BAB 2 
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Umum 
Proyek  TA  (tugas  akhir)  DKV  animasi  merupakan  proyek  untuk  melihat 
kompetensi mahasiswa  dalam  membuat  rancangan  dan  pembuatan sebuah film yan g 
memiliki  konten  animasi  didalamnya.   Dalam  pembuatan  kar ya  TA,  mahasiswa 
membutuhkan  kemampuan  dalam  membuat  konsep  yang  baik,  memahami  pipeline 
produksi,  kemampuan  teknis  yang  baik  dalam proses  produksinya,  dan  menganalisa 
dan menerapkan teori-teori serta referensi  yang  dibutuhkan  dalam  proses  pembuatan 
film.  Dalam proyek  TA ini, penulis akan membuat sebuah film animasi pendek yan
g  
bertema pola pikir sosial tentang cara menggapai keinginan. 
Dalam  perancangan  film  animasi  pendek  ini, penulis  melakukan  riset untuk 
memperoleh  data  dan  referensi  yang  mendukung proses  produksi film.  Metode yan g 
digunakan untuk memperoleh data antara lain literatur buku, internet dan video. 
2.1.1 Film Animasi Pendek 
Secara  umum,  animasi  pendek  merupakan  salah  satu  contoh  film  animasi 
yang  biasanya  dibuat  untuk  disertakan  ke  festival.  Film  ini  tidak  cukup  panjang 
sehingga  tidak bisa dikategorikan  “Feature  Film”.  Dan  menurut Academy  of  Motion 
Picture  Arts  and  Scien ces  film  pendek  merupakan  film  orisinil  yang  berdurasi  40 
menit atau dibawahnya termasuk semua kreditnya. 
Film-film  animasi  pendek  merupakan  sebuah  tempat  dimana  para  seniman 
dan desainer kreatif  menuangkan idenya  dan bereksplorasi dengan cara-cara, konsep, 
dan  teknik  yang  baru.  Film  animasi  pendek  ini  ada  yang  dibuat  secara  independen 
maupun  dibuat  oleh  studio  besar  sebagai  bahan  percobaan  dan  membuat  portofolio. 
Sebagai  contoh  film  animasi  pendek  “The  Dam  Keeper”  dimana  para  kreatornya 
merupakan  desainer-desainer  kelas  atas  seperti  Dice  Tsutsumi  dan  Robert  Kondo. 
  
 seorang  anak  yang  ingin  membebaskan  ibunya  yang  bekerja  berlebihan.  Karaktern ya  sangat  lucu,  menghibur  dan  temanya  sangat  dekat  dengan  penonton.  Tetapi,  tidak  melepaskan  unsur  utama  dari film animasi pendek  yaitu unsur imajinatif.
Mereka  membuat  film  animasi  pendek  ini  karena  berbagai  sebab.  Salah  satunya 
karena  mereka  tidak  hanya  ingin  menerima  inspirasi  dari  orang  lain  namun  juga 
ingin menginspirasi orang lain.  
Menurut  jenis  pemenang  dalam  festival  film,  Film  animasi  pendek 
dikategorikan  menjadi  2  jenis  yaitu  film  animasi  pendek  pilihan  Juri  dan  film 
animasi  pendek  pilihan  penonton.  Dari  hasil  riset  dari  beberapa  festival,  biasanya 
film  animasi  pendek  yang  difavoritkan  oleh  juri  juga  difavoritkan  oleh  penonton. 
Sebagai  contoh  pada  tahun  2011  dan  2012  di  Austin  Film  Festival  yang  terpilih 
sebagai  pemenang  pilihan  juri  dan  penonton  mer upakan  film  yang  sama  yaitu  “The 
Fantastic  Flying  Books  of  Mr.Morris  Lessmore”  karya  Willian  Joyce  dan  Br andon 
Oldenburg  dan  “Head  over  Heels”  kar ya  Timothy  Reckart.  Ada  juga  beberapa  film 
animasi  pendek  yang  berhasil  memenangkan  audience  award  dan  biasanya  juga 
mendapatkan  beberapa  pengh argaan  dari  beberapa  festival  lainnya  contohnya  “The 
Maker”  karya  Christopher  dan  Christine  Kezelos  yang  berhasil  memenangkan  22 
penghar gaan di festival. 
Menurut  hasil  analisis  yang  penulis  lakukan,  biasanya  karya  yang 
difavoritkan  oleh  juri memiliki daya  tarik eksperimental  yang kuat. Maksudnya, film 
animasi  pendek  tersebut  memiliki  tema  yang  tidak  biasa,  beberapa  cenderung 
absurd,  aneh  dan  sangat  imajinatif.  Teknik  ekseku
yang  dilakukan  juga  biasanya 
sangat eksperimental. Menggunakan cara-cara yang tidak bias
Sebagai contoh, film 
animasi  pendek  “Will”  yang  dibuat  oleh  murid  Calar
yang  menggunakan  visual 
yang  berb asis  vektor,  “The  Maker”  yang  menggunaka
stop  motion,  film  animasi 
pendek  ”The Cautionary Tail” karya  Erica Harrison  yan
menggabungkan set buatan 
tangan  dan  animasi  3D.  Sedangkan  film  yan
difavoritkan  oleh  penonton   biasanya 
memiliki  tema  yang rin gan dan imajinatif serta menyenan g
an dan menghibur  untuk 
ditonton.  Karakter  yan g  digunakan  biasanya  lucu  da
menarik.  Sebagai  contoh,  film 
animasi  pendek  yang  memenangkan  audience  award 
Austin  Film  festival  “MIA” 
karya  Wouter  Bongaerts  yang  men ceritakan  tentan
  
2.1.2 Sinopsis 
Disebuah  dunia  awan,  hiduplah  2  utas  layang-layang  yang  bernama  Kagha 
dan  Ti.  Mereka  berdua  merupakan  tetan gga  sekaligus  musuh  kebuyutan  karena 
memiliki  kepribadian  yang  bertolak  belakan g.  Ti  memiliki  kepintaran  karena  serin g 
menghabiskan waktu  dengan membaca  buku namun malas melakuk an aktivitas fisik. 
Sebalikn ya  Kagha  sangat  malas  membaca  buku  namun  suka  berpetualang  kesana-
kemari. 
Suatu  hari,  ketika  mereka  berada  di  sebuah  taman  dan  melakukan  aktivitas 
masing-masing,  tiba-tiba  muncul  hujan  batu.   Para  layang-layang  ketakutan  dan 
mencari  tempat  berteduh.  Kagh a  dan  Ti  yang  berada  tak  jauh  satu  sama  lain  pun 
segera terbang k e tempat peristirahatan  terdekat.  Ketika berusaha bertahan  agar tidak 
tertiup  angin  dan  masuk  ke  tempat  peristirahatan,  secara  tidak  sengaja  tali  mereka 
berkaitan satu sama lain dan membentuk simpul. 
Ketika  angin  berhenti,  mereka  sadar  ternyata  mereka  tidak  bisa  berpisah 
karena  “terikat”. Mereka  menyalahkan  satu  sama  lain dan seutas  layang-layang yang 
lebih  tua  menyarank an  merek a  agar  bertemu  dengan  layang-layang  yang  ahli 
melepas  simpul.  Lalu,  mereka  memutuskan  untuk  mencari  ahli  pelepas  simpul.  Di 
tengah  perjalanan  menuju  tempat  ahli  pelepas  simpul  tersebut,  secara  tak  terduga 
turun sebuah batu secara tiba-tiba,  Ti  yang  sud ah  kecapaian  karena  jarang bepergian 
jauh  tidak  memperhatikan  batu  yang  jatuh  kearahnya.  Kagha 
yang  menyadari  hal 
tersebut  terpaksa  menyelamatkan  Ti  dan  menyebabkan  Kagha  terluka.  Ti  pun 
mencoba menyembuhkan luka dan memapah Kagha.  
Sampai akhirnya mereka sampai ketempat ahli pelepas simpul  yang tern yata 
sedang keluar dan mereka pun sadar mereka telah menjadi sahabat yang baik. 
  
