukan 
perusahaan  dengan  menggunakan  media  dunia  maya  atau  umum  dikenal  sebagai 
internet.  Kategori  ini  mencakup  web  casting,  static  web  pages,  interactive  web 
pages, email dan newsletter, serta on-line chatting dan instant messenger. 
Kategori  physical  merupakan  kebalikan  dari  kategori  visual  yang 
menggunakan  media  yang  dapat  dilihat  di  dunia  nyata  atau  bersifat  fisik  yang 
mencakup  brochure,  company  profile,  laporan  perusahaan  yang  dipublikasikan,
corporate dan financial advertising, serta magazine. 
Kategori  static  merupakan  bentuk  komunikasi  yan g  menggunakan  media 
yang  bersifat  statis/diam  dalam  jangka  waktu  tertentu,  contohnya
billboard/signboard serta commercial advertising dan yellow pages.  
Kategori  dynamic  merupakan  kebalikan  dari  kategori  static  yang 
menggunakan  media  yang  dinamis/bergerak  serta  berubah  dalam  waktu  yang  relatif 
cepat,  termasuk  di  dalamnya  public  relations,  call  centre,  seminar,  corporate 
exhibition  dan  demo   store,  compan y  visit  dan  society,  special  program  dan  events, 
serta co-branding events. 
Gambar 2.1 Model Komunikasi 360 derajat
 
(Sumber: Kartajaya, Brand Operations, 2010:94) 
  
2.2.2 Public Relations
2.2.2.1 Definisi Public Relations 
Public  Relations  menurut  beberap a  pakar  dan  praktisi  diartikan
berbeda-beda  sesuai dengan  sudut pandang  dari pengalaman  praktik  masing-
masing.  Namun  secara  umum,  Public  Relations  dikenal  sebagai  jembatan 
antara  perusahaan  dan  publik.    Majelis  Humas  Dunia  (World  Assembly  of 
Public  Relations)  dalam  buku  Manajemen  Public  Relations  mendefinisikan
Public  Relations  sebagai  pihak  yang  mewakili  perusah aan  dalam 
melaksanakan  program  tindakan  terencana  yang  melayani  baik  kepentingan 
organisasi dan khalayaknya.  (Morrisan, 2010:8)  
Disamping  itu,  Chartered  Institude of  Public Relations  (CIPR)  seperti
yang  dikutip  pada  buku  Pengantar  Public  Relations:  Teori  dan  Praktik 
menawarkan  definisi  lain  yang  menjelaskan  b ahwa  Public  Relations  adalah 
hal yan g  berhubungan dengan  reputasi  perusah aan,  dan  merupakan  hasil  dari 
apa  yang  dilakukan,  dikatakan,  dan  apa  yang  dikatakan  masyarakat  tentang 
perusahaan itu sendiri.  (Butterick, 2012:8) 
Jika  dilihat  sekilas  dari  uraian  diatas,  kiranya  dapat  ditarik  benang
merah  bahwa  Public  Relations  dalam  konteks  branding  adalah  pihak  yang 
bertanggung jawab atas nama perusahaan  yang bertugas dalam  menjembatani 
serta  men yampaikan  aktifitas  branding  perusahaan  kepada  masyarakat  demi 
asosiasi yang hendak  dicapai berdasarkan apa yang dilakukan perusahaan dan 
yang dik atakan oleh masyarakat.  
2.2.2.2 Fungsi Public Relations
Dalam buku Pengantar Public Relations:  Teori dan Praktik (Butterick,
2012:19) disebutkan dua  fungsi Public Relations yaitu: 
1.  Fungsi Konstruktif 
Peranan  Public  Relations  dalam  hal  ini  adalah  mempersiapkan  mental 
publik  untuk  menerima  kebijakan  organisasi,   mengevaluasi  perilaku 
publik  untuk  direkomendasikan  kepada  manajemen,  men yiapkan  pra-
kondisi  untuk  mencapai  saling  pengertian,  percaya  dan  saling  membantu 
terhadap tujuan-tujuan publik atau organisasi yang diwakilinya. 
  
2.  Fungsi Korektif
Peranan  Public  Relations  sebagai  problem  solve
khususnya  ketika 
perusahaan  menghadapi  masalah  atau  krisis  denga
publik,  maka  Public 
Relations  berperan  untuk  mengatasi  masalah  terseb
dan 
mengkomunikasikannya kepada masyarakat.  
Sementara  Cutlip&C entre  pada  buku  yang  sama  menyatakan  bahwa  fungsi
Public Relations meliputi hal-hal berikut: (Butterick, 2012:20) 
1.  Menunjan g kegiatan manajemen dan mencapai tujuan organisasi. 
2.  Menciptakan  komunikasi  dua  arah  secara  timbal  balik  dengan  menyebarkan
informasi  dari  perusahaan  ke  publik  dan  menyalurkan  opini  publik  kepada 
perusahaan.
3.  Melayani  publik dan  memberikan nasehat  kepada  pimpinan  organisasi  untuk
kepentingan umum.
4.  Membina  hubungan  harmonis  antara  organisasi  dan  publik,  internal  maupun
eksternal  
Secara  garis  besar,  Public  Relations  memegang  fungsi  yang  cukup  besar
dalam  aktifitas  manajemen  perusahaan ,  yakni  sebagai  jembata
dari  berbagai 
kebijakan  yang  dibentuk  antara  perusahaan  lewat  komunika
kepada  publik  baik 
internal  maupun  eksternal  serta  harus  siap  berperan  sebag
wakil  perusahaan  saat 
terjadi krisis.  
2.2.2.3 Tujuan Public Relations
Menurut  Chartered  Institude  of  Public  Relations  (CIPR),  tujuan  kegiatan
Public  Relations  adalah  untuk  mendapatkan  pemahaman,  dukungan,  serta 
mempengaruhi  opini  dan perilaku masyarakat.  Kegiatan Public Relations  merupakan 
usaha  yang  terencana  dan  berkesinambungan  untuk  membangun  dan 
mempertahankan  niat  baik  dan  saling  pengertian  antara  organisasi  dan  publiknya. 
(Butterick, 2012:8)
Public  Relations  berusaha  agar  masyarakat  memperhatikan  perusahaan  yang
diwakilinya,  dan  secara  persuasif  mempen garuhi  minat  masyarakat  agar  tertarik 
terhadap  produk  dan  jasa  yang  ditawarkan,  membangun  hasrat  masyarakat  untuk 
menindaklanjuti  isi  pesan  serta  bertujuan  agar  arahan  tindakan  yang  ditujukan 
kepada masyarakat konsisten terhadap pilihannya kepada perusahaan. 
  
2.2.2.4 Ruang Lingkup Public Relations  
Dalam  menjalankan  fungsi  dan  tugasnya  pada  sebuah  organisasi  atau 
perusahaan,  Public  Relations  memiliki  beberapa  ruang  lingkup  pekerjaan.  Secara 
sederhan a  pekerjaan  yang  biasa  dilakukan  Public  Relations  dapat  disingkat  menjadi 
PENCILS (Kriyantono, Public Relations Writing, 2008:21). PENCILS adalah sebuah  
strategi  Public  Relations  dalam  melaksan akan  tugas,  p eran  dan  fungsinya  yang 
terdiri dari: 
1.  Publication &  Publicity (Publikasi dan Publisitas) 
Pekerjaan  Public  Relations  untuk  memperkenalkan  perusahaan  kepada 
publik.  
2.  Events (Membentuk Kegiatan)
Tugas  Public  Relations  dalam  mengorganisasikan  kegiatan  atau  even t(s) 
sebagai upaya untuk membentuk serta meningkatkan citra perusahaan.  
3.  News (Menciptakan Berita)
Public Relations  juga  menghasilkan  produk-produk tulisan untuk membentuk 
berita  yang  sifatnya  menguntungkan  bagi  perusahaan.  (Public  Relations 
Writing). 
4.  Community Involvement (Keterlibatan Masyar akat)
Public  Relations  harus  membuat  perencanaan  program-program  yang 
ditujukan untuk menciptakan keterlibatan komunitas atau masyarakat sekitar.
5.  Identity-Media (Hubungan dengan Media)   
Merupakan  pek erjaan  Public  Relations  dalam  membina  hubungan dengan  
media atau lebih sering dikenal den gan sebutan media relations.   
6.  Lobbying and Negotiating (Hubungan dengan Pemerintahan)  
Public Relations  dituntut  mempunyai  keahlian  persuasi  dan  negosiasi  dengan  
berbagai  pihak  khususnya  pemerintah  dengan  tujuan  mempengaruhi 
penyusunan undang-undang dan memahami regulasi yang dibentuk. 
7.  Social Responsibility (tanggun g jawab sosial)  
Pekerjaan  Public  Relations  untuk  membuat  program-program  yang 
bermanfaat  bagi  kepentingan  dan  kesejahter aan  sosial  masyarakat  di  sekitar 
perusahaan atau yang berkaitan den gan jenis usaha yang dijalankan.  
Berd asarkan  ketujuh  ruang  lingkup  pekerjaan  Public  Relations  diatas,  setiap
komponen  yang  dibahas  oleh  Kriyantono  hampir  seluruhn ya  sama  dengan  enam
  
