BAB II LANDASAN
TEORI
2.1
Pengertian Asuransi
Asuransi merupakan suatu bisnis yang unik, yang di dalamnya terdapat berbagai
macam aspek, yaitu aspek ekonomi, hukum, sosial, bisnis, dan matematika. Dengan kata
lain, kelima aspek tersebut dapat memberikan pengertian tersendiri tentang asuransi atas
dasar sudut pandangnya
masing-masing. Berikut ini adalah pengertian asuransi menurut
Drs.
Herman
Darmawi (Herman Darmawi, 2001, PT. Bumi Aksara, “Manajemen
Asuransi”, pp 03) :
Tabel 2.1. Pengertian Asuransi
PENGERTIAN ASURANSI
Sudut Pandang
Objek
Teknik Mencapainya
Ekonomi
Pengurangan risiko
Dengan transfer dan kombinasi
Hukum
Perjanjian pemindahan risiko
Melalui  
pembayaran   premi  
oleh
tertanggung
kepada
penanggung
dalam suatu kontrak asuransi
Bisnis
Berbagi risiko
Dengan 
memindahkan 
risiko 
dari
individu 
ke 
lembaga 
penanggung
risiko
Sosial
Memikul kerugian secara kolektif
Semua   anggota   membayar   iuran
kerugian   yang   kebetulan   diderita
oleh salah satu anggota
Matematika
Memperhitungkan dan mendistribusikan
Dengan   perkiraan   aktuarial   yang
didasarkan
atas
prinsip-prinsip
probabilitas
  
Adapun
pengertian asuransi
menurut
undang-undang
tentang usaha perasuransian
(UU
Republik Indonesia No. 2/1992) adalah sebagai berikut:
1.
Asuransi
atau pertanggungan adalah perjanjian antara
dua
pihak atau
lebih
dimana
pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi
asuransi
untuk
memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum
kepada
pihak ketiga
yang
mungkin akan diderita
tertanggung,
yang
timbul akibat
suatu
peristiwa
yang
tidak
pasti,
atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
2.
Yang dimaksud
“penanggung” dalam definisi itu adalah suatu badan
usaha asuransi
yang memenuhi ketentuan UU no.2/1992.
Selanjutnya
Pasal
21
UU
No.2/1992
menjelaskan bisnis atau bidang usaha
perasuransian sebagai berikut:
“Usaha asuransi yaitu usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun dana
masyarakat
melalui
pengumpulan
premi asuransi,
memberikan
perlindungan
kepada
anggota
masyarakat pemakai jasa
asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian
karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap meninggalnya seseorang.”
2.1.1 
Keuangan Perusahaan Asuransi
Sifat dasar dari bisnis asuransi adalah kebutuhan atas dana
investasi
yang cukup
besar  dimana  sumber-sumber  dana  Perusahaan  asuransi  untuk  membayar  kerugian-
  
kerugian adalah dari
modal
yang
telah
disetor, surplus, dan premi yang telah dibayar
dimuka untuk jasa-jasa yang diberikan. Pengelolaan bisnis yang baik menghendaki dana-
dana itu diinvestasikan dengan aman dan menguntungkan. Oleh karena itu, perlu
dimengerti pula prinsip kerja asuransi, guna terlaksananya pengelolaan keuangan bisnis
asuransi yang baik. Prinsip kerja asuransi dapat dijelaskan dengan empat konsep berikut
ini (Herman
Darmawi, 2001, PT
Bumi Aksara, “Manajemen Asuransi”, pp 15 - 16) 
,
yaitu:
1.    Persamaan Asuransi
Persamaan asuransi menyatakan bahwa total penerimaan harus sama dengan total
pengeluaran. Penerimaan sebagian besar berasal dari premi dan sebagian besar lagi
berasal
dari
bunga
deposito,
bunga
obligasi, dan
dividen
dari
penanaman
modal
dalam  Perusahaan-Perusahaan  lain.  Pengeluaran  terdiri  atas  pembayaran  klaim,
biaya operasional, dan biaya modal, profit serta cadangan teknis.
Penerimaan
=
Pengeluaran
-
Premi
-
Bunga deposito dan
obligasi
-
Dividen
-
Pembayaran klaim
-
Biaya-biaya
operasional
-
Profit
-
Cadangan teknis
  
Gambar 2.1. Total Penerimaan sama dengan Total Pengeluaran
2.
Probabilitas dan Risiko
Tugas
asuransi
adalah
untuk
menanggung beban risiko yang dipindahkan oleh
tertanggung kepada Perusahaan asuransi. Perusahaan asuransi sanggup untuk
mengurangi risiko (ketidakpastian) yang dirasakan tertanggung menjadi “kepastian“.
Dengan
menerapkan
konsep
probabilitas,
asuransi dapat menaksir apa yang akan
terjadi pada masa yang akan datang. Tingkat premi didasarkan atas ramalan kejadian
masa depan.
3.
Hukum Bilangan Besar
Hukum ini
menyatakan bahwa
hasil aktual akan persis
sama dengan
hasil
harapan,
jika kejadian yang diamati jumlahnya tak terhingga. Dengan mengamati sejumlah
besar kasus, bisa dihitung dengan akurat probabilitas akan munculnya kejadian itu.
Dengan
menghimpun  
sejumlah  
besar  
nasabah,   perusahaan   asuransi   dapat
menghitung dengan akurat probabilitas akan terjadinya kerugian bagi sejumlah besar
nasabah.
2.2.
Konsep Manajemen Kas
  
