BAB II
LANDASAN TEORI
2.1  BUSINESS MODEL CANVAS
Dalam  melakukan  perencanaan  sebuah  bisnis,  penting  sekali 
diperlukan adanya bisnis model demi terwujudnya kelancaran bisnis tersebut. 
Menurut Osterwalder  &  Pigneur (2010,  hal. 14),  sebuah  model bisnis  dapat 
menggambarkan  dasar  pemikiran  bagaimana  organisasi  menciptakan, 
memberikan, dan menangkap value yang ada.  
Bisnis model kanvas memberikan step-step yang menjelaskan tentang 
membuat  bisnis  secara  detail.  Bisnis  model  didefinisikan  sebagai  cara 
organisasi  menawarkan  proposisi  nilai  yang  tinggi,  menjamin  bahwa  nilai 
tersebut  dapat  diproduksi  dan  target  konsumennya  memiliki  akses  terhadap 
produk  tersebut.  Untuk  kelangsungan bisnis  itu,  penerimaan  yang  diperoleh 
dari  transaksi  pelanggan  harus  melebihi  biaya  yang  dikeluarkan  untuk 
memproduksi produk atau layanan yang tinggi maka asumsi yang kritikal dari 
bisnis  model  adalah  bagaimana  perusahaan  mempunyai  pengetahuan  yang 
kuat  mengenai  apa  yang  diinginkan  pelanggan  dan  bagaimana  perusahaan 
mengorganisasikan  aktivitas  yang  dapat  memenuhi  kebutuhan  pelanggan, 
mendapatkan  bayaran  atas  apa  yang  ditawarkan  dan  menghasilkan 
keuntungan. 
16 
  
Maka  untuk  menentukan  model  bisnis,  diperlukan  Business  Model 
Canvas  yaitu  sebuah  alat  yang  digunakan  untuk  mendeskripsikan,
menganalisa  dan  mendesain  sebuah    model  bisnis  (Osterwalder  &  Pigneur, 
2010,  hal.  8).  Business  Model  Canvas  terdiri  dari  sembilan  blok  yaitu: 
Customer Segments (CS), Value Propositions (VP), Channels (CH), Customer
Relationships  (CR),  Revenue  Streams  (RS),  Key  Resources  (KR),  Key
Activities (KA), Key Partnerships (KP), dan Cost Structure (CS).
2.1.1  CUSTOMER SEGMENTS 
Menurut  Osterwalder  &  Pigneur  (2010,  hal.  20),  sebuah 
bisnis  model  akan  menetapkan  satu  atau  banyak  customer 
segments.  Organisasi  harus  sadar  dalam  mengambil  keputusan
pelanggan  yang  akan  dilayani  atau diabaikan.  Ada  beberapa  tipe 
customer segments yaitu :
1.  Mass Market 
Mass  market  adalah  bisnis  model  yang  tidak  membedakan
segmen pelanggan. Pasar ini bersifat sangat luas dan mencakup 
seluruh  konsumen  sebagai  potential  market.  Nilai  proposisi, 
distribusi  channel,  dan  hubungan  dengan  pelanggan  hanya 
fokus  pada  pelanggan  yang memiliki  kebutuhan  dan  masalah 
yang sama. Tipe bisnis model ini dapat ditemukan pada sektor 
elektronik.  
 
17 
  
2.  Niche Market 
Niche market adalah bisnis  model yang target pasarnya hanya
melayani  segmen pelanggan  tertentu  dan berdasarkan variabel 
tertentu.  Nilai  proposisi,  distribusi  channel,  dan  hubungan 
dengan  pelanggan  disesuaikan  dengan  kebutuhan  pelanggan 
yang  spesifik,  karena  niche  market  umunya  ditujukan  untuk 
konsumen kalangan  atas yang  berpotensi memberikan  margin 
keuntungan  yang  lebih  besar.  Bisnis  model  seperti  ini  dapat 
ditemukan  pada  hubungan  supplier-buyer  (perusahaan  suku 
cadang  mobil  bergantung  pada  penjualan  dari  perusahaan 
mobil).  
3.  Segmented Market 
Segmented  market  adalah  bisnis  model  yang  membedakan
antara  kebutuhan  dan  masalah  yang  berbeda  pada  setiap 
pelanggan.  Segmented  market  berdasarkan  karakter 
variabelnya dibedakan atas :  
a)  Demographic Segmentation 
Cara  mengidentifikasi  pasar  berdasarkan  variabel 
demografis.  Variabel  demografis  yang  biasa  digunakan 
adalah usia, life cycle, gender, income dan suku. 
b)  Geographic segmentation 
Cara mengidentifikasi pasar berdasarkan variabel geografis 
yang  membagi  pasar  berdasarkan  variabel-variabel 
18 
  
geografis.  Variabel  yang  umumnya  digunakan  dalam 
segmentasi  geografis  adalah  daerah,  kota,  negara,  tingkat 
kepadatan penduduk, iklim dan populasi. 
c)  Psychographic Segmentation  
Cara  mengidentifikasi  pasar  berdasarkan  variabel 
psikografis.  Psikografis  adalah  penggabungan  dari 
psikologi dan demografis  yang dilakukan  untuk bisa lebih 
memahami  konsumen,  dikarenakan  konsumen  yang 
memiliki kesamaan karakter demografis bisa saja memiliki 
perilaku  yang  berbeda,  yang  akan  memberikan  dampak 
pada  psikologis.  Variabel  dalam  segmentasi  psikografis 
adalah ciri-ciri personal, gaya hidup ataupun value.  
d)  Behavioral Segmentation 
Cara  mengidentifikasi  pasar  berdasarkan  pola  perilaku 
konsumen  yang  dipengaruhi  oleh  pengetahuan,  sikap  dan 
respon terhadap produk tertentu. 
4.  Diversified 
Menurut  Osterwalder  &  Pigneur  (2010,  hal.20)  yang 
menyatakan bahwa diversified adalah menargetkan lebih dari 1 
pasar yang tidak memiliki keterkaitan dan memiliki kebutuhan 
dan  masalah  yang  berbeda,  hal  ini  dilakukan  untuk 
memperluas area bisnis dan salah satu langkah diversifikasi.  
 
19 
  
5.  Multi-sided Platforms (or multi–sided markets)
Multi-sided  Platforms  adalah  menargetkan  2  atau  lebih
konsumen  yang  independen  atau  tidak  memiliki 
ketergantungan antara 2 segmen konsumen tersebut.  
 
Tujuan  dari  segmentasi  pasar  adalah  untuk  customer 
segment  yang  tepat  yang  nantinya  akan  menjadi  dasar  dalam
menentukan  strategi  bisnis  agar  produk  dan  layanan  yang 
dikembangkan  dapat  diterima  oleh  masyarakat  khususnya  untuk 
segmen  pasar  yang  dituju,  serta  dapat  memberikan  keuntungan 
bagi perusahaan.  
 
2.1.2  VALUE PROPOSITION 
Salah  satu  elemen  dari  bisnis  model  kanvas  ialah  Value 
Proposition yang didefinisikan seberapa jauh produk atau layanan
yang  ditawarkan  mempunyai  nilai  yang  tinggi  menurut  target 
pelanggannya  (Osterwalder  &  Pigneur,  2010,  hal.  22).  Dengan 
kata lain, seberapa jauh perusahaan dapat menawarkan produk atau 
layanan  yang  berbeda  dengan  para  pesaingnya.  Tidak  hanya 
berbeda  tapi  juga  mempunyai  nilai  tinggi  atau  disukai  oleh 
konsumen.  
20 
  
Value  Proposition  menjadi  sebuah  elemen  kunci  dalam
sebuah bisnis karena elemen ini harus muncul dalam  seluruh area 
fungsi  bisnis  yang  ada  (Berry,  2008,  hal.  120).  Oleh  karena  itu, 
value  proposition  juga  menjadi  dasar dalam menentukan elemen-
elemen lain yang ada dalam 9 Building Blocks seperti menentukan 
siapa saja customer segmentsnya, menentukan channel dan metode 
customer  relationships  apa  saja  yang  cocok  untuk  segmen
customer tersebut, key resources, key activities dan key partnership
apa  saja  yang  dibutuhkan  demi  suksesnya  penyampaian  value 
proposition  kepada  customer,  sehingga  akhirnya  dapat
menentukan  cost  structure  dari  model  bisnis  tersebut  dan 
mendapatkan revenue dari bisnis yang dijalankan.  
Value  Propositions  adalah  alasan  utama  mengapa
pelanggan  beralih  dari  satu  produk  ke  produk  lain.  Value 
Propositions memberikan  solusi bagi  masalah  yang  dimiliki oleh
pelanggan  atau  memuaskan  kebutuhannya  (Osterwalder  & 
Pigneur, 2010).  
Sebagai  contoh  dari  value  yang  dapat  diberikan  adalah 
Newness,  Performance,  Customization,  Design,  Brand/Status,
Price,  Cost  Reduction,  Risk  Reduction,  Accessibility  dan
Convenience/Usability. 
21 
  
Di  bawah ini  adalah penjelasan  sejumlah value pada suatu 
model bisnis: 
1.  Newness 
Memberikan  sesuatu  yang  baru  dimana  pelanggan  tidak 
menyadari  bahwa  sebenarnya  mereka  membutuhkannya. 
Sebagai  contoh  penemuan  tablet  PC  (Peronal  Computer) 
seperti  iPad  oleh  Apple.  Namun  newness  tidak  memberikan 
jaminan kesuksesan pada suatu bisnis, sebagai contoh Facebok 
bukanlah  social networking  pertama yang ada,  namun  saat ini 
Facebook mendominasi  pasar dengan  anggotanya yang sangat
banyak di seluruh dunia.  
2.  Performance 
Meningkatkan  performa  dari  sesuatu  yang  sudah  ada  telah 
menjadi  strategi  dari  banyak  model  bisnis  yang  ada  saat  ini 
untuk  meningkatkan  value  dari  produk  dan  service.  Sebagai 
contoh adalah apa yang  dilakukan oleh browser Opera saat ia 
meningkatkan performa dan kecepatan browsing.  
3.  Customization  
Tawarkan  kesempatan  pelanggan  untuk  memilih.  Pelanggan 
dapat  menyesuaikan  produk  atau  service  sesuai  dengan 
kebutuhan individu atau segmen pelanggan tertentu.  
 
