12
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar
2.1.1
Sistem
Infromasi
Menurut
John
Ward
&
Joe
Peppard
(2002,
p20), 
Information
System
merupakan 
kegiatan 
memanfaatkan 
teknologi, 
mengumpulkan,
memproses,
menyimpan,
menggunakan
dan
menyebarkan
informasi.
Menurut  Ferdinand Magalin
(2010),
Sistem
informasi  adalah 
suatu
sistem 
dalam 
suatu   perusahaan 
yang   mempertemukan  
kebutuhan
pengolahan 
transaksi 
harian 
yang 
mendukung
fungsi 
operasi
perusahaan
yang bersifat 
manajerial
dengan kegiatan.
2.1.2
Teknologi
Informasi
Menurut
John
Ward
& Joe Peppard
(2002,
pp 19-20),
IT 
(Information
Technology)
khusus
merujuk
pada
teknologi, 
misalnya
: hardware,
software,
dan 
jaringan
telekomunikasi.
Baik yang terlihat
(tangible),
misalnya
: server,
PC,
router,
dan
kabel
jaringan
maupun
yang
tidak
terlihat 
(intangible), 
misalnya 
:
software 
dan  lain  lain.    
IT
memfasilitasi
acquisition,
processing,
storing,
delivery
dan sharing
informasi
dan digital
content
lainnya.
  
13
2.1.3
Strategy
Menurut
Fred Nickols (2006),
Strategy
didefinisikan
sebagai
:
“Strategy
-
it
is
perspective,
position,
plan,
and
pattern.
Strategy
is
the
bridge between
policy or
high-order
goals on
the
one
hand and
tactics
or
concrete
actions
on
the
others.”
3
Karakteristik
Utama
Strategi:
1.   Strategi harus sesuai dengan
situasi
perusahaan.
2.   Strategi 
harus
dapat
membantu 
perusahaan 
mencapai
keunggulan
kompetitif yang
berkesinambungan.
3.   Strategi harus dapat
meningkatkan
performansi perusahaan
2.1.4
IS/IT
Strategic
Planning
Menurut 
Ward 
dan 
Peppard 
(2002,p44), 
IS/IT 
Strategic  planning
terdiri  atas  IS  Strategy
dan 
IT
Strategy. Perbedaan
yang  mendasar
antara
keduanya
adalah
bahwa
IS Strategy
lebih
menitikberatkan
pada
bisnis
sehingga
semua
strategi
yang
dicanangkan
harus
sesuai
dengan
tujuan
bisnis.
Disisi
lain,
IT Strategy
lebih
menitikberatkan
kepada
aktifitas-aktifitas 
yang 
terjadi. 
Tabel 
2.1  dibawah  ini  mendaftarkan
perbedaan
antara IT Strategy
dengan
IS strategy dengan lebih
jelas
:
IS
Strategy
IT Strategy
Business
Based
Activity Based
Demand
Oriented
Supply Oriented
Application
Focused
Technology
Focused
Tabel 2.1 Perbandingan
IS Strategy dengan
IT Strategy (Ward,
2002)
  
14
2.1.5
Portofolio
Aplikasi
Menurut
McFarlan
(2007),
Portfolio
aplikasi
adalah
metode dalam
menggabungkan
sistem
informasi
yang sudah
ada,
terencana,
dan
berpotensi
dan
mengevaluasi
kontribusi
bisnis
masing-masing
menjadi
empat kategori seperti
yang terlihat
pada
Gambar 2.1 :
Gambar
2.1 Portofolio Aplikasi
(McFarlan,
2007)
?
High  
Potential  
:   Aplikasi   inovatif   yang   mungkin  
dapat
menciptakan
peluang
keunggulan
bagi
perusahaaan
di masa
depan tetapi belum terbukti.
?
Strategic
:
Aplikasi
yang
krusial
untuk
kesuksesan
bisnis
saat
ini. Aplikasi
ini menciptakan
keunggulan
bersaing.
?
Key operational
:
Aplikasi
yang
menunjang
operasional
bisnis
sehari-hari berjalan
lancar,
efisien dan efektif.
?
Support 
Aplikasi 
yang  meningkatkan 
efisiensi 
bisnis  dan
manajemen
serta menjadi penghubung
dengan
pihak ketiga.
  
15
No
High Potential
Strategic
Key Operational
Support
1
Yes (i)
2
Yes (i)
3
Yes
4
Yes
5
Yes
6
Yes (ii)
Yes (ii)
7
Yes
Menurut
Ward
(2002),
para pengguna
suatu
aplikasi
yang
sama,
dapat
memiliki
penilaian 
yang 
berbeda 
tentang 
pengkategorian   aplikasi 
tersebut 
kedalam 
4
kelompok
diatas.
Untuk
mengantisipasinya,
diperlukan
suatu
tools yang dapat
menentukan
kategori
aplikasi
dengan
tepat dan disepakati
oleh semua
pihak.
Salah
satu
tool
yang
dapat
digunakan 
adalah  dengan 
membuat  suatu  kuesioner 
yang
terdiri
dari
beberapa
pertanyaan
untuk
menguji
karakteristik
setiap
aplikasi
seperti
yang terlihat
pada tabel 2.2 dibawah
ini.
Tabel
2.2 Pertanyaan
Kuesioner
Portofolio
Aplikasi (Ward,
2002)
No
Pertanyaan
Yes
No
1
Apakah aplikasi ini memberikan nilai tambah dalam Business ?
D
D
2
Apakah aplikasi ini membuat tercapainya visi misi ?
D
D
3
Apakah aplikasi ini meningkatkan keungulan bersaing dibandingkan
dengan produsen Software Payroll lainnya ?
D
D
4
Apakah aplikasi ini meringankan masalah yang ada?
D
D
5
Apakah aplikasi meningkatkan produktifitas & mengurangi cost ?
D
D
6
Apakah aplikasi ini membuat operational berjalan baik?
D
D
7
Apakah manfaat aplikasi ini
belum terlihat jelas saat ini, namun
berpotensi
mensukseskan strategi bisnis kedepannya ?
D
D
8
Apakah manfaat bisnis dan bagaimana cara mencapainya dengan
menggunakan aplikasi ini telah jelas ?
D
D
9
Apakah kegagalan pada aplikasi tersebut akan menimbulkan resiko
bisnis yang signifikan ?
D
D
Untuk
setiap
jawaban ‘Yes’ dari
tabel
diatas, dicocokkan
dengan tabel 2.3
:
Tabel 2.3 Penentuan Kategori
Portotfolio Aplikasi
(Ward,
2002)
  
