BAB 2
LANDASAN PERANCANGAN
2.1 Tinjauan Umum
Dalam proses pembuatan laporan tugas akhir ini, diperlukan bebera pa metode
penelitian, yaitu:
1. Kajian pustaka
2. Wa wa ncara
3. Survei lapangan
4. Kuisioner
2.1.1 Kajian Pustaka
2.1.1.1 Referensi Buku Cerbon
Buku oleh Tim Yayasan Mitra Budaya Indonesia ini berisi
mengenai latar belakang sejarah, peninggalan-peninggalan kuno,
kese nian, tradisi hingga masakan yang ada di Cirebon.
2.1.1.2 Referensi Buku Sejarah Cirebon
Buku yang disusun oleh P. S. Sulendraningrat
berisi tentang
sejarah terbentuknya Cirebon dan juga silsilah-silsil
Sunan
Gunung Jati dan juga silsilah Kesultanan yang a da
Cirebon.
2.1.1.3 Referensi Buku Catatan Menge nai Kelenteng Koan Iem Tiao
Kak Sie
Buku oleh J. L. J. F. Ezerman yang diterjemahkan oleh Dr. Iwan
Sa tibi ini berisi tentang seputar Klenteng Tiao Kak Sie a tau yang
seka rang dikenal denga n sebutan Viha ra Dewi Wela s Asih pada
masa lampau atau sekitar abad ke 18.
2.1.1.4 Referensi Kopian Baluarti Kraton Kasepuhan Cirebon
Buku kopian ini berisi denah Keraton Kasepuhan, sejarah singkat
mengenai Keraton Kase puhan da n urutan-urutan balua rti yang ada
di dalamnya.
3
|
![]() 4
2.1.1.5 Referensi Kopian Sejarah Berdirinya Kesultanan Kanoman
Cirebon
Buku ini berisikan tentang sejarah singkat be rdirinya Kesultanan
Kanoman Cirebon, silsilah para Sultan Kesultanan Kanoman serta
koleksi benda-benda pusaka yang ada di museum Kera ton
Kanoman Cirebon.
2.1.1.6 Referensi Buku Baluarti Keraton Kacirebonan
Buku oleh Drh. H. R. Bambang Irianto, BA. dan Drh. Dyah
Komala Laksmiwati ini berisikan sejarah Keraton Kacirebonan
beserta informasi peninggalan-peninggalan yang ada di dalamnya.
2.1.1.7 Referensi Buku Taman Air Gua Sunyaragi
Buku ya ng disusun oleh E. Nurmas Argadikusuma ini secara
khusus be risikan seja rah berdirinya Gua Sunyaragi beserta
penjelasan setiap ruangan yang ada di dalamnya.
2.1.1.8 Referensi Buku Potensi Wisata Budaya Kota Cirebon
Buku yang disusun oleh Tim Pemkot Cirebon ini berisikan na rasi
cerita tempat-tempat bersejarah, cagar budaya dan situs arkeologi
yang dilengkapi dengan foto dokumentasi setia p tempa t wisatanya.
2.1.1.9 Literatur Internet
Beberapa refere nsi literature yang di ambil dari internet a ntara lain:
Situs ini merupakan situs resmi Kota Cirebon.
Situs ini merupakan situs resmi dari Dinas Pemuda Olahraga
Kebudayaan dan Pariwisa ta Kota Cirebon.
c. http://thearoe ngbinangproject.com/
Situs ini cukup aktif membahas tempat-tempat wis
yang ada
di Indonesia. Disini penulis mendapat bebera
informasi
tentang tempat-tempat wisata yang ada di Cirebon.
|
![]() 5
2.1.2 Wawancara
Dalam menyusun laporan ini, penulis mendapatkan informa si da ri
berbagai narasumber yang memahami pembahasan topik tugas akhir
penulis, yaitu:
a. Bapak Iyan, pengurus Klenteng Dewi Welas Asih yang sangat
memahami sejarah da n isi dari klenteng.
b. Bapak Giyanto, sekretaris Pusat Informasi Pariwisata Cirebon. Bapak
Giyanto menje laskan mengena i bagaimana potensialn
Cirebon dalam
hal pariwisata. Potensi terbesar yang dimiliki Cirebon te rlet
pada nilai
sejara h dan budayanya, dima na Cire bon merupak
kota dengan
akulturasi dari banyak budaya seperti Cina, Eropa, Arab d
India.
Dalam hal promosi, beberapa promosi yang tel
dilakukan adalah
se perti website, brosur da n lea flet serta bekerja sa
dengan travel-
travel dalam upaya mempromosikan wisata Cire bon.
Penulis juga melakukan tanya jawab seputar juml
wisatawan yang
berkunjung di Kota Cirebon, se lama kurun wa
2012 hingga 2013.
Adapun data perba ndingan kunjungan wisata ant
tahun 2012 dan
2013 adalah sebaga i berikut:
Tabel 2.1 Jumlah Wisatawan Kota Cirebon Tahun 2012-2013
Tahun
2012 2013
Wisatawan Asing 1.261 1.567
Wisatawan Domestik 253.484 305.605
Total Jumlah Wisatawan 254.745 307.172
Denga n da ta yang disajikan da
disimpulkan bahwa kunjungan
wisatawan mengalami kenaikan dari tah
2012 hingga 2013.
Diharapkan dengan a danya buku publik
wisata sejarah dan budaya
Cirebon dapat lebih meningkatkan kunjung
wisatawan ke Kota
Cirebon.
|
![]() 6
2.1.3 Survei Lapangan
Penulis juga menyadari pentingnya me rasakan sendiri pengalaman
be rkunjung ke te mpat-tempat wisata itu sendiri. Oleh karena itu penulis
juga melakukan survei lapangan de ngan metode pe ngamatan langsung dan
dokumentasi.