Dalam menjalankan
usahanya,
setiap perusahaan
selalu
membutuhkan
kas.
Kas
tentunya sangat diperlukan baik untuk membiayai operasi sehari-hari maupun untuk
mengadakan
investasi baru
dalam aktiva
tetap. Pada dasarnya,
Pengeluaran
kas
dapat
bersifat terus-menerus atau kontinyu, misalkan pengeluaran kas untuk pembelian bahan
mentah,
pembayaran
upah
buruh
dan
gaji,
dan
lain sebagainya.
Namun
demikian,
ada
juga aliran kas ke luar (cash outflow) yang bersifat tidak kontinyu, misalnya pengeluaran
untuk pembayaran
bunga,
dividen,
pajak
penghasilan atau laba, pembayaran angsuran
hutang,   pembelian   kembali   saham   perusahaan,   pembelian   aktiva   tetap   dan   lain
sebagainya.
Di samping aliran kas keluar
juga
terdapat aliran kas masuk (cash inflow),
dan
di
dalam cash inflow-pun
terdapat
aliran
yang
bersifat
kontinyu, seperti
misalnya
aliran kas yang berasal dari hasil penjualan produk secara tunai, penerimaan piutang, dan
lain
sebagainya.
Di
samping
itu
ada
juga aliran kas masuk yang bersifat intermittent
(terputus-putus)
misalnya
aliran
kas
masuk yang berasal dari penyertaan pemilik
perusahaan, penjualan saham, penerimaan kredit dari bank, penjualan aktiva tetap yang
tidak terpakai, dan lain sebagainya. Kelebihan dari aliran kas masuk terhadap aliran kas
keluar merupakan saldo kas yang akan tertahan di dalam Perusahaan.         Besarnya
saldo
kas
ini akan
mengalami
perubahan
dari waktu
ke waktu
karena berbagai faktor.
Jumlah  saldo  kas  yang  ada  dalam  Perusahaan  akan  meningkat  apabila  aliran  kas
masuknya
yang
berasal
dari
penjualan
tunai dan piutang yang terkumpul lebih besar
daripada
aliran
kas
keluar
untuk
bahan
mentah, tenaga kerja, biaya lain dan pajak.
Perubahan dalam tingkat harga juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap aliran kas
di
dalam
Perusahaan.
Perubahan kebijakan
pemasaran, keputusan
di
bidang
produksi,
  
kebijakan di bidang pembelian dan di bidang personalia juga mempunyai efek terhadap
aliran kas dalam Perusahaan.
Atas  dasar  uraian  diatas,  dapat  kita  simpulkan  bahwa  kas  adalah  merupakan
bagian penting dalam kegiatan operasional perusahaan. Tanpa adanya kas, maka kegiatan
operasional perusahaan akan terganggu dan hal ini tentunya akan berimplikasi pada
kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri. Perusahaan yang memiliki atau menyimpan
banyak uang kas dapat dikatakan sebagai perusahaan yang likuid, dan sebaliknya. Akan
tetapi, Perusahaan yang sangat likuid tidaklah dapat dikatakan sebagai perusahaan yang
sehat. Hal ini
disebabkan karena adanya
uang
yang
menganggur
(idle
money) didalam
perusahaan tersebut. Dengan demikian sangatlah perlu adanya pengelolaan yang baik atas
uang
kas
Perusahaan,
dimana
hal
ini
disebabkan oleh karena adanya prinsip trade-off
antara manfaat dan biaya atas likuiditas Perusahaan.
2.3.
Pentingnya Uang Kas
Ada beberapa alasan mengapa suatu perusahaan penting untuk memiliki uang kas,
yaitu:
1.
Motif transaksi.
Suatu
Perusahaan
menahan
sejumlah
uang
kas, agar Perusahaan tersebut dapat
melakukan kegiatan usahanya secara baik, lancar dan berkesinambungan. Bagi
Perusahaan yang pencatatannya dilakukan atas dasar suatu pola atau jadwal yang
tertentu, maka akan lebih mudah bagi Perusahaan tersebut dalam merencanakan dan
menyelaraskan antara
aliran kas
masuk
dan
aliran kas
keluarnya. Oleh sebab
itu,
  
