BAB 2
LANDASAN PERANCANGAN
2.1 Tinjauan Umum
2.1.1 Sumber Data
Metode penelitian yang digunakan, serta data dan informasi ya
mendukung
proyek Tugas Akhir ini di peroleh dari berbagai macam sumb
antara lain:
2.1.1.1 Wawancara
Wawancara dilakukan guna mengetahui situasi dan kondisi yang terjadi dan
untuk mendapatkan wawasan lebih mengenai topik yang bersangkutan.
Beberapa narasumber yang diwawancarai, yaitu :
-
Desainer Grafis yang pernah bekerja di Industri Fashion
Hermawan Tanzil, Firman Lie, Ykha Amel, Eko Nugroho, Emte, Sandy
Karman, Diaz, Agra Satria, Diela Maharanie, Randy Raharja, Ryan Tandya,
Irwan Ahmett, Yasser Rizky, Nicoline Patricia, Julius Bramanto, Rio Prasetia
-
Desainer Fashion yang pernah berkolaborasi dengan Desainer Grafis
Patricia Phalie Studio, Taruna Kusmayadi, Itang Yunasz, Poppy Dharsono,
Sebastian Gunawan,
Oscar Lawalata, Priyo Oktaviano, Friderich Herman,
Tex Saverio, Identite, Nikicio, Billy Tjong, Cotton Ink.
2.1.1.2 Literatur
A. Media Cetak
-
Majalah Concept Vol.03 Edisi.15 Tahun 2007
Graphics in Fashion Industries
-
Majalah Concept Vol.07 Edisi.39 Tahun 2010
Fashion Graphics
B. Media Elektronik / Internet
Beragam kajian materi utama (Desain Grafis di Industri Fashio
maupun materi
pendukung yang disajikan secara online, diantaranya adalah :
5
|
6
-
How Fashion and Graphic Design Are Related
ehow.com/about_6704955_fashion-graphic-design-related.html
-
Fashionably Graphic
creativereview.co.uk/cr-blog/2011/january/graphic-design-for-fashion
-
The Graphic Design behind Fashion Design
99designs.com/designer-blog/2013/07/08/the-graphic-design-behind-fashion-design/
-
Graphic Design for Fashion Design
dazeddigital.com/fashion/article/8848/1/graphic-design-for-fashion
-
History of Fashion Design
en.wikipedia.org/wiki/History_of_fashion_design
-
Fashion and Graphics
fashionandpower.blogspot.com/2011/03/fashion-and-graphics.html
-
Fashion & Graphic = Brand
fashionartdaily.blogspot.com/2009/10/brand.html
C. Kajian Pustaka Buku
Berupa data yang didapat terkait dengan desain grafis dan desain fashion yang
didapat dari buku dan buku elektronik (e-book), diantaranya adalah :
-
Buku Kajian Desain Grafis
-
Meggs History of Graphic Design - Philip B. Meggs dan Alston W. Purvis, 2011
-
No More Rules: Graphic Design and Postmodernism Rick Poynor, 2003
-
Publication Design Workbook - Timothy Samara, 2007
-
Basic design : layout - Gavin Amborse & Paul Harris, 2011
-
Making and Breaking the Grid - Timothy Samara, 2005
-
Tinjauan Desain Grafis - Arief Adityawan & Tim Litbang Concept, 2010
-
Desain Komunikasi Visual Terpadu - Yongky Safanayong, 2006
-
Typography Workbook Timothy Samara, 2004
-
Color Graphic - Karen Triedman, 2002
-
Buku Kajian Desain Fashion
-
Fashion as Communication - Malcolm Barnard, 2002
|
7
2.1.2 Riset dan Data Umum
2.1.2.1 Sekilas mengenai Desain Grafis
Secara per-kata, Desain Grafis terdiri dari 2 kata ya
Desain dan Grafis,
Desain berarti proses dan pola berpikir dalam menga
segala sesuatu
sebelum perancangan. Sedangkan Grafis adalah titik/ga
yang saling
berhubungan. Secara kesimpulan, Jessica Helfa
mendefinisikan desain
grafis sebagai kombinasi kompleks kata, angka, graf
dan image yang
membutuhkan pemikiran khusus dari seorang indivi
yang bisa
menggabungkan elemen-eleman ini, sehingga mereka da
menghasilkan
sesuatu yang khusus, sangat berguna, dan sesuatu yang mud
diingat.