bidang  pek erjaan  humas  dalam  buku  Manajemen  Public  Relations  yang 
mencantumkan  komponen  publisitas  dan  kegiatan  lobi,  perbed aannya  terletak  pada 
Morrisan  membedakan  ruang  lingkup  'Publisitas'  dengan  'Pemasaran'  serta 
menyebutkan  istilah  community  involvement  sebagai  Public  Affairs,  dan 
menambahkan  komponen  manajemen  isu  (issues  management)  yang  merupakan 
upaya perusahaan untuk  melihat kecenderungan isu atau opini  publik  yang muncul di 
tengah  masyarakat  dalam  upaya  perusahaan  u ntuk  memberikan  tan ggapan  yang 
sebaik-baiknya  serta  menambahkan  hubungan  investor,  bidang  khusus  yang 
membangun  dan  mempertahankan  hubungan  humas  yang  saling  men guntungkan 
dengan  pemegang  saham  dan  pihak  lain  dalam  masyarakat  keu angan  untuk 
memaksimalkan nilai pasar. (Morissan, 2010:14)
2.2.2.5 Strategi dan Taktik Public Relations
  Strategi  merupakan  alat  berupa  konsep  pendekatan,  perencanaan  umum 
program  yang  dapat  digunakan  oleh  Public  Relations  untuk  mencapai  sasaran  atau 
tujuan  perusahaan.  Strategi  tersebut  disusun  secara  sistematis  dan  terstruktur  demi 
menyampaikan  pesan  perusahaan  kepada  pihak  eksternal.  Perencanaan  secara 
strategis  tersebut  merupakan  perencanaan  jangka  panjang  yang  disusun  sedemikian 
rupa oleh  manajemen  atas  dan  dilaksanakan  oleh  Public  Relations  demi  tercapainya 
tujuan perusahaan melalui berbagai kebijakan tertentu. (Lattimore et al, 201 0:130)  
Demi  pencapaian  sasaran  yang  diinginkan,  strategi  membutuhkan  taktik,
yakni  sebuah  tindakan  spesifik  dan  langsung,  yan g  dapat  dilakuka
perusahaan
dalam  perencanaan  strategis.  Hal  ini  dapat  dilakukan  melalui  berbaga
kegiatan, 
perencanaan  media,  serta  berbagai  metode  tertentu  agar  pencapaian sasara
menjadi 
lebih  fokus  dengan  mengimplementasikan  strategi  yang  disusun  sebelumnya. 
Perencanaan  secara  taktis  adalah  mengembangkan  keputusan  spesifik  dala
rangka 
melaksanakan rencana strategis.  (Lattimore et al, 2010:130)   
2.2.3 Merek (Brand)   
2.2.3.1 Definisi Merek (Brand)  
Kemajuan teknologi saat ini membuka akses dan kontrol masyarakat terhadap
informasi  tentang  sebuah  merek.  Konsumen  dapat  mengumpulkan  informasi 
mengenai  merek  tertentu  dari  toko  atau  outlet  tempat  mereka  melakukan  transaksi 
pembelian,  artikel  atau cerita yang  mereka baca  lewat media cetak  atau dengar lewat
  
media  elektronik,  informasi  tentang  merek  bahkan  dapat  diperoleh  melalui  interaksi 
dengan  perwakilan   perusahaan  seperti  p elayan  toko  dan  sebagainya.  Brand  yang 
disebut  juga  sebagai  trade  mark  atau  merek  dagang  terbentuk  dan  membantu 
manusia untuk membuat keputusan pembelian baik besar maupun kecil.    
Berikut  adalah  definisi  Brand  dalam  buku  Strategic  Brand  Management:
Building,  Measuring,  and  Managing  Brand  Equity  menurut  American  Marketing 
Association  (AMA):  "a  name,  term,  sign,  symbol  or  design,  or  a  combination  of 
them, intended to  identify the goods  or  services  of one seller or  groups of sellers  and 
to  differentiate  them  from  those  competitors"  yang  hampir  sama  dengan  definisi 
merek  menu rut  Aaker  yang  berarti  merek  adalah  sebuah  kombinasi  nama,  istilah, 
simbol atau  gambaran  tertentu  yang  dibentuk  untuk  mengidentifikasi  merek  tersebut 
dari  kompetitor  bisnis  perusahaan,  sehingga  ketika  perusahaan  sedang  menciptakan  
sebuah  nama,  logo,  atau  simbol  untuk  produk  baru,  mereka  sedang  membentuk 
merek.  (Keller, 2013:30)
Sedangkan  definisi brand dalam jurnal  Everything You Ever Wanted to  Know
about  Branding  dituliskan  sebagai  berikut:  "A  brand  is  a  set  of  beliefs  about  what 
company  offers,  promises,  and  stands  for",  yang  berarti  sebuah  merek  adalah 
seperan gk at kepercayaan  tentang apa yang ditawarkan, dijanjikan perusahaan  kepada 
masyarakatnya. (Chiar avalle & Sch enck, 2007:5)   
Melalui  definisi  diatas,  terlihat  kaitan  pembentukan  merek  dengan 
definisi 
Public  Relations  menurut  CIPR  yang  telah  dijelaskan  pada  sub-bab  sebelumnya. 
Terlihat  pula  bahwa  Keller  serta  Chiaravalle  &  Schenck  merupakan  penulis  yang 
menyampaikan  dua  definisi  merek  yang  berbeda.  Keller  menyampaikan  definisi
brand  untuk  kepentingan  perusahaan  pemilik  brand    itu  sendir
sedangkan 
Chiaravalle&Schenck  menyampaikan  definisi  merek  berdasarka
pikiran  konsumen 
atau masyar akat.  
2.2.3.2 Branding 
Branding  seperti  yang  dikutip  dalam  buku  Designing  Brand  Identity  adalah
sebuah  proses  disiplin  yan g  digunakan  perusahaan  untuk  membangun  kesadaran 
merek  dan  memperpanjang  lo yalitas  masyarakat  den gan  mempergunakan  setiap 
kesempatan  dengan  mengungkapkan  alasan  masyarak at  dalam  memilih  merek 
perusahaan tertentu dibandingkan merek kompetitor. (Wheeler, 2009:6) 
  
