BAB 2
LANDASAN PERANCANGAN
2.1 Tinjauan Umum 
2.1.1  Sumber Data
Metode penelitian yang digunakan, serta data dan informasi ya
mendukung 
proyek Tugas Akhir ini di peroleh dari berbagai macam sumb
antara lain: 
2.1.1.1 Wawancara
Wawancara  dilakukan  guna  mengetahui  situasi  dan  kondisi  yang  terjadi  dan 
untuk  mendapatkan  wawasan  lebih  mengenai  topik  yang  bersangkutan. 
Beberapa narasumber yang diwawancarai, yaitu : 
Desainer Grafis yang pernah bekerja di Industri Fashion 
Hermawan  Tanzil,  Firman  Lie,  Ykha  Amel,  Eko  Nugroho,  Emte,  Sandy 
Karman,  Diaz,  Agra  Satria, Diela  Maharanie,  Randy  Raharja,  Ryan Tandya, 
Irwan Ahmett, Yasser Rizky, Nicoline Patricia, Julius Bramanto, Rio Prasetia 
Desainer Fashion yang pernah berkolaborasi dengan Desainer Grafis 
Patricia  Phalie  Studio,  Taruna  Kusmayadi,  Itang  Yunasz,  Poppy  Dharsono, 
Sebastian  Gunawan, 
Oscar  Lawalata,  Priyo  Oktaviano,  Friderich  Herman, 
Tex Saverio, Identite, Nikicio, Billy Tjong, Cotton Ink. 
2.1.1.2 Literatur
A.  Media Cetak
Majalah Concept Vol.03 Edisi.15 Tahun 2007 
Graphics in Fashion Industries
Majalah Concept Vol.07 Edisi.39 Tahun 2010 
Fashion Graphics  
B.  Media Elektronik / Internet
Beragam kajian materi utama (Desain Grafis di Industri Fashio
maupun materi 
pendukung yang disajikan secara online, diantaranya adalah : 
  
How Fashion and Graphic Design Are Related 
ehow.com/about_6704955_fashion-graphic-design-related.html 
Fashionably Graphic 
creativereview.co.uk/cr-blog/2011/january/graphic-design-for-fashion 
The Graphic Design behind Fashion Design 
99designs.com/designer-blog/2013/07/08/the-graphic-design-behind-fashion-design/ 
Graphic Design for Fashion Design 
dazeddigital.com/fashion/article/8848/1/graphic-design-for-fashion 
History of Fashion Design 
en.wikipedia.org/wiki/History_of_fashion_design 
Fashion and Graphics 
fashionandpower.blogspot.com/2011/03/fashion-and-graphics.html 
Fashion & Graphic = Brand 
fashionartdaily.blogspot.com/2009/10/brand.html 
C.  Kajian Pustaka Buku
Berupa data yang didapat terkait dengan desain grafis dan desain fashion yang 
didapat dari buku dan buku elektronik (e-book), diantaranya adalah : 
Buku Kajian Desain Grafis 
Meggs History of Graphic Design - Philip B. Meggs dan Alston W. Purvis, 2011 
No More Rules: Graphic Design and Postmodernism – Rick Poynor, 2003 
Publication Design Workbook - Timothy Samara, 2007 
Basic design : layout - Gavin Amborse & Paul Harris, 2011 
Making and Breaking the Grid - Timothy Samara, 2005 
Tinjauan Desain Grafis - Arief Adityawan & Tim Litbang Concept, 2010 
Desain Komunikasi Visual Terpadu - Yongky Safanayong, 2006 
Typography Workbook – Timothy Samara, 2004 
Color Graphic -  Karen Triedman, 2002 
Buku Kajian Desain Fashion 
Fashion as Communication - Malcolm Barnard, 2002 
  