Penulis melakukan perjalana n mengunjungi beberapa tempat-tempat
wisata di Cirebon seperti Kera ton Kasepuhan, Kera ton Kanoman, Kera ton
Kacirebonan, Mesjid Agung Sang Cipta Rasa, Taman Gua Sunyaragi,
Makam Sunan Gunung Jati, Situs Kalijaga, Vihara Dewi Welas Asih,
Klenteng Talang dan Klenteng Pema ncar Keselamatan.
Gambar 2.1 Suasana Keraton Kasepuhan
Gambar 2.2 Suasana Keraton Kanoman
|
![]() 7
Gambar 2.3 Suasana Keraton Kac irebonan
Gambar 2.4 Suasana Mesjid Agung Sang Cipta Rasa
Gambar 2.5 Suasana Taman Gua Sunyaragi
|
![]() 8
Gambar 2.6 Suasana Makam Sunan Gunung Jati
Gambar 2.7 Suasana Situs Kalijaga
Gambar 2.8 Suasana Vihara Dewi Welas Asih
|
![]() 9
Gambar 2.9 Suasana Klenteng Talang
Gambar 2.10 Suasana Kle nteng Pemancar Keselamatan
2.1.4 Kuisioner
Dari total 66 pengisi kuisioner, dengan batasan umur 18 hingga di atas 30
tahun, dapa t disimpulkan sebagai berikut:
1. 40 orang memiliki hobi traveling/berpetua lang, 53 memiliki hobi
menonton film, 34 orang memiliki hobi me mbaca buku, 16 orang
memiliki hobi bermain musik, 2 orang memiliki hobi me nari da n 16
ora ng lain-lain.
2. Kegiatan yang dilakuka n ketika mengisi waktu luang ataupun hari libur,
47 orang memilih bersantai di ruma h, 31 orang memilih quality time
bersama keluarga, 54 orang memilih hangout bersama teman ke
mall/café, 23 orang memilih traveling, 18 orang me milih olahraga, 36
ora ng memilih menonton film/konser, 8 orang memilih mengunjungi
museum, 22 orang memilih mendalami hobi dan 1 orang lain-lain.
|
10
3. Dalam hal kepedulian akan objek wisata sejara h dan budaya di
Indonesia, 55 orang me njawab peduli sementara sisanya tidak.
4. 62 orang mengetahui Kota Cirebon sementara sisanya tidak.
5. 39 orang pernah mengunjungi Kota Cirebon sementara sisa nya tida k.
6. Ke tika ditanya tentang Kota Cirebon, 50 orang menjawab tenta ng
wisata kuliner, 20 orang wisata seja rah dan budaya, 6 orang wisata
religi, 19 ora ng menjawab keseniannya dan 8 orang la in-lain.
7. Ke tika dita nya tentang obje k mana yang diketahui/pernah mengunjungi,
28 orang menjawab tidak tahu tentang objek-objek wisata sejara h dan
buda ya Cirebon.
8. 57 ora ng tertarik untuk mengetahui/mengenal objek-objek wisa ta
tersebut se mentara sisanya tida k.
9. Yang layak me ngetahui objek-objek wisata tersebut, 56 ora ng
menjawab saya dan warga Indonesia, 34 orang menjawab
pengamat/pecinta sejarah da n budaya , 33 orang menjawab para pela ku
kreatif dan budaya, 42 orang menjawab generasi muda , 31 ora ng
menjawab orang mancanegara dan 4 orang lain-la in.
2.1.5 Pengertian Sejarah
Menurut KBBI: se·ja·rah [n] 1 asal-usul (keturunan) silsilah; 2
kejadia n dan peristiwa yang benar-be nar terjadi pada masa lampau;
riwaya t; tambo: cerita --; 3 pengetahuan ata u uraian tentang pe ristiwa dan
kejadia n yang benar benar terjadi di masa lampau; ilmu sejarah.
Menurut Aristoteles, seja rah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu
yang mempunyai catatan, rekod-rekod atau bukti-bukti ya ng konkrit.
Dalam pengajaran sejarah, yang dimaksud dengan peninggalan
sejarah itu bisa berupa: (1) Tulisan; prasasti dan naskah kuni, (2)
Bangunan; c andi, benteng, ma sjid, istana atau ke raton, (3) Benda; fosil,
artefak, patung, peralatan dari masa lampau, (4) Ka rya seni; tarian
tradisional, dongeng, lagu daerah, seni pe rtunjukan dan (5) Adat istiadat.
Bentuk peninggalan sejarah berupa kebendaan ya ng bisa kita temukan di
museum-museum, cagar buda ya, kampong adat, dan lainnya . Peninggalan
sejarah ini menjadi warisan sejarah yang menjadi aset bangsa yang
be rharga dan bila dipeliha ra dengan baik akan menja di objek pariwisata
|
11
penghasil devisa. Maka dalam definisi ini, peninggalan sejarah merupakan
warisan yang bergaya guna bagi generasi manusia selanjutnya.
2.1.6 Pengertian Budaya
Menurut KBBI: bu·da·ya [n] 1 pikira n; akal budi: hasil --; (2) adat
istiadat: menyelidiki bahasa dan --; (3) sesuatu mengena i kebudayaan yang
sudah be rkembang (beradab, maju): jiwa yang --; (4) cak sesuatu yang
sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah.
Menurut Kluckhohn dan Kelly, budaya adalah semua rancangan hidup
yang terc ipta secara historis, baik yang eksplisit maupun implisit, rasional,
irasional, yang ada pada suatu waktu, sebagai pe doman yang potensial
untuk perilaku manusia.
Herskovits memandang kebudayaan seba gai sesuatu yang turun
temurun dari satu ge nerasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut
sebagai superorganik. Menurut Andreas Eppink, kebuda yaan mengandung
keseluruhan pengertian nilai sosia l, norma sosial, ilmu pengetahuan serta
keseluruhan struktur-struktur sosial, religious da n lain-lain, tamba han lagi
sega la pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat.