Belch&Belch  menguatkan  pendapat  Wheller  dalam  buku  Advertising  and
Promotion  dengan  men uliskan  definisi  branding  sebagai  proses  membangun  dan 
memelihara  identitas  citra  perusahaan  lewat  aso siasi  merek  yang  berada  di  dalam 
benak konsumen. (Belch & Belch, 2011:60) 
Sedangkan  Melissa  Davis  dalam  bukunya  More  Than  a  Name:  An
Introduction  to  Branding  (2005:14)    menyatakan  branding  meliputi  elemen  visual 
yang  nyata  dari  brand,  dan  membentuk  sebuah  ikatan  emosional  antara  brand  dan 
konsumen. 
Branding  adalah  sebuah  lingkaran  proses  yang  melibatkan  tindakan  6P
berikut ini: (Chiaravalle & Schenck, 2007:10)
1.  Product definition
Memulai proses  branding  dengan  mengetahui  kesadaran  merek yang hendak 
dibangun.
2.  Positioning
Setiap  merek  harus  mengisi  tempat  yang  unik,  bermakna,  tersedia  di  pasar 
dan benak konsumen.
3.  Promise
Janji  yang dibentuk  perusahaan akan menjadi  latar belakang pen gelolaan  dan 
dasar reputasi.
4.  Presentation
Cara  perusahaan  mempresentasikan  merek  yang  bertujuan  meningkatkan 
ketertarikan kredibilitas merek dan konsumen.
5.  Persistence
Improvisasi  merek  dengan  citra,  pesan,  janji  dan  kepribadian  merek  yang 
baru.
6.  Perception analysis 
Pengelolaan merek yang baik  dilakukan den gan dilaksanakann ya pemantauan 
persepsi konsumen tentang merek  untuk melihat  keselar asan antara  keinginan 
dan kebutuhan konsumen dibandingkan apa  yang ditawarkan perusahaan.
Disamping  itu,  pada  jurnal  Everything  You  Ever  Wanted  to  Know  About
Branding  menuliskan  lima  tujuan  kegiatan  branding  yang  dilakukan  perusahaan 
yaitu: (Chiaravalle & Schenck, 2007:31) 
1.  Membangun kesadaran merek. 
2.  Menciptakan hubungan emosional.
  
3.  Menyampaikan perbedaan atribut merek. 
4.  Mendapatkan kredibilitas dan kepercayaan. 
5.  Mencapai pref erensi pembeli. 
Seluruh  tujuan  aktifitas  branding  tersebut  sesuai  dengan  tujuan  perusahaan  dan
dicapai melalui berbagai strategi.   
2.2.3.3 Strategi  Pengelo laan Merek   
Strategi  pengelolaan  merek  merupakan  sebuah  proses  jangka  panjang  dalam 
merancan g  dan  melaksanakan  program  pemasaran  dan  usaha  dalam  membangun, 
menguku r  serta  mengelola  merek.  Strategi  pengelolaan  merek  terdiri  dari  empat 
proses berikut; (Keller, 2013:58)  
1.  Mengidentifikasi dan Mengembangkan Per encanaan Merek 
Strategi  pengelolaan  merek  diawali  dengan  memahami  apa  yan g  hendak 
direpresentasikan  oleh  merek  dan  bagaimana  merek  tersebut  diposisikan  di 
dalam masyarakat diband ing kompetitor.   
2.  Merancang dan Melaksanakan Program Pemasaran Merek 
Strategi  pengelolaan merek  dilanjutkan den gan penempatkan  merek di dalam 
pikiran  masyarakat  agar  tercipta  pembicaraan  mengenai  merek  dikalangan 
masyarakat.  Hal  ini  mengandalkan  elemen  merek  yang  digunakan  dalam 
mempresentasikan  merek,  kegiatan  pemasaran  dan  program  penunjang 
seperti  strategi  produk,  harga  dan  saluran  merek,  serta  asosiasi  yang  ter kait 
dengan merek.   
3.  Mengukur dan Menginterpretasikan Kinerja Merek 
Strategi  Pengelolaan  merek  juga  harus  melibatkan  penelitian  yan g  meneliti 
mengenai  tempat, waktu, serta  informasi ketika masyarakat dapat membentuk 
keputusan pembelian terbaik berdasarkan taktik  jangka pendek dan keputu san 
terbaik dalam strategi jan gka panjang.  
4.  Mengembangkan dan Mempertahankan Merek 
Kegiatan  pengelolaan  merek  bertujuan  memahami  bagaimana  strategi  merek  
harus  mencerminkan  asosiasi  merek  yang  ingin  dibentuk  dalam  pandangan  
masyarakat lewat pendekatan  yang berbeda-beda dari  waktu ke waktu dengan 
cara membentuk, memperkuat, dan mempertahankan asosaiasi merek.  
  
2.2.3.4 Fungsi dan Tujuan Pengelolaan Merek 
Brand  merupakan  aset  yang  sangat  berharga  bagi  perusahaan  karena
memiliki  dampak  langsung  dalam  membangun  perusahaan  dan  mencapai  tar get 
konsumen yang diingink an. Brand saat ini menjadi lebih kuat pengaruhnya baik bagi 
perusahaan  maupun  bagi  masyarakat  karena  mulai  digunakan  sebagai  penjamin 
keandalan  dan  kualitas  produk,  dan  telah  berkembang  menjadi  lambang  gaya  hidup 
atau sekumpulan ide dari penggunan ya.    
Brand  berfungsi  sebagai  identitas  suatu  perusahaan  atau  organisasi  dan
branding  tidak  terpaku  hanya  pada  membentuk  nama  dan  logo  yan g  menarik 
perhatian  masyarakat  ( Kotler  &  Pfoertsch,  2006:x).  Pendapat  tersebut  menunjukkan 
bahwa  brand  memiliki  kekuatan  yang  sangat  kuat  dibalik  penampilannya.   Menurut 
Hoeffler&Keller  dalam  jurnal  Building  Strong  Brands  In  a  Modern  Marketing 
Communications Environment, merek  yang ku at  memiliki beberapa keuntungan bagi 
perusahaan,  diantaranya  meningk atkan  persepsi  tentan g  kinerja  produk  atau  jasa 
yang  ditawarkan;  menin gkatkan  loyalitas  pelanggan;  cakupan  konsumen  yang  lebih 
besar;  serta  peningkatan  efektifitas  komunikasi  pemasaran  lewat  asosiasi  unik  yang 
tercipta  antara  perusahaan  dan  masyarakat  serta  membentuk  jiwa  dan  kepribadian 
khusus di dalam pikiran masyarakat. (Keller, 2009:140) 
Oleh  karena  itu  menjadi  kewajiban  mendasar  bagi  perusahaan  untuk  dapat
mengungkapkan,  mensosialisasikan  jiwa,  kepribadian,  reputasi  merek  tersebut 
kepada  masyarakat.  Berikut  merupakan  tiga  fungsi  brand  menurut  David  Haigh 
dalam buku Designing Brand Identity:  (Wheeler, 2009:2) 
1.  Navigation 
Merek  membantu  konsumen  untuk  memilih  apa  yang  diperlukan  atau  dicari 
dari berbagai pilihan produk maupun jasa yang tersedia di masyarakat.
2.  Reassurance
Merek membantu mengkomunikasikan  informasi dan  kualitas  yang berada  di 
dalam  produk  atau  jasa  serta  meyakinkan  konsumen  bahwa  mereka  telah 
membuat keputusan pembelian yang tepat.
3.  Engagement
Merek  mendorong  konsumen  untuk  dapat  mengidentifikasi  merek  tertentu
melalui  bahasa,  ciri  khas,  dan  asosiasi  yang  muncul  antara  konsume
dan 
produk atau jasa yang ditawarkan.  
  