16
Berikut
adalah
penentu untuk
memperoleh
kejelasan
dan kepastian :
i. 
Apabila
ini
terjadi,
maka
untuk
memperjelas
aplikasi
ini termasuk
kedalam
kategori
mana,
harus
mengacu
pada jawaban
pertanyaan
ke-8, yaitu
:
“Apakah
manfaat
bisnis
dan bagaimana
cara mencapainya
dengan
menggunakan
aplikasi
ini
telah
jelas
?
”,
jika
‘Ya’
maka
aplikasi
tersebut
masuk  kedalam  kategori 
Strategic,  jika  ‘Tidak’ 
maka  aplikasi 
tersebut
masuk
kedalam kategori ‘High Potential’.
ii.     
Apabila
ini
terjadi,
maka untuk
memperjelas aplikasi
ini termasuk kedalam
kategori
mana,
harus
mengacu
pada jawaban
pertanyaan
ke-9, yaitu
:
“Apakah
kegagalan
pada
aplikasi
tersebut
akan
menimbulkan
resiko
bisnis
yang 
signifikan? 
”, 
jika 
‘Ya’ 
maka 
aplikasi 
tersebut 
masuk 
kedalam
kategori  
‘Key   Operational’  
jika   jawabannya  
adalah   ‘Tidak’,  
maka
termasuk kedalam
kategori
“Support”.
Apabila
ada
sebuah
aplikasi
termasuk
dalam
2 kategori
maka
aplikasi
tersebut
harus
di uji
ulang
dengan
memecah
aplikasi
tersebut
menjadi
beberapa
bagian
dan
masing-masing
diuji
secara
terpisah.
Jika
ini tidak
dilakukan,
resiko
kegagalan
akan
meningkat
karena
tujuan
yang tidak jelas
dan ketidakpastian
yang
akan
terjaid
saat
proyek
pengembangan
dilaksanakan.
  
17
2.1.6
IS/IT
Strategic
Model
Menurut
Ward
dan
Peppard
(2002,
pp153-155),
IS/IT
Strategic Model
di ilustrasikan
dalam
bentuk
sekumpulan
formula
dan
framework
strategic  planning  yang terdiri atas beberapa
bagian, 
yaitu  :
input,
output,
dan
aktivitas
utama.
Gambaran
nya
dapat
dilihat
pada gambar
2.2 dibawah
ini.
Berikut
uraian lebih lanjut
:
a.   Inputs
1.
Internal Business Environment
Strategi
bisnis yang sedang
berjalan,
tujuan,
sumber
daya,
proses,
budaya dan nilai
bisnis.
2.   External
Business
Environment
Kondisi
ekonomi,
industri,
dan persaingan
dimana
perusahaan
beroperasi.
3.   The
Internal IS/IT
Environment
Sudut
pandang
IS/IT terhadap
bisnis,
tingkat
kematangan
sistem,
jangkauan
dan kontribusi
bisnis,
kemampuan,
sumber
daya,
dan
infrastruktur 
teknologi, 
portfolio  aplikasi 
dari
sistem  yang
sudah
ada,  aplikasi 
yang  sedang 
dikembangkan 
maupun 
aplikasi  yang
baru
dianggarkan.
4.   The
External IS/IT Environment
Trend
teknologi
dan
peluang
serta
manfaat
IT untuk
customer,
pesaing,
dan
pemasok.
  
18
b. 
Output
1.   IS/IT
Management
Strategy
Elemen  umum
dari
strategi  yang
diterapkan  di
organisasi 
secara
menyeluruh.
Menjamin
kebijakan yang
konsisten
saat dibutuhkan.
2.   Business
IS Strategies
Bagaimana  setiap
unit
atau
fungsi
bisnis
akan
menerapkan 
IS/IT
dalam
mencapai
tujuan bisnisnya.
3.   IT Strategy
Kebijakan
dan strategi
untuk manajemen
teknologi
dan tenaga ahli.
Gambar
2.2 IS/IT
Strategic
Model
(Ward, 2002)
  
19
2.1.7   Enterprise
Architecture
Menurut
Bernard,
Scott
A. (2005),
upaya
untuk
menghindari
terjadinya
gangguan 
pada 
keharmonisan 
sistem, 
pada  saat 
pengembangan 
sistem
adalah
dengan
melakukan
perencanaan
dari sistem
tersebut
secara
jelas
sebelum
sistem
tersebut
dibangun.
Perencanaan
sistem
secara
menyeluruh
inilah yang dikenal dengan
istilah
Enterprise
Architecture.
Enterprise
Acrhitecture
sama
halnya
dengan
arsitektur
rumah,
hasil dari
enterprise
architecture
juga
terdiri
dari
dokumen-dokumen
seperti
gambar-
gambar, 
diagram, 
dokumen 
tekstual, 
standar-standar 
atau  model.
Keseluruhan 
dokumen
tersebut
menjelaskan 
seperti
apa
sistem
informasi
dan komunikasi yang
diperlukan oleh organisasi.
Bernard,
Scott
A
menyusun
suatu
Enterprise
Architecture
Modeling
dalam
bentuk
cube seperti dibawah
ini
:
Gambar 2.3 Enterprise Architecture
Modelling
(Bernard,
2005)
  
20
Gambar berikut
adalah
salah satu contoh
desain
Enterprise Architecture:
Gambar 2.4 Enterprise
Architecture
(Bernard,
2005)
a.   Goals & Initiative
Pada  tahap  ini 
yang 
perlu 
dilakukan 
adalah 
mendefinisikan 
Visi,  Misi,
Tujuan,
Sasaran
perusahaan
dengan
jelas.
Kemudian
mendefinisikan
strategi
yang
disesuaikan 
dengan
analisis
internal  dan
eksternal 
perusahaan.  Pada
tahap
ini,
tools
yang
dapat
digunakan
sebagai
alat
bantu
adalah
: SWOT,
Concept
of Operation
(CONOPS) Scenario, CONOPS
Diagram, BSC.
b. 
Products & Services
Tahap
ini
bertujuan
untuk
menggambarkan
seluruh
aktivitas
(service)
yang
berkontribusi   
terhadap 
pemenuhan 
visi  &  misi  perusahaan, 
serta  semua
produk 
(inventory) 
yang 
dimiliki 
perusahaan 
guna  mendukung 
services.
Hasil
dari
tahap
ini
dapat berupa 
: Business
Process
Diagram,
list
inventory
perusahaan,
struktur organisasi,
pembagian
tugas & tanggung
jawab.
  