Sedangkan menurut Edwart Burnett Tylor, kebudayaan merupakan
keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengeta huan,
keperc ayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-
kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
2.1.7 Cirebon
Cirebon dikenal dengan nama Kota Udang dan Kota Wali. Selain itu
Kota Cirebon disebut juga sebagai Caruban Nagari (pe nanda gunung
Ciremai) dan Grage (Negeri Gede dalam bahasa Jawa Cirebon bera rti
kerajaan yang luas). Sebagai daerah perte muan budaya Jawa dan Sunda,
sejak bebe rarapa abad silam, masyarakat Cirebon biasa menggunakan dua
bahasa yaitu bahasa Sunda dan Jawa.
Nama Cirebon be rasal dari kata Caruban, dalam Bahasa Sunda be rarti
c ampuran (karena budaya Cirebon merupaka n campuran dari budaya
Sunda, Jawa, Tionghoa dan unsur- unsur budaya Arab) atau bisa juga da ri
|
12
ka ta Cai yang a rtinya a ir atau sungai dan Rebon yang artinya uda ng
da lam Bahasa Sunda (karena udang merupakan salah satu hasil perika nan
Kota Cirebon)
Cirebon adalah kota pelabuha n te rpenting di pantai utara Jawa setelah
Jakarta dan Sema rang. Kota ini juga dike nal sebagai kota pe nghasil ikan
de ngan hidangan lautnya yang lezat. Cirebon merupakan kota multietnis
yang menggabungkan unsur budaya Sunda dan Jawa menjadi satu dan
ke mudian berc ampur lagi dengan unsur budaya Cina. Di kota ini terdapat
ke raton yang memiliki arsitektur yang merupakan gabungan dari berbagai
elemen kebudayaan, termasuk Islam dan unsur-unsur arsitektur Be landa.
Walaupun tidak sebesar Keraton Yogyakarta, namun Keraton Cirebon
sanga t menarik dan sangat berharga untuk dikunjungi.
Sebagai sebuah kota panta i, Cirebon memiliki cuaca yang lebih panas
khususnya di musim kering, na mun kota ini memiliki tradisi yang cukup
terjaga dan tidak terlalu luas untuk ditelusuri. Singgah di Cirebon adalah
sesuatu ya ng berharga dan perlu.
2.1.8 Objek-objek Wisata Kota Cire bon
2.1.8.1 Ke raton Kase puhan
Keraton ini berada di wilayah kelurahan Kasepuhan,
kecamatan Lemahwungkuk. Dari terminal Harjamukti ke timur laut,
hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit dengan menumpang
becak atau sekitar 30 menit dari stasiun Kejaksan ke ara h se latan.
Bangunan istana yang sekarang ditempati oleh Sultan Sepuh
dan kelua rganya, sebenarnya me rupakan pengembanga n dari Istana
Pakungwati yang didirikan oleh Kian Santang a tau Pangeran
Wa langsungsang Cakrabuwana ya ng terletak di sebelah timur laut,
lokasi istana sekara ng berada atau di situs Petilasan Dalam Agung.
Tradisi menga takan bahwa Keraton Kasepuhan (dahulu
bernama Keraton Pakungwati, dengan Caruban Nagari sebagai
nama Kerajaannya) yang sekarang menjadi objek wisata Kota
Cirebon, didirikan oleh Syekh Syarif Hidayatullah pada 1529 M
atau 1451 Sa ka. Nama Kasepuhan sendiri muncul setelah
|
![]() 13
pelantikan Sultan Sepuh I, PR Samsudin Martwijaya pada ta hun
1679.
2.1.8.2 Keraton Kanoman
Kraton Kanoman ini terletak di wilayah ke lurahan
Lemahwungkuk, kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon.
Lokasinya dapat ditempuh dalam wa ktu + 25 menit dengan
menumpang becak atau + 10 menit dengan kendaraan roda empat
dari terminal Harjamukti kea rah timur laut dan sekitar 10 menit
dengan roda empat dari stasiun Kereta Api Kejaksan.
Setelah Panembahan Ratu II alias Pangeran Mas Karim wafat
(1677), atas dasar kesepakatan dan kemufakatan, melalui kebijakan
Sulta n Banten, Pangeran Ageng Tirtayasa, maka Keraton Pakung
Wati dimekarkan menjadi Keraton Kaseupah dengan PR Samsudin
Martwijaya sebagai Sultan Sepuh I dan Kra ton Ka noman dengan
PR Muhammad Badridin Kartawijaya sebagai Sultan Anom I.
2.1.8.3 Keraton Kacirebonan
Keraton ini berada di wilayah keluraha n Pulasaren, Kecamatan
Pe kalipan. Dari stasiun Parujakan jaraknya hanya + 1 km atau 10-
15 menit dengan menumpang becak ke arah Tenggara.
Keraton Kacire bonan sebenarnya merupakan sempalan atau
pemeka ran dari Keraton Kanoman. Pemekaran tersebut terjadi
setelah Sultan Anom IV, PR Muha mmad Khaerudin wafat. Konon,
seorang putra mahkota ya ng semestinya be rhak menjadi Sultan
Anom diasingkan oleh Belanda ke Ambon karena dianggap sebagai
pembangkang dan pemberontak Belanda . Ketika dia kembali ke
Cirebon, takhta sudah diduduki oleh saudara nya, PR Abu Sholeh
Imamudin. Atas dasar kesepaka tan intern keluarga, PR Anom
Madenda membangun Keraton Kacirebonan, kemudian muncullah
Sulta n Ca rbon I sebagai Sultan Kacirebonan pertama.
|
![]() 14
2.1.8.4 Me sjid Agung Sang Cipta Rasa
Mesjid Agung Sang Ciptarasa ini masih merupakan sala h satu
bagian da ri Ke raton Kasepuhan. Mesjid ini terletak di sebela h barat
alun-alun Sangkalabuwana (alun-alun di depan Ke raton
Kasepuhan). Luas area lnya + 4.750 M2. Di dalamnya terdapat
beberapa sakaguru yang berfungsi sebagai penopang struktur
bagian atas, tetapi yang paling menarik adalah sak a tatal, yaitu
sebuah tiang penopang yang cukup kuat, walaupun terbuat dari
serpihan-serpihan kayu. Konon sak a talal tersebut melambangkan
pentingnya kebersatuan. Pada jaman itu para waliyullah dan
pengikut-pengikutnya menyusun kekuata n, mela wan musuh-
musuhnya dengan bersatu padu.
Menurut tradisi, Mesjid Agung Sang Cipta Rasa didirikan
pada th 1422S atau kurang lebih th 1500M oleh Walisanga atau
prakarsa Sunan Gunung Jati, ya ng pelaksanaan pembangunannya
dipimpin oleh Sunan Kali Jaga. Sedangkan nama Sang Cipta Rasa
sendiri mengandung filsafat berikut: sang berarti agung, cipta
berarti ba ngunan dan rasa dalam hal ini da pat diartikan sebagai
ma nfaat. Dengan demikian Sang Cipta Rasa berarti manfaatkanlah
agungnya atau besarnya ba ngunan (mesjid) ini sebagai tempat
iba dah dan kegia tan-kegia tan siar Islam. Ke unikan dari mesjid ini
ada lah adanya adzan pitu yaitu adzan yang dilakukan oleh tujuh
orang muazin ata u bilal pada waktu shalat Jumat.
2.1.8.5 Taman Gua Sunyaragi
Tamansari Gua Sunyaragi ata u lebih dikenal dengan sebutan
Gua Sunyaragi ada lah beka s tama nsa ri pesanggrahan dari Ke raton
Kasepuhan yang fungsi utama nya untuk menyepi ata u be rkhalwat,
sesuai dengan namanya, Sunyaragi yang bera rti tempat untuk
me nyepi atau mengasingka n ra ga (sunya be rarti sepi dan ragi
berarti raga). Sebutan gua yang dimaksud dalam hal ini bukanlah
gua alam, melainkan gua artificial. Dengan kata lain gaya arsitektur
tamansari ini ba nyak menyerupai gua yang berhiaskan a ir dan
itulah yang menjadi daya tarik uta ma dari tamansari gua Sunyaragi.
|
15
Tradisi mengatakan, bahwa Tamansari Gua Sunyaragi didirikan
sejak 1448 Saka atau th 1526M oleh Panembahan Gusti Ratu
Pa kungwati I atau PM Muhammad Arifin II.
2.1.8.6 Makam Sunan Gunung Jati
Komplek makam Sunan Gunung Jati dikenal denga n nama
Astana yang diseke lilingnya dipenuhi oleh kuburan para kerabat
keraton dari tiga kasuna nan, yaitu Kesultanan Keraton Ka sepuhan,
Keraton Kanoman dan Keraton Kacirebonan, ditambah de ngan
keluarga besar Pengguron yang ada di Cirebon.
Pusara Sunan Gunung Jati berada di puncak Bukit Sembung di
dalam sebuah ruang berata p limas dengan memolo kecil yang
dikelilingi oleh batu mutu manikam bernilai tinggi, seperti zamrud,
batu giok, intan, blue safir dan batu mulia lainnya juga
diperkirakan salah satunya adalah batu merah delima yang sangat
la ngka.
Adapun di dalam ruang pasarean (ma kam) terdapat beberapa
makam lain ya ng terdiri dari Pangeran Cakrabuana, Nyai
Pa kungwati, Ki Gede Mayung dan Putri Ong Tien yang merupakan
salah satu istri Sunan Gunung Jati yang berasal dari ne geri Cina.
Namun kubura n Putri Ong Tien dibagi me njadi dua, setengah di
dalam ruang, setengah lagi di luar ruang atau tembok penye kat. Hal
itu terjadi karena Putri Ong Tien ketika disuruh masuk Islam dan
te rus mengikuti agama para leluhurnya di negeri Cina. Sehingga
oleh Sunan Gunung Jati kubura nnya juga dibagi dua.
2.1.8.7 Situs Kalijaga
Situs ini terletak di wilayah keluraha n Kalijaga, kecamatan
Harjamukti. Dari terminal bis Harjamukti ja raknya hanya berkisar
500m ke arah selatan.
Situs ini dikenal sebagai tama n kera Kalijaga, karena situs ini
te rdapa t banyak sekali kera yang telah beradaptasi de ngan
pengunjungnya. Tradisi meyakini bahwa kera-kera tersebut berasal
dari jelmaan para pengikut Sunan Kalijaga yang tidak mematuhi
|
![]() 16
ajaran Rasulullah. Tradisi mengataka n bahwa situs ini merupa kan
situs petilasan Sunan Kalijaga ke tika beliau melaksana kan
penyebaran agama Islam di Cirebon.
2.1.8.8 Vihara dan Klenteng
Ada tiga tempat ibadah bagi umat Buddha dan Konghucu di
Kota Cirebon yang dapat dikunjungi. Ketiga tempat ibada h terse but
semua nya merupakan bangunan kuno ya ng bergaya arsitektur
kla sik Tiongkok. Ketiga tempat tersebut adalah:
1.
Vihara Dewi Welas Asih (th 1658) dise but juga Klenteng Tay
Kak Sie, 50 m dari pintu I pelabuhan Muara Jati ke arah Barat.
2. Klenteng Talang (th 1577) disebut juga Klenteng Kongcu Bio
(untuk uma t Konghucu), 100 m dari Vihara Dewi Welas Asih
kea rah Barat Daya, berada di Jl. Talang.
3. Kuil Pemancar Keselamatan (2231 Imlek), disebut juga
Klenteng Bun San Tong, + 150m dari Klenteng Talang kea rah
Barat Daya, berada di Jl. Kanoman.
2.2 Tinjauan Khusus
2.2.1 Pengertian Buku
Menurut KBBI : bu·ku [n] lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan
atau kosong; kitab. Sedangka n menurut Oxford Dictionary, buku adalah
ha sil karya yang ditulis atau dicetak dengan halaman-halama n yang dijilid
pa da satu sisi atau hasil karya yang ditujukan untuk pene rbitan.
Mengutip da ri buku Layout Dasar & Penerapannya yang disusun
oleh Surianto Rustan, S.Sn., buku berfungsi untuk menyampaikan
informasi, berupa cerita, pengetahuan, laporan, dan lain-lain. Buku dapat
menampung banyak sekali informasi, tergantung berapa jumlah halaman
yang dimilikinya. Pada buku, penjilidan yang baik me rupakan keharusan
aga r lembar-lembar kertasnya tidak tercera i berai. (Rustan, 2009)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain buku untuk me njamin
pe nyampaian informasi berhasil antara lain : desain cover, desain navigasi,
kejelasan informasi, kenyamanan membaca, pembedaan yang jelas antar
ba gian/bab, dan lain-lain.
|
17
2.2.2 Pengertian Publikasi
Menurut KBBI : pub·li·ka·si [n] 1 pengumuman; 2 pe nerbitan.
me·mub·li·ka·si·kan [v] mengumumkan; menerbitkan; menyiarkan atau
menye barkan (buku, majalah, dsb). Dala m penjelasan tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa publikasi adala h pengumuman tentang suatu hal
yang diumumkan/disiarkan melalui media ele ktronik maupun diterbitkan
di media ce tak.
Menurut Timothy Samara dalam buku Publication De sign
Workbook, publikasi adalah aplikasi dari teks dan gambar yang dipe rluas,
dengan demikian, desainer menanggung sejumlah besar pertimbangan.
Tidak seperti single-format item seperti poste r atau iklan, bahkan desain
singular multipage dokumen denga n lebih dari dela pan atau dua belas
halaman membutuhkan desa iner untuk fokus pada isu isu yang diperoleh
dari membaca banyak halaman, seperti mengatur jumlah muatan
informasi; pe ngaturan tipografi agar tetap nya man ketika membaca banyak
halaman, namun cukup hidup untuk te rus melibatkan pembaca; pena taan
setiap hala man dan muatan setiap konten halamannya, baik berbasis
gamba r atau teks; dan mengintegra si gambar dengan tipografi untuk
mencapai suatu bentuk kesatuan yang mampu menjadi sarana komunikasi
yang efektif. (Samara, 2005)
Pada bab Designing to Read dalam bukunya, Timothy Samara
menjelaskan beberapa tahapan dalam merancang sebuah publikasi, ya itu:
1. Thinking
: konte n, pesan dan pengaturan
Conc ept and Content
Langkah awal dalam berpikir tentang bagaimana sebuah publikasi
menjadi kenyataan adalah dengan fokus pada subjek utama dari
pesan yang ingin disampaika n. Pera n seorang de sainer adalah
memeriksa kontennya dan mulai be rpikir tentang bagaimana bentuk
dan mood dari desain, terkait dengan pesa n yang ingin disampaikan.
Evaluating and Organizing
Strategi dalam mengorganisasi konten melibatkan memilah mate ri
ke dala m bagian-bagian yang terka it satu sama lain; sesuai dengan
|
18
jenis yang sama, mulai da ri ba gian kecil hingga keseluruhan, sesuai
tingkat kerumitan materi, secara kronologis, relevansinya.
The Many Forms of Content
Konten dalam publikasi tidak hanya terbatas dalam hal penulisan
saja. Gambar, warna, dan type dapat juga disebut konten.
Color as Communication
Sedikit visual stimuli yang sekuat warna, hal ini te rk
erat dengan
a lam sehingga warna adalah alat komunikasi yang san
berguna.
Teta pi karena hasil warna dari transmisi gelombang
ahaya yang
dipantulkan melalui organ yang tidak sempurna ya
mata dan
penerjemah yang tidak sempurna yaitu otak, maka ma k
ya ng
disampaikannya juga sangat subjektif. Dengan kata la
melalui
mekanisme pe rse psi warna yang bersifat universal diant
manusia,
a pa yang kita lakukan dengan seka li kita melihat itu adalah hal
ng
lain sama sekali. Perbedaan budaya dan pengalam
individu
mempengaruhi penafsiran seseorang tentang pesan wa r
Sebagai
hasilnya, warna, seperti teks dan gambar, adalah konten ya
efektif
dan karenanya harus diatasi ketika me rancang suatu publikasi.
Type as Visual Concept
Saat mendesa in untuk publikasi, salah satu area fokus yang paling
besa r adalah tipografi. Untuk tujuan yang bersifat fungsional,
desa iner harus memperhatikan legibility, hierarchy dan clarity
dalam menyampaikan informasi verbal. Namun tipografi juga
membawa pesan non-verbal. Dalam memilih jenis huruf dan
menyesuaikan dengan gambar, seorang desainer mungkin memiliki
e fek yang mendala m pada karakter ke seluruhan dari publikasi.
Pemilihan je nis huruf yang mampu menyuarakan konten yang
dengan posisi dan cara yang spesifik agar audience mampu
mengasosiasikannya secara langsung.
|
19
2. Re ading
: tipografi dalam publikasi
Crafting Extended Text
Membuat te ks yang nyaman dibaca membutuhkan keterlibatan lebih
dari desainer. Kompleksitas dari informasi yang harus disampaikan
dalam publikasi membutuhkan pe ngaturan hirarki yang kompleks
dari elemen navigasi seperti headlines, subheads, dan lainnya.
Namun yang terpenting adalah kejelasan visual dari running text
dna bagaimana mengaitkannya diantara halaman-
hala man publikasi
yang mengaitkannya dia ntara halaman-halama n publikasi yang
akan dibuat.
Typographic Detail
Biasanya, meranca ng tipogra fi dalam se bu
halaman dengan
elemen lainnya da n terlihat stylish di dalam lay
terjadi tanpa
disadari. Akan te tapi, pengaturan tanda baca d
simbol, alignment
dari subjudul da n teks di seluruh paragraf adal
sama, jika tidak,
penting untuk memastikan kemuda han ke terbacaannya.
biasanya
diasumsikan dengan huruf dan jarak anta r ka
bahwa pengaturan
jarak karakter ini tidak perlu dievaluasi. Ini jara
sekali benar.
Mengeta hui aturan-aturan dasar untuk pengaturan te
yang jelas
membuat desainer wa spada untuk mengatur masalah jar
potensial
dan membantu meningkatkan ta mpilan dan pembaca
running text.
Composing Text in Space
Setelah meneta pkan aspek textural dari running copy, desaine r
harus memikirkan bagaimana mengatur jarak spasi pada setiap
halaman dalam publikasi. Bentuk dari text bloks, bagaimana garis-
garis teks sejajar dengan beruruta n, kontras a ntar elemen dan
negative space disekitar teks, semuan
agar menghasilkan layout
yang dapa t meningkatkan keterbacaan d
kualitas tampilan
visualnya.
|
![]() 20
Developing Informational Hierarchy
Apakah di dalam koran, annual report, atau majalah, informasi
harus memiliki urutan yang menga rahkan pembaca. Urutan ini
disebut dengan informasi hirarki, yang diurutkan berdasarkan
tingkat kepe ntingan informasi. Kepentingan berarti bagian yang
harus diba ca terlebih dahulu, kedua, ketiga da n selanjutnya. Dapat
juga mengacu pada perbedaan fungsi dianta ra bagian-bagiannya
sepe rti running tex t dengan elemen lainnya seperti judul, sub judul,
c aption, da n lain-lain.
3. Building
: struktur dan integrasi
Message Meets Material
Format dapat be rarti beberapa hal yang berbeda.
Pali
sering,
mengac u pa da proporsi dari halaman. Hal ini ju
dapat merujuk
pada organisasi sebuah projek. Ada format konvensio
untuk
majalah, misalnya: daftar isi, surat dari edit
serangkaian
informasi pendek terkait dengan subjek secara keseluruh
dan
serangkaian fitur cerita. Pada akhirnya, pertanyaan tenta
format
sebuah publikasi a dalah salah satu hal yang penti
yang harus
desa iner putuskan. Format memainkan peranan yang be
dalam
sebuah publikasi; ukura n dan bentuk se rta bagaima
perasaannya
terhadap pembaca. Perasaan tentang space, tension d
movement
dalam sebuah format berubah mengikuti perubah
proporsi.
Format pe rsegi menunjukan ne utral space tanpa ketegang
Format
vertikal menc erminka n tubuh manusia, menghasilkan upw
The Systematic Nature of Publications
Publikasi memaksa desainer untuk mempertimbangkan variable di
luar dari komposisi dasar. Crafting te ks yang dapat dibaca untuk
format halaman single tidak selalu me mecahkan masalah spasial dan
|
21
hirarkis untuk halaman spreads. Desainer dihadapkan dengan
headline atau judul panjang; artikel sepanjang s
ha laman, dua
halaman atau sepanjang ena m halaman. Be bera
konte n akan
ditampilkan dengan gambar dan beberapa konte n tidak.
The Grid Sy stem
Semua pekerjaa n desain melibatkan penyelesai
masalah, baik
se cara visual dan level organisasional. Gambar, te
headlines:
se luruh ele men ini harus dapat bersatu unt
mengkomunikasikan.
Grid adala h sebuah pendekatan untuk mencap
tujuan tersebut.
Grid mungkin dapat loose dan organic, dapa t ju
ketat dan
meka nikal. Grid berfungsi untuk dapat menyelesaik
masalah
komunikasi yang kompleks. Keuntungan dari beke
menggunakan
grid adalah terciptanya clarity, e fficiency, econo
dan continuity.
Grid memperkenalkan urutan sistematis dalam layo
membedakan
jenis informasi dan mempermudah navigasi pembaca.
Visual Re lationship betweenWords and Pictures
Menghasilkan type untuk dapat berinte raksi dengan gambar adalah
masalah yang cukup serius bagi banyak desainer. Gambar memiliki
komposisi gelap dan terang, dimensi dan volum, kontur, ruang
kosong dan terisi, da n memiliki susuna n dengan urutan tertentu.
Type memiliki hal yang sama, komposisi gelap d
terang, dimensi
dan volum, kontur dan irama dalam ruang terbuka d
tertutup, juga
diatur dalam urutan tertentu. Tugas kita dal
menemukan atribut
yang sama tersebut.
Sequenc ing and Pacing
Pacing dalam sebuah publikasi adalah salah satu pertimbangan
penting ba gi desainer. Pacing dapat diartikan sebagai sebuah ritme
visual, irama atau timing yang pembaca pahami dari halaman pe r
halaman, hampir seperti menyaksikan sebuah film. De ngan
memvariasikan ritme, dari pelan ke cepat, dari diam menjadi
dinamis, desainer dapat menca pai beberapa goals.
|
22
Setiap projek berbeda, jadi cara de sainer dal
melakukan pacing
juga tidak terbatas. Strategi pacing dapa t disederha nak
menjadi
dua pendekatan basic, yaitu strategi yang terfokus pa
variasi
strukturnya dan strategi yang menyesuaikan deng
penyajian
kontennya.
Dressing the Package
Bagian terluar dari sebuah publika
si adalah kompon
terpenting,
karena me mberikan kesan pertama dari keseluruh
komunikasi
yang akan diterima oleh audie nce. Seba gai contoh, pa
majalah,
c over adalah alat untuk menyampaikan inform
mengenai konten
spesifik dalam edisi tersebut sebagai cara menambah da
tarik dan
mempengaruih audience untuk membelinya.
2.2.3 Teori Layout
Dalam buku Lay out Dasar & Penerapannya, layout pada dasarnya
da pat dijabarkan sebaga i tata letak elemen-e lemen desa in terhadap suatu
bidang da lam me dia tertentu untuk mendukung konsep/pesan ya ng
dibawa nya. Melayout adalah salah sa tu proses/tahapan kerja dalam desain.
Dapat dikatakan ba hwa desa in merupakan arsiteknya, sedangkan layout
pe kerjanya. Namun definisi layout da lam perkembangannya suda h sangat
meluas dan melebur de ngan definisi desain itu sendiri, sehingga banyak
orang mengatakan bahwa melayout
itu sama dengan mendesain. (Rustan,
2009)
Prinsip-prinsip Layout :
2.2.3.1 Sequence
Dise but juga dengan istilah hierarki/flow/aliran. Merupa kan
urutan prioritas dari elemen-elemen yang harus dilihat pertama
sampai yang tera khir. Berda sarka n penelitian yang dila kukan oleh
Dr. Mario R. Gracia dan Pegie Stark ta hun 2007, di wilayah-
wilayah penggunaan bahasa dan tulisan latin, orang membaca dari
kiri ke kanan dan dari atas ke bawah. Karena itu pada materi-
materi publikasi, urutan/alur pembacaan kebanyakan didesain
berdasarkan kecenderunga n tersebut. Namun tidak hanya itu saja,
|
23
arah gerak
mata juga dipengaruhi oleh hal-hal lain berupa
pemberia n emphasis/pembedaan pada suatu objek, seperti warna,
ukuran, style, dan lain-lain. Kecenderungan lain adalah membaca
dengan sequence seperti huruf Z. Selain itu banyak juga sequence
lainnya yang supaya lebih muda h mengingatnya diwakilkan
dengan huruf-huruf : C, L, T, I dan banyak lagi lainnya .
2.2.3.2 Emphasis
Emphasis dapat diciptakan dengan berbagai cara, anta ra lain :
1. Memberi ukuran yang jauh lebih besar dibangingkan elemen-
elemen layout lainnya pada halaman tersebut.
2. Warna yang kontras/berbeda sendiri dengan latar belakang dan
elemen lainnya.
3. Letakkan di posisi strategis a tau yang menarik perhatia n. Bila
pada umumnya, kebiasaan orang membaca dari atas ke ba wah
dan dari kiri ke kana n, maka posisi yang paling pertama dilihat
orang ada lah sebela h kiri atas.
4. Mengguna kan bentuk atau style yang berbeda de ngan
sekitarnya.
2.2.3.3 Balance
Balance berarti pembagian bera t yang merata pada suatu bidang
layout. Pembagian berat yang merata bukan berarti seluruh bidang
layout harus dipenuhi dengan elemen, tetapi lebih pada
menghasilka n kesan seimbang dengan menggunakan elemen-
eleme n yang dibutuhkan dan meletakkannya pada tempat yang
tepat. Tidak hanya pengaturan letak, tapi juga ukuran, arah, warna
dan atribut-atribut lainnya. Ada dua macam keseimbanga n suatu
layout, yaitu keseimbangan yang simetris (symetrical
balance/formal balance) dan keseimbangan yang tidak simetris
(assymetric al balance/informal balance).
2.2.3.4 Unity
Supaya sebuah layout memberi efek yang kuat bagi pembacanya,
|
24
ia harus me mpunyai kesan unity /kesatuan. Semua elemen seperti
teks, gambar, warna, ukuran, posisi, style dan lainnya harus saling
berkaitan dan disusun secara tepa t. Tidak hanya dalam hal
penampilan, kesatuan di sini juga me ncakup selarasnya ele men-
elemen yang terlihat se ca ra fisik dan pesan yang Ingin
disampa ikan dalam konse pnya.
2.2.4 Teori Tipografi
Dalam buku HURUFONTIPOGRAFI, secara tradisional istilah
tipografi berkaitan erat dengan setting huruf dan pencetakannya. Pengaruh
pe rkembangan teknologi digital yang sangat pesat pada masa kini
membuat maknanya makin meluas. Kini tipografi dimaknai sebagai sega la
disiplin yang berkenaan dengan huruf. (Rusta n, 2010)
Tipografi merupaka n sua tu ilmu dalam memilih dan menata huruf
de ngan pengaturan penyebarannya pada ruang-ruang yang tersedia untuk
menciptakan kesan tertentu, sehingga dapat menolong pembaca untuk
mendapatkan ke nyama nan me mbaca semaksimal mungkin.
Klasifikasi tipografi berdasarkan bentuk rupa hurufnya :
Roman, pada awalnya adalah kumpulan huruf capital seperti yang biasa
ditemui di pilar dan prasasti Romawi, namun kemudian definisinya
berkembang menjadi seluruh huruf yang mempunyai c irri tegak dan
didominasi garis lurus kaku.
Serif, denga n ciri memiliki siripa n di ujungnya. Selain membantu
keterbacaan, siripan juga me mudahkan saat huruf diukir ke batu.
Egyptian, atau populer dengan sebutan slab serif. Cirinya adalah
kaki/sirip/serif yang berbentuk persegi seperti papan dengan
ketebalan yang sama atau ha mpir sama. Kesa n yang ditimbulkan
a dalah kokoh, kuat, kekar dan stabil.
Sans Serif, denga n ciri tanpa sirip/serif dan me miliki ketebalan huruf
yang sama a tau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf
jenis ini adalah modern, kontemporer dan efisien.