2.2.3.5 Elemen Merek (Brand Elements)
Kunci  untuk  menciptakan  sebuah  merek  sesuai  pemahaman  yang
disampaikan  oleh  American  Marketing  Association  (AMA)  dalam  buku  Strategic 
Brand  Management:  Building,  Measuring,  and  Managing  Brand  Equity,  adalah 
kemampuan  perusahaan  untuk  memilih  nama,  logo,  simbol,  design,  serta 
karakteristik  lain  yang  mengidentifikasi  produk  dan  jasa  yang  ditawarkan.  Setiap 
komponen brand disebut sebagai elemen merek.  ( Keller, 2013:30) 
Elemen merek terdiri dari: 
1.  Brand Names 
Pemilihan nama merek sangat penting karena  membentuk  komunikasi
pendek  yang  membentuk  persepsi  masyarakat  tentang  tema  umum  atau 
asosiasi  kunci  mengenai  produk  atau  jasa  yang  ditawarkan  sebuah 
perusahaan.  Perusahaan  biasanya  memilih  nama  merek  yang  mudah  untuk 
diucapkan,  familiar,  bermakna,  berbeda, khas,  dan  tentu  dapat  meningkatkan
brand  awareness.  Selain  itu,  nama  merek  harus  memperkuat  atribut  (brand 
attributes) atau brand benefit  yang ingin dicapai.  Disamping itu, nama merek 
menurut  Aaker  dalam  buku  Brand  Operation  merupakan  indikator  utama 
dalam sebuah merek. (Kartajaya, 2010:77) 
2.  URLs (Uniform Resource Locators)
URLs  secara  spesifik  menunjukkan  lokasi  pada  halaman  situs  yang
juga  biasanya  disebut  nama  domain  yang  menunjukkan  identitas  dari 
perusahaan.  Oleh  karena  itu,  brand  recall  sangat  penting  untuk  URL  karena 
meningkatk an  kemungkinan  bahwa  konsumen  mudah mengingat  URL untuk 
menuju situs perusahaan.  
3.  Logos and Symbols
Meskipun  nama  merek  adalah  elemen  utama  dari  merek,  elemen
visual  juga  memainkan  peran  penting  dalam  membangun  asosiasi  merek. 
Logo  memiliki  sejarah  panjang  sebagai  sarana  untuk  menunjukkan  asal, 
kepemilikan,  atau  asosiasi  dan  biasanya  terdiri  dari  nama  perusahaan  atau 
merek  dagang  (dengan  tanda  atau  hanya  tulisan)  yang  dir ancan g secara  unik 
yang  berhubun gan  dengan   merek,  nama  perusahaan,  atau  kegiatan 
perusahaan. Logo juga merupakan cara yang berharga untuk mengidentifikasi 
produk/jasa, dan tidak seperti nama merek, logo dapat dengan mudah berubah 
dari waktu ke waktu untuk mencapai tampilan yang lebih kontemporer.  
  
Logo adalah elemen  merek yang membuat brand menjadi  begitu menarik
karena  secara  garis  besar  mempresentasikan  brand  yang  diwakilinya.  Logo 
perusahaan  mengekspreksikan  apa  yang  ingin  disampaikan  oleh   perusahaan 
lewat  warna, bentuk, jenis tulisan, gambar, dan  gabungan  diantaran ya kepada 
masyarakat  luas.  Secara  keseluruhan,  logo  merupakan  salah  satu  unsur  yang 
menentukan  keberhasilan  branding  sebuah  perusahaan  dan  tugas  seorang
Public  Relations  adalah  mengoptimalkan  pen yampaian  komunikasi  melalui 
logo tersebut untuk mencapai tujuan perusahaan. 
Logo tersebut termasuk simbol yang mempresentasikan fenomena dan
dipahami oleh orang-orang di dalam organisasi itu sendiri. Lebih jauh, simbol 
dibagi  menjadi  dua  jenis  yakni  Concrete  Symbol,  simbol  yang 
mempresentasikan  sebuah  objek  dan  Abstract  Symbol,  simbol  yang 
mempresentasikan sebuah ide atau pemikiran. 
4.  Characters  
Karakter  merupakan  jenis  khusus  dari  simbol  merek,  biasanya
mengambil  karakteristik  manusia  atau  karakter  di  kehidupan  nyata  atau 
bahkan  karakter  animasi.  Karakter  merek  biasanya  diperkenalkan  melalui 
iklan  yang  dapat  memegang  peran  utama  dalam  kampanye  iklan  atau 
kemasan.  Karakter  berguna  untuk  menciptakan  brand  awareness  dan 
membantu  produk  atau  jasa  mengkomunikasikan  asosiasi  merek  yang  hendk 
dibangun. 
5.  Slogans
Slogan  merupakan  frase  singkat  yang  mengkomunikasikan  informasi
deskriptif  atau  persuasif  tentang  merek  dan  bagian  dari  per angkat  branding
yang  kuat  karen a,  seperti  nama  merek,  slogan  san gat  efisien  untuk 
membangun  asosiasi  merek,  menghilangkan  ambiguitas  sekaligus 
memperkuat nama dan simbol merek. 
6.  Jingles 
Jingles  merupakan  pesan  musik  yang  ditulis  disekitar  merek  yang
biasanya disusun oleh penulis lagu profesion al, dan dibuat dengan tujuan agar 
secara  permanen  terdaftar  di  dalam  pikiran  pendengar.  Jingles  biasanya 
dibentuk dengan mengulang nama merek secara menarik.
  
7.  Packaging  
Packaging  adalah  kegiatan  perusah aan  untuk  merancan g  dan 
memproduksi  wadah  atau  pembungkus  suatu  produk  dengan  tujuan  agar  
masyarakat  dapat  mengidentifikasi  merek,  memberikan  informasi  mengenai 
produk,  serta  melindungi  produk.  Biasanya,  asosiasi  merek  yan g  tercipta 
antara konsumen dan  produk atau jasa terinspirasi dari tampilan kemasannya.  
(Keller, 2013:147)   
   
Setiap  elemen  merek  dapat  memainkan  peran  yang  berbed a-beda  dalam 
membentuk  asosiasi  merek.  Seperti  contoh,  sebuah  nama  merek  yang  bermakna 
biasanya  divisualisasikan  lewat  logo  sehingga  lebih  mudah  bagi  konsumen  untuk 
mengingat  tanpa  butuh  penguatan  atau  stimulus.  Seperan gk at  elemen  merek  yang 
berkumpul  akan  membentuk  apa  yang  disebut  dengan  brand  identity,  kontribusi 
seluruh  elemen  merek  untuk  membentuk  kesadaran  merek  (brand  awareness).  
(Keller, 2013:167) 
Perusahaan  harus dapat  memilih elemen merek  yang menyediakan  kontribusi 
positif  sehingga  dapat  mengasosiasikan  merek  dan  mendapat  tanggapan  positif  dari 
masyarakat.  Berikut  adalah  aspek  yang  harus  dipenuhi  perusahaan  dalam  memilih 
elemen merek  yang hendak mempresentasikan merek mereka.  (Keller, 2013:142) 
1.  Memorable (Mudah diingat)  
2.  Meaningful (Memiliki deskripsi yan g b erarti)
3.  Likeable (Menyen angkan) 
4.  Transferable (Dapat dialihkan ke produk  atau pasar baru) 
5.  Adaptable (Beradaptasi dari waktu ke waktu ) 
6.  Profectable (Dilindungi secara hukum terhadap persaingan)
Enam  kriteria  tersebut  sangat  penting  dalam  membentuk  elemen  merek.
Pertama,  elemen  merek   pada  dasarnya  harus  dapat  diingat,  mudah  untuk  dikenali, 
dan  mudah  untuk  disebutkan  kembali.  Yang  kedua,  elemen  merek  h arus  memiliki 
kredibilitas dan sugestif  seperti halnya  menyenangkan  dan menarik serta kaya dalam
image  visual  dan  herbal  untuk  menyampaikan  informasi  tentang  produk  dan 
jasa 
yang  ditawarkan  serta  mengekspresikan  asosiasi  merek.  Elemen  merek  harus 
merefleksikan  kepribadian  merek  (brand  personality),  dan  perasaan  dalam  merek. 
Ketiga,  informasi  yang  disampaikan  oleh  setiap  elemen  merek  harus  menarik  atau
  