21
c.   Data & Information
Tahap
ini bertujuan
untuk
memetakan
arus
aliran
data
&
informasi
dalam
perusahaan.
Output
dari
tahap
ini
dapat
berupa
:
Knowledge
Management
Plan,  State
Transition Diagram, Class
Diagram,
Activity/Entity
Matrix.
d. 
System & Applications
Tahap
ini
bertujuan
untuk
menggambarkan
keadaaan
dan
komunikasi
antar
sistem  maupun 
aplikasi  yang 
ada  pada  perusahaan  tersebut.  Tools  yang
dapat 
digunakan 
adalah 
:  System 
Interface 
Diagram, 
System
Communication 
Description, 
System 
Evolution 
Diagram, 
dan  Web
Application
Diagram.
e.   Network & Infrastucture
Tahap  ini  bertujuan 
untuk  memahami 
struktur  network 
dan 
infrastruktur
yang
ada pada
perusahaan
saat
ini,
sehingga
dapat
dibandingkan
dengan
strategic
planning
yang dirancang,
apakah
sesuai,
apakah
dapat dilakukan,
apakah 
diperlukan 
penambahan  atau 
perubahan 
dari 
sisi  network. 
Tools
yang
dapat
digunakan
adalah
: Network
Connectivity
Diagram,
Network
Inventory,
Topologi
Jaringan,
dan Traffic
Jaringan.
f. 
Security Solution
Tahap
ini bertujuan
untuk
merancang
suatu
sistem
security
yang
dapat
mengantisipasi
segala
gangguan
yang
mungkin
dapat
terjadi.
Hasilnya
dapat
berupa
:
Security
Plan dan Disaster Recovery Plan.
  
22
2.1.8   Cloud
Computing
Cloud
Computing 
adalah
gabungan
pemanfaatan
teknologi
komputer
dan
pengembangan 
berbasis
Internet
(Cloud)
Cloud
Computing 
adalah
suatu
metoda
komputasi
dimana
kapabilitas
terkait
teknologi
informasi
disajikan
sebagai
suatu layanan,
sehingga
membantu
konsumen
untuk
menggunakan
aplikasi
tanpa
melakukan
instalasi,
mengakses
file pribadi
mereka
di
komputer 
manapun  dengan
akses
internet.
Teknologi 
ini
memungkinkan
efisiensi  lebih
dengan  memusatkan 
penyimpanan, 
memory, 
pemrosesan,
dan bandwith.
Cloud
computing
membuat
user tidak
perlu
memiliki
infrastruktur
fisik,
melainkan  
menggunakan  
jasa   pihak   ke-3.   hal  
ini   tentu   saja   dapat
menghemat
pengeluaran,
user tidak
perlu
mengeluarkan
tambahan
biaya
untuk
maintenance,
mengganti
spare-part
apabila
rusak,
dan
user
mungkin
hanya
perlu membeli
komputer
kosong
tanpa harddisk,
karena
segala
keperluan     
komputerisasi      telah      disediakan      oleh      pihak      ke-3
termasuk security,
backup,
dan hal umum
lainnya.
Contoh
cloud
computing
adalah
Yahoo
email.
Anda
tidak
perlu
software
atau server
untuk
menggunakannya.
Semua
konsumen
hanya
perlu
koneksi
internet
dan
mereka
dapat
mulai
mengirimkan
email.
Software
manajemen
email dan
server
semuanya
ada di cloud (internet)
dan secara
total dikelola
oleh
provider
seperti
Yahoo,
dll.
user
hanya
perlu
menggunakan
software
itu sendiri
dan menikmati
manfaatnya.
  
23
Cloud computing terdiri
dari
beberapa layer :
1.  
Client,
komputer
fisik
(software/hardware)
bergantung
pada
service
cloud
computing.
Bila tidak
terkoneksi
internet,
client tidak
bisa
apa-apa.
2.
Application, 
Software 
as  Service 
(SaaS) 
yang 
mengirimkan 
atau
menyedikan
software
via internet.
3.
Platform, 
Platform 
as  Services 
(PaaS) 
yang 
menyediakan 
cloud
infrastruktur
atau infrastruktur
maya
yang mendukung cloud application.
4.  
Infrastructure,
Infrastructure
as
Services
(IaaS)
merupakan
virtualisasi
dari
platform
service.
disinilah
user tidak
perlu
membeli
hardware,
melainkan
menggunakan
layer
ini pada
cloud computing.
5.   Server, komputer fisik yang menjalankan
segala
kebutuhan client.
Gambar
2.5 merupakan
gambaran
mengenai
arsitektur
Cloud
Computing
yang
semuanya
terpusat
pada
suatu
Cloud
Provider.
Dari Cloud
Provider
tersebut,
customer
yang memiliki
banyak
cabang
sekaligus
dapat
mengakses
aplikasi
hanya
melalui
internet.
Gambar
2.5 Cloud Computing
  
24
2.1.9
LONG TAIL
Menurut
Anderson
(2008,
pp1-52),
sebelum
adanya internet,
semua
pengusaha
harus
menentukan
produk
mana
yang
akan
dipajang
di toko
mereka,
karena ruang display
terbatas,
mereka
harus
memperhitungkan
produk 
mana 
yang 
layak 
dan  akan 
memberikan 
keuntungan 
terbesar.
Mereka
harus
memperhitungkan 
item
apa
saja
yang
sebaik
nya
di-stock.
Oleh 
karena  
semua  
keterbatasan   tersebutlah,   pengusaha,   perusahaan,
hanya 
fokus 
pada 
barang-barang 
yang 
populer/laku 
keras/hits, 
karena
dengan
memajang/men-stock
barang-barang
best
seller,
dapat
mengurangi
resiko rugi produk
tersebut
tidak terjual.
Internet memberi dampak
yang sangat besar
pada semua
bidang. Termasuk
pada  aspek  ekonomi, 
bisnis 
maupun 
IT. 
Dengan   
internet, 
marketing
(teknik
penjualan
dan pemasaran)
produk
pun harus
berubah,
jika
tidak
produk
tersebut
akan kalah
bersaing
dan tergilas
oleh kompetitor
yang
memanfaatkan
internet
dan teknologi untuk
memajukan
usahanya.
Dengan
memanfaatkan
internet
sebagai
media
pemasaran
dan penjualan,
masalah
keterbatasan
ruang
untuk
display
dan stock
dapat
terakomodir
dengan 
baik,  karena  di  web,  semua 
produk 
dapat 
di  tampilkan 
dalam
bentuk
paging,
maupun
e-catalog
sehingga
tidak perlu kuatir
untuk
men-
stock
banyak
jenis
barang
dan
memajang
semuanya.
Hal
ini
mendukung
teori Long
Tail.
Dengan
memanfaatkan
internet,
yang
memberikan
ruang
tanpa  batas  untuk  menampilkan 
produk  anda,  Long  tail  mengajak  kita
  
