![]() BAB 2
LANDASAN PERANCANGAN
2.1 Tinjauan Umum
Pengumpulan d ata melalui berbagai sumber dilakuka
d alam proses untuk
mendukung perancangan Tugas Akhir seperti melal
artikel di website, buku
literatur dan visual, survei lapangan dan survei melal
media sosial, serta
wawancara dengan narasumber yang bergerak
bidangnya. Berbagai literatur
digunakan sebagai referensi materi perancangan.
2.1.1 Sumber Data
2.1.1.1 Artikel
angko_Indonesia_Jakarta
indonesia-2
Jurnal Desain Komunikasi Visual Nirmana, Vol.11, No.1,
Januari 2009: 60-66
Jurnal Desain Komunikasi Visual Nirmana, Vol.11, No.2,
Juli 2009: 67-78
2.1.1.2 Data Literatur
Berikut sumber buku sebagai materi pendukung perancangan
identitas visual.
Mengenal Filateli di Indonesia oleh Richard Susilo.
Museum di Indonesia : Kendala dan Harapan oleh Ali Akbar.
47 Museum Jakarta oleh Edi Dimyati.
2.1.1.3 Data Visual
Designing Brand Identity oleh Alina Wheeler.
Before the Brand oleh Alycia Perry with David Wisnom III.
3
|
4
Typographic Design : Form and Communication 5th edition
oleh Rob Carter, Ben Day, Philip Meggs.
Tipografi dalam desain grafis oleh Danton Sihombing.
The Little Know-It-All oleh Die Gestalten Verlag.
Color Harmony Compendium oleh Terry Marks, MINE,
Origin, Tina Sutton.
Running a Museum Handbook oleh ICO
(International
Council of Museums)
2.1.1.4 Narasumber
1. Pak Tugino sebagai Staff MUPI dan Manajer Marketing.
2. Ibu Elizabeth sebagai Staff MUPI yang bekerja di bagian
pelayanan, penjualan d an administrasi.
3. Pak Richard Susilo sebagai Ketua Dewan Penasehat Komunitas
Kolektor Prangko Indonesia (KKPI) d an penulis buku Mengenal
Filateli di Indon esia
2.1.2 Literatur
2.1.2.1 Sejarah Prangko
Diambil dari sumber buku Men genal filateli di Indon esia
oleh Richard Susilo, kata Prangko berasal dari kata Franco. Asal
kata ini diperkirakan berasal dari seseorang dengan
kewarganegaraan Itali yaitu Francesco de Tassis dari keluarga
Thurn and Taxis. Rute pengantaran surat pos yang pertama pada
tanggal 18 Januari 1505. Pengantaran surat pos hanya terbatas di
kalangan bangsawan atau raja saat itu. Pengantaran surat di jarnan
dulu dilakukan berbagai cara, antara lain dengan menggunakan
merpati pos, kuda, ataupun hanya dengan berjalan kaki.
Kantor pos mulai dikenal pada ab ad ke-19. Cara pengiriman
maupun sistem pembayaran pun berbeda dibandingkan zaman
sekarang. Pada saat itu si penerima suratlah yang harus membayar
ongkos kirimnya. Oleh sebab itu sulit ketika seseorang yang tidak
punya uan g saat itu bila menerima surat. Apalagi jika surat itu
merupakan surat penting. Namun kemudian, akhirn ya
|
5
diputuskanlah bahwa pengirimlah yang membayar biaya surat.
Namun kemudian mulailah muncul kejadian yang merugikan
pihak pos. Hal ini menarik perhatian seorang bangsawan Inggris, Sir
Rowland Hill. Kemudian beliau mengajukan sebuah tulisan yang
berjudul "Post Office Reform. Its Importance and Practicability.
Isinya mengenai pembaharuan sistem pos yang berlaku, yaitu biaya
pos yang sama untuk seluruh bagian Inggris sampai dengan kiriman
yang beratnya setengah ons. Berikut isi rincian proposal :
1. Ongkos pengiriman surat harus diturunkan, apabila ongkos
pengiriman surat turun, diharapkan terjadi p eningkatan arus
surat, peningkatan jumlah surat yang dikirim.
2. Untuk lebih mendorong masyarakat agar lebih saling berkirim
surat, perlu ditetapkan biaya pos yang seragam dengan tidak
memandang jar ak tempuh surat tersebut.
3. Untuk menghindari penyalahgunaan biaya pengiriman surat,
maka biaya pos harus dibayar di muka dengan menempelkan
secarik kertas tanda pelunasan yang saat ini kita ken al dengan
nama pran gko.
Setelah mengalami perdebatan panjang, akhirn ya usul ini
disetujui parlemen Inggris dan ketetapan itu mulai berlaku resmi
mulai tanggal 1 Januari 1840. Pada akhirn ya dibuatlah prangko
Penny Hitam yang terk enal itu. Rowland Hill mencontohnya dari
gambar sebuah medali peringatan yan g dibuat oleh William Wyon.
Medali berukir gambar Ratu Victoria (hanya bagian kepala). Dari
gambar tersebut Rowland Hill merancang prangko Black Penny
dengan dibantu Charles serta Frederic Heath (ayah dan anak) untuk
pewarnaannya. Sedangkan pencetak prangko pertama ini adalah
Perkins, Bacon and Co. Prangko bernilai nominal satu Penny.
Berkat usaha keras Sir Rowland Hill, kini ia dijuluki sebagai Bapak
Prangko Internasional. Pada tanggal 6 Mei 1840, prangko Black
Penny ini resmi dikeluarkan oleh Dinas Pos Inggris dengan jumlah
68.158.080 keping.
Prangko yang dibuat sebelum 6 Mei 1840 bukanlah prangko
pertama yan g resmi. Hal ini disebabkan prangko sebelum tanggal 6
|
6
Mei 1840 han ya dipakai oleh badan organisasi tertent
saja dan
kaum bangsawan atau raja-raja. Jadi tidak berlaku untuk
masyarakat umum. Sedangkan pran gko Black Penn
diresmikan
oleh pemerintah saat itu dan dapat dipakai oleh semua ora
g untuk
biaya pengiriman surat serta sesuai dengan tujuan da
prangko itu
sendiri.