menyenangkan bagi  penggunanya. Keempat,  elemen merek h arus dapat  dialihkan  ke 
produk  atau  pasar  yang  baru  baik  batasan  geo grafis  maupun  bud aya  untuk 
mendukung  perluasan  merek  di  tempat  yang  berbeda dengan segmentasi masyarakat 
dengan  budaya  yang baru.  Kelima,  elemen  merek  harus  fleksibel  agar  dapat dengan 
mudah  diperbaharui  dari waktu ke waktu serta  elemen  merek harus  dilindungi  dapat 
hak ciptanya dari kompetitor dan pesaingan
2.2.3.6 Kesadaran Merek (Brand Awareness)
  Menurut  David  Aaker  dalam  buku  Brand  Operation,  brand  awareness 
merupakan  k emampuan  dari  pelanggan  potensial  untuk  mengenali  atau  mengingat 
bahwa suatu brand termasuk ke dalam kategori produk tertentu. (Kartajaya, 2010:64)  
Sedangkan  Keller  dalam  buku  Strategic  Brand  Management:  Building, 
Measuring,  and  Managing  Brand  Equity,  berpendapat  bahwa  brand  awareness 
adalah  usaha  dalam  meningkatkan  keakraban  konsumen  dengan  merek  melalui 
paparan  yang berulang (repeated exposure)  dan memberikan identitas kepada produk 
atau  jasa  dengan  mengaitkan  elemen  merek  kepada  kategori  produk  atau  jasa  dan 
asosiasi produk.   (Keller, 2013:75) 
  Dalam  jurnal  Building  Strong  Brands  In  a  Modern  Marketing 
Communications  Environment,  Keller  berpendapat  bahwa  brand  awareness  adalah 
segala  sesuatu  yang  berhubungan  dengan  kemampuan  konsumen  untuk  menelusuri 
ingatan  mereka  sendiri  tentang  sebuah  merek  tertentu  yan g  tercermin  dari  ingatan 
atau  pengenalan  merek  di  berbagai  kondisi  yang  berbeda.  Sedangkan  brand  image
merupakan  persepsi  konsumen  tentang  sebuah  merek  tertentu  yang  tercermin  dari 
berbagai  jenis  asosiasi  merek  yang  berada  pada  ingatan  konsumen.  (Keller, 
2009:143) 
  Brand  awareness  dalam  buku  Strategic  Brand  Management:  Building, 
Measuring,  and  Managing  Brand  Equity,  dapat  diukur  berdasarkan  tingkat 
kedalaman  dan  keluasanya.  Kedalaman  kesadaran  merek  diukur  berdasarkan 
seberapa  besar  kemungkinan  elemen  merek  dapat  datang  ke  pikiran  konsumen. 
Sedangkan  luasn ya  kesadaran  merek  mengukur  rentang  pembelian  dan  penggunaan 
situasi  dimana  elemen  merek  datang  ke  pikiran  dan  pengetahuan  tentang  produk 
dalam ingatan.  (Keller, 2013:105)  
Brand  Awareness  terdiri  atas  Brand  Recognation  dan  Brand  Recall.  (Keller, 
2013:73) 
  
1.  Brand Recognation
Kemampuan  konsumen  dalam  mengenali  atau  mengidentifikasi  merek  yang 
terlihat atau disebutkan dari salah satu elemen merek. 
2.  Brand Recall 
Kemampuan  konsumen  untuk  dapat  memanggil  memori  (mengingat)  ketika 
diberikan  kategori  produk  atau  pada  situasi  pembelian  tanpa  diberikan 
stimulus.  Biasan ya  direfleksikan  melalui  berbagai  elemen  merek  sep erti
slogan, characters atau jingle dalam situasi yang berbeda-beda. 
Brand Awareness dalam  buku yang sama memiliki beberapa keuntun gan, antara lain:  
(Keller, 2013:74)
1.  Learning Advantage 
Brand  awareness  dapat  mempengaruhi  pemb entukan  dan  memperkuat 
asosiasi  merek  dengan  mempelajari  dan  menyimpan  asosiasi  merek 
tambahan. 
2.  Consideration Advantage  
  Konsumen  dapat  mempertimbangkan  merek  sewaktu  mereka  membentuk 
keputusan  pembelian.  Meningkatkan  brand  awareness  dapat  membentuk 
merek menjadi an ggota dari consideration set, yaitu seper angkat brand yang 
menjadi pertimbangan serius demi pembelian.  
3.  Choise Advantage 
Brand awareness dapat mempengaruhi merek masuk kedalam consideration 
set walaupun tidak adanya asosiasi merek dalam merek tersebut.   
Brand  Awareness  juga  memberikan  beberapa  keuntungan  berikut:  (Kartajaya,  
2010:64)
1.  Memberikan tempat bagi asosiasi terhadap merek 
2.  Memperkenalkan merek  
3.  Sinyal bagi keberadaan, komitmen, dan substansi merek  
4.  Membantu memilih sekelompok merek untuk dipertimbangkan secara seriu s 
    Seluruh keuntungan  pembentukan kesadaran  merek diatas, menggirin
merek 
sehingga memiliki asosiasi tertentu yang menguntungkan p erusahaan.   
2.2.3.7 Asosiasi Merek (Brand Associations)
   Asosiasi merek  (Brand Associations)  menurut  Henry dalam jurnal  The  Effect 
of  Brand  Associations  on  Customer  Loyalty  adalah  informasi  terkait  dengan  makna
  
merek  yang tersimpan  dalam  memori  masyarakat  dan  sebag
pikiran  per tama  yang 
terlintas  dalam  pikiran  masyarak at  mengenai  sebuah  mere
Asosiasi  merek  terkait 
dapat  berupa  produk,  perusahaan,  pesain g,  toko,  atau  bahka
pengguna  dengan 
karakteristik  demografi  atau  gaya  hidup  tertentu.  (Al-Abdalla
&  Abo-Rumman, 
2013:123) 
Sedangkan,  Aaker dalam jurnal The  Mediating Effects of Bran
Associations, 
Brand  Loyalty,  Brand  Image,  and  Perceived  Quality  on Bran
Equity berkeyakinan 
bahwa  asosiasi  merek  adalah  segala  sesuatu  yang  terhubung 
ingatan  pelanggan 
terhadap  sebuah  merek  meningkatkan  kesan  dari  mere
tertentu.  Asosiasi 
merek 
bertindak sebagai alat mengumpulkan informasi dan perluasan mere
dan merupakan 
alat  yang  san gat  efektif  membantu  untuk  meningkatkan  bran
differentiation  dan 
perluasan  merek  dan  mengarah  pad a  lo yalitas  merek  yan
lebih  tinggi.  (Erfan  & 
Choon, 2013:127)  
Sebagian besar dimensi asosiasi  merek  terbentuk dari  karya as
Aaker,  yang 
membagi  kategori  asosiasi  merek  menjadi  sebelas  jenis,  yait
atribut  produk 
berwujud,  atribut  non-produk,  harga,    penggunaan,    penggun
selebriti, 
kepribadian/gaya  hidup,  kelas  produk,  pesaing,  dan  negara  asa
Dimensi  asosiasi 
merek tersebut digambarkan sebagai berikut: (Kartajaya, 2010:67) 
Gambar 2.2 Dimensi Aso siasi Merek menurut Aaker 
(Sumber: Kartajaya, Brand Operations, 2010:67)
  
