7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen Pemasaran
2.1.1 Pemasaran
Pemasaran adalah hal yang amat mendasar, sehingga tidak dapat dianggap
sebagai fungsi tersendiri. Pemasaran adalah cara memandang seluruh perusahaan dari
hasil akhirnya, yaitu dari pandangan pelanggannya. Keberhasilan suatu bisnis bukan
ditentukan
oleh
produsennya
tapi
oleh
pelanggannya
(Peter
Drucker, 1990).
Selain
itu
dikatakan,
pemasaran
meliputi
seluruh
kegiatan
perusahaan
dalam beradaptasi
terhadap lingkungannya secara kreatif dan menguntungkan (Ray Corey,1992). Tugas
dari
pemasar
adalah
menjabarkan
kebutuhan masyarakat menjadi peluang yang
menghasilkan keuntungan (Anonim).
Definisi-definisi diatas secara umum menjabarkan konsep inti dari pemasaran
yaitu
:
kebutuhan,
keinginan
dan
permintaan produk; nilai, biaya dan kepuasan;
pertukaran,
transaksi dan hubungan; pasar dan pemasaran serta pemasar. Konsep ini
dapat digambarkan kedalam diagram dibawah ini :
  
8
Kebutuhan,
Keinginan dan
Permintaan
Produk
Nilai,
Biaya dan
Kepuasan
Pertukaran,
Transaksi dan
Hubungan
Pasar
Pemasaran
dan
Pemasar
Gambar 2.1 Bagan Konsep Pemasaran
Cara 
berpikir 
seorang 
permasar 
harus 
dimulai 
dengan 
kebutuhan 
dan
keinginan manusia. Manusia membutuhkan makanan, udara, air, pakaian dan rumah
untuk
hidup.
Diluar
ini
manusia
ingin
rekreasi,
pendidikan
maupun
jasa
lainnya.
Tidak perlu diragukan bahwa kebutuhan dan keinginan manusia untuk saat ini sangat
besar.
Dalam setahun
lebih
dari
280
juta
orang
penduduk
AS
(data
tahun
2000)
menghabiskan 75 milyar telur, 3 milyar ayam, 7 juta pengering rambut, 133 milyar
mil/orang  perjalanan  domestik  dan  lebih  dari  10  juta  ceramah.  Barang  dan  jasa
tersebut menimbulkan permintaan lebih dari 150 juta ton baja, 4 milyar ton kapas dan
banyak barang industri lainnya. Ini baru sedikit dari seluruh permintaan ekonomi US$
5.7 trilyun.
Ada perbedaan mendasar antara kebutuhan, keinginan dan permintaan.
Kebutuhan adalah keadaan merasa tidak memiliki kepuasan dasar, misalnya manusia
membutuhkan
sandang,
pangan,
papan,
hak
milik,
harga
diri
dan
kebutuhan
lain
untuk bisa
hidup. Kebutuhan tidak diciptakan oleh pasar, namun lebih dari budaya
sebuah kelompok dimana orang tadi ada. Keinginan adalah hasrat akan pemuas
tertentu dari kebutuhan tersebut, misalnya untuk orang Indonesia butuh makan dan
ingin
nasi, sedangkan orang Belanda ingin makan dengan roti, atau pada saat orang
butuh rumah, dia berkeinginan untuk tinggal di kawasan Menteng atau Pondok Indah.
  
9
Sedangkan
permintaan
adalah
keinginan akan suatu produk dengan didukung
kemampuan
serta kesediaan
membelinya, misalnya
untuk kendaraan,
orang banyak
yang berkeinginan menggunakan mobil Mercedes Benz, namun tentu tidak setiap
orang mampu untuk membelinya.
Orang
memenuhi kebutuhan dan keinginannya dengan barang dan jasa. Dan
biasanya kita akan menggunakan
istilah produk untuk mendefinisikan hasil industri
barang
maupun
jasa.
Produk
didefiniskan
sebagai
sesuatu
yang
dapat
ditawarkan
untuk
memenuhi
kebutuhan
atau
keinginan. Pada
kenyataannya
pentingnya
suatu
produk
fisik
bukan
terletak
pada
kepemilikannya, tetapi pada jasa yang dapat
diberikannya. Kita tidak membeli mobil untuk hanya dilihat, namun untuk dikendarai
dan dinikmati pada saat berjalan, kita tidak membeli kulkas untuk digunakan sebagai
lemari pajangan dan tentu saja kita tidak pergi kepercetakan
untuk membuat brosur
dan disimpan dalam lemari setelahnya. Jadi dari sini dapat disimpulkan bahwa walau
hasil
industri berupa barang,
namun produk
secara fisik tersebut sebenarnya adalah
sarana untuk memberikan jasa pada kita.
Sudah menjadi hal yang wajar bahwa setiap kali terjadi transaksi barang
dipasar, orang tentu akan mengharapkan sebuah nilai plus dari barang yang dibelinya.
Dan
nilai
yang
diberikan
pada
produk
akan dicocokkan dengan biaya yang harus
dikeluarkan,  bila  barang  tersebut  memiliki  nilai  tinggi  bagi  pembeli  tentu  tidak
sayang untuk mengeluarkan biaya yang tinggi, dan hasil dari pembelian tersebut tentu
akan
didapatkan
tinggat
kepuasan.
Disini
akan terlihat bagaimana seorang pembeli
produk akan merasa terpuaskan atas apa yang mereka beli.
  
10
Kebutuhan dan keinginan manusia serta nilai suatu produk bagi manusia tidak
pernah cukup bila digunakan untuk
menjelaskan pemasaran. Pemasaran timbul saat
orang 
memutuskan 
untuk 
memenuhi 
kebutuhan  serta  keinginannya  dengan
pertukaran.
Pertukaran
merupakan
salah
satu
dari
empat
cara
orang
mendapatkan
suatu produk (Philip Kotler, 1995).
1.   Adalah dengan menghasilkannnya sendiri. Orang lapar dapat mencari makan
dengan  berburu,  atau  mengumpulkan  buah.  Dia  tidak  perlu  berinteraksi
dengan orang lain, dan tidak ada pasar atau pemasaran.
2.   Adalah dengan
memaksa. Orang
lapar dapat merebut atau mencuri makanan
dari orang lain. Satu-satunya keuntungan bagi orang lain itu adalah orang itu
tidak disakiti.
3.   Adalah dengan
meminta-minta. Orang lapar dapat
mengemis sesuatu kepada
orang lain, seperti uang, barang atau jasa lain.
4.   Adalah pertukaran. Orang lapar dapat pula menawarkan sesuatu kepada orang
lain seperti uang, barang dan jasa lain.
Pemasaran muncul dari cara yang terakhir. Pertukaran adalah cara
mendapatkan
suatu
produk
yang
diinginkan dari seseorang dengan menawarkan
sesuatu sebagai gantinya. Pertukaran ini adalah konsep dasar pemasaran. Supaya
terjadi pertukaran, ada 5 (lima) hal yang harus dipenuhi :
1.   Sekurang – kurangnya ada 2 (dua) pihak.
2.   Masing
masing
pihak
memiliki
sesuatu
yang
bernilai
pagi
pihak
lainnya.
  