bagi Perusahaan jenis ini, maka cash ratio atau rasio uang kas terhadap total asetnya
adalah rendah. Dan bagi Perusahaan yang bersifat penjualan ataupun pembeliannya
bersifat  musiman,  maka  kebutuhan  uang  kasnya  juga  akan  berfluktuasi  sesuai
dengan sifat transaksi dari usahanya tersebut.
2.
Motif berjaga-jaga.
Alasan lain mengapa Perusahaan menahan uang kas adalah karena tingginya tingkat
ketidakpastian
dari
aliran
uang
kas
masuk dan aliran kas keluar. Semakin sulit
meramalkan aliran kas tersebut, maka semakin banyak uang kas yang harus
disediakan untuk tujuan berjaga-jaga. Di samping itu, untuk berjaga-jaga atas hal-hal
yang
tak
terduga,
maka
perlu
adanya
suatu
cadangan
kas
minimum yang
selalu
tersedia di dalam Perusahaan. Besar kecilnya dana yang harus dimiliki untuk tujuan
berjaga-jaga   ini   ditentukan   oleh   kemampuan   Perusahaan   untuk   memperoleh
pinjaman dari banknya pada saat diperlukan dengan cepat. Hal ini hanya mungkin
jika memang telah terjalin suatu hubungan yang baik antara Perusahaan dengan
banknya atau krediturnya.
3.
Kebutuhan yang akan datang.
Dengan
menahan
uang
kas,
maka
Perusahaan dimungkinkan untuk memenuhi
kewajiban-kewajibannya yang akan jatuh tempo atau melaksanakan suatu investasi
baru yang telah direncanakan.
4.
Saldo kompensasi yang diwajibkan.
  
Kadangkala
suatu
Perusahaan
diwajibkan
oleh bank yang memberikan pinjaman
kepada
Perusahaan
tersebut,
untuk
menahan
suatu
saldo
kas
minimum didalam
rekening gironya.
2.4.
Manfaat Dari Uang Kas
Ada beberapa manfaat dari tersedianya uang kas dalam Perusahaan, yaitu:
1.
Guna memanfaatkan credit discount.
Dengan tersedianya uang kas atau alat likuid yang cukup, maka Perusahaan dapat
memanfaatkan credit discount yang diberikan oleh pemasok.
2.
Guna mempertahankan kredibilitas.
Sering
para
kredit
analis
dari
suatu
bank atau lembaga keuangan lainnya terlalu
menekankan
pada
current
ratio
dan
acid
test
ratio sebagai
tolok
ukur
dalam
menganalisa likuiditas Perusahaan. Hal ini sesungguhnya kurang tepat jika tidak
dikaitkan dengan
rasio-rasio
lainnya serta tidak dilandasi oleh gambaran yang jelas
mengenai operasi Perusahaan itu sendiri. Bertitik tolak pada pandangan yang kurang
benar di atas, banyak Perusahaan berusaha untuk mempertahankan alat likuid yang
cukup agar penampilan Perusahaan di mata para kredit analis cukup baik, sehingga
Perusahaan dapat memperoleh kredit dengan biaya yang lebih rendah sebagai akibat
dari penampilan Perusahaan tersebut yang cukup baik jika dilihat dari sudut pandang
para krediturnya.
3. 
Guna dapat memanfaatkan kesempatan yang menguntungkan.
  
Sering
timbul peluang-peluang
tertentu,
yang
terjadi dalam dunia
usaha
secara tak
terduga
sebelumnya.
Peluang
baik,
yang
timbul secara tidak terduga dan bersifat
incidential, hanya dapat dimanfaatkan oleh suatu Perusahaan, jika ia memiliki cukup
alat likuid.
2.5.
Dana Dalam Aliran Kas
Dalam menyusun laporan sumber-sumber dan penggunaan dana dalam aliran kas,
maka perlu diperhatikan langkah-langkahnya, sebagai berikut:
1.  Menyusun  laporan  perubahan 
neraca 
yang 
menggambarkan  perubahan 
masing-
masing elemen neraca antara dua titik waktu yang akan dianalisis.
2. Mengelompokkan 
perubahan-perubahan 
tersebut 
dalam 
golongan 
perubahan-
perubahan
yang   memperbesar   kas   dan   golongan   perubahan-perubahan   yang
memperkecil jumlah kas.
3.  Mengelompokkan elemen-elemen dalam
laporan laba/rugi atau
laporan laba ditahan
ke dalam golongan
yang memperbesar kas dan
golongan
yang
memperkecil
jumlah
kas.
4.
Mengadakan
konsolidasi
dari
semua
informasi
tersebut
ke
dalam laporan
sumber-
sumber dan penggunaan dana.
Adapun perubahan-perubahan dari elemen-elemen neraca yang pengaruhnya dapat
memperbesar kas –
dan ini dikatakan sebagai sumber-sumber dana –
adalah sebagai
berikut:
1.
Berkurangnya aktiva lancar selain kas.
  