Sedangkan di Indonesia, dulu bernama Pemerintah Hindi
Belanda, pada tanggal 1 April 1864 menerbitkan prangk
pertama
kali. Prangko tersebut berwarna merah anggur denga
harga
nominal 10 sen dan menampilkan gambar Raja Wille
III. Pada
awaln ya prangko hanya memuat gambar Kepala Negar
(Raja dan
Ratu), Lambang negara atau angka yan g menunjukka
harga
nominal saja. Perkembangan selanjutnya memunculka
prangko
dengan berbagai macam rancangan. (Susilo, 2002: 58-62)
2.1.2.2 Jenis Prangko
Menurut sifat serta kegunaann ya, prangko dibagi ke dalam dua
golongan yaitu :
1. Prangko Umum : dipakai untuk surat biasa.
Contoh : a. Prangko Biasa
b. Prangko Peringatan :
-
Prangko Promosi atau Propaganda
-
Prangko Sambutan
-
Prangko Kebudayaan
-
Prangko Keagamaan
-
Prangko Kenegaraan
-
Prangko Penemuan
-
Prangko Orang Ternama
-
Prangko Amal
-
Prangko Ilmu Pengetahuan
-
Prangko Sosial
2. Prangko Khusus : dipakai untuk keperluan pengiriman surat atau
paket khusus yang sifatnya berkenaan dengan p os. Prangko ini
|
7
memiliki misi khusus dan ada pula yang dipakai khusus oleh
kalangan tertentu. Misalnya pegawai pemerintah, militer, dan
sebagainya. Ada pula yang dipakai han ya pada jangka waktu
tertentu, memiliki sifat sementara. Misalnya prangko cetak
tindih.
Contoh : a. Prangko Pos Kilat
b. Prangko Pos Udara
c. Prangko Dinas
d. Prangko Pengantaran khusus
e. Prangko Denda
f. Prangko Tercatat
g. Prangko Surat Kabar
h. Prangko Militer
i. Prangko Pos Paket
j. Prangko Pendudukan atau Prangko Jalanan
k. Prangko Model atau Prangko Contoh
l. Prangko Cetak Tindih
m. Prangko Pos Wesel
n. Prangko Tanda Terima
o. Prangko Pengiriman Pneumatik
p. Prangko Pos Laut
q. Prangko Telegraf d an Telepon
Selain jenis prangko di atas, terdapat beberapa model prangko
lain seperti Prangko Tanpa Nominal, Prangko Vending Komputer,
Prangko Meter, Pran gko Revenue atau Fiskal atau Prangko Pajak,
Prangko Gulung (Coil Stamps), Prangko Label (Prangko sticker),
Prangko Prisma. (Susilo, 2002: 67-80)
2.1.2.3 Sejarah Museum
Dimyati (2010: 6) mengatakan bahwa, Jika dilihat dari asal
katan ya, Museum berasal dari bahasa Yunani Mouseion yang
berarti tempat suci untuk memuja sembilan dewi yang dijadikan
simbol dalam dunia ilmu pengetahuan dan kesenian.
Menurut sebuah lembaga internasional yaitu International
|
8
Council of Museums/ ICOM (ICOM Statutes, adopted by the 22nd
General Assembly, Vienna, 2007), pengertian museum adalah :
A museum is a non-profit, permanent institution in the
service of society and its development, open to the public,
which acquires, conserves, researches, communicates
and
exhibits the tangible and intangible heritage of humanity
and its environment for the purposes of education, study, and
enjoyment.
Dimana museum adalah lembaga non-profit yan g bersifat permanen
dalam melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk
umum, dimana bertugas untuk mengumpulkan, melestarikan,
meneliti, mengkomunikasikan, dan memamerkan warisan sejarah
kemanusiaan yan g berwujud barang maupun jasa beserta
lingkungannya, untuk tujuan pendidikan, penelitian, dan hiburan.
Menurut Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 1995, museum adalah
lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan
pemanfaatan benda bukti materiil hasil budaya manusia, alam dan
lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian
kekayaan budaya ban gsa. (Akbar, 2010: 2)
Museum adalah lembaga non-profit dengan tugas mulia, yakni
menyebark an ilmu pengetahuan kepada masyarakat. Melalui
aktivitas pengumpulan dana, perawatan, penataan dan pameran,
museum dapat dijadikan tempat penelitian dan sumber inspirasi.
Sebagai salah satu pu sat kebudayaan, museum adalah sarana
pendidikan dengan nilai edukasi yan g tinggi sekaligus objek wisata
yan g menyenangkan. Hari Museum Internasional diperingati setiap
tanggal 18 Mei. Di Indonesia, Hari Museum Internasional baru
pertama kali dirayakan pada 18 Mei 2009. (Dimyati, 2010: 6)
2.1.2.4 Perkembangan Museum di Indonesia
Peran pemerintah Republik Indonesia dalam pendirian dan
pengembangan museum di Indonesia sejak kemerdekaan sampai
masa orde baru sangatlah besar. Pada tahun 1948, pemerintah
membentuk jawatan Kebudayaan yang berada di bawah
|
9
Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. Pada tahun
1957 jawatan tersebut memiliki unit kerja yang disebut Urusan
Museum. Pada perkembangan selanjutnya terus mengalami
peningkatan dan penyesuaian yakni tahun 1965, Urusan Museum
menjadi Lembaga Museum-Museum Nasional. (Asiarto dkk, 2008:
12)
Pemerintah RI terus mengembangkan museum sejak
Pembangunan Lima Tahun (PELITA) I sampai V atau dalam waktu
25 tahun. Dengan berbagai proyek, misalnya Proyek Pembinaan
Permuseuman, dilakukan pemu garan dan perluasan museum lama
dan pembangunan museum baru di setiap provinsi. Selama kurun
waktu tersebut tidak kurang dari 262 museum di Indonesia, museum
tersebut berada di lingkun gan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, pemerintah daerah dan swasta. (Asiarto dkk, 2008: 13-
14)
Setelah tahun 1998 terjadi perubahan yang cukup berarti
dalam pengelolaan organisasi atau lembaga di Indonesia termasuk
museum. Pemerintah tetap berperan penting bagi museum, tetapi
masyarakat umum juga tidak mau ketinggalan mengambil peran.
Perubahan terjadi seiring semangat reformasi yang b ermakn a
perbaikan diri dan salah satu amanat reformasi yakni desentralisasi.
Hal lain yang dapat dipetik dari reformasi adalah perubah an yang
normal dapat berlangsung secara gradual, tetapi perbaikan yang
mendasar juga dapat dikatakan dengan cepat. Hal penting lainn ya
adalah masyarakat mer upakan bagian yang tidak terpisahkan,
sehingga aspirasi masyarakat patut menjadi pertimbangan utama.