  Atribut  produk berwujud  (product  attributes)  berguna  bagi  masyarakat untuk 
mengevaluasi  barang  demi  mencapai  keputusan  pembelian  maupun  perusahaan 
dalam  membedakan  barang  dari  kompetitor  bisnis.  Mowen  mendefinisikan  atribut 
sebagai  karakteristik  yang  tidak  dimiliki  oleh  produk/jasa  lain,  dan  Aaker  
menjelaskan  atribut  yang  baik  menyediakan  keuntungan  yang  ditawarkan  kepada 
masyarakat.  
Atribut  produk  tidak  berwujud  (intangibles)  sangat  membantu  perusahaan 
dalam  membentuk  asosiasi  yang  efektif  karena  mencakup  kualitas  serta  nilai  yang 
diterima oleh masyarakat yan g menawarkan atribut yan g lebih objektif.  
Aaker  mend efinisikan customer  benefits sebagai  keuntungan dalam  mencapai 
kepuasan   masyarakat  yang  ditawark an  oleh   atrib ut  produk  atau  segala  sesuatu  yang 
dicari oleh masyarakat k etika men gkonsumsi sebuah produk/jasa.  
Relative  price  merup akan  perbandingan  har ga  yang  ditawarkan  oleh 
baran g/jasa  lain.  Harga  sangat  berguna  dalam  mempengaruhi  keputusan  pembelian 
dan  Aaker  menemukan   bahwa  evaluasi  sebuah  merek  menurut  kelas  produknya 
dimulai dari mengukur harga  yang ditawarkan dalam kelas produk tersebut.  
Pendekatan  pembentukan  asosiasi  lain  dapat  dilakukan  dengan  menjelaskan 
cara  penggunaan  barang/jasa  yang  ditawarkan  (use/application),  yang  secara  tidak 
langsung membedakan  antara satu orang konsumen dengan konsumen  lainnya sesuai 
dengan  tipe  atau  pengguna  yang  termasuk  kedalam  segmentasi  pasar  yang  dituju 
(user/customer). 
Asosiasi  lain  yang  sangat  penting  adalah  penggunaan  selebriti  atau  tokoh 
(celebrity/person)  yang  dapat  mengalihkan  asosiasi  dalam  diri  mereka  terhadap 
produk/jasa. Menghubungkan  seorang  selebriti  atau tokoh  dapat membentuk asosiasi 
terpercaya seperti dapat diandalkan, prestasi, dan lain-lain di mata masyarakat.  
Sebuah  merek  juga  d apat  dilihat  sebagai  seo rang  manusia.  Kepribadian  atau 
gaya  hidup  (lifestyle/personality)  yang  dimiliki  oleh  sebuah  mer ek  dapat 
mengkomunikasikan  atribut  produk  yang  membantu  masyarakat  dalam  menemukan 
atau  bahkan  membentuk  kepribadian  mereka  sendiri  sesuai  dengan  merek  di  dalam 
produk/jasa. 
Kelas produk (product class)  dapat  didefinisikan  sebagai  sebuah  kelompok 
yang  sama  atau  dapat  saling  menggantikan  satu  sama  lain  dengan   mengatur 
tempatnya  di  d alam  masyarakat.  Cara  ini  merupakan  cara  yang  efektif  dalam
  
memperkenalkan  produk   baru  yang  membedak an  dengan  apa  yang  sud ah  pernah 
ditawarkan kepada masyarakat.  
Sebuah  perusahaan  dapat  memposisikan  merek  mereka  melalui  kompetitor 
mereka  dalam  dunia  bisnis.  Terkadan g,  masyarakat  tidak  memikirkan seberapa baik 
perusahaan  tersebut, namun bagaimana mereka  yakin  bahwa perusahaan yang  dipilih 
mereka  lebih  baik  dibandingkan  dengan  apa  yang  ditawarkan  oleh  komp etitor  lain. 
Dalam  beberapa  jenis  perusahaan,  kompetitor  dapat  menjadi  aspek  utama  dalam 
membentuk strategi merek. 
Strategi  lain  dalam  membentuk  asosiasi  merek   adalah  mengaitkan  merek 
dengan  sebuah  negara  atau  lokasi  tertentu  (country/geographic  area)  yang  dapat 
mempengaruhi  persepsi  positif  masyarakat  tentang  sebuah  kualitas  produksi  sebuah 
produk/jasa. (Al-Abdallah & Abo-Rumman, 2013:124)  
Sebelas  dimensi  asosiasi  yang  muncul  antar a  masyarakat  dan  merek 
dituliskan  dalam  buku  Strategic  Brand  Management:  Building,  Measu ring,  and 
Managing  Brand  Equity  tersebut  dibentuk  demi  menciptakan  sebuah  brand  image.
Brand  image  yang  positif  dapat  tercipta  dari  asosiasi  merek  yan g  berada  di  dalam 
ingatan  masyarakat.  Demi  pembentukan  brand  image  yang  positif  tersebut, 
perusahaan  harus  membentuk  asosiasi  merek  yang  b ersifat:  strong,  favorable,  and 
unique.  (Keller, 2013:78)  
Keller  menjelaskan  bahwa  asosiasi  merek  yang  kuat  (strong  of  brand 
associations)  terbentuk  dari  informasi  tentang  produk  yan g  didapatkan  dari 
hubungan  pribadi  (p ersonal  relevance)  dengan  konsistensi  produk  atau  jasa  yang 
disajikan  dari  waktu  ke  waktu  serta  pengetahuan  masyarakat  tentang  merek  (brand 
knowledge).  
Asosiasi  merek  yang  disukai  (favorable  of  brand  associations)  dapat dicapai 
oleh  perusahaan  dengan  meyakini  konsumen  bahwa  brand  dapat  memuaskan 
kebutuhan  dan  keinginan  masyarakat,  sehingga  terbentuk  pemikiran  positif  tentang
brand,  dan  tidak  kalah  penting,  asosiasi  merek  haruslah  unik  (unique  of  brand 
associations),  sehingga  terdapat  alasan  men gapa  masyarakat  harus  mengkonsumsi 
produk  atau  jasa  tertentu.  Hal  ini  dapat  dicapai  oleh  perusahaan  dengan 
disambungkan secara langsung perbedaan eksplisit dengan kompetitor.   
Asosiasi  merek  dapat  secara  akurat  digambarkan  secara  rinci  dalam  sebuah 
kerangka  pemikiran,  yang  berisi  pikiran  masyarakat  tentang  merek  yang  berguna 
menggabungkan  asosiasi  dalam  sebuah  kategori  tertentu.  Inti  dari  asosiasi  merek
  
adalah  asosiasi  abstrak  yang  berisi  atribut  dan manfaat  merek  yan g  terdiri  dari  lima 
hingga  sepuluh  aspek  yang  p aling  penting  dirasakan  dalam  dimensi  merek.    (Al-
Abdallah & Abo-Rumman, 2013:124)  
Enam kegunaan pembentukan asosiasi merek adalah: (Kartajaya, 2010:66)
1.  Memudahkan pelanggan mendapatkan info rmasi tentan g merek. 
2.  Mempengaruhi interpretasi pelanggan atas informasi mengenai merek. 
3.  Membedakan merek dari merek pesaing.  
4.  Memperkuat posisi merek di pasar. 
5.  Menjadi alasan masyarakat dalam men ggunakan merek. 
6.  Menjadi dasar untuk melakukan perluasan merek. 
Keenam  p embentukan  asosiasi  merek  diatas  khususn ya  kemudahan  dalam
menjangkau  informasi  maupun  membedakan  merek  dari  kompetitor,  dapat  menjadi 
pertimbangan  perusahaan  agar  mengelola  mereknya  sesuai  dengan  tujuan  dalam 
penelitian ini. 
2.2.3.7.1 Brand Attributes (Product-related) 
Asosiasi  merek  dalam  buku  Strategic  Brand  Management:  Building,
Measuring,  and  Managing  Brand  Equity,  salah  satunya  terbentuk  dari  apa  yang 
disebut  sebagai  brand  attributes,  deskripsi  yang  dapat  menjelaskan  ciri-ciri  merek 
produk  termasuk  di  dalamnya kualitas  maupun  fitur-fitur produk  atau  jasa.    (Keller, 
2013:77) 
Atribut  merek  berguna  baik  bagi  konsumen  maupun  perusahaan.  Konsumen
menggun akan  atribut  sebagai  dasar  mengev aluasi  produk  karena  atribut  tersebut 
memberikan  manfaat  bagi  konsumen  saat  membeli  produk  atau  jasa  dan 
membandingk an  dengen  merek  lain.  Sedangkan  perusahaan  dapat  menggunakan 
atribut  untuk  membedakan  mereknya  dari  komp etitor  lain  dan  sebagai  dasar  untuk 
mengemban gkan produk atau jasa baru.  (Al-Abdallah & Abo-Rumman, 2013: 124)
Mowen  dalam  jurnal  yang  sama  menjelaskan  istilah  atribut  sebagai
karakteristik  atau  fitur  yan g  tidak  diwakili  oleh  objek  lainnya.  Sedangkan  Aaker 
menjelaskan  pentingnya  atribut  merek  sebagai  salah  satu  aspek  yang  paling 
dibutuhkan  demi  kepuasan  masyarakat  kar ena  kebanyakan  atribut  produk 
menawarkan  brand  benefits,  yang  mengambil  peran  penting  dalam  memilih 
keputusan  pembelian  yang  ditentukan  oleh  atribut.  Konsumen  selanjutnya
  
