BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Umum
Data untuk menunjang tugas akhir ini didapat dari berbagai media dan
sumber, antara lain :
a. Wawancara/Interview dari nara sumber yang terpercaya dan pihak-pihak
terkait yaitu personil dari anggota band Mocca, Arina Ephipania ( Vokal
utama, Flute, Tap-Dance, Xylophone), Riko Prayitno (Gitar), Toma Pratama
(Bass, Vokal latar), Indra Massad (Drum, Perkusi, Cajon), serta dari fans base
band Mocca, yang bernama Swinging Friends.
b. Pengumpulan informasi dari internet, yaitu :
c. Survey melalui penyebaran kuisioner kepada masyarakat ruang lingkup
Jakarta (melalui jejaring sosial).
2. 2 Tinjauan Umum
2.2.1 Sejarah Band Mocca
Pada mulan ya Arina dan Riko merupakan teman satu kampus di Institut
Teknologi Nasional. Mereka tergabung dalam sebuah band kampus tahun 1997-an.
Karena tidak cocok dengan anggota yang lain, Arina dan Riko pun sepakat
mendirikan Mocca. Dua tahun kemudian mereka bertemu dengan Indr a dan Toma.
Indra dan Toma merupakan teman satu kampus, mereka belajar di fakultas desain
Institut Teknologi Nasional (ITENAS) Bandung dan masuk pada tahun yang sama.
Arina, Riko, Toma dan Indra mulai membentuk band tanpa nama sejak tahun
1999. Nama Mocca baru tercetus saat mereka manggung untuk pertamakalinya di
acara inagurasi mahasiawa ITENAS tahun 2001. Saat itu lagu yang mereka bawakan
adalah And Rain Will Fall, Life Keeps on Tu rning, dan Blah Blah Blah milik
The Cardigans.
|
Nama Mocca memang diciptakan secara spontan, karena selama mereka
ngeband 2 tahun tidak pernah menggunakan nama. Namun filosofi Mocca justru
muncul belakangan, Mocca adalah rasa diantara kopi dan coklat. Dia mempunyai cita
rasa yang unik dan khas, ada yang suka dan ada pula yang tidak suka.
(mymocca.com)
2.2.2 Perjalanan Karier
Satu tahun kemudian mereka mengeluarkan debut album mereka "My Diary"
(2003) dengan label indie "FFWD". Album ini meldak di pasaran. Lagu-lagu seperti
"Secret Admirer" dan "Me and My Bo yfriend" menjadi hits di mana-mana. Video
klip "Me and My Boyfriend" mendapat penghargaan sebagai "b est video of the year"
versi MTV Penghargan Musik Indonesia 2003.
Bahkan merek a menandatangani kontrak dengan salah satu indie records
di Jepang, Excellent Records, untuk mengisi satu lagu dalam album yang format
rilisannya adalah kompilasi book set (3 Set) yang berjudul "Pop Renaisance". Ada 3
disc yang died arkan di Jepang dan Mocca berad a di disc no. 2 dengan lagu "Twist
Me Arround".
Lagu-lagu Mocca sendiri menggunakan bahasa In ggris dengan alasan
memudahkan penulisan syair serta kesesuaian dengan warna lagu pop dengan
sentuhan swing jazz, twee pop, dan suasana ala 60-an.
Mocca kembali merilis album kedua mereka tahun 2005 bertajuk "Friends"
masih dibawah label indie, Fast Forward Record. Dalam album ini Mocca tidak
tampil sendirian. Mereka menggaet dua musisi andal untuk memperkaya musik
mereka. Dari dalam negeri, mereka menghadirkan Bob Tutupoli untuk mengisi suara
dalam lagu "This Conversation" dan lagu yang khusus dibuat untuknya, "Swing It
Bob". Mereka juga berduet den gan musisi asal Swedia, Club 8. Bersama duo asal
Swedia ini, Johan dan Karolina Komstedt, Mocca membawakan lagu "I Would
Never".
Karier Mo cca semakin menanjak. Tak hanya di dalam negeri, mereka
mengembangkan sayap ke Asia. Singapura, Malaysia, Thailand, dan Jepang telah
menikmati album mereka.
|
Mocca juga terlibat dalam pembuatan lagu soundtrack. Kuartet ini pernah
mengerjakan soundtrack dari filem "Catatan Akhir Sekolah" kar ya Hanung
Bramantyo dan soundtrack sinetron TV "Fairish the Series".
Mocca juga membuat sebuah mini album berisi 6 lagu, 2 di antaranya
berbahasa Indonesia. Mini album ini sebelumnya berjudul "Sunday Afternoon", tapi
dirilis dengan judul "Untuk Rena". Mocca terinspirasi naskah cerita film anak-anak
berjudul "Untuk Rena". Mocca tak han ya mendapat inspirasi. Mereka ju ga mendapat
kesempatan untuk memasukkan "Happy!" dan "Sebelum Kau Tidur"
sebagai soundtrack film garapan Riri Riza itu.