2.1.3 Data Karakter dan Environment 
2.1.3.1 Sejarah Layang-Layang 
  
Gambar 2.1  Kaghati Kite on Berck sur Mer Beach 1997
Layan g-layan g  pertama  di  dunia  berasal  dari  Indonesia  sekitar  4.000 tahun. 
Sumber  informasi  ini  berasal  dari  pengamatan  Wolfgang  Bieck  pada  tahun  1997  di 
Muna.  Wolfgang  Bieck  berasal  dari  Jerman  dan  merupakan  salah  seorang 
Counsultant  of  Kite  Aerial  Photography  Scientific  Use  of  Kite  Aerial  Photography. 
Awal  pen elitiannya  dilatar  belakan gi  oleh  festival  layang-layang  dunia  di  Prancis 
tahun  1997.  Saat  itu  layangan  Kagh ati  Kolope  dari  Indonesia 
tampil  sebagai  juara 
mengalahkan  Jerman.  Hal  ini  membuatnya  berkeinginan  menelusuri 
keunikan Kaghati Kolope dan mengantarkann ya ke  Pulau Muna,  Sulawesi  Tenggara. 
Tepatnya  di  Gua  Su gi  Patani,  Desa  Liang  Kobori  sekitar  8  km  dari  Raha,  ibu  kota
  
Pulau Muna. Gua ini berada di sebuah  bukit  setinggi 80 meter  dengan k emiringan 90 
derajat. 
  
  
Gambar 2.2 Cave of “The First Kiteman”
(Sumber : http://www.wo lfgangbieck.gmxhome.de) 
 
Dalam  penelitiannya  Wolfgang  Bieck  melihat  sendiri  lukisan  tangan 
manusia  yang menggambarkan  layang-layang di dalam  Gua Sugi  Patani, Desa Lian g 
Kobori.  Di  situs  pra  sejarah  tersebut  tergambar  seseorang  sedang  bermain  layang-
layang  di  dinding  batunya  dengan  menggunakan  tinta  warna  merah 
dari oker (campuran tanah  liat  dengan  getah  pohon). Gambar  itu  sudah dicoba  untuk 
dihapus tetapi tidak bisa. 
Penemuan  lukisan  di  Gua  Sugi  Patani  dikatakan  Wolfgang  Bieck  telah 
mematahkan  klaim  bahwa  layangan  pertama  berasal  dari  China  pada  2.400  tahun 
lalu.  Layangan  yang  ditemukan  di  China  menggunakan  bahan  kain  parasut  dan 
batang  almunium. Sementara layangan  dari  Pulau  Muna terbuat dari bahan alam dan 
telah  menjadi  bagian  kehidupan  masyarak atnya.  Bieck  meyakini,  layangan  pertama 
di dunia berasal dari Muna, bukan dari China. 
  
Wolfgan g  Bieck  mengambil  foto-foto  dalam  gua  tersebut  kemudian 
menuliskan  penelitiannya  dalam  artikel  berjudul ”The  First  Kiteman” di  sebuah 
majalah Jerman tahun 2003. 
  
Gamb ar 2.3 “The First Kiteman”
2.1.3.2 Data Observasi Layang-Layang Indonesia 
Untuk  mengumpulkan  data  mengenai  berbagai  bentuk  dan  motif  dari 
layang-layang  yang  ad a  di  Indonesia,  penulis  mengunjungi  Museum  Layang-layang 
yang ada di Jalan H.Kamang di d aerah Cilandak, Pondok Labu, Jakarta Selatan.  
Di  Museum  Layang-layang,  ban yak  layan g-layang  tradisional  Indonesia 
yang  dipajang  serta  diberi  penjelasan  mengenai  kegunaan,  bentuk  serta  desain  dari 
layang-layang  yang  ada  di  berbagai  daerah  di  Indonesia.  Masing-masing  layang-
layang memiliki motif, bentuk, dan tujuan  yang berbeda-beda. Contoh layang-layang 
tradisional yang ada di Indonesia antara lain 
  
1.  Pepetengan (Jawa Barat) 
Pepetengan adalah layang-layang tradisional dari  daerah  Jawa Barat. Bentuk 
bagian  atas  pada  umu mnya  sama  dengan  layangan  tradisional  dari  daerah  lain. 
Desain  gambar  dapat  beragam  misaln ya  dengan  menggambar  tokoh/legenda  pada 
zaman terdahulu. 
Seperti  haln ya daerah-daerah  bersistem  mata  pencaharian  agraris  lainnya  di 
Indonesia,  di  Jawa  B arat.  Kehadiran    layang-layang  juga  berfungsi  untuk  menjaga 
sawah.  Melalui  bunyi  dan  motif  hiasan  didalamnya,  Pepetengan  diterbangkan 
berhari-hari untuk menghalau hama burung yang mengganggu tanaman padi. 
  
Gambar 2.4 Layang-Layang Pepetengan
(Sumber: Dokumentasi pribadi) 
 
 
2.  Koangan (DKI Jakarta) 
  Layang-layang  ini  merupakan  layan g-layan g  tradisional  yang  berasal  dari 
DKI Jakarta, rangkanya terbuat dari bambu  yang diraut supaya menjadi lebih halus & 
badan  layangann ya  dibungkus  oleh  kertas  minyak.  Layang-layang  ini  dilengkapi 
dengan  bunyi-bunyian  yang  merdu  sehin gga  dikenal  sebagai  layang-layang  Koan g 
atau Koangan, warna warni pada  layangan ini tidak mempunyai arti khusus,  biasanya 
diperlombakan pada acara-acara tertentu dan diberi hiasan ornamen. 
  
Gambar 2.5 Layang-la yang Koangan
(Sumber: Dokumentasi pribadi) 
 
 
3.  Dandan g ( Kalimantan Selatan) 
  Permainan  layang-layang  di  Kalimantan  Selatan  khususnya  Rantau 
Kabupaten  Tapin  merupakan  bagian  kebudayaan  sari  masyarakat  setempat  yang 
sudah  cukup  tua  keberadaannya  layang-layang  dimainkan oleh  masyarakat setempat 
secar a turun temurun  dari  generasi ke  generasi. Umumnya kayang-layang dimainkan 
pada bulan Agustus setelah musim panen selesai. 
Asal  kata “Dand ang”  berasal  dari  nama  suatu  alat  untuk  mencari/menangkap 
ikan bagi para nelayan darat (menyerupai tan gguk  untuk menyerok ikan di sungai). 
Bentuk  layang-layang  Dandang  adalah  wujud  dari  salah  satu  jenis  burung  di 
Kalimantan  Selatan  yak ni  burung  Enggan g  dimana  burung  tersebut  merupakan 
lambang  kedigdayaan  masyarakat  Dayak  Kalimantan  Selatan.  Untuk  mendekati 
wujud  asli  dari  burun g  Enggang  maka  layan g-layan g  tersebut  dilengkapi  dengan 
suatu  alat  bunyi  (dengung).  Apabila  layang-layang  diterban gkan  maka  alat  bunyi 
tersebut  akan  mengeluarkan  suara.  Bunyi  (dengung)  yan g  dikeluarkan  sama 
dan 
mirip suara dari  burung Enggang. Alat dengung ini diletakan/dipasang diatas  pundak 
kanan/kiri layan g-layan g  tersebut.  
  
     
  
Gambar 2.6 Layang-layang Dan dan g Laki               Gambar 2.7 Layang-layang Dandang Bini
(Sumber: Dokumentasi pribadi) 
4.  Kaghati (Muna - Sulawesi Tenggara) 
  Kaghati  adalah jenis layang-layang  yang unik. Ia  dapat dikategorikan sebagai 
layang-layang  purba  karena dibuat  dari bah an  yang berbeda  dari layang-layang  pada 
umumnya.  Jika layang-layang biasa  dibuat dari kertas,  Kaghati berbuat dari  daun ubi 
hutan/gadung.  Selu ruh  bahannya  berasal  dari  tumbuh-tumbuhan.  Kerangkanya 
terbuat  dari  bambu,  sementara  badannya  terbuat  dari  daun  ubi  gadung.  Benangnya 
terbuat dari serat daun pandan duri. 
Kaghati  selalu  dibuat  setelah  musim  tanam.  Pada  badannya  dipasangi  alat 
penyeimbangan  yang  menghasilkan  suara 
keras.  Alat  ini  dibuat  dari  kulit  ari  pohon 
waru. Suara itu akan membuat takut babi hutan pengganggu tanaman. 
  