25
untuk
tidak
hanya terpaku
pada
barang-barang
yang laku
keras/populer/hits/best
seller,
tapi
mulai
beralih
untuk
melihat
bagian
yang
selama
ini
terlupakan
dan
tidak
dianggap,
yaitu
produk-produk
unik,
antik
dan  tidak  begitu  populer  namun  jumlah  nya  sangat  banyak,  jauh  lebih
banyak dibandingkan
dengan jumlah
produk yang
laku
keras.
Long  tail
merupakan 
konsep 
dari
Chris
Anderson. 
Menurutnya, 
budaya
dan 
ekonomi 
masa 
kini, 
bergerak 
dari 
produk-produk 
bestseller 
yang
menjadi 
kepala 
(head
pada 
kurva 
permintaan, 
menuju 
pada 
produk-
produk
yang mungkin
sebelumnya
tidak diperhatikan,
dengan
berjumlah
besar 
sehingga 
membentuk 
ekor  yang 
tidak 
ada  habis-habisnya,
membentuk
marketplace
baru.
Grafik  penjualan 
di  Amazon 
menunjukkan: 
buku-buku  best seller
laku
seperti  kacang  goreng.  Akan  tetapi
buku
yang
kurang 
laku
pun
terjual,
meski
hanya
satu
buku
per
kuartal.
Dan
inilah
uniknya:
tak
ada
satu
pun
buku
yang
tak
laku.
Jika
dibuat
grafik,
buku
best
seller akan
membentuk
kepala, 
sedangkan 
yang 
kurang 
laku 
membentuk 
ekor. 
Karena 
yang
kurang
laku
itu
jumlahnya 
amat
banyak,
tak
terbatas, 
maka
membentuk
ekor  yang  amat
sangat  panjang  sehingga  disebut  sebagai  LONG  TAIL
(ekor
panjang).
Namun,
jika penjualan
buku
yang
kurang
laku
ini
dijumlahkan, 
angkanya 
LEBIH 
BESAR 
daripada 
penjualan 
buku 
best
seller.
Hal
yang
sama
terjadi
pada
penjualan
musik
di
Rhapsody
maupun
lelang barang-barang
khusus
di e-Bay.
  
26
Gambar 2.6 Long Tail Strategy
(Andrerson. C, 2008)
Berikut
adalah
list perusahaan-perusahaan ternama
yang
menggunakan
Long
Tail
Strategy dalam strategic
planning
perusahaan
mereka
(Anderson,
2008)
:
?
Amazon.com
?
eBay
?
Google & Yahoo
?
Rhapsody
?
NetFlick
?
Microsoft
Penjabaran
mengenai
konsep
Long
Tail strategy
yang
diterapkan
pada
masing-
masing 
perusahaan 
tersebut  dapat  dilihat  pada 
bagian  Lampiran 
2:  Penerapan
Long Tail Pada Perusahaan-Perusahaan
Besar.
  
27
Prinsip
Long
Tail
Strategi adalah
:
1.  
Lebih
ke
arah
segala
sesuatu
yang
dapat
dipublikasikan, 
disebar
luaskan
dan
diperjualbelikan
melalui
internet.
Misalnya
:
Mp3,
Film
dalam
bentuk
Avi,
eBook
yang
dapat
berupa
file
PDF,
maupun
software
aplikasi
yang
dapat
berupa
file
exe.
Namun,
tidak
menutup
kemungkinan
jika
Long
Tail
hanya
dimanfaatkan
sebagai
alat pemasaran,
sementara
produknya
masih
berupa
fisik
yang
jelas
seperti
buku
pada Amazon
(Long
Tail pada
Amazon.com
sebagai strategi pemasaran
dalam menawarkan
produk,
tapi
produk
yang dijual
masih
berupa
buku
yang akan dikirimkan
melalui pos).
2.   Memberikan   banyak   alternatif   bahkan   hingga   tidak   terbatas   kepada
customer. 
Misalnya  memberikan 
katalog  produk  yang  ditawarkan 
pada
para customer.
Semakin banyak
variasi produk, semakin
panjang
tail nya.
3. 
Menawarkan
sesuatu
yang
selama
ini dianggap
tidak
begitu
bonafit,tidak
begitu
populer
tapi jumlah
variasinya
sangat
banyak
dan untuk
masing-
masing
variasi
tersebut
memiliki
setidaknya
beberapa
orang customer
sehingga
jika
semua
jenis
produk
yang
tidak
populer
tersebut
dijumlahkan
akan
membentuk
suatu
pangsa pasar
yang besar.
  
28
Berikut ini adalah
Bussiness Model Canvas Long
Tail Strategy
:
Gambar 2.7 Long
Tail
Business
Model
Canvas
(Osterwalder.A,
2010)
?
Partner Network
Business
yang
menggunakan
strategi
Long
Tail biasanya
mempunyai
jaringan   partne berupa   content  producers  dan   communities  of
intereset.
Misalnya  partner
rhapsody  adalah
BMG
music,
Aquarius,
dan label
musik
lainnya.
Jika
perusahaan
yang
menjual
produk
yang
diproduksi
sendiri,
maka
partner
network
nya adalah
sebuh
komunitas
dengan
minat
yang
sesuai
dengan
produk yang
ditawarkan.
?
Key
Activities
Key
Activities
perusahaan
yang mengadopsi
Long Tail Strategy
adalah
: Match Making
dan
Platform
Management
Artinya
adalah
perusahaan
tersebut
menawarkan
banyak
alternatif
item yang
dapat
dipilih
oleh
customer,
sehingga
mereka
dapat
match
making
(mencari
item yang
cocok dengan
kebutuhan dan keinginan mereka).
  