Berkurangnya
aktiva
lancar
selain
kas berarti bertambahnya dana atau kas.
Berkurangnya barang (persediaan/inventory) dapat terjadi karena terjualnya barang
tersebut, dan
hasil penjualan
itu merupakan sumber dana/kas bagi Perusahaan itu.
Berkurangnya piutang berarti bahwa piutang itu telah dibayar dan penerimaan
piutang
merupakan
penambahan
dana yang
diterima
oleh
Perusahaan
yang
bersangkutan. Demikian pula berkurangnya surat-surat berharga atau efek berarti
bahwa efek tersebut telah terjual dan hasil penjualan tersebut merupakan sumber
dana/kas bagi Perusahaan.
2.
Berkurangnya aktiva tetap.
Seperti   halnya   berkurangnya   aktiva   lancar,   berkurangnya   aktiva   tetap   pun
merupakan
sumber
dana/kas
bagi
Perusahaan yang bersangkutan. Berkurangnya
aktiva
tetap
bruto
berarti
bahwa
sebagian dari aktiva tetap neto juga merupakan
sumber dana, karena berkurangnya aktiva tetap neto tersebut berarti adanya
depresiasi dalam tahun yang bersangkutan dan depresiasi ini pun merupakan sumber
dana.
3.
Bertambahnya setiap jenis utang.
Bertambahnya
utang,
baik
utang
lancar maupun utang jangka panjang merupakan
sumber dana. Bertambahnya utang berarti adanya tambahan dana yang diterima oleh
Perusahaan yang bersangkutan.
4.
Bertambahnya modal.
  
Bertambahnya
modal
misalnya
disebabkan
karena
adanya
emisi
saham baru,
dan
hasil penjualan saham baru itu merupakan sumber dana.
5.
Adanya keuntungan dari operasi Perusahaan.
Apabila Perusahan mendapatkan keuntungan neto dari operasinya berarti bahwa ada
tambahan dana bagi Perusahaan yang bersangkutan.
Mengenai  perubahan-perubahan  yang  efeknya  memperkecil  dana/kas  dan  ini
dikatakan sebagai penggunaan dana - dapatlah disebutkan sebagai berikut:
1.
Bertambahnya aktiva lancar selain kas.
Bertambahnya aktiva lancar dapat terjadi karena pembelian barang, dan pembelian
barang membutuhkan dana. Dengan demikian, penambahan aktiva lancar merupakan
penggunaan dana.
2.
Bertambahnya aktiva tetap.
Bertambahnya aktiva tetap bruto dapat terjadi karena adanya pembelian aktiva tetap,
dan pembelian aktiva tetap merupakan penggunaan dana.
3.
Berkurangnya setiap jenis utang.
Berkurangnya
utang, baik
utang
lancar maupun utang jangka panjang dapat terjadi
karena
perusahaan
telah
melunasi
atau
mengangsur
utangnya.
Pembayaran kembali
utang berarti penggunaan dana.
4.
Berkurangnya modal.
  
Berkurangnya
modal
dapat
terjadi
karena
pemilik
Perusahaan
mengambil
kembali
atau  mengurangi  modal  yang  tertanam  dalam  Perusahaan.  Berkurangnya  modal
berarti berkurangnya dana. Hal
ini berarti bahwa pengurangan modal itu merupakan
penggunaan dana.
5.
Pembayaran dividen kas.
Pembayaran dividen kas jelas merupakan penggunaan dana. Dividen kas dibayarkan
dari keuntungan neto sesudah pajak.
6.
Adanya kerugian dalam operasi Perusahaan.
Sebenarnya bertambahnya utang merupakan sumber dana, tetapi dengan adanya
kerugian,
tambahan
dana
tersebut
digunakan untuk menutup kerugian. Dengan
demikian, maka adanya kerugian merupakan penggunaan dana.
2.6.
Anggaran Kas
Anggaran
kas
(cash
budget) adalah
estimasi
terhadap
posisi
kas
untuk
suatu
periode
tertentu
yang
akan
datang.
Penyusunan anggaran kas bagi suatu Perusahaan
sangatlah
penting
artinya
bagi
pemeliharaan likuiditas Perusahaan. Dengan menyusun
anggaran kas, maka dapat diketahui kapan Perusahaan akan berada dalam keadaan defisit
kas atau surplus kas karena operasi Perusahaan. Dengan mengetahui akan adanya defisit
kas jauh sebelumnya, maka Perusahaan akan dapat merencanakan sebelumnya penentuan
sumber  dana  yang  akan  digunakan  untuk  menutup  defisit  tersebut.  Karena  masih
cukupnya
waktu,
maka terdapat
lebih banyak pilihan sumber dana, dan dengan semakin
banyaknya pilihan sumber dana ini, berarti Perusahaan-pun dapat mengadakan pemilihan
  