Tanpa disadari pengaruh desain grafis terhadap kehidup
sehari-hari sangat
berpengaruh sedikit ataupun banyak. Kebutuhan industri ak
Desain Grafis-
pun meningkat, tak sedikit juga lowongan kerja desain gra
dilihat di media
surat kabar ataupun elektronik (internet). Lingkup pekerjaan des
grafis jika
ditinjau-pun terbuka luas, terbukti dengan tumbuh d
menjamurnya
pendidikan tinggi desain grafis bahkan hingga ke jenja
pendidikan yang
lebih bawah lagi (SMA/SMK) yang mendirikan sekol
kejuruan khusus
desain komunikasi visual.
2.1.2.2 Hubungan antara Desain Grafis dan Fashion
Dalam buku Graphic Design for Fashion, Jay Hess & Simmon Pasztorek
berpendapat bahwa fashion merupakan salah satu bidang yang sangat luas
dan memiliki banyak potensi di dalamnya untuk bisa dikembangkan. Begitu
juga dengan Desain Grafis yang mempunyai jangkauan wilayah yang cukup
besar. Seorang desainer grafis bisa terlibat dalam sebuah proyek yang berada
diluar bidang mereka, salah satunya adalah dalam industri fashion yang saat
ini semakin berkembang seiring dengan perkembangan jaman, dan
munculnya desainer desainer muda yang mempunyai inovasi terbaru dalam
hasil rancangannya, tentunya ini merupakan suatu kesempatan untuk para
desainer grafis bisa berkolaborasi dengan desainer fashion dan juga ikut andil
dalam perkembangan industri fashion saat ini. Bukan hal asing lagi jika dunia
grafis dan fashion memiliki ikatan yang erat dalam mendukung kemajuan di
industrinya masing-masing. Sebuah brand fashion juga bergantung kepada
|
8
kemasan dan presentasi dari produk itu sendiri. Jiwa dan karakter dari sebuah
visual juga menggambarkan desainernya itu sendiri. Walter Van Beirendonck
seorang desainer fashion yang berasal dari
Belgia, melihat desain grafis dan
desain fashion sebagai dua hal yang saling berkaitan. Fashion membutuhkan
grafis untuk mempresentasikan hasil akhirnya. Tentunya, peran desainer
grafis sangat penting karena ini adalah yang menghubungkan antara desainer
fashion dengan publik. Sudut pandang positifnya, desainer grafis hadir di
dunia fashion membawa sudut pandang dan prespektif baru.
Dahulu peran desainer grafis dalam industri fashion hanya sebagai ilustrator
yang dibutuhkan untuk menggambarkan konsep atau ide rancangan dari
seorang desainer fashion ke dalam bentuk visual, maka saat ini sudah tidak
demikian. Seiring dengan berkembangnya teknologi, maka fungsi awal dari
ilustrasi mulai tergantikan oleh fotografi dan ilustrasi digital.
Hingga saat ini keterkaitan antara desain grafis dan desain fashion juga
berkembang hingga mengarah ke branding yang merupakan bagian dari
kegiatan promosi yang turut memperkuat sebuah brand dan tampilan dari
seorang desainer fashion. Menurut Era Soekamto, seorang fashion desainer
dengan ilustrasi sebuah hasil rancangan akan terlihat lebih berseni, berkelas,
dan juga memberikan sentuhan dan warna yang berbeda. (Irwansyah 2010:3).
2.1.2.3 Sejarah Perkembangan Desain Grafis di Industri Fashion
Sejarah mencatat, selama beberapa abad dalam perkembangan industri
fashion, bahwa desain grafis telah menjadi teman setia b
lingkup bidang
industri ini untuk mempresentasikan sesuatu yang tidak han
pakaian saja,
tetapi juga sebagai pencitraan image dari desainernya. Sej
sekitar abad ke-
19, ide ide fashion mulai banyak beredar di media kabar di Ero
Rusia, dan
Amerika. Perkembangan ini kemudian semakin didukung denga
peningkatan teknologi cetak yang terjadi dan berkembang pada saat itu
Memasuki awal abad ke -20, ilustrasi fashion mendapat banyak pengaruh dari
pergerakan seni yang ada di masyarakat, seperti art nouveau dan art deco.