29
?
Key
Resources
Business  
yang  
menggunakan   strategi   Long  
Tail,  
mengandalkan
Breadth  of
Platform 
sebagai  Key Resources nya.  Artinya  :
sumber
utama
bisnisnya
bergantung
pada luasnya
platform
yang
perusahaan
sediakan. Semakin
besar dan luas
platformnya
semakin
bagus.
?
Offer
Penawaran 
yang
diberikan 
Long
Tail
Strategy  adalah
sebuah
bisnis
yang
mengutamakan
Match
Making
dan
menyediakan
Platform
untuk
produk-produk
yang
tidak
begitu
populer/tidak
begitu
laris
terjual
tapi
jenisnya 
sangat 
banyak, 
sehingga 
meskipun 
penjualannya 
sedikit-
sedikit 
untuk 
masing-masing 
item, 
jika
semua 
item  tersebut
dijumlahkan
akan menghasilkan
angka
yang sangat besar.
?
Customer
Relationship
Cara bisnis
Long
Tail
Strategy
menjaga
hubungan
baik
dengan
customer-customernya
adalah melalui
online interaction
dan
communications
misalnya 
melalui 
forum 
atau 
komunitas 
dengan
interest
yang sesuai dengan
produk
yang
kita
tawarkan.
?
Distribution
Channels
Distribution
Channel
bisnis
Long
Tail adalah
melalui
Online
Information  
dan 
Rich 
Channel,   sebagai
contoh 
apple 
menjual
applikasi,
lagu,
video,
dan digital
content
lainnya
melalui
iTunes
yang
akan terhubung
kepada
iTunes
Store yang
menyediakan
pilihan
digital
content
yang
tidak
terbatas
bagi
para
pecinta
musik,
video,
gambar,
dan games.
  
30
?
Customer
Segments
Customer
Segment
yang
dipatok
Long
Tail
Strategy
adalah
customer
yang  menyukai 
barang-barang 
unik
dan
jarang 
dapat  ditemui
ditempat-tempat  
umum, 
mungkin   karena 
sudah 
edisi 
lama, 
atau
karena
memang
produk
tersebut
tidak begitu
banyak
peminatnya.
Meskipun  
produk-produk
yang
diincar
ini
tidak
begitu
populer/tidak
begitu 
laris  terjual 
tapi  tersedia  dalam 
jumlah 
variasi 
yang 
sangat
banyak,  sehingga 
meskipun 
penjualannya 
sedikit-sedikit 
untuk
masing-masing
item,
jika
semua
item tersebut
dijumlahkan
akan
menghasilkan
angka
yang sangat besar.
?
Cost Structure
Biaya
yang perlu
dikeluarkan
untuk bisnis
dengan menggunakan
Long
Tail
strategy
adalah
biaya
untuk
melakukan
maintenance
dan
develop
platform.
Misalnya
platform
yang dipergunakan
adalah
iTunes
yang
merupakan
sebuah
aplikasi
yang
khusus
diperuntukkan
bagi
pengguna
gadget
Apple,
maka Apple
Coorp,
perlu
mengeluarkan
biaya untuk
mengembangkan 
aplikasi 
iTunes 
agar  selalu 
mempunyai 
fitur-fitur
baru yang memudahkan
customer
nya.
?
Revenue
Streams
Pendapatan
Long
Tail
Strategy
berasal
dari penjualan
produk-produk
yang 
tidak 
begitu 
populer/hits 
namun 
dalam 
jumlah 
variasi 
yang
sangat
banyak,
bahkan
samapai
tidak terhingga,
sehingga
penjualan
item-item
unik
tersebut
jika dijumlahkan,
dapat
menyamai
bahkan
melebihi
penjualan
produk-produk
best seller.
  
31
2.2 STRATEGIC TOOLS
2.2.1
SWOT
Analysis
Analisis
Strength,
Weakness,
Opportunity,
Threat (SWOT)
adalah
identifikasi
berbagai
faktor
strategi
internal
(kekuatan
dan
kelemahan)
dan eksternal
(peluang
dan ancaman)
perusahaan
untuk
merumuskan
strategi perusahaan
dengan
memaksimalkan
kekuatan
(strength)
dan
peluang 
(opportunities), 
namun 
secara  bersamaan 
dapat
meminimalkan
kelemahan (weakness) dan ancaman
(threats).
SWOT
menurut
Thompson
&
Strickland
(2005, pp
89-98):
1.  
Strength
(Kekuatan)
:
adalah
suatu
hal
yang
dapat
dilakukan
dengan 
baik  oleh 
perusahaan 
atau  suatu  karakteristik 
yang
dapat meningkatkan
kompetisi perusahaan.
Berupa
:
?
Keahlian/spesialisasi
perusahaan.
?
Aset-aset
fisik
(alat-alat yang
canggih
&
modern)
?
SDM yang
handal (bersertifikat
keahlian
khusus).
?
Produk yang
berkualitas
dan bervariasi
?
Posisi/brand
perusahaan
dalam
pasar.
?
Kerjasama
dengan perusahaan
lain.
2. 
Weakness
(Kelemahan) 
: adalah
kekurangan
yang
ada
pada
perusahaan
dibandingkan
dengan
perusahaan
lain
atau
kondisi
yang 
menempatkan 
perusahaan 
pada  suatu 
kerugian.
Kelemahan
internal
perusahan dapat
berupa:
  
32
?
Kurangnya
kemampuan
atau keahlian
?
Kurangnya
aset-aset/alat-alat
yang
mendukung
?
Proses bisnis
yang berbelit-belit
dan
tidak
jelas
?
Koordinasi
yang tidak baik
?
Minimnya strategi promosi dan
pemasaran
3.   Opportunitie (Peluang):  
merupakan  
faktor   penting   yang
perlu
dipertimbangkan
dalam
menyusun strategi
perusahaan.
Peluang  perusahan
dapat berupa:
?
Banyak
pihak memerlukan
produk
perusahaan
?
Belum banyak produk
sejenis dipasaran
?
Trend yang mengarah
pada
penggunaan produk kita
?
Merger/kerjasama
dengan perusahaan besar
4.
Threats 
(Ancaman) 
:  merupakan 
ancaman 
yang 
perlu
diwaspadai
dan
perlu
diantisipasi,
sebab
jika
tidak
ancaman
ini
dapat membuat
perusahaan
mengalami
kekalahan
dalam
persaingan.
Ancaman ini dapat
berupa :
?
Munculnya teknologi
baru yang
lebih
murah atau baik
?
Pesaing
yang memperkenalkan
produk
baru
?
Masuknya
kompetitor
baru
?
Munculnya produk
subtitusi (barang pengganti)
?
Kenaikan harga
bahan
baku
  