sumber
dana
yang
biayanya
paling
rendah. Sebaliknya, dengan, mengetahui jauh
sebelumnya bahwa akan terdapat surplus kas yang besar, maka jauh sebelumnya sudah
dapat direncanakan bagaimana menggunakan kelebihan dana tersebut secara efisien.
Anggaran kas dapat disusun untuk periode bulanan atau kuartalan. Pada dasarnya
anggaran kas ini dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu:
1.
Estimasi  penerimaan-penerimaan  kas  yang  berasal  dari:  hasil  penjualan 
tunai,
piutang yang terkumpul, penerimaan bunga, dividen, hasil penjulan aktiva tetap, dan
penerimaan-penerimaan lain.
2.
Estimasi   pengeluaran   kas   yang   digunakan   untuk:   pembelian   bahan   mentah,
pembayaran utang-utang, pembayaran upah buruh, pengeluaran untuk biaya
penjualan, biaya administrasi dan umum, pembayaran bunga, dividen, pajak, premi
asuransi, pembelian aktiva tetap dan pengeluaran-pengeluaran lain.
Dengan 
mengadakan 
estimasi  penerimaan 
dan  pengeluaran 
selama 
periode
tertentu maka Pimpinan Perusahaan dapat mengetahui:
1.    Kemungkinan posisi kas sebagai hasil rencana operasi Perusahaan.
2.    Kemungkinan adanya surplus atau defisit karena rencana operasi Perusahaan.
3.    Besarnya dana serta saat-saat kapan dana itu dibutuhkan untuk menutup defisit  kas.
4.    Saat-saat kapan kredit itu dibayar kembali.
Penyusutan anggaran kas biasanya dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
1.
Menyusun  estimasi  penerimaan  dan  pengeluaran  menurut  rencana  operasional
Perusahaan. Transaksi-transaksi di sini merupakan transaksi operasi. Pada tahap ini
dapat diketahui adanya defisit atau surplus karena rencana operasi Perusahaan.
  
2.
Menyusun  perkiraan  atau  estimasi  kebutuhan  dana  atau  kredit  dari  bank  atau
sumber-sumber
dana
lainnya
yang
diperlukan untuk menutup defisit kas karena
rencana operasi Perusahaan
3.
Menyusun  kembali  estimasi  keseluruhan  penerimaan  dan  pengeluaran  setelah
adanya transaksi finansil.
2.7.
Faktor
Yang
Mempengaruhi
Besarnya
Persediaan
Kas
Minimal
Kas adalah salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya.
Semakin besar jumlah kas yang ada di dalam suatu Perusahaan, berarti
semakin
tinggi
pula tingkat
likuiditasnya.
Ini
berarti
bahwa Perusahaan mempunyai risiko yang lebih
rendah untuk tidak dapat
memenuhi kewajiban
finansiilnya. Tetapi hal ini bukan berarti
bahwa Perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan persediaan kas yang sangat
besar, karena semakin besar kas berarti semakin banyak uang yang menganggur sehingga
akan memperkecil profitabilitas-nya. Sebaliknya pun kalau Perusahaan hanya mengejar
profitabilitas saja, maka Perusahaan itu akan berusaha agar semua persediaan
kasnya
selalu
dapat
diputarkan
atau
dalam keadaan bekerja.
Bila
Perusahaan
menjalankan
tindakan tersebut,
berarti Perusahaan
itu
menempatkan
dirinya
dalam keadaan
illikuid
apabila sewaktu-waktu ada tagihan atas kewajiban finansilnya.
  
Untuk
menentukan
berapa
besarnya jumlah kas yang sebaiknya harus
dipertahankan oleh suatu Perusahaan, belumlah ada standard ratio yang bersifat umum.
Meskipun  demikian,  ada  beberapa  standar 
tertentu 
yang  dapat  digunakan  sebagai
pedoman
di
dalam menentukan
jumlah
kas
yang
harus
dipertahankan
oleh
suatu
Perusahaan.
Jumlah
kas
pada
suatu
saat
dapat dipertahankan dengan besarnya jumlah
aktiva lancar maupun utang lancar. Jumlah kas dapat pula dihubungkan dengan jumlah
penjualan atau sales. Perbandingan
antara penjualan dengan jumlah kas rata-rata
menggambarkan
tingkat
perputaran
kas
(cash
turnover) dimana semakin tinggi
tingkat
perputaran ini, maka semakin tinggi pula tingkat efisiensi penggunaan kasnya. Akan
tetapi, tingkat perputaran kas
yang berlebihan tingginya dapat berarti bahwa jumlah kas
yang tersedia adalah terlalu kecil untuk volume penjualan yang bersangkutan.
Seperti
halnya
pada
persediaan (inventory) dan piutang, pada
kas
pun
terdapat
“persediaan besi” atau “persediaan minimal”, yang disebut juga safety cash balance atau
persediaan besi kas.
Yang dimaksudkan dengan persediaan besi adalah jumlah minimal
dari
kas
yang
harus
dipertahankan
oleh
Perusahaan agar dapat memenuhi kewajiban
finansiilnya sewaktu-waktu. Persediaan kas ini merupakan unsur atau inti permanen dari
kas. Besarnya kas minimal ini berbeda-beda antara Perusahaan yang satu dengan
Perusahaan
yang
lainnya.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
besar kecilnya persediaan
kas suatu Perusahaan yaitu:
1.   Perimbangan Antara Aliran Kas Masuk dengan Aliran Kas Keluar.
Adanya perimbangan yang baik mengenai kuantitas maupun waktu antara arus kas
masuk dan arus kas keluar dalam suatu Perusahaan berarti 
bahwa pengeluaran kas,
baik 
mengenai  jumlah 
maupun 
mengenai  waktunya,  akan  dapat  dipenuhi  dari
  