Sejak tahun 2005, berdasarkan tata kelola p emerintahan,
terdapat Direktorat Museum yang berada di bawah Direktorat
Jenderal Sejarah dan Purbakala dan merupakan bagian dari
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI. Perubahan dari
departemen terkait pendidikan ke departemen terkait pariwisata
turut mengubah warna museum yang awalnya terkait dengan
edukasi menuju rekreasi. Pada tahun 2009 terdapat sedikitnya 275
museum di Indonesia. Museum-museum tersebut ada yang berada
|
10
di bawah naungan Direktorat Museum, kementerian atau
departemen atau lembaga pemerintah, pemerintah daerah, badan-
badan usaha milik negara, perusahaan swasta, yayasan dan badan-
badan lainnya, serta peroran gan atau pribadi. (Akbar, 2010: 10-11)
Berikut beberapa anggapan keliru dari masyarakat luas
mengenai pandan gan mereka tentang museum:
a. Museum adalah lembaga yang identik dengan masa lalu.
b. Museum tidak mempunyai dinamika.
c. Museum merupakan tempat menyimpan benda-benda kuno.
d. Masyarakat masih belum merasakan manfaat dari kehadiran
museum. (Munandar dkk, 2004:4)
2.1.3 Wawancara
2.1.3.1 Wawancara lisan
Wawancara dengan Ibu Elizabeth dan Bapak Tugino yang
bekerja di bagian Staff MUPI yang juga mer upakan Manager
Marketing di Museum Prangko. Pak Tugino sudah bekerja selama
kuran g lebih 30 tahun. Selama itu beliau merasa bangga memakai
baju berwarna orange lambang PT. Pos Indonesia dan bekerja
sebagai insan pos bangsa dengan mengabadikan dirin ya pada
kesejahteraan masyarakat. Museum Prangko berada di bawah
wewenan g PT. Pos Indonesia. Tujuan dibentuknya Museum
Prangko pertama kali adalah mengadakan pameran yang b ersifat
lebih tetap. Semua seri prangko yang diterbitkan bertujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan melestarikan budaya n asional
serta menjadi bukti sejarah yang otentik untuk dijadikan pedoman
bagi generasi muda Indonesia. Hingga sekarang koleksi Museum
Prangko sudah mencapai ±37000 keping.
Berikut kegiatan yang aktif baik diikuti maupun diselenggarakan
oleh Museum Prangko :
1. Festival Museum Day dalam rangka memperingati Hari Museum
Internasional yang diselenggarakan Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
2. Dalam rangka memperingati Hari Palang Merah Intern asional
|
11
yang jatuh pada 8 Mei 2013, PMI dan Pos Indonesia
meluncurkan pr angko seri peringatan 150 tahun Palang Merah
Internasional di Museum Prangko Indonesia.
3. Pameran prangko dalam HUT TMII, HUT Filateli Indon esia, dll.
Para staff juga menyampaikan pendapatnya ketika ditan ya
tentang perkembangan Museum Prangko hingga sekarang, beliau
merasa bahwa Museum Prangko semakin b erusaha untuk berinovasi
mengadakan pameran/ kegiatan agar menarik minat masyarakat
untuk datang, namun sulitnya karena tidak didu kung oleh sektor
finansial sehingga tidak bisa memaksimalkan kinerja dalam
mengajak gen erasi muda, apalagi sekarang museum jarang sekali
didatangi kecuali pengunjung memang memiliki tujuan khusus.
Sekarang gen erasi muda lebih senang datang ke mall, cafe, atau
wisata lainnya dibandingkan museum. Saya sebagai staff pekerja
disini suka sedih kalau ternyata hari itu tidak ada pengunjung yang
datang. Mereka d atan g cuma lewat saja, tidak lama, lain haln ya
dengan filatelis, mereka pasti bisa berjam-jam melihat prangko.,
kata Ibu Elizabeth ketika diwawancarai oleh penulis. Beliau juga
berharap dapat menarik cakupan target lebih meluas.
2.1.3.2 Wawancara tert ulis
Penulis juga melakuk an wawan cara tertulis melalui e-mail
dengan Bpk. Richard Susilo dikarenakan saat ini beliau sedang
menetap di Jepang. Beliau adalah penulis buku Men genal Filateli
di Indonesia dan Ketu a Dewan Penasehat Komunitas Kolektor
Prangko Indonesia (KKPI). Beliau juga
salah satu pendiri Pusat
Filateli tahun 1973, yang kini bernama Kantor Filateli Jakarta sejak
tahun 1990. Saat itu beliau adalah Pengurus Seksi Remaja
Perkumpulan Filatelis In donesia. Museum Prangko pun salah satu
ide dari beliau bersama Pak Pringgodiprodjo BcAP, yang
merupakan Kepala Museum Prangko Indonesia pertama di TMII.
Menurutnya, museum saat pertama kali dibuka dulu sangat
terawat dengan baik. Kini hancur tidak terawat dan terpelihara
dengan
baik. Sekaran g dibawah kepengurusan Kantor Filateli
|
12
Jakarta. Dulu berdiri sendiri. Kepala Museum Prangko langsun g
kepada Manager Filateli di Kantor Pusat Pos di Bandung. Kini
berada di bawah Kepala Kantor Filateli Jakarta. Jadi tampakn ya
tidak terurus dengan baik. Beliau menyampaikan pendapatn ya
bahwa hal pertama yang harus diurus adalah administrasi.
Dikembalikan seperti semula berdiri sendiri, masalahnya mungkin
Pos Indonesia tidak mempunyai biaya lagi untuk independensi
Museum Prangko. Dulu museum memberikan banyak manfaat
karena san gat baik. Kini tak ada manfaat, han ya sebagai toko jual
beli prangko biasa. Banyak koleksi di sana sudah tidak terurus
dengan baik. Akhirnya pengunjung yang datang melihat pun
menjadi kecewa.
Museum pada prinsipnya baik dan harus memberikan manfaat
bagi pengarsipan dalam menyimpan berbagai benda di masa lalu.
Beliau juga berbagi pandangan mengenai museum di luar negeri.
Seperti contoh museum pran gko di DenHaag Belanda, yang masih
memiliki prangko Indonesia pertama tahun 1864 dan masih terawat
dengan baik dan banyak hal yang dapat dipelajari dari museum
tersebut. Perawatan memerlukan finansial untuk jangka panjang,
dan hal ini yang kurang dicermati oleh Pos Indonesia sehingga
Museum Prangko yan g sekarang terlihat tidak terawat.
Menurut beliau, Museum Prangko ini seharusnya bisa
menarik generasi muda karena prangko memiliki ban yak keunikan.
Pada prinsipnya mengumpulkan prangko adalah hobi terbaik dari
semua hobi. Ini adalah hobi yang dapat membentuk kepribadian
manusia menjadi yang lebih baik. Hobi filateli adalah menabung
bukan investasi.
2.1.4 Kuesioner
Kuesioner dibagikan kepada 113 responden melalui media sosial
dan survei lapangan.
1. Usia
13-17 tahun 18% 25-34 tahun 1%
18-24 tahun 76% >35 tahun 5%
|
13
2. Jenis Kelamin
Laki-laki 33%
Perempuan 67%
3. Pekerjaan
Pelajar 18% Karyawan 5%
Mahasiswa 71% Wirausaha 4%
Lainn ya 2%
4. Kota Asal
Jakarta 76%
Luar Jakarta 24%
5. Apakah anda suka mengunjungi museum?
Ya 80%
Tidak tertarik 20%
6. Alasan berkunjung/ tidak berkunjung ke Museum?
Alasan berkunjung :
Seru, ban yak hal menarik dan unik.
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang sejarah.
Menyukai benda bersejarah atau sejarah.
Salah satu cara untuk time travelling.
Alasan tidak berkunjung:
Kesannya tua, belajar banget, tidak fun.
