BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 BUSINESS MODEL CANVAS
Dalam melakukan perencanaan sebuah bisnis, penting sekali
diperlukan adanya bisnis model demi terwujudnya kelancaran bisnis tersebut.
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal. 14), sebuah model bisnis dapat
menggambarkan dasar pemikiran bagaimana organisasi menciptakan,
memberikan, dan menangkap value yang ada.
Bisnis model kanvas memberikan step-step yang menjelaskan tentang
membuat bisnis secara detail. Bisnis model didefinisikan sebagai cara
organisasi menawarkan proposisi nilai yang tinggi, menjamin bahwa nilai
tersebut dapat diproduksi dan target konsumennya memiliki akses terhadap
produk tersebut. Untuk kelangsungan bisnis itu, penerimaan yang diperoleh
dari transaksi pelanggan harus melebihi biaya yang dikeluarkan untuk
memproduksi produk atau layanan yang tinggi maka asumsi yang kritikal dari
bisnis model adalah bagaimana perusahaan mempunyai pengetahuan yang
kuat mengenai apa yang diinginkan pelanggan dan bagaimana perusahaan
mengorganisasikan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan,
mendapatkan bayaran atas apa yang ditawarkan dan menghasilkan
keuntungan.
16
|
Maka untuk menentukan model bisnis, diperlukan Business Model
Canvas yaitu sebuah alat yang digunakan untuk mendeskripsikan,
menganalisa dan mendesain sebuah model bisnis (Osterwalder & Pigneur,
2010, hal. 8). Business Model Canvas terdiri dari sembilan blok yaitu:
Customer Segments (CS), Value Propositions (VP), Channels (CH), Customer
Relationships (CR), Revenue Streams (RS), Key Resources (KR), Key
Activities (KA), Key Partnerships (KP), dan Cost Structure (CS).
2.1.1 CUSTOMER SEGMENTS
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal. 20), sebuah
bisnis model akan menetapkan satu atau banyak customer
segments. Organisasi harus sadar dalam mengambil keputusan
pelanggan yang akan dilayani atau diabaikan. Ada beberapa tipe
customer segments yaitu :
1. Mass Market
Mass market adalah bisnis model yang tidak membedakan
segmen pelanggan. Pasar ini bersifat sangat luas dan mencakup
seluruh konsumen sebagai potential market. Nilai proposisi,
distribusi channel, dan hubungan dengan pelanggan hanya
fokus pada pelanggan yang memiliki kebutuhan dan masalah
yang sama. Tipe bisnis model ini dapat ditemukan pada sektor
elektronik.
17
|
2. Niche Market
Niche market adalah bisnis model yang target pasarnya hanya
melayani segmen pelanggan tertentu dan berdasarkan variabel
tertentu. Nilai proposisi, distribusi channel, dan hubungan
dengan pelanggan disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan
yang spesifik, karena niche market umunya ditujukan untuk
konsumen kalangan atas yang berpotensi memberikan margin
keuntungan yang lebih besar. Bisnis model seperti ini dapat
ditemukan pada hubungan supplier-buyer (perusahaan suku
cadang mobil bergantung pada penjualan dari perusahaan
mobil).
3. Segmented Market
Segmented market adalah bisnis model yang membedakan
antara kebutuhan dan masalah yang berbeda pada setiap
pelanggan. Segmented market berdasarkan karakter
variabelnya dibedakan atas :
a) Demographic Segmentation
Cara mengidentifikasi pasar berdasarkan variabel
demografis. Variabel demografis yang biasa digunakan
adalah usia, life cycle, gender, income dan suku.
b) Geographic segmentation
Cara mengidentifikasi pasar berdasarkan variabel geografis
yang membagi pasar berdasarkan variabel-variabel
18
|
geografis. Variabel yang umumnya digunakan dalam
segmentasi geografis adalah daerah, kota, negara, tingkat
kepadatan penduduk, iklim dan populasi.
c) Psychographic Segmentation
Cara mengidentifikasi pasar berdasarkan variabel
psikografis. Psikografis adalah penggabungan dari
psikologi dan demografis yang dilakukan untuk bisa lebih
memahami konsumen, dikarenakan konsumen yang
memiliki kesamaan karakter demografis bisa saja memiliki
perilaku yang berbeda, yang akan memberikan dampak
pada psikologis. Variabel dalam segmentasi psikografis
adalah ciri-ciri personal, gaya hidup ataupun value.
d) Behavioral Segmentation
Cara mengidentifikasi pasar berdasarkan pola perilaku
konsumen yang dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan
respon terhadap produk tertentu.
4. Diversified
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal.20) yang
menyatakan bahwa diversified adalah menargetkan lebih dari 1
pasar yang tidak memiliki keterkaitan dan memiliki kebutuhan
dan masalah yang berbeda, hal ini dilakukan untuk
memperluas area bisnis dan salah satu langkah diversifikasi.
19
|
5. Multi-sided Platforms (or multisided markets)
Multi-sided Platforms adalah menargetkan 2 atau lebih
konsumen yang independen atau tidak memiliki
ketergantungan antara 2 segmen konsumen tersebut.
Tujuan dari segmentasi pasar adalah untuk customer
segment yang tepat yang nantinya akan menjadi dasar dalam
menentukan strategi bisnis agar produk dan layanan yang
dikembangkan dapat diterima oleh masyarakat khususnya untuk
segmen pasar yang dituju, serta dapat memberikan keuntungan
bagi perusahaan.
2.1.2 VALUE PROPOSITION
Salah satu elemen dari bisnis model kanvas ialah Value
Proposition yang didefinisikan seberapa jauh produk atau layanan
yang ditawarkan mempunyai nilai yang tinggi menurut target
pelanggannya (Osterwalder & Pigneur, 2010, hal. 22). Dengan
kata lain, seberapa jauh perusahaan dapat menawarkan produk atau
layanan yang berbeda dengan para pesaingnya. Tidak hanya
berbeda tapi juga mempunyai nilai tinggi atau disukai oleh
konsumen.
20
|
Value Proposition menjadi sebuah elemen kunci dalam
sebuah bisnis karena elemen ini harus muncul dalam seluruh area
fungsi bisnis yang ada (Berry, 2008, hal. 120). Oleh karena itu,
value proposition juga menjadi dasar dalam menentukan elemen-
elemen lain yang ada dalam 9 Building Blocks seperti menentukan
siapa saja customer segmentsnya, menentukan channel dan metode
customer relationships apa saja yang cocok untuk segmen
customer tersebut, key resources, key activities dan key partnership
apa saja yang dibutuhkan demi suksesnya penyampaian value
proposition kepada customer, sehingga akhirnya dapat
menentukan cost structure dari model bisnis tersebut dan
mendapatkan revenue dari bisnis yang dijalankan.
Value Propositions adalah alasan utama mengapa
pelanggan beralih dari satu produk ke produk lain. Value
Propositions memberikan solusi bagi masalah yang dimiliki oleh
pelanggan atau memuaskan kebutuhannya (Osterwalder &
Pigneur, 2010).
Sebagai contoh dari value yang dapat diberikan adalah
Newness, Performance, Customization, Design, Brand/Status,
Price, Cost Reduction, Risk Reduction, Accessibility dan
Convenience/Usability.
21
|
Di bawah ini adalah penjelasan sejumlah value pada suatu
model bisnis:
1. Newness
Memberikan sesuatu yang baru dimana pelanggan tidak
menyadari bahwa sebenarnya mereka membutuhkannya.
Sebagai contoh penemuan tablet PC (Peronal Computer)
seperti iPad oleh Apple. Namun newness tidak memberikan
jaminan kesuksesan pada suatu bisnis, sebagai contoh Facebok
bukanlah social networking pertama yang ada, namun saat ini
Facebook mendominasi pasar dengan anggotanya yang sangat
banyak di seluruh dunia.
2. Performance
Meningkatkan performa dari sesuatu yang sudah ada telah
menjadi strategi dari banyak model bisnis yang ada saat ini
untuk meningkatkan value dari produk dan service. Sebagai
contoh adalah apa yang dilakukan oleh browser Opera saat ia
meningkatkan performa dan kecepatan browsing.
3. Customization
Tawarkan kesempatan pelanggan untuk memilih. Pelanggan
dapat menyesuaikan produk atau service sesuai dengan
kebutuhan individu atau segmen pelanggan tertentu.
22
|
4. Design
Sebuah produk menjadi unggul diantara produk lainnya bila
memiliki desain superior, namun hal ini bukanlah alasan
semata pelanggan membeli produk. Desain sangat penting bila
bisnis berfokus pada produk fashion.
5. Brand / Status
Pelanggan dapat membeli atau menggunakan suatu produk
hanya karena sebuah brand atau memuaskan keinginan
menggunakan produk dengan label tertentu. Brand merupakan
suatu hal yang sangat penting tapi tidak menjadi satu-satunya
faktor penentu.
6. Price
Menawarkan value yang sama dengan harga yang lebih rendah
adalah salah satu cara terklasik untuk mendapatkan value
proposition pada pelanggan yang sensitif terhadap harga.
Bersaing pada harga merupakan strategi yang baik untuk
bersaing diantara kompetitor namun pada beberapa kondisi hal
ini tidak cukup. Apabila sesuatu ditawarkan secara cuma-cuma
kita harus memikirkan sisi lain untuk dijadikan revenue stream
untuk menggantikannya.
7. Cost Reduction
Cost reduction membantu pelanggan dengan menawarkan
sesuatu yang dapat menurunkan biaya yang dikeluarkan oleh
23
|
pelanggan. Sebagai contoh pada penginstalan software dan
hardware pada saat pembelian.
8. Risk Reduction
Pelanggan menghargai saat mereka diberikan pilihan untuk
mengurangi resiko yang harus ditanggung seperti garansi
setelah membeli produk elektronik dan lain-lain.
9. Accessibility
Membuat produk dan service untuk customer segment tertentu
yang tidak memiliki pilihan saat membeli atau mengkonsumsi
suatu produk adalah salah satu cara untuk menghasilkan value
proposition. Tawarkan produk kepada pelanggan yang tidak
memiliki kesempatan untuk mendapatkan hal itu sebelumnya.
10. Convenience/Usability
Menawarkan sesuatu yang nyaman dan mudah dapat menjadi
faktor utama dalam menghasilkan value dan membuat
pelanggan memilih produk ini dibandingkan produk yang
ditawarkan oleh kompetitor. Sebagai contohnya Apple
menawarkan kenyamanan konsumen yang membuat pelanggan
mudah untuk menggunakan produk-produknya.
24
|
2.1.3 CHANNELS
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal. 26), channel ialah media
dari sebuah perusahaan dalam berkomunikasi dengan pelanggannya untuk
menyampaikan nilai dari proporsinya. Beberapa fungsi channel antara lain :
1) Meningkatkan kesadaran akan pentingnya produk barang / jasa
perusahaan,
2) Membantu pelanggan mengevaluasi value proposition perusahaan,
3) Memungkinkan pelanggan membeli produk dan jasa sesuai kebutuhan
(spesifik),
4) Memberikan value proposition untuk pelanggan,
5) Menyediakan layanan post-purchase kepada pelanggan.
Umumnya dari seluruh fungsi di atas yang bisa diakomodasi adalah
fungsi purchase dan delivery karena perusahaan masih terfokus pada konsep
dimana channel adalah tempat untuk menjual produk / jasa yang dibuat oleh
perusahaan, padahal menurut definisi fungsi di atas untuk channel terdapat
fungsi awareness yang berarti bahwa channel bisa memberikan awareness
pelanggan terhadap produk / jasa perusahaan, mengevaluasi produk / jasa
yang dijual kepada konsumen dan menyediakan layanan post-purchase dan
after sales sebagai suatu usaha untuk memberikan kepuasan dan membentuk
customer relationship.
Channel dibedakan atas 5 jenis, yaitu:
1) Sales force
25
|
2) Web sales
3) Own stores
4) Partner stores
5) Wholesales
Masing-masing jenis channel memiliki keunggulan dan kelemahan
yang mencakup beberapa ataupun keseluruhan dari kelima fungsi channel
yang telah dijelaskan di atas. Keunggulan dan kelemahan tiap channel harus
dipertimbangkan sebaik mungkin pemilihan channel sesuai dengan strategi
perusahaan dan karakter yang ada pada produk / jasa yang dijual oleh
perusahaan.
2.1.4 CUSTOMER RELATIONSHIP
Customer Relationship dibangun sesuai customer segment, karena
setiap segmentasi memiliki karakteristik yang berbeda. Menurut Osterwalder
& Pigneur (2010, hal. 28), Customer Relationship dibagi menjadi 6, yaitu:
1. Personal Assistant
Merupakan komunikasi langsung antara customer dengan customer
representative sehingga kualitas barang dapat terjamin.
2. Dedicated Personal Assistant
Merupakan satu customer representative hanya ditujukan untuk satu
pelanggan sehingga penjelasan dapat lebih jelas dibandingkan dengan
Personal Assistant (contoh : Asuransi).
26
|
3. Self Service
Dalam hal ini, pelanggan tidak melakukan kontak langsung dengan
customer representative. Dalam self service dapat dijalankan dengan
penggunaan Vending Machine yang menjual makanan-makanan yang
dapat disajikan dalam keadaan dingin seperti salad sayur, salad buah,
minuman berprotein dan jus buah. Dengan adanya vending machine,
maka pelanggan melakukan self service. Vending machine dipakai
untuk mempermudah pelanggan dalam proses pembelian.
4. Automated Service
Merupakan perkembangan dari self service. Sebagai contoh dibuatnya
vending machine yang berfungsi untuk melihat menu makanan hari
ini, untuk memesan dan untuk membayar dengan men-tap-kan kartu
yang telah terisi saldo.
5. Communities
Sebagai wadah untuk berkumpul dengan tujuan untuk sharing ilmu
pengetahuan, sehingga dapat membantu perusahaan dalam mengerti
keinginan konsumen.
6. Co-creation
Merupakan hubungan antara customer dan perusahaan untuk
menciptakan value propotition baru. Contoh: toko makanan membuat
forum untuk meminta para pelanggan menilai dan menambahkan
masukan seperti rasa dan bentuk baru sebagai inovasi produk.
27
|
Menurut Management Study Guide (2009) , hubungan dengan
pelanggan adalah hubungan dua pihak yang saling berinteraksi ataupun
bertransaksi dalam keadaan saling menguntungkan dan keduanya memiliki
kepentingan bersama. Terdapat dua atribut yang penting dalam hubungan
konsumen dan perusahaan yaitu kepercayaan dan komitmen. Kepercayaan
mencakup hal seperti kepercayaan diri dan rasa aman dalam hubungan antara
pelanggan dengan perusahaan. Rasa kepercayaan pelanggan dapat dilihat saat
transaksi yang dilakukan oleh pelanggan secara berulang-ulang dan produk
yang dijual sesuai dengan yang dipromosikan. Sedangkan komitmen adalah
hasil dari kepercayaan yang telah muncul dan dapat dibangun dalam waktu
yang panjang. Perusahaan dapat membuat Loyalty Program yang merupakan
bentuk dari komitmen.
Menurut Hunter (2008) ada lima tipe konsumen, yaitu:
1. Loyal Customers
Tipe konsumen yang jumlahnya tidak banyak dari total keseluruhan
jumlah konsumen, tetapi pemasukan yang didapat dari mereka bisa
mencapai 50% dari total pendapatan karena loyalitas dan kesediaan
mereka untuk membeli produk dari brand yang sama.
2. Discount Customers
Tipe konsumen yang sering mengunjungi tempat penjualan namun
pembelian mereka didasari oleh harga, dan transaksi umumnya
dilakukan pada saat sedang ada potongan harga.
28
|
3. Impulse Customers
Tipe konsumen yang membeli barang tanpa merencanakannya terlebih
dahulu. Umumnya konsumen ini tertarik dengan promosi dan suasana
di dalam toko.
4. Need Based Customers
Tipe konsumen yang memiliki keinginan khusus atas barang / jasa
yang akan dibeli.
5. Wondering Customers
Tipe konsumen yang tidak memiliki niat membeli, tetapi hanya
menikmati suasana toko dan melihat-lihat keadaan sekitar.
2.1.5 REVENUE STREAM
Revenue Stream pada 9 building blocks, merepresentasikan bagaimana
sebuah perusahaan memperoleh cash dari setiap segmen pelanggan.
Osterwalder & Pigneur (2010, hal. 30-31) menjelaskan bahwa bila customer
adalah jantung dari perusahaan, maka revenue streams adalah pembuluh
darahnya. Dan perusahaan perlu mempertanyakan untuk nilai seperti apa yang
customer rela untuk membayar. Setiap revenue stream memiliki pricing
mechanism yang berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya,
antara lain: sistem tawar-menawar, pelelangan, mengikuti permintaan pasar,
harga tergantung dari volume, dan sebagainya.
29
|
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal. 30), sebuah bisnis model
dapat melibatkan dua tipe revenue streams yang berbeda, yakni:
1. Transaction Revenues
Berasal dari diperolehnya satu kali pembayaran dari customer.
2. Recurring Revenues
Berasal dari pembayaran yang masih berlanjut untuk menyampaikan
value proposition kepada pelanggan (misalnya: rent, credit,
subscription) dan menyediakan customer support setelah pembelian.
Jadi, menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal. 30-31), pertanyaan-
pertanyaan yang harus dijawab dalam revenue streams adalah untuk nilai
apakah yang akan membuat customer willing to pay terhadap barang / jasa
yang ditawarkan oleh perusahaan, untuk kebutuhan apa mereka membayar,
bagaimana cara pembayarannya, dan cara pembayaran seperti apa yang lebih
disukai oleh pelanggan.
Setidaknya ada beberapa cara untuk men-generate revenue streams,
antara lain:
1. Asset Sale
Revenue stream yang diperoleh dari penjualan barang / jasa maupun
hak atas sebuah barang / jasa, dimana konsumen bebas menggunakan
barang / jasa tersebut untuk apa saja.
30
|
2. Usage Fee
Revenue stream yang diperoleh dari barang / jasa yang disediakan dan
konsumen akan membayar berdasarkan seberapa banyak atau seberapa
lama barang / jasa digunakan. Semakin banyak barang / jasa yang
digunakan maka semakin besar juga jumlah yang harus konsumen
bayar. Misalnya perusahaan telekomunikasi menagih customer sesuai
jumlah pulsa yang dipakai, hotel menagih customer sesuai berapa lama
customer menginap.
3. Subscription Fee
Revenue stream yang dihasilkan dari menjual hak akses, dimana
konsumen berhak menggunakan hak akses tersebut selama periode
tertentu. Misalnya sebuah tempat gym atau tempat olahraga menjual
membership secara bulanan atau tahunan, dan sebagai gantinya
member akan memperoleh akses fasilitas di dalam gym tersebut.
Contoh lainnya adalah membership secara online, dan majalah / koran
berlangganan.
4. Lending / Renting / Leasing
Revenue stream yang dihasilkan dari menjual hak penggunaan
temporer atau hak eksklusif untuk menggunakan fixed asset yang
dimiliki dalam suatu periode tertentu, dan selama itu ada biaya sewa
yang harus diberikan kepada pemilik aset tersebut. Untuk orang yang
menyewakan aset, kelebihannya adalah pendapatan tetap setiap
bulannya, sedangkan bagi penyewa, kelebihannya adalah dapat lebih
31
|
menghemat biaya dan tidak perlu memiliki secara langsung aset
tersebut.
5. Licensing
Revenue stream yang dihasilkan dengan memberikan customer dalam
bentuk ijin untuk menggunakan intellectual property (seperti hak cipta
dengan imbalan license fee). Pemegang hak dapat menghasilkan
penghasilan dari properti mereka, tanpa harus memproduksi sendiri
atau mengiklankan. Biasanya licensing sangat populer digunakan
dalam industri media, dimana pemilik konten tetap memiliki hak
copyright, dan dapat menjual hak penggunaan kepada pihak ketiga,
demikian juga dalam bisnis teknologi dimana pemegang paten dapat
memberikan hak untuk menggunakan teknologi yang telah dipatenkan
tersebut dengan biaya tertentu.
6. Brokerage Fees
Revenue stream jenis ini terdapat perantara, yaitu orang yang berlaku
sebagai penengah antara 2 atau lebih pihak, sebagai contoh perusahaan
real estate akan memperkerjakan broker yang akan berusaha
mempertemukan mereka dengan calon pembeli. Dan setiap kali
berhasil mempertemukan pembeli dan penjual, maka broker tersebut
akan memperoleh fee atau komisi.
7. Advertising
Revenue stream yang dihasilkan dengan cara mempromosikan sebuah
produk / jasa, atau merek (brand). Biasanya industri media dan event
32
|
organizer sangat ber gantung dari iklan. Namun seiring perkembangan
jaman, industri lainnya juga mulai mengandalkan advertising sebagai
sumber pendapatan.
2.1.6 KEY RESOURCES
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal. 35), key resources dibagi
menjadi 4 macam, yaitu:
1. Physical
Adalah aset fisik yang umumnya menghabiskan banyak dana atau
mengandung banyak investasi finansial di dalamnya seperti lahan
kerja, pabrik, per alatan, mesin-mesin dan segala aset dalam bentuk
fisik nyata lainnya.
2. Intellectual
Adalah aset yang sulit dibentuk dan diciptakan karena merupakan
sesuatu yang tercipta dari hasil pemikiran yang panjang dan
menyeluruh, akan tetapi berarti besar untuk perusahaan karena
menggambarkan perusahaan dan bahkan membuat orang mengenal
perusahaan dan mengetahui kredibilitasnya dari aset intelektual ini.
Contohnya: merk dagang, logo, copyright, reputasi perusahaan dan
paten.
3. Human
Adalah orang-orang yang ada di dalam perusahaan yang menjadi roda
perputaran perusahaan. Banyak sekali perusahaan yang bergantung
33
|
pada komponen sumber daya manusia. Kinerja orang-or ang di dalam
perusahaan umumnya berpengaruh besar terhadap sustainability
perusahaan dalam jangka waktu yang panjang karena termasuk
sebagai sumber daya yang tidak dapat diperbaharui (Russel, 1999).
4. Financial
Aset finansial adalah aset yang menyangkut dengan semua yang
berhubungan dengan finance atau pendanaan, dalam bentuk bank
garansi, uang kas, maupun kredit. Aset ini menentukan bagaimana
cara mendanai roda perusahaan.
2.1.7 KEY ACTIVITIES
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal. 36-37), key activities
mendeskripsikan aktivitas penting yang harus dilakukan perusahaan agar
bisnis modelnya dapat berjalan dengan baik. Key activities dapat
dikategorikan menjadi 3, yakni:
1. Production
Merupakan aktivitas yang berhubungan dengan desain, membuat dan
menyampaikan produk dengan jumlah tertentu dan kualitas yang baik.
Biasanya produksi didominasi oleh perusahaan manufacturing.
2. Problem Solving
Berhubungan langsung dengan solusi baru bagi individu terhadap
permasalahan yang sedang dihadapi. Konsultasi di rumah sakit sebagai
34
|
contoh. Konsultasi ini memberikan solusi yang berbeda pada tiap
individu.
3. Platform / Network
Bisnis model yang didominasi oleh platform/network management,
penyediaan service dan promosi dari platform tersebut. Sebagai
contohnya adalah eBay yang selalu harus mengembangkan bisnisnya
dan me-monitoring platform.
2.1.8 KEY PARTNERSHIP
Partnership atau kemitraan adalah kesepakatan dan kerjasama antara
dua belah pihak untuk mencapai suatu kepentingan bersama. Sudah menjadi
strategi umum perusahaan untuk menjalin partnership yang ditujukan agar
memiliki daya saing yang tinggi dari rivalnya.
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal. 38) kemitraan dapat
dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:
1) Strategic alliances between non-competitors,
2) Strategic partnerships between competitors,
3) Joint ventures to develop new businesses,
4) Buyer supplier relationships to assure reliable supplies.
35
|
2.1.9 COST STRUCTURE
Cost Structure merupakan building blocks yang ke 9. Dalam bukunya
Business Model Generation, Osterwalder & Pigneur (2010, hal. 40-41),
menjelaskan seluruh biaya yang akan muncul dalam menjalankan sebuah
bisnis model. Biaya yang dijelaskan biasanya adalah poin-poin biaya paling
penting. Dalam aktivitas usaha untuk men-deliver Value Propositions kepada
pelanggan, menjaga Customer Relationships dan men-generate Revenue,
seluruhnya memerlukan biaya. Biaya-biaya itu dapat dihitung dengan mudah
setelah Key Resources, Key Activities dan Key Partnerships telah ditentukan.
Pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dalam elemen Cost
Structure dalam 9 Building Blocks ini adalah biaya apa saja yang paling
penting dan dibutuhkan untuk menjalankan suatu bisnis model, biaya mana
yang paling mahal dan Key Activities apa yang paling mahal. Pada dasarnya,
biaya biasanya harus ditekan serendah mungkin, kecuali suatu bisnis yang
lebih mengedepankan nilai dibanding penekanan pada biaya.
Berikut adalah penjelasan dari dua jenis Cost Structure, yakni:
1. Cost Driven
Bisnis model jenis ini memiliki fokus untuk menekan biaya serendah
mungkin apabila memungkinkan. Pendekatan ini bertujuan untuk
menciptakan dan mempertahankan Cost Structure yang paling lean
atau ramping. Beberapa cara yang biasa dilakukan antara lain dengan
menggunakan Value Propositions dengan har ga rendah,
36
|
memaksimalkan pekerjaan yang bisa dilakukan secara otomatis
dengan mesin, dan menggunakan outsourcing.
2. Value Driven
Beberapa perusahaan tidak begitu mementingkan seberapa besar biaya
yang akan muncul dalam mendesain bisnis model, dan lebih berfokus
terhadap penciptaan sebuah nilai untuk pasar. Biasanya Value
Propositions dengan level premium dan pelayanan yang lebih personal
menandakan Cost Structure jenis ini.
Cost menurut Hilton (2008) adalah pengorbanan yang dilakukan yang
umumnya diukur berdasarkan resources yang digunakan untuk mencapai
tujuan tertentu. Berdasarkan perilakunya, cost dibedakan atas 2 jenis, yaitu:
1. Fixed Cost
Merupakan biaya yang tetap sama tidak terpengaruh dari jumlah
barang atau jasa yang dihasilkan. Beberapa contohnya adalah gaji,
biaya sewa dan alat-alat produksi. Perusahaan manufacturing biasanya
tinggi dalam fixed costs.
2. Variable Cost
Merupakan biaya yang besarnya tergantung dari jumlah produk atau
jasa yang dihasilkan. Beberapa contohnya adalah biaya bahan baku
produksi maupun biaya tenaga kerja.
37
|
2.2 STRATEGI PEMASARAN
2.2.1 Pengertian Strategi Pemasaran
Menurut Kurtz (2008, hal. 42), strategi pemasaran adalah sebuah
keseluruhan, program perusahaan untuk menentukan target pasar dan
memuaskan konsumen dengan membangun kombinasi elemen dari bauran
pemasaran; produk, distribusi, promosi, dan harga.
Menurut Kotler & Amstrong (2008, hal. 45), strategi pemasaran
adalah logika pemasaran dimana unit bisnis berharap untuk menciptakan nilai
dan mendapatkan keuntungan dari hubungannya dengan konsumen.
Menurut Kotler (2008, hal. 46), dalam upaya untuk mendapatkan
kepuasan konsumen di tengah persaingan, perusahaan harus mengerti terlebih
dahulu apa kebutuhan dan keinginan konsumennya. Sebuah perusahaan
menyadari bahwa perusahaan tidak dapat memenuhi keinginan konsumen
yang sangat berbeda-beda. Perusahaan menyiapkan strategi pemasaran dengan
memilih segmen konsumen terbaik yang dapat menciptakan keuntungan yang
sebesarnya. Proses ini meliputi market segmentation, market targeting,
positioning, dan differentiation.
1. Market Segmentation
Menurut Kotler & Amstrong (2008, hal. 46), segmentasi pasar adalah
membagi sebuah pasar menjadi grup-grup pembeli dengan keinginan,
karakteristik, atau perilaku yang berbeda-beda.
38
|
Pembagian pasar menurut Kotler:
a. Geografik
Segmentasi geografik adalah membagi keseluruhan pasar menjadi
kelompok homogeneous berdasarkan lokasi. Lokasi geografis tidak
menjamin bahwa semua konsumen di lokasi tersebut mempunyai
keputusan pembelian yang sama, namun pendekatan ini dapat
membantu mengidentifikasi secara umum akan kebutuhan konsumen
di suatu lokasi.
b. Demografis
Segmentasi dari demografis dibagi menjadi :
1) Usia : Kebutuhan dan keinginan konsumen berubah seiring usia.
2) Jenis kelamin : Membagi pasar sesuai jenis kelamin.
3) Pendapatan : Membagi pasar sesuai kelompok pendapatan yang
berbeda-beda.
c. Psychographic
Membagi pasar berdasarkan kelas sosial, gaya hidup, dan karakteristik
pribadi.
d. Tingkah Laku
Membagi pasar berdasar kan pengetahuan konsumen, sikap, dan respon
terhadap sebuah produk.
39
|
2. Market Targeting
Setiap perusahaan dapat masuk ke dalam satu atau beberapa segmen pasar.
Setelah perusahaan mendefinisikan segmen pasarnya, market targeting
mengevaluasi ketertarikan dari masing-masing segmen dan memilih
segmen pasar.
Menurut Craven, market targeting (2003, hal. 198-199), sebuah proses
ketertarikan setiap segmen pasar dan memilih satu atau lebih segmen
untuk dimasuki. Pada umumnya market targeting dapat dibedakan
menjadi beberapa level, yaitu:
a. Undifferentiated Marketing (Mass)
Sebuah strategi pasar dimana sebuah perusahaan memutuskan untuk
mengabaikan perbedaan segmen dan masuk ke dalam sebuah pasar
dengan hanya satu penawaran.
1) Differentiated Marketing (Segmented)
Sebuah strategi pasar dimana perusahaan memutuskan untuk
menargetkan beberapa segmen pasar dan merancang beberapa
penawaran untuk setiap pasarnya.
2) Concentrated Marketing (Niche)
Sebuah strategi pasar dimana sebuah perusahaan masuk ke
dalam sebuah pasar yang memiliki segmen sedikit dan sempit.
40
|
3) Micromarketing
Sebuah penyesuaian produk terhadap kebutuhan dan keinginan
konsumen dan konsumen lokal termasuk marketing lokal dan
marketing individual.
3. Positioning
Positioning adalah memposisikan suatu produk dengan jelas, tepat dan
berbeda untuk bersaing di pikiran target konsumen.
4. Differentiation
Membuat suatu perbedaan kepada target konsumen dengan menciptakan
nilai yang berbeda di pikiran konsumen.
2.2.2 Bauran Pemasaran
Setelah memutuskan target pasarnya, perusahaan memutuskan rencana
detail untuk bauran pemasaran. Menurut Kotler (2008, hal. 48), bauran
pemasaran adalah seperangkat taktik pemasaran yang dapat dikontrol meliputi
produk, harga, tempat, dan promosi yang dipadukan perusahaan untuk
menciptakan respon dari target marketnya. Bauran pemasaran juga dikenal
dengan 4P.
Menurut Kotler & Amstrong (2008, hal. 48), 4P didefinisikan:
1. Produk (Product)
Produk adalah kombinasi produk atau jasa dari perusahaan yang
ditawarkan ke target pasar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
41
|
konsumen. Produk secara luas meliputi desain, merek, hak paten,
positioning, dan pengembangan produk baru
2. Harga (Price)
Harga adalah sejumlah uang yang harus dikeluarkan konsumen untuk
mendapatkan suatu produk atau jasa. Harga juga merupakan pesan yang
menunjukkan bagaimana suatu brand memposisikan dirinya di pasar.
3. Distribusi (Place)
Distribusi meliputi aktivitas perusahaan dalam membuat produknya
tersedia di target pasar. Strategi pemilihan tempat meliputi transportasi,
pergudangan, pengaturan persediaan, dan cara pemesanan bagi konsumen.
4. Promosi (Promotion)
Promosi adalah aktivitas perusahaan untuk mengkomunikasikan produk
dan jasanya serta mempengaruhi target konsumen untuk membeli.
Kegiatan promosi antara lain: iklan, personal selling, promosi penjualan,
dan public relation.
42
|
![]() Dari penjelasan Marketing Mix tersebut dapat digambarkan ke dalam
bentuk Gambar 2.2 yang memperlihatkan alat pemasaran masing-masing
komponen P.
Gambar 2.1 Empat P Bauran Pemasaran
Sumber: Philip Kotler dan Gary Amstrong. (2008). Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi Ke-12
Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
2.3 SWOT & TOWS
2.3.1 Pengertian Analisa SWOT
Analisa SWOT menurut Kotler & Amstrong (2008, 50) analisa SWOT
adalah evaluasi secara keseluruhan terhadap kekuatan, kelemahan,
kesempatan dan ancaman yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan harus
menganalisa kekuatan perusahaan dan mengidentifikasi kelemahan
perusahaan. Selain itu, perusahaan juga menganalisa pasar dan lingkungan
pemasaran untuk mencari kesempatan yang atraktif dan mengidentifikasi
ancaman. Tujuannya adalah untuk mencocokan kekuatan perusahaan dengan
43
|
kesempatan yang ada dalam lingkungan di samping mengur angi kelemahan
dan meminimalisasi ancaman yang datang.
Analisa SWOT menurut Thompson (2008, hal. 102), adalah analisa
dengan menilai kondisi internal perusahaan seperti daya kekuatan dan
kelemahan maupun kondisi eksternal yang berupa kesempatan dan ancaman,
yang diharapkan dapat memberikan informasi kepada perusahaan terhadap
situasi yang dihadapi perusahaan dan sebagai tindak lanjut perusahaan dalam
menentukan strateginya. Konsep analisa SWOT dapat membantu
mengklarifikasi situasi yang akan terjadi atau isu-isu penting.
Kekuatan (strength) adalah daya kekuatan atau kemampuan
perusahaan yang tidak dimiliki oleh pesaing. Kekuatan dapat digunakan
sebagai dasar perusahaan untuk mencapai keunggulan kompetisi. Contoh
kekuatan antara lain:
1. Hak paten
2. Aset fisik yang berharga
3. Keahlian sumber daya manusia
4. Brand name yang kuat
5. Memiliki akses eksklusif terhadap sumber daya alam
Kelemahan (w eakness) adalah suatu hal yang menjadi kelemahan atau
kekurangan dari perusahaan. Contoh kelemahan antara lain:
1. Reputasi buruk
2. Kurang akses sumber daya alam
44
|
3. Tidak memiliki aset yang memadai.
Kesempatan (opportunities) adalah faktor eksternal dimana kondisi-
kondisi tersebut dapat membuka kesempatan baru yang dapat menciptakan
keuntungan bagi perusahaan. Contoh peluang antara lain:
1. Masuknya teknologi baru
2. Terbukanya target pasar baru
3. Kebutuhan konsumen yang tidak terpenuhi.
Ancaman (threats) adalah kondisi lingkungan eksternal dimana
kondisi tersebut menjadi sesuatu yang dapat mengganggu kesejahteraan
perusahaan. Contoh ancaman antara lain:
1. Masuknya perusahaan pesaing baru
2. Regulasi baru
3. Barang pengganti
2.3.2 Pengertian Analisa TOWS
Artikel Mind Tools pada website-nya yang menjelaskan tentang Using
TOWS Matrix Developing Strategic Options From an External-Internal
Analysis (mindtools.com), menjelaskan bahwa analisa TOWS merupakan
variasi classic business tools dari SWOT. TOWS dan SWOT merupakan
akronim untuk pengaturan yang berbeda dari elemen kata Strengths
(kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang), dan Threats
(ancaman).
45
|
Berdasarkan analisa dari lingkungan eksternal perusahaan (threats dan
opportunities) dan lingkungan internal perusahaan ( weaknesses dan
strengths), perusahaan bisa menggunakan teknik TOWS ini untuk membuat
strategi dari keseluruhan organisasi perusahaan, department atau divisi
maupun sebuah tim. Perusahaan bisa menggunakan TOWS untuk membuat
sebuah proses dari sebuah strategi, marketing campaign ataupun kemampuan
dan pengalaman dari sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan.
Pada praktiknya, satu-satunya perbedaan antara TOWS dan SWOT
adalah bahwa TOWS menekankan lingkungan eksternal sementara SWOT
menekankan lingkungan internal.
2.3.3 Matriks TOWS
Dengan memetakan 4 variabel yaitu, kekuatan, kelemahan,
kesempatan, dan ancaman, dapat menghasilkan empat set kemungkinan
alternatif strategi, yaitu:
1. Strategi SO
Strategi SO (Strength-Opportunities) dibuat dengan dasar memanfaatkan
kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mendapatkan keuntungan atas
kesempatan-kesempatan yang tersedia di kondisi eksternal.
2. Strategi ST
Strategi (Strength-Threats) dibuat dengan dasar bahwa perusahaan dapat
menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk menahan atau mengatasi
ancaman yang dapat mengganggu jalannya perusahaan.
46
|
![]() 3. Strategi WO
Strategi WO (Weaknesses-Opportunities) dibuat berdasarkan adanya
kesempatan-kesempatan yang ada untuk digunakan dalam rangka
mengatasi kelemahan yang ada.
4. Strategi WT
Strategi WT (Weaknesses-Threats) adalah strategi dimana perusahaan
dihadapkan pada ancaman dari luar dan juga kelemahan di dalam
perusahaan. Strategi yang dibuat bersifat defensive dengan meminimalkan
kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Gambar 2.2 TOWS Strategic Alternatives Matrix
Sumber: mindtools.com
47
|
2.4 FIVE FORCES MODEL
Menurut Michael E. Porter (2008), Five Forces Model adalah lima hal
yang dapat menentukan tingkat persaingan dan daya tarik pasar dalam suatu
industri. Daya tarik dalam konteks ini mengacu pada profitabilitas industri
secara keseluruhan. Hasilnya setelah analisis dilakukan maka akan dapat
dinilai apakah industri tersebut masih menarik atau tidak menarik.
Menurut Kotler & Keller (2012, hal. 254) five forces model berfungsi
untuk menganalisa potensi pasar melalui 5 segmen, yaitu: industry
competitors, potential entrants, substitutes, buyers, dan suppliers.
Lima segmen tersebut menimbulkan ancaman-ancaman sebagai berikut:
1. Threat of intense segment rivalry
Persaingan industri semakin ketat sehingga menimbulkan persaingan
harga, perang iklan dan banyak pula produk-produk baru diluncurkan ke
pasaran sehingga memakan banyak biaya dalam menghadapi persaingan
seperti ini.
2. Threat of new entrants
Jika sebuah industri memiliki entry barriers yang rendah, maka akan
semakin banyak perusahaan yang dapat dengan mudah masuk dan
menyebabkan persaingan di dalam industri tersebut semakin tinggi.
3. Threat of substitute products
Jika produk yang dihasilkan oleh perusahaan memiliki produk pengganti
di pasaran dan persaingan ketat terjadi di dalam industri dimana produk
48
|
pengganti sudah ada, maka akan menyebabkan menurunnya harga dan
menurunnya keuntungan dari produk tersebut.
4. Threat of buyers growing bargaining power
Akan terjadi ancaman yang muncul karena tingginya kemampuan
konsumen dalam bernegosiasi. Karena rendahnya switching cost dari
sebuah produk, maka akan mengakibatkan pembeli dengan mudahnya
pindah ke produk lain.
5. Threat of suppliers growing bargaining power
Sedikitnya produk pengganti yang ada di pasaran akan menyebabkan
supplier memiliki kekuatan untuk menaikkan harga atau membatasi
jumlah penjualan dari para supplier. Hal ini akan mengakibatkan
rendahnya keuntungan yang akan didapatkan perusahaan dari produk yang
dijual ke pasaran.
Menurut five forces model, sebuah industri disebut tidak menarik
bila kombinasi dari five forces menurunkan profitabilitas secara keseluruhan.
Sebuah industri disebut menarik bila kombinasinya menunjukkan
profitabilitas yang menjanjikan. Tiga dari lima ancaman merujuk pada
persaingan dari sumber eksternal. Sisanya adalah ancaman internal.
49
|
![]() Gambar 2.3 The Five Fo rces That Shape Industry Competition
Sumber: Porter, 2008.
2.5 PORTER GENERIC STRATEGY
Menurut Porter (2008), jika perusahaan ingin meningkatkan usahanya
dalam persaingan yang semakin ketat, perusahaan harus memilih prinsip
berbisnis, yaitu produk dengan harga tinggi atau produk dengan biaya rendah,
bukan kedua-duanya.
Berdasarkan prinsip ini, Porter menyatakan terdapat tiga strategi
generic, yaitu:
1) Strategi Diferensiasi (Differentiation),
2) Kepemimpinan Biaya Menyeluruh (Overall Cost Leadership), dan
3) Fokus (Focus).
50
|
2.6 PRICING THEORY
2.6.1 Pricing Theory
Penetapan harga merupakan suatu masalah ketika perusahaan harus
menentukan harga untuk pertama kali. Hal ini terjadi ketika perusahaan
mengembangkan atau memperoleh suatu produk baru, ketika ia
memperkenalkan produk lamanya ke saluran distribusi baru atau ke daerah
geografis baru, dan ketika ia melakukan tender memasuki suatu tawaran
kontrak kerja yang baru. Prosedur dalam menetapkan harga:
a) Memilih sasaran harga
b) Menentukan permintaan
c) Memperkiranakan biaya
d) Menganalisis penawaran dan harga par a pesaing
e) Memilih suatu metode harga
f) Memilih harga akhir
Pengertian harga menurut Kotler (2006) adalah sejumlah uang yang
dibebankan pada suatu produk tertentu. Perusahaan menetapkan harga dalam
berbagai cara. Dalam perusahaan kecil, harga sering ditetapkan oleh
manajemen puncak. Di perusahaan- perusahaan besar, penetapan harga
biasanya ditangani oleh para manajer divisi atau manajer lini produk. Bahkan
dalam perusahaan-perusahaan ini, manajemen puncak menyusun tujuan dan
51
|
kebijakan tentang penetapan harga umum dan seringkali menyetujui har ga
yang diusulkan oleh manajemen peringkat bawah.
2.6.2 Tujuan Penetapan Harga
Dalam menetapkan harga pada suatu produk perusahaan mengikuti
prosedur enam langkah (Kotler, 2006):
1) Perusahaan dengan hati-hati menyusun tujuan-tujuan pemasarannya,
misalkan mempertahankan hidup, meningkatkan laba saat itu, ingin
memenangkan bagian pasar atau kualitas produk.
2) Perusahaan menentukan kurva permintaan yang memperlihatkan
kemungkinan jumlah produk yang akan terjual per periode, pada
tingkat-tingkat harga alternatif . Permintaan yang semakin tidak elastis,
semakin tinggi pula harga yang dapat ditetapkan oleh perusahaan.
3) Perusahaan memperkirakan bagaimana biaya akan bervariasi pada
tingkat prosuksi yang berbeda-beda.
4) Perusahaan mengamati harga-harga pesaing sebagai dasar untuk
menetapkan harga mereka sendiri.
5) Perusahaan memilih salah satu metode penetapan harga terdiri dari
penetapan harga biaya plus, analisis peluang pokok dan penetapan laba
sasaran, penetapan harga yang diperoleh, penetapan harga yang sesuai
dengan laju perkembangan dan penetapan harga dalam sampul
tertutup.
52
|
![]() 6) Perusahaan memilih harga final, menyatakannya dalam cara psikologis
yang paling efektif dan mengeceknya untuk meyakinkan bahwa harga
tersebut sesuai dengan kebijakan penetapan harga perusahaan serta
sesuai pula dengan para penyalur, grosir, wiraniaga perusahaan,
pesaing, pemasok dan pemerintah.
2.6.3 Strategi Penetapan Harga Produk
1. Sasaran Pemasaran
a) Market-Skimming Pricing
Banyak perusahaan yang menciptakan produk baru pada
awalnya menetapkan harga yang tinggi untuk produk guna
mengeruk pendapatan maksimum dari segmen yang bersedia
membeli dengan harga mahal. Inilah yang dinamakan market-
skimming pricing.
Strategi market-skimming pricing akan berhasil apabila
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
Sejumlah yang cukup pembeli mempunyai permintaan
yang tinggi.
Biaya satuan untuk memproduksi dalam jumlah kecil tidak
lebih tinggi sehingga menghapuskan keuntungan yang
diperoleh dari besarnya harga yang para pembeli akan
memikulnya.
53
|
![]() Harga permulaan yang tinggi tidak akan menarik pesaing
lebih banyak.
Harga yang tinggi mendukung kesan akan produk yang
bermutu unggul.
b) Bertahan hidup
Perusahaan menetapkan bertahan hidup atau survival sebagai
sasaran utama apabila menghadapi kesulitan dalam hal
kelebihan kapasitas produksi, persaingan keras, perubahan
keinginan konsumen. Untuk mempertahankan tetap
berjalannya produksi, perusahaan harus menetapkan harga
yang rendah, dengan harapan akan meningkatkan permintaan.
c) Memaksimalkan laba jangka pendek
Banyak perusahaan ingin menetapkan suatu harga yang akan
memaksimalkan laba jangka pendek. Mereka mengestimasi
permintaan dan biaya dihubungkan dengan harga alternatif dan
harga yang akan menghasilkan laba, arus kas, atau tingkat laba
investasi maksimum. Dalam semua hal, perusahaan lebih
menitikberatkan pada kemampuan keuangan yang ada dan
kurang pertimbangan prestasi keuangan dalam jangka panjang.
d) Kepemimpinan market share
Sebagian perusahaan lain ingin mencapai market-share yang
dominan. Mereka yakin bahwa perusahaan dengan market-share
terbesar akan menikmati biaya terendah dan laba tertinggi
54
|
untuk jangka panjang. Untuk menja di unggul dalam
market-share, mereka menetapkan harga serendah mungkin.
e) Kepemimpinan mutu produk
Perusahaan dapat memutuskan bahwa mereka ingin memiliki
produk dengan mutu terbaik di pasar. Keputusan ini biasanya
mengharuskan penetapan harga yang tinggi untuk menutup
biaya pengendalian mutu produk yang tinggi serta biaya riset
dan pengembangan yang tinggi.
f) Sasaran-sasaran yang lain
Perusahaan mungkin menggunakan harga untuk mencapai
sasaran-sasaran lainnya yang lebih spesifik. Perusahaan dapat
menetapkan harga untuk mencegah masuknya perusahaan-
perusahaan lain ke dalam pasar tersebut atau perusahaan dapat
pula menetapkan harga yang sama dengan harga para pesaing
dengan maksud untuk menstabilkan pasar.
2. Jenis-Jenis Biaya
a) Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tidak berubah
walaupun produksi atau hasil penjualan berubah.
b) Biaya variabel berbanding langsung dengan tingkat produksi.
Biaya-biaya ini cenderung tidak berubah per satuan produksi.
Biaya ini dinamakan variabel karena jumlah totalnya berubah
sejalan dengan perubahan jumlah satuan produksi.
55
|
![]() c) Biaya total adalah jumlah biaya tetap dan biaya variabel untuk
setiap tingkat produksi.
3. Menentukan Permintaan
a) Menganalisa hubungan harga-permintaan
Kurva permintaan menunjukan jumlah satuan (unit) yang akan
dibeli pasar dalam suatu jangka waktu dengan harga yang
ditetapkan. Dalam keadaan biasa, arah permintaan saling
berlawanan dengan arah harga, artinya semakin tinggi harga,
semakin rendah permintan.
b) Elastisitas harga permintaan
Jika permintaan hampir tidak berubah dengan perubahan har ga
yang kecil, dikatakan bahwa permintaan tidak elastis. Jika
permintaan berubah sangat besar, dikatakan bahwa permintaan
adalah elastis.
Faktor-faktor yang mementukan elastisitas harga permintaan:
Sedikit atau tidak adanya harga substitusi atau pesaing
Pembeli tidak mengetahui adanya kenaikan harga
Pembeli tidak cepat mengubah kebiasaan membelinya dan
mencari harga yang lebih murah
Pembeli menganggap harga yang lebih mahal sejalan dengan
semakin baiknya mutu dan inflasi yang normal
56
|
Jika permintaan tampaknya elastis, maka penjual akan
mempertimbangkan untuk menurunkan harga. Harga yang lebih
rendah akan menyebabkan total penghasilan yang lebih besar.
Strategi ini akan ada artinya kalau biaya tambahan untuk
memproduksi dan menjual lebih banyak produk tidak
melebihi
pendapatan tambahan.
4. Memilih Metode Penetapan Harga
a) Penetapan harga biaya plus
Penetapan harga biaya plus yaitu menambah suatu mark-
up baku untuk laba. Beberapa penjual memberitahu
pelanggan mereka bahwa mereka akan mengenakan har ga
pokok ditambah mark-up tertentu. Harga pokok per unit = biaya
variabel + biaya tetap : jumlah penjualan. Har ga dengan
mark-up = unit cost : (1 laba penjualan yang diinginkan).
b) Target profit pricing
Perusahaan mencoba menetapkan harga yang akan
menghasilkan laba seperti yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kurva yang memotong pendapatan dan jumlah biaya inilah
yang disebut break even volume.
c) Penetapan harga berdasarkan persepsi pembeli
Penetapan harga berdasarkan persepsi nilai menggunakan
persepsi pembeli atas nilai, bukan atas biaya penjual, sebagai
kunci penetapan harga produk.
57
|
![]() Perusahaan menggunkan variabel-variabel non harga dalam
marketing mix untuk membentuk nilai presepsi pada ingatan
pembeli. Masing-masing pengusaha dapat menaikkan harga
karena adanya nilai tambah (value added).
d) Going rate pricing
Going rate pricing adalah suatu penetapan harga dimana
perusahaan berusaha menetapkan harga setingkat dengan harga
rata-rata industri. Metode ini digunakan jika biayanya sulit
diukur dan harga yang berlaku di pasar dapat memberikan
keuntungan yang layak.
2.6.4 Mengadaptasi Harga
a) Differentiated pricing, meliputi:
Berdasarkan konsumen (customer basis), yaitu bahwa seorang
penjual akan menawarkan harga yang berbeda untuk suatu
jenis barang yang sama.
Berdasarkan versi produk (product version basis), yaitu
produk-produk yang sama tetapi dibuat sedikit berbeda.
Berdasarkan tempat (place basis), yaitu penetapan harga
dengan menilai fasilitas yang diberikan pada suatu tempat
tertentu, misalkan naik bus kelas ekonomi dibandingkan
dengan naik bus eksklusif, tentu harganya pasti akan berbeda.
58
|
![]() Berdasarkan waktu (time basis), yaitu penetapan harga dengan
melihat situasi dan kondisi tertentu, misalkan harga tiket siang
berbeda dengan harga tiket malam.
Saluran distribusi
Tiap saluran dan tipe pialang yang dipergunakan akan
mempengaruhi penetapan harga, misalkan harga grosir
berbeda dengan harga pengecer.
b) Penetapan harga dengan potongan dan allowances
Potongan tunai, adalah suatu pengurangan harga yang
diberikan kepada pembeli yang membayar dengan cepat.
Potongan macam ini merupakan kebiasaan pada banyak
industri dan brerfungsi untuk membantu perbaikan likuiditas
penjual dan mengurangi biaya penagihan.
Potongan jumlah, adalah pengurangan harga yang diberikan
kepada pembeli yang membeli dalam jumlah banyak.
Potongan fungsional (trade discounts) oleh pabrikan kepada
anggota-anggota saluran perdagangan yang melakukan fungsi-
fungsi tertentu seperti penjualan dan penyimpanan.
Potongan musiman adalah suatu pengurangan harga yang
diberikan kepada pembeli yang membeli barang dagang atau
jasa di saat-saat sepi.
Allowances, adalah jenis lain pengurangan har ga dari daftar
harga. Sebagai contoh, allowances tukar tambah adalah
59
|
pengurangan harga yang diberikan untuk menyerahkan barang
lama saat membeli yang baru. Allowances tukar tambah sering
terjadi untuk perdagangan mobil.
2.7 BRAND IMAGE
2.7.1 Pengertian Brand Image
Menurut para ahli pengertian brand image atau citra merek adalah
persepsi atau kepercayaan yang dianut oleh konsumen yang tercermin dalam
hubungan yang terjadi pada ingatan mereka (Keller, 2008). Citra merek juga
dapat dikatakan merupakan seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang
dimiliki seseorang terhadap suatu merek. Karena itu tindakan konsumen
terhadap suatu merek sangat ditentukan oleh citra merek tersebut (Kotler dan
Keller, 2009). Secara umum dapat dikatakan bahwa citra merek pada dasarnya
adalah persepsi merek yang ada dalam ingatan konsumen dan kesan umum
terhadap merek tersebut.
2.7.2 Faktor Pendukung Terbentuknya Brand Image
Menurut Keller (2008) faktor-f aktor yang mendukung terbentuknya
citra merek yaitu:
1. Keunggulan Asosiasi Merek (Favorability of Brand Association)
60
|
Salah satu faktor yang mempengaruhi citra merek adalah keunggulan
sebuah produk, dimana produk tersebut lebih unggul daripada produk
pesaingnya. Keunggulan dapat berupa model ataupun kenyamanan
yang diperoleh konsumen sehingga menjadi ciri khas tersendiri untuk
menarik konsumen.
2. Kekuatan Asosiasi Merek (Strength of Brand Association)
Faktor ini sangat ditentukan oleh banyaknya informasi mengenai suatu
produk yang masuk ke dalam ingatan konsumen, dan bertahan sebagai
bagian dari citra merek. Dengan cara membangun popularitas melalui
iklan, atau kegiatan promosi lainnya. Kepopuleran ini sebagai
penghubung antara produk dengan konsumen. Jika produk tersebut
dikenal oleh konsumen, maka produk tersebut akan tetap terjaga di
ingatan konsumen sehingga dapat membentuk citra merek.
3. Keunikan Asosiasi Merek (Uniquesness of Brand Association)
Faktor yang juga dapat membentuk citra merek adalah keunikan yang
dimiliki oleh produk tersebut, keunikan dapat berupa bentuk dari
produk, fungsinya, atau kebanggaan yang diterima konsumen.
Keunikan ini akan menjadi keunggulan produk tersebut dalam
bersaing, dan menjadi alasan konsumen untuk memilih merek tertentu.
61
|
2.7.3 Manfaat Membangun Brand Image
Manfaat yang didapat perusahaan dengan membangun citra merek
yang kuat adalah:
a. Memiliki peluang yang bagus untuk terus mengembangkan merek.
b. Menjadi pemimpin dalam pasar sehingga dapat meningkatkan
keuntungan perusahaan.
c. Membantu dalam efisiensi marketing, karena merek sudah dikenal
oleh konsumen.
d. Menjadi produk pembeda dengan pesaing lainnya.
e. Menciptakan loyalitas konsumen terhadap merek tersebut.
f. Mempermudah dalam mendapatkan investor dan merekrut tenaga
kerja.
Sebuah citra mer ek yang positif dapat diambil sebagai kemampuan
perusahaan untuk mempertahankan posisi pasar (Wu, 2011 dalam Ali, et al.,
2013). Selain itu sebuah citra merek yang positif dapat membantu
meningkatkan seperti kepuasan pelanggan, keunggulan layanan, loyalitas
pelanggan, dan niat konsumen untuk membeli kembali (Lai, Griffin dan
Babin, 2009 dalam Ali, et al., 2013). Oleh karena kepentingan tersebut maka
banyak kegiatan pemasaran yang difokuskan untuk membangun persepsi
tentang merek di ingatan konsumen.
62
|
2.8 BRAND AWARENESS
2.8.1 Brand Awareness
Menurut Keller (2003), brand awareness adalah kekuatan dari suatu
brand di dalam memori, seberapa mudah bagi konsumen untuk mengingat
suatu brand.
Brand awareness menurut Susanto & Wijanarko (2004), adalah
kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali
bahwa suatu brand merupakan bagian dari kategori brand tersebut.
Brand awareness menurut Kotler (2006, hal. 268) adalah kemampuan
pembeli potensial untuk mengenal dan mengingat bahwa semua brand adalah
sebuah bagian dari sebuah kategori produk tertentu.
2.8.2 Empat Tingkatan Brand Awareness
Menurut Kotler (2006, hal. 268), kesadaran brand dapat
dikelompokkan menjadi 4 tingkatan. Keempat tingkatan yaitu:
1. Puncak Pikiran (Top of Mind)
Puncak Pikiran merupakan tingkatan dimana suatu brand menjadi
yang pertama disebut atau diingat oleh responden ketika dirinya
ditanya tentang suatu kategori produk.
63
|
2. Pengingat Kembali Brand (Brand Recall)
Pengingat Kembali Brand adalah tingkatan dimana brand disebutkan
oleh responden setelah menyebutkan brand yang pertama kali disebut
sebagai pertanyaan pertama tentang suatu kategori produk.
3. Pengenalan Brand (Brand Recognition)
Pengenalan Brand adalah tingkatan dimana tingkat kesadaran
responden akan suatu brand diukur dengan memberikan bantuan.
Pertanyaan untuk pengenalan brand memberikan bantuan dengan
menyebutkan ciri-ciri dari produk brand tersebut.
4. Tidak Menyadari Brand (Brand Unaware)
Tidak Menyadari Brand adalah tingkatan dimana responden tidak
mengenal sama sekali atau tidak tahu mengenai suatu produk.
2.8.3 Nilai Terbentuk dari Kesadaran Brand (Brand Awareness)
Kesadaran brand dapat sedikitnya menciptakan 4 nilai, nilai tersebut
dibentuk dengan empat cara, yaitu:
1. Anchor to which other association can be attached
Suatu brand dengan suatu tingkat kesadaran dapat mempengaruhi
asosiasi-asosiasi lain yang berhubungan dengan brand tersebut.
Dengan demikian, brand dengan tingkat kesadaran yang tinggi di
pikiran konsumen akan membantu asosiasi lainnya di pikiran
konsumen atas brand tersebut.
64
|
2. Familiarity Liking
Suatu tingkat kesadaran tinggi yang ditandai dengan akrabnya suatu
brand di pikiran konsumen, lama-kelamaan akan menimbulkan rasa
suka terhadap brand tersebut.
3. Substance / Commitment
Kesadaran akan suatu brand dapat menandakan komitmen, keberadaan
yang merupakan hal penting bagi suatu perusahaan. Suatu brand dapat
dikenal dengan berbagai alasan seperti iklan secara luas, brand
dikelola dengan baik maupun eksistensi yang sudah teruji dalam
industri.
4. Brand to Consider
Langkah awal dalam suatu proses pembelian adalah dengan
menyeleksi suatu kelompok brand yang dikenal untuk
dipertimbangkan lagi lebih dalam brand mana yang akan dibeli. Brand
dengan tingkatan kesadaran top of mind akan mempunyai
pertimbangan yang tinggi di pikiran konsumen. Jika suatu brand tidak
tersimpan di dalam ingatan konsumen, brand tersebut tidak akan
menjadi pertimbangan pembelian oleh konsumen.
65
|
Melihat bahwa kesadaran akan brand menjadi hal yang penting bagi
produsen, beberapa langkah yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Menjadi berbeda dan dikenang
Menciptakan suatu pesan atau menjadi istimewa dapat menjadi alasan
bagi konsumen potensial untuk memperhatikan dan mengenang
sehingga meningkatkan kesadaran konsumen akan suatu brand.
2. Melibatkan slogan atau jingle
Sebuah slogan atau jingle yang mudah untuk didengar dan diingat
dapat menjadi alat yang jitu dalam menciptakan suatu kesadar an
brand.
3. Penampakan simbol
Sebuah simbol mengandung pencitraan visual yang jauh lebih mudah
untuk diingat jika dibandingkan sebuah kata.
4. Publisitas
Menggunakan promosi iklan adalah cara yang sangat cocok untuk
meningkatkan potensial konsumen akan kesadaran brand. Iklan
memungkinkan pemasar menggunakan kombinasi simbol, slogan, dan
membuat yang berbeda sehingga memudahkan dalam mengirim pesan
kepada konsumen.
5. Sponsor kegiatan
Menjadi suatu sponsor dalam suatu kegiatan dapat ditempuh untuk
meningkatkan kesadaran brand, terutama kepada pihak yang berkaitan
dengan kegiatan tersebut.
66
|
6. Menggunakan tanda-tanda
Suatu kegiatan untuk menstimulasi kesadaran brand dapat dibantu
dengan menggunakan tanda-tanda dari kelas produk tertentu atau
keduanya. Packaging atau kemasan produk bisa menjadi tanda penting
bagi suatu brand sekaligus menjadi stimulus aktual terhadap pembeli.
2.9 KEPUASAN PELANGGAN
2.9.1 Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction)
Telah menjadi suatu kepercayaan umum, khususnya di dunia bisnis,
bahwa kepuasan pelanggan merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu
usaha. Hal ini dikarenakan dengan memuaskan konsumen, perusahaan dapat
meningkatkan tingkat keuntungannya dan mendapatkan pangsa pasar yang
lebih luas. Kepuasan pelanggan merupakan dasar dari kesetiaan pelanggan
dan merupakan hal penting bagi perusahaan.
2.9.2 Definisi Kepuasan Pelanggan
Produk dan layanan yang berkualitas berperan penting dalam
membentuk kepuasan konsumen, selain itu juga erat kaitannya dalam
menciptakan keuntungan bagi perusahaan. Semakin berkualitas produk dan
layanan yang diberikan oleh perusahaan maka kepuasan yang dirasakan oleh
pelanggan akan semakin tinggi.
67
|
Kepuasan pelanggan menurut Fandy Tjiptono (2002:24), yaitu:
Kepuasan pelanggan adanya kepuasan pelanggan akan dapat
menjalin hubungan harmonis antara produsen dan konsumen.
Menciptakan dasar yang baik bagi pembelian ulang serta
terciptanya loyalitas pelanggan dan membentuk rekomendasi dari
mulut ke mulut yang akan dapat menguntungkan sebuah
perusahaan.
Definisi kepuasan pelanggan (customer satisfaction) menurut Lerbin
R. Aritonang R. dalam bukunya yang berjudul Kepuasan Pelanggan:
Pengukuran dan Penganalisisan dengan SPSS (2005), yaitu:
Kepuasan pelanggan sebagai hasil penilaian pelanggan terhadap
apa yang diharapkannya dengan membeli dan mengkonsumsi suatu
produk.
Seperti yang telah didefinisikan oleh Lerbin R. Aritonang R. tentang
kepuasan pelanggan, apa yang diharapkan oleh pelanggan (harapan) itu lantas
dibandingkan dengan persepsinya terhadap kiner ja yang diterimanya dengan
mengkonsumsi produk itu. Jika harapannya lebih tinggi daripada kinerja
produk, maka pelanggan akan merasa tidak puas. Sebaliknya, jika harapannya
sama dengan atau lebih rendah daripada kinerja produk, maka pelanggan akan
merasa puas.
Definisi kepuasan pelanggan (customer satisfaction) menurut Kotler
(2005), yaitu :
Kepuasan pelanggan adalah perasaan seseorang yang puas atau
sebaliknya setelah membandingkan antara kenyataan dan harapan
yang diterima dari sebuah produk atau jasa.
68
|
Kepuasan pelanggan hanya dapat tercapai dengan memberikan
pelayanan yang berkualitas kepada pelanggannya. Pelayanan yang baik sering
dinilai oleh pelanggan secara langsung dari karyawan sebagai orang yang
melayani atau disebut juga sebagai produsen jasa, karena itu diperlukan usaha
untuk meningkatkan kualitas sistem pelayanan yang diberikan agar dapat
memenuhi keinginan dan meningkatkan kepuasan pelanggan.
Kualitas pelayanan memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan
pelanggan. Kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk
menjalin hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dengan tercapainya
kualitas layanan yang sempurna akan mendorong terciptanya kepuasan
pelanggan, karena kualitas layanan merupakan sarana untuk mewujudkan
kepuasan pelanggan.
Kualitas layanan dapat diwujudkan dengan memberikan layanan
kepada pelanggan dengan sebaik mungkin sesuai dengan apa yang menjadi
harapan pelanggan. Ketidakpuasan pada salah satu atau lebih dari dimensi
layanan tersebut tentunya akan memberikan dampak negatif terhadap tingkat
layanan secara keseluruhan, sehingga upaya untuk meningkatkan kualitas
layanan untuk masing-masing dimensi layanan harus tetap menjadi perhatian.
Kinerja pelayanan yang
tidak sesuai dengan harapan pelanggan pada
saat menggunakan produk atau jasa (diskonfirmasi) tentunya akan memicu
terjadinya lost customer (kehilangan pelanggan) pada sebuah perusahaan.
69
|
Dalam jangka panjang, ikatan ini memungkinkan perusahaan untuk
memahami dengan seksama harapan pelanggan serta kebutuhannya. Dengan
demikian, perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan sehingga juga
dapat menciptakan kesetiaan / loyalitas pelanggan.
Philip Kotler (2005) menyatakan bahwa :
Kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan kinerja (atau hasil) yang dirasakan dibandingkan
dengan harapannya.
Kepuasan pelanggan merupakan titik lain yang harus diperhatikan oleh
perusahaan. Konsep kepuasan sendiri merupakan konsep yang abstrak.
Pencapaian kepuasan pun bisa sederhana, maupun rumit. Kepuasan pelanggan
menjadi sesuatu yang penting, ketika persaingan semakin tinggi dan
pelanggan mulai memiliki lebih banyak pilihan untuk satu kategori produk
tertentu.
Pentingnya kepuasan pelanggan berkaitan dengan persaingan yang
makin ketat, serta tingkat kerugian dan keuntungan perusahaan. Keuntungan
memang tidak selalu ditentukan oleh kepuasan pelanggan, tetapi juga oleh
kepercayaan dan kesetiaan pelanggan terhadap suatu produk dan
perusahaannya. Hal tersebut jelas saling mempengaruhi karena di tengah
ketatnya persaingan, kesetiaan pelanggan menjadi hal yang sulit untuk
dipertahankan. Oleh kar ena itu, kepuasan pelanggan merupakan hal yang
70
|
sangat penting bagi perusahaan dalam mempertahankan para pelanggannya
agar tidak berpindah ke perusahaan lain.
Kepuasan konsumen tidak dapat dilihat dari produk yang berkualitas
semata-mata. Konsumen yang puas, belum tentu karena kualitas produk yang
tinggi, tetapi kualitas yang tinggi dapat membantu meningkatkan kepuasan
pelanggan. Itu berarti kepuasan konsumen dapat diraih tidak saja karena
produk yang berkualitas.
Membuat konsumen puas dengan pelayanan kita tidak semata-mata
pada aspek pelayanan jasa semata, tetapi juga pada aspek intrinsik produk itu
sendiri. Kenyataannya, tidak mudah membuat konsumen puas dengan produk
kita maupun dukungan terhadap produk kita, tetapi membuat pelanggan puas
dengan pelayanan kita adalah langkah awal yang baik untuk membangun
kesetiaan pelanggan di masa yang akan datang.
2.9.3 Konsep Kepuasan Pelanggan
Konsep kepuasan pelanggan menurut Fandi Tjiptono (2002) bahwa
kepuasan pelanggan merupakan tingkatan kebutuhan, keinginan dan harapan
dari pelanggan agar dapat terpenuhi, sehingga mengakibatkan terjadinya
pembelian ulang atau kesetiaan yang berlanjut. Faktor yang paling penting
untuk menciptakan kepuasan pelanggan adalah kinerja dari agen yang
biasanya diartikan dengan kualitas dari agen tersebut.
71
|
Produk jasa berkualitas mempunyai peranan penting untuk
membentuk kepuasan pelanggan. Semakin berkualitas produk dan jasa yang
diberikan, maka kepuasan yang dirasakan oleh pelanggan semakin tinggi. Bila
kepuasan semakin tinggi, maka akan menimbulkan keuntungan bagi
perusahaan. Pelanggan yang puas akan terus menerus melakukan pembelian
pada perusahaan tersebut. Demikian pula sebaliknya jika tanpa ada kepuasan,
dapat mengakibatkan pelanggan berpindah ke produk lain.
Tingkat kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja yang
dirasakan dengan harapan. Dengan demikian, harapan pelanggan melatar
belakangi mengapa dua perusahaan pada jenis usaha yang sama dapat dinilai
berbeda oleh pelanggannya.
Dalam konteks kepuasan pelanggan, umumnya
harapan merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang
akan diterimanya. Harapan mereka dibentuk oleh pengalaman pembelian
terdahulu, komentar teman dan kenalannya serta janji dari perusahaan
tersebut. Harapan-harapan pelanggan ini dari waktu ke waktu berkembang
seiring dengan semakin bertambahnya pengalaman pelanggan.
Kepuasan ataupun ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan
terhadap ketidak-sesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan
kinerja aktual produk yang dirasakan, bahwa pada persaingan yang semakin
ketat ini, semakin banyak produsen yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan
dan keinginan pelanggan, sehingga hal ini menyebabkan setiap perusahaan
harus menempatkan orientasi pada kepuasan pelanggan sebagai tujuan utama.
72
|
![]() Perusahaan dapat mengetahui kepuasan dari para pelanggannya
melalui umpan balik yang diberikan pelanggan kepada perusahaan tersebut
sehingga dapat menjadi masukan bagi keperluan pengembangan dan
implementasi serta peningkatan kepuasan pelanggan. Dari sini dapat diketahui
pada saat pelanggan komplain. Hal ini merupakan peluang bagi perusahaan
untuk dapat mengetahui kinerja dari perusahaan. Dengan adanya komplain
tersebut, perusahaan dapat memperbaiki dan meningkatkan layanan sehingga
dapat memuaskan pelanggan yang belum puas tadi. Biasanya pelanggan
mempunyai komitmen yang besar pada perusahaan yang menanggapi
komplain darinya.
Gambar 2.4 Konsep Kep uasan Pelanggan
(Sumber: Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran Edisi II, 2002)
73
|