 
22 
  
4.  Design 
Sebuah  produk  menjadi  unggul  diantara  produk  lainnya  bila 
memiliki  desain  superior,  namun  hal  ini  bukanlah  alasan 
semata pelanggan membeli produk. Desain sangat penting bila 
bisnis berfokus pada produk fashion.  
5.  Brand / Status 
Pelanggan  dapat  membeli  atau  menggunakan  suatu  produk 
hanya  karena  sebuah  brand  atau  memuaskan  keinginan 
menggunakan produk dengan label tertentu. Brand merupakan 
suatu hal yang  sangat  penting tapi tidak  menjadi  satu-satunya 
faktor penentu.  
6.  Price 
Menawarkan value yang sama dengan harga yang lebih rendah 
adalah  salah  satu  cara  terklasik  untuk  mendapatkan  value 
proposition pada pelanggan yang sensitif terhadap harga. 
Bersaing  pada  harga  merupakan  strategi  yang  baik  untuk 
bersaing diantara kompetitor namun pada beberapa kondisi hal 
ini tidak cukup. Apabila sesuatu ditawarkan secara cuma-cuma 
kita harus memikirkan sisi lain untuk dijadikan revenue stream 
untuk menggantikannya.  
7.  Cost Reduction 
Cost  reduction  membantu  pelanggan  dengan  menawarkan
sesuatu  yang  dapat  menurunkan  biaya  yang  dikeluarkan  oleh 
23 
  
pelanggan.  Sebagai  contoh  pada  penginstalan  software  dan 
hardware pada saat pembelian. 
8.  Risk Reduction  
Pelanggan  menghargai  saat  mereka  diberikan  pilihan  untuk 
mengurangi  resiko  yang  harus  ditanggung  seperti  garansi 
setelah membeli produk elektronik dan lain-lain.  
9.  Accessibility  
Membuat produk dan service untuk customer segment tertentu 
yang tidak memiliki pilihan saat membeli atau mengkonsumsi 
suatu produk adalah salah satu cara untuk menghasilkan value 
proposition.  Tawarkan  produk  kepada  pelanggan  yang  tidak
memiliki kesempatan untuk mendapatkan hal itu sebelumnya.  
10. Convenience/Usability 
Menawarkan  sesuatu  yang nyaman  dan mudah  dapat menjadi 
faktor  utama  dalam  menghasilkan  value  dan  membuat 
pelanggan  memilih  produk  ini  dibandingkan  produk  yang 
ditawarkan  oleh  kompetitor.  Sebagai  contohnya  Apple 
menawarkan kenyamanan konsumen yang membuat pelanggan 
mudah untuk menggunakan produk-produknya.  
 
 
 
24 
  
2.1.3  CHANNELS
Menurut Osterwalder  & Pigneur (2010, hal. 26), channel ialah media 
dari  sebuah  perusahaan  dalam  berkomunikasi  dengan  pelanggannya  untuk 
menyampaikan nilai dari proporsinya. Beberapa fungsi channel antara lain :  
1)  Meningkatkan  kesadaran  akan  pentingnya  produk  barang  /  jasa 
perusahaan,  
2)  Membantu pelanggan mengevaluasi value proposition perusahaan,  
3)  Memungkinkan pelanggan membeli produk dan jasa sesuai kebutuhan 
(spesifik),  
4)  Memberikan value proposition untuk pelanggan,  
5)  Menyediakan layanan post-purchase kepada pelanggan.  
Umumnya  dari  seluruh  fungsi  di  atas  yang  bisa diakomodasi adalah 
fungsi purchase  dan delivery karena perusahaan masih terfokus pada konsep 
dimana channel adalah tempat untuk menjual produk / jasa yang dibuat oleh 
perusahaan,  padahal  menurut  definisi  fungsi  di  atas  untuk  channel  terdapat 
fungsi  awareness  yang  berarti  bahwa  channel  bisa  memberikan  awareness 
pelanggan  terhadap  produk  /  jasa  perusahaan,  mengevaluasi  produk  /  jasa 
yang  dijual  kepada  konsumen  dan  menyediakan  layanan  post-purchase  dan 
after sales sebagai suatu usaha untuk memberikan kepuasan dan membentuk
customer relationship. 
Channel dibedakan atas 5 jenis, yaitu:
1)  Sales force 
25 
  
2)  Web sales 
3)  Own stores 
4)  Partner stores 
5)  Wholesales 
Masing-masing  jenis  channel  memiliki  keunggulan  dan  kelemahan 
yang  mencakup  beberapa  ataupun  keseluruhan  dari  kelima  fungsi  channel 
yang telah dijelaskan di  atas. Keunggulan dan kelemahan tiap channel harus 
dipertimbangkan  sebaik  mungkin  pemilihan  channel  sesuai  dengan  strategi 
perusahaan  dan  karakter  yang  ada  pada  produk  /  jasa  yang  dijual  oleh 
perusahaan.    
2.1.4  CUSTOMER RELATIONSHIP
Customer  Relationship  dibangun  sesuai  customer  segment,  karena
setiap segmentasi memiliki karakteristik yang  berbeda. Menurut Osterwalder 
& Pigneur (2010, hal. 28), Customer Relationship dibagi menjadi 6, yaitu: 
1.  Personal Assistant 
Merupakan  komunikasi  langsung  antara  customer  dengan  customer 
representative sehingga kualitas barang dapat terjamin. 
2.  Dedicated Personal Assistant 
Merupakan  satu  customer  representative  hanya  ditujukan untuk  satu
pelanggan sehingga penjelasan dapat lebih jelas dibandingkan dengan 
Personal Assistant (contoh : Asuransi). 
26 
  
3.  Self Service 
Dalam  hal  ini,  pelanggan  tidak  melakukan  kontak  langsung  dengan 
customer  representative. Dalam  self service  dapat  dijalankan dengan
penggunaan  Vending Machine yang  menjual  makanan-makanan  yang 
dapat disajikan dalam keadaan dingin seperti salad sayur, salad buah, 
minuman berprotein dan  jus  buah. Dengan adanya  vending machine, 
maka  pelanggan  melakukan  self  service.  Vending  machine  dipakai 
untuk mempermudah pelanggan dalam proses pembelian. 
4.  Automated Service 
Merupakan perkembangan dari self service. Sebagai contoh dibuatnya 
vending  machine  yang  berfungsi  untuk  melihat  menu  makanan  hari
ini,  untuk  memesan  dan  untuk  membayar  dengan men-tap-kan kartu 
yang telah terisi saldo.  
5.  Communities 
Sebagai  wadah  untuk  berkumpul  dengan  tujuan  untuk  sharing  ilmu 
pengetahuan,  sehingga  dapat  membantu  perusahaan  dalam  mengerti 
keinginan konsumen.  
6.  Co-creation 
Merupakan  hubungan  antara  customer  dan  perusahaan  untuk 
menciptakan value propotition baru. Contoh: toko makanan membuat 
forum  untuk  meminta  para  pelanggan  menilai  dan  menambahkan 
masukan seperti rasa dan bentuk baru sebagai inovasi produk.  
27 
  
Menurut  Management  Study  Guide  (2009) ,  hubungan  dengan 
pelanggan  adalah  hubungan  dua  pihak  yang  saling  berinteraksi  ataupun 
bertransaksi  dalam  keadaan  saling  menguntungkan  dan  keduanya  memiliki 
kepentingan  bersama.  Terdapat  dua  atribut  yang  penting  dalam  hubungan 
konsumen  dan  perusahaan  yaitu  kepercayaan  dan  komitmen.  Kepercayaan 
mencakup hal seperti kepercayaan diri dan rasa aman dalam hubungan antara 
pelanggan dengan perusahaan. Rasa kepercayaan pelanggan dapat dilihat saat 
transaksi  yang  dilakukan  oleh  pelanggan  secara  berulang-ulang  dan  produk 
yang dijual sesuai  dengan  yang  dipromosikan.  Sedangkan  komitmen  adalah 
hasil  dari  kepercayaan  yang  telah  muncul dan dapat  dibangun dalam  waktu 
yang panjang. Perusahaan dapat membuat Loyalty Program yang merupakan 
bentuk dari komitmen.  
Menurut Hunter (2008) ada lima tipe konsumen, yaitu: 
1.  Loyal Customers 
Tipe  konsumen  yang  jumlahnya  tidak  banyak  dari  total  keseluruhan 
jumlah  konsumen,  tetapi  pemasukan  yang  didapat  dari  mereka  bisa 
mencapai  50%  dari  total  pendapatan  karena  loyalitas  dan  kesediaan 
mereka untuk membeli produk dari brand yang sama.  
2.  Discount Customers 
Tipe  konsumen  yang  sering  mengunjungi  tempat  penjualan  namun 
pembelian  mereka  didasari  oleh  harga,  dan  transaksi  umumnya 
dilakukan pada saat sedang ada potongan harga. 
28 
  
3.  Impulse Customers 
Tipe konsumen yang membeli barang tanpa merencanakannya terlebih 
dahulu. Umumnya konsumen ini tertarik dengan promosi dan suasana 
di dalam toko.  
4.  Need Based Customers 
Tipe  konsumen  yang  memiliki  keinginan  khusus  atas  barang  /  jasa 
yang akan dibeli. 
5.  Wondering Customers 
Tipe  konsumen  yang  tidak  memiliki  niat  membeli,  tetapi  hanya 
menikmati suasana toko dan melihat-lihat keadaan sekitar.  
2.1.5  REVENUE STREAM 
Revenue Stream pada 9 building blocks, merepresentasikan bagaimana
sebuah  perusahaan  memperoleh  cash  dari  setiap  segmen  pelanggan. 
Osterwalder & Pigneur (2010,  hal. 30-31) menjelaskan bahwa  bila customer 
adalah  jantung  dari  perusahaan,  maka  revenue  streams  adalah  pembuluh 
darahnya. Dan perusahaan perlu mempertanyakan untuk nilai seperti apa yang 
customer  rela  untuk  membayar.  Setiap  revenue  stream  memiliki  pricing
mechanism  yang berbeda antara satu perusahaan dengan  perusahaan lainnya,
antara lain: sistem  tawar-menawar,  pelelangan,  mengikuti  permintaan pasar, 
harga tergantung dari volume, dan sebagainya.  
29 
  
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal. 30), sebuah bisnis model 
dapat melibatkan dua tipe revenue streams yang berbeda, yakni:  
1.  Transaction Revenues  
Berasal dari diperolehnya satu kali pembayaran dari customer.  
2.  Recurring Revenues  
Berasal  dari pembayaran  yang  masih  berlanjut untuk  menyampaikan 
value  proposition  kepada  pelanggan  (misalnya:  rent,  credit,
subscription) dan menyediakan customer support setelah pembelian. 
Jadi, menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal. 30-31), pertanyaan-
pertanyaan  yang  harus  dijawab  dalam  revenue  streams  adalah  untuk  nilai 
apakah  yang  akan  membuat customer  willing to pay  terhadap  barang  / jasa 
yang  ditawarkan  oleh  perusahaan,  untuk  kebutuhan  apa  mereka  membayar, 
bagaimana cara pembayarannya, dan cara pembayaran seperti apa yang lebih 
disukai oleh pelanggan.  
Setidaknya  ada  beberapa  cara  untuk  men-generate  revenue  streams, 
antara lain:  
1.  Asset Sale  
Revenue  stream  yang  diperoleh dari  penjualan  barang / jasa maupun
hak atas sebuah barang / jasa, dimana konsumen bebas menggunakan 
barang / jasa tersebut untuk apa saja. 
30 
  
2.  Usage Fee  
Revenue stream yang diperoleh dari barang / jasa yang disediakan dan
konsumen akan membayar berdasarkan seberapa banyak atau seberapa 
lama  barang  /  jasa  digunakan.  Semakin  banyak  barang  /  jasa  yang 
digunakan  maka  semakin  besar  juga  jumlah  yang  harus  konsumen 
bayar. Misalnya perusahaan telekomunikasi menagih customer  sesuai 
jumlah pulsa yang dipakai, hotel menagih customer sesuai berapa lama 
customer menginap. 
3.  Subscription Fee  
Revenue  stream  yang  dihasilkan  dari  menjual  hak  akses,  dimana
konsumen  berhak  menggunakan  hak  akses  tersebut  selama  periode 
tertentu.  Misalnya  sebuah  tempat  gym  atau  tempat  olahraga  menjual 
membership  secara  bulanan  atau  tahunan,  dan  sebagai  gantinya
member  akan  memperoleh  akses  fasilitas  di  dalam  gym  tersebut.
Contoh lainnya adalah membership secara online, dan majalah / koran 
berlangganan.  
4.  Lending / Renting / Leasing  
Revenue  stream  yang  dihasilkan  dari  menjual  hak  penggunaan
temporer  atau  hak  eksklusif  untuk  menggunakan  fixed  asset  yang 
dimiliki dalam suatu periode tertentu, dan selama  itu  ada  biaya sewa 
yang harus diberikan kepada pemilik aset tersebut. Untuk orang yang 
menyewakan  aset,  kelebihannya  adalah  pendapatan  tetap  setiap 
bulannya,  sedangkan  bagi penyewa,  kelebihannya adalah dapat  lebih 
31 
  
menghemat  biaya  dan  tidak  perlu  memiliki  secara  langsung  aset 
tersebut.  
5.  Licensing  
Revenue stream yang dihasilkan dengan memberikan customer dalam
bentuk ijin untuk menggunakan intellectual property (seperti hak cipta 
dengan  imbalan  license  fee).  Pemegang  hak  dapat  menghasilkan 
penghasilan  dari  properti  mereka,  tanpa  harus  memproduksi  sendiri 
atau  mengiklankan.  Biasanya  licensing  sangat  populer  digunakan 
dalam  industri  media,  dimana  pemilik  konten  tetap  memiliki  hak  
copyright,  dan  dapat  menjual  hak  penggunaan  kepada  pihak  ketiga,
demikian  juga  dalam  bisnis  teknologi dimana pemegang paten  dapat 
memberikan hak untuk menggunakan teknologi yang telah dipatenkan 
tersebut dengan biaya tertentu.  
6.  Brokerage Fees  
Revenue stream jenis ini terdapat perantara, yaitu orang yang berlaku
sebagai penengah antara 2 atau lebih pihak, sebagai contoh perusahaan 
real  estate  akan  memperkerjakan  broker  yang  akan  berusaha
mempertemukan  mereka  dengan  calon  pembeli.  Dan  setiap  kali 
berhasil  mempertemukan pembeli  dan  penjual, maka  broker  tersebut 
akan memperoleh fee atau komisi.  
7.  Advertising  
Revenue stream  yang dihasilkan dengan cara mempromosikan sebuah
produk / jasa, atau merek  (brand). Biasanya industri media dan event 
32 
  
organizer sangat ber gantung dari iklan. Namun seiring perkembangan
jaman, industri lainnya juga mulai mengandalkan advertising sebagai 
sumber pendapatan.     
2.1.6  KEY RESOURCES 
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010, hal. 35), key resources dibagi 
menjadi 4 macam, yaitu:  
1.  Physical 
Adalah  aset  fisik  yang  umumnya  menghabiskan  banyak  dana  atau 
mengandung  banyak  investasi  finansial  di  dalamnya  seperti  lahan 
kerja,  pabrik,  per alatan,  mesin-mesin  dan  segala  aset  dalam  bentuk 
fisik nyata lainnya.  
2.  Intellectual 
Adalah  aset  yang  sulit  dibentuk  dan  diciptakan  karena  merupakan 
sesuatu  yang  tercipta  dari  hasil  pemikiran  yang  panjang  dan 
menyeluruh,  akan  tetapi  berarti  besar  untuk  perusahaan  karena 
menggambarkan  perusahaan  dan  bahkan  membuat  orang  mengenal 
perusahaan  dan  mengetahui  kredibilitasnya  dari  aset  intelektual  ini. 
Contohnya:  merk  dagang,  logo,  copyright,  reputasi  perusahaan  dan 
paten.  
3.  Human  
Adalah orang-orang yang ada di dalam perusahaan yang menjadi roda 
perputaran  perusahaan.  Banyak  sekali  perusahaan  yang  bergantung 
33 
  
pada komponen sumber  daya  manusia. Kinerja orang-or ang di  dalam 
perusahaan  umumnya  berpengaruh  besar  terhadap  sustainability 
perusahaan  dalam  jangka  waktu  yang  panjang  karena  termasuk 
sebagai sumber daya yang tidak dapat diperbaharui (Russel, 1999).  
4.  Financial 
Aset  finansial  adalah  aset  yang  menyangkut  dengan  semua  yang 
berhubungan  dengan  finance  atau  pendanaan,  dalam  bentuk  bank 
garansi,  uang  kas,  maupun  kredit.  Aset  ini  menentukan  bagaimana 
cara mendanai roda perusahaan.  
2.1.7  KEY ACTIVITIES 
Menurut  Osterwalder  &  Pigneur  (2010,  hal.  36-37),  key  activities 
mendeskripsikan  aktivitas  penting  yang  harus  dilakukan  perusahaan  agar 
bisnis  modelnya  dapat  berjalan  dengan  baik.  Key  activities  dapat 
dikategorikan menjadi 3, yakni: 
1.  Production 
Merupakan aktivitas yang  berhubungan  dengan  desain,  membuat  dan 
menyampaikan produk dengan jumlah tertentu dan kualitas yang baik. 
Biasanya produksi didominasi oleh perusahaan manufacturing.  
2.  Problem Solving 
Berhubungan  langsung  dengan  solusi  baru  bagi  individu  terhadap 
permasalahan yang sedang dihadapi. Konsultasi di rumah sakit sebagai 
34 
  
contoh.  Konsultasi  ini  memberikan  solusi  yang  berbeda  pada  tiap 
individu.  
3.  Platform / Network 
Bisnis  model  yang  didominasi  oleh  platform/network  management, 
penyediaan  service  dan  promosi  dari  platform  tersebut.  Sebagai 
contohnya  adalah  eBay yang  selalu  harus  mengembangkan  bisnisnya 
dan me-monitoring platform.  
2.1.8  KEY PARTNERSHIP 
Partnership atau  kemitraan  adalah  kesepakatan  dan kerjasama antara
dua belah pihak untuk mencapai suatu  kepentingan bersama.  Sudah menjadi 
strategi  umum  perusahaan  untuk  menjalin  partnership  yang  ditujukan  agar 
memiliki daya saing yang tinggi dari rivalnya.  
Menurut  Osterwalder  &  Pigneur  (2010,  hal.  38)  kemitraan  dapat 
dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:  
1)  Strategic alliances between non-competitors,  
2)  Strategic partnerships between competitors, 
3)  Joint ventures to develop new businesses,  
4)  Buyer supplier relationships to assure reliable supplies.  
35 
  
2.1.9  COST STRUCTURE 
Cost Structure merupakan building blocks yang ke 9. Dalam bukunya
Business  Model  Generation,  Osterwalder  &  Pigneur  (2010,  hal.  40-41),
menjelaskan  seluruh  biaya  yang  akan  muncul  dalam  menjalankan  sebuah 
bisnis  model.  Biaya  yang  dijelaskan  biasanya adalah poin-poin  biaya  paling 
penting. Dalam aktivitas usaha untuk men-deliver Value Propositions kepada 
pelanggan,  menjaga  Customer  Relationships  dan  men-generate  Revenue, 
seluruhnya memerlukan biaya. Biaya-biaya itu dapat dihitung dengan mudah 
setelah Key Resources, Key Activities dan  Key Partnerships telah ditentukan. 
Pertanyaan-pertanyaan  yang  perlu  dijawab  dalam  elemen  Cost 
Structure  dalam  9    Building  Blocks  ini  adalah  biaya  apa  saja  yang  paling
penting  dan  dibutuhkan  untuk  menjalankan  suatu  bisnis model,  biaya  mana 
yang paling mahal dan Key Activities apa yang paling mahal. Pada dasarnya, 
biaya  biasanya  harus  ditekan  serendah  mungkin,  kecuali  suatu  bisnis  yang 
lebih mengedepankan nilai dibanding penekanan pada biaya.  
Berikut adalah penjelasan dari dua jenis Cost Structure, yakni:   
1.  Cost Driven  
Bisnis model  jenis ini memiliki  fokus untuk menekan biaya serendah 
mungkin  apabila  memungkinkan.  Pendekatan  ini  bertujuan  untuk 
menciptakan  dan  mempertahankan  Cost  Structure  yang  paling  lean 
atau ramping. Beberapa cara yang biasa dilakukan antara lain dengan 
menggunakan  Value  Propositions  dengan  har ga  rendah, 
36 
  
memaksimalkan  pekerjaan  yang  bisa  dilakukan  secara  otomatis 
dengan mesin, dan menggunakan outsourcing.  
2.  Value Driven  
Beberapa perusahaan tidak begitu mementingkan seberapa besar biaya 
yang akan muncul dalam mendesain bisnis model, dan lebih berfokus 
terhadap  penciptaan  sebuah  nilai  untuk  pasar.  Biasanya  Value 
Propositions dengan level premium dan pelayanan yang lebih personal
menandakan Cost Structure jenis ini.  
Cost menurut Hilton (2008) adalah pengorbanan yang dilakukan yang
umumnya  diukur  berdasarkan  resources  yang  digunakan  untuk  mencapai 
tujuan tertentu. Berdasarkan perilakunya, cost dibedakan atas 2 jenis, yaitu:  
1.  Fixed Cost 
Merupakan  biaya  yang  tetap  sama  tidak  terpengaruh  dari  jumlah 
barang  atau  jasa  yang  dihasilkan.  Beberapa  contohnya  adalah  gaji, 
biaya sewa dan alat-alat produksi. Perusahaan manufacturing biasanya 
tinggi dalam fixed costs.   
2.  Variable Cost 
Merupakan  biaya yang besarnya  tergantung  dari  jumlah  produk  atau 
jasa  yang  dihasilkan.  Beberapa  contohnya  adalah  biaya  bahan  baku 
produksi maupun biaya tenaga kerja.   
37 
  
2.2  STRATEGI PEMASARAN
2.2.1  Pengertian Strategi Pemasaran
Menurut  Kurtz  (2008,  hal.  42),  strategi  pemasaran  adalah  sebuah 
keseluruhan,  program  perusahaan  untuk  menentukan  target  pasar  dan 
memuaskan  konsumen  dengan  membangun  kombinasi  elemen  dari  bauran 
pemasaran; produk, distribusi, promosi, dan harga.   
Menurut  Kotler  &  Amstrong  (2008,  hal.  45),  strategi  pemasaran 
adalah logika pemasaran dimana unit bisnis berharap untuk menciptakan nilai 
dan mendapatkan keuntungan dari hubungannya dengan konsumen.  
Menurut  Kotler  (2008,  hal.  46),  dalam  upaya  untuk  mendapatkan 
kepuasan konsumen di tengah persaingan, perusahaan harus mengerti terlebih 
dahulu  apa  kebutuhan  dan  keinginan  konsumennya.  Sebuah  perusahaan 
menyadari  bahwa  perusahaan  tidak  dapat  memenuhi  keinginan  konsumen 
yang sangat berbeda-beda. Perusahaan menyiapkan strategi pemasaran dengan 
memilih segmen konsumen terbaik yang dapat menciptakan keuntungan yang 
sebesarnya.  Proses  ini  meliputi  market  segmentation,  market  targeting, 
positioning, dan differentiation. 
1.  Market Segmentation  
Menurut  Kotler  &  Amstrong  (2008,  hal.  46),  segmentasi  pasar  adalah 
membagi  sebuah  pasar  menjadi  grup-grup  pembeli  dengan  keinginan, 
karakteristik, atau perilaku yang berbeda-beda.  
38 
  
Pembagian pasar menurut Kotler:  
a.  Geografik  
Segmentasi  geografik  adalah  membagi  keseluruhan  pasar  menjadi 
kelompok  homogeneous  berdasarkan  lokasi.  Lokasi  geografis  tidak 
menjamin  bahwa  semua  konsumen  di  lokasi  tersebut  mempunyai 
keputusan  pembelian  yang  sama,  namun  pendekatan  ini  dapat 
membantu  mengidentifikasi  secara umum  akan  kebutuhan konsumen 
di suatu lokasi.  
b.  Demografis  
Segmentasi dari demografis dibagi menjadi :  
1)  Usia : Kebutuhan dan keinginan konsumen berubah seiring usia.  
2)  Jenis kelamin : Membagi pasar sesuai jenis kelamin.  
3)  Pendapatan  :  Membagi  pasar  sesuai  kelompok  pendapatan  yang 
berbeda-beda.  
c.  Psychographic  
Membagi pasar berdasarkan kelas sosial, gaya hidup, dan karakteristik 
pribadi.  
d.  Tingkah Laku  
Membagi pasar berdasar kan pengetahuan konsumen, sikap, dan respon 
terhadap sebuah produk.  
39 
  
2.  Market Targeting  
Setiap perusahaan dapat masuk ke dalam satu atau beberapa segmen pasar. 
Setelah  perusahaan  mendefinisikan  segmen  pasarnya,  market  targeting 
mengevaluasi  ketertarikan  dari  masing-masing  segmen  dan  memilih 
segmen pasar.  
Menurut  Craven,  market  targeting  (2003,  hal.  198-199),  sebuah  proses 
ketertarikan  setiap  segmen  pasar  dan  memilih  satu  atau  lebih  segmen 
untuk  dimasuki.  Pada  umumnya  market  targeting  dapat  dibedakan 
menjadi beberapa level, yaitu:  
a.  Undifferentiated Marketing (Mass)  
Sebuah  strategi  pasar  dimana  sebuah  perusahaan  memutuskan  untuk 
mengabaikan  perbedaan  segmen  dan  masuk  ke  dalam  sebuah  pasar 
dengan hanya satu penawaran.  
1)  Differentiated Marketing (Segmented)  
Sebuah  strategi  pasar  dimana  perusahaan  memutuskan  untuk 
menargetkan beberapa segmen pasar dan merancang beberapa 
penawaran untuk setiap pasarnya.  
2)  Concentrated Marketing (Niche)  
Sebuah  strategi  pasar  dimana  sebuah  perusahaan  masuk  ke 
dalam sebuah pasar yang memiliki segmen sedikit dan sempit.  
 
 
40 
  
3)  Micromarketing  
Sebuah penyesuaian produk terhadap kebutuhan dan keinginan 
konsumen dan konsumen  lokal  termasuk marketing lokal  dan 
marketing individual.  
3.  Positioning  
Positioning  adalah  memposisikan  suatu  produk  dengan  jelas,  tepat  dan
berbeda untuk bersaing di pikiran target konsumen. 
4.  Differentiation  
Membuat  suatu  perbedaan  kepada target konsumen dengan menciptakan 
nilai yang berbeda di pikiran konsumen.  
2.2.2  Bauran Pemasaran 
Setelah memutuskan target pasarnya, perusahaan memutuskan rencana 
detail  untuk  bauran  pemasaran.  Menurut  Kotler  (2008,  hal.  48),  bauran 
pemasaran adalah seperangkat taktik pemasaran yang dapat dikontrol meliputi 
produk,  harga,  tempat,  dan  promosi  yang  dipadukan  perusahaan  untuk 
menciptakan  respon  dari  target  marketnya.  Bauran  pemasaran  juga  dikenal 
dengan 4P.  
Menurut Kotler & Amstrong (2008, hal. 48), 4P didefinisikan:  
1.  Produk (Product)  
Produk  adalah  kombinasi  produk  atau  jasa  dari  perusahaan  yang 
ditawarkan  ke  target  pasar  untuk  memenuhi  kebutuhan  dan  keinginan 
41 
  
konsumen.  Produk  secara  luas  meliputi  desain,  merek,  hak  paten, 
positioning, dan pengembangan produk baru 
2.  Harga (Price)  
Harga  adalah  sejumlah  uang  yang  harus  dikeluarkan  konsumen  untuk 
mendapatkan  suatu  produk atau  jasa.  Harga  juga  merupakan  pesan  yang 
menunjukkan bagaimana suatu brand memposisikan dirinya di pasar.  
3.  Distribusi (Place)  
Distribusi  meliputi  aktivitas  perusahaan  dalam  membuat  produknya 
tersedia  di  target  pasar.  Strategi  pemilihan  tempat  meliputi  transportasi, 
pergudangan, pengaturan persediaan, dan cara pemesanan bagi konsumen.  
4.  Promosi (Promotion)  
Promosi  adalah  aktivitas  perusahaan  untuk  mengkomunikasikan  produk 
dan  jasanya  serta  mempengaruhi  target  konsumen  untuk  membeli. 
Kegiatan promosi antara lain: iklan,  personal selling, promosi  penjualan, 
dan public relation.  
42 
  
Dari penjelasan  Marketing Mix tersebut dapat digambarkan ke dalam 
bentuk  Gambar   2.2  yang  memperlihatkan  alat  pemasaran  masing-masing 
komponen P.  
  
Gambar 2.1 Empat P Bauran Pemasaran 
Sumber: Philip Kotler dan Gary Amstrong. (2008). Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi Ke-12 
Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
2.3  SWOT & TOWS
2.3.1  Pengertian Analisa SWOT
Analisa SWOT menurut Kotler & Amstrong (2008, 50) analisa SWOT 
adalah  evaluasi  secara  keseluruhan  terhadap  kekuatan,  kelemahan, 
kesempatan  dan  ancaman  yang  dimiliki  oleh  perusahaan.  Perusahaan  harus 
menganalisa  kekuatan  perusahaan  dan  mengidentifikasi  kelemahan 
perusahaan.  Selain  itu,  perusahaan  juga  menganalisa  pasar  dan  lingkungan 
pemasaran  untuk  mencari  kesempatan  yang  atraktif  dan  mengidentifikasi 
ancaman. Tujuannya  adalah untuk mencocokan kekuatan perusahaan dengan 
43 
  
kesempatan  yang  ada  dalam lingkungan  di samping  mengur angi  kelemahan 
dan meminimalisasi ancaman yang datang.  
Analisa  SWOT  menurut  Thompson  (2008,  hal.  102),  adalah  analisa 
dengan  menilai  kondisi  internal  perusahaan  seperti  daya  kekuatan  dan 
kelemahan maupun kondisi eksternal yang berupa kesempatan dan ancaman, 
yang  diharapkan  dapat  memberikan  informasi  kepada  perusahaan  terhadap 
situasi yang dihadapi perusahaan dan sebagai tindak lanjut perusahaan dalam 
menentukan  strateginya.  Konsep  analisa  SWOT  dapat  membantu 
mengklarifikasi situasi yang akan terjadi atau isu-isu penting.  
Kekuatan  (strength)  adalah  daya  kekuatan  atau  kemampuan 
perusahaan  yang  tidak  dimiliki  oleh  pesaing.  Kekuatan  dapat  digunakan 
sebagai  dasar  perusahaan  untuk  mencapai  keunggulan  kompetisi.  Contoh 
kekuatan antara lain:  
1.  Hak paten  
2.  Aset fisik yang berharga  
3.  Keahlian sumber daya manusia  
4.  Brand name yang kuat  
5.  Memiliki akses eksklusif terhadap sumber daya alam  
Kelemahan (w eakness) adalah suatu hal yang menjadi kelemahan atau 
kekurangan dari perusahaan. Contoh kelemahan antara lain:  
1.  Reputasi buruk  
2.  Kurang akses sumber daya alam  
44 
  
3.  Tidak memiliki aset yang memadai.  
Kesempatan  (opportunities)  adalah  faktor  eksternal  dimana  kondisi-
kondisi  tersebut  dapat  membuka  kesempatan  baru  yang  dapat  menciptakan 
keuntungan bagi perusahaan. Contoh peluang antara lain:  
1.  Masuknya teknologi baru  
2.  Terbukanya target pasar baru  
3.  Kebutuhan konsumen yang tidak terpenuhi.  
Ancaman  (threats)  adalah  kondisi  lingkungan  eksternal  dimana 
kondisi  tersebut  menjadi  sesuatu  yang  dapat  mengganggu  kesejahteraan 
perusahaan. Contoh ancaman antara lain:  
1.  Masuknya perusahaan pesaing baru  
2.  Regulasi baru  
3.  Barang pengganti  
2.3.2  Pengertian Analisa TOWS
Artikel Mind Tools pada website-nya yang menjelaskan tentang Using 
TOWS  Matrix  –  Developing  Strategic  Options  From  an  External-Internal
Analysis  (mindtools.com),  menjelaskan  bahwa  analisa  TOWS  merupakan
variasi  classic  business  tools  dari  SWOT.  TOWS  dan  SWOT  merupakan 
akronim  untuk  pengaturan  yang  berbeda  dari  elemen  kata  Strengths 
(kekuatan),  Weakness  (kelemahan),  Opportunity  (peluang),  dan  Threats 
(ancaman).  
45 
  
Berdasarkan analisa dari lingkungan eksternal perusahaan (threats dan 
opportunities)  dan  lingkungan  internal  perusahaan  ( weaknesses  dan
strengths),  perusahaan  bisa  menggunakan  teknik TOWS  ini untuk membuat
strategi  dari  keseluruhan  organisasi  perusahaan,  department  atau  divisi 
maupun  sebuah  tim.  Perusahaan bisa  menggunakan  TOWS  untuk  membuat 
sebuah proses dari sebuah strategi, marketing campaign ataupun kemampuan 
dan pengalaman dari sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan.  
Pada  praktiknya,  satu-satunya  perbedaan  antara  TOWS  dan  SWOT 
adalah  bahwa  TOWS  menekankan  lingkungan  eksternal  sementara  SWOT 
menekankan lingkungan internal.  
2.3.3  Matriks TOWS
Dengan  memetakan  4  variabel  yaitu,  kekuatan,  kelemahan, 
kesempatan,  dan  ancaman,  dapat  menghasilkan  empat  set  kemungkinan 
alternatif strategi, yaitu:  
1.  Strategi SO  
Strategi SO (Strength-Opportunities) dibuat dengan dasar memanfaatkan 
kekuatan  yang  dimiliki  perusahaan  untuk  mendapatkan  keuntungan  atas 
kesempatan-kesempatan yang tersedia di kondisi eksternal.  
2.  Strategi ST  
Strategi (Strength-Threats)  dibuat  dengan  dasar  bahwa perusahaan  dapat 
menggunakan  kekuatan  yang  dimiliki  untuk  menahan  atau  mengatasi 
ancaman yang dapat mengganggu jalannya perusahaan. 
46 
  
3.  Strategi WO  
Strategi  WO  (Weaknesses-Opportunities)  dibuat  berdasarkan  adanya 
kesempatan-kesempatan  yang  ada  untuk  digunakan  dalam  rangka 
mengatasi kelemahan yang ada.  
4.  Strategi WT  
Strategi  WT  (Weaknesses-Threats)  adalah  strategi  dimana  perusahaan 
dihadapkan  pada  ancaman  dari  luar  dan  juga  kelemahan  di  dalam 
perusahaan. Strategi yang dibuat bersifat defensive dengan meminimalkan 
kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.  
  
Gambar 2.2 TOWS Strategic Alternatives Matrix 
Sumber: mindtools.com  
47 
  
2.4  FIVE FORCES MODEL
Menurut Michael E. Porter (2008), Five Forces Model adalah lima hal 
yang dapat menentukan tingkat persaingan dan daya tarik pasar dalam suatu 
industri.  Daya  tarik  dalam  konteks  ini  mengacu  pada  profitabilitas  industri 
secara  keseluruhan.  Hasilnya  setelah  analisis  dilakukan  maka  akan  dapat 
dinilai apakah industri tersebut masih “menarik” atau “tidak menarik”.  
Menurut Kotler & Keller (2012, hal. 254) five forces model berfungsi 
untuk  menganalisa  potensi  pasar  melalui  5  segmen,  yaitu:  industry 
competitors, potential entrants, substitutes, buyers, dan suppliers. 
Lima segmen tersebut menimbulkan ancaman-ancaman sebagai berikut:  
1.  Threat of intense segment rivalry 
Persaingan  industri  semakin  ketat  sehingga  menimbulkan  persaingan 
harga, perang iklan dan banyak pula produk-produk  baru diluncurkan  ke 
pasaran  sehingga  memakan banyak  biaya dalam menghadapi  persaingan 
seperti ini. 
2.  Threat of new entrants 
Jika  sebuah  industri  memiliki  entry  barriers  yang  rendah,  maka  akan 
semakin  banyak  perusahaan  yang  dapat  dengan  mudah  masuk  dan 
menyebabkan persaingan di dalam industri tersebut semakin tinggi.  
3.  Threat of substitute products 
Jika produk  yang  dihasilkan oleh  perusahaan  memiliki  produk pengganti 
di pasaran dan persaingan  ketat  terjadi  di  dalam  industri dimana  produk 
48 
  
pengganti  sudah  ada,  maka  akan  menyebabkan  menurunnya  harga  dan 
menurunnya keuntungan dari produk tersebut.  
4.  Threat of buyer’s growing bargaining power 
Akan  terjadi  ancaman  yang  muncul  karena  tingginya  kemampuan 
konsumen  dalam  bernegosiasi.  Karena  rendahnya  switching  cost  dari 
sebuah  produk,  maka  akan  mengakibatkan  pembeli  dengan  mudahnya 
pindah ke produk lain.  
5.  Threat of supplier’s growing bargaining power 
Sedikitnya  produk  pengganti  yang  ada  di  pasaran  akan  menyebabkan 
supplier  memiliki  kekuatan  untuk  menaikkan  harga  atau  membatasi
jumlah  penjualan  dari  para  supplier.  Hal  ini  akan  mengakibatkan 
rendahnya keuntungan yang akan didapatkan perusahaan dari produk yang 
dijual ke pasaran.  
Menurut  five  forces  model,  sebuah  industri  disebut  “tidak  menarik” 
bila kombinasi dari five forces menurunkan profitabilitas secara keseluruhan. 
Sebuah  industri  disebut  “menarik”  bila  kombinasinya  menunjukkan 
profitabilitas  yang  menjanjikan.  Tiga  dari  lima  ancaman  merujuk  pada 
persaingan dari sumber eksternal. Sisanya adalah ancaman internal.  
49 
  
  
Gambar 2.3 The Five Fo rces That Shape Industry Competition  
Sumber: Porter, 2008. 
 
 
2.5  PORTER GENERIC STRATEGY
Menurut Porter (2008), jika perusahaan ingin meningkatkan usahanya 
dalam  persaingan  yang  semakin  ketat,  perusahaan  harus  memilih  prinsip 
berbisnis, yaitu produk dengan harga tinggi atau produk dengan biaya rendah, 
bukan kedua-duanya.  
Berdasarkan  prinsip  ini,  Porter  menyatakan  terdapat  tiga  strategi 
generic, yaitu: 
1)  Strategi Diferensiasi (Differentiation),  
2)  Kepemimpinan Biaya Menyeluruh (Overall Cost Leadership), dan  
3)  Fokus (Focus). 
50 
  
2.6  PRICING THEORY
2.6.1  Pricing Theory
Penetapan  harga  merupakan  suatu  masalah  ketika  perusahaan  harus 
menentukan  harga  untuk  pertama  kali.  Hal  ini  terjadi  ketika  perusahaan 
mengembangkan  atau  memperoleh  suatu  produk  baru,  ketika  ia 
memperkenalkan   produk lamanya  ke  saluran  distribusi baru atau  ke  daerah 
geografis  baru,  dan  ketika  ia  melakukan  tender  memasuki  suatu  tawaran 
kontrak kerja yang baru. Prosedur dalam menetapkan harga:  
a)  Memilih sasaran harga  
b)  Menentukan permintaan 
c)  Memperkiranakan biaya 
d)  Menganalisis penawaran dan harga par a pesaing 
e)  Memilih suatu metode harga  
f)  Memilih harga akhir 
Pengertian  harga  menurut  Kotler  (2006)  adalah  sejumlah  uang  yang 
dibebankan pada suatu produk tertentu. Perusahaan menetapkan harga dalam 
berbagai  cara.  Dalam   perusahaan  kecil,  harga  sering  ditetapkan  oleh 
manajemen  puncak.  Di  perusahaan- perusahaan  besar,  penetapan  harga 
biasanya ditangani oleh para manajer divisi atau manajer lini produk. Bahkan 
dalam perusahaan-perusahaan ini,  manajemen  puncak menyusun  tujuan  dan 
51 
  
kebijakan  tentang  penetapan  harga  umum  dan  seringkali  menyetujui  har ga 
yang diusulkan oleh manajemen peringkat bawah.  
2.6.2  Tujuan Penetapan Harga
Dalam  menetapkan  harga  pada  suatu  produk  perusahaan  mengikuti 
prosedur enam langkah (Kotler, 2006):  
1)  Perusahaan  dengan  hati-hati  menyusun  tujuan-tujuan  pemasarannya, 
misalkan  mempertahankan  hidup,  meningkatkan  laba  saat  itu,  ingin 
memenangkan bagian  pasar atau kualitas produk.  
2)  Perusahaan  menentukan  kurva  permintaan  yang  memperlihatkan 
kemungkinan   jumlah  produk  yang  akan  terjual  per  periode,  pada 
tingkat-tingkat harga alternatif . Permintaan yang semakin tidak elastis, 
semakin tinggi pula harga yang dapat ditetapkan oleh perusahaan.  
3)  Perusahaan  memperkirakan  bagaimana  biaya  akan  bervariasi  pada 
tingkat  prosuksi yang berbeda-beda.  
4)  Perusahaan  mengamati  harga-harga  pesaing  sebagai  dasar  untuk 
menetapkan harga mereka sendiri.  
5)  Perusahaan  memilih  salah  satu  metode  penetapan  harga  terdiri  dari 
penetapan harga biaya plus, analisis peluang pokok dan penetapan laba 
sasaran, penetapan harga yang diperoleh, penetapan harga yang sesuai 
dengan  laju  perkembangan  dan  penetapan  harga  dalam  sampul 
tertutup.  
52 
  
6)  Perusahaan memilih harga final, menyatakannya dalam cara psikologis 
yang paling efektif dan mengeceknya untuk meyakinkan bahwa harga 
tersebut  sesuai  dengan  kebijakan  penetapan  harga  perusahaan  serta 
sesuai  pula  dengan  para   penyalur,  grosir,  wiraniaga  perusahaan, 
pesaing, pemasok dan pemerintah.  
2.6.3   Strategi Penetapan Harga Produk
1.  Sasaran Pemasaran 
a)  Market-Skimming Pricing  
Banyak  perusahaan  yang  menciptakan  produk  baru  pada 
awalnya  menetapkan  harga  yang  tinggi  untuk  produk  guna 
“mengeruk” pendapatan maksimum dari segmen yang bersedia 
membeli  dengan harga mahal. Inilah  yang dinamakan  market-
skimming pricing. 
Strategi  market-skimming  pricing  akan  berhasil  apabila 
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:  
  Sejumlah  yang  cukup  pembeli  mempunyai  permintaan 
yang tinggi.  
  Biaya satuan untuk memproduksi dalam jumlah kecil tidak 
lebih  tinggi  sehingga  menghapuskan  keuntungan  yang 
diperoleh  dari besarnya  harga  yang  para  pembeli  akan 
memikulnya.  
53 
  
   Harga permulaan  yang  tinggi  tidak  akan  menarik pesaing 
lebih banyak.  
  Harga  yang  tinggi  mendukung  kesan  akan  produk  yang 
bermutu unggul. 
b)  Bertahan hidup  
Perusahaan  menetapkan  bertahan  hidup  atau  survival  sebagai 
sasaran  utama  apabila  menghadapi  kesulitan  dalam  hal 
kelebihan  kapasitas   produksi,  persaingan  keras,  perubahan 
keinginan  konsumen.  Untuk  mempertahankan  tetap 
berjalannya  produksi,  perusahaan  harus  menetapkan  harga 
yang rendah, dengan harapan akan meningkatkan  permintaan.  
c)  Memaksimalkan laba jangka pendek  
Banyak  perusahaan  ingin menetapkan  suatu harga  yang  akan 
memaksimalkan  laba  jangka  pendek.  Mereka  mengestimasi 
permintaan dan biaya dihubungkan dengan harga alternatif dan 
harga yang akan menghasilkan laba, arus kas, atau tingkat laba 
investasi  maksimum.  Dalam  semua  hal,  perusahaan  lebih 
menitikberatkan  pada  kemampuan  keuangan  yang  ada  dan 
kurang pertimbangan prestasi keuangan dalam jangka  panjang.  
d)  Kepemimpinan market share  
Sebagian  perusahaan  lain  ingin  mencapai  market-share  yang 
dominan. Mereka yakin bahwa perusahaan dengan market-share 
terbesar  akan  menikmati  biaya  terendah  dan  laba  tertinggi 
54 
  
untuk  jangka  panjang.  Untuk  menja di  unggul  dalam 
market-share, mereka menetapkan harga serendah mungkin. 
e)  Kepemimpinan mutu produk  
Perusahaan  dapat  memutuskan  bahwa  mereka  ingin memiliki 
produk  dengan  mutu terbaik  di pasar. Keputusan  ini biasanya 
mengharuskan  penetapan  harga  yang  tinggi  untuk  menutup 
biaya  pengendalian mutu  produk yang  tinggi  serta  biaya riset 
dan  pengembangan yang tinggi.  
f)  Sasaran-sasaran yang lain  
Perusahaan  mungkin  menggunakan  harga  untuk  mencapai 
sasaran-sasaran  lainnya yang lebih  spesifik.  Perusahaan  dapat 
menetapkan  harga  untuk  mencegah  masuknya  perusahaan-
perusahaan lain ke dalam pasar tersebut atau perusahaan dapat 
pula menetapkan harga yang  sama  dengan harga para pesaing 
dengan maksud untuk menstabilkan pasar. 
2.  Jenis-Jenis Biaya 
a)  Biaya  tetap  adalah  biaya  yang  jumlah  totalnya  tidak  berubah 
walaupun  produksi atau hasil penjualan berubah.   
b)  Biaya  variabel  berbanding langsung dengan  tingkat  produksi. 
Biaya-biaya  ini  cenderung tidak  berubah  per  satuan  produksi. 
Biaya  ini  dinamakan  variabel karena jumlah totalnya berubah 
sejalan dengan perubahan jumlah satuan produksi.  
55 
  
c)  Biaya total adalah jumlah biaya tetap dan biaya variabel untuk 
setiap tingkat produksi. 
3.  Menentukan Permintaan 
a)  Menganalisa hubungan harga-permintaan  
Kurva permintaan menunjukan jumlah satuan (unit) yang akan 
dibeli  pasar  dalam  suatu  jangka  waktu  dengan  harga  yang 
ditetapkan.  Dalam  keadaan  biasa,  arah  permintaan  saling 
berlawanan  dengan  arah  harga,  artinya  semakin  tinggi  harga, 
semakin rendah permintan.   
b)  Elastisitas harga permintaan  
Jika permintaan hampir tidak berubah dengan perubahan har ga 
yang  kecil,  dikatakan  bahwa  permintaan  tidak  elastis.  Jika 
permintaan berubah sangat  besar, dikatakan bahwa permintaan 
adalah elastis.  
Faktor-faktor yang mementukan elastisitas harga permintaan: 
  Sedikit atau tidak adanya harga substitusi atau pesaing  
  Pembeli tidak mengetahui adanya kenaikan harga  
  Pembeli  tidak  cepat  mengubah  kebiasaan  membelinya  dan 
mencari harga yang lebih murah  
  Pembeli  menganggap  harga  yang  lebih  mahal  sejalan  dengan 
semakin baiknya mutu dan inflasi yang normal  
56 
  
Jika  permintaan  tampaknya  elastis,  maka  penjual  akan 
mempertimbangkan  untuk  menurunkan  harga.  Harga  yang  lebih 
rendah  akan  menyebabkan  total  penghasilan  yang  lebih   besar. 
Strategi  ini  akan  ada  artinya  kalau  biaya  tambahan  untuk 
memproduksi  dan  menjual  lebih  banyak  produk  tidak 
melebihi 
pendapatan tambahan.  
4.  Memilih Metode Penetapan Harga 
a)  Penetapan harga biaya plus  
Penetapan  harga  biaya  plus  yaitu  menambah  suatu  mark-
up baku  untuk  laba.  Beberapa  penjual  memberitahu
pelanggan  mereka  bahwa  mereka  akan  mengenakan  har ga 
pokok ditambah mark-up tertentu. Harga pokok per unit = biaya 
variabel  +  biaya  tetap  :  jumlah  penjualan.  Har ga  dengan 
mark-up = unit cost : (1 – laba penjualan yang diinginkan).
b)  Target profit pricing  
Perusahaan  mencoba  menetapkan  harga  yang  akan 
menghasilkan laba seperti yang telah ditetapkan sebelumnya.  
Kurva  yang  memotong  pendapatan  dan  jumlah  biaya  inilah 
yang disebut break even volume.  
c)  Penetapan harga berdasarkan persepsi pembeli  
Penetapan  harga  berdasarkan  persepsi  nilai  menggunakan 
persepsi  pembeli atas  nilai, bukan  atas biaya penjual, sebagai 
kunci penetapan harga produk.  
57 
  
Perusahaan  menggunkan  variabel-variabel  non  harga  dalam 
marketing  mix  untuk  membentuk  nilai  presepsi  pada  ingatan
pembeli.  Masing-masing  pengusaha  dapat  menaikkan  harga 
karena adanya nilai tambah (value added).  
d)  Going rate pricing  
Going  rate  pricing  adalah  suatu  penetapan  harga  dimana
perusahaan berusaha menetapkan harga setingkat dengan harga 
rata-rata  industri.  Metode  ini  digunakan  jika  biayanya  sulit 
diukur  dan  harga  yang  berlaku  di  pasar  dapat  memberikan 
keuntungan yang layak.  
2.6.4  Mengadaptasi Harga 
a)  Differentiated pricing, meliputi:  
  Berdasarkan konsumen (customer basis),  yaitu bahwa seorang 
penjual  akan  menawarkan  harga  yang  berbeda  untuk  suatu 
jenis barang yang sama.  
  Berdasarkan  versi  produk  (product  version  basis),  yaitu 
produk-produk yang sama tetapi dibuat sedikit berbeda.  
  Berdasarkan  tempat  (place  basis),  yaitu  penetapan  harga 
dengan  menilai  fasilitas  yang  diberikan  pada  suatu  tempat 
tertentu,  misalkan  naik  bus  kelas  ekonomi  dibandingkan 
dengan naik bus eksklusif, tentu harganya  pasti akan berbeda.  
58 
  
   Berdasarkan waktu (time basis), yaitu penetapan harga dengan 
melihat situasi dan kondisi tertentu, misalkan harga tiket siang 
berbeda dengan harga tiket malam.  
  Saluran distribusi  
Tiap  saluran  dan  tipe  pialang  yang  dipergunakan  akan 
mempengaruhi   penetapan  harga,  misalkan  harga  grosir 
berbeda dengan harga pengecer.  
b)  Penetapan harga dengan potongan dan allowances 
  Potongan  tunai,  adalah  suatu  pengurangan  harga  yang 
diberikan  kepada  pembeli  yang  membayar  dengan  cepat. 
Potongan  macam  ini  merupakan  kebiasaan  pada  banyak 
industri  dan  brerfungsi  untuk  membantu  perbaikan  likuiditas 
penjual dan mengurangi biaya penagihan.  
  Potongan  jumlah,  adalah  pengurangan  harga  yang  diberikan 
kepada pembeli yang membeli dalam jumlah banyak.  
  Potongan  fungsional  (trade  discounts)  oleh  pabrikan  kepada 
anggota-anggota saluran perdagangan yang melakukan fungsi-
fungsi tertentu seperti penjualan dan penyimpanan.  
  Potongan  musiman  adalah  suatu  pengurangan  harga  yang 
diberikan  kepada  pembeli  yang  membeli  barang  dagang  atau 
jasa di saat-saat sepi.  
  Allowances,  adalah  jenis  lain  pengurangan  har ga  dari  daftar 
harga.  Sebagai  contoh,  allowances  tukar  tambah  adalah 
59 
  
pengurangan harga yang diberikan untuk menyerahkan barang 
lama saat membeli yang baru. Allowances tukar tambah sering 
terjadi untuk perdagangan mobil.  
2.7  BRAND IMAGE
2.7.1  Pengertian Brand Image 
Menurut  para  ahli  pengertian  brand  image  atau  citra  merek  adalah 
persepsi  atau kepercayaan yang dianut oleh konsumen yang tercermin dalam 
hubungan yang  terjadi pada ingatan mereka (Keller, 2008). Citra merek juga 
dapat  dikatakan  merupakan  seperangkat  keyakinan,  ide,  dan  kesan  yang 
dimiliki  seseorang  terhadap  suatu  merek.  Karena  itu  tindakan  konsumen 
terhadap suatu merek sangat ditentukan oleh citra merek tersebut (Kotler dan 
Keller, 2009). Secara umum dapat dikatakan bahwa citra merek pada dasarnya 
adalah persepsi  merek  yang  ada  dalam  ingatan  konsumen  dan  kesan  umum 
terhadap merek tersebut.  
2.7.2  Faktor Pendukung Terbentuknya Brand Image
Menurut  Keller  (2008)  faktor-f aktor  yang  mendukung  terbentuknya 
citra merek yaitu: 
1.  Keunggulan Asosiasi Merek (Favorability of Brand Association) 
60 
  
Salah satu  faktor yang mempengaruhi citra merek adalah keunggulan 
sebuah produk, dimana produk tersebut lebih unggul daripada produk 
pesaingnya.  Keunggulan  dapat  berupa  model  ataupun  kenyamanan 
yang diperoleh konsumen sehingga menjadi ciri khas tersendiri untuk 
menarik konsumen. 
2.  Kekuatan Asosiasi Merek (Strength of Brand Association) 
Faktor ini sangat ditentukan oleh banyaknya informasi mengenai suatu 
produk yang masuk ke dalam ingatan konsumen, dan bertahan sebagai 
bagian dari citra merek. Dengan cara membangun popularitas melalui 
iklan,  atau  kegiatan  promosi  lainnya.  Kepopuleran  ini  sebagai 
penghubung  antara  produk  dengan  konsumen.  Jika  produk  tersebut 
dikenal  oleh  konsumen,  maka  produk  tersebut  akan  tetap  terjaga  di 
ingatan konsumen sehingga dapat membentuk citra merek.  
3.  Keunikan Asosiasi Merek (Uniquesness of Brand Association) 
Faktor yang juga dapat membentuk citra merek adalah keunikan yang 
dimiliki  oleh  produk  tersebut,  keunikan  dapat  berupa  bentuk  dari 
produk,  fungsinya,  atau  kebanggaan  yang  diterima  konsumen. 
Keunikan  ini  akan  menjadi  keunggulan  produk  tersebut  dalam 
bersaing, dan menjadi alasan konsumen untuk memilih merek tertentu.  
61 
  
2.7.3  Manfaat Membangun Brand Image
Manfaat  yang  didapat  perusahaan  dengan  membangun  citra  merek 
yang kuat adalah: 
a.  Memiliki peluang yang bagus untuk terus mengembangkan merek. 
b.  Menjadi  pemimpin  dalam  pasar  sehingga  dapat  meningkatkan 
keuntungan perusahaan. 
c.  Membantu  dalam  efisiensi  marketing,  karena  merek  sudah  dikenal 
oleh konsumen. 
d.  Menjadi produk pembeda dengan pesaing lainnya.  
e.  Menciptakan loyalitas konsumen terhadap merek tersebut. 
f.  Mempermudah  dalam  mendapatkan  investor  dan  merekrut  tenaga 
kerja.  
Sebuah  citra  mer ek  yang  positif  dapat  diambil  sebagai  kemampuan 
perusahaan untuk mempertahankan posisi pasar (Wu, 2011 dalam Ali,  et al., 
2013).  Selain  itu  sebuah  citra  merek  yang  positif  dapat  membantu 
meningkatkan  seperti  kepuasan  pelanggan,  keunggulan  layanan,  loyalitas 
pelanggan,  dan  niat  konsumen  untuk  membeli  kembali  (Lai,  Griffin  dan 
Babin, 2009 dalam Ali, et al., 2013). Oleh karena kepentingan tersebut maka 
banyak  kegiatan  pemasaran  yang  difokuskan  untuk  membangun  persepsi 
tentang merek di ingatan konsumen.  
 
 
62 
  
2.8  BRAND AWARENESS
2.8.1  Brand Awareness
Menurut Keller  (2003),  brand  awareness adalah kekuatan dari  suatu 
brand  di  dalam  memori,  seberapa  mudah  bagi  konsumen  untuk  mengingat
suatu brand.  
Brand  awareness  menurut  Susanto  &  Wijanarko  (2004),  adalah
kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali 
bahwa suatu brand merupakan bagian dari kategori brand tersebut.  
Brand awareness menurut Kotler (2006, hal. 268) adalah kemampuan
pembeli potensial untuk mengenal dan mengingat bahwa semua brand adalah 
sebuah bagian dari sebuah kategori produk tertentu.  
2.8.2  Empat Tingkatan Brand Awareness 
Menurut  Kotler  (2006,  hal.  268),  kesadaran  brand  dapat 
dikelompokkan menjadi 4 tingkatan. Keempat tingkatan yaitu:  
1.  Puncak Pikiran (Top of Mind)  
Puncak  Pikiran  merupakan  tingkatan  dimana  suatu  brand  menjadi 
yang  pertama  disebut  atau  diingat  oleh  responden  ketika  dirinya 
ditanya tentang suatu kategori produk.  
63 
  
2.  Pengingat Kembali Brand (Brand Recall)  
Pengingat  Kembali Brand  adalah tingkatan dimana  brand disebutkan 
oleh responden setelah menyebutkan brand yang pertama kali disebut 
sebagai pertanyaan pertama tentang suatu kategori produk.  
3.  Pengenalan Brand (Brand Recognition)  
Pengenalan  Brand  adalah  tingkatan  dimana  tingkat  kesadaran 
responden  akan  suatu  brand  diukur  dengan  memberikan  bantuan. 
Pertanyaan  untuk  pengenalan  brand  memberikan  bantuan  dengan 
menyebutkan ciri-ciri dari produk brand tersebut.  
4.  Tidak Menyadari Brand (Brand Unaware)  
Tidak  Menyadari  Brand  adalah  tingkatan  dimana  responden  tidak 
mengenal sama sekali atau tidak tahu mengenai suatu produk.  
2.8.3  Nilai Terbentuk dari Kesadaran Brand (Brand Awareness) 
Kesadaran brand  dapat sedikitnya menciptakan  4 nilai, nilai  tersebut 
dibentuk dengan empat cara, yaitu:  
1.  Anchor to which other association can be attached  
Suatu  brand  dengan  suatu  tingkat  kesadaran  dapat  mempengaruhi 
asosiasi-asosiasi  lain  yang  berhubungan  dengan  brand  tersebut. 
Dengan  demikian,  brand  dengan  tingkat  kesadaran  yang  tinggi  di 
pikiran  konsumen  akan  membantu  asosiasi  lainnya  di  pikiran 
konsumen atas brand tersebut.  
64 
  
2.  Familiarity – Liking  
Suatu  tingkat  kesadaran  tinggi  yang  ditandai  dengan  akrabnya  suatu 
brand  di  pikiran  konsumen,  lama-kelamaan  akan  menimbulkan  rasa
suka terhadap brand tersebut.  
3.  Substance / Commitment 
Kesadaran akan suatu brand dapat menandakan komitmen, keberadaan 
yang merupakan hal penting bagi suatu perusahaan. Suatu brand dapat 
dikenal  dengan  berbagai  alasan  seperti  iklan  secara  luas,  brand 
dikelola  dengan  baik  maupun  eksistensi  yang  sudah  teruji  dalam 
industri.   
4.  Brand to Consider  
Langkah  awal  dalam  suatu  proses  pembelian  adalah  dengan 
menyeleksi  suatu  kelompok  brand  yang  dikenal  untuk 
dipertimbangkan lagi lebih dalam brand mana yang akan dibeli. Brand 
dengan  tingkatan  kesadaran  top  of  mind  akan  mempunyai 
pertimbangan yang tinggi di pikiran konsumen. Jika suatu brand tidak 
tersimpan  di  dalam  ingatan  konsumen,  brand  tersebut  tidak  akan 
menjadi pertimbangan pembelian oleh konsumen.  
65 
  
Melihat bahwa  kesadaran akan  brand  menjadi  hal yang  penting bagi 
produsen, beberapa langkah yang dapat dilakukan, yaitu:  
1.  Menjadi berbeda dan dikenang  
Menciptakan suatu pesan atau menjadi istimewa dapat menjadi alasan 
bagi  konsumen  potensial  untuk  memperhatikan  dan  mengenang 
sehingga meningkatkan kesadaran konsumen akan suatu brand.  
2.  Melibatkan slogan atau jingle  
Sebuah  slogan  atau  jingle  yang  mudah  untuk  didengar  dan  diingat 
dapat  menjadi  alat  yang  jitu  dalam  menciptakan  suatu  kesadar an 
brand. 
3.  Penampakan simbol  
Sebuah simbol  mengandung  pencitraan visual yang jauh lebih mudah 
untuk diingat jika dibandingkan sebuah kata.  
4.  Publisitas  
Menggunakan  promosi  iklan  adalah  cara  yang  sangat  cocok  untuk 
meningkatkan  potensial  konsumen  akan  kesadaran  brand.  Iklan 
memungkinkan pemasar menggunakan kombinasi simbol, slogan, dan 
membuat yang berbeda sehingga memudahkan dalam mengirim pesan 
kepada konsumen.  
5.  Sponsor kegiatan  
Menjadi  suatu  sponsor  dalam  suatu  kegiatan  dapat  ditempuh  untuk 
meningkatkan kesadaran brand, terutama kepada pihak yang berkaitan 
dengan kegiatan tersebut.  
66 
  
6.  Menggunakan tanda-tanda  
Suatu  kegiatan  untuk  menstimulasi  kesadaran  brand  dapat  dibantu 
dengan  menggunakan  tanda-tanda  dari  kelas  produk  tertentu  atau 
keduanya. Packaging atau kemasan produk bisa menjadi tanda penting 
bagi suatu brand sekaligus menjadi stimulus aktual terhadap pembeli.  
2.9  KEPUASAN PELANGGAN 
2.9.1  Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction)
Telah  menjadi  suatu  kepercayaan  umum,  khususnya  di  dunia  bisnis, 
bahwa  kepuasan  pelanggan  merupakan  salah  satu  kunci  keberhasilan  suatu 
usaha. Hal  ini  dikarenakan dengan memuaskan konsumen,  perusahaan  dapat 
meningkatkan  tingkat  keuntungannya  dan  mendapatkan  pangsa  pasar  yang 
lebih  luas.  Kepuasan  pelanggan  merupakan  dasar  dari  kesetiaan  pelanggan 
dan merupakan hal penting bagi perusahaan.  
2.9.2  Definisi Kepuasan Pelanggan 
Produk  dan  layanan  yang  berkualitas  berperan  penting  dalam 
membentuk  kepuasan  konsumen,  selain  itu  juga  erat  kaitannya  dalam 
menciptakan  keuntungan  bagi  perusahaan.  Semakin  berkualitas  produk  dan 
layanan yang diberikan oleh perusahaan maka kepuasan yang dirasakan oleh 
pelanggan akan semakin tinggi.  
67 
  
Kepuasan pelanggan menurut Fandy Tjiptono (2002:24), yaitu: 
”Kepuasan  pelanggan  adanya  kepuasan  pelanggan  akan  dapat
menjalin  hubungan  harmonis  antara  produsen  dan  konsumen. 
Menciptakan  dasar  yang  baik  bagi  pembelian  ulang  serta 
terciptanya  loyalitas pelanggan  dan membentuk rekomendasi dari 
mulut  ke  mulut  yang  akan  dapat  menguntungkan  sebuah 
perusahaan. ”
Definisi  kepuasan  pelanggan  (customer  satisfaction)  menurut  Lerbin 
R.  Aritonang  R.  dalam  bukunya  yang  berjudul  Kepuasan  Pelanggan: 
Pengukuran dan Penganalisisan dengan SPSS (2005), yaitu: 
“Kepuasan pelanggan sebagai hasil penilaian pelanggan terhadap
apa yang diharapkannya dengan membeli dan mengkonsumsi suatu 
produk.”
Seperti  yang telah didefinisikan oleh Lerbin  R. Aritonang R. tentang 
kepuasan pelanggan, apa yang diharapkan oleh pelanggan (harapan) itu lantas 
dibandingkan dengan persepsinya terhadap  kiner ja  yang diterimanya dengan 
mengkonsumsi  produk  itu.  Jika  harapannya  lebih  tinggi  daripada  kinerja 
produk, maka pelanggan akan merasa tidak puas. Sebaliknya, jika harapannya 
sama dengan atau lebih rendah daripada kinerja produk, maka pelanggan akan 
merasa puas.  
Definisi  kepuasan  pelanggan  (customer  satisfaction)  menurut  Kotler 
(2005), yaitu : 
“Kepuasan pelanggan adalah perasaan  seseorang yang puas atau
sebaliknya setelah membandingkan antara kenyataan dan harapan 
yang diterima dari sebuah produk atau jasa.”
68 
  
Kepuasan  pelanggan  hanya  dapat  tercapai  dengan  memberikan 
pelayanan yang berkualitas kepada pelanggannya. Pelayanan yang baik sering 
dinilai  oleh  pelanggan  secara  langsung  dari  karyawan  sebagai  orang  yang 
melayani atau disebut juga sebagai produsen jasa, karena itu diperlukan usaha 
untuk  meningkatkan  kualitas  sistem  pelayanan  yang  diberikan  agar  dapat 
memenuhi keinginan dan meningkatkan kepuasan pelanggan.  
Kualitas  pelayanan  memiliki  hubungan  yang  erat  dengan  kepuasan 
pelanggan.  Kualitas  memberikan  suatu  dorongan  kepada  pelanggan  untuk 
menjalin  hubungan  yang  kuat  dengan  perusahaan.  Dengan  tercapainya 
kualitas  layanan  yang  sempurna  akan  mendorong  terciptanya  kepuasan 
pelanggan,  karena  kualitas  layanan  merupakan  sarana  untuk  mewujudkan 
kepuasan pelanggan.  
Kualitas  layanan  dapat  diwujudkan  dengan  memberikan  layanan 
kepada  pelanggan  dengan  sebaik  mungkin  sesuai  dengan apa  yang  menjadi 
harapan  pelanggan.  Ketidakpuasan  pada  salah  satu  atau  lebih  dari  dimensi 
layanan tersebut tentunya akan memberikan dampak negatif terhadap tingkat 
layanan  secara  keseluruhan,  sehingga  upaya  untuk  meningkatkan  kualitas 
layanan untuk masing-masing dimensi layanan harus tetap menjadi perhatian.  
Kinerja  pelayanan  yang 
tidak sesuai  dengan  harapan pelanggan pada 
saat  menggunakan  produk  atau  jasa  (diskonfirmasi)  tentunya  akan  memicu 
terjadinya lost customer (kehilangan pelanggan) pada sebuah perusahaan.  
69 
  
Dalam  jangka  panjang,  ikatan  ini  memungkinkan  perusahaan  untuk 
memahami dengan seksama harapan  pelanggan  serta  kebutuhannya. Dengan 
demikian, perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan sehingga juga 
dapat menciptakan kesetiaan / loyalitas pelanggan.  
Philip Kotler (2005) menyatakan bahwa : 
“Kepuasan pelanggan  adalah  tingkat  perasaan  seseorang  setelah
membandingkan kinerja (atau hasil) yang dirasakan dibandingkan 
dengan harapannya.”
Kepuasan pelanggan merupakan titik lain yang harus diperhatikan oleh 
perusahaan.  Konsep  kepuasan  sendiri  merupakan  konsep  yang  abstrak. 
Pencapaian kepuasan pun bisa sederhana, maupun rumit. Kepuasan pelanggan 
menjadi  sesuatu  yang  penting,  ketika  persaingan  semakin  tinggi  dan 
pelanggan  mulai  memiliki  lebih  banyak  pilihan  untuk  satu  kategori  produk 
tertentu.  
Pentingnya  kepuasan  pelanggan  berkaitan  dengan  persaingan  yang 
makin  ketat, serta tingkat  kerugian dan  keuntungan perusahaan. Keuntungan 
memang  tidak  selalu  ditentukan  oleh  kepuasan  pelanggan,  tetapi  juga  oleh 
kepercayaan  dan  kesetiaan  pelanggan  terhadap  suatu  produk  dan 
perusahaannya.  Hal  tersebut  jelas  saling  mempengaruhi  karena  di  tengah 
ketatnya  persaingan,  kesetiaan  pelanggan  menjadi  hal  yang  sulit  untuk 
dipertahankan.  Oleh  kar ena  itu,  kepuasan  pelanggan  merupakan  hal  yang 
70 
  
sangat  penting  bagi  perusahaan  dalam  mempertahankan  para  pelanggannya 
agar tidak berpindah ke perusahaan lain.  
Kepuasan konsumen  tidak dapat  dilihat  dari produk  yang berkualitas 
semata-mata. Konsumen yang puas, belum tentu karena kualitas produk yang 
tinggi,  tetapi  kualitas  yang  tinggi  dapat  membantu  meningkatkan  kepuasan 
pelanggan.  Itu  berarti  kepuasan  konsumen  dapat  diraih  tidak  saja  karena 
produk yang berkualitas.  
Membuat  konsumen  puas  dengan  pelayanan  kita  tidak  semata-mata 
pada aspek pelayanan jasa semata, tetapi juga pada aspek intrinsik produk itu 
sendiri. Kenyataannya, tidak mudah membuat konsumen puas dengan produk 
kita maupun dukungan terhadap produk kita, tetapi membuat pelanggan puas 
dengan  pelayanan  kita  adalah  langkah  awal  yang  baik  untuk  membangun 
kesetiaan pelanggan di masa yang akan datang. 
2.9.3  Konsep Kepuasan Pelanggan
Konsep  kepuasan  pelanggan  menurut  Fandi  Tjiptono  (2002)  bahwa 
kepuasan pelanggan merupakan tingkatan kebutuhan,  keinginan dan harapan 
dari  pelanggan  agar  dapat  terpenuhi,  sehingga  mengakibatkan  terjadinya 
pembelian  ulang  atau  kesetiaan  yang  berlanjut.  Faktor  yang  paling  penting 
untuk  menciptakan  kepuasan  pelanggan  adalah  kinerja  dari  agen  yang 
biasanya diartikan dengan kualitas dari agen tersebut.  
71 
  
Produk  jasa  berkualitas  mempunyai  peranan  penting  untuk 
membentuk kepuasan  pelanggan. Semakin  berkualitas produk dan jasa  yang 
diberikan, maka kepuasan yang dirasakan oleh pelanggan semakin tinggi. Bila 
kepuasan  semakin  tinggi,  maka  akan  menimbulkan  keuntungan  bagi 
perusahaan.  Pelanggan yang  puas  akan  terus  menerus  melakukan  pembelian 
pada perusahaan tersebut. Demikian pula sebaliknya jika tanpa ada kepuasan, 
dapat mengakibatkan pelanggan berpindah ke produk lain.  
Tingkat  kepuasan  adalah  fungsi  dari  perbedaan  antara  kinerja  yang 
dirasakan  dengan  harapan.  Dengan  demikian,  harapan  pelanggan  melatar 
belakangi mengapa dua perusahaan pada jenis usaha yang sama dapat dinilai 
berbeda  oleh  pelanggannya. 
Dalam  konteks  kepuasan  pelanggan,  umumnya 
harapan  merupakan  perkiraan  atau  keyakinan  pelanggan  tentang  apa  yang 
akan  diterimanya.  Harapan  mereka  dibentuk  oleh  pengalaman  pembelian 
terdahulu,  komentar  teman  dan  kenalannya  serta  janji  dari  perusahaan 
tersebut.  Harapan-harapan  pelanggan  ini  dari  waktu  ke  waktu  berkembang 
seiring dengan semakin bertambahnya pengalaman pelanggan.  
Kepuasan ataupun ketidakpuasan pelanggan  adalah respon pelanggan 
terhadap  ketidak-sesuaian  yang  dirasakan  antara  harapan  sebelumnya  dan 
kinerja aktual  produk yang  dirasakan, bahwa  pada  persaingan yang  semakin 
ketat ini, semakin banyak produsen yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan 
dan  keinginan  pelanggan,  sehingga  hal  ini  menyebabkan  setiap  perusahaan 
harus menempatkan orientasi pada kepuasan pelanggan sebagai tujuan utama.  
72 
  
Perusahaan  dapat  mengetahui  kepuasan  dari  para  pelanggannya 
melalui  umpan  balik  yang  diberikan  pelanggan  kepada  perusahaan  tersebut 
sehingga  dapat  menjadi  masukan  bagi  keperluan  pengembangan  dan 
implementasi serta peningkatan kepuasan pelanggan. Dari sini dapat diketahui 
pada  saat  pelanggan  komplain. Hal ini  merupakan  peluang bagi  perusahaan 
untuk  dapat  mengetahui  kinerja  dari  perusahaan.  Dengan  adanya  komplain 
tersebut, perusahaan dapat memperbaiki dan meningkatkan layanan sehingga 
dapat  memuaskan  pelanggan  yang  belum  puas  tadi.  Biasanya  pelanggan 
mempunyai  komitmen  yang  besar  pada  perusahaan  yang  menanggapi 
komplain darinya.  
Gambar 2.4 Konsep Kep uasan Pelanggan 
(Sumber: Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran Edisi II, 2002) 
73