33
Ada dua macam pendekatan
dalam analisis SWOT, yaitu:
1.   Pendekatan Kuantitatif
Matriks SWOT
Data  SWOT 
dapat 
dikembangkan 
secara 
kuantitaif 
melalui
perhitungan
Analisis
SWOT
yang dikembangkan
oleh Pearce
dan
Robinson
(1998)
agar
diketahui
secara
pasti posisi
perusahaan
yang
sesungguhnya.
Perhitungan
yang dilakukan sebagai berikut:
i.  
Buat
tabel seperti
berikut
ini :
Tabel 2.4 Perhitungan
Bobot EFAS dan IFAS
(Ferdinand,
2011)
ii.  
Beri  skor 
untuk 
masing-masing 
faktor  S-W-O-T 
(range 
yang
lazim  adalah  0-1,  dimana  nilai  0
berarti  paling  rendah  dan 
1
paling
tinggi,
bisa
bernilai
desimal),
skor
(a).
iii.  
Beri  bobot  pada  masing-masing 
faktor  S-W-O-T 
(range  yang
lazim 
adalah 
0-5, 
dimana 
nilai 
berarti 
paling 
tidak 
ada
pengaruh dan 5 paling berpengaruh)
,
bobot (b).
  
34
iv.  
Lakukan  
perkalian 
antara
skor
(a)
dan
bobot
(b)
serta
hitung
jumlah
total
perkalian
skor
dan
bobot
(c
=
a
x
b)
pada
setiap
faktor
S-W-O-T;
v.
Lakukan
pengurangan
jumlah
total
S
dengan
W
(d)
dan
faktor
O
dengan
T
(e);
Perolehan
angka
(d
=
x)
selanjutnya
menjadi
nilai
atau
titik
pada
sumbu
X,
sementara
perolehan
angka
(e
=
y)
selanjutnya
menjadi
nilai atau  titik pada sumbu
Y.
vi. 
Cari
posisi  perusahaan  yang
ditunjukkan 
oleh
titik
(x,y)
pada
kuadran
SWOT.
Gambar 2.8 Kuadran
SWOT
(Ferdinand,
2011)
Gambar 
2.6 
menggambarkan 
kuadran 
yang 
terbentuk 
sebagai 
hasil 
asimilasi
SWOT,
dimana
masing-masing
kuadran mencerminkan
strategi yang
berbeda :
?
Kuadran I (Strength
-
Opportunities
)
Posisi 
ini 
menandakan 
perusahaan 
yang 
kuat 
dan  berpeluang,
Rekomendasi
strategi
yang
diberikan
adalah
Progresif,
artinya
perusahaan
dapat terus melakukan ekspansi, dan
meraih kemajuan secara
maksimal.
  
35
?
Kuadran II (Strength - Threats)
Posisi
ini menandakan
sebuah
perusahaan
yang kuat namun
menghadapi
ancaman
yang besar.
Rekomendasi
strategi
yang diberikan
adalah
Diversifikasi
Strategi,
artinya
perusahaan
dalam kondisi
mantap
namun
menghadapi 
sejumlah 
tantangan 
berat  sehingga 
diperkirakan 
roda
perusahaan
akan
mengalami
kesulitan
untuk
terus
berputar
bila hanya
bertumpu 
pada 
strategi 
sebelumnya. 
Oleh 
karena 
itu,  perusahaan
disarankan untuk
segera memperbanyak
ragam strategi
taktisnya.
?
Kuadran III  (Weakness - Opportunities)
Posisi
ini menandakan
sebuah
perusahaan
yang
lemah
namun
sangat
berpeluang.
Rekomendasi
strategi
yang diberikan
adalah 
Ubah
Strategi,
artinya   perusahaan  
disarankan   untuk   mengubah   strategi   sebelumnya.
Sebab,
strategi
yang
lama
dikhawatirkan
sulit untuk
dapat
menangkap
peluang 
yang 
ada  sekaligus 
harus 
memperbaiki 
kinerja 
internal
perusahaan,
misalnya
mempercepat
proses tertentu.
?
Kuadran IV
(Weakness
-
Threats)
Posisi
ini menandakan
sebuah
perusahaan
yang
lemah
dan
menghadapi
tantangan
besar.
Rekomendasi
strategi
yang diberikan
adalah
Strategi
Bertahan,   artinya   kondisi  
internal   perusahaan  
berada      pada   pilihan
dilematis.
Oleh karenanya
perusahaan
disarankan
untuk
meenggunakan
strategi
bertahan,
mengendalikan
kinerja
internal
agar
tidak semakin
terperosok. Strategi ini dipertahankan
sambil
terus membenahi
diri.
  
36
2.   Pendekatan
Kualitatif Matriks SWOT
Pendekatan   
kualitatif 
matriks 
SWOT 
sebagaimana 
dikembangkan
oleh Kearns
menampilkan
delapan
kotak
seperti
tabel
2.3,
yaitu
dua
paling
kiri
adalah
kotak
faktor
eksternal
(Peluang
dan Ancaman)
yang
dikenal
dengan
sebutan
External
Strategic
Factors
Analysis
Summary
(EFAS)
sedangkan
dua kotak
sebelah
atas  
adalah
faktor
internal
(Kekuatan
dan
Kelamahan
) yang
dikenal
dengan
sebutan
Internal
Strategic
Factors
Analysis
Summary
( IFAS
).
Empat
kotak
lainnya
merupakan
kotak
isu-isu
strategis
yang timbul
sebagai
hasil titik
pertemuan
antara
faktor-faktor
internal
dan eksternal.
Tabel 2.3 Tabel EFAS
vs IFAS (Ferdinand, 2011)
IFAS
EFAS
KEKUATAN (S)
?
Kekuatan 1
?
Kekuatan 2
?
Kekuatan 3
?
dst..
KELEMAHAN (W)
?
Kelemahan 1
?
Kelemahan 2
?
Kelemahan 3
?
dst..
PELUANG (O)
?
Peluang 1
?
Peluang 2
?
Peluang 3
?
dst..
STRATEGI SO
?
Strategi SO 1
?
Strategi SO 2
?
Strategi SO 3
?
dst..
Comparative Advantage
STRATEGI
WO
?
Strategi WO 1
?
Strategi WO 2
?
Strategi WO 3
?
dst..
Divestment/Investment
ANCAMAN (T)
?
Ancaman 1
?
Ancaman 2
?
Ancaman 3
?
dst..
STRATEGI
ST
?
Strategi st 1
?
Strategi st 2
?
Strategi st 3
?
dst..
Mobilization
STRATEGI
WT
?
Strategi WT 1
?
Strategi WT 2
?
Strategi WT 3
?
dst..
Damage Control
  