Gambar 2.8 Layang-layang Kagh ati Kolope
(Sumber: Dokumentasi pribadi) 
5.  Goang (Sumbawa) 
  Bentuk layangan ini sama dengan bentuk layan g-layan
pecukan yang berasal 
dari 
Bali.  Masyarakat  Nusa  Ten ggara  Barat  pada  mas
lampau  membuat  layang-
layang  dengan  bahan-bahan  yan g  seluruhn ya  disediaka
oleh  alam.  Kerangka 
layangan  terbuat  dari  bambu,  dengan  p enutup  yan
menggunakan  p elep ah  batang 
pisang, benangnya berbu at dari serat daun nanas. 
  
Gambar 2.9  Layang-layang Goang
(Sumber: Dokumentasi pribadi) 
  
6.  Pinisi (Sulawesi Selatan) 
Diterbangkan dari awal panen sampai selesai
panen. 
  
Gambar 2.1 0 Layang-layang Pinisi
(Sumber: Dokumentasi pribadi) 
 
 
7.  Layang-layang Tradisional (Banten) 
  
Gambar 2.11 Layang-layang Tradisional
(Sumber: Dokumentasi pribadi) 
  
8.  Layang –layang Tradisional (Sulawesi Utar a) 
  
Gambar 2.12 Layang-layang Tradisional
(Sumber: Dokumentasi pribadi) 
9.  Perisai (Kalimantan Timur) 
  
Gambar 2.13 Layang-layang Perisai
(Sumber: Dokumentasi pribadi) 
  
10. Burung Enggang (Kalimantan Barat dan Timur) 
  
Gambar 2.14 Layang-layang Burung Enggang
(Sumber: Dokumentasi pribadi) 
 
 
11. Layang Adu (Kalimantan Timur) 
  
Gambar 2.15 Layang-layang Adu
(Sumber: Dokumentasi pribadi) 
 
 
12. Daplangan Tanggalan (Cilacap - Jawa Ten gah) 
  Daplangan  adalah  layang-layang  tradisional  yang  berasal  dari  Cilacap,  Jawa 
Tengah.  Rangka  layang-layang  ini  terbuat  dari  kayu  pohon  waru.  Awalnya  kayu 
pohon  waru  direbus  dan  kemudian  digosok  agar  terlihat  ser atnya.  Untuk  menutup 
rangkanya  digunakan  kertas  pilus,  alat  bun yi  atau  den gun gn ya  terbuat  dari  daun 
kelapa yang direbus dulu kemudian dipertipis. 
  
Gambar 2.16 Layang-layang Daplangan Tanggalan
(Sumber: Dokumentasi pribadi) 
 
 
13. Sumbulan (Jepara-Jawa Tengah) 
  
Gambar 2.17 Layang-layang Sumbulan
(Sumber: Dokumentasi pribadi) 
  
14. Doro Keplok (Kudus – Jawa Tengah) 
  Layang-layang  tradisional  dari  daerah  Kudus  (Jaw
Tengah ),  layangan  ini 
mengambil  ide  desain  dari  seekor  burung  mer
ati/burung  dara  yang  sedang  terban g 
di 
angkasa.  Di  angkasa,  burung  merpati  itu  aka
melayang-layang  sambil 
mengepakkan  sayapnya  yang  dapat  menimbulka
bunyi  seperti  tepukan.  Dikedua 
sayap  dipasang  bambu  sehingga  setiap  geraka
akan  menimbulkan  suara  seperti 
orang bertepuk tangan. 
  
Gambar 2.18 Layang-layang Doro Keplok
(Sumber: Dokumentasi pribadi) 
 
 
15. Pecukan (Bali) 
  Layang-layang  ini  pertama  kali  diberi  nama  layangan  Tekuk,  karena 
bentuknya  yang  meneku k  seperti  daun.  Disebut  layang-layang  pecukan  karena  pada 
kedua ujung kiri & kanan di-pecuk (bahasa Bali) yang artin ya dipelintir. 
Rangkanya  terbuat  d ari  bambu,  dengan  memakai  ded aunan.  Awalnya 
penutup  layangan  ini  terbuat  dari  kertas.  Tapi  kini  banyak  yan g  menggunakan 
penutup  dari  bahan  kain,  supaya  awet  &  tahan  lama.  Pecu kan  dapat  dib andingkan 
dengan  ulu  candra  yang  menjadi  simbol  Tri  Purusa,  Windhu.  Windhu  sendiri 
merupakan dari Wijaksara simbol Tuhan  Yang Maha Esa. Jadi, bentuk layang-layang 
pecukan adalah simbol dari Sadaiswa.
  
Gamb ar 2.19 La yang-layan g Pecukan
(Sumber: Dokumentasi pribadi) 
16. Janggan (Bali) 
  Dari  ketiga  jenis  layangan  Bali,  janggan  adalah  yang  terbesar  dan  panjang 
ekornya  yang bisa mencapai lebih dari 100  meter, membuatnya begitu  gagah saat dia 
menembus  angkasa.  Kepala  naga  yang  menjadi  bagian  teratas  dari  layangan,  seolah 
ia hidup  dan  menari  di  angkasa.  Banyak  perlakuan  khusus  yang  diperlakukan untuk 
kepala  naga  pada janggan  ini.  Pura  adalah  tempat  ia  disimpan  saat 
tidak  digunakan 
berlayang,  dan  baru  dikeluarkan  saat ak an upacar a pensucian  layangan  akan dimulai 
2 hari menjelan g acara pesta layan g-layan g  Bali.  
  
Ga mbar 2.20 Layang-layang janggan
(Sumber: Dokumentasi pribadi) 
  
17. Mera’an (Jawa Timur) 
  
Gambar 2.21 Layang-layang Mera’an
(Sumber: Dokumentasi pribadi) 
 
18. Layang Tapean (Banyuwangi – Jawa Timur) 
  
Gambar 2.22  Layang-layang tapean
(Sumber: Dokumentasi pribadi) 
  
19. Mancungan (D.I. Yogyakarta) 
  
Gambar 2.23 Layang-layang mancun gan
(Sumber: Dokumentasi pribadi) 
20. Sekak (Surabaya) 
  
Gambar 2.2 4 Layang-layang sekak
(Sumber: Dokumentasi pribadi) 
  
21. Layang Sowangan (Banyuwangi – Jawa Timur) 
  
Gambar 2.25 Layang-layang Sowang an
(Sumber: Dokumentasi pribadi) 
 
 
22. Babon Angrem (Tulung Agung) 
  Layang-layang  tradisional  ini  berasal  d ari  Tulun
Agun g,  Jawa  Timur.  Jenis 
yang  pertama  adalah  tanggalan,  bagian  bawahny
berb entuk  bulan  sabit  dan bagian 
atasnya  diberi  alat  bunyi  atau  dengungan.  Jen
yang  berikutnya  adakah  babon 
angrem  dan   badholan.  Ketiga  jenis  layangan  i
umumnya  dibuat  berwarna  merah, 
kuning hitam & putih. 
  