Banyak museum yang terabaikan dan tidak terawat baik.
Membosankan dan tidak menarik.
Kurangnya promosi sehingga tidak tahu kalau ada acara atau
kegiatan baru.
7. Apakah anda pernah mengunjungi Museum Prangko TMII?
Ya, sekali 18%
Ya, lebih dari 2x 7%
Tidak pernah 75%
|
14
8. Jika iya, apakah alasan anda berkunjung ke Museum Pran gko?
Karena acara study tour sekolah
Tertarik ingin tahu dan penasaran
Suka ngoleksi perangko dan melihat koleksi prangko yang unik-unik
9. Jika pernah, apa kesan anda ketika mengunjungi Museum Prangko?
Respon positif :
Seinget saya, saat SD waktu itu, saya kagum bagaimana cara
pembuatan gambar-gamb arnya
Kagum, karena sebelumnya belum pernah melihat koleksi perangko
yang bermacam-macam seperti itu.
Terkejut, terutama saat melihat koleksi perangko kuno yang tertata
sangat rapi.
Respon negatif :
Kurang terawat dan sepi pengunjung.
Kurang interaktif dan kuran g menarik.
Biasa saja.
10. Menurut anda, hal apa yang paling diingat dari prangko?
Bentuk 90%
Nominal 5%
Warna 3%
Lainnya 2%
11. Apakah anda pernah melakukan surat menyurat melalui pos surat?
Ya
73%
Tidak 27%
12. Apakah anda masih melakukan surat menyurat hingga saat ini?
Ya 9%
Tidak 91%
13. Menurut anda penggunaan prangko masih ada dan dipakai hingga
sekarang?
|
15
Ya 73%
Tidak 9%
Tidak tahu 18%
14. Apakah anda p ernah melihat logo Museum Prangko Indonesia?
Ya 10%
Tidak 90%
15. Jika anda mengenal branding, apakah menurut anda, Museum Prangko
membutuhkan re-branding, alasan?
-
Butuh logo yang kh as agar mudah diingat, kemudian digunakan
sebagai publikasi, promosi, berbagai media, merchandise, dsb. Jadi
disimpulkan bahwa branding mereka tidak kuat dan tidak mampu
mewakili karakter museum tersebut, karena logo juga dapat menjadi
identitas museum.
-
Agar masyarakat lebih tertarik, karena bisa saja model
penggambaran, pewarnaan dan karakter pada saat itu berbeda dengan
saat ini, sehin gga sebagian orang berpikir bah wa museum terlihat
ketinggalan jaman.
-
Kalau tidak dirancang ulang, bagaimana ia dapat berkompetisi
dengan museum-museum lainn ya yang lebih maju?
-
Perlu, supaya lebih bisa menarik pengunjung untuk datang, membuat
citra yang lebih baik dari Museum Prangko, bukan hanya sekedar
penciptaan visual logo yang baru.
-
Butuh! Seiring per kemban gan jaman, sejarah makin kekubur,
masyarakat sudah terlalu nyaman den gan semua yang modern saat ini.
kalau tidak mau dilupain, musti coba ngikutin jaman tapi tetap bawa
sejarahn ya. Masyarakat akan ngelirik saat ada new face.
2.1.5 Observasi
Pengamatan secara langsung survei lapangan dilakukan penulis ketika
mengunjungi Museum Prangko di kawasan wilayah TMII (Taman Mini
Indonesia Indah). Setiap lokasi wisata seperti anjungan, museum, taman
dan bangunan yang dimiliki oleh TMII, ditandai dengan adanya signage
|
![]() 16
penanda dengan nama masing-masing tempat wisata. Terdapat beberapa
museum yang memiliki logo tersendiri, walaupun tidak semua.
Gambar 2.1 a. Lo go Museum Transportasi
b. Logo Akuarium Air Tawar
c. Lo go Museum Listrik dan Energi Baru
(Sumber: Cindy Tandil, tahun 2014)
Pengaplikasian logo pun tidak terintegrasi dengan baik. Logo yan g
menjadi identitas visual utama Museum Prangko pun terlihat tidak kuat dan
terkesan seadanya saja.
Gambar 2.2 Aplikasi Logo pada Beberapa Media
(Su mber: Christie Damayanti, tahun 2012)
Saat mengunjungi Museum Prangko di hari libur, terlihat bahwa
pengunjung museum terbilang sedikit, sehingga museum terlihat sepi.
|
17
Intensitas pengunjung yang semakin menurun membuat kondisi museum
semakin terlihat sepi. Penulis juga mengunjungi pembanding Museum
Prangko Indonesia yaitu Museum Pos Indonesia di Bandung. Museum ini
terletak di Jln. Cilaki no.73, Bandung berlokasi di kantor pusat Pos
Indonesia dan berd ekatan dengan Gedun g Sate Bandung yaitu gedung
kantor pemerintahan Pemprov Jawa Barat. Museum Prangko Indonesia
terletak di Jakarta dan Museum Pos Indonesia terletak di Bandung.
Keduanya berada di bawah wewenang PT. Pos Indonesia. Namun Museum
Pos Indonesia telah lebih lama didirikan dibanding Museum Prangko
Indonesia, dan koleksi serta perlengkapannya pun lebih lengkap. Salah satu
kelebihan yan g dimiliki oleh Museum Prangko adalah jam operasional
yan g lebih panjang dan efektif sehingga hal ini dapat menjadi poin penting
untuk menarik minat masyarakat untuk berkunjung terutama di ak hir
pekan.
2.1.6 Tinjauan Pustaka
2.1.6.1 Data Perusahaan
2.1.6.1.1 Sejarah
Prangko pertama kali dibuat di Indonesia pada tahun 1864.
Pada Juni 1981, dalam acara Jambore Pramuka Asia Pasifik
VI di Cibubur, di saat itulah alm. Ibu Tien Soeharto
mencetus penyelenggaran Museum Prangko. Terlahir dari
impian dan gagasan beliau yang ingin menyelenggarakan
pameran prangko secara menetap, didirikanlah Museum
Prangko yang diresmikan pada tanggal 29 September 1983.
Didirikan sebagai sarana edukasi yang mampu
merefleksikan sejarah bangsa dan keelokan budaya
Indonesia.
Museum Prangko terletak di Taman Mini Indonesia
Indah Jakarta, berdiri di atas tanah seluas 9.590 m².
Bangunan museum ini diapit oleh dua bangunan p endukung.
Bangunan pada satu sisi berfungsi sebagai tempat
penerimaan dan peristirahatan, bangunan pada sisi lain
berfungsi sebagai kanto r pos. Desain bangunan termasuk
|
18
unik karena memiliki arsitektur khas etnik Jawa dan Bali.
Bangunan pendopo dirancang den gan arsitektur khas Jawa
sedangkan pagar pintu gerban g dengan gaya arsitektur khas
Bali. Di tengah pelataran terdapat tugu berbentuk bola dunia
dengan seekor burung merpati yang bertengger di atasn ya
sedang membawa sepucuk surat yang melambangkan visi
dan misi PT Pos Indonesia.