penerimaan kasnya sehingga Perusahaan tidak perlu mempunyai persediaan kas
minimum yang
besar.
Adanya perimbangan
tersebut antara
lain
disebabkan
karena
adanya kesesuaian antara syarat pembelian dengan syarat penjualan. Ini bearti bahwa
pembayaran
hutang akan dapat dipenuhi dengan kas yang berasal dari pengumpulan
piutang. Pembayaran-pembayaran untuk pembelian bahan mentah, pembayaran upah
buruh,
dan
lain-lain,
diharapkan dapat
dipenuhi dengan kas yang berasal dari hasil
penjualan produknya.
2.   Penyimpangan Terhadap Aliran Kas yang Diperkirakan .
Untuk 
menjaga 
likuiditasnya, 
maka 
Perusahaan 
perlu 
membuat 
perkiraan 
atau
estimasi mengenai aliran kas di dalam Perusahaannya. Apabila aliran kas senyatanya
selalu sesuai dengan estimasinya, maka Perusahaan tersebut tidak menghadapi
kesulitan likuiditas. Perusahaan ini tidak perlu mempertahankan adanya persediaan
minimum kas
yang
besar.
Sebaliknya,
bagi
Perusahaan
yang
aliran
kasnya
sering
mengalami
penyimpangan
yang
merugikan
dari
yang
diperkirakan,
maka
perlulah
bagi
Perusahaan
ini
untuk
mempertahankan
adanya
persediaan
kas
minimal
yang
agak besar.
3.   Adanya Hubungan yang baik dengan Bank-Bank
Perusahaan yang telah berhasil membina hubungan baik dengan bank akan
mempermudah
baginya
untuk
mendapatkan
kredit
dalam menghadapi
kesulitan
finansiilnya,  baik  yang  disebabkan  karena  adanya  peristiwa  yang  tidak  diduga
maupun yang dapat diduga sebelumnya. Perusahaan ini tidak perlu mempunyai
persediaan besi kas yang besar.
  
2.8.
Sarana
Dan
Mekanisme
Transaksi
Uang
Kas
Yang
Ditempatkan Di Bank
Berikut ini adalah sarana dan mekanisme transaksi uang kas berbentuk uang giral
yang berada atau ditempatkan di bank.
1.
Bentuk-bentuk uang giral.
a.
Demand Deposit.
Penyimpanan  uang  kas  dalam  bentuk  demand deposit di  bank  sering  pula
disebut sebagai
uang kas dalam
rekening giro,
yang setiap
saat dapat diambil
atau pun dicairkan. Simpanan dalam bentuk demand deposit tidak mendapatkan
bunga,
sebaliknya
si
penyimpan
biasanya dikenakan biaya administrasi.
Biasanya bank tersebut menetapkan tingkat saldo rata-rata yang minimum harus
dipertahankan
dalam rekening
gironya tersebut. Untuk
Perusahaan
besar
yang
rata-rata saldo rekening gironya cukup tinggi dapat meminta kepada bank yang
bersangkutan   suatu   jasa   giro   atas   dasar   saldo   minimum   yang   harus
dipertahankan dalam rekening gironya tersebut.
b.
Time Deposit.
Suatu  bentuk  simpanan  deposito  berjangka  yang  dapat  ditempatkan  untuk
jangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan. Sebelum jatuh temponya,
maka deposito tersebut
tidak
dapat dicairkan. Namun
jika
simpanan
tersebut
  
telah melampaui satu bulan tetapi jatuh temponya adalah 3 bulan,
atas
persetujuan 
dari  bank 
yang 
bersangkutan, 
maka 
deposito 
tersebut 
dapat
dicairkan
dengan
suatu
denda
tertentu yang harus dibayar oleh si nasabah.
Sebagai
tanda
atas
simpanan
deposito tersebut, bank
yang
bersangkutan akan
mengeluarkan
sertifikat
deposito
atas
nama
yang
sering
disebut
pula Non-
Negotiable
Time
Certificate
of
Deposit.
Namun
ada
pula
sertifikat
deposito
yang merupakan surat berharga yang dapat diperjualbelikan, untuk itu sertifikat
deposito
berjangka tersebut
dikeluarkan atas unjuk dan biasa disebut sebagai
Negotioable Time Certificate of Deposit.
c.
Call Deposit.
Simpanan  dalam  bentuk  call deposit memiliki  persamaan  dengan  demand
deposit dalam arti setiap saat dapat ditarik, asalkan sebelum penarikannya harus
memberitahukan terlebih dahulu kepada bank yang bersangkutan. Biasanya
pemberitahuan tersebut harus dilakukan dua hari dimuka. Atas call deposit juga
dibayarkan suatu tingkat bunga tertentu sesuai dengan jangka waktu
penyimpanannya:
on
call
(2
hari),
7
hari,
15
hari. Dengan demikian setiap
penyimpanan dalam deposito berjangka, yang waktunya kurang dari satu bulan
dapat disebut call deposit.
2.
Jenis-jenis alat likuid pengganti uang tunai.
a.
Cek.
  