Gambar 2.26 Layang-layang babon angrem
(Sumber: Dokumentasi pribadi) 
23. Tanggalan (Tulung Agung) 
  
Gambar 2.27 Layang-layang tanggalan
(Sumber: Dokumentasi pribadi) 
24. Badholan (Tulung Agung) 
  
Gambar 2.28 Layang-layang badholan
(Sumber: Dokumentasi pribadi) 
  
25. Kuala (Sumatera Utara) 
  
Gambar 2.29 Layan g-layang kuala
(Sumber: Dokumentasi pribadi) 
 
26. Telong-telong (Bengkulu) 
  
Gamb ar 2.30 La yang-layan g telong-telong
(Sumber: Dokumentasi pribadi) 
  
27. Dengung (Sumatera Utara) 
  
Gamb ar 2.31 La yang-layan g dengung
(Sumber: Dokumentasi pribadi) 
28. Langlang Macho (Sumatera Barat) 
  Masyarakat  Minang  tradisional  menyebut  layang-layan
dengan  kata 
langlang,  bentuk  kedua  layangan ini terdiri dari bagian  at
yang melengkung (elips) 
dan  bagian  bawahnya  berbentuk  segitiga.  B ambu  pad
langlang  patah  siku  dan 
lengkun gannya  menjadi  agak  bersudut.  Lan glang  Mach
yan g  besarnya  sesuai 
dengan  selera pemain atau  pembuat, layang-layang i
berbentuk wajik/belah  ketupat 
dan  memiliki  kepala  atau  paruh  dibagian  atasnya.  Pad
bagian  paruh  ini  akan 
diletakkan semacam anak panah, yang fungsinya  merusa
layang-layang lawan. 
  
Gamba r 2.32 Layang-layang Langlang Mach o
(Sumber: Dokumentasi pribadi) 
  
29. Lang-lang Patah Siku (Sumatera Barat) 
  
Gambar 2.33 Layang-layang Langlang Patah Siku
(Sumber: Dokumentasi pribadi) 
30. Siger (Lampung) 
  
Gambar 2.34 Layang-layang siger
(Sumber: Dokumentasi pribadi) 
 
 
2.1.3.3 Data Karakter 
Dalam  film  pend ek  animasi  ini  terdapat  dua  karakter  yang  menjadi  fokus 
cerita:  Kagha  dan  Ti.  Untuk  menggambarkan  karakter  dalam  film  animasi  ini, 
penulis menggunakan beberapa  referensi visual di antaranya  adalah sebagai berikut: 
  
  
2.1.3.3.1 Ti 
Ti  adalah  salah  satu  tokoh  utama  dalam  film  animasi  pendek  ini.  Ti  adalah 
seutas layang-layang remaja melankolis-koleris yang suka membaca buku  dan pintar, 
namun  malas  beraktivitas  dan  dipandang  sombong  dan  skeptis  oleh  layang-layang 
lainnya.  Ti  bertubuh  mu ngil,  lucu,  bentuknya  menyerupai  layang  layan g  patah  siku 
dan lamban. Ia sangat takut dengan  ketinggian dan aktivitas di  luar ruangan sehingga 
sangat  mengagumi  keberanian.  Ia  mudah  tersinggun g  jika  orang  lain  menyebutnya 
lemah  dan  pen yendiri.  Ti  memiliki  cita-cita  menjadi  pustakawan  karena  obsesinya 
terhadap buku. Referensi visual Ti : 
  
  
Gambar 2.35 Physiognomy Ti
(Sumber: “The Face Reader” – Patrician McCarthy & “Amazing Face Reading” – Mac Fuller) 
 
2.1.3.3.2 Kagha 
Kagha  adalah  salah  satu  tokoh  utama  dalam  film  animasi  pend ek  ini.    Kagha 
adalah  seutas  layang-layang  remaja  sanguin -koleris  yang  over-active,  kuat, 
berpikiran  positif  namun  sok  tahu  dan  bodoh.  Kagha  bertubuh  besar,  ramping  dan 
berbentuk  seperti  layang-layang  Macho  dari  Sumatera  Barat.  Ia  sangat  takut 
  
terkurung  dan  akan  men jadi  tidak  terkendali  seperti  menghancu rkan  benda  sekitar 
jika  tidak mendapatkan kebebasan.  Ia sangat mengagumi kepintar an dan  ketenangan. 
Kagha sangat menyukai kebebasan. Referensi visual Kagha : 
  
Gambar 2.36 Physiognomy Kagha
(Su mber: “The Face Reader” – Patrician McCarthy & “Amazing Face Reading” – Mac Fuller) 
2.1.3.3.3 Environment 
  Pada tahun
1894, Komisi  Cuaca  Internasional  membagi bentu
awan menjadi 
4  kelompok  utama,  yaitu  awan tinggi,  awan  sedang, awa
rendah,  dan  awan  dengan 
perkembangan vertikal. 
1.  Kelompok Awan Tinggi 
  Pada  kawasan  tropis,  awan  ini terletak  di ketinggian  6-18  km,  pada  kawasan 
iklim sedang awan ini terletak pada ketinggian 5-13 km, sedangkan di kawasan kutub 
terletak pada 3-8 km. 
  
  
Gambar 2.37 Awan Sirrus     Gambar 2.38 Awan Sirostratus
Gambar 2.39 Awan Sirokumulus
2.  Kelompok Awan Sedang 
  Pada  kawasan  tropis  awan  ini  terletak  di  ketinggia
2-8  km,  pada  kawasan 
iklim  sedang  terletak di  ketinggian   2-7  km,  sedangka
pada  kawasan  kutub  terletak 
di ketinggian 2-4 km. 
 
 
Gambar 2.40 Awan Altokumulus      Gambar 2.41 Awan Altostratus
 
  
3.  Kelompok Awan Rendah 
  Awan ini terletak pada ketinggian kurang dari 3  km, yan
tergolong ke dalam 
awan rendah. 
  
  
Gambar 2.42 Awan Stratokumulus    Gambar 2.43 Awan Stratus
Gambar 2.44 Awan Nimbo stratus
(Sumber: http://softilmu.blogspo t.com) 
 
 
4.  Kelompok Awan Dengan Perkembangan Vertikal 
  Awan  ini  terletak  antara  500-1500  m,  yan
tergolong  dalam  awan  dengan 
perkembangan vertikal. 
  
  
Gambar 2.45 Awan Kumu lus  Gambar 2.46 Awan Kumu lonimbus
(Sumber: http://softilmu.blogspo t.com) 
  
Sedangkan berdasarkan b entuknya, Awan terbagi  menjadi 3 yaitu : 
-  
Kumulus,  yaitu  awan  yang  bentuknya  bergumpal-gumpal  dan  dasarnya 
horizontal. 
-  
Stratus, yaitu awan yang  tipis dan  tersebar  luas  sehingga menutupi langit secara 
merata. 
-  
Sirrus,  yaitu  awan  yang  berb entuk  halus  dan b erserat  seperti  bulu ayam.  Awan 
ini tidak dapat menimbulkan hujan. 
Referensi visual 3D: 
   
  
Gambar 2.47 3D cute clo ud       Gambar 2 .48 Scrat in Heaven
Gambar 2.49 Broken Age
  
  
 menginspirasi penulis.
2.1.4 Referensi film pendek 
1.  Monsterbox 
  
  
  
 
Gambar 2.50 Monsterbox
(Sumber: Youtube) 
 
 
  Monsterbox  adalah  film  pendek  animasi  ber genre  fantasi  dan  sedikit  drama 
yang mengisahkan  tentang  seorang  anak  yang  ingin  membeli  rumah untuk  monster-
monster  yang  tinggal  bersamanya  dari  seorang  kakek   yan g  merupakan  seoran g 
penjual  tanaman  hias  dan  rumah-rumah  untuk  binatang  peliharaan.  Film  ini 
merupakan  proyek  akhir  siswa  jurusan  3d  computer  graphics  Bachelor  2012  di 
Bellecour Schools Art  &  Design Entertainment. Yang  diproduksi da
diarahkan  oleh 
4  orang  (Ludovic Gavillet,  Derya  Kocaurlu,  Lucas Hudson da
Colin Jean-Saunier). 
Visual, style, karakter, dan pewarn aan dari film ini sang
  
2.  Head Over Heels 
  
  
  
 
Gambar 2.51 Head Over Heels
(Su mber: Yo utube) 
  Head  Over  Heels  adalah  film  pendek  animasi  ber-genre  fantasi  dan  drama 
yang  mengisahkan  tentang  keluarga  dimana  suami  dan  istrinya  memiliki 
pertengkaran  didalam  keluarga  mereka  karena  perbedaan  cara  pandang  dan 
keegoisan  masing-masin g.  Digambarkan  dengan  1  rumah  yang  memiliki  gravitasi 
yang “aneh”. Sangat imajinatif  dan menarik.  Diakhir  ceritanya  mereka berbaikan  dan 
menyadari bahwa mereka saling men yayangi satu sama lain. 
Penulis  melakukan  studi  tentang  film  ini  karena  memiliki  banyak  kesamaan 
dengan  film  yan g  penulis  buat  seperti  memiliki  2  karakter  yang  utama,  awal  cerita 
yang  berawal dari
pertengkaran 2  karakter  tersebut sampai  akhirnya mereka kembali 
  
berbaikan,  sangat  imajinatif,  dan  beberapa  hal  yan
tidak  masuk  akal  namun 
menarik. Penulis akan menggunakan film ini untu
melakukan studi mood warna. 
  
Gambar 2.52 Head Over Heels color
(Sumber: Youtube) 
  
3.  Kiwi! 
  
  
  
 
Gambar 2.53 Kiwi!
(Su mber: Yo utube) 
  Sebuah  film  animasi  pendek  yang  dibuat  pada  tahun  2006  yang  dibuat  oleh 
Dony  Permedi,  seorang  murid  dari  New  York  City  School  of  Visual  Arts  untuk 
Master’s Thesis  animation-nya. Yang menceritakan tentang seekor burung kiwi  yang 
mempunyai  mimpi  untuk  terbang.  Film  ini  menciptakan  fenomena  terutama  ketika 
film  ini  di-host  di  situs  Youtube.  Dan  sudah  ditonton  lebih  dari  35  juta  kali  dan 
menjadi  salah  satu  video  yang  ditonton  paling  banyak  dalam  kategori  “film  and 
animation”.
  
  Penulis  sangat  terinspirasi  oleh  visual  dan  animasi  yang  sangat  simpel  tapi 
penceritaan dan jalannya cerita dari film pendek ini sangatlah  kuat.  Pesan dan makna 
yang  disampaikan  pun   sangat  kuat  dan  menyentuh  hati  penontonnya.  Ini 
membuktikan  bahwa  sebuah  film  pendek  tidak  memerlukan  tampilan  visual  yang 
“wah” dan asset yang sangat banyak untuk membuat sebuah film pendek yang bagus. 
Konsep,  animasi  dan  story-telling  yan g  baik  bisa  membuat  sebuah  film  pendek 
animasi tampil luar biasa. 
2.2. Tinjauan Khusus 
2.2.1 Teori 12 prinsip animasi 
Dalam  buku “The  Illusion  of Life”  oleh  Frank Thomas  dan Ollie  Johnston,  ada 
12  prinsip  animasi  yang  biasan ya  dijadikan  panduan  oleh  animator-animator  dunia 
untuk  menghasilkan  karya  animasi  yang  berkualitas.  12  prinsip  animasi  tersebut 
adalah 
1. Solid drawing 
Menggambar  merupakan  salah  satu  cara  terbaik  untuk  merencanakan  sebuah 
gerakan  yang  akan  dianimasikan.  Meskipun  sekaran g  jaman  mulai  bergerak  ke  era 
3D,  menggambar  gerakan  karakter  di  kertas  akan  membuat  gestur-gestur  karakter 
yang dianimasikan menjadi lebih kuat dan menarik.  
2. Timing  & spacing   
Grim  Natwick  -seorang  animator  Disney-  pern ah  berkata,  “Animasi  adalah 
tentang  timing  dan  spacing”.  Timing  adalah  menentukan  seberapa  cepat  gerakan 
objek  yan g  dianimasikan  bergerak  dari  suatu  pose  ke  pose  lainnya.  Sedangkan, 
spacing  adalah  menentukan  jarak  (per cepatan  dan  perlambatan)  dari  tiap  gerakan 
dalam satuan frame.
3. Squash & stretch 
Pemberian  efek  lentur  pada  gerakan  animasi  agar  membuat  suatu  animasi 
menjadi  lebih hidup,  lentur dan menarik. Sebagai  contoh  ketika  bola  memantul, atau 
ketika otot pada manusia berkontraksi. 
4. Anticipation 
  
Sebuah  ancang-ancang/persiapan  sebelum  melakukan  suatu  gerakan  besar. 
Agar  penonton  lebih  siap  terhadap  gerakan  besar  yang  akan  dilakukan  sehingga 
impact yang penonton rasakan menjadi lebih mantap. 
5. Slow in and slow out 
Mirip  seperti  spacing,  intinya  agar  gerakan  karakter  tidak  seperti  robot  dan 
tidak  memiliki  gravitasi.  Animasi  tersebut  membutuhkan  slow  in  dan  slow  out 
sehingga  gerakan karakter menjadi lebih realistik dan menarik.  
6. Arcs 
Setiap gerakan  yang  dilakukan  oleh  manusia maupun  lainnya, gerakan  tersebut 
rata-rata  memiliki  arcs  dalam  trajectory-nya.  Karen a  hampir  mustahil  gerakan 
membentuk  trajectory  dengan  garis  lurus.  Kecuali  gerakan  tersebut  terhalang  atau 
dipandu oleh sesuatu.  
7. Secondary a ction 
Gerakan- gerakan  tambahan  selain  ger akan  utama  agar  memberikan  kesan  
hidup kepada karakter/objek  yang dianimasikan. 
8. Follow through and overlapping action 
Follow  through adalah  tentang  bagian  tubuh  tertentu  yang  tetap  bergerak
meskipun  seseoran g  telah  berhenti  ber gerak.  Overlapping  action adalah  gerakan 
dimana  suatu gerakan  yang ditimbulkan  oleh  gerakan lain. Misalnya,  gerakan tangan 
yang mengayun. 
9. Straight ahead action and pose to pose 
Straight ahead  adalah  cara membuat animasi den gan membuat pose per  frame.
Sedangkan,  Pose  to  pose  adalah  membuat  pose-pose  kunci  yan g  menjadi  keyframe 
sehingga  proses  pengerjaannya  menjadi  lebih  mudah  dan  cepat  untuk  melihat  hasil 
akhir animasi yang dibuat. 
10. Staging 
Seperti  haln ya  yang  dikenal  dalam  film  atau  th eater, staging dalam  animasi 
juga  berupa  pengkomposisian  objek,  mood  dan   gerakan  kamera  agar  pesan  yang 
ingin disampaikan dalam adegan tersebut tersampaikan ke penonton. 
11. Appeal 
Suatu hal yan g  khas dan menarik yang membuat oran g  ingin menonton  animasi 
yang  dibuat.  Bisa  b erupa  penokohan,  style  animasi  dan  hal  hal  lainnya  yang 
membuat animasi tersebu t menarik untuk ditonton. 
  
12. Exaggeration 
Suatu  gerakan  yang  dilebih-lebihkan  agar  animasi  yang  dibuat  menghibur  dan 
menarik untuk ditonton. 
2.2.2 Semiotika 
Dalam  buku  “Semiotika  Visual” 
oleh  Kris  Budiman,  pengertian  semiotika 
secara  terminologis  adalah  ilmu  yang  mempelajari  sederetan  luas  objek-objek, 
peristiwa-peristiwa,  seluruh  kebudayaan  sebagai  tanda.  Semiotik  sebagai  “ilmu 
tanda”  (sign)  dan  segala  yang  berhubungan  dengann ya  cara  berfungsinya, 
hubungannya dengan kata-kata lain, pen girimannya, dan penerimaannya oleh mereka 
yang mempergunakannya. 
Semiotika,  yang  biasanya  didefinisikan  sebagai  pengkajian  tanda-tanda  (the 
study  of  signs),  pada  dasarnya  merupakan sebuah  studi  atas kode-kode,  yaitu  sistem 
apapun  yang  memun gkinkan  kita  memandang  entitas-entitas  tertentu  seb agai  tanda-
tanda  atau  sebagai  sesuatu  yang  bermakna  ( Scho les,  1982:  ix  dalam  Kris Budiman, 
2011: 3)
Sehingga  bagi  Ferdinan d  de  Saussure  (Kris  Budiman,  2011:  3)  menuturkan 
bahwa  semiologi  adalah  sebuah  ilmu  umum  tentang  tanda,  “suatu  ilmu  yang 
mengkaji  kehidupan  tanda-tand a  di  dalam  masyarakat”.  Tanda-tanda  dalam 
masyarakat yan g  telah disepakati sebenarnya hasil dari pemikiran logika seperti yang 
diungkapkan  oleh  Charles  S.  Pierce  (Kris  Budiman  2011:  3)  bahwa  semiotika  tidak 
lain  daripada  sebuah  n ama  lain  bagi  logika,  yakni  “doktrin  formal 
tentang  tanda-
tanda”. 
2.2.3 Unity in Diversity
Dalam  kehidupan  sehari-hari,  kita  sering  mendengar  sebutan  dan 
pengelompokan  dalam  masyarakat  disekeliling  kita.  Misalnya  orang  kaya  dan 
miskin,  pintar  dan  bodoh.  Sebutan-sebutan  itu  menunjukkan  bahwa  pengelompokan 
warga  masyarakat  berdasarkan  kesamaan  ciri  tertentu.  Ciri  –  ciri  dari  stratifikasi 
sosial  adalah  perbedaan  kemampuan,  gaya  hidup,  hak  dan  perolehan  su mber  daya. 
Selain  stratifikasi  sosial,  ada  juga  jenis  pengelompokan  lainnya  seperti  diferensiasi 
  
sosial.  Diferensiasi  membedakan  k elompok-kelompok  dalam  masyarak at  menurut 
ciri-ciri biologis antar manusia atau atas dasar agama, jenis kelamin, dan profesi. Dan 
dari  pen gelompokan-pengelompokan  itulah,  sering  terjadi  perselisihan  dan 
pertengkaran  karena  tidak  saling  menghormati  dan  memaklumi  satu  dengan  yang 
lainnya. 
Menurut  Sri  Sunarti  dan  Suhardi  dalam  buku  Sosiologi  2,  konflik  adalah 
bagian  dari  interaksi  sosial  yang  bersifat  disasosiatif.  Konflik  atau  pertentangan 
diartikan  sebagai  suatu  bentuk  interaksi  yang  ditandai  oleh  keadaan  saling 
mengancam,  men ghancurkan,  melukai,  dan  melenyapkan  diantara  pihak-pihak  yang 
terlibat.  Sesuai  kenyataan,  konflik  tidak  dapat dilepaskan dari  dinamika  masyarakat. 
Menurut  teori  konflik,  masyarakat  memang  bersifat  pluralistik  dan  didalamnya 
terjadi  ketidakseimbangan  distribusi  kekuasaan  (authority),  artin ya  dalamnya  dalam 
suatu  masyarakat  semamtiasa  terdapat  kelompok-kelompok  sosial  yang  saling 
bersain g  dan  berebut  pengaruh.  Konflik  dalam  masyarakat  juga  beragam  sebagai 
contoh  konflik  individual  (perselisihan  antara  2  orang),  konflik  antar kelas  atau 
antargolongan  sosial,  konflik  rasial, konflik politik,  konflik  internasional. Sedangk an 
faktor  penyebab  konflik  adalah  faktor  perb edaan  pendirian  dan  keyakinan,  faktor 
perbedaan  kebudayaan,  faktor  perbedaan  kepentingan,  faktor  perubahan  sosial. 
Meskipun ada berbagai faktor pen yebab  konflik,  ada  pula  faktor  pendorong  integrasi 
sosial  seperti  pola  hubungan  simbiosis  mutualisme,  cross-cutting  affiliations  dan 
cross-cutting  loyalities  (kean ggotaan  ganda  dan  loyalitas  ganda),  rasa  saling 
memiliki, konsensus.
Menurut  R.  Roosevelt  Thomas  Jr.,  presiden  dari  institur  pengaturan 
keragaman  Amerika,  keragaman 
atau  perbedaan  adalah  berurusan  den gan  campuran 
kolektif  dari  perbedaan  dan  persamaan  sepanjang  dimensi  dan  meluas  sampai  batas 
usia, latar belak ang pribadi dan perusahaan, edukasi, fungsi, serta sifat. 
Mengelola  keragaman  adalah  sebuah  filosofi  tentang  b agaimana  p erbedaan 
antara  individu  dan  organisasi  dapat  dirangkul  bukannya takut,  mendorong  daripada 
mendiamkannya. 
Berb agai halan gan dalam menerima keragaman adalah 
prasan gka  
sukuisme  
stereotip  
  
men yalahkan korban  
diskriminasi  
gangguan  
perbedaan gender 
reaksi/balasan 
Dimensi sosial dari keragaman adalah 
Agama 
Kultur/budaya 
Jenis kelamin 
Ideologi 
Ras 
Etnis 
2.2.4 Teori Story Development – Pixar 
Dalam  pembuatan  cerita,  penulis  menggun akan  teori  story  development  yang 
penulis  pelajari  dari  Pixar  Masterclass  bersama  Matthew  Luhn  pada  tanggal  10 
Februari 2014. 
Singkatn ya,  proses  pembentukan  cerita  dari  teknik  yang  diajarkan  dari  Pixar 
Masterclass  adalah  pembentukan  cerita  dari  premis  >  controlling  idea  >  element  of 
story.  Serta  tidak  boleh  melupakan  character  arcs  (jika  dalam  short  setidaknya  ada 
“lesson learn dan payoff” dari karakter utama). 
Penerapan dalam cerita yang dibuat penulis: 
Premis     : 2 layang-layang yang berkepribadian berbeda. 
Controlling idea  :  Di  dunia  awan  ada  2  Layang-layang  yan g  b erkepribadian
berbeda,  bertetangga  d an  sering  bertengkar  yang  akhirnya 
harus  bersan a  karena  “terikat”  satu  sama  lain  dan  dalam 
perjalanan  mencari  ahli  pelepas  simpul,  mer eka  akhirnya 
belajar menjadi sahabat. 
Element of story  :
Exposition 
  
  Disebuah  dunia  awan,  hiduplah  2  utas  layan g-layan g  yang  b ernama  Kagha 
dan  Ti.  Mereka  berdua  merupakan  tetangga  sekaligus  musuh  kebuyutan  karena 
memiliki  kepribadian  yang  bertolak  belakang.  Ti  memiliki  kepintaran  karena  sering 
mengh abiskan waktu dengan membaca buku n amun  malas  melakukan  aktivitas  fisik. 
Sebaliknya  Kagha  sangat  malas  membaca  buku  namun  suka  berpetualang  kesana 
kemari. 
Inciting incident 
  Suatu  hari,  ketika  mereka  berada  disebuah  taman  dan  melakukan  aktivitas 
masing-masing,  tiba-tiba  muncul  hujan  batu.  Para  layang-layang  ketakutan  dan 
mencari  tempat  berteduh.  Kagha  dan  Ti  yang  berada  tak  jauh  satu  sama  lain  pun 
segera  terbang  menuju  tempat  peristirahatan  terdekat.  Ketika  berusaha  berpegangan 
pada  tempat  peristirahatan  agar  tidak  terseret  angin,  tali  mer eka  saling  melilit  dan 
terikat. 
Progressive complication 
  Ketika  angin  reda,  mereka  sadar  bahwa  mereka  tidak  bisa  berpisah  karena 
“terikat”.  Mereka  men yalahkan  satu  sama  lain  dan  mendengar  nasehat  dari  seutas 
layang-layang yang lebih tua untuk mencari ahli pelepas simpul. 
Crisis & climax 
  Ditengah  perjalanan  menuju  tempat  ahli  pelepas  simpul  tersebut,  secara  tak 
terduga  jatuh  sebuah  batu  secara  tiba-tiba,  Ti  yang  sudah  kecapaian  kar ena  jarang 
beper gian  jauh  tidak  memperhatikan  batu  yang  jatuh  kearahn ya.  Kagh a  yang 
menyadari  hal  tersebut terpaksa menyelamatkan Ti  dan menyebabkan Kagha  terluka. 
Ti pun mencoba men yembuhkan luka dan memapah Kagha.  
Resolution 
  Sampai  akhirn ya  mereka  sampai  ketempat  ahli  pelepas  simpul  yang  ternyata 
sudah pindah dan mer eka pun sadar mereka telah menjadi sahabat yang baik. 
2.2.5 The Invisible Art 
Menurut Scott McCloud dalam buku “The Invisible Art”, “I con” ad alah sesuatu 
yang  menggantikan  seseorang,  tempat  ataupun  ide.  Dengan  gambar-gambar  icon 
inilah  kita  membuat  simbol  yan g  merepresentasikan  konsep,  ide  dan  filosofi.  Dan 
manusia  akan  lebih  mudah  merespon  sebuah  kartun  daripada  sebuah  gambar  yang 
  
realistis. Karena  dengan  simplifikasi tersebut,  kartun dapat  mengamplifikasi maksud 
dimana  gambar  realistis  tidak  dapat  mencapainya.  Kita  sebagai  manusia  selalu 
melihat  dunia  dengan bentuk kita.  Manusia juga lebih  mudah memasuki dan menjadi 
1  dengan  dunia  k artun  daripada  dunia  dengan  gambar  yang  realistik.  Alasan 
utamanya  karena  ada  beberapa  faktor  dari  masa  anak-anak  kita  dengan  kartun 
melalui  beberapa  faktor  seperti  identifikasi  universal,  simpel  dan   fitur-fitur 
anak-
anak  yang  juga  memainkan  peran  tertentu.  Style  kartun  seperti  ”Va cuum”  yan g 
menghisap  identitas,  dan  kewaspadaan.  Sebuah  cangkang  yang  kosong  dimana  kita 
bisa bertualang ke alam lainnya. 
  
Gambar 2.54 Style area of exploration
(Sumber: Th e Invisible Art – Scott McCloud) 
 
 
  Lingkaran  merah  adalah  area  eksplorasi  style  karakter.  Penulis  akan  lebih 
menekankan  p ada  eksplorasi  ide  dan  seni  yang  lebih  mengarah  pada  bagian  kanan 
dan atas pada area segitiga tersebut. 
  
  
2.2.6 Psikologi melankolis-koleris dan sanguinis-koleris 
Menurut  Florence  Littauer  (1996)  dalam  bukun ya  yang  berjudul  Personality 
Plus, mengatakan bahwa setiap manusia mempunyai sifat  yang unik dan  berbeda satu 
sama  lain.  Dan  salah  satu  cara  mengelompokkan  sifat-sifat  itu  adalah  membaginya 
menjadi 4  kelompok  besar  yaitu san guinis,  melankolis,  koleris dan plegmatis.  Tidak 
semua  orang  memiliki  1  kelompok  murni.  Biasanya  mereka  memiliki  beberapa 
kelompok  sifat  namun  biasanya  hanya  1  atau  2  kelompok  yang  dominan.  Penulis 
akan  lebih  menekankan  pada  kelompok  sifat  sanguinis-koleris  dan  melankolis-
koleris karena itu merupakan sifat dari kedua karakter utama.  
Sanguinis  dan  koleris  :  ekstrovert  dan  memiliki  2  orientasi.  Di  sisi  positif, 
paling  berani,  bersemangat,  energik,  dan  taktis.  Tapi  di  sisi  negatif,  yang  paling 
impulsif  dan  emosional,  dan  dapat  men yebabkan  drama  terjadi.  Berkisar  dari  lelaki 
sejati,  sampai  darah  ksatria  jika  dilihat  dari  sisi  yang  negatif,  dan  hampir  selalu 
sangat  egois.  Di  sisi  baik  karakter  dengan  kombinasi  ini  cenderung  berdarah  panas, 
dengan beberap a kecenderungan menjadi seorang pahlawan namun bodoh.  
Melankolis  dan  koleris  :  ambiverted  dan  berorientasi  pada  tugas.  Kombinasi 
temperamen  sangat  k alkulatif  dan  bersikeras  pad
hal-hal  yang  sejalan  dengan 
hukum  yang  baik.  Baik  dalam  mengajar  denga
otoritas  dan  mencegah  pengaruh 
buruk  atau  rintangan  terhadap  proyek  yan g  ada 
tangannya.  Di  sisi  lain,  cukup 
rentan terhadap keserakahan,  kerakusan, kemunafika
manipulasi, dan menghakimi, 
sikap  sok  suci.  Bisa  menjadi  “mood-swinger”  da
tersangka  dan/atau  membenci 
simpati  dari  orang  lain.  Memiliki  kecenderungan  kura
g  memaafkan  orang  lain  dan 
memiliki  sifat  yang  keras  dalam  menyalahkan  oran
lain.  Sering  menjadi  orang 
pintar  dalam  hal  akal  sehat  dan  kelicikan,   jug
dapat  menjadi  genius  yang  tak 
tertahankan. Kombinasi temperamen ini paling  rentan untu
menjadi “grumpy  bear”, 
“tsundere”,  pengacara,  versi  pemimpin  tanpa  hen
seperti  orang  yan g  “freak” 
kerapian.  Jika  menjadi  penjahat  yang  ekstri
  
2.2.7 Psikologi Warna 
  Dalam  buku  “The  Complete  Color  Harmony”  oleh  Bride  M.  Whelan, 
psikologi karakter dari warna: 
1.  Merah 
  Mendambakan  kegembiraan  dan  menyukai  hidup  pada  momen  kini.  Ber gairah 
terhadap kehidupan. 
2.  Kuning 
  Senang,  suka  bermain,  spontan  dan  optimis.  Memiliki  rasa  ingin  tahu  yan g 
besar. 
3.  Oranye 
  Dinamis, suka berteman dan menyenangkan. Semarak dan menyukai keramaian. 
4.  Biru 
  Tenang dan teratur. Serius dan konservatif 
5.  Abu-abu 
  Lebih menyukai menonton daripada berpartisipasi 
6.  Ungu 
  Negotiator,  suka  menyenangkan  orang  lain,  tidak  curhat  dengan  mudah  dengan 
orang lain dan menyukai misteri. 
  
Mood warna:
Imaginatif & magis 
  
  
Gamb ar 2.55 Imaginatif & Magis
(Sumber: The Complete Color Harmony – Bride M. Whelan) 
  
Earthy/natural 
  
  
Gambar 2.56 Earthy
(Sumber: The Complete Color Harmony – Bride M. Whelan) 
  
Damai & tenan g 
  
  
Gambar 2.57 Damai & Tena ng
(Sumber: The Complete Color Harmony – Bride M. Whelan) 
  
Friendly  
  
  
Gambar 2.58 Friendly
(Sumber: The Complete Color Harmony – Bride M. Whelan) 
  
Psikologi warna 
Merah  
Senang, cepat, kekuatan, bahaya, hangat dan gairah 
Kuning 
Bahagia, cerah, optimis, spontan 
Kebijaksanaan, kepintaran dan imajinasi (cahaya) 
Oranye 
Stimulus, energy, bersah abat, ramah,  ceria, petualang 
Warning  signal,  perhatian,  mudah  berinteraksi  dengan  mata,  warna  gugur,  hangat, 
eksotis, menggugah selera. 
Kreatif,  antusias,  men yenangkan,  namun  tidak  bertanggung  jawab   (warna 
berpakaian)  
Hijau 
Pale Green    : Relaksasi dan tenan g, n yaman di mata
Vibrant Green   : musim semi, alam, kehidupan, energi muda
Darker Green     : stabil, pertumbuhan, status ekonomi tinggi dan sukses 
Simbol dunia akan rasa aman, hijau juga berarti terus melaju 
Baik hati, dapat diandalkan dan murah hati (warna berpakaian)
Biru 
Secara umum palin g disu kai oran g dan warna favo rit laki-laki. 
Positif, memajukan dan damai 
Ungu 
Royal Purple    :  memancark an  kelas,  kekuatan,  gair ah,  sensualitas  dan
kemewahan
Deep Plum    : spiritual dan misterius, dengan serius, ku alitas bermartab at
Lavenders & violet  : manis, romantic dan nostalgia 
Umumnya warn a favorit wanita adalah cite purple
Pink 
Warna yang paling pasif  
Feminim, pengasuhan, menenangkan dan kasih sayang. 
Pink  dengan  konsentrasi  merah  yang  lebih  banyak  menunjukan  energik, 
menyenangkan d an trend i
  
Coklat 
Hangat,  warna  yang  menenangkan  serin g  diasosiasikan  dengan  tanah,  pohon,  dan 
rumah. 
Umum, bisa didekati, diandalkan dan tulus (warna pakaian) 
Maskulin, kualitas kasar yang sangat menarik bagi laki-laki 
Abu-abu 
Tidak terlibat, formal, bermartabat, otoritas konservatif 
Terpencil, serius dan suram (ketika dipakai sebagai warna tunggal) 
Sering diasosiasi dengan kebijaksanaan, dewasa, terlihat berduit 
Metallic Gray  : ilmiah, teknologi yang mutakhir, kecepatan da
kompetensi 
2.3 Analisa 
Analisa animasi pendek 
Alasan  utama  pemilihan  membuat  sebuah  film  animasi  pendek  ini  adalah 
sebagai  portfolio  penulis,    kesempatan  bereksperimen  dan  menunjukkan  seberapa 
banyak  yang  penulis  pelajari  di  bangku  kuliah.   Dan  penulis  lebih  mengarahkan 
animasi  pendek  ini  kearah  animasi  pendek  pilihan  penonton  dibanding  pilihan  juri. 
Karena  biasan ya  film  animasi  pendek  yan g  difavoritkan  juri  memiliki  teknik 
produksi  yang  kompleks  dan  tidak  biasa.  Sedangkan  penulis  memiliki  kemampuan 
teknis  yang  terbatas.  Sehingga  penulis  lebih  mengarah  untuk  membuat  karya  yan g 
simpel,  karakter  yang  lucu,  visual  yang  menarik,  imajinatif  dan  dekat  dengan 
penonton.  Selain  itu,  film  pendek  yang  lebih  mengarah   ke  unsu r  komunikatif  dan 
menghibur  mempunyai  target  penonton  yang  luas  serta  disukai  oleh  penonton  pada 
umumnya.  Dan  tujuan  utama  dari  penulis  memb uat  film  animasi  pendek  ini  adalah 
untuk  menginspirasi  dan  menghibur  penonton  (dan  lebih  menek ankan  ke  jumlah 
penonton  yang  sebanyak-banyaknya)  serta  memberikan  pesan  moral.  Oleh  karena 
itu,  penulis  mencoba  bereksplorasi  ke  area  film  animasi  pendek  yan g  disukai 
penonton. 
Analisa layang-layang 
Dari  30  layang-layang  Indonesia  yang  penulis  kumpulkan  datan ya,  penulis 
melakukan  riset  dan  wawancara  untuk  mendapatkan  bentuk  layang-layang  yan g 
paling mewakili personality dari karakter utama dalam cerita. 
  
Analisa awan 
Jenis  awan  yang  penulis  gunakan  dalam  mendesain  konsep  environment 
adalah  awan  kumulus.  Karena  awan  kumulus  mempun yai  kepadatan  dan  ukuran 
yang paling cocok dengan konsep environment  yang penulis ingin visualisasikan. 
Analisa prinsip animasi 
Penerapan  dalam  kar ya  TA,  penulis  akan  berusaha  men ggunakan  12  prinsip 
dalam  proses  menganimasikan  karakter  dan  props  lainnya.  Tetapi,  karena  timeline 
produksi  yang  sangat pendek,  penulis akan  lebih  memfokuskan  pada  prinsip-prinsip 
animasi  yan g  lebih  primer/penting  menurut  penu lis  yaitu  timing  &  spacing,  slow  in 
& slow out, anticipation dan arcs.  
Analisa semiotika 
Penerapan  d alam  kar ya  TA,  penulis  menggunakan  semiotika  dalam  proses 
pembuatan  konsep  dan  cerita.  Penulis  melihat  dan  menganalisa  bahwa  di  film-film 
pendek  animasi  yang  menan g  dalam  penghargaan  Oscar,  banyak  film  pendek 
animasi  yang  menang/masuk nominasi  selalu  menggunakan  semiotika (suatu simbol 
yang didefinisikan sebagai objek lain) dalam pembuatan karakter, warna dan properti 
dalam  ceritan ya.  Sebagai  contoh,  The  Fantastic  Flying  Books  of  Mr.  Morris 
Lessmore – Moonbot  Studios  yang  merupakan  pemenan g  Oscar  p ada  tahun  2011. 
Dalam  film  tersebut  mereka  menggunakan  ban yak  sekali  simbol,  contohnya  ketika 
warna monokrom (hitam putih) yan g  merupakan  simbol  kemurungan  tanp a inspirasi, 
sesuatu  yang tidak  hidup  sedangkan  warna  warni yang menandakan suatu kehidupan 
dan inspirasi. Buku terbang dan  berkaki yang berarti  buku tersebut memiliki jiwa dan 
hidup. Ekspresi dalam buku  yang ditunjukkan dalam gambar. Buku hidup jika  dibaca 
(dalam  scene  buku  yang  sekarat  dan  akhirnya  hidup  ketika  dibaca  karakter  utama). 
Buku  memakan  cereal  yang  berbentuk  huruf.  Sampul  buku  yang  berarti  baju  bagi 
buku.  Buku  tua  yang  sobek/lepas  yang  men andakan  buku  tersebut  sekarat/sakit. 
Buku yang  menuntun ibu  tua  yang mengartikan b uku sebagai penuntun dalam  hidup. 
Masih  banyak  simbol  d an  perumpamaan  yang  tersirat  dalam  film  tersebut.  Hal 
tersebutlah  yan g membuat  film  tersebut  sangat  berbobot  dan 
berku alitas  (konsepnya 
sangatlah kuat). 
Dalam  film  ini,  mereka  juga  banyak   menggunakan  hal-hal  imajinatif  yang 
hampir mustahil terjadi  di dunia nyata. Menurut  penulis,  ini  merupakan ciri khas dari 
film-film  animasi  (membuat  sesuatu 
yang  mustahil dan imajinatif).  Misalnya  tulisan 
  
dalam buku  yang  ikut  terbang k etika tertiup angin,  berlari diatas  sebuah  rumah yang 
berputar-putar  ditengah  badai,  buku  terbang  dan  yang  lainn ya.  Hal-hal  inilah  yan g 
membuat film animasi pendek ini sangat menarik menurut penulis. 
Dalam  konsep  TA,  penulis  menggunakan  Kagha  dan  Ti  sebagai 
perumpamaan  sebagai  audiens  dan  orang  lain  yang  memiliki  perbedaan.  Simpul 
sebagai  pertemuan  dan  ikatan  dengan  orang  lain.  Hujan  asteroid  sebagai  kejadian-
kejadian tak terduga dan rintangan dalam hidup. Dunia awan seb agai dunia. 
Analisa warna 
Warna  yang  akan  penulis  gunakan  untuk  warna  karakter  adalah  warn a  yang 
dekat  dengan  oranye  untuk  Kagha  dan  warna  yang  dekat  dengan  biru  untuk  Ti. 
Dikarenakan oleh personality dari karakter tersebut dan psikologi warna yang dipilih. 
2.3.1 Faktor pendukung 
Film  animasi  dengan  karakter  layang-layang  sangat  co cok  untuk  memberikan 
pesan kepada penonton tanpa terkesan menggurui penonton. 
Perkembangan teknologi yang memudahkan penulis dalam proses produksi film. 
Pembuatan  karakter  dan  properti  dengan  bentuk  yang  simpel  memudahkan 
proses produksi film. 
Film  pendek  animasi  tanpa  menggunakan  bahasa  negara  sehingga  lebih 
universal. 
  
2.3.2 Faktor penghambat 
Semua  proses  produksi  film  yang  harus  dikerjakan  sendiri  dalam  waktu  yan g 
terbatas. 
Film  pendek  yang  tanpa  dialog  membuat  proses  menyampaikan  pesan  menjadi 
lebih sulit.