Tahun 2007, Mocca mengeluarkan album ketiga mereka, "Colours". Album
ini memuat materi baru, termasuk 2 cover song yaitu Hyperballad (Bjork) dan
Sing (The Carpenters) serta sebuah kolaborasi dengan Pelle Carlberg (Edson) yang
kemarin sempat menjadi tamu di LA Light IndieFest, dalam lagu Let Me Go.
(mymocca.com)
2.2.3 Personil Mocca
Arina Ephipania Vokal utama, Flute, Tap-Dance, Xylophone
Riko Prayitno Gitar
Toma Pratama Bass, Vokal latar
Indra Massad Drum, Perkusi, Cajon
2.2.4 Additional Player
Agung Nugraha Piano, Keyboard, Akordion
Tommy Pangemanan Trumpet
Ardiansyah Trombone
Former additional player
Ihsan Dedon Gitar Rhytm
Mira Saxophone
|
![]() 2.2.5 Diskograf i
Studio Album
My Diary (2002)
Friends (2004)
Colours (2007)
Mini Album (EP)
Music Inspired by The Movie : Untuk Rena (2005)
Mini Album (2010)
Live Album
Mocas Rehearsal Show (2007)
Secret Show (2009)
2.2.6 Mocca Fans Club
Mocca memiliki sebuah fans club yang san gat solid dan selalu memberikan
support penuh setiap waktu. Mereka menamak an dirinya dengan Swinging Friends.
|
Mereka berkumpul untuk menshare cerita mereka mengenai band kesayangan ya,
update berita terbaru, Mocca sendiri pun sangat dekat den gan para Swinging Friends,
karena tidak jarang mereka membuat acara gathering untuk berkumpul bersama atau
bahkan menggelar mini concert untuk para penggemarnya tersebut, karena keakraban
tersebut tidak heran apabila para Swinging Friend mempun ya tingkat loyalitas yang
tinggi kepada Mocca.
2.3 Tinjauan Khusus
2.3.1 Spesifikasi B uku
Berikut adalah rencana rancangan buku biografi Mocca :
Naskah :Mocca dan Okkie Ricardoe
Desainer :Okkie Ricardoe
Fotography :Dokumentasi Mocca, Dokumentasi Swinging Friends
Penerbit :PT. Bukune Kreatif Cipta.
Spesifikasi : Soft Cover, Full Colour
Kerangka Buku : a. Halaman judul dalam
b. Daftar isi
c. Intro / Abstraksi
d. Isi buku :
1. Once Upon a Time
2. And the Story Begins
3. The value of loyalty
4. This is not the end
e. Epilog
2.3.2 Target Sasaran
Demografis
Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan
Usia : 17 25 Tahun
Pendidikan : SMA, Kuliah
|
Kelas Sosial : B A
Domisili : Kota-kota besar di Indonesia.
Psikografis
1. Memiliki jiwa musik yang tinggi.
2. Memiliki apresiasi tinggi dalam musik.
3. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
4. Senang membaca.
2.3.3 Teori Layout
Layout menurut Gavin Amborse & Paul Harris, (London 2005) adalah
peyusunan dari elemen elemen desain yang b erhubungan k edalam seb uah
bidang sehingga membentuk susunan artistik. Hal ini bisa juga disebut
manjemen bentuk dan bidang. Tujuan utama layout adalah menampilkan
elemen gambar dan teks agar menjadi komunikatif dalam sebuah cara yang
dapat memudahkan pembaca menerima informasi yang disajikan.
Menurut Frank F Jefkin, untuk mendapatkan layout yang baik
diperlukan adanya:
1. Kesatuan komposisi yang baik dan enak untuk dilihat;
2. Variasi, agar tidak monoton / membosankan;
3. Keseimbangan dalam layout sehingga terlihat sepadan, serasi
dan selaras;
4. Irama, yang berupa pengulangan bentuk atau unsur unsur
layout dan warna;
5. Harmoni, yang merup akan keselarasan atau keserasian
hubungan antara unsur unsur yang memberikan kesan
nyaman dan keindahan;
6. Proporsi, yang merupakan suatu perbandingan;
7. Kontras, pengaturan antara perp aduan warna gelap dan terang.
|
2.3.4 Teori Warna
Menurut Timothy Samara (Typestyle Finder, 2006), melihat suatu
warna akan memberikan dampak emosi pada orang yang melihat warna
tersebut. Psikologi dari warna juga akan bergantung pada kebudayaan dan
pengalaman orang yang melihat warnanya terseb ut.
2.3.5 Teori Ilustrasi
Teori yang berkenaan dengan ilustrasi menurut Drs. Soemarsono. D
yang menyatakan bahwa ilustrasi dapat dikategorikan menjadi 2 macam,
yaitu ilustrasi utama dan ilustrasi pendamping. Menurut Lori Siebert dan
Mary Croper dalam bukunya, Working With Words and Pictures, ilustasi
utama digunakan untuk menyajikan dan memperjelas ide besar atau utama.