37
4
Kotak yang
merupakan
strategi
asimilasi
dari
S-W-O-T,
terdiri dari :
?
Strategi
SO (Strength Opportunities)
Strategi 
ini 
merupakan 
pertemuan 
dua 
elemen 
kekuatan 
dan 
peluang
sehingga
memberikan
kemungkinan
bagi suatu
perusahaan
untuk
bisa
berkembang
lebih cepat.
Strategi
ini disebut Comparative
Advantages.
?
Strategi
WO
(Weakness
Opportunities)
Strategi
ini merupakan
interaksi
antara
kelemahan
dan
peluang
dari luar.
Peluang 
yang  tersedia 
sangat 
meyakinkan    
namun    
tidak  dapat
dimanfaatkan
karena
kekuatan
yang
ada
tidak
cukup
untuk
menggarapnya.
Pilihan
keputusan
yang diambil
adalah
melepas
peluang
yang
ada
atau
memaksakan
menggarap
peluang
itu (investasi).
?
Strategi
ST (Strength Threats)
Strategi
ini interaksi
antara
ancaman
dan
kekuatan.
Perlu
dilakukan
mobilisasi
sumber 
daya 
yang   
merupakan 
kekuatan 
perusahaan 
untuk
untuk
memperlunak
ancaman
dari
luar
tersebut,
bahkan
merubah
ancaman
itu 
menjadi
sebuah peluang.
Strategi
ini
disebut
Mobilization.
?
Strategi
WT
(Weakness
Threats)
Strategi
ini merupakan
kondisi
yang
paling  
lemah
karena
merupakan
pertemuan 
antara  kelemahan 
dengan 
ancaman 
dari  luar. 
Strategi 
yang
harus
diambil
adalah
Damage
Control
(mengendalikan
kerugian)
sehingga
tidak
menjadi
lebih parah dari yang diperkirakan.
  
38
2.2.2
Porter Business Model
Lima
Faktor
Persaingan
Porter
adalah
kerangka
untuk
analisis
industri
dan pengembangan
strategi
bisnis
yang
dikembangkan
oleh
Michael
E.
Porter
dari
Harvard
Business
School 
pada 1979.
Porter
menggunakan
konsep-konsep
pengembangan 
industri
untuk
menurunkan
lima
kekuatan
(Gambar
2.9)
yang menentukan
intensitas
kompetitif pasar.
1.   Ancaman
Pendatang Baru,
dipengaruhi
besar
kecilnya
hambatan
untuk
masuk
ke
dalam
dunia
industri,
seperti
: besarnya
biaya
investasi,
perijinan,
akses terhadap 
bahan
mentah,
akses
terhadap
saluran
distribusi. 
Semakin
tinggi hambatan,
semakin
rendah
ancaman
dari pendatang
baru.
2.
Kekuatan
Tawar Menawar
Pemasok,
semakin
sedikit jumlah
pemasok,
semakin penting produk,  semakin
kuat
posisi
tawarnya.
3.
Kekuatan
Tawar Menawar
Pembeli,
semakin
besar kuantitas
pembelian,
semakin
banyak
pilihan
yang
tersedia
bagi
pembeli
dan
umumnya  akan
membuat
posisi
pembeli
semakin
kuat.
4.   Ancaman  
Produk 
Pengganti jumlah
produk 
substitusi 
yang
beredar
di pasar.
Produk
substitusi
yg banyak
akan
membatasi
keleluasaan
pelaku
industri dalam
menentukan
harga jual.
5. 
Persaingan
di dalam
industri,
faktor
yang
menjadi
fokus
para
pemasar
adalah
masalah
intensitas
rivalitas
antar pemain
dalam
industri.   Biasanya 
intensitas 
persaingan 
itu 
dipengaruhi 
banyak
faktor, misalnya
struktur
biaya
produk.
  
39
Gambar
2.9 Lima
(5) faktor
Persaingan
Porter
(Ward, 2002)
2.2.3
Critical Success
Factor (CSF)
Menurut
Michael
Amberg
(2005,p3),
CSF
is “the
limited
number
of
areas
in
which
results,
if
they
are
satisfactory,
will
ensure
successful
competitive
performance
for
the organization”.
Menurut
Richard
A.
Caralli 
(2004,p2), 
CSF  define  key  areas  of 
performance 
that  are
essential
for
the
organization
to
accomplish
its
mission.
Menurut
Paul
Nagy
(2007,p2),
CSF
adalah
“the
key areas
that
must
go right
for
anenterprise
to flourish
and achieve its goals”.
Dari definisi-definisi
diatas,dapat
kita simpulkan
bahwa
CSF
adalah
faktor-faktor
yang menjadi
penentu
keberhasilan
sebuah
perusahaan
dalam
pencapaian
tujuannya.
Untuk
itu
diperlukan
suatu
ukuran
yaitu
KPI 
yang 
dapat 
memberitahukan  
perusahaan 
sudah 
sejauh 
mana
kinerja mereka dalam mencapai
faktor-faktor
keberhasilan
tersebut.
  
40
Menurut Ralf Knoll (2008, p3), Tujuan
CSF:
?
Mengidentifikasi
area-area kunci
yang
perlu diperhatikan
?
Membantu pengembangan
strategic planning
?
Mengidentifikasi 
key  focus  area  untuk masing-masing stage
pada project life cycle dan penyebab
utama
kegagalan proyek.
?
Mengevaluasi
realibility
dari sebuah
INFORMATION
SYSTEM
?
Mengukur
tingkat kinerja / produktivitas
pekerja
Langkah-langkah
penyusunan CSF (Gambar 2.10)
:
1.   Definisikan
Visi
perusahaan
2.   Definisikan
misi-misi
perusahaan
3.   Pahami core business process
4.   Tentukan
CSF
dari masing-masing
core business process
5.   Identifikasi
KPI-KPI
untuk masing-masing
CSF
tersebut
Gambar
2.10
Bagan CSF (Ralf Knoll,
2008)
  