11
3.   Masing 
masing  pihak  dapat 
berkomunikasi  dan 
menyerahkan
barang.
4.   Masing  –  masing  pihak  bebas  menerima  atau  menolak  penawaran
yang ada.
5.   Masing – masing pihak memang mengingatkan dan bersedia berurusan
dengan pihak lainnya.
Bila kelima syarat tersebut dapat dipenuhi, ada kemungkinan terjadi
pertukaran. Terjadi
atau
tidaknya
pertukaran tergantung apakah kedua belah pihak
dapat menyetujui
syarat pertukaran
yang saling menguntungkan (atau minimal tidak
merugikan). Jadi pertukaran sering disebut “proses penciptaan nilai” karena masing –
masing pihak biasanya lebih beruntung daripada sebelum pertukaran.
Konsep pasar akan membawa  
untuk kembali pada konsep pemasaran.
Pemasaran
adalah
kegiatan
manusia
dalam hubungannya
dengan
pasar.
Pemasaran
maksudnya bekerja dengan pasar
untuk
mewujudkan transaksi yang mungkin terjadi
dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia.
Kalau satu pihak lebih aktif mencari pertukaran dari pada pihak lain, maka
pihak pertama adalah pemasar dan pihak kedua adalah calon pembeli. Pemasar adalah
orang yang mencari sumber daya dari orang lain dan mau menawarkan sesuatu yang
bernilai
untuk
itu (Philip Kotler, 1996). Dalam situasi
normal pemasar adalah suatu
perusahaan
yang
melayani suatu pasar pemakai ditengah kompetisi. Perusahaan dan
saingannya mengirimkan masing – masing produk dan pesannya baik secara langsung
atau melalui perantara pemasaran (perantara dan fasilitator) kepada pemakai akhir.
Keefektifan
mereka
dipengaruhi oleh
masing
masing
pemasok
mereka
dan
juga
  
12
faktor utama lingkungan (demografi, ekonomi, fiskal, teknologi, politik, hukum,
sosial, budaya). Gambar dibawah ini menggambarkan elemen – elemen utama dalam
sistem pemasaran modern. Setelah
membahas beberapa konsep tersebut,
maka dapat
didefinisikan bahwa : “Pemasar adalah proses sosial dan manajerial dimana individu
dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan
mereka dengan
menciptakan,
menawarkan dan menukarkan produk yang bernilai satu sama lain”.
2.1.2 Membangun Kepuasan Pelanggan
Tujuan perusahaan adalah memiliki pelayanan pelanggan yang tidak hanya
terbaik,
namun
juga
menjadi
legenda
(Sam Walton, 1997). Mungkin begitu banyak
orang yang puas dengan mobil kami, karena kami tidak puas. Tujuan kami adalah
membuat produk dengan senang hati, yang dapat kami jual dengan senang hati dan
yang dapat digunakan pelanggan kami dengan senang hati (Honda, 1980).
Begitu banyak pengertian-pengertian yang dibuat para pemimpin bisnis dalam
mengembankan pelayanan yang memuaskan pelanggannya. Perusahaan masa
kini
menghadapai persaingan terberatnya dalam beberapa dekade terakhir, dan persaingan
hanya akan bertambah sengit. Dalam ekonomi dimana terjadi kelangkaan atau dalam
pasar yang monopolistik, perusahaan tidak perlu berusaha keras untuk menyenangkan
pelanggan. Kita bisa melihat bagaimana negara-negara Eropa Timur yang pada tahun
1980-an
masih
menganut
paham komunis,
masyarakatnya
rela
antri
ditoko
untuk
mendapatkan barang yang dibutuhkannya, masalah apakah konsumen tersebut puas
dengan pelayanan yang diberikan, tidak diperhatikan oleh penjual.
  
13
Namun dalam pasar pembeli, pelanggan dapat
memilih dari beraneka ragam
barang dan jasa. Disini penjual
harus
menjual barang atau jasa
yang
sesuai dengan
standar
kepuasan konsumen.
Karena
bila tidak
akan
mengakibatkan konseumen
itu
lari dan akan pergi ke pesaing.  Dan tampaknya keadaan konsumen sekarang semakin
dapat memilih dan tentu
saja
hal
ini
sangat memaksa para industriawan tidak hanya
berkompetisi
dalam bentuk
pembuatan
produk
dengan
kualitas
baik
namun
juga
membuat produk dapat diterima dihati pelanggan.
Agar profit dapat terjamin, perusahaan harus dapat menghitung biaya akuisisi
dan
value
yang
didapat
dari
pelanggan seakurat
mungkin.
Kadang-kadang
perlu
perubahan
drastis
untuk
menciptakan
kepuasan pelanggan. Tanpa  uang, seseorang
masih dapat berbisnis. Tanpa  aset-aset semacam  mesin, gedung,  dan peralatan pun
bisnis 
masih  dapat
dijalankan. 
Bahkan,
tanpa
produk dan pekerja, orang 
masih
juga dapat berbisnis. "Tetapi, tanpa
pelanggan, tak seorang pun  dapat melakukan
bisnis.   Kita   baru  dapat   berbisnis   kalau   mempunyai 
minimal satu pelanggan,"
(Handi Irawan, chairman Frontier Marketing & Research Consultant) mengatakan
bahwa  pelanggan adalah    stakeholder  terpenting.  Artinya,  kepuasan   pelanggan (
customer satisfaction ) merupakan hal yang tak bisa ditawar-tawar lagi.
Kesadaran  akan pentingnya pelanggan adalah satu  hal.  Namun, langkah
berikutnya  yang  juga sangat  penting  adalah  mengukur portofolio  pelanggan.
Pengukuran pertama  yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah  berapa
sesungguhnya  harga  seorang pelanggan. Contoh langkah Citibank mengakuisisi
seorang pemegang kartu kredit  yang dia perkirakan bernilai Rp 500.000/pelanggan.
  