mengevaluasi  produk  menggunakan  atribut  yang  dianggap  penting  bagi  mereka.  
(Al-Abdallah & Abo-Rumman, 2013:124)   
2.2.3.7.2 Brand Benefits (Non-Product Related)
  Asosiasi  merek,  di  sisi  lain  terbentuk  pula  dari  apa  yang  disebut  sebagai
brand  benefits,  yang  dalam  buku  Strategic  Brand  Management:  Building, 
Measuring,  and  Managing  Brand  Equity  didefinisikan  sebagai  pribadi  yang 
dilekatkan  masyarakat  terhadap  atribut  non-produk  yang  pada  akhirnya  membentuk 
perbedaan  dengan  merek  lain,  dengan  melibatkan  perasaaan/emotional  feeling(s)  di 
dalamnya,  kondisi  dimana  konsumen  tidak  menemukan  apa  yang  ditawakan 
perusahaan dibandingkan dengan kompetitor lain.  (Keller, 2013:77)   
Nzuki  dalam  jurnal  The  Effect  of  Brand  Associations  on  Customer  Loyalty 
berpendapat  bahwa  brand  benefits  mengacu  pada  kebutuhan  emosi  yang  dipenuhi 
oleh  produk  atau  jasa.  Sedangkan  Peter  et  al.  menuliskan  bahwa  "benefits"  dalam
brand  benefits  mengacu  kepada  konsekuensi  yang  diinginkan  konsumen  saat 
membeli  dan mengkonsumsi suatu produk atau jasa. Benefits juga  mencakup dampak 
positif  terkait  dengan  konsumsi  produk  dan  terb agai  menjadi  rational  benefits  dan
psychological  benefits.  Rational  benefits  terkait  erat dengan  atribut  produk dan akan 
menjadi  bagian  dari  proses  rasional  dalam  pengambilan  keputusan.  Sedangkan
psychological  benefits  terkait  dengan  proses  pembentukan  sika
berkaitan  dengan 
perasaan  yan g  muncul  ketika  membeli  atau  menggunakan  me
ek  tertentu.  (Al-
Abdallah & Abo-Rumman, 2013:125)  
2.2.3.7.2.1 Brand Personality
Berdasarkan  definisi  brand  benefits  diatas,  terlihat  bahwa  brand  benefits
terkait  apa  yang  disebut  dengan  Brand  Personality,  Aaker  mendefinisikan 
kepribadian merek sebagai  sebuah kesatuan karakteristik  manusia yang diasosiasikan 
kepada merek tertentu. (Kartajaya, 2010:42)
Pada  kesempatan  yang  berbeda,  Keller  dalam  buku  Strategic  Brand
Management:  Building,  Measuring,  and  Man aging  Brand  Equity,  membentuk 
definisi  kepribadian  merek  (biasan ya  dalam  bentuk  karakteristik  sifat  manusia) 
sebagai  sesuatu  yang  dikaitkan  dengan  merek   perusahaan  dan  diekspresikan  dalam 
bentuk nada atau gaya komunikasi perusahaan (Keller, 2013:409) 
  
  Brand  Personality  yan g  baik  harus  merefleksikan  tiga  dimensi  inti,  yaitu: 
hati,  pikiran,  dan  tubuh.  Hati  merefleksikan  dua  ciri  perusahaan  yaitu  bersemangat 
dan  penuh  kasih.  Karyawan harus  bersemangat  dalam  bekerja  dan  perusahaan  harus 
memiliki  kasih  dan  peduli  yang  dalam  terhadap  konsumen,  kar yawan,  pemegan g 
saham, komunitas dan lingkun gan secara keseluru han. 
Pikiran  dalam  sebuah  perusahaan  merefleksikan  dua  ciri  perusahaan  yaitu 
kreatif  dan  disiplin.  Perusahaan  harus  kreatif  dalam  mendekatkan  diri  dengan 
konsumennya, menemukan  solusi  dalam  masalah  yang  lama,  dan  harus  disiplin  dan 
tetap  fokus  dalam  memastikan  bahwa  dibutuhkan  tindakan  yang  konsisten  dalam 
setiap langk ah yang diambil. 
Tubuh  dalam  sebuah  perusahaan  harus  lincah  dan  kolaboratif  dalam 
mengatisipasi perubahan yang akan diperlukan di masa depan, bergerak maju dengan 
cepat,  dan  dengan  sigap  bereaksi  terhadap  peru bahan  terhadap  target  pasar.  Serta 
kolaboratif  dalam  membina  budaya  kerjasama  internal  dan  eksternal  nilai  dan 
kepercayaan perusahaan.  
Brand  personality  seperti  yan g  teertulis  dalam  buku  Strategic  Brand 
Management:  Building,  Measuring,  and 
Managing  Brand  Equity,  terbagi  atas  lima 
dimensi  utama  atau  secara  spesifik  disebut  sebagai  sebuah  pendekatan  yan g 
dilakukan  oleh  Brand  Personality  Scale  (BPS)  yang  terdiri  atas  beberapa  sub-
dimensi yaitu:  (Keller, 2013:115) 
1.  Sincerity (dow n-to-earth, honest, wholesome, and cheerful) 
2.  Excitement (daring, spirited, imaginative, and up-to-date) 
3.  Competence (reliable, intelligent, succesful) 
4.  Sophistication (upper class and charming) 
5.  Ruggedness (Outdoorsy and tough)
Menurut  Kartajaya  (2010:43)  secara  strategis,  kepribadian  merek  dapat
menjadi  dasar  diferensiasi  merek  yang  san gat  berarti,  khususnya  dalam  konteks 
dimana  merek pesaing lebih  menonjolkan  aspek  yang b esifat  fungsional yang  umum 
disebut  sebagai  perbedaan  merek  (brand  reference).  Brand  reference  merupakan  
elemen  yang  men gambarkan  jenis  serta  karakter  produk  atau  jasa  yang  ditawarkan 
kepada masyarakat. (Kar tajaya, 2010:24) 
  
2.2.3.8 Brand Strategy
   Strategi  merek  merupakan  implementasi 
dari  nilai  dan  budaya  perusahaan 
yang  membentuk  visi  dan  misi  perusahaan  itu  sendiri.  Strategi  merek  mencakup
positioning,  diferensiasi  produk  atau  jasa,  serta  keunggulan  kompetitif  perusahaan 
dan  dapat  bekerja  secar a  efektif  dengan  menggabungkan  perilaku,  tindakan  serta 
komunikasi  terhadap  pihak  eksternal  perusahaan.  Strategi  merek  membutuhkan 
peran internal perusahaan  untuk  mencapai arah tujuan kegiatan  branding.   (Wheeler, 
2009:12)
2.2.4 Re-branding 
2.2.4.1 Definisi Re-branding 
American  Marketing  Association  (AMA),  Muzellec  et  al  dalam  jurnal
Understanding  Corporate  Rebranding:  An  Evolution  Theory  Perspective 
menawarkan  definisi  re-branding  sebagai  sebuah  sebuah  nama,  istilah,  simbol  atau
gambaran  tertentu,  atau   kombinasi  ketiganya  yang  dibentuk  memban gun  merek 
dengan  tujuan   membedakan  posisi  perusahaan  yang  baru  di  benak  pemangku 
kepentingan, pesaing dan masyarakat.  (Tevi & Otubanjo, 2013:89)
Juntenen  et  al  dalam  jurnal  yang  sama  berpendapat  bahwa  re-branding
perusahaan  merupakan  sebuah  proses  yang  telah  direncanakan  dan  dilaksanakan 
secara  sistematis  untuk  menciptakan  dan  mempertahankan  citra  dalam  bentuk 
simbolik  untuk  melakukan  perubahan.  Sedangk an  Merriless  and  Miller 
mendefinisikan  secara  sederhana  re-branding  sebagai  perumusan  formulasi  baru 
merek  perusahaan.  Secara  garis  besar  pendapat  mereka  dapat  dirangkum  sebagai 
berikut:   
Tabel 2.2. Definisi Re-branding Menurut Para Ahli 
Peneliti
Def inisi Re-branding
Sebuah nama, istilah, simbol atau 
gambaran tertentu, atau kombinasi
ketiganya yan g dibentuk  demi
American Marketing Association (AMA),
membangun merek dengan tujuan
Muzellec et al 
membedakan posisi perusahaan yang
baru di benak pemangku kepentingan,
pesaing dan masyarakat.
  