Di tengah pendopo juga terdapat sebuah patung
hanoman. Dalam dunia pewayangan, ia dikenal sebagai duta
dharma yang bertugas sebagai pembawa berita. Disebelah
kiri dan kanan pintu masuk, pengunjung dap at melihat dua
lukisan karya pelukis Drs. Wayan Sutha. S. yaitu lukisan
yang menggambarkan kisah pewayangan d alam kerajaan
Majapahit yan g menceritakan penyampaian berita berbentuk
naskah yan g masih diantar oleh p engantar khusus kerajaan.
Memasuki gedung Museum Prangko Indonesia, di tengah-
tengah ruangan pameran, atas bangunan tersebut terdapat
roset yang mengambil bentuk dasar matahari dengan
cahayanya yang menyinari ke delapan arah.
Museum ini terbagi k e dalam 7 ruan g penyajian :
1. Ruang Penyajian I. Sejarah Prangko Indonesia.
Ruang ini men yajikan tentang hal-hal yang terkait dengan
budaya menulis surat, sejarah prangko di Indonesia dan
internasional. Terdapat berbagai hal menarik seperti foto-
foto yang menggambarkan bahan dan alat yang
dipergunakan untuk menulis pada daun lontar, serta
patung seorang laki-laki yang sedang menulis pada daun
lontar.
Hal-hal penting yang terjadi antara tahun 1602-1864,
yang disajikan berupa :
a. Foto Sir Rowland Hill, pencetus gagasan pemakaian
perangko di dunia.
b. Foto pran gko pertama di dunia The Penny Black
terbit di Inggris tahun 1840.
|
19
c. Foto Kantor Pos Batavia, yakni kantor pos pertama
yang didirikan tahun 1746.
d. Foto prangko pertama Belanda diterbitkan tahun
1852.
e. Foto prangko pertama di Hindia Belanda diterbitkan
tahun 1864.
f. Miniatur kapal perang VOC, kuda pos, kereta pos,
dan pedati pos.
Tidak hanya itu, juga terdapat teraan-teraan cap sebagai
pernyataan biaya pengiriman surat dan beberapa koleksi
prangko hibahan Ibu. Dit Harjanto Danutirto (istri
Menteri Perhubungan Haryanto Danutirto) dan foto
lukisan pembuatan Jalan Pos tahun 1808 dari Anyer-
Panarukan sepanjang 1.000 km.
2. Ruang Penyajian II. Proses Pembuatan Prangko.
Menampilkan lembaran tahap cetak, pembuatan desain
prangko, silinder cetak prangko , pelat cetak prangko
semasa revolusi, positif film, dan mesin cetak prangko
lima warna dalam bentuk penampang yang pernah
digunakan oleh Perum Peruri. Gambaran proses
percetakan prangko di Indonesia yang telah dimulai sejak
tahun 1945, dirancang dengan gambar dan warna yang
masih sederhana dan dicetak menggunakan kertas
merang.
3. Ruang Penyajian III. Prangko Berdasarkan Periode
Penerbitan (I)
Menyajikan berbagai macam prangko yang telah
digunakan di Indonesia sejak sebelum kemerdekaan tahun
1864 hingga masa perang kemerdekaan dalam beberapa
periode penerbitan, yaitu masa pemerintahan Hindia
Belanda 1864-1941, NICA (Netherlands-Indies Civil
Administration) 1945-1950, masa pendudukan Jepang
1942-1943, masa perang kemerdekaan 1945-1949.
4. Ruang Penyajian IV. Prangko Berdasarkan Periode
|
20
Penerbitan (II)
Menampilkan keindahan koleksi prangko periode sesudah
kemerdekaan. Penerbitan tahun 1950-1990.
5. Ruang Penyajian V. Koleksi Prangko Tematik (I)
Dalam ruang penyajian ini terdap at koleksi prangko
dengan tema menarik menampilkan masalah sosial
budaya, pariwisata, flo ra, fauna, lingkungan hidup, dan
kemanusiaan.
6. Ruang Penyajian VI. Koleksi Prangko Tematik (II)
Dalam ruan g penyajian ini terdapat diorama yang
menggambarkan kegiatan pramuka di alam bebas.
Disajikan pula beberap a koleksi prangko den gan tema
olahraga dan kepramukaan. Beberapa slide bergambar Ib u
Tien Soeharto dalam pakaian pramuka ketika
membubuhkan tanda tangan Sampul Hari Pertama
prangko Jambore Internasional ke-4 di Cibub ur, Juni
1981.
7. Ruang Penyajian VII. Filateli
Menampilkan diorama kegiatan filateli. Kegiatan filateli
ini merupakan salah satu kegiatan positif yang bersifat
universal dan memiliki manfaat seperti:
a. Menanamkan sikap positif berupa ketekunan,
kecermatan, ketelitian, kreativitas dan disiplin.
b. Kegiatan tukar-menukar prangko membangun sikap
kejujuran, saling pengertian dan tangung jawab yang
baik.
c. Menjalin persaudaraan, persahabatan, sekaligus untuk
meningkatkan kemampuan berbahasa asing.
d. Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan karena
dapat mempelajari berbagai aspek dari pran gko yang
diketahuinya.
e. Memberikan ketenangan jiwa di tengah kesibukan
aktivitas.
f. Sebagai kegiatan edukatif dan positif mengisi waktu.
|
21
g. Sebagai media pembelajaran dalam pendidikan.
Di Museum Prangko juga terdapat koleksi lan gka yang
tidak dimiliki oleh kolektor lain dan merupakan satu-satun ya
di Museum Prangko yaitu sampul otograph, sampul ini
ditandatangani oleh pejabat tinggi negara yang menjadi aset
negara kebanggaan Indonesia, dimana sampul tersebut
ditandatangani oleh Presiden seluruh dunia. Ada satu
ketentuan yang menyebutkan prangko hanya boleh dibuat
oleh Negara yan g berdaulat, merdeka penuh dan diakui di
dunia internasional. Oleh karena itu, pran gko han ya
diterbitkan oleh negara dan bukan swasta.
2.1.6.1.2 Karakteristik
Badan Usaha : Museum Prangko Indonesia dibawah
wewenang Bad an Usaha Milik Negara
namun dikelola secara Persero oleh
PT. Pos Indonesia
Lokasi : Jln. Raya Taman Mini Indonesia
Indah, Jakarta Timur 13560
Biaya tiket masuk : Rp 5000,-
Jam operasional : Selasa - Sabtu (08.00-16.00 WIB)
Minggu - Libur (08.00-17.00 WIB)
2.1.6.1.3 Visi dan Misi
Visi : Sebagai sarana edukasi yang mampu
merefleksikan sejarah bangsa dan keelokan
budaya Indonesia.
Misi : 1. Memberikan pelayanan yang terbaik kepada
para pengunjung.