Suatu surat berharga yang  merupakan permintaan pembayaran secara tunai atas
sejumlah uang, suatu bank yang menerbitkan cek tersebut dari rekening giro
seorang
nasabah
yang
menandatangani
cek tersebut. Dengan demikian, cek
tersebut sering pula disebut sebagai personal cheque. Cash cheque sama seperti
uang tunai artinya dapat diuangkan oleh siapa saja yang memiliki cek tersebut,
selama rekening giro dari orang yang menandatangani cek tersebut cukup
uangnya.
b.
Giro Bilyet.
Suatu  surat  permintaan  pemindahbukuan  dari  suatu  rekening  giro  tertentu
kepada rekening
giro
lainnya, dapat
terjadi dalam bank
yang sama atau dalam
bank
lainnya.
Dengan
demikian,
orang atau
Perusahaan
yang
memperoleh
pembayaran dalam bentuk
giro bilyet, tidak dapat
langsung menguangkan
giro
bilyet tadi.
c.
Bank Draft.
Bank draft
merupakan
suatu
janji
yang
dikeluarkan oleh suatu bank tertentu
untuk
membayar
sejumlah
uang dalam mata
uang
tertentu kepada
pemegang
draft atau nama yang tercantum dalam draft tersebut.
d.
Traveller’s Cheque.
Pengertian
traveller’s cheque serupa dengan bank draft. Perbedaannya hanya
terletak
pada proses
pencairannya dimana
jika bank
draft harus diuangkan di
cabang atau
koresponden
bank yang
mengeluarkan
draft
tersebut,
sedangkan
  
traveller’s   cheque   dapat  diuangkan  pada  setiap   money   changer/tempat
penukaran
uang
dan
kadangkala
diterima
pula
sebagai
alat
pembayaran
yang
sah.
3.
Mekanisme pencairan alat-alat likuid yang digunakan sebagai alat pembayaran.
a.
On the counter.
Setiap cash cheque dapat diuangkan pada bank yang menerbitkan cek tersebut,
dengan
syarat
uang
di
rekening
nasabah yang menandatangani cek tersebut
cukup dananya.
b.
Kliring.
Untuk menguangkan cek ataupun crossed cheque serta giro bilyet melalui bank
lain, maka hal tersebut dapat dilakukan melalui kliring. Cek ataupun bilyet yang
dikliringkan
baru
dapat diketahui
hasilnya esok paginya dan untuk kemudian
dapat dimanfaatkan oleh si penerimanya.
c.
Collection.
Untuk menguangkan cek ataupun jaminan giro bilyet pada suatu bank di kota
yang berbeda, maka harus dilakukan secara inkaso/collection. Untuk hal seperti
  
ini diperlukan waktu yang cukup lama, tergantung dari jarak maupun pelayanan
daripada bank yang bersangkutan.
2.9.
Model Matematis Dalam Manajemen Kas
Guna
menentukan
besarnya
investasi
yang optimal
di
dalam penetapan
jumlah
uang kas, maka terdapat beberapa model matematis yang dikembangkan oleh ahli-ahli
pembelanjaan, yaitu:
1.   Model dari William J. Baumol.
William J. Baumol mendasari teorinya pada metode Economic Order Quantity (Ross,
Westerfield,
Jafee,
2002,
McGraw-Hill, “Corporate Finance”, pp 773), yang
digunakan
di
dalam menetapkan
investasi
yang
optimal
di
dalam persediaan.
Penerapan metode EOQ ini pada manajemen kas didasari pada kenyataan bahwa ada
kesamaan
antara
investasi dalam
uang
kas
dan
persediaan bahan/barang
dipandang
dari
sudut
pandangan
ahli
belanja.
Dalam pengadaan
persediaan,
biaya
akibat
kekurangan  persediaan  dan  tambahan  biaya  pemesanan,  yang  harus  dikorbankan
untuk
mengadakan
bahan/barang
secara
cepat sebagai akibat dari kehabisan
persediaan  merupakan  hal  yang  dapat  dan  perlu  dihindari.  Namun  dipihak  lain,
dengan mengadakan suatu persediaan akan timbul pula biaya-biaya yang berkaitan
dengan pengadaan persediaan
tersebut,
termasuk biaya
modal yang tertanam dalam
persediaan
tersebut.
Oleh
sebab
itu,
perlu
dicari
suatu
titik
keseimbangan
antara
biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, yang
memberikan tingkat
investasi yang
optimal dalam pengadaan persediaan tersebut. Perimbangan tersebut berlaku pula di
  