14
Itu  biaya  yang  harus  dikeluarkan.  Namanya  bisnis,  tentu 
harus
mendapatkan profit  margin  .  Maka  langkah  berikutnya  adalah   mengukur    value
seorang pelanggan, yang dikenal  dengan  customer's lifetime value . Dalam hal
ini,
ada beberapa tahap yang harus dilakukan. Pertama, harus diputuskan berapa tahun
pelanggan rata-rata dapat bertahan bersama perusahaan. Tahap kedua,  perusahaan
menentukan komponen pembentuk  
lifetime  value 
yang 
menentukan   cash flow
dari profit selama lima  tahun  untuk setiap pelanggan.
Apa 
saja
komponen
pembentuk 
lifetime
value 
tersebut? 
Setidaknya
ada
empat  yang  masuk  ke  dalam  perhitungan   ini,  yakni   base  profit  ,  profit  karena
kenaikan transaksi, profit  dari 
related  sales ,  dan profit dari  referensi.  Dengan
perhitungan 
tersebut,  
maka   diperkirakan   customer  
lifetime   value   
Citibank
besarnya  adalah  Rp 4,3 juta. "Dari angka
ini  perusahaan  dapat memutuskan berapa
anggaran maksimal yang harus dikeluarkan  untuk mengakuisisi  seorang pelanggan,
dan berapa anggaran   incremental  yang  diperlukan untuk membuat pelanggan loyal
terhadap  perusahaan".
Kepuasan
Pelanggan dan Peningkatan
Profit, bagaimana 
dampaknya
secara
umum?
Yang
pasti,
dari 
contoh 
di atas
saja terlihat bahwa strategi implementasi
customer satisfaction   ini  begitu kompleks, mencakup banyak hal.  Maka,  korporat
yang   berniat  mendongkrak/mengimplementasikan   customer   satisfaction    harus
bersiap  banyak,
harus
membenahi  banyak 
hal. Usai
melakukan  banyak
hal
itulah
korporat
bakal
memetik 
banyak 
manfaat. Di antaranya, yang tentunya paling
diharapkan, meningkatnya pendapatan ataupun keuntungan korporat.
  
15
Sebuah riset lain yang juga dilakukan oleh Frontier  menunjukkan bahwa ada
korelasi
yang
kuat antara
tingkat
kepuasan  pelanggan  dengan  tingkat 
kesetiaan
dan  peningkatan  profit .  Secara  akal  sehat,
hal  tersebut 
masuk  akal. Demikian
juga korelasi positif antara peningkatan  kepuasan  pelanggan,  meningkatnya
kesetiaan  pelanggan,  dan   meningkatnya profit.
2.2    Perencanaan Strategi Pemasaran
Jika kita menengok literatur asing, makna yang terkandung pada konsep
strategi  pemasaran  adalah  sepadan  maknanya  dengan  konsep  marketing  strategy
dalam bahasa
Inggris.
Kebanyakan
para
penulis
memaknai konsep
tersebut dengan
pernyataan yang agak meluas. Chang and Campo (1980) melihat marketing strategy
sebagai
suatu
isu sentral dan krusial dalam fungsi pemasaran. Guiltiman
dan
Paul
(1985) melihat strategi pemasaran sebagai "a broad means of achieving given aims."
Kotler (1976) mengartikan strategi pemasaran sebagai "the grand design to achieve
an 
objective."
McCarthy 
dkk. 
(1998,p.41) 
mendefinisikan 
marketing  strategy
sebagai
"the
specification
of
target
market
and
related
marketing
mix."
Rao dan
Steckel
(1995,
p.3)
menemukan
bahwa
kebanyakan para menejer mendefinisikan
strategi pemasaran sebagai "…the way you go about accomplishing your objectives."
Dan 
terakhir  pengertian 
yang 
lebih 
spesipik  disampaikan 
oleh 
Zikmund 
dan
D’Amico (1989, p.669) yang menyatakan bahwa:
Marketing strategy includes the identification and evaluation of opportunities,
analysis of market segments, selection of a target market or of target markets, and
planning an appropriate marketing mix
  
16
Dari beberapa pengertian strategi pemasaran yang dikemukakan oleh para
penulis
di
atas,
didapat
gambaran
bahwa strategi pemasaran pada hakikatnya
merupakan serangkaian upaya yang ditempuh dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Untuk kepentingan kita dalam merancang strategi pemasaran, kita akan berpijak pada
pengertian strategi pemasaran yang disampaikan oleh William Zikmund dan Michael
D’Amico.
Menurut
McCarthy
dkk
(1998)
setiap langkah yang dilakukan dalam
mempormulasikan strtegi pemasaran harus diorientasikan pada upaya untuk mencapai
kepuasan
pelanggan.
Kepuasan
pelanggan merupakan kunci utama dari konsep
pemasaran
dan
strategi
pemasaran.
Ini
berarti
bahwa
proses
yang
ditempuh
oleh
setiap   pihak   boleh   jadi   bermacam-macam   sesuai   dengan   kesanggupan   dan
karakteristik masing-masing tetapi tujuan akhirnya tetap akan bermuara pada
tercapainya kepuasan konsumen atau consumer satisfaction.
Boone
and
Kurt
(1987)
berargumentasi bahwa pengembangan a profitable
marketing
strategy
dimulai
dari the identification of attractive opportunities
(mengidentifikasi peluang), kemudian defines the target market (tentukan pasar
sasaran)  dimana  perusahaan  akan 
mencurahkan 
seluruh  aktivitas  pemasarannya
secara
langsung.
Pernyataan
yang
hampir
sama,
juga,
dikemukakan
oleh
Zikmund
dan D’Amico (1989) yang menegaskan bahwa terdapat tiga langkah utama di dalam
pengembangan strategi pemasaran, yaitu :
!
Identifying and evaluating opportunities (mengidentifikasi dan menilai peluang).
!
Analysing market segments and selecting target markets (menganalisis segmen-
segmen pasar dan memilih pasar sasaran)
  
17
!
Planning a marketing mix strategy that will satisfy customer’s needs and meet the
objectives   and   goals   of   the   organisation   (merencanakan   strategi   bauran
pemasaran yang akan memuaskan kebutuhan-kebutuhan pelanggan dan sesuai
dengan tujuan organisasi.
Jika digambarkan akan tampak sebagai berikut:
Gambar 2.2 Tiga Langkah Dalam Membangun Strategi Pemasaran
2.2.1
Identifikasi dan Evaluasi Peluang Pasar
Adalah
suatu
kenyataan
yang
harus
dihadapi oleh setiap organisasi dimana
mereka
hidup
di
bawah
tekanan
perubahan. Perubahan yang diakibatkan oleh
kemajuan 
dalam 
berbagai 
bidang 
kehidupan 
telah 
berimplikasi 
pada 
semakin
beraneka ragamnya kebutuhan dan tuntutan hidup setiap individu. Setiap organisasi
hidup
di
bawah pengaruh
perkembangan budaya
yang dicapai
oleh
masyarakat di
  
18
sekitarnya serta faktor-faktor eksternal lainnya; seperti kondisi ekonomi, situasi
politik,  keyakinan  dan  nilai  serta  norma  yang  dianut  masyarakat.  Keadaan  yang
terjadi di luar organisasi tersebut ada yang bisa dikendalikan oleh perusahaan dan ada
juga
bahkan
pada
umumnya
merupakan
keadaan atau faktor yang tidak bisa
dikendalikan.
Memahami dan menyikapi bahwa aktivitas pemasaran dilakukan dalam situasi
seperti tersebut di atas, maka tidak ada jaminan bagi perusahaan akan keefektifan
pemasarannya. Para marketer harus mampu "membaca" secara seksama situasi-situasi
di
luar
tersebut beserta setiap perubahan yang terjadi di dalamnya. Setelah
itu, para
marketer harus mampu "menerjemahkan" situasi serta perubahan tersebut ke dalam
kerangka
peluang
pasarnya
(marketing
opportunities).
"Marketing Opportunity
Analysis
[MOA]
is
the
diagnostic
activity
of
interpreting
environmental
attributes
and change" (Zikmund dan D’Amico 1989, p.57) Yang berarti bahwa analisis peluang
pasar
merupakan
upaya
diagnostik
untuk menginterpretasikan
atribut-atribut
lingkungan serta perubahannya. Menurut
Zikmund dan D’Amico MOA akan sangat
membantu
para
manajer
(1)
sebagai
warning
system
terhadap
potensi
resiko
yang
akan dihadapi (a warning system to alert managers to the risk of potential problems)
dan
di
lain
pihak
MOA
dapat
berfungsi
sebagai appraisal
system yang
akan
menyadarkan  para 
manajer  terhadap  keuntungan 
yang 
mungkin  diperoleh  dari
peluang tertentu (as an appraisal system to make managers aware of the benefits
associated with certain opportunities).
  
19
Boone dan Kurtz (1987) menegaskan hal yang sama bahwa analisis peluang
pasar sangat berguna menyediakan fondasi bagi kepentingan perencanaan dan strategi
pemasaran. Para manajer dipandang perlu mengevaluasi situasi lingkungan, tempat
dimana mereka mencurahkan aktivitas pemasarannya, dan mengestimasi pengaruh-
pengaruh lingkungan yang mungkin timbul pada masa yang akan datang pada para
konsumen. Mempertimbangkan trend masyarakat pada masa yang mendatang akan
mengilhami
munculnya
ide
dan
strategi
baru, sehingga hal tersebut merupakan
tindakan yang lebih baik karena ia dapat bertindak sebagai pioner daripada sekedar
bereaksi terhadap perubahan yang sedang berlangsung. Lingkungan beserta arus
perubahannya
mesti
dimonitor
dan
dievaluasi secara hati-hati, potensi peluang
(kesempatan) dan
masalah yang
mungkin
muncul
mesti diidenfikasi,
sebelum suatu
organisasi mengembangkan rencana pemasaran.
Di dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi peluang terdapat dua hal pokok
yang harus dicermati yaitu :
1.   Kekuatan dan kelemahan
2.   Kesesuaian antara peluang dengan kemampuan organisasi.
Kekuatan dan kelemahan MOA, juga, akan mampu menyediakan informasi
yang berharga tentang para pesaing
(competitors) dan para pendatang/pesaing baru,
serta perbandingan kekuatan dan kelemahan mereka secara relatif dengan organisasi
milik kita.
  
20
Keanekaragaman yang terjadi di luar organisasi mungkin menawarkan begitu
banyak peluang, tetapi sudah barang tentu tidak semua peluang yang tersedia tersebut
dapat dijadikan sebagai peluang yang realistik karena organisasi dihadapkan pada
keterbatasan sumber daya serta visi. Perusahaan Procter and Gamble (P&G) , sebuah
perusahaan besar di
Amerika,
mungkin
mengidentifikasi adanya sebuah kesempatan
unttuk
meningkatkan
volume
penjulan
barang-barang keperluan rumah tangga di
kalangan
masyarakat
Amerika
yang
multi
etnis dan dia bisa mengerahkan seluruh
sumber daya yang dimilikinya merancang advertising campaign untuk mencapai
sasaran
pasarnya.
Dengan
kekuatan
sumber daya yang dimilikinya P&G
memungkinkan  dan  bahkan  mampu  untuk  memanfaatkan  peluang  dalam  bisnis
tenaga nuklir, tetapi tampaknya P&G tidak mau melirik kesempatan itu, mengapa?
Karena
manajernya sangat faham bahwa tidak semua peluang sesuai dengan interest
perusahaan.
Dengan
kata
lain,
setiap
perusahaan hanya akan berbisnis secara
menguntungkan
pada 
peluang-peluang 
tertentu  yang  memang  "fit"  dengan
kemampuan yang dimilikinya.
Stanton dkk. (1994) menemukan bahwa sejumlah perusahaan telah mencoba
mengembangkan sejumlah pertanyaan yang bersifat memandu untuk membantu
mereka dalam melalukan analisis peluang pasar. Pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
memandu tersebut adalah:
!
Keunggulan bersaing apakah yang akan kita miliki sehingga dapat membantu kita
dalam
memasuki
peluang
atau
pasar
tersebut?
(
misalnya,
pengalaman
dalam
  
21
penjualan dan advertensi atau kita telah memiliki jaringan distribusi yang cukup
kuat.).
!
Apakah  kita  memiliki  kemampuan-kemampuan  khusus  untuk  membawa  kita
memasuki 
pasar 
tersebut? 
(kemampuan 
yang 
bersifat 
technical 
atau 
skill
tertentu.).
!
Apakah  kita  memiliki  kelemahan-kelemahan  tertentu  yang  bisa  menghambat
kelancaran
kita
dalam memasuki
pasar
tersebut?
(sumber
daya
keuangan
atau
pengalaman manajemen dalam industri tersebut.)
!
Apakah  peluang  pasar 
tersebut  cocok  dengan 
harapan-harapan  perusahaan?
(sejumlah perusahaan menginginkan return on investment yang tertentu atau dia
hanya ingin beroperasi pada jenis usaha tertentu.)
!
Apakah   peluang   tersebut   tepat/sesuai   dengan     
rencana  
jangka   panjang
perusahaan? (misalnya: memperluas pasar memasuki pasar global).
2.2.2 Menganalisa dan Memilih Segmen Pasar
Sebuah   pasar   merupakan   sekumpulan   individu   yang   dipastikan   dapat
dijadikan
sebagai konsumen
dari
produk
yang
kita
jual.
Konsumen
tersebut
dilihat
dari umur, jenis kelamin, kelas sosial, latar belakang sosial budaya, dan gaya hidup
pasti berbeda antara yang satu dengan lainnya. Dengan demikian keadaan yang
heterogeneous tersebut memungkinkan pihak produsen untuk memilah-milah
kelompok-kelompok    konsumen    tersebut    berbasiskan    consumer   behavioural
  
22
characteristics
(Stanton
dkk
1997).
Dengan
kata
lain
pihak
produsen
melakukan
kegiatan yang disebut segmentasi (segmenting).
Terdapat empat istilah diseputar konsep segmentasi pasar yang sering keliru
dan tertukar makna yaitu istilah segmenting, market segment, market segmentation,
dan disaggregating. Agar kita memiliki persepsi yang sama tentang keempat istilah
tersebut, berikut kami sajikan pengertian dari keempat konsep tersebut menurut
McCarthy dkk (1998) :
1. 
Market
segmentation
is
a
stepwise
process which identifies broad product
markets and then breaks them up into smaller groups before selecting target
markets and developing suitable marketing mix (p.114).
2. 
Disaggregating
is
a
practical
step
aimed at narrowing the marketing focus
down to product-market areas in which the company is more likely to have a
competitive 
advantage 
or  even 
to 
discover 
breakthrough 
opportunities
(p.115).
3.
Segmenting
[is]
an
aggregating
(or
building
up) process
which
involves
clustering together people with similar needs into a market segment (p.115).
4. 
Market segment ia a (relatively) homogeneous group of customers who are
likely to respond to a marketing mix in a similar fashion (p.115).
Sedangkan Zikmund & D’Amico (1989) menyatakan bahwa market
segmentation merupakan upaya memilah-milah sebuah pasar yang beraneka ragam
(heterogeneous)  menjadi  beberapa  bagian  yang  lebih  kecil  yang  memiliki
karakteristik  relatif  sama 
(homogeneous).  Upaya  segmentasi  penting  dilakukan
dengan 
pertimbangan,  tidak 
semua 
pembeli 
memilik  karakteristik 
yang 
sama.
  
23
Sekelompok orang
yang
memiliki kesamaan dalam perilaku, nilai-nilai
yang dianut,
dan latar belakang mungkin bisa diidentifikasi.
Memilah orang dalam kelompok-kelompok tertentu akan lebih kecil dan lebih
homogeneous Akan
lebih
"mudah" bagi perusahaan (organisasi) untuk berhubungan
dengan kelompok-kelompok konsumen kecil yang memiliki karateristik yang sama
daripada 
berurusan 
dengan 
kelompok-kelompok
yang  besar  dan  bervariasi.
Pentingnya melakukan segmentasi pasar juga ditegaskan oleh McCarthy dkk. (1998,
p.114) yang mengungkapkan bahwa: "…it is imposible to be all things to all people
and so
will
strive
to
focus
their
strategies to
well defined
segments
of
the wider
market."
Sedangkan
menurut
Kennedy
dan
Kiel (1999) pentingya segmentasi
terungkap dari
pertanyaannya
yang
menyatakan
bahwa:
"Segmentation helps tailor
products and services to consumers’ needs and wants." Mereka juga menambahkan
bahwa segmentasi akan membantu perusahaan dalam mendesain produk, menentukan
tingkat
harga,
dan
mengembangkan
kebijakan promosi dan saluran distribusi yang
tepat
sesuai
dengan
karakteristik
dari
masing-masing segment. Pada akhirnya akan
membantu perusahaan dalam meningkatkan keuntungan.
  
24
Gambar 2.3 Segmentasi Pasar
Gambar di atas
mengilustrasikan keadaan–keadaan tentang segmentasi pasar
pada kasus A tidak ada segmentasi pasar. Pada kasus B melukiskan a fully segmented
market
dimana
seluruh
konsumen
dipilah-pilah sehingga merupakan bagian dari
sebuah segmen
pasar; pada
bagian
C
terdapat dua segment, yang pertama segment
pasar perempuan (P) dan yang berikutnya segmen pasar lelaki (L). Sedangkan pada
kasus D mengilustrasikan segmentasi berdasarkan dua variabel yaitu usia dan
pendapatan. Satu segmen terdiri dari para konsumen yang berpendapatan tinggi dan
berusia muda ™; sedangkan yang satunya lagi berpendapatan tinggi dan berusia lebih
tua (TT); kelompok yang ketiga berpendapatan rendah dan berusia muda (RM) dan
kelompok ya1ng terakhir berpendapatan rendah berusia tua (RT).
Dasar Segmentasi Pasar
  
25
Dalam
menentukan
segmen
pasar
terdapat
beberapa
variabel
yang
dapat
dipertimbangkan. Berikut diuraikan dasar penentuan segmen pasar:
1.  Segmentasi berdasarkan geografi
Faktor geografi atau letak suatu wilayah dapat dijadikan sebagai dasar
pemilahan
konsumen.
Sebagai
contoh
permintaan
untuk
barang-barang
elektronik
akan jauh lebih banyak di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya
dibandingkan dengan kota-kota kecil, sedangkan permintaan untuk alat-alat pertanian
akan lebih banyak di daerah pedesaan atau daerah pertanian. Hal ini berkaitan dengan
mata pencaharian dengan masyarakat yang ada di lokasi tersebut. Jadi secara umum,
pengsegmentasian berdasarkan
letak
geografis lebih banyak dikaitkan dengan batas-
batas pemerintahan (propinsi, kabupaten, kecamatan dan desa). Disamping itu juga
dikaitkan
dengan perbedaan
iklim antara
suatu daerah dengan
daerah
lainnya,
dan
batas wilayah kepulauan.
2.   Segmentasi berdasarkan demografi
Unsur-unsur demografi mencakup jenis kelamin, usia, status marital, dan
ukuran
famili
yang
keseluruhannya
merupakan variabel-variabel segmentasi yang
paling mudah dipahami dan digunakan. Keluarga yang terdiri dari 6 orang anak pada
umumnya akan lebih banyak membeli sepeda dibandingkan dengan keluarga yang
memiliki seorang anak. Pada saat ini variabel demografi merupakan variabel yang
paling umum digunakan di dalam melakukan segmentasi pasar.
  
26
3.  Segmentasi berdasarkan tingkatan sosial ekonomi
Tingkatan sosial
ekonomi
merefleksikan posisi seorang konsumen di dalam
tingkatan
kehidupan
bermasyarakat.
Dari tingkatan sosial ekonomi akan tercermin
model
konsumsi
dan
daya
beli
seorang
konsumen.
Termasuk
ke
dalam variabel
tingkatan sosial ekonomi adalah; pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan kelas sosial.
4.  Segmentasi berdasarkan fisikografi
Fisikografi
atau
gaya
hidup,
menggambarkan kekayaan yang dimiliki oleh
setiap
kelompok
konsumen.
Gaya
hidup
akan
direfleksikan
didalam kegiatan,
keinginan/hasrat,  dan  opini  seseorang.  Sedangkan  fisikografi  mempresentasikan
segala
sesuatu
yang
ada
dibalik
pemikiran seorang konsumen. Oleh karena itu,
fisikografi
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari variabel demografi dengan
mengidentifikasi pola-pola yang digunakan seorang konsumen untuk mencapai tujuan
kehidupannya.
Fisikografi
mencakup
unsur-unsur seperti; gaya hidup, aktifitas,
interest, opini dan nilai-nilai (values).
5.  Segmentasi berdasarkan perilaku pembelian
Setiap konsumen memiliki pola perilaku dan kebiasaan yang berbeda terhadap
objek barang dan jasa yang ditawarkan oleh seorang penjual. Sejumlah konsumen
membeli
pakaian
hanya
di
tempat
toko-toko pakaian tertentu. Sejumlah konsumen
yang lain akan membeli pakaian di departemen store, sedangkan konsumen lainnya
lagi
mungkin
akan
membeli
pakaian berdasarkan
informasi
dari
katalog/selebaran.
  
27
Kebiasaan berbelanja dan perbedaan perilaku tersebut merupakan variabel yang bisa
digunakan
untuk
melakukan segmentasi pasar. Unsur-unsur yang termasuk di dalam
perilaku pembelian adalah jenis-jenis toko/tempat yang biasa digunakan untuk
berbelanja, waktu pembelian, jumlah unit barang yang akan dibeli, frekuensi
berbelanja, dan media informasi yang biasa digunakan.
6.  Segmentasi berdasarkan pola konsumsi
Perilaku konsumsi merupakan unsur yang penting bagi pemasar, sebab para
pembeli sangat bervariasi dalam pola konsumsinya terbentang dari paling sering dan
paling banyak membeli sampai yang tidak pernah sama sekali. Oleh karena itu dalam
banyak kasus pola-pola pembelian merupakan dasar yang sangat baik untuk
melakukan segmentasi pasar. Segmentasi berdasarkan pola konsumsi mencakup:
frekuansi penggunaan (sering sampai dengan tidak pernah), loyalitas terhadap merek,
kepemilikan produk-produk lain.
7.  Segmentasi berdasarkan predisposisi konsumen
Pengetahuan dan sikap konsumen terhadap suatu produk pada umumnya
bervariasi, begitu juga tentang keyakinan pada produk-produk dan merek yang ada
dipasaran serta alasan-alasan yang melatarbelakangi pembelian. Pengetahuan dan
pemahaman pembeli akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap tindakan
pembelian
yang
akan
dilakukannya.
Sejumlah
konsumen
paham sekali
apa
yang
mereka cari, pertanyaan
apa yang harus ditanyakan pada saat akan melakukan
pembelian, tempat dimana akan
membeli, tempat dimana akan
mendapatkan servis
  
28
purna jual,dan bahkan mereka juga tahu tingkat harga barang yang dibeli. Sedangkan
seorang  konsumen  baru  sama  sekali  tidak  mengetahui  tentang  hal-hal  di  atas,
sehingga
mereka
memerlukan
bantuan
pramuniaga. Seorang konsumen baru akan
berusaha
mencari sebuah toko
yang
memiliki reputasi yang bagus dan pramuniaga-
pramuniaga yang dapat dipercaya membantu, membimbing tindakan pembelian yang
akan mereka lakukan. Seorang konsumen yang telah berpengalaman akan
mempercayai
pengetahuan
dan
keyakinan yang dimilikinya dibandingkan dengan
informasi
yang diberikan oleh
seorang pramuniaga.
Disamping
itu keuntungan
yang
akan diperoleh dengan membeli suatu produk merupakan pertimbangan yang paling
utama
dalam kacamata
pembeli. Pengetahuan tentang
keuntungan-keuntungan
yang
diperoleh
dengan
membeli
sutatu
produk
juga
sangat
bervariasi
antara
kelompok
yang satu dengan yang lainnya, dan hal ini dapat dijadikan dasar bagi penjual dalam
melakukan
segmentasi
pasar.
Zigmund
dan D’Amico (1989) menyebutnya sebagai
benefits segmentation. Menurut mereka ketika dua atau lebih pembeli membeli suatu
produk
yang sama
diharapkan
akan
mendapat keuntungan yang akan dipersepsikan
oleh mereka bervariasi. Segmentasi pasar berdasarkan predisposisi konsumen
mencakup pengetahuan tentang produk, masalah-masalah yang dihadapi konsumen,
dan keuntungan yang mungkin diperoleh dari pembelian suatu produk.
  
29
2.2.3 Merencanakan dan Mengembangan Strategi Pemasaran
Membangun
sebuah
bauran
pemasaran merupakan
tahapan
ketiga
didalam
mengembangkan strategi pemasaran. Sebelum diuraikan mengenai perencanaan dan
pengembangan
bauran
pemasaran berikut
disajikan terlebih dahulu pengertian dari
bauran pemasaran (Marketing Mix).
Marketing Mix
Marketing Mix adalah suatu konsep pemasaran yang dipakai perusahan untuk
mencapai sasaran pasar yang ditujunya (Philip Kotler, Marketing Management The
Millennium Edition,
2003, Prentice-Hall, Inc, halaman
15).
Konsep
marketing mix
ini terdiri dari 4P yaitu:
Product, Price, Promotion & Place. Pada intinya Product, Price, Promotion dan Place
tersebut
didesain
sedimikian
rupa untuk memberikan manfaat yang optimal kepada
konsumen.
Tabel 2.1 Konsep Marketing Mix
4 P
4 C
Product (produk)
Customer solution (solusi konsumen)
Price (harga)
Customer
cost
(biaya
yang
dikeluarkan
konsumen)
Place (tempat)
Convenience (kenyamanan konsumen)
Promotion (promosi)
Communication
(komunikasi
/
hubungan
dengan konsumen)
  
30
Secara sederhana konsep di atas diartikan sebagai bagaimana kita dapat
memenangkan pasar yang dituju dengan menyediakan produk yang memenuhi
kebutuhan konsumen secara ekonomis dan nyaman dengan komunikasi yang efektif.
Strategi Pemasaran Untuk  Perusahaan Jasa.
Hingga sekarang ini, perusahaan jasa ketinggalan dari perusahaan manufaktur dalam
hal penggunaan marketing. Perusahaan jasa kecil bahkan tidak menggunakan
manajemen yang formal atau teknik marketing. Bahkan perusahaan jasa profesional
seperti kantor pengacara, kantor akuntan publik
atau rumah sakit yang menghadapi
begitu banyak permintaan menganggap marketing tidak terlalu penting.
Secara
umum konsep
4P
dari
marketing
mix
berjalan
baik
di
perusahaan
yang
menawarkan produk (barang).
Tapi untuk perusahaan jasa, dibutuhkan 3P yang lain
yaitu: People, Physical Evidence, dan Process (Philip Kotler, Marketing Management
The
Millennium Edition,
2003, Prentice-Hall, Inc,
halaman 435).
Berikut
adalah
penjelasan dari 3P diatas:
People (Orang / sumber daya manusia)
Karena
hampir semua jasa disediakan oleh orang yang bekerja di perusahan
jasa tersebut, maka seleksi, training dan motivasi karyawan menjadi sangat
penting
untuk
memberikan
nilai
tambah
yang
berbeda
dalam memenuhi
kepuasan pelanggan. Perusahaan harus dapat memberikan orang-orang
terbaiknya
dalam hal
kompetensi,
attitude,
respon,
dan
inisiatif
untuk
melayani pelanggan.
  
31
Physical Evidence (Bukti fisik)
Perusahan jasa butuh untuk membuktikan kualitas jasa yang diberikan dengan
bukti fisik atau presentasi, mengingat jasa adalah bentuk produk yang tidak
tampak (intangible).
Process (Proses)
Ini berkaitan dengan bagaimana kita menyampaikan jasa tersebut. Perusahan
jasa
dapat
memilih
untuk
menyediakan
jasa
dalam proses
yang
berbeda
sehingga menimbulkan kesan tersendiri pada konsumen, mulai dari menerima
pesan hingga mengantarkan pesanan yang diminta.
Langkah-langkah dalam Proses Penjualan
Ada tujuh langkah yang harus dijalani seorang yang ingin menjual suatu produk atau
jasa. Ketujuh langkah tersebut adalah :
Prospect and qualify
Langkah pertama adalah mencari calon pembeli yang besar kemungkinan
membeli produk
atau
jasa
kita.
Prospek dapat didapat dari daftar konsumen
yang ada sekarang, survey, data publik, dan sebagainya.
Preapproach
Sebelum   menelpon   calon   pembeli,   seorang   penjual   harus   melakukan
penelitian yang lebih jauh, seperti mempelajari produk & jasa mana yang
mereka gunakan sekarang, apakah mereka puas, dan sebagainya.
  
Approach
  
32
Ini adalah kesempatan untuk melakukan hubungan, memberi kesan pertama,
membangun   kredibilitas.   Gunakan   waktu   ini   untuk   mendengar   sebaik
mungkin untuk menentukan apa dan bagaimana produk atau jasa yang
dibutuhkan pelanggan.
Make presentation
Ini
adalah
waktu
untuk
melakukan
demonstrasi
atau
presentasi
keunggulan
dan
manfaat
produk
atau
jasa
yang
kita tawarkan. Seorang penjual dapat
mengunakan peralatan audiovisual untuk membuat presentasinya lebih
menarik.
Answer objections
Kadang  kala 
calon 
pembeli 
menanyakan 
fakta, 
gambar,  atau 
informasi
lainnya. Penjual harus memanfaatkan kesempatan ini untuk memastikan calon
pembeli benar-benar terinformasi dengan baik sehingga mereka berkomitmen
untuk membeli.
  
Close sales
Seorang penjual harus menanyakan apakah mereka jadi membeli produk atau
jasa yang kita tawarkan, memastikan jenis produk atau jasa yang mereka pilih,
kapan harus diantar, dan sebagainya.
Follow up
Proses
penjualan
belum berakhir
hingga
product
atau
jasa
diberikan
atau
dipasang,  dan  berjalan  dengan  baik.  Hubungan  penjualan  ini  berlangsung
terus menerus sebagaimana penjual juga terus menawarkan produk baru atau
  
33
jasa 
lainnya  kepada  pelanggan.  Penjualan  adalah  juga  berkaitan  dengan
menjaga hubungan dengan pelanggan.
2.2.4
Analisa SWOT
Analisa SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) dihasilkan
melalui analisa internal dan analisa eksternal dari sebuah perusahaan. Analisa
eksternal meliputi pemeriksaan dan evaluasi terhadap elemen-elemen eksternal
perusahaan yang relevan pelanggan, pesaing, pasar, dan lingkungan. Sedangkan
analisa internal meliputi pemeriksaan dan evaluasi terhadap elemen-elemen internal
perusahaan seperti kinerja perusahaan dan faktor-faktor pilihan strategis perusahaan.
Bagan berikut dapat menjelaskan langkah-langkah dari suatu analisa strategis (Aaker,
David A., Strategic Market
Management, 2001, John Wiley & Sons, Inc, halaman
19).
  
34
Analisa Strategis
Analisa Ekternal
Analisa Pelanggan  :
Segmen, motivasi, kebutuhan
yang belum tercapai.
Analisa Pesaing
Identitas, group strategis, kinerja,
image, tujuan, strategi, kultur,
struktur biaya, kekuatan,
kelemahan.
Analisa Pasar :
Size,
projected
growth,
profitability,
entry
barriers,
struktur  biaya,  distribusi,  trend,
key success factor.
Analisa Lingkungan :
Teknologi, pemerintah, ekonomi,
budaya, demografis, skenario,
kebutuhan informasi.
Analisa Internal
Analisa Kinerja  :
Keuntungan,   penjualan,
pemegang saham, kepuasan
pelanggan, kualitas produk, brand
associations,  biaya  relative,
produk  baru,  kapabilitas  &
kinerja karyawan, product
portfolio analysis.
Faktor-faktor  penentu  keputusan
strategis :
Strategi 
lampau  dan 
masa  kini,
masalah-masalah strategis,
kapabilitas dan keterbatasan
organisasi,
sumber dan
keterbatasan finansial, kekuatan
dan kelemahan.
.
Peluang, ancaman, trend,  dan
ketidakpastian strategis.
Kekuatan,
kelemahan, dan masalah
strategis, keterbatasan dan
ketidakpastian .
Identifikasi  dan Pemilihan Strategi
Mengidentifikasi alternatif strategi
Pemilihan Strategi
Implementasi rencana operasi
Mengevaluasi strategi
Gambar 2.4 Langkah Analisa Strategis
  
35
2.3
Pengkoordinasian
dan
Implementasi
Strategi
Pemasaran
Sejak pertengahan
tahun
1990-an,
kita menyaksikan lahirnya ekonomi baru
(new economy) yang ditandai dengan munculnya Internet. Lahirnya new economy itu
telah mengubah secara mendasar nature dari perusahaan, baik bagaimana perusahaan
dijalankan
maupun cara
memberikan
value
kepada
pelanggan.
Ini
semua
menuntut
kita untuk menemukan kembali strategi agar tidak tenggelam. Sebaliknya, justru
mampu membangun sustainable value di era new economy.
Profesor Philip Kotler menggambarkan “energi” atau value perusahaan di era
new economy sebagai E=kMc2. Ide ini terinspirasi dari rumus Albert Einstein, yaitu
E=mc2.
Seperti juga
rumus
Einstein bahwa c2 (kecepatan cahaya) itu tetap, maka
value perusahaan itu proporsional dengan besarnya nilai k (knowledge) dan M
(marketing), bukan c2 (computer and communication technology). Karena teknologi
komputer dan komunikasi bersifat given: setiap perusahaan punya akses yang sama.
Formula ini amat cocok dengan era sekarang. Seperti disebut di muka, rumus
value perusahaan terdiri dari tiga komponen inti: k, M, dan c2. Komponen pertama,
c2, mengharuskan kita jika
ingin
sukses di new economy, kita harus mendigitalisasi
jaringan
perusahaan
(digitalize
your
network). Komponen kedua, M, 
untuk
mengglobalisasi 
pasar 
Anda 
(globalize  your  market).  Terakhir,  k,  untuk
memfuturisasi bisnis Anda (futurize your business). Inilah kunci sukses di era new
economy.
  