Script, merupakan goresan tangan yang dikerjaka n dengan pe na, kuas
a tau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang
ditimbulkan ada lah sifat pribadi dan akrab.
|
25
Miscellaneous, merupakan pengembangan dari bentuk-bentuk yang
sudah ada. Ditambah hiasan dan ornament, atau garis-garis dekora tif.
Kesan yang ditimbulkan adalah dekoratif dan ornamental.
2.2.5 Teori Fotografi
Fotografi berasal dari kata dalam bahasa Yuna ni yaitu photos yang
berarti cahaya da n grafo yang be rarti melukis. Ma ka, fotografi adalah
proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Secara umum,
fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar dari suatu
objek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai objek tersebut
pada media yang peka cahaya.
Ada beberapa jenis fotografi, salah satunya adalah fotografi jurnalistik.
Fotogra fi jurnalistik adalah foto yang memiliki nilai berita atau menjadi
berita itu sendiri, melengka pi suatu berita dan dimuat dalam sua tu media.
Me nurut Zainuddin Nasution, tokoh jurnalistik asal Surabaya, foto
jurnalistik adalah jenis foto yang digolongkan foto yang tujuan pemotretan
karena keinginan bercerita kepada orang lain. Jadi foto-foto jenis ini
berkepentingan dalam menyampaikan pesan kepada orang lain de ngan
maksud agar orang lain melakukan sesuatu tindakan psikologis.
Ada beberapa kate gori foto jurnalistik, yaitu :
1. Foto headshot dan portrait, yaitu foto orang untuk menguatkan berita
atau me mberitahu pembaca wajah seseorang.
2. Foto features, yaitu jenis foto yang tidak terpengaruh ol
waktu.
3. Foto ilustrasi, yaitu gambar ilustrasi yang dibuat de ng
ilustrasi ta ngan.
Te knik fotografi yang digunaka n dalam buku Wisata Budaya
Cirebon adalah foto jurnalistik karena dianggap dapat menghadirkan
a tmosfir dari objek wisata Cirebon dengan lebih efektif.
Foto yang
ditampilkan dimaksudkan untuk memberikan gambaran pada pembaca
menge nai pengalaman menjelajahi objek wisa ta budaya di Cirebon.
|
26
2.2.6 Teori Warna
Dalam buku Color Basic, Color is a visual sensation that involves
three ele ments: a light source, an object, a viewer. Dalam bahasa
Indonesia, warna merupakan fe nomena yang terjadi karena ada nya tiga
unsur yaitu ca haya, objek dan observer (dapat berupa mata kita ataupun
alat ukur). Di dalam ruang gelap dimana tidak ada cahaya, kita tidak bisa
mengenali warna. Demikian juga jika kita menutup mata, maka kita tidak
da pat melihat warna suatu objek, sekalipun a da cahaya. Begitu juga halnya
bila tidak a da suatu objek yang kita lihat maka kitapun tidak bisa
mengenali warna. (Dameria, 2007)
Sedangkan dalam buku Color Design Workbook, teori warna
adalah seperangkat prinsip yang dapat digunakan untuk mencipta kan
kombinasi warna yang harmonis. Ide-ide ini direpresentasikan dalam
be rbagai diagram color whee ls, triangle s, dan gra fik yang membantu
de sainer memaha mi interaksi warna, memilih dan menggabungkan wa rna
da n membentuk palet yang menyenangkan dan efektif. (Stone, Adams, &
Morioka, 2008)
Dalam pemba gian wa rna, kita menggunakan lingkaran warna (color
wheel). Warna-warna dalam lingkaran warna terdiri atas tiga bagian, yaitu:
1. Warna primer, terdiri atas warna merah, kuning dan biru. Warna primer
merupakan warna da sar dalam lingkaran wa rna.
2. Warna sekunde r, terdiri a tas warna orange, hijau dan ungu. Wa rna
sekunde r merupakan pencampura n dua warna primer dengan
perbandingan yang sama. Warna orange merupakan pencampuran
warna merah dan kuning, warna hijau merupakan pencampuran warna
biru dan kuning, sedangkan wa rna ungu adalah pencampuran antara
warna merah dan biru.
3. Warna tersier merupakan penca mpuran antara warna primer dan
sekunde r disebelahnya dengan perbandingan ya ng sa
Warna tersier
terlihat unik dan cantik, seperti warna hijau lim
dihasilkan dari
c ampuran warna hijau dan kuning. Ada warna hijau tos
ya ng
dihasilkan dari campuran warna hijau dan biru. Warna indi
dihasilkan
dari campuran ungu dan biru.
|
27
Asosiasi dan Psikologi War na
1. Biru : ke setiaan, ketenangan, sensitif dan bisa diandalkan.
2. Keabu-abuan : serius, bisa diandalkan dan stabil.
3. Merah muda : cinta, kasih sa yang, kelembutan, feminine.
4. Merah : kuat, berani, percaya diri, gairah.
5. Kuning : muda, ge mbira, imajina si
6. Hitam : elegan, kuat, sophisticated
7. Hijau : kese jukan, keberuntunga n, kesehatan
2.3 Analisa SWOT
Strength
Sumber informasi te ntang wisata seja rah dan budaya yang praktis.
Menggunakan pendekatan gaya bahasa serta visual yang sesuai dengan target
yang dituju.
Buku pertama tentang wisa ta sejarah Cirebon yang dirancang denga n
visualisasi yang matang sesuai target.
Weakness
Isi buku tidak mendetail, hanya berisi informasi-informasi penting dan umum
seputar tempat wisata tersebut.
Opportunity
Masih jarang buku tentang wisata sejarah dan budaya Kota Cirebon yang
menarik sec ara visual.
Kondisi Kota Cirebon yang sedang berkembang.
Threat
Masyarakat lebih menyukai liburan ke tempat-tempat wisata rekreasi atau
wisata alam dan liburan ke luar negri.
|
28
|