Ilustrasi harus lebih imajinatif daripada fotografi.
2.3.5 Tipografi dalam Layout
Tipografi adalah seni merancang huruf, kata, paragraf, dan bagaimana
mereka bisa b erinteraksi satu sama lain. Dalam desain typografi, legibility
memiliki pengertian sebagai kualitas huruf atau naskah dalam tingkat
kemudahanya untuk dibaca. Tingkat keterbacaan ini tergantung kepada
tampilan fisik huruf itu sendiri, ukuran serta penataannya d alam sebuah
naskah. Dalam kaitan ya dengan layout.
Ada empat buah prinsip pokok tipografi yang sangat mempengaruhi
keberhasilan suatu disain tipografi yaitu legibility, clarity, visibility, dan
readability. (Danton Sihombing. Tipogafi dalam Desain Grafis. 2003.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama)
a. Legibility
Kualitas pada huruf yang membuat huruf tersebut dapatterbaca.
Dalam suatu kar ya desain, dapat terjadi cropping, overlapping,
dan lain sebagainya, yang d apat menyebabkan berkurangn ya
legibilitas dari pada suatu huruf. Untuk menghindari hal ini,
maka seorang desainer harus mengenal dan mengerti karakter
daripada bentuk suatu hurufdengan baik
b. Readability
|
Penggunaan huruf dengan memperhatikan hubungann ya
dengan huruf yang lain sehingga terlihat jelas. Dalam
menggabungkan huru f dan huruf baik untuk membentuk suatu
kata, kalimat atau tidak harus memperhatikan hubungan antara
huruf yang satudengan yang lain. Khususnya spasi antar huruf.
Jarak antar huruf tersebut tidak dapat diukur secara
matematika, tetapi harus dilihat dan dirasakan. Ketidak tepatan
menggunakan spasi dapat menguran gi kemudahan membaca
suatu keterangan yang membuat informasi yang
disampaikan pada suatu desain komunikasi visual terkesan
kurang jelas
c. Clarity
Clarity adalah kemampuan huruf-huruf yang digunakan dalam suatu
karya desain dapat dibaca dan dimengerti oleh target pengamat yang
dituju. Untuk suatu karya desain dapat berkomunikasi
dengan pengamatnya, maka informasi yang disampaikan harus
dapat dimengerti oleh pengamat yang dituju.
d. Visibility
Visibility adalah kemampuan suatu huruf, kata, atau kalimat
dalam suatu karya desain komunikasi visual dapat terbaca
dalam jarak baca tertentu. Font yang kita gunakan untuk
headline dalam brosur tentunya berbedadengan yang kita
gunakan untuk papan iklan. Setiap karya desain mempunyai
suatu target jarak baca, dan huruf-huruf yang digunakan dalam
desain tipografi harus dapat terbaca dalam jarak tersebut
sehingga suatu karya desain dapat berkomunikasi dengan baik.
.
|
![]() 2.4 Past Profile
Past profile yang akan dibandingkan dalam kasus ini adalah buku biografi
band dewa 19, Manunggaling Dewa Ahmad
Dhani.
2.5 Analisa SWOT Past Profile
2.5.1 Strength
Buku ini dilengkapi dengan foto foto yang ekslusif dari
dokumentasi Dewa.
Dewa merupakan band papan atas Indonesia yang sudah pasti dikenal
oleh masyarakat luas.
Pembahasanya mendetail dan lengkap akan perjalanan kisah band
Dewa dan khususnya perjalanan Ahmad Dhani sebagai leader.
Memiliki Segment opini dari orang orang yang berkompeten di
bidang music yang menceritakan pandanganya akan sosok Ahmad
Dhani dan Band Dewa.
|
2.5.2 Weakness
Pemilihan typeface pada cover yang terlalu keras, memberikan kesan
yang kurang mempresentasikan Dewa, karena lebih cocok untuk band
band metal yang membawakan musik cadas.
Pengaturan layout dan penempatan foto yang monotone dan tidak
digarap dengan maksimal, sehingga terkesan membosankan dari segi
grafis.
2.5.3 Oppurtinities
Band Dewa merupakan salah satu band besar Indonesia yang
mempunyai fans di berbagai lapisan masyarakat.
Belum ada yang membuat buku biografi yang mengangkat tokoh band
Dewa sebelumnya.
Perjalanan kisah dari band Dewa yang cukup menarik minat dan
perhatian dari penikmat music di Indonesia.
2.5.4 Threat
Bermunculan buku-buku yang mengangkat tokoh musik dengan sajian
desain yang lebih menarik.
Design cover buku lain yang digarap lebih serius dan mengundang
minat orang orang lain untuk membacanya.
Banyak band band baru yang memiliki potensi yang mulai
bermunculan.
|