Proses yang telah direncanakan dan 
dilaksanakan secara sistematis untuk 
Juntenen et al 
menciptakan dan mempertahankan citra 
dalam bentuk simbolik untuk melakukan 
perubahan. 
Perumusan formulasi baru merek 
Merriless and Miller 
perusahaan. 
Re-branding  terdiri  dari  dua  unsur  kata,  re  yang  artin ya  mengulan g
kembali,  dan  branding  yang  artinya  proses  membangun  dan  memelihara  identitas 
citra  perusah aan.  Sehin gga  ditarik  sebuah   kesimpulan  oleh  Tevi  dan  Otubanjo 
bahwa:  "Corporate  re-branding  is  a  continuing  process  whereby  an  organization 
responds  to  the  dynamics  in  its  business environment  by  changing  its  self-identity in 
order to survive and thrive." Definisi tersebut membantu pemahaman  bahwa aktifitas
re-branding  merupakan  proses  yang  dilakukan  untuk  menanggapi  perubahan  
lingkungan  dengan  mengubah  identitas  diri  agar  dapat  tetap  bertahan  dalam 
persain gan  bisnis.  Re-branding  dilakukan  dengan  metode  atau  cara  yang  berbeda-
beda  bagi setiap  perusahaan namun memiliki satu  tujuan yan g  sama yaitu  mengubah 
atau meningkatkan citra perusahaan, serta melebarkan pangsa pasar yang berorientasi 
profit. (Tevi&Otubanjo,  2013:92)
Re-branding  yan g  dilakukan  dapat  mencakup  banyak  aspek,  menurut
Daly  dan  Moloney dalam jurnal  Review  on  Models  and Reasons  of  Re-branding,  re-
branding  mencakup  pergantian  elemen  the  tangible  (aspek  fisik  dari  merek)  dan
intangible  (nilai,  citra,  dan  perasaan)  merek  dan  termasuk 
dalamnya  manajemen, 
struktur organisasi, konsep toko, seragam, maupun logo.  (Goi & Go
2011:446)  
2.2.4.2 Ringkasan Literatur Re-branding
  Tabel  berikut  menunjukkan  penelitian  yang  dilakukan  oleh
eberapa  peneliti 
sebelumnya mengenai re-branding.  (Goi & Goi, 2011:446)  
Tabel 2.3 Rangkuman Studi Pustaka Mengenai Re-branding
Peneliti  Tujuan Penelitian  Hasil Penelitian
L. Muzellec dan M.  Mengerti alasan  fenomen a  Faktor re-branding
  
Lambkin  re-branding   dipengaruhi oleh
pergantian kepemilikan,
strategi perusahaan,
lingkun gan luar, dan
situasi kompetitif
Membentuk kerangka re-
Melanjuti penelitian
branding perusahaan :
A. Daly dan D. Moloney
Muzellec et al.
analisis - perencanaan -
sebelumnya
evaluasi
Memperkenalkan konsep,
alasan re-branding serta 
diskusi mengenai nama,
Membentuk definisi re-
H. Stuart dan L.Muzellec
branding 
logo dan slogan. 
Proses pengelolaan
Terdapat 3 fase re-
perubahan program
branding : edukasi,
J. Causon
perusahaan melalui re-
identifikasi dan
branding
implementasi
Rebranding Mix :
L. Muzellec, M. Doogan,
Menginvestigasi fenomena
Repositioning, Renaming,
dan M. Lambkin 
re-branding perusah aan
Redesigning, Relaunching
2.2.4.3 Faktor Pendorong Aktifitas Re-branding 
Goi&Goi  (2011:88)  dalam  jurnal  Understanding  Corporate  Rebranding:  An
Evolution  Theory  Persp ective  telah  merangkum  dua  alasan  utama  dari  delapan 
peneliti  terdahulu  yang  menyumbangkan  pemikiran  mereka  mengenai  latar  belakang 
perusahaan  melakukan  re-branding.  (Detail  faktor  terjadinya  aktifitas  re-branding 
dapat ditemukan pada lampiran 1) 
Berdasarkan  data tersebut,  latar  belakang perusahaan  melakukan re-branding
terbagi  menjadi  dua  f aktor  besar,  yaitu  faktor  internal  dan  eksternal.  Faktor  internal 
dilakukannya  re-branding  dilatarbelakangi:  perubahan  struktur  dan  kepemilikan 
perusahaan,  keinginan  peningkatan  merek  perusahaan  akibat  reputasi  yang  buruk  di 
mata  masyar akat  lewat  pembenahan  dalam  perusahaan,  mempersatukan  sebuah 
perusahaan di belakang salah satu merek, membentuk kembali dan menanamkan visi, 
misi  dan  nilai  yang  baru  terhadap  merek  agar  dapat  lebih  mewakili  pelayanan  dari
  
perusahaan. Re-branding  juga  dapat terjadi akibat merger,  akuisisi,  citra  merek  yang 
sudah kuno, atau ingin menunjukkan citra tanggungjawab sosial kepada masyarakat. 
Sedangkan  faktor  eksternal  dilakukannya  re-branding  dilatarbelakangi  oleh
lingkungan bisnis yang semakin kompetitif, mempertimbangkan persepsi masyarakat 
tentang  p erusahaan,  serta  penurunan  kinerja  perusahaan  akibat  perubahan  kondisi 
ekonomi dan hukum.
2.2.4.4 Proses Re-branding 
  Proses  re-branding  menurut  Goi&Goi  (2011:447)  dalam  jurnal  Review 
Models and Reasons of Re-branding terbagi menjadi empat langkah berikut  : 
1.  Mengidentifikasi alasan perusahaan melakukan re-branding. 
2.  Mengevaluasi merek awal. 
3.  Mengidentifikasi tujuan re-branding. 
4.  Mengawasi  dan  mengendalikan  keterlibatan  tim  dalam  manajemen  kegiatan 
re-branding.
Gambar  berikut  mengilustrasikan  model  proses  re-branding  oleh 
Muzzelec&Lambkin pad a jurnal yang sama dalam mengidentifikasi 3 fase  model  re-
branding yaitu:  
1.  Faktor re-branding 
2.  Tujuan re-branding 
3.  Proses re-branding  
Gambar 2.3 Model Proses Re-branding  
 
(Sumber: Goi&Goi, Review Models and Reasons  of Re-branding, 2011:446) 
  
Dua  tujuan  perusahaan  melakukan  re-branding  adalah  meningkatkan  citra 
dan  membentuk  identitas  baru  perusahaan.  Dalam  proses  re-branding,  model  ini 
menekankan  keterlibatan  karyawan  internal  serta  pemegang  kepentingan   eksternal 
dalam  pembentukan  citra.  Model  ini  memberikan  kontribusi  signifikan  dalam 
memahami konsep dasar dari re-branding. 
2.3 Kerangka Pemikiran 
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran