3
BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1 Tinjauan Umum
2.1.1 Sumber Data
2.1.1.1 Survey Lapangan
Diizinkannya penulis untuk datang dan melihat proses kerja dari
Studio AMB memungkingkan penulis untuk melakukan studi terhadap
kebiasaan serta nilai-nilai yang dianut oleh AMB. Dengan demikian,
adanya akses tersebut dapat mempermudah dan memperkaya riset dan
referensi untuk perancangan ulang identitas visual AMB.
2.1.1.2 Literatur Cetak
Adanya company
profile, portfolio, serta buku referensi acuan
milik studio yang dapat dipelajari akan mempermudah dan memperkaya
riset dan referensi untuk perancangan ulang identitas visual AMB.
2.1.1.3 Wawancara
Untuk mendapatkan data yang autentik, akurat, dan terkini, penulis
merasa membutuhkan adanya diskusi dan wawancara yang dilakukan
dengan pemilik studio. Adanya wawancara tersebut dapat membantu
menemuka permasalahan visual yang dimiliki identitas visual dari studio
AMB.
2.1.2 Pengertian Dasar Arsitektur Lansekap
Lansekap merupakan bentang alam, atau menurut kamu besar bahasa
Indonesia, tata ruang di luar gedung/bangunan. Arsitektur lansekap sendiri
|
![]() adalah ilmu dan seni dalam menganalisa, merencanakan desain, manajemen,
perlindungan dan rehabilitasi suatu lahan atau bentang alam.
Menurut Hubbard dan Theodora Kimball, arsitektur lansekap merupakan
suatu seni yang berfungsi untuk menciptakan dan melestarikan keindahan
lingkungan di sekitar tempat hidup manusia, guna mencapai kenyamanan dan
kesehatan yang sangat penting bagi moralitas, kesehatan dan kebahagiaan
manusia. Sementara
menurut Zain Rachman, arsitektur lansekap adalah seni
perencanaan dan perancangan, serta pengaturan daripada lahan penyusunan
benda-benda alam maupun benda-benda buatan manusia melalui penggunaan
gabungan antara ilmu pengetahuan dan budaya dengan memperhatikan
keseimbangan antara kebutuhan pelayanan dan pemeliharaan sumber daya.
Sehingga pada akhirnya tercipta enyajian lingkungan yang fungsional dan estetis
sehingga dapat memenuhi secara optimal kebutuhan jasmani dan rohani
makhluk hidup di sekitarnya.
2.1.3 Sejarah Singkat Arsitektur Lansekap
Pada periode sebelum tahun 1800, arsitektur lansekap sebagian besar
berupa perencanaan dan penerapan desain kebun untuk rumah keluarga ningrat,
istana, property kerajaan, bangunan ibadah, dan pusat pemerintahan. Contoh
pekerjaan arsitektur lansekap besar dalam sejarah adalah karya André Le
Nôtre di Vaux-le-Vicomte dan karya di Palace of Versailles untuk raja Louis
XIV. Orang pertama yang menuliskan pembuatan lanskap di atas kertas adalah
pada tahun 1712. Istilah
arsitektur lansekap ditemukan
oleh Gilbert Laing Meason pada tahun 1828 dan mulai digunakan sebagai
sebuah istilah dalam bidang pekerjaan oleh Frederick Law Olmsted pada tahun
1863. American Society of Landscape Architects didirikan pada tahun 1899.
International Federation of Landscape Architects didirikan pada tahun 1948 oleh
Sir Geoffrey Alan Jellicoe dengan kantor pusat di Versailles. Sementara di
Indonesia, didirikan Ikatan Arsitek Lansekap Indonesia pada tahun 1978, yang
dipelopori oleh Ir. Zain Rachman dan Dr. Sumarno Sostroatmodjo. Dengan
tujuan membina dan mengembangkan ilmu dan seni serta profesi arsitektur
lansekap di Indonesia dan membentuk sarana untuk mempererat kerjasama dam
persaudataan antara sesama masyarakat arsitektur lansekap di Indonesia.
|
5
2.1.4 Latar Belakang Arjjana Manggalya Bhumitala
Kepedulian yang sama terhadap lahan dan apa yang berada diatasnya
merupakan gagasan yang mengawali berdirinya kelompok yang berkumpul
dalam satu wadah perusahaan, PT. Arjjana Manggalya Bhumitala, pada
pertengahan bulan Juli tahun 1990.
PT Arjjana Manggalya Bhumitala didirikan oleh Ir. Esti Novijanti, Ir.
Ratna Mediana, dan Ir. Yovialina Taruna sebagai salah satu dari sedikit
perusahaan dengan latar belakang murni konsultan arsitektur lansekap, bukan
perusahaan konsultan arsitek bangunan/ interior dengan divisi lansekap di
dalamnya. Jasa & pelayanan yang ditawarkan oleh Arjjana lengkap, mulai dari
konsultasi perencanaan & perancangan lansekap, sampai pembangunan serta
layanan paska pembangunan seperti perawatan dan pengelolaan.
Arjjana menggarap seluruh bagian pekerjaan ranang bangun dari apa yang
disebut sebagai landcape/lansekap, atau bentang alam/muka bumi, bukan
sebatas rancang bangun taman saja. Dengan pengalaman kerja yang cukup luas,
Arjjana menangani proyek dengan segala skala di berbagai medan. Proyek yang
telah diselesaikan merupakan proyek dengan skala yang beragam. Mulai dari
usaha perawatan lansekap, perencanaan dan perancangan taman rumah,
minumen kecil sampai kepada proyek-proyek berskala besar, seperti : Proyek
Pengembangan Taman Impian Jaya Ancol, Perencanaan dan Perancangan
Taman Hotel J.W. Marriot-Casablanca, Jakarta. Komplek Perkantoran
Bidakara, Jakarta dan lain sebagainya.
Arjjana
memiliki filosofi bahwa desain kreatif akan memiliki pengaruh
pada nilai komersil dari suatu proyek. Lantas Arjjana mengerahkan segala ilmu
dan pengalaman selama lebih dari 20 tahun untuk menciptakan proyek yang
kreatif efektif dan rangkap.
Arjjana
memiliki prinsip yang kuat dalam melayani klien-kliennya. Tiap-
tiap karyawan akan bertanggung jawab dalam menangani klien mulai dari pra
perencanaan sampai tahap implementasi. Hasil kerja yang sempurna
menghasilkan pelayanan
yang sempurna bagi kepuasan klien adalah motto kerja
dari Arjjana Manggalya Bhumitala.
|
![]() 2.1.5 Pengertian Nama Arjjana Manggalya Bhumitala
Nama Arjjana Manggalya Bhumitala diambil dari bahasa sanskerta, yang
artinya adalah : Usaha yang memberi/membawa
keuntungan/kebaikan/keindahan atas segala sesuatu yang ada di bumi. Mulai
dari kandungan dalam tanahnya yang memberi kesuburan atas apa yang
hidup/tumbuh di atasnya, sehingga menciptakan keseimbangan/harmoni
kehidupan dan keindahan serta udara yang segar dan
bersih yang dihirup oleh
makhluk hidup.
2.1.6 Filosofi Kerja Arjjana Manggalya Bhumitala
Nilai-nilai perusahaan merupakan nilai-nilai yang dijunjung paling tinggi
oleh Arjjana Manggalya Bhumitala. Nilai-nilai ini menjadi tolak ukur dari
layanan dan hasil kerja yang diberikan oleh Arjjana Manggalya Bhumitala
kepada seluruh klien.
Client Satisfaction Above All
Kepuasan dari klien merupakan sebuah tujuan bagi semua jasa layanan
dan usaha, begitupun juga dengan Arjjana Manggalya Bhumitala.
Kepuasan klien merupakan kepuasan bagi Arjjana Manggalya Bhumitala.
Best Result Comes From Perfect Work
Hasil terbaik didapatkan dari kerja yagn sempurna. Pekerjaan yang
dimaksud oleh Arjjana Manggalya Bhumitala adalah pekerjaan yang
mampu memenuhi keinginan klien,
fungsi, keadaanlapangan , serta
estetika.
2.1.7 Alur Kerja Arjjana Manggalya Bhumitala
Dalam mengerjakan suatu proyek, Arjjana mengikuti sebuah alur kerja
yang dirancang secara sistematis untuk mempermudah jalannya proyek.
|
7
Langkah alur kerja yang diikuti oleh Arjjana adalah:
-
Permintaan/Pengajuan Proyek oleh Klien. Klien menghubungi Arjjana
dengan maksud menawarkan sebuah proyek untuk ditangani oleh Arjjana.
-
Tatap Muka Klien. Tatap muka dilakukan untuk membahas kebutuhan dan
keinginan dari klien, serta untuk mendapatkan gambaran awal akan proyek
yang akan ditangani.
-
Survey Lapangan. Survey lapangan dilakukan untuk mencari tau sebanyak
mungkin informasi akan lahan yang akan digarap. Informasi yang dicari
berupa ukuran lahan, kondisi lahan serta kondisi pendukung seperti
infrastruktur, iklim, dan lainnya. Survey lapangan menjadi sangat penting
karena dari hasil survey tersebutlah ide awal dan konsep yang akan
digunakan dalam proyek dapat mulai dipikirkan untuk kedepannya.
-
Analisa data dan temuan. Hasil survey dikumpulkan dan dikompilasi, diolah
dan disimpulkan. Hasil analisa tersebut menjadi landasan untuk dijadikan ide
dan konsep dasar dari proyek tersebut.
-
Fee proposal. Sebelum pengembangan ide dimulai, biaya untuk menangani
proyek diajukan kepada klien. Ketika biaya telah disetujui maka proyek dapat
segera dimulai.
-
Pra-desain. Pada fase pra-desain, ide dan konsep dari proyek dikembangkan.
Preeliminary design, block plan, dan usulan awal infrastruktur landscape
diajukan. Pada akhirnya, ide dan konsep serte perencanaan awal digabung
dalam bentuk sketsa ilustrasi awal, yang diajukan pada klien untuk usulan,
serta memberi gambaran awal akan hasil dari proyek.
-
Masterplan. Masterplan merupakan perencanaan utama untuk jalannya
seluruh proyek. Adanya masterplan menjadi pegangan bagi Arjjana untuk
menjalankan proyek sampai selesai kedepannya. Adanya masterplan tersebut
juga membantu memberi gambaran pada klien bagaimana jalannya proyek.
-
Pengembangan desain. Ide serta konsep desain yang ada pada fase pra-desain
dikembangkan kembali menurut usulan-usulan dari klien seiring berjalannya
proyek. Pada fase ini perancangan awal dari proyek difinalisasi sebelum
bergerak ke langkah selanjutnya.
-
Technical working drawing & Technical specification. Pada fase ini desain
akhir yang telah diterima dirumah menjadi gambar teknis untuk
|
![]() mempermudah pembangunan. Kebutuhan-kebutuhan teknis juga dicatat
untuk mempermudah pembangunan serta estimasi biaya yang perlu
dikeluarkan.
-
Bill of Quantity. Kebutuhan-kebutuhan dari proyek dicatat untuk
dihitung
secara keseluruhan.
-
Project budget forecast. Keseluruhan biaya yang dibutuhkan untuk
berjalannya proyek diestimasikan dan diajukan kepada klien. Klien dapat
menerima biaya yang diajukan dan melanjutkan pembangunan proyek yang
ditangani langsung oleh Arjjana, atau menyelesaikan kontrak sampai pada
fase tersebut dan membawa desain yang sudah dibuat untuk dikerjakan oleh
pihak lain.
-
Pembangunan. Pembangunan berlanjut ketika klien setuju bahwa proyek
tetap ditangani oleh Arjjana. Proyek berjalan sampai benar-benar selesai.
Adanya perubahan-perubahan pada desain awal, sifatnya tidak besar tetapi
hanya berupa detail-detail kecil saja.
-
Pasca-proyek. Selesainya proyek, Arjjana juga memberikan layanan
perawatan selama kurang lebih beberapa bulan. Layanan ini berupa garansi
dari Arjjana ketika ada tanaman yang mati atau tidak tumbuh dengan baik.
Layanan ini dapat berjalan terus menerus tergantung dengan perjanjian
Arjjana dengan kliennya.