41
2.2.4
Peta Strategi
Menurut
Kaplan dan Norton
(2004,p35),
Peta strategi
memuat
visi dan
kepentingan-kepentingan   stakeholders
didalamnya. 
Secara 
eksplisit
visi   diterjemahkan  
ke   dalam   empat  
perspektif,  
yaitu  
finansial,
customer proses  bisnis 
internal   serta   perspektif   innovation  and
growth.
Masing-masing
perspektif
menunjukkan
peta
teritori
regional
yang memiliki
hubungan
sebab
akibat
dengan
perspektif
lainnya.
Selanjutnya   didalam 
perspektif   ditempatkan   strategi-strategi  
yang
relevan
yang sering
disebut
sebagai
sasaran
strategis
(SS).
Dengan
demikian
peta
strategi
merupakan
desain
mengenai
keterkaitan
antara
sejumlah
sasaran
strategis
dalam bentuk
hubungan
sebab
akibat
yang
menjelaskan
“perjalanan”
strategi
organisasi
dari langkah
pertama
organisasi sampai
dengan
capaian
akhir.
Kaplan 
dan  Norton 
juga 
memperjelas 
bahwa 
masing-masing
perspektif
tersebut
haruslah
sedemikian
rupa
terkait
satu sama
lain
sehingga 
realisasinya 
merupakan 
satu
rangkaian. 
Bila
rangkaian 
ini
dapat
dijelaskan 
maka
akan
diperoleh
satu
peta
strategi
yang
secara
jelas
menunjukkan
bagaimana
visi dan
misi
diterjemahkan
menjadi
bagian-bagian
yang
operasional
yaitu
sasaran
dan strategi
untuk
mencapai
sasaran
tersebut.
Bila
hal ini
tersusun
maka
apa yang
disampaikan  Kaplan  bahwa  BSC 
bukanlah  hanya  alat  ukur  kinerja
akan
tetapi
menjadi  bagian
dari
strategi  karena
memberikan 
umpan
balik dan koreksi
atas hasil
yang
diperoleh.
  
42
Menurut
Howard
Rohm
(2010,p4),
Strategi
Map dibangun
dengan
menghubungkan
tujuan
strategis
perusahaan
dengan
4 perspektif
:
financial, customer, internal process,
dan organizational
capacity.
Gambar 
2.11  dibawah    ini  menunjukkan  bagaiman 
tujuan  (gambar
oval)
menghasilkan
suatu dengan
hubungan
sebab
akibat
untuk
mendefinisikan
sebuah
strategi
untuk
memberikan
value yang berarti
bagi
customer, pegawai
dan business owner.
Gambar 2.11 Hubungan
sebab
akibat
pada Strategy Map 
(Rohm,
2010)
Gambar
2.12
adalah
tujuan-tujuan
strategis
yang
perlu
diperhatikan
dalam
masing-masing
perspektif,
menurut
Howard Rohm (2010,pp5-11)
:
1.   Financial
Perspective,
tujuan
strategis :
?
Improve Development
Expense ROI
?
Increase
Revenue
?
Increase
Profit
  
43
2.   Customer Perspective,
tujuan strategis
:
?
Strengthen
Customer
Interactions
?
Accelerate
New
Features and Workflows
3.   Internal
Business Processes
Perspective,
tujuan strategis
:
?
Improve Market Assessment
?
Improve Concept
Development and
Prioritization
?
Improve Product
Life Cycle Management
4.   Organization
Capacity
Perspective,
tujuan strategis
:
?
Increase
Capacity for Enabling Technology
?
Improve Project Management
Expertise
?
Improve Cross-Discipline
Teamwork
Gambar
2.12
Strategy Map dengan tujuan strategisnya
(Howard
Rohm,
2010)
  
44
2.2.5
Balance
Scorecard (BSC)
Menurut
Howard
Rohm
(2010),
BSC
dikembangkan
sebagai
strategic
planning
dan management
system,
sehingga
dapat
mengarahkan
perusahaan 
untuk 
mencapai 
sukses 
dengan 
mengerjakan 
hal  yang
benar
dan
fokus
pada
hasil.
BSC
merupakan
kombinasi
antara
sistem,
orang, strategi, proses
dan teknologi.
Menurut
Ward
dan Peppard
(2002,
p206),
BSC
mengidentifikasikan
informasi-informasi
yang dibutuhkan
untuk
mengukur
kinerja
perusahaan 
terhadap 
tujuan
dari
perusahaan. 
BSC
membagi 
strategi
dan pengukurannya
ke dalam
empat perspektif
:
1.   Financial
perspective
2.   Internal
Business Perspective
3.   Customer
Perspective
4.   Innovation and
Learning
Perspective
Gambar
2.13
Empat
Perspektif Balance
Scorecard (Kaplan,
2010)
  
45
Gambar   2.13  
diatas  
mengemukakan  
bahwa  
ke-empat   perspektif
tersebut
saling
terkait
satu dengan
yang
lain,
berikut
adalah
hubungan
diantara ke-empat perspektif tersebut
menurut
Kaplan
(2010,pp8-9)
:
?
Investasi  pada  bidang 
training  employee
akan 
menuju 
pada
suatu peningkatan
dalam
kualitas
service
?
Kualitas
service yang
baik
meningkatkan
kepuasan customer
?
Peningkatan
kepuasan customer membuat customer
loyal
?
Loyalitas customer membuat revenue dan
margin meningkat
Gambar
2.14 menggambarkan
tahapan-tahapan
pembentukan  
BSC,
menurut Jan
L. Ronchetti 
(2006,pp29-30)
:
1.   Formulasikan
misi
perusahaan
2.   Nyatakan
visi perusahaan
3.   Analisis
Kondisi
ekternal dan
internal
perusahaan
(SWOT)
4.   Definisikan
strategic
theme
5.   Identifikasi
tujuan
strategis
6.   Bangun sebuah strategy map
7.   Identifikasi
performance
measure/indicator-nya
dan targetnya
8.   Nyatakan 
inisiatif 
atau 
tindakan 
apa 
yang 
perlu 
dilakukan
untuk 
mewujudkan/mencapai 
KPI
yang 
telah  ditentukan
tersebut.
  
46
Gambar 2.14 Tahapan
penyusunan BSC
(Ronchetti , 2006)
Gambar
2.15
Pemetaan Strategy
Map
dengan BSC
(Ronchetti , 2006)
Gambar  2.15 
diatas  menunjukkan 
bagaimana 
peta 
strategi 
dipetakan 
kedalam
BSC.
Hal
ini
ditujukan
agar
apa
yang
ditargetkan
pada
BSC
sesuai
dengan
apa
yang telah di rancang pada peta strategi.