2.1.2  Riset dan Data Umum 
2.1.2.1 Sekilas mengenai Desain Grafis
Secara  per-kata,  Desain  Grafis  terdiri  dari  2  kata  ya
Desain  dan  Grafis, 
Desain  berarti  proses  dan  pola  berpikir  dalam  menga
segala  sesuatu 
sebelum  perancangan.  Sedangkan  Grafis  adalah  titik/ga
yang  saling 
berhubungan.  Secara  kesimpulan,  Jessica  Helfa
mendefinisikan  desain 
grafis  sebagai  kombinasi  kompleks  kata,  angka,  graf
dan  image  yang 
membutuhkan  pemikiran  khusus  dari  seorang  indivi
yang  bisa 
menggabungkan  elemen-eleman  ini,  sehingga  mereka  da
menghasilkan 
sesuatu yang khusus, sangat berguna, dan sesuatu yang mud
diingat. 
Tanpa  disadari pengaruh  desain  grafis  terhadap  kehidup
sehari-hari sangat 
berpengaruh  sedikit ataupun banyak. Kebutuhan industri ak
Desain Grafis-
pun meningkat, tak sedikit juga lowongan  kerja desain  gra
dilihat  di  media 
surat kabar ataupun elektronik (internet). Lingkup pekerjaan des
grafis jika 
ditinjau-pun  terbuka  luas,  terbukti  dengan  tumbuh  d
menjamurnya 
pendidikan  tinggi  desain  grafis  bahkan  hingga  ke  jenja
pendidikan  yang 
lebih  bawah  lagi  (SMA/SMK)  yang  mendirikan  sekol
kejuruan  khusus 
desain komunikasi visual. 
2.1.2.2 Hubungan antara Desain Grafis dan Fashion
Dalam  buku  Graphic  Design  for  Fashion,  Jay  Hess  &  Simmon  Pasztorek 
berpendapat  bahwa  fashion  merupakan  salah  satu  bidang  yang  sangat  luas 
dan  memiliki  banyak  potensi  di dalamnya  untuk  bisa  dikembangkan.  Begitu 
juga  dengan  Desain  Grafis  yang  mempunyai  jangkauan  wilayah  yang cukup 
besar. Seorang desainer grafis bisa terlibat dalam sebuah proyek  yang  berada 
diluar  bidang  mereka, salah  satunya  adalah  dalam  industri  fashion  yang  saat 
ini  semakin  berkembang  seiring  dengan  perkembangan  jaman,  dan 
munculnya desainer – desainer muda  yang  mempunyai inovasi terbaru  dalam 
hasil  rancangannya,  tentunya  ini  merupakan  suatu  kesempatan  untuk  para 
desainer grafis bisa berkolaborasi dengan desainer fashion dan juga ikut andil 
dalam perkembangan industri fashion saat ini. Bukan hal asing lagi jika dunia 
grafis dan fashion memiliki  ikatan  yang  erat dalam  mendukung  kemajuan di 
industrinya  masing-masing.  Sebuah  brand  fashion  juga  bergantung  kepada 
  
kemasan dan presentasi dari produk itu sendiri. Jiwa dan karakter dari sebuah 
visual juga menggambarkan desainernya itu sendiri. Walter Van Beirendonck 
seorang  desainer  fashion  yang  berasal  dari 
Belgia,  melihat  desain  grafis  dan 
desain  fashion sebagai  dua  hal yang saling  berkaitan. Fashion  membutuhkan 
grafis  untuk  mempresentasikan  hasil  akhirnya.  Tentunya,  peran  desainer 
grafis sangat  penting karena ini  adalah  yang menghubungkan  antara  desainer 
fashion  dengan  publik.  Sudut  pandang  positifnya,  desainer  grafis  hadir  di 
dunia fashion membawa sudut pandang dan prespektif baru.  
Dahulu  peran  desainer  grafis  dalam  industri  fashion  hanya  sebagai  ilustrator 
yang  dibutuhkan  untuk  menggambarkan  konsep  atau  ide  rancangan  dari 
seorang  desainer  fashion  ke  dalam  bentuk  visual,  maka  saat  ini  sudah  tidak 
demikian.  Seiring  dengan  berkembangnya  teknologi,  maka  fungsi  awal  dari 
ilustrasi mulai tergantikan oleh fotografi dan ilustrasi digital.  
Hingga  saat  ini  keterkaitan  antara  desain  grafis  dan  desain  fashion  juga 
berkembang  hingga  mengarah  ke  branding  yang  merupakan  bagian  dari 
kegiatan  promosi  yang  turut  memperkuat  sebuah  brand  dan  tampilan  dari 
seorang  desainer  fashion.  Menurut  Era  Soekamto,  seorang  fashion  desainer 
dengan ilustrasi  sebuah hasil rancangan  akan  terlihat  lebih  berseni,  berkelas, 
dan juga memberikan sentuhan dan warna yang berbeda. (Irwansyah 2010:3).
  
2.1.2.3 Sejarah Perkembangan Desain Grafis di Industri Fashion
Sejarah  mencatat,  selama  beberapa  abad  dalam  perkembangan  industri 
fashion,  bahwa  desain  grafis  telah  menjadi  teman  setia  b
lingkup  bidang 
industri  ini  untuk  mempresentasikan  sesuatu  yang  tidak  han
pakaian  saja, 
tetapi  juga  sebagai pencitraan  image  dari  desainernya.  Sej
sekitar abad ke-
19, ide ide fashion mulai banyak  beredar di media kabar  di  Ero
Rusia, dan 
Amerika.  Perkembangan  ini  kemudian  semakin  didukung  denga
peningkatan teknologi cetak yang terjadi dan berkembang pada saat itu
Memasuki awal abad ke -20, ilustrasi fashion mendapat banyak pengaruh dari 
pergerakan  seni  yang  ada  di  masyarakat,  seperti  art  nouveau  dan  art  deco. 
Salah  satu  yang  terkenal  dan  memberi  dampak  besar  dalam  perkembangan 
  