Salah satu yang terkenal dan memberi dampak besar dalam perkembangan
|
9
ilustrasi fashion adalah Alphonse Mucha. Ilustrator fashion kelahiran Austria
ini banyak membuat poster dengan gaya art nouveau, yang mempunyai ciri
khas pada ornament dan berbagai detail pattern. Sesuai dengan gaya khas art
nouveau, Mucha juga menggambarkan figur wanita berambut panjang dengan
kecantikan yang diramu secara dramatis, Pencitraan in yang membuat banyak
wanita pecinta fashion saat ini mencoba meniru kecantikan yang
digambarkan oleh Mucha.
Pada Periode 1950 hingga 1960-an, ilustrasi fashion diramaikan oleh gambar
yang sedikit nakal ketimbang periode sebelumnya. Ada kesan agak liar dan
seksi. Penggambaran sosok perempuan sering ditampilkan dalam balutan
bikini, stocking jala, garter, dan sepatu hak tinggi warna-warni. Selalu ada
penggambaran model dengan make-up tebal dan lipstik merah menyala. Masa
ini juga tercatat sebagai sebuah periode gilang gemilang bagi ilustrator
fashion ternama Romain de Tirtoff.
Titik balik karier ilustrator yang popular dengan panggilan Erte ini terjadi di
tahun 1965. Kala itu, Estorick, seorang kolektor benda seni, berinisiatif
memamerkan 170 karya seni Erte di Metropolitan Museum of Art (MET),
New York. MET justru memborong seluh koleksi karya itu. Bertolak dari
kesuksesain ini, Estorick membujuk Erte untuk mendesain karya litograf dan
serigraf. Erte, yang berhasil diyakinkan bahwa melalui grafis ia bisa
menggapai publik secara lebih luas lagi.
Kemudian pada masa 1990-an, ilustrasi fashion menjadi lebih glamor dan
diramaikan dengan gambar model ala bintang Hollywood. Pada periode ini
juga banyak unsur-unsur budaya yang berbeda mendapat tempat di hati
masyarakat fashion. Seperti kemunculan gaya anime dan manga Jepang yang
digandrungi masyarakat di dunia. Sementara menurut seorang kurator asal
Perancis, Cedric Morisset, justru pada era 1990-an tren ilustrasi fashion
sempat hilang di Perancis. Yang menjadi penyebabnya adalah, munculnya
teknologi dan kemajuan di bidang fotografi. Namun keterbatasan imajinasi
pengolahan ilustrasi di bidang ini justru membuat para seniman semakin
bersemangat dan terus berkreasi.
|
10
Seiring dengan banyaknya rumah mode atau perusahaan fashion yang juga
menambah bidang lainnya seperti kosmetik dan aksesoris, ilustrasi juga tak
lagi ditunjukan pada pakaian semata. Ia mulai merambah pada produk lain
seperti kosmetik, tas tangan, sepatu, poster, kartu undangan, hingga ke brosur
promosi dari butik atau rumah mode. Diatas panggung fashion week, bukan
hanya tren mode pakaian yang diperkenalkan, melainkan juga tren tata rias
dan aksesoris terbaru. Karenanya, menjadi hal yang wajar bila fashion brand
pun merilis produk kosmetik. Seperti yang dilakukan beberapa fashion brand
papan atas seperti Burberry, Dolce & Gabbana, Giorgio Armani, dll.
Hingga saat ini dunia fashion menjadi
lebih leluasa dan bebas, banyak
inovasi-inovasi baru yang lahir mewarnai industri ini, bisa dikatakan sudah
tidak ada lagi tren yang kemudian diikuti secara masal. Semua menginginkan
sesuatu yang berbeda dan terbatas, begitu juga dengan seiring
berkembangnya industri ini, peran desainer grafis di industri ini pun turut
memberi andil dalam memberi dan menciptakan citra yang berbeda di dunia
fashion. (Irwansyah 2010 : 4)
2.1.2.4 Desain Grafis dan Fashion sebagai Komunikasi
Desain grafis dan fashion merupakan bidang yang sedikit banyak berbicara
soal komunikasi. Komunikasi yang diciptakan oleh kedua bidang tersebut
tentu berbeda dan mempunyai prespektif tersendiri bagi pelakunya. Menurut
Claude Shannon dan Warren Weaver dalam teori komunikasi, Komunikasi
sendiri berarti suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan yang terjadi
antara dua pihak (pengirim dan penerima). Tujuannya adalah untuk
membangun keinginan, menciptakan kesadaran, meningkatkan sikap dan
mempengaruhi niat.