2. Mewujudkan Museum Prangko Indonesia yang
mampu berper an sebagai sarana edukasi dan
rekreasi bagi masyarakat.
3. Mengutamakan seni dan budaya Indonesia
dalam setiap per anan.
|
![]() 22
2.1.6.1.4 Logo
Gambar 2.3 Logo Museum Prangko Indonesia
(Sumber: Museum Prangko Indonesia )
Berikut logo Museum Prangko Indonesia. Logo
Museum Prangko yan g sekarang belum mempunyai
identitas yang kuat, berkarakter dan dikenal oleh
masyarakat. Penggun aan logo juga tidak konsiste
dalam
penerapan pada setiap media. Museum Prangk
perlu
membutuhkan perancan gan ulang dengan melakukan
rejuvenasi pada logo. Rejuvenasi ini bertujuan untu
melahirkan kembali museum sehingga dap
mengubah
persepsi, citra maupun penilaian ke arah yan g lebih positif
Tujuannya untuk menghilangkan kesan buruk masyarakat.
2.1.6.1.5 Struktur
Organisasi
Diagram 2.1 Struktur Organisasi Museum Prangko Indonesia
|
23
2.1.6.2 Data Target
Berikut ini merupakan target sasar an penulis dalam
komunikasi visual :
a. Target Primer
1. Psikografis
a. Personality : - Peduli dan berwawasan luas
- Rasa ingin tahu besar
- Suka bernostalgia
b. Behavior : - Menyukai sejarah, budaya dan seni
-
Suka mengenalkan anak hal baru
- Suka mengoleksi benda unik, antik
dan bersejarah
c. Lifestyle : - Senang jalan-jalan/ travelling
- Memanfaatkan waktu liburan
bersama keluarga
2. Demografis
a. Usia : 26-40 tahun
b. SES : B-C
c. Gender : Laki-laki dan perempuan
d. Kewargan egaraan : Indonesia
e. Pekerjaan : Orang tua, guru, kolektor prangko,
wisatawan
3. Geografis
a. Wilayah : DKI Jakarta
b. Iklim : Tropis
b. Target Sekunder
1. Psikografis
a. Personality : - Peduli dan berwawasan luas
-
Rasa ingin tahu besar
b. Behavior : - Menyukai sejarah, budaya dan seni
-
Suka mengoleksi benda unik, antik
|
![]() 24
dan bersejarah
c. Lifestyle : - Senang jalan-jalan/ travelling
- Aktif media sosial
-
Menghabiskan waktu di mall, cafe,
dll
2. Demografis
a. Usia : 12-22 tahun
b. SES : B-C
c. Gender : Laki-laki dan perempuan
d. Kewarganegaraan : Indonesia
e. Pekerjaan : Pelajar, mahasiswa, kolektor prangko
3. Geo grafis
a. Wilayah : DKI Jakarta
b. Iklim : Tropis
2.1.6.3 Pembanding
Museum Pos Indonesia d i Bandung
Gambar 2.4 Logo Museum Pos Indonesia di Bandung
(Sumber: Cindy Tandil, tahun 2014)
Museum Pos Indonesia berlokasi di Jalan Cilaki No 73,
Bandung 40115. Museum Pos Indonesia telah berdiri sejak masa
Hindia Belanda dengan nama Museum PTT (Pos Telegraph dan
|
25
Telepon) pada tahun 1931, yang terletak di bagian sayap kanan
bawah Gedung Kantor Pusat PT. Pos Indonesia (Persero). Pada 27
September 1983, bersamaan dengan hari Bhakti Postel ke 38,
museum ini secara resmi dibuka untuk umum oleh Menteri Pos dan
Telekomunikasi Bapak Ahmad Tahir dan berganti nama menjadi
Museum Pos dan Giro. Sejalan dengan perkembangan perusahaan
pos, dimana terhitung tanggal 20 Juni 1995, nama dan status
Perusahaan Umum Pos dan Giro menjadi PT. Pos Indonesia
(Persero), maka terjadi pula perubahan museum ini dari Museum
Pos dan Giro menjadi Museum Pos Indonesia, hingga saat ini.
Lokasi ini mudah dijangkau dan menjadi alternatif wisata edukasi
sejarah bagi wisatawan domestik dan turis asing. Gedung ini
dibangun pada tahun 1920 dengan gaya arsitektur klasik Italia masa
Renaissance den gan lu as 706 m². Di dalamnya terdapat berbagai
benda pos di Indonesia, seperti bis surat, diorama patung-patung,
hingga koleksi perangko dunia. Koleksi prangko-prangko berasal
dari berbagai negara di dunia dengan jumlah mencapai 131.000
keping perangko dan koleksi peralatannya, yakni berupa timbangan
paket, alat cetak perangko, surat-surat berharga, armada pengantar
surat, dll.
Selain itu Museum Pos Indonesia dikelola secara swasta
dibawah naungan PT. Pos Indonesia Persero. Biaya tiket masuk
gratis atau tidak dipungut biaya. Peran dan fungsi yang dijalankan
oleh Museum Pos Indonesia selanjutnya adalah disamping sebagai
tempat koleksi, juga mencakup fungsi sarana penelitian, pendidikan,
dokumentasi, layanan informasi, serta sebagai objek wisata khusus.
Lokasi : Jln Cilaki No 73, Bandung 40115
Biaya tiket masuk : - (tidak dipungut biaya)
Jam operasional : Senin - Jumat (09.00-16.00 WIB)
Sabtu (09.00-13.00
WIB)
2.1.6.4 Preposisi
Berikut beberapa keunggulan yang dimiliki oleh Museum
Prangko Indonesia :
|
26
1. Gaya bangunan khas dengan percampuran kebudayaan etnik Jawa
dan Bali. Museum Pran gko mengutamakan seni dan budaya.
2. Menampilkan koleksi prangko khusus Indonesia dan bukan
negara lain.
3. Cukup aktif mengadakan acara pameran dan mengiku
berb agai
kegiatan.
2.2 Tinjauan khusus
2.2.1 Landasan Teori
2.2.1.1 Teori Brand
(Wheeler, 2003: 2) mengemuk akan pend apatnya mengenai
brand sebagai berikut:
Brand is the promise, the big idea, and expectations
that reside in each customers's mind about product, service
or company. Branding is about making an emotional
connection. People fall in love with brands-they trust them,
develop strong loyalties, buy them, and believe in their
superiority. The brand is shorthand: it stands for something
and demonstrates it.
Brand adalah janji, big idea, dan harapan yang berada di setiap
pikiran pelanggan/ konsumen mengenai produk, pelayanan, atau
bahkan perusahaan. Makna branding sendiri adalah tentang
bagaimana cara membuat hubungan emosional. Dalam isi buku
Running a Museum (International Council of Museums, 2004:
173), membangun sebuah brand yan g kuat untuk museum bisa
dilihat dari 4 tahap. Penjelasan deskripsi di bawah ini berdasarkan
Model of Customer-Based Brand Equity yang disusun oleh David
Lane Keller (Keller, 2003: 75) dan berikut pedoman proses untuk
membangun brand yang kuat berdasarkan pandangan pengunjung :
1. Identification, pertama audiens harus mengetahui tentang
museum, mengenal nama dan jenis museum.