ilustrasi fashion  adalah  Alphonse Mucha. Ilustrator  fashion kelahiran Austria 
ini  banyak  membuat  poster  dengan  gaya  art  nouveau,  yang  mempunyai  ciri 
khas pada ornament dan berbagai detail pattern. Sesuai  dengan gaya khas art 
nouveau, Mucha juga menggambarkan figur wanita berambut panjang dengan 
kecantikan yang diramu secara dramatis, Pencitraan in yang membuat  banyak 
wanita  pecinta  fashion  saat  ini  mencoba  meniru  kecantikan  yang 
digambarkan oleh Mucha. 
Pada Periode 1950 hingga 1960-an, ilustrasi  fashion diramaikan  oleh gambar 
yang  sedikit  nakal  ketimbang  periode  sebelumnya.  Ada  kesan  agak  liar  dan 
seksi.  Penggambaran  sosok  perempuan  sering  ditampilkan  dalam  balutan 
bikini,  stocking  jala,  garter,  dan  sepatu  hak  tinggi  warna-warni.  Selalu  ada 
penggambaran model dengan make-up tebal dan lipstik merah menyala. Masa 
ini  juga  tercatat  sebagai  sebuah  periode  gilang  –  gemilang  bagi  ilustrator 
fashion ternama Romain de Tirtoff. 
Titik balik  karier  ilustrator  yang popular  dengan  panggilan  Erte ini  terjadi di 
tahun  1965.  Kala  itu,  Estorick,  seorang  kolektor  benda  seni,  berinisiatif 
memamerkan  170  karya  seni  Erte  di  Metropolitan  Museum  of  Art  (MET), 
New  York.  MET  justru  memborong  seluh  koleksi  karya  itu.  Bertolak  dari 
kesuksesain ini,  Estorick  membujuk Erte  untuk  mendesain  karya litograf dan 
serigraf.  Erte,  yang  berhasil  diyakinkan  bahwa  melalui  grafis  ia  bisa 
menggapai publik secara lebih luas lagi.  
Kemudian  pada  masa  1990-an,  ilustrasi  fashion  menjadi  lebih  glamor  dan 
diramaikan  dengan  gambar  model  ala  bintang  Hollywood.  Pada  periode  ini 
juga  banyak  unsur-unsur  budaya  yang  berbeda  mendapat  tempat  di  hati 
masyarakat  fashion. Seperti kemunculan  gaya anime dan  manga  Jepang yang 
digandrungi  masyarakat  di  dunia.  Sementara  menurut  seorang  kurator  asal 
Perancis,  Cedric  Morisset,  justru  pada  era  1990-an  tren  ilustrasi  fashion 
sempat  hilang  di  Perancis.  Yang  menjadi  penyebabnya  adalah,  munculnya 
teknologi  dan  kemajuan  di  bidang  fotografi.  Namun  keterbatasan  imajinasi 
pengolahan  ilustrasi  di  bidang  ini  justru  membuat  para  seniman  semakin 
bersemangat dan terus berkreasi. 
  
10 
Seiring  dengan  banyaknya  rumah  mode  atau  perusahaan  fashion  yang  juga 
menambah  bidang  lainnya  seperti  kosmetik  dan  aksesoris,  ilustrasi  juga  tak 
lagi  ditunjukan  pada  pakaian  semata.  Ia  mulai  merambah  pada  produk  lain 
seperti kosmetik, tas tangan, sepatu, poster, kartu undangan, hingga ke brosur 
promosi  dari  butik  atau  rumah  mode.  Diatas  panggung  fashion  week,  bukan 
hanya  tren  mode  pakaian  yang  diperkenalkan,  melainkan  juga  tren  tata  rias 
dan aksesoris terbaru. Karenanya, menjadi hal yang  wajar bila  fashion  brand 
pun merilis produk kosmetik. Seperti yang dilakukan beberapa fashion  brand  
papan atas seperti Burberry, Dolce & Gabbana, Giorgio Armani, dll. 
Hingga  saat  ini  dunia  fashion  menjadi 
lebih  leluasa  dan  bebas,  banyak 
inovasi-inovasi  baru  yang  lahir  mewarnai  industri  ini,  bisa  dikatakan  sudah 
tidak ada lagi tren yang kemudian  diikuti secara masal. Semua menginginkan 
sesuatu  yang  berbeda  dan  terbatas,  begitu  juga  dengan  seiring 
berkembangnya  industri  ini,  peran  desainer  grafis  di  industri  ini  pun  turut 
memberi  andil dalam  memberi  dan  menciptakan  citra  yang berbeda  di dunia 
fashion. (Irwansyah 2010 : 4) 
2.1.2.4 Desain Grafis dan Fashion sebagai Komunikasi
Desain  grafis  dan  fashion  merupakan  bidang  yang  sedikit  banyak  berbicara 
soal  komunikasi.  Komunikasi  yang  diciptakan  oleh  kedua  bidang  tersebut 
tentu  berbeda  dan  mempunyai  prespektif  tersendiri bagi pelakunya.  Menurut 
Claude  Shannon  dan  Warren  Weaver  dalam  teori  komunikasi,  Komunikasi 
sendiri  berarti  suatu  proses  pengiriman  dan  penerimaan  pesan  yang  terjadi 
antara  dua  pihak  (pengirim  dan  penerima).  Tujuannya  adalah  untuk 
membangun  keinginan,  menciptakan  kesadaran,  meningkatkan  sikap  dan 
mempengaruhi niat. 
Secara  umum,  fashion  memang  sebagai  alat  pelindung  tubuh  dan  untuk 
menjaga  kesopanan.  Tetapi  tidak  hanya  sekedar  menjadi  pelindung,  fashion 
juga  telah  berbicara,  mencerminkan  dan  menyampaikan  banyak  hal  tentang 
siapa  identitas  diri  kita  sebenarnya.  Berbicara  tentang  fashion,  berarti  kita 
bicara  tentang  sesuatu  yang  sangat  erat  dengan  kehidupan  kita.  Tidak  bisa 
kita  bayangkan  hidup  tanpa  helai  pakaian  yang  dapat  menutupi  tubuh  kita. 
  
11 
  
Beberapa rancangan-rancangan yang  diciptakan oleh desai
fashion sedikit 
banyak  berbicara  soal  komunikasi,  Beberapa  dari  mere
menyampaikan 
bahwa desain fashion tidak hanya sekedar merancang baju tet
juga sebagai 
media penyampaian pesan, sebagai contoh Itang Yunasz dan Pop
Dharsono 
dengan  ciri khas rancangannya
yang mengambil unsur-unsur d
budaya dari 
Indonesia,  ini  menunjukkan  bahwa  proses  komunik
terjadi,  terbukti 
dengan  keinginan  mereka yang  ingin  menyampaikan  pes
bahwa Indonesia 
memiliki  budaya  dan  kekayaan  yang  harus  dija
diletarikan,  dan  bisa 
diaplikasikan dalam segi fashion. 
Desain  grafis-pun  juga  berbicara  tentang  komunika
Menurut  Yongky 
Safanayong  dalam  buku  Desain  Komunikasi  Vis
Terpadu,  desain 
komunikasi  visual  mempunyai  fungsi  untuk  memberita
memberi 
informasi,  memberi  penerangan,  membujuk, mempengar
dan  melindungi. 
Berhasil  atau  tidaknya  seorang  individu  (desainer)  b
dilihat  dari  sudut 
pandang  bagaimana  ia  berhasil  memecahkan  masalah  d
memberi  solusi 
terhadap  suatu  masalah  yang  ia  hadapi.  Proses  komunik
banyak  terjadi 
pada  industri  ini  baik  secara tidak  langsung  maup
secara  langsung.  Secara 
langsung  sebagai  contoh melalui  media  poster  ya
mempromosikan  sebuah 
kegiatan  atau  acara  yang  akan  berlangsung.  Begitu  ju
dengan  komunikasi 
secara  tidak  langsung,  kita  bisa  lihat  dari  cont
beberapa  bentuk  media 
periklanan  dan  branding,  yang  menyampaikan  pesan  se
2.1.3  Kuesioner Target Sasaran
Penulis  melakukan  survei  dengan  membagikan  kuisio
kepada  100  orang 
responden untuk mengetahui minat masyarakat terhadap Des
Grafis Indonesia 
di Industri Fashion.  
  
  
12 
  
          Gambar 2.1 Hasil Kuesioner Bagian 1 
  
13 
 
Gambar 2.2 Hasil Kuesioner Bagian 2 
  
14 
  
Gambar 2.3 Hasil Kuesioner Bagian 3 
  
15 
2.1.4  Data Target 
2.1.4.1 Demografis
Jenis kelamin :  Laki-Laki dan Perempuan 
Usia : 21 – 35 Tahun 
Pendidikan : D3, D4, dan S1 (Desain Grafis) 
Status Ekonomi Sosial : Menengah Atas (B - A) 
2.1.4.2 Geografis
Domisili : Indonesia 
Wilayah : DKI Jakarta dan Kota - Kota Besar 
2.1.4.3 Psikografis
• 
Personality 
Aktif 
Ingin Tahu 
Terbuka 
Imajinatif 
Ekspresif 
• 
Behavior 
Menyukai Buku 
Mengikuti Tren 
Menyukai Desain Grafis  
Tertarik dengan Industri Fashion 
Sering Menyanyakan Sesuatu yang Dilihat 
Mempunyai jiwa eksperimental yang selalu ingin mencoba sesuatu 
Membaca artikel di internet atau dimajalah 
2.1.4.4 Kompetitor
A.  Kompetitor Langsung
Buku  -  buku,  literatur  media  elektronik  d
media  cetak  dalam  negeri 
(Indonesia) yang membahas mengenai desain grafis d
fashion. 
  
16 
B.  Kompetitor Tidak Langsung
Buku - buku mengenai desain grafis dan fashion dari internasional 
Buku  -  buku  mengenai  desain  grafis  yang  membahas  tentang  teknis  seperti 
cara membuat ilustrasi di adobe illustrator, dll. 
2.1.5  Analisa
Berdasarkan studi literasi, studi visual, dan riset survei berikut ini adala
analisa dari perancangan publikasi buku “Grafis Fashion Indonesi
yang 
penulis susun. 
2.1.5.1 Faktor Pendukung
Mulai berkembanganya industri fashion sehingga tidak menutup 
kemungkinan untuk para desainer grafis untuk berkesempatan bereksplorasi, 
berkolaborasi dan terjun di industri ini 
Belum ada buku yang membahas desain grafis Indonesia di industri fashion 
Memberi wawasan dan informasi pada desainer grafis Indonesia 
Banyaknya kebutuhan peran desainer grafis dalam industri fashion 
Menambah warna buku desain grafis di Indonesia 
2.1.5.2 Faktor Penghambat
Distribusi  buku  sejenis  masih  terbatas  pada  distribusi  buku  independen, 
sehingga penyampaian eksplorasi visualpun cukup terbatas. 
Dalam  proses  pengumpulan  data  penulis  mengalami  kesulitan  dikarenakan 
sumber yang didapat melalui literatur tidak terlalu banyak. 
Ketidak  tertarikan  dan  kurangnya  pengetahuan  dari  desainer  grafis  terhadap 
industri fashion juga menghambat publikasi buku ini.  
Kurangnya minat membaca dari para target sasaran. 
2.1.5.3 Analisa SWOT
A.  Strength
Buku ini sangat fokus dan dari segi konten belum ada ditemukan di  Indonesia 
sehingga  buku  ini  menjadi  suatu  wacana  yang  baru  di  Indonesia  dan  dunia 
desain  grafis.  Buku  ini  membuat  masyarakat  (desainer  grafis)  untuk 
  
17 
mengenali  ruang  lingkup  profesinya  jika  sedang  atau  ingin  terjun  dalam  
Industri fashion. 
B.  Weakness
Buku  ini  cenderung  kepada  target  sasaran  remaja  -  dewasa  yang  khusus 
sehingga target lebih sempit 
Belum ada buku yang membahas desain grafis Indonesia di industri fashion 
Peminat membaca buku mengenai hal ini di Indonesia sangat sedikit 
Kurangnya  minat  dan  inisiatif  masyarakat  (Desainer Grafis)  untuk membuka 
wawasan terhadap Industri fashion. 
C.  Opportunity
Dengan  tema  yang  baru,  segar dan  menambah  pengetahuan  baru  diharapkan 
menjadi daya tarik pembaca buku.  
Menjelaskan  kepada masyarakat (Desainer  Grafis) mengenai  industri  fashion 
dari  sejarah  desain  grafis  dalam  industri  fashion  hingga  ruang  lingkup 
pekerjaan. 
D.  Threat
Kurangnya perhatian dari masyarakat (Desainer Grafis) untuk membuka 
wawasan untuk mengenali dan melirik industri fashion 
Munculnya literatur dari media elektronik yang membahas hal serupa 
sehingga minat membeli buku dari para target sasaran berkurang karena 
merasa lebih praktis membaca melalui media elektronik. 
2.2 Tinjauan Khusus
2.2.1  Teori Desain Komunikasi Visual
Desain  komunikasi  visual  adalah  ilmu  yang  mempelajari  proses  komunikasi 
yang  dipublikasikan  dalam  berbagai  media  komunikasi  visual  dengan 
mengolah  elemen desain grafis berupa gambar  (ilustrasi dan fotografi),  huruf 
dan  tipografi,  warna,  komposisi  dan  layout.  Menurut  Yongky  Safanayong, 
desain  komunikasi  visual  tidak  hanya  berfungsi  mekanikal  tetapi  ada  fungsi 
lainnya,  yaitu  memberi  inspirasi,  informasi  dan  menggerakkan  kita  untuk 
  
18 
beraksi,  selain  memiliki  fungsi  sosial,  desain  komunikasi  visual  juga 
memiliki  fungsi  fisik  dan  fungsi  pribadi.  Dalam  terapannya  sebagai  ilmu 
komunikasi, desain komunikasi memiliki empat fungsi, yaitu :   
1.  Untuk memberitahu atau memberi informasi (to inform) seperti 
menjelaskan, menerangkan, dan mengenalkan. 
2.  Untuk memberi penerangan (to enlighten), seperti membuka pikiran dan 
menguraikan.  
3.  Untuk membujuk (to persuade), seperti menganjurkan, komponen-
komponennya termasuk kepercayaan, logika dan daya tarik. 
4.  Untuk melindungi (to protect), seperti fungsi khusus untuk desain 
kemasan dan kantong belanja. (Yongky Safanayong 2006 : 3) 
Sesuai dengan teori tersebut, penulis melakukan perancangan publikasi guna 
memberikan informasi (to inform) dan memberi wawasan (to enlighten) 
tentang desain grafis di industri fashion kepada target sasaran (audience), 
melalui media promosi publikasi buku yang tepat dan menarik (to persuade).  
2.2.2  Teori Buku
Menurut  Kamus  Besar  Bahasa Indonesia,  buku / bu·ku  /
adalah  lembaran 
kertas  yg  berjilid,  berisi  tulisan  atau  kosong.  Sedangk
menurut  Oxford 
Dictionary,  buku  adalah  hasil  karya  yang  ditulis  atau  dicet
dengan 
halaman-halaman  yang  dijilid  pada  satu  sisi  atau  dua  ha
karya  yang 
ditujukan  untuk  penerbitan.  Berbeda  dengan  padangan  Ro
Fawcett  Tang 
dalam buku New Book Design, menurutnya buku yang baik adalah bu
yang 
didesain dengan memperhatikan :  
• 
Kemasan 
Tampilan  luar  suatu  buku  merupakan  salah  satu  faktor  yang  penting.  Suatu 
kemasan  buku  yang  baik  mampu  menarik  rasa  keingintahuan  orang  untuk 
melihat buku tersebut diantara buku-buku yang lain. 
Fungsi utama kemasan buku sebagai pelindung bisa diolah menjadi menarik. 
Menggunakan image yang mampu menarik perhatian (to persuade). 
  
19 
•  Struktur 
Isi buku dibentuk oleh tiga elemen desain yaitu tipografi, grid, d
image. 
• 
Navigasi 
Dalam  suatu  buku,  meletakkan  informasi-informasi  dalam  komposisi  yang 
baik merupakan hal yang penting agar tidak membingungkan pembaca. 
2.2.3  Teori Publikasi
Menurut  Timothy  Samara  dalam  bukunya  “Publication  Design  Workbook”, 
Publikasi  pada  buku  adalah  aplikasi  yang  diperluas  dari  teks  dan  image,  yang 
berarti  perlu  berbagai  pertimbangan  dan  perhatian  lebih  dari  seorang  desainer, 
tidak  seperti  single-format  item,  seperti  poster  atau  iklan.  Desainer  perlu 
memperhatikan masalah kemudahan membaca dan kenyamanan pembacaan pada 
desain  multipage  dengan  banyak  halaman.  Hal-hal  yang  harus  diperhatikan 
tersebut,  antara  lain  adalah  muatan  informasi,  muatan  setiap  konten  halaman, 
integrasi  antara  image  dan  tipografi  untuk  mencapai  suatu  bentuk  kesatuan, 
pengaturan  tipografi  yang  baik  untuk  kenyamanan  membaca,  namun  tetap 
menarik untuk terus menerus dibaca hingga akhir, dan lain sebagainya agar dapat 
menjadi sarana komunikasi yang efektif. (Timothy Samara 2005 : 11). 
Setiap publikasi  selalu diawali  dengan ide dengan  suatu pesan  atau subjek  yang 
memiliki  fungsi  namun  tanpa  bentuk.  Sebagai  contoh  kegiatan  seperti  fashion, 
musik, dan sebagainya  menawarkan sebuah  ide. Fungsi yang  mereka  sampaikan 
tersebut,  melalui  media  apapun,  fungsinya  tetap  sama,  yaitu  untuk  melibatkan 
audience  pada  pesan  selama  periode  waktu  tertentu.  Bentuk  publikasi  selalu 
mengalami  perubahan,  membedakan  gagasan,  memilah-milah  konten  menjadi 
bagian  yang dikenali,  melibatkan  pasar,  terkait  dengan  tempat  tinggal  audience
dan  kebutuhan  khusus  mereka  untuk  informa
Namun  terlepas  dari  apapun 
bentuk  alat penyampai pesan,  proses  desain  dal
publikasi  adalah  sama, yaitu 
dikembangkan  dengan  konten  yang  mam
menyampaikan  sebuah  pesan. 
(Timothy Samara, 2005 : 12). 
  
20 
2.2.4  Teori Layout
Dalam  buku  basic  design  :  layout,  Gavin  Amborse  &  Paul  Harris 
menerangkan  bahwa 
layout  adalah  pengaturan  elemen-elemen  desain  dalam 
kaitannya  dengan  ruang  atau  bidang  di  mana  elemen  -  elemen  tersebut 
berada,  dan  dalam  keserasian  dengan  tampilan  secara  keseluruhan  dari  segi 
estetis.  (Gavin Amborse & Paul Harris  2011 : 15) untuk mendapatkan layout 
yang baik diperlukan adanya : 
1.  Kesatuan komposisi yang baik dan enak dilihat 
2.  Variasi agar tidak monoton dan membosankan 
3.  Keseimbangan agar terlihat sepadan, serasi, dan selaras 
4.  Irama yang berupa pengulangan bentuk / unsur-unsur layout dan warna 
5.  Harmoni  berupa  keselarasan  atau  keserasian  hubungan  antara  unsur  -
unsur yang memberikan kesan kenyamanan dan keindahan 
6.  Kontras yang berupa perpaduan antara warna gelap dan
terang 
2.2.5  Teori Grid
Menurut  Timothy  Samara  dalam  bukunya  "Making  a
Breaking  the  Grid", 
grid  merupakan  gabungan  dari  2  struktur  dimensional  ya
dipertemukan 
antara  garis  vertikal  dan  horisontal  yang  digunakan  unt
struktur  konten. 
Dan grid merupakan awal dan dasar dari sebuah proses desain ya
kemudian 
akan tidak terlihat atau invisible pada audience. 
Grid  sistem  sangat  membantu  untuk  mendesain  sebuah  buku  untuk  repetisi 
elemen-elemen  yang  ada  pada  tiap  halaman  sebuah  buku.  Sistem  ini 
dirancang agar flexible, dimana  terkadang  sebuah  elemen desain akan keluar 
dari sistem  tersebut,  namun ini  tergantung dari  seberapa  banyak  variasi yang 
diinginkan. (Timothy Samara 2005 : 30). 
Modular Grid
Layout  yang  digunakan  di  dalam  perancangan  publikasi  buku  ini 
menggunakan  modular  grid.  Modular  grid  yang  digunakan  adalah  modular 
grid variation and  violation yang telah  dijelaskan oleh  Timothy Samara pada 
buku  Making  and  Breaking  the  Grid  bahwa  sebuah  grid  dapat  dikatakan 
  
21 
berhasil  apabila  dapat  memecahkan  masalah.  Modular  Grid  merupakan grid 
yang  dapat  membantu  desainer  dalam  membuat  layout  secara  eksperimental 
atau dapat disebut juga breaking the rules. 
Deskontrusi Grid
Dalam buku yang sama, David Carson, Neville Brody, dan Stefan Sagmeister 
banyak memberikan contoh grid yang saling menabrak, dengan alasan sebuah 
ide yang  terstruktur  tidaklah  harus teratur. Tetapi  memiliki sistem  yang  baik 
dan alur yang menarik. Walau memecah readibility tetapi tetap sesuai  dengan 
tujuan  yang  ada. 
Menurut  Timothy  Samara,  dengan  mendekonstruksi  grid, 
kita  dapat  mendekonstruksi  struktur  grid  yang  sudah  ada  untuk  menemukan 
hubungan  spasial  dan  visual  yang  baru.  Mendekonstruksi  atau  mengubah 
struktur dapat dilakukan melalui metode seperti pemotongan dan pergeseran  
terpisah dari bidang utama, baik horisontal maupun vertikal.  
Sebagai  contoh  yang  disampaikan  Timothy  Samara,  Sebuah  grid  modular 
dasar  dapat  didekonstruksi  dalam  berbagai  cara,  salah  satunya  dengan  cara 
melakukan  pergeseran  disekitar  modul  atau  dengan  melebarkan  modul. 
Tetapi  jika  semakin  kompleks  mendekonstruksi  sebuah  grid,  akan  semakin 
ambigu hubungan  spasial dari  tipografi pada struktur  baru.  Mendekonstruksi 
sebuah grid
perlu diperhatikan untuk beberapa kebutuhan dan keperluan saja. 
Melalui  teori  tersebut,  penulis  menggunakan  modular  g
dan 
mendekonstruksinya  untuk  berkesperimental  dan  menemuk
visual  yang 
baru untuk menarik target sasaran dari segi visual. 
2.2.6  Teori Tipografi
Dalam  perancangan  publikasi  buku  ini,  penulis  memakai  prinsip  dasar 
tipografi  yang  diutarakan  oleh  David  E.  Carter  dan  melakukan  pendekatan 
visual secara eksperimental dengan mengolah tipografi sebagai image. 
Terdapat  beberapa  prinsip  tipografi  yang  diutarakan  oleh  David  E.  Carter 
pada buku How to Improve Your Corporate Identity, yaitu : 
  
22 
•  Legibility 
Kualitas  dari  huruf  sehingga  huruf  tersebut  terbaca.  Misalnya  bentuk  huruf 
yang  terlalu  abstrak  bisa  membuat  huruf  tersebut  tidak  dikenali  atau  tidak 
terbaca. 
• 
Readibility 
Kualitas  pada  teks  yang  membuat  teks  tersebut mudah  dibaca,  menarik,  dan 
tidak  melelahkan  mata.  Teks  dapat  legible  tetapi  tidak  readable.  Hal  ini 
berhubungan pula dengan jarak antar huruf dan jarak antar baris. 
• 
Visibility 
Kemampuan huruf dan teks untuk terbaca. Misalnya ukuran huruf pada poster 
yang ada di pinggir jalan harus cukup besar. 
• 
Clarity 
Kualitas  pada  teks  dan  huruf  untuk  dapat  dimengerti  deng
jelas.  Misalnya 
slogan  berbahasa  Inggris  pada  billboard  di  pinggir  jalan  har
bisa 
dimengerti atau dipahami. 
Type as Image
Dalam  buku  Typography  Workbook  karangan  Timothy  Sama
Type  as 
Image  adalah  istilah  yang  digunakan  dalam  layout  unt
menggambarkan 
tipografi/text  yang  diolah  menjadi  image. Type  as  ima
dilakukan  untuk 
menciptakan  peluang  besar  dan  memperlihatkan  pendekat
visual  yang 
berbeda  bagi  desainer.  Menurut  Timothy  Samara,  Memb
Type  menjadi 
sebuah  image  berarti  mendefenisikan  hubungan  sederhana  ant
bentuk 
intrinsik  dari huruf  dengan  beberapa  ide  visual  lainnya.  Ty
dapat  berubah 
menjadi  suatu  image  dengan  menggunakan  berbagai  pendekat
Masing-
masing memberikan  eksplorasi yang  berbeda  dan da
mengkomunikasikan 
sesuatu. 
2.2.7  Teori Ilustrasi Kolase
Collage berasal  dari  kata  kerja  bahasa  Perancis, Coller  (to  glue). Kolase  atau
photomerge  mempunyai  arti  menempel,  yaitu  tekhnik  yang  mempergunakan 
kertas,  kain,  gambar,  ataupun  bermacam-macam  benda  lainnya  yang 
ditempelkan  pada  suatu  permukaan  dan  menjadi  kesatuan.  Gaya  gambar  ini 
pertama kali dipopulerkan Pablo  Piccaso  dan Braque yang beraliran kubisme
  
23 
pada  awal  seni masa modern.  Sedangkan photomontage, menerapkan  prinsip 
yang  sama  dengan  kolase,  namun  tekhnik  ini  menggunakan  fotografi.  Dari 
perkembangan  sejarah,  Photomontage  juga  banyak  digunakan  pada  gaya 
Punk, Surealism, Pop Art dan Dadaism. (Francis Frascina 1993 : 88) 
Menurut Rick Poynor dalam buku “No More Rules, Graphic Design and Post 
Modernism”,  salah  satu  bagian  dari  pendekatan  dekonstruksi  adalah  gaya
Punk.  Punk adalah  nama  yang  diambil  dari  nama  sebu
subkultur  yang 
dalam  ekspresinya  juga  melahirkan  jenis  musik  Pu
Aliran  Punk  dalam 
praktik  desainnya  banyak  memanfaatkan  sha
benda-benda  temuan,  baik 
fotografi,  maupun  tipografi,  texture,  meranca
berdasarkan  media  cetak 
yang  disobek  dan  dikolase  menjadi  satu  desa
memanfaatkan  mesin 
fotokopi,  mesin  stensil,  teknik  sablon  dan  lain  sebagain
yang  dapat 
dikerjakan seorang diri. 
Dalam  perancangan  publikasi  buku  dan  dal
penerapannya  pada  ilustrasi, 
Penulis  melakukan  pendekatan  ke  arah  gaya  punk  ya
pada  praktik 
desainnya  banyak memanfaatkan  eksplorasi shape, textu
fotografi  fashion 
dan  tipografi, yang  diolah  dan  dikolase  secara  digi
kedalam  visual  dengan 
komposisi layout yang menarik.  
2.2.8  Teori Warna
Menurut  Albert  Munsell,  warna  dapat  diklasifikasik
berdasarkan  hue 
(warna  itu  sendiri:  red,  green,  blue),  value  (gelap  at
terang),  dan  chroma 
(kuat  atau  lemah).  Terdapat  beberapa  hal  mengenai  war
yang  dijelaskan 
oleh  Karen Triedman  dan  Cheryl  Dangel pada bukunya  ya
berjudul  Color 
Graphic : The Power of Color in Graphic Design, yaitu : 
• 
Warna sebagai pembangkit emosi: 
Kehidupan  yang  penuh  warna  dalam  keseharian  manusia  berpengaruh  pada 
emosi,  perasaan  dan  hal  semacamnya.  Untuk  memperkuat  desain  diperlukan 
satu  pemahaman  atas  respon  seseorang  terhadap  warna  dan  pengertian 
terhadap  target  market  yang  dituju.  Faktor  sosiologis,  histories,  politis, 
geografis, psikologis dan budaya juga menentukan respon target terhadap warna. 
  
24 
  
• 
Warna yang mengandung makna:  
Pesan utama  dari  sebuah  warna  dapat  digunakan  sebagai identi
yang  kuat 
dari  sebuah  brand.  Penggunaan  warna  corporate  da
memberikan  produk 
sebuah posisi yang lebih kuat di pasar. 
• 
Warna sebagai media penarik perhatian:  
Warna  adalah  elemen  utama  yang  dapat  digunakan  untuk  mendapatkan 
perhatian  dari  orang-orang  yang  melihatnya.  Kekuatan  dari  warna  dapat 
menarik  perhatian  dan  memotivasi  penjualan,  warna  dapat  digunakan 
memberikan identitas pada sebuah brand. 
Melalui  teori  diatas,  penulis  dapat  dikatakan  bahwa  warna  memiliki  peran 
yang  penting  dalam  mendukung  penyampaian  pesan  -  pesan  dalam 
perancangan  publikasi  buku  desain  grafis  Indonesia  di  industri  fashion  ini. 
Maka  dari  itu,  warna-warna  yang  akan  menjadi  identitas  visual  disesuaikan 
dengan target sasaran Penulis, yaitu warna-warna contrast dan spot (spesial).