Secara umum, fashion memang sebagai alat pelindung tubuh dan untuk
menjaga kesopanan. Tetapi tidak hanya sekedar menjadi pelindung, fashion
juga telah berbicara, mencerminkan dan menyampaikan banyak hal tentang
siapa identitas diri kita sebenarnya. Berbicara tentang fashion, berarti kita
bicara tentang sesuatu yang sangat erat dengan kehidupan kita. Tidak bisa
kita bayangkan hidup tanpa helai pakaian yang dapat menutupi tubuh kita.
|
11
|
Beberapa rancangan-rancangan yang diciptakan oleh desai
fashion sedikit
banyak berbicara soal komunikasi, Beberapa dari mere
menyampaikan
bahwa desain fashion tidak hanya sekedar merancang baju tet
juga sebagai
media penyampaian pesan, sebagai contoh Itang Yunasz dan Pop
Dharsono
dengan ciri khas rancangannya
yang mengambil unsur-unsur d
budaya dari
Indonesia, ini menunjukkan bahwa proses komunik
terjadi, terbukti
dengan keinginan mereka yang ingin menyampaikan pes
bahwa Indonesia
memiliki budaya dan kekayaan yang harus dija
diletarikan, dan bisa
diaplikasikan dalam segi fashion.
Desain grafis-pun juga berbicara tentang komunika
Menurut Yongky
Safanayong dalam buku Desain Komunikasi Vis
Terpadu, desain
komunikasi visual mempunyai fungsi untuk memberita
memberi
informasi, memberi penerangan, membujuk, mempengar
dan melindungi.
Berhasil atau tidaknya seorang individu (desainer) b
dilihat dari sudut
pandang bagaimana ia berhasil memecahkan masalah d
memberi solusi
terhadap suatu masalah yang ia hadapi. Proses komunik
banyak terjadi
pada industri ini baik secara tidak langsung maup
secara langsung. Secara
langsung sebagai contoh melalui media poster ya
mempromosikan sebuah
kegiatan atau acara yang akan berlangsung. Begitu ju
dengan komunikasi
secara tidak langsung, kita bisa lihat dari cont
beberapa bentuk media
periklanan dan branding, yang menyampaikan pesan se
2.1.3 Kuesioner Target Sasaran
Penulis melakukan survei dengan membagikan kuisio
kepada 100 orang
responden untuk mengetahui minat masyarakat terhadap Des
Grafis Indonesia
di Industri Fashion.
|
|
![]() 12
Gambar 2.1 Hasil Kuesioner Bagian 1
|
![]() 13
Gambar 2.2 Hasil Kuesioner Bagian 2
|
![]() 14
Gambar 2.3 Hasil Kuesioner Bagian 3
|
15
2.1.4 Data Target
2.1.4.1 Demografis
-
Jenis kelamin : Laki-Laki dan Perempuan
-
Usia : 21 35 Tahun
-
Pendidikan : D3, D4, dan S1 (Desain Grafis)
-
Status Ekonomi Sosial : Menengah Atas (B - A)
2.1.4.2 Geografis
-
Domisili : Indonesia
-
Wilayah : DKI Jakarta dan Kota - Kota Besar
2.1.4.3 Psikografis
Personality
-
Aktif
-
Ingin Tahu
-
Terbuka
-
Imajinatif
-
Ekspresif
Behavior
-
Menyukai Buku
-
Mengikuti Tren
-
Menyukai Desain Grafis
-
Tertarik dengan Industri Fashion
-
Sering Menyanyakan Sesuatu yang Dilihat
-
Mempunyai jiwa eksperimental yang selalu ingin mencoba sesuatu
-
Membaca artikel di internet atau dimajalah
2.1.4.4 Kompetitor
A. Kompetitor Langsung
Buku - buku, literatur media elektronik d
media cetak dalam negeri
(Indonesia) yang membahas mengenai desain grafis d
fashion.
|
16
B. Kompetitor Tidak Langsung
-
Buku - buku mengenai desain grafis dan fashion dari internasional
-
Buku - buku mengenai desain grafis yang membahas tentang teknis seperti
cara membuat ilustrasi di adobe illustrator, dll.