36
Tiga
gelombang besar
ini
bukanlah
baru. Tapi, di era new economy, gerak
ketiganya menjadi sangat agresif. Pertama, teknologi komputer dan komunikasi
merupakan  teknologi  dasar  yang  menggerakkan  nilai  ekonomi.  Digital  ekonomi
makin
gila
dengan
adanya
Internet,
wireless, dan broadband. Perusahaan harus
mengikuti gelombang digitalisasi. Jika ada ombak, bisa mengikuti arusnya dengan
surfing agar tidak jatuh. Perusahaan harus mendigitalkan network-nya, baik di intra-
level, ekstra-level maupun inter-level.
Kedua,
di
era
new
economy,
globalisasi jadi tidak karu-karuan. Informasi
berjalan begitu hebat. Produk-produk bisa didigitalkan. Artinya, nanti orang bisa mati
karena
serangan
dari
luar, bukan
cuma
kompetitor di antara kita sendiri. Globalize
your
market tidak
harus pergi ke
luar negeri. Di sini, kompetitorlah yang bermain.
Jadi, meski tidak ke luar negeri, tetap ada bahaya dimakan orang luar yang datang ke
kita.
Ketiga,
futurize
your
business.
Orang bisnis selalu mikir masa depannya,
berpikir bersaing untuk masa depan. Makanya, mereka harus inovatif terus. Di era
sekarang,
itu berarti berubahlah sebelum Anda
disuruh
berubah.
Bukan cuma
jual
komoditas, tapi juga produk, layanan, pengalaman, dan akhirnya transformasi. Era
layanan
sudah
berlalu.
Sekarang
era
knowledge. Informasi sudah terlalu banyak,
sehingga
harus
disaring
supaya
menjadi knowledge. Untuk memutuskannya tentu
dengan wisdom. Kalau ketiganya dilakukan, Anda bisa meng-create value untuk
customer, people, dan shareholder.
Apakah ketiganya harus dilakukan serentak?
Bisa saja tidak, kalau sebuah
perusahaan sudah melakukan globalisasi. Tapi, jika tidak didukung divisi-divisi lain,
  
37
semuanya akan percuma. Secara alamiah, orang akan masuk ke mana saja. Berbeda
dengan third wave Alvin Toffler yang sekuensial, gelombang ini terjadi bersama-
sama. Jika
harus
memilih, bisa dimulai dari futurize, baru globalize, dan digitalize
atau disingkat FGD.
Di
Indonesia,
meski
belum sempurna,
sudah
banyak
perusahaan
yang
menggunakan IT (information technology) untuk bermacam-macam aplikasi. Contoh
yang paling berhasil adalah Detik.com. Perusahaan baru tersebut berhasil melakukan
ketiganya. Digitalisasi karena mereka menggunakan teknologi, globalisasi karena
semua
customer
orang
Indonesia
di
seluruh dunia mengacu ke sini, dan futurize
terbukti
dari
inovasi
dan
servis
tambahan
yang
berubah
terus.
Untuk
perusahaan
lama, contohnya Indofood. Setelah mengglobal, sekarang ke digitalisasi. Mereka juga
melakukan  riset  di  mana-mana  untuk  membuat  brand  building  dan  melakukan
futurize dengan meluncurkan produk-produk baru. Hal yang sama terjadi pada Astra.
Tetapi, seperti disebut di awal, value perusahaan banyak tergantung pada M,
pada
konsep
marketing-nya.
Secanggih apa pun adopsi teknologi dan komunikasi,
tanpa didukung dengan konsep marketing dan knowledge yang hebat, mereka tidak
akan menang di era new economy. Jatuhnya banyak perusahaan dotcom di Indonesia
maupun di luar negeri karena mereka tidak didukung konsep marketing yang handal,
tapi hanya mengandalkan teknologi.
Era  new  economy  telah  mengubah  konsep  marketing  secara  fundamental.
Tapi, elemen konsep marketing yang berupa Nine Core Elements (Segmentation,
Targeting, Positioning, Differentiation, Marketing-Mix, Selling, Brand, Service, dan
Process  atau  disingkat  STP-DMS-BSP)  ala  Marketing  Plus  2000  tetap  berlaku.
  
38
Meskipun konsepnya tidak berubah, era new economy telah membawa dampak yang
luar biasa.
Misalnya,
segmentation
menjadi one-to-one dan positioning perusahaan
bisa menjadi customize solution tiap-tiap customer. Kita pun lebih terbuka
menyampaikan emotional message person-to-person.
Sejalan
dengan
dampak
new
economy
pada marketing tersebut, strategi
marketing  tidak  bisa  lagi  dilakukan  seperti  di  masa  lalu.  Untuk  bisa  menjadi
pemenang  di  era  new  economy,  Nine  Core  Elements  marketing  harus  diubah.
Pertama, segmentation dan targeting harus menjadi one-to-one. Kedua, positioning
harus menjadi customize. Ketiga, differentiation harus menjadi emosional. Keempat,
marketing-mix-nya,
product dan price jadi value package, sementara place dan
promotion menjadi contact point. Kelima, brand harus menjadi living brand. Keenam,
marketing dan selling harus menjadi individualize. Dan ketujuh, service dan process
harus menjadi interaktif.
Contoh perusahaan yang berhasil menerapkan konsep marketing baru tersebut
adalah perusahaan komputer Dell. Sejak dua puluh tahun lalu, ketika IT belum
berkembang dan perusahaan-perusahaan lain masih menerapkan konsep marketing
lama, Dell
sudah
melakukan marketing one-to-one. Kepada para customer-nya, Dell
melakukan direct satu per satu, baik melalui telepon maupun faksimili. Jadi, sebelum
ada konsep marketing one-to-one, Dell sudah melakukannya. Mengapa Compaq dan
Hewlett-Packard  (HP)  sampai  merger?  Tidak  lain  karena  konsep  marketing-nya
masih yang lama. Setelah dua perusahaan yang berbasis di Amerika tersebut merger,
kondisi Dell justru makin baik.
  
39
Strategi
marketing
baru
yang didorong
olehr
era new economy ini menjadi
keharusan. Jika sebuah perusahaan tidak mengadopsinya, pelan-pelan pasti akan mati.
Konsep mass marketing lama-kelamaan semakin tidak punya margin, karena Anda
harus,
misalnya,
terus-menerus
melakukan advertising. Bagi perusahaan baru, akan
mudah menggunakan teknologi—untuk melakukan marketing one-to-one—karena
tidak ada beban. Bagi perusahaan besar, investasi teknologi tidak jadi masalah. Tapi,
bagi perusahaan kecil, jika pun tidak memungkinkan mengadopsi IT, mereka tetap
harus melakukan konsep marketing one-to-one dengan menggunakan teknologi yang
lama.
Bagaimana
menghindari kegagalan?
Yang perlu diingat, teknologi tidak bisa
berjalan
sendiri.
Makanya,
c2
harus
digunakan untuk mengumpulkan informasi,
informasi harus terus di-update, lalu informasi tersebut dijadikan customize product.
Jika product basic-nya sama, agar bisa one-to-one, paling tidak value added-nya harus
berbeda. Lalu, apa yang pertama mesti didigitalisasi? Bisa dimulai dari yang dasar,
yaitu
ERP
(Enterprise Resource Planning), baru kemudian ke SCM (Supply Chain
Management)
dan
CRM
(Customer
Relationship
Management). Langkah pertama
adalah
membuat database, baru kemudian bisa
melangkah ke customize product. Ini
tidak mudah, tapi tidak bisa ditolak.