2. Meaning, kemudian audiens perlu men getahui tentang info
museum seperti pameran, pelayanan pengunjun g, harga, dll.
Dalam tahap ini, pengu njung akan membuat definisi sendiri
|
27
tentang museum berdasarkan pengalaman dan profil
pengunjung. Untuk lingkup keluarga, museum harus
mempunyai f asilitas untuk anak-anak. Untuk peneliti
informasi, museum harus mempunyai f asilitas untuk penelitian
dimana mereka dapat belajar dari koleksi museum. Oleh karena
itu target market juga penting dalam membangun suatu brand.
3. Response, pengunjung akan memberikan pendapatn ya tentang
apa yan g dirasakan tentang museum. Museum yang
memberikan pelayanan yang baik akan lebih menarik perhatian
pengunjung.
4. Relationship, tahap tertinggi dan yang paling diinginkan dalam
membangun suatu brand untuk museum adalah tercipta
hubungan relasi antara museum dengan pen gunjung.
Proses ini harus diikuti tahap per tahap, museum hanya bisa
mencapai tahap tertinggi ketika tahap yang paling rendah mampu
dicapainya. Kita tidak bisa berharap mend apatkan pendapat/
masukan dari masyarakat apabila masyarakat sendiri tidak
mengetahui keberadaan museum tersebut. Kita juga tidak bisa
berharap audiens untuk menjadi pengunjung setia tanpa
memberikan pengaruh positif tentang museum.
Teori ini membantu penulis dalam membangun sebuah brand
yang kuat dimana brand harus mampu mengekspresikan,
mengkomunikasikan serta menvisualisasikan d engan jelas p esan
yang ingin disampaikan. Permasalahan Museum Prangko yang saat
ini tidak mempunyai identitas yang jelas dan kuat menyebabkan
tidak banyak masyarakat yang mengetahui keberadaaanya. Seperti
dari hasil survei yang menunjukan hampir 75% masyarakat tidak
pernah berkunjung dan bahkan 90% masyarakat belum pernah
melihat logo Museum Pr angko. Padahal Museum Prangko memiliki
logo dan bahkan digunakan ketika ada kegiatan museum.
Pemanfaatan fungsi museum pun menurun akibat kuran gn ya
pengetahuan masyarak at tentang museum itu sendiri. Brand tidak
hanya sebagai identitas semata namun juga janji, big idea dan
harapan dari masyarakat.
|
28
2.2.1.2 Teori Corporate Identity
Corporate Identity merupakan suatu simbol yang
merefleksikan gambaran atau citra yang diinginkan oleh suatu
perusahaan. Gambaran tersebut merupakan situasi ideal dan dapat
diciptakan (Napoles, 1998: 20). Corporate identity berkemban g
menjadi salah satu elemen dalam strategi perusahaan, yan g
mencerminkan ren cana perusahaan yan g matang. (Cenadi: 1999 )
mengemukakan pendapatn ya bahwa,
Sebuah corporate identity yang baik harus sejalan dengan
strategi dan rencana perusahaan tersebut. Selain itu
corporate identity juga harus dapat menciptakan image,
yaitu cerminan dari perusahaan tersebut; bagaimana
perusahaan dilihat oleh publik.
Fungsi utama corporate identity adalah untuk menampilkan kesan
pertama yang positif dari image suatu perusahaan kepada
masyarakat luas (David E. Carter, 1976).
Aplikasi dari corporate identity sangat banyak bentukn ya,
tetapi tidak semua aplikasi tersebut efektif untuk digunakan. Untuk
memilih aplikasi yang efektif digunakan sesuai dengan perusahaan
yang diwakilinya maka seorang desainer harus sering melakukan
konsultasi dengan klien dan observasi mengenai perusahan tersebut.
Aplikasi yang sering digunakan antara lain:
1. Simbol/ lambang (meliputi: logo, maskot).
2. Komunikasi visual
a. Stationery (meliputi: kop surat, amplop, memo, kartu nama,
invoice, dll.
b. Marketing and sales literature (meliputi: annual report,
brosur, katalog, direct mail, seragam, dsb).
c. Signage/ sistem penanda
d. Kemasan
e. Merchandise
f. Sarana tr ansportasi
Corporate identity yang baik berfungsi sebagai media promosi
dimana media promo si ini dapat menjadi sarana untuk
|
29
mengkomunikasikan diri kepada masyarakat/ konsumen.
(Pujiyanto, 2001:3-4)
Teori ini membantu penulis dalam men gerti pemahaman
mengenai fungsi corpo rate identity yang haru s sejalan dengan
rencana baik itu visi maupun misi perusahaan tersebut. Selama ini
Museum Prangko belum mampu menunjukan kesan positif di mata
masyarakat. Yan g terpikirkan oleh masyarakat mengenai museum
hanyalah kesan tua dan membosankan. Oleh karena itu, Museum
Prangko harus melakukan peremajaan/ pembaharuan agar dapat
melahirkan citra museum yan g lebih positif. Dengan visi dan misi
sebagai sarana edukasi maka seharusnya museum dapat menarik
lebih banyak generasi muda.
2.2.1.3 Teori Logo
Logo adalah bagian dari pencitraan suatu perusahaan, juga
dikenal sebagai visual suatu perusahaan. Dalam buku Designing
Brand Identity, (Wheeler, 2003: 7), menjelaskan bahwa urutan otak
mengenali visual suatu gambar dimulai dari bentuk (shape), warna
(color) dan isi (content). Gambar visual mudah diingat dan dikenali
langsung, sedangkan k ata-kata harus diterjemahkan menjadi arti
terlebih dahulu. Bentuk yan g khas akan membek as di ingatan, oleh
karena itu penting merancang b entuk yang khas dan berbeda dalam
merancang identitas. Yang k edua adalah warna. Warna dapat
menjadi pemacu emosi dan membangun brand awareness. Terakhir
adalah isi. Ini berarti otak membutuhkan waktu yang lebih lama
untuk menerjemahkan bahasa dalam pikiran. (Perry, 2003: 97),
menjelaskan visual dasar sebuah logo terdiri dari :
1. The signature, kombinasi ketiga elemen yaitu logomark,
logotype, dan tagline. Tidak semua perusahaan menggunakan
ketiga elemen tersebut, ada yang menggunakan kombinasi
logotype dan logomark, ada juga yang hanya menggunakan
permainan tipografi yang telah dimodifikasi agar terlihat
berbeda d an khas biasanya disebut w ordmark.
2. The logotype, logotype menggunakan typefa ce yang dapat
|
30
mendefinisikan karakter dan personality dari suatu brand. Yang
terpenting dalam membuat logotype adalah visible dan readable.
Cepatn ya konsumen dapat membaca dan mengerti brand
tersebut, maka cepat pula ia akan mudah mengenali dan
mengingatnya.
3. The logomark, simbol yang menggunakan kombinasi dengan
logotype untuk memberikan identitas visual yang khas dan
mudah diingat.
4. Wordmark, tipografi yang telah dimodifikasi agar terlihat
berbeda d an khas. Word mark biasanya dibuat sebagai alternatif
kombinasi logotype-logomark karena bersifat clean dan
sederhana.
Teori ini membantu penulis dalam memaha
perancangan
logo Museum Prangko yang akan dibuat den
gan bentu
dan warna
yang khas sehin gga dapat dengan mudah membekas
ingatan.
Urutan otak mengenali visual suatu gambar pertama ka
dimulai
dari bentuk. Oleh karena itu logo yang akan dibuat aka
mengambil
bentuk yang sederh ana, dirancang agar mudah dikena
dan
dipahami langsung oleh masyarakat tentang isi da
museum, apa
yang in gin ditampilkan, dan pesan apa yang ingin disampaikan.
2.2.1.4 Teori Tipografi
Tipografi adalah hal terpenting dari suatu pembangunan
identitas yang efektif. Peran tipografi terlihat dalam strategi
positioning dan hierarki informasi yang disusun. Penggunaan
typeface harus flexible dan mudah digunakan. Kejelasan dan
keterbacaan adalah poin terpenting.
Terdapat empat prinsip pokok tipografi yang mempunyai
tujuan utama untuk memastikan agar informasi yang ingin
disampaikan oleh suatu karya desain komunikasi visual dapat
tersampaikan dengan tepat. 4 prinsip tipografi yan g sangat
mempengaruhi keberhasilan suatu desain tipografi yaitu :
1. Legibility
Kualitas pada huruf yang membuat huruf dapat terbaca. Dalam
|
31
suatu karya desain, dapat terjadi pemotongan, dan lain
sebagainya yang dapat menyebabkan berkurangnya legibilitas
suatu huruf. Untuk menghindari hal ini, maka seoran g desainer
harus mengenal dan mengerti karakter daripada bentuk suatu
huruf dengan baik. Selain itu, penggunaan huruf yang
mempunyai karakter yang sama dalam suatu kata dap at ju ga
menyebabkan kata terseb ut tidak terbaca d engan tepat.
2. Readibility
Penggunaan huruf den gan memperhatikan
hubun gannya den gan
huruf yang lain sehingga terlihat jelas. Huruf-huruf yang
digunakan mungkin sudah cukup legible, tetapi apabila merasa
cepat capai dan kurang dapat membaca teks tersebut dengan
lancar, maka teks tersebut dapat dikatakan tidak readible.
3. Visibility
Kemampuan suatu huru f, kata, atau kalimat dalam suatu karya
desain komunikasi visual dapat terbaca dalam jarak baca
tertentu. Setiap karya desain mempunyai suatu target jarak baca,
dan huruf-huruf yang digunakan dalam desain tipografi harus
dapat terbaca dalam jarak tersebut sehingga suatu karya desain
dapat berkomunikasi dengan baik.
4. Clarity
Kemampuan huruf-huruf yang digunakan dalam suatu karya
desain dapat dibaca dan dimengerti oleh target pengamat yang
dituju. Untuk suatu karya desain dapat b erkomunikasi dengan
pengamatnya, maka informasi yang disampaikan harus dapat
dimengerti adalah hierarki visual, warna, pemilihan type, dll.
(Wijaya, 1999: 52-3)
Teori ini membantu penulis dalam memahami penggunaan huruf
tipografi yang harus mementingkan readibility dan legibility yang
tinggi sehingga dapat mudah dibaca. Pen ggunaan tipografi dalam
perancangan ini akan menggunakan modifikasi typeface den gan
typeface dasar yaitu sans serif yang memiliki tingkat keterbacaan
yang tinggi. Jarak antar huruf juga perlu diperhatikan ketika
melakukan modifikasi pada typeface.
|
32
2.2.1.5 Teori Warna
(Wheeler, 2003: 84) dalam bukunya Designing Brand Identity,
menjelaskan pemahamannya tentang warna yaitu :
Color is used to evoke emotion, express person ality, and
stimulate brand association. While some color is used to
unify an identity, other colors may be used functionally to
clarify brand architecture, through differentiating products
or business lines.
Dalam warna digun akan untuk membangkitkan emosi,
mengekspresikan personality, dan menstimulasi segala kesan yang
muncul di ingatan konsumen tentang suatu brand (brand
association). Warna digunakan untuk menyatukan sebuah identitas
dan memperjelas brand architecture. Memilih warna untuk
identitas baru membutuhkan pehamaman tentang teori warna,
penglihatan yang jelas tentang bagaimana brand ingin dirasakan
dan terlihat berbeda. Pengaplikasian warna membutuhkan
konsistensi dan berperan baik dalam setiap media. Warna adalah
faktor paling esensial dan penting dalam dunia desain grafis dan
periklanan. Tidak han ya memberikan depth dan emphasis ke dalam
desain tetapi juga memberikan feel dan mood.
Teori ini membantu penulis dalam perancangan yang
membutuhkan warna dalam sebuah identitas visual. Warn
yan g
akan digun akan dalam perancangan bersifat
fun and friendl
sesuai
dengan target market utama yang menyukai hal-hal yan
menyenangkan. Penggunaan warna ini juga bertujuan aga
menghilangkan kesan buruk tentang museum yang terlih
tua dan
membosankan dari Museum Prangko, sehingga pengunju
g
terutama yang masih berusia muda akan memiliki perasaa
senan g
untuk belajar sambil bermain dengan suasana menyenangkan.
2.2.2 Analisa S.W.O.T
a. Strength
-
Satu-satun ya Museum Prangko di Jakarta.
-
Han ya menyimpan koleksi prangko Indonesia, sebagai bukti bangga
|
33
akan sejarah Indonesia.
-
Mengutamakan seni dan budaya terlihat dari gay
bangunan yang khas
dengan kebud ayaan Indo nesia.
b. Weakness
-
Intensitas pengunjun g yang semakin berkuran g.
-
Interior bangunan yang terlihat semakin tua dan kurang men arik anak-
anak untuk berkunjung.
-
Pemanfaatan fungsi museum yang semakin men urun oleh masyarakat.
c. Opportunity
-
Waktu kunjungan yang efektif karena dibuka hampir setiap harin ya
kecuali hari senin dan hari libur.
-
Harga tiket masuk pun termasuk murah sehingga hampir semua
golongan masyarakat dapat masuk dan menikmati keistimewaan
museum.
d. Threat
-
Kurangnya ketertarikan masyarakat untuk mengunjungi museum.
-
Masyarakat juga semakin sibuk dengan rutinitas kerja lebih memilih
untuk beristirahat di hari liburnya.
|