2.1.5 Analisa
Berdasarkan studi literasi, studi visual, dan riset survei berikut ini adala
analisa dari perancangan publikasi buku Grafis Fashion Indonesi
yang
penulis susun.
2.1.5.1 Faktor Pendukung
-
Mulai berkembanganya industri fashion sehingga tidak menutup
kemungkinan untuk para desainer grafis untuk berkesempatan bereksplorasi,
berkolaborasi dan terjun di industri ini
-
Belum ada buku yang membahas desain grafis Indonesia di industri fashion
-
Memberi wawasan dan informasi pada desainer grafis Indonesia
-
Banyaknya kebutuhan peran desainer grafis dalam industri fashion
-
Menambah warna buku desain grafis di Indonesia
2.1.5.2 Faktor Penghambat
-
Distribusi buku sejenis masih terbatas pada distribusi buku independen,
sehingga penyampaian eksplorasi visualpun cukup terbatas.
-
Dalam proses pengumpulan data penulis mengalami kesulitan dikarenakan
sumber yang didapat melalui literatur tidak terlalu banyak.
-
Ketidak tertarikan dan kurangnya pengetahuan dari desainer grafis terhadap
industri fashion juga menghambat publikasi buku ini.
-
Kurangnya minat membaca dari para target sasaran.
2.1.5.3 Analisa SWOT
A. Strength
Buku ini sangat fokus dan dari segi konten belum ada ditemukan di Indonesia
sehingga buku ini menjadi suatu wacana yang baru di Indonesia dan dunia
desain grafis. Buku ini membuat masyarakat (desainer grafis) untuk
|
17
mengenali ruang lingkup profesinya jika sedang atau ingin terjun dalam
Industri fashion.
B. Weakness
-
Buku ini cenderung kepada target sasaran remaja - dewasa yang khusus
sehingga target lebih sempit
-
Belum ada buku yang membahas desain grafis Indonesia di industri fashion
-
Peminat membaca buku mengenai hal ini di Indonesia sangat sedikit
-
Kurangnya minat dan inisiatif masyarakat (Desainer Grafis) untuk membuka
wawasan terhadap Industri fashion.
C. Opportunity
-
Dengan tema yang baru, segar dan menambah pengetahuan baru diharapkan
menjadi daya tarik pembaca buku.
-
Menjelaskan kepada masyarakat (Desainer Grafis) mengenai industri fashion
dari sejarah desain grafis dalam industri fashion hingga ruang lingkup
pekerjaan.
D. Threat
-
Kurangnya perhatian dari masyarakat (Desainer Grafis) untuk membuka
wawasan untuk mengenali dan melirik industri fashion
-
Munculnya literatur dari media elektronik yang membahas hal serupa
sehingga minat membeli buku dari para target sasaran berkurang karena
merasa lebih praktis membaca melalui media elektronik.
2.2 Tinjauan Khusus
2.2.1 Teori Desain Komunikasi Visual
Desain komunikasi visual adalah ilmu yang mempelajari proses komunikasi
yang dipublikasikan dalam berbagai media komunikasi visual dengan
mengolah elemen desain grafis berupa gambar (ilustrasi dan fotografi), huruf
dan tipografi, warna, komposisi dan layout. Menurut Yongky Safanayong,
desain komunikasi visual tidak hanya berfungsi mekanikal tetapi ada fungsi
lainnya, yaitu memberi inspirasi, informasi dan menggerakkan kita untuk
|
18
beraksi, selain memiliki fungsi sosial, desain komunikasi visual juga
memiliki fungsi fisik dan fungsi pribadi. Dalam terapannya sebagai ilmu
komunikasi, desain komunikasi memiliki empat fungsi, yaitu :
1. Untuk memberitahu atau memberi informasi (to inform) seperti
menjelaskan, menerangkan, dan mengenalkan.
2. Untuk memberi penerangan (to enlighten), seperti membuka pikiran dan
menguraikan.
3. Untuk membujuk (to persuade), seperti menganjurkan, komponen-
komponennya termasuk kepercayaan, logika dan daya tarik.