2.1.8 Struktur Organisasi Arjjana Manggalya Bhumitala
Arjjana Manggalya Bhumitala memiliki struktur organisasi yang sistematis
dan tersusun untuk mempermudah jalannya alur kerja.
Berikut adalah struktur organisasi dari Arjjana Manggalya Bhumitala:
Komisaris
Ir. Satrio Aji
President Director
Ir. Esti Novijanti, IALI
Studio Director
Ir. Ratna Mediana, IALI
|
9
Ir. Yovialina Taruna, IALI
Master Planner Division
Ir. VH. Gadjahmada, MM
Ir. Lilia Soekotjo, MLA
Landscape Architecture Division
Ir. Nina Kristina
Rafika Sajuthy, ST
Enos Reindra Layuk, ST
Bachtiar Rabbani
Architecture & Civil Engineering Division
Ir. Achmad Luthfy
Yan Margono, ST
Interior Division
Hj. Dra. Ati Moelyo
Hastin Wiryaningtias, ST
Marketing Division
Nana Krit
Cheally Laniati Anwar
Finance, Management, & Administration Division
Heri Kiswanto
Ridwan
Logistic Division
Fahmi
Rajen
2.2 Tinjauan Khusus
2.2.1 Analisa Desain Terkait
Identitas Visual
Identitas visual dari studio Arjjana Manggalya Bhumitala sekarang
berupa sebuah logogram yang terdiri dari 5 bidang serta logotype yang
menuliskan
Arjjana Manggalya Bhumitala dan tagline keterangan
|
![]() 1
Landscape Planner & Consultant. 4 bidang pertama membantuk sebuah
segitiga, dimana ruang negative diantara 4 bidang tersebut membentuk
kontur tanah, sementara bidang ke lima berupa goresan kuas yang
menyerupai huruf M pada kaki kanan dari 4 bidang pertama.
Gambar 2.2.1.1 Logo Arjjana Manggalya Bhumitala
Logotype untuk nama perusahaan menggunakan typeface serif dengan
stroke tebal sementara tagline menggunakan typeface sans-serif dengan
capheight yang rendah, walaupun dalam aplikasinya typeface yang
digunakan tidak menunjukkan konsistensi. Warna yang digunakan untuk
logogram adalah hijau toska, sementara logotype menggunakan warna
hijau tua. Warna-warna yang digunakan oleh Arjjana Manggalya
Bhumitala cenderung mengarah ke warna-warna turunan dari hijau toska
dan warna yang membumi seperti hijau, coklat, dan kuning pasir.
Susunan umpak berlapis 3, membantuk susunan segitiga yang
menjulang mengerucut ke atas, mewakili 3 unsur yang menjadi kepedulian
dari Arjjana dalam berkarya, yaitu tetap mengutamakan keseimbangan
bagian dari alam, dimana 3 lapis tersebut mewakili tanah, muka bumi, dan
udara. Bentuk mengerucut ke atas memvisualisasikan puncak bukit, yang
memiliki makna harapan akan Arjjana menuju puncak kesuksesan.
Lapisan umpak yang bergelombang merepresentasikan dinamisme dan
kreatifitas. Sementara bidang M diambil dari kata Manggalya yang artinya
keberuntungan. Logo menggunakan warna hijau untuk melambangkan
sifat alam yang subur, segar, dan asri.
|
![]() 11
Media Komunikasi
Adanya media komunikasi yang dimiliki oleh Arjjana untuk
mengkomunikasikan usahanya masih terbatas company profile digital
dalam bentuk power point, serta kartu nama.
Gambar 2.2.1.2 Company Profile Arjjana Manggalya Bhumitala
Company profile yang digunakan dibatasi oleh kemampuan software
power point untuk sisi estetikanya, tidak ada aturan grid yang diikuti serta
typeface belang-belang yang pada tiap bagian dari company profile
tersebut. Kualitas dari kebanyakan gambar yang digunakan
untuk
mempromosikan karya-karya lansekap yang pernah dikerjakan memiliki
resolusi yang kurang besar, sehingga gambar yang ditampilkan tidak jelas
samasekali. Adanya identitas visual Arjjana yang hadir dalam company
profile sebatas logo dan pemilihan warna
yang digunakan untuk
background, serta huruf-huruf.
2.2.2 Teori teori
2.2.2.1 Teori Branding & Identitas Visual
Menurut Wheeler (2009), merek atau brand merupakan sebuah cara
bagi sebuah perusahaan, produk, atau seorang pribadi sekalipun untuk
terhubung secara emosional dengan pelanggan atau target audiensnya.
Adanya brand membantu suatu objek untuk lebih mudah dikenali dan
diingat oleh masyarakat.
|
![]() 1
Adanya suatu merek atau brand memili 3 fungsi. Menurut David
Haigh, fungsi pertama adalah Navigasi. Merek membantu masyarakat
memilih suatu produk diantara sekian banyaknya pilihan-pilihan. Fungsi
kedua adalah sebuah keyakinan. Brand mengkomunikasikan kualitas-
kualitas yang dimiliki oleh suat produk, untuk meyakinkanpelanggan
bahwa mereka sudah memilih produk yang tepat. Fungsi terakhir adalah
pemicu keterlibatan. Brand mengajak pelanggannya untuk terasosiasi
dengan suatu produk, sampai suatu titik dimana produk tersebut menjadi
bagian dari identitasnya.
Ketika sebuah brand
berbicara lewat hati dan pikiran, maka
diperlukan sebuah brand identity dibutuhkan
untuk menyampaikan
ekspresi dari brand tersebut secara visual dan verbal. Menurut Wheeler
(2009), peran brand identity adalah membantu menonjolkan keunggulan
dan perbedaan dari suatu produk, agar lebih mudah dikenali dan diingat
oleh masyratakat. Sebuah identitas brand yang baik dapat mendukung,
mengekspresikan, mengkomunikasikan, menvisualisasikan inti, makna,
dan jati diri dari sebuah brand. Adanya brand identity
tersebut
dipalikasikan dalam seluruh media komunikasi yang dimiliki oleh
perusahaan, maupun produk tersebut.
Brandmark/Logo
Logo adalah huruf atau lambang yang mengandung suatu
makna, terdiri atas satu kata atau lebih, sebagai lambang dari suatu
perusahaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Fungsi dasar dari
sebuah logo menurut Sarwono dan Lubis (2007, 37) antara lain :
Cermin visi dan misi dari suatu perusahaan
Menggambarkan citra perusahaan
Sarana Promosi
Menumbuhkan kesadaran konsumen
|
![]() 13
Logo memiliki arti penting, karena didalam suatu logo
terkandung citra yang ingin disampaikan kepada khalayak, baik
dalam bentuk logo itu sendiri maupun warnanya. Memiliki logo
sangatlah penting karena logo yang baik membangun perusahaan.
Logo yang baik harus asli dan memiliki ciri khas tersendiri, mudah
dibaca, sederhana, sesuai dengan karakter produk dan mudah
diterapkan di media grafis.
Selain itu juga ditekankan oleh Wheeler (2009),
Designed
with an almost infinite shapes and personality, brandmarks (logo)
can be assigned to a number of general categories. From literal
through symbolic, from word driven to image driven, the world of
brandmarks expands each day. Dijelaskan bahwa sebuah logo
dari suatu perusahaan atau produk atau apapun, bisa memiliki
bentuk yang bermacam-macam dengan pendekatan yang berbeda-
beda pula.
Gambar 2.2.2.1.1 Contoh logo perusahaan serupa
(sumber: designspiration.net)
Logo, sebagai tanda, dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis
atau 3 pendekatan, yaitu sebagai simbol, ikon, atau indeks. Simbol
adalah pendekatan dimana tanda yang digunakan dalam logo telah
|
1
dikenali, diterima, dan dimengerti sebagai satu arti/makna oleh
suatu kelompok. Ikon adalah pendekatan dimana tanda yang
digunakan dalam logo mengikuti wujud suatu objek tertentu
dengan arti/makna yang sama dengan objek yang ditiru. Indeks
adalah pendekatan dimana tanda yang digunakan sebagai logo
memiliki wujud dan maksud yang bisa berbeda sama sekali.
Namun antara satu sama lain memiliki hubungan dan
kesinambungannya sendiri. Ketiga pendekatan ini diklasifikasikan
ketika melihat interaksi antara representamen(tanda/logo),
objek(makna di balik logo), serta interpreter(Peirce, 1977).
Logo juga dapat diklasifikasikan dari wujud visualnya. Logo
dapat berupa sebuah wordmark ketika logo terdiri dari sebuah kata
maupun susunan kata, baik nama maupun akronim perusahaan,
tentunya dengan karakter huruf yang unik dan mudah dikenali.
Logo juga dapat berupa sebuah Letterform marks, ketika logo
berupa sebuah huruf yang digunakan sebagai titik fokal dari suatu
logo. Pictorial mark
adalah ketika
sebuah logo berupa sebuah
gambar yang memiliki makna literal. Gambar itu sendiri tentunya
memiliki makna tersendiri bagi suatu merek yang
menggunakannya. Abstract mark
ketika suatu logo menggunakan
sebuah elemen visual, atau objek yang tidak memiliki makna
tertentu, namun lebih kearah semangat maupun nilai yang dimili
sebuah merek yang menggunakannya. Emblem adalah ketika logo
yang digunakan memiliki bentuk, wujud, dan elemen yang
terdabung dengan nama dari merek yang menggunakan, dimana
tiap elemen logo tidak dapat dipisah. Dynamic marks adalah logo
yang menggunakan elemen-elemen logo yang dapat berubah-rubah,
namun tetap mengikuti ketentuan tertentu dengan makna yang
tidak berubah-rubah. Karakter merupakan logo dimana logo
tersebut hadir bersama mascot dari merek tersebut. Adanya
karakter tersebut seringkali tampil terpisah sebagai bintang dari
media komunikasi serta publikasi dari merek tersebut(Wheeler,
2009).
|
![]() 15
Adanya brandmark/logo
terus berkembang, berubah, dan
tumbuh seiring berjalannya zaman.
Seringkali, brandmark/logo
sendiri juga diiringi elemen-elemen identitas visual lain seperti
supergraphic, warna korporat, tipografi pilihan untuk membantu
menunjukkan identitas dari merek.
2.2.2.2 Teori Tipografi
Tipografi merupakan representasi visual dari sebuah komunikasi
verbal yang paling efektif, serta merupakan salah satu elemen visual pokok
dalam suatu desain (Sihombing , 2001). Hadirnya tipografi dalam sebuah
media terapan visual merupakan factor yang memberdakan antara desain
grafis dan media ekspresi visual. Lewat kandungan nilai fungsional dan
nilai estetikanya, huruf memiliki potensi untuk membacakan atmosfir-
atmosfir yang tersirat dalam sebuah komunikasi verbal yang dituangkan
melalui abstraksi bentuk-bentuk visual (dalam hal ini huruf-huruf serta
tanda bacanya).
Klasifikasi Huruf
Klasifikasi huruf dibuat berdasarkan atas latar belakang
sejarah perkembangan tipografi yang diambil dari momentum-
momentum penting dalam perjalanan sejarah penciptaan dan
pengembangan bentuk huruf (Sihombing, 2001). Untuk
mempermudah pemahaman terhadap pengklasifikasian huruf yang
berdasarkan latar belakang sejarah tipografi, berikut adalah
pengkelompokannya :
Old Style
Transitional
Modern
Egyptian/Slab Serif
Contemporary/Sans Serif
|
![]() 1
Handwriting
Decorational
Adanya tiap-tiap klasifikasi huruf memiliki sifat-sifatnya dan
kualitasnya masing-masing. Pada aplikasinya tiap klasifikasi dapat
menyampaikan pesan-pesan tersirat yang berbeda-beda satu sama
lain.
Legibility/Keterbacaan
Dalam desain tipografi, legibility
atau keterbacaan memiliki
pengertian sebagai kualitas huruf atau naskah dalam tingkat
kemudahannya untuk dibaca. Tingkat keterbacaan ini tergantung
kepada tampilan bentuk fisik huruf itu sendiri, ukuran, serta
penataaanya dalam suatu naskah (Sihombing, 2001). Keterbacaan
pada suatu tipografi perlu memperhatikan jenis/klasifikasi huruf
yang digunakan, jarak antar huruf , antar kata, serta jarak antar
baris kata, dan ukuran serta ketebalan dari tiap hurufnya. Adanya
keterbacaan tentunya perlu memperhatikan kondisi pembacanya,
baik dari sisi psikologis maupun fisiologis (Sihombing, 2001).
Dalam identitas visual, tipografi umumnya digunakan pada dua
elemen identitas, yaitu logotype serta pemilihan typeface perusahaan.
Suatu logotype dapat berupa susunan huruf-huruf standar,
termodifikasi, maupun berupa susunan huruf baru yang digambar ulang
dari awal. Adanya sebuah logotype tentunya perlu mudah dikenali dan
tahan lama. Legibility
atau keterbacaan juga perlu diperhatikan, dalam
ukuran serta media apapun (Wheeler, 2009).
Pemilihan typeface
perusahaan juga perlu diperhatikan dengan
baik. Banyak perusahaan yang besar yang dapat segera dikenali karena
penggunaan gaya tipografi yang konsisten dan mudah dikenali pada setiap
aplikasinya. Sebuah typeface
yang dipilih untuk suatu elemen identitas
visual perlu tampil tahan lama dan tidak mengikuti tren yang sementara
(Wheeler, 2009).
|
![]() 17
2.2.2.3 Teori Warna
Warna merupakan salah satu bagian terpenting dalam
menyampaikan identitas visual. Ada 2 macam warna yang digunakan pada
identitas visual yaitu warna pada logo dan warna korporat.
Pengertian warna menurut Dameria (2007),
Color is a visual
sensation that involves three element : a light source, an object, a viewer.
Dameria (2007) juga menjabarkan potensi karakter dari warna :
Biru, warna yang tenangdan menyejukkan. Karakter positif
warna biru adalah kebenaran, kontemplatif, damai, intelegensi
tinggi, dan meditative. Karakter negatif dari warna biru adalah
emosional, egosentris, dan racun
Hijau, warna yang alami dan sehat. Karakter positif dari warna
hijau adalah sensitive, stabil, dan harmonis. Karakter negative
dari hijau adalah pahit.
Kuning, warna yang identic dengan kemegahan dan terik
matahari. Karakter positif dari warna kuning adalah segar,
cepat, jujur, adil, tajam, dan cerdas. Karakter negatif dari
warna kuning adalah, sinis, kritis, dan murah atau tidak
esklusif.
Hitam, adalah warna yang abadi dan anggun. Warna hitam
sering dihubungkan dengan kekuatan, magis, dan focus.
Karakter negative yang dimiliki warna hitam adalah superior
dan menekan.
Ungu merupakan warna yang agung dan indah. Warna ungu
memiliki karakter artistic dan spiritual, namu juga
diasosiasikan dengan kesan angkuh dan dictator.
Pink, adalah warna yang romantis dan sensual. Karakter positif
yang dimiliki oleh warna pink adalah lembut,ceria, dan jiwa
muda.
|
![]() 1
Merah, adalah warna yang panas dan penuh dengan energy.
Karakter positif yang dimiliki warna merah adalah pemimpin,
gairah, dan kuat. Warna merah juga diasosiasikan dengan sifat
bahaya, agresif, dan brutal.
Coklat, warna alami yang menggambarkan kesederhanaan.
Coklat adalah warna yang identik dengan kayu dan tanah.
Warna coklat juga memiliki kesan yang hangat.
Putih, merupakan warna yang bersih dan murni. Warna putih
memiliki sifat positif jujur, bersih dan higienis, namun dengan
penggunaan yang berlebih, justru memberikan kesan monoton
dan kaku.
Oranye adalah warna yang menggambarkan kreatifitas dan
semangat. Karakter negative dari warna oranye adalah arogan
dan dominan.
Pada identitas visual sendiri, warna digunakan untuk mengangkat
emosi dan mengekspresikan sifat serta jati diri. Adanya warna tersebut
menstimulai asosiasi akan suatu merek dan membantu membedakan suatu
merek dengan merek lainnya (Wheeler, 2009).
|