4. Untuk melindungi (to protect), seperti fungsi khusus untuk desain
kemasan dan kantong belanja. (Yongky Safanayong 2006 : 3)
Sesuai dengan teori tersebut, penulis melakukan perancangan publikasi guna
memberikan informasi (to inform) dan memberi wawasan (to enlighten)
tentang desain grafis di industri fashion kepada target sasaran (audience),
melalui media promosi publikasi buku yang tepat dan menarik (to persuade).
2.2.2 Teori Buku
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, buku / bu·ku /
adalah lembaran
kertas yg berjilid, berisi tulisan atau kosong. Sedangk
menurut Oxford
Dictionary, buku adalah hasil karya yang ditulis atau dicet
dengan
halaman-halaman yang dijilid pada satu sisi atau dua ha
karya yang
ditujukan untuk penerbitan. Berbeda dengan padangan Ro
Fawcett Tang
dalam buku New Book Design, menurutnya buku yang baik adalah bu
yang
didesain dengan memperhatikan :
Kemasan
-
Tampilan luar suatu buku merupakan salah satu faktor yang penting. Suatu
kemasan buku yang baik mampu menarik rasa keingintahuan orang untuk
melihat buku tersebut diantara buku-buku yang lain.
-
Fungsi utama kemasan buku sebagai pelindung bisa diolah menjadi menarik.
-
Menggunakan image yang mampu menarik perhatian (to persuade).
|
19
Struktur
Isi buku dibentuk oleh tiga elemen desain yaitu tipografi, grid, d
image.
Navigasi
Dalam suatu buku, meletakkan informasi-informasi dalam komposisi yang
baik merupakan hal yang penting agar tidak membingungkan pembaca.
2.2.3 Teori Publikasi
Menurut Timothy Samara dalam bukunya Publication Design Workbook,
Publikasi pada buku adalah aplikasi yang diperluas dari teks dan image, yang
berarti perlu berbagai pertimbangan dan perhatian lebih dari seorang desainer,
tidak seperti single-format item, seperti poster atau iklan. Desainer perlu
memperhatikan masalah kemudahan membaca dan kenyamanan pembacaan pada
desain multipage dengan banyak halaman. Hal-hal yang harus diperhatikan
tersebut, antara lain adalah muatan informasi, muatan setiap konten halaman,
integrasi antara image dan tipografi untuk mencapai suatu bentuk kesatuan,
pengaturan tipografi yang baik untuk kenyamanan membaca, namun tetap
menarik untuk terus menerus dibaca hingga akhir, dan lain sebagainya agar dapat
menjadi sarana komunikasi yang efektif. (Timothy Samara 2005 : 11).
Setiap publikasi selalu diawali dengan ide dengan suatu pesan atau subjek yang
memiliki fungsi namun tanpa bentuk. Sebagai contoh kegiatan seperti fashion,
musik, dan sebagainya menawarkan sebuah ide. Fungsi yang mereka sampaikan
tersebut, melalui media apapun, fungsinya tetap sama, yaitu untuk melibatkan
audience pada pesan selama periode waktu tertentu. Bentuk publikasi selalu
mengalami perubahan, membedakan gagasan, memilah-milah konten menjadi
bagian yang dikenali, melibatkan pasar, terkait dengan tempat tinggal audience
dan kebutuhan khusus mereka untuk informa
Namun terlepas dari apapun
bentuk alat penyampai pesan, proses desain dal
publikasi adalah sama, yaitu
dikembangkan dengan konten yang mam
menyampaikan sebuah pesan.
(Timothy Samara, 2005 : 12).
|
20
2.2.4 Teori Layout
Dalam buku basic design : layout, Gavin Amborse & Paul Harris
menerangkan bahwa
layout adalah pengaturan elemen-elemen desain dalam
kaitannya dengan ruang atau bidang di mana elemen - elemen tersebut
berada, dan dalam keserasian dengan tampilan secara keseluruhan dari segi
estetis. (Gavin Amborse & Paul Harris 2011 : 15) untuk mendapatkan layout
yang baik diperlukan adanya :
1. Kesatuan komposisi yang baik dan enak dilihat
2. Variasi agar tidak monoton dan membosankan
3. Keseimbangan agar terlihat sepadan, serasi, dan selaras
4. Irama yang berupa pengulangan bentuk / unsur-unsur layout dan warna
5. Harmoni berupa keselarasan atau keserasian hubungan antara unsur -
unsur yang memberikan kesan kenyamanan dan keindahan
6. Kontras yang berupa perpaduan antara warna gelap dan
terang
2.2.5 Teori Grid
Menurut Timothy Samara dalam bukunya "Making a
Breaking the Grid",
grid merupakan gabungan dari 2 struktur dimensional ya
dipertemukan
antara garis vertikal dan horisontal yang digunakan unt
struktur konten.
Dan grid merupakan awal dan dasar dari sebuah proses desain ya
kemudian
akan tidak terlihat atau invisible pada audience.
Grid sistem sangat membantu untuk mendesain sebuah buku untuk repetisi
elemen-elemen yang ada pada tiap halaman sebuah buku. Sistem ini
dirancang agar flexible, dimana terkadang sebuah elemen desain akan keluar
dari sistem tersebut, namun ini tergantung dari seberapa banyak variasi yang
diinginkan. (Timothy Samara 2005 : 30).
Modular Grid
Layout yang digunakan di dalam perancangan publikasi buku ini
menggunakan modular grid. Modular grid yang digunakan adalah modular
grid variation and violation yang telah dijelaskan oleh Timothy Samara pada
buku Making and Breaking the Grid bahwa sebuah grid dapat dikatakan
|
21
berhasil apabila dapat memecahkan masalah. Modular Grid merupakan grid
yang dapat membantu desainer dalam membuat layout secara eksperimental
atau dapat disebut juga breaking the rules.
Deskontrusi Grid
Dalam buku yang sama, David Carson, Neville Brody, dan Stefan Sagmeister
banyak memberikan contoh grid yang saling menabrak, dengan alasan sebuah
ide yang terstruktur tidaklah harus teratur. Tetapi memiliki sistem yang baik
dan alur yang menarik. Walau memecah readibility tetapi tetap sesuai dengan
tujuan yang ada.
Menurut Timothy Samara, dengan mendekonstruksi grid,
kita dapat mendekonstruksi struktur grid yang sudah ada untuk menemukan
hubungan spasial dan visual yang baru. Mendekonstruksi atau mengubah
struktur dapat dilakukan melalui metode seperti pemotongan dan pergeseran
terpisah dari bidang utama, baik horisontal maupun vertikal.
Sebagai contoh yang disampaikan Timothy Samara, Sebuah grid modular
dasar dapat didekonstruksi dalam berbagai cara, salah satunya dengan cara
melakukan pergeseran disekitar modul atau dengan melebarkan modul.
Tetapi jika semakin kompleks mendekonstruksi sebuah grid, akan semakin
ambigu hubungan spasial dari tipografi pada struktur baru. Mendekonstruksi
sebuah grid
perlu diperhatikan untuk beberapa kebutuhan dan keperluan saja.
Melalui teori tersebut, penulis menggunakan modular g
dan
mendekonstruksinya untuk berkesperimental dan menemuk
visual yang
baru untuk menarik target sasaran dari segi visual.
2.2.6 Teori Tipografi
Dalam perancangan publikasi buku ini, penulis memakai prinsip dasar
tipografi yang diutarakan oleh David E. Carter dan melakukan pendekatan
visual secara eksperimental dengan mengolah tipografi sebagai image.
Terdapat beberapa prinsip tipografi yang diutarakan oleh David E. Carter
pada buku How to Improve Your Corporate Identity, yaitu :
|
22
Legibility
Kualitas dari huruf sehingga huruf tersebut terbaca. Misalnya bentuk huruf
yang terlalu abstrak bisa membuat huruf tersebut tidak dikenali atau tidak
terbaca.
Readibility
Kualitas pada teks yang membuat teks tersebut mudah dibaca, menarik, dan
tidak melelahkan mata. Teks dapat legible tetapi tidak readable. Hal ini
berhubungan pula dengan jarak antar huruf dan jarak antar baris.
Visibility
Kemampuan huruf dan teks untuk terbaca. Misalnya ukuran huruf pada poster
yang ada di pinggir jalan harus cukup besar.
Clarity
Kualitas pada teks dan huruf untuk dapat dimengerti deng
jelas. Misalnya
slogan berbahasa Inggris pada billboard di pinggir jalan har
bisa
dimengerti atau dipahami.
Type as Image
Dalam buku Typography Workbook karangan Timothy Sama
Type as
Image adalah istilah yang digunakan dalam layout unt
menggambarkan
tipografi/text yang diolah menjadi image. Type as ima
dilakukan untuk
menciptakan peluang besar dan memperlihatkan pendekat
visual yang
berbeda bagi desainer. Menurut Timothy Samara, Memb
Type menjadi
sebuah image berarti mendefenisikan hubungan sederhana ant
bentuk
intrinsik dari huruf dengan beberapa ide visual lainnya. Ty
dapat berubah
menjadi suatu image dengan menggunakan berbagai pendekat
Masing-
masing memberikan eksplorasi yang berbeda dan da
mengkomunikasikan
sesuatu.
2.2.7 Teori Ilustrasi Kolase
Collage berasal dari kata kerja bahasa Perancis, Coller (to glue). Kolase atau
photomerge mempunyai arti menempel, yaitu tekhnik yang mempergunakan
kertas, kain, gambar, ataupun bermacam-macam benda lainnya yang
ditempelkan pada suatu permukaan dan menjadi kesatuan. Gaya gambar ini
pertama kali dipopulerkan Pablo Piccaso dan Braque yang beraliran kubisme
|
23
pada awal seni masa modern. Sedangkan photomontage, menerapkan prinsip
yang sama dengan kolase, namun tekhnik ini menggunakan fotografi. Dari
perkembangan sejarah, Photomontage juga banyak digunakan pada gaya
Punk, Surealism, Pop Art dan Dadaism. (Francis Frascina 1993 : 88)
Menurut Rick Poynor dalam buku No More Rules, Graphic Design and Post
Modernism, salah satu bagian dari pendekatan dekonstruksi adalah gaya
Punk. Punk adalah nama yang diambil dari nama sebu
subkultur yang
dalam ekspresinya juga melahirkan jenis musik Pu
Aliran Punk dalam
praktik desainnya banyak memanfaatkan sha
benda-benda temuan, baik
fotografi, maupun tipografi, texture, meranca
berdasarkan media cetak
yang disobek dan dikolase menjadi satu desa
memanfaatkan mesin
fotokopi, mesin stensil, teknik sablon dan lain sebagain
yang dapat
dikerjakan seorang diri.
Dalam perancangan publikasi buku dan dal
penerapannya pada ilustrasi,
Penulis melakukan pendekatan ke arah gaya punk ya
pada praktik
desainnya banyak memanfaatkan eksplorasi shape, textu
fotografi fashion
dan tipografi, yang diolah dan dikolase secara digi
kedalam visual dengan
komposisi layout yang menarik.
2.2.8 Teori Warna
Menurut Albert Munsell, warna dapat diklasifikasik
berdasarkan hue
(warna itu sendiri: red, green, blue), value (gelap at
terang), dan chroma
(kuat atau lemah). Terdapat beberapa hal mengenai war
yang dijelaskan
oleh Karen Triedman dan Cheryl Dangel pada bukunya ya
berjudul Color
Graphic : The Power of Color in Graphic Design, yaitu :
Warna sebagai pembangkit emosi:
Kehidupan yang penuh warna dalam keseharian manusia berpengaruh pada
emosi, perasaan dan hal semacamnya. Untuk memperkuat desain diperlukan
satu pemahaman atas respon seseorang terhadap warna dan pengertian
terhadap target market yang dituju. Faktor sosiologis, histories, politis,
geografis, psikologis dan budaya juga menentukan respon target terhadap warna.
|
24
Warna yang mengandung makna:
Pesan utama dari sebuah warna dapat digunakan sebagai identi
yang kuat
dari sebuah brand. Penggunaan warna corporate da
memberikan produk
sebuah posisi yang lebih kuat di pasar.
Warna sebagai media penarik perhatian:
Warna adalah elemen utama yang dapat digunakan untuk mendapatkan
perhatian dari orang-orang yang melihatnya. Kekuatan dari warna dapat
menarik perhatian dan memotivasi penjualan, warna dapat digunakan
memberikan identitas pada sebuah brand.
Melalui teori diatas, penulis dapat dikatakan bahwa warna memiliki peran
yang penting dalam mendukung penyampaian pesan - pesan dalam
perancangan publikasi buku desain grafis Indonesia di industri fashion ini.
Maka dari itu, warna-warna yang akan menjadi identitas visual disesuaikan
dengan target sasaran Penulis, yaitu warna-warna contrast dan spot (spesial).
|