dalam pengelolaan
uang kas. Biaya pemesanan timbul dalam bentuk biaya
gaji dari
orang  yang  khusus  menangani  administrasi  kas  dan  komisi  yang  harus  dibayar
kepada
para broker
untuk
menempatkan atau mencairkan
uang
kas
pada atau
dari
bentuk investasi yang ada di pasar uang dan modal. Di samping itu perlu diperhatikan
pula carrying
cost
atau holding
cost, yang berupa hilangnya kesempatan untuk
memperoleh bunga atau return atas kesempatan investasi tertentu di pasar uang dan
modal seandainya perusahaan berusaha untuk menahan jumlah uang kas yang besar,
dengan
tujuan
ingin
menghindari
biaya
gaji
dan/atau
komisi
seperti
disebutkan
di
atas. Dan sama seperti halnya dengan mengelola persediaan, maka dalam mengelola
uang kas perlu pula diperhitungkan besarnya biaya kerugian yang timbul sebagai
akibat kehabisan uang kas didalam kegiatan perusahaan sehari-hari. Oleh sebab
itu
dalam pengelolaan uang kas perlu ditentukan suatu tingkat persediaan uang kas yang
secara optimal perlu dipertahankan oleh perusahaan guna menjamin kesinambungan
operasinya.
Dengan dicapainya
titik keseimbangan dari kedua unsur biaya tersebut
diatas, maka investasi dalam uang kas dapat dioptimalisasikan.
Model Baumol ini mengasumsikan bahwa saldo kas perusahaan akan bergerak secara
beraturan dari kiri atas ke kanan bawah seperti tampak pada gambar dibawah ini.
Saldo Kas Awal
Rata-rata Kas
  
0
1
2
3
Saldo Kas Akhir
Waktu
Gambar 2.2. Pola Keseimbangan Kas dari Baumol
Dalam
modelnya,
Baumol
mengasumsikan
bahwa ada tiga
variabel
yang
harus
diperhatikan oleh perusahaan, yaitu:
F
=
biaya tetap
yang
harus
dikeluarkan ketika
menjual
sekuritas/investasi
yang dimiliki, untuk mengisi kembali uang kas.
T
=
Jumlah 
uang 
kas 
yang 
diperlukan 
oleh 
perusahaan 
untuk 
tujuan
transaksi pada periode tertentu.
K
=
biaya  kesempatan  (opportunity cost) yang  timbul  dari  penyimpanan
uang kas.
C
 
2FT
K
Saldo
Kas
C
Optimum
Opportunit
y
Cost
K
2
T
Trading
Cost
F
TotalCost
©
C
K
T
F
2
©
  
2.
Model dari Merton Miller dan Daniel Orr.
Miller dan Orr menciptakan suatu model dengan mengembangkan teori yang telah
dibuat oleh Baumol. Berbeda dengan Baumol yang menggunakan asumsi bahwa net
cash
flow pola
pergerakannya
sedemikian
beraturan,
yang
hanya
mungkin
dapat
terjadi secara teoritis atau dalam kasus orang perorang tertentu, maka Miller dan Orr
mengasumsikan bahwa net
cash
flows akan bergerak secara tak beraturan namun
tetap
memiliki
suatu
pola
tertentu (Steve Karnadi, Yayasan Promotio Humana,
“Manajemen Pembelanjaan”, JILID I, pp 119). Hal ini berarti bahwa perubahan
dalam saldo kas perusahaan selama suatu periode tertentu akan sembarang sifatnya
baik dalam jumlah maupun arahnya. Namun jika diteliti atas dasar sampel acak dari
suatu  kumpulan  periode-periode  yang  jumlahnya  cukup  banyak,  maka  tampak
bahwa perubahan-perubahan tersebut akan membentuk suatu distribusi normal.
Walaupun demikian model ini tetap memberikan suatu kemungkinan berdasarkan
pengalaman empiris bahwa pada suatu saat tertentu, perubahan tersebut memiliki
kemungkinan lebih besar untuk lebih positif atau negatif.
Teori Miller dan Orr ini diciptakan untuk menentukan kapan saatnya dan berapa
besar  jumlah  yang  harus  dipindahkan  dari  perkiraan  investasi  ke  perkiraan  kas
selaras dengan proses pengambilan keputusan yang diamati dari gambar berikut.
  
Cash
h
z
r
t1
t2
Time
Gambar 2.3. Model Manajamen Kas dari Miller dan Orr
Dari
gambar 2.3, tampak bahwa perubahan dari saldo kas dapat meningkat sampai
suatu tingkat tertentu, h, pada waktu t1, dan kemudian akan turun sampai ketingkat
z,
return point, karena sejumlah
(h –z) diinvestasikan ke dalam salah satu bentuk
investasi yang memberikan hasil. Selanjutnya saldo kas perusahaan yang bergerak
secara tak menentu arahnya sampai akhirnya mencapai titik saldo minimum, r, pada
saat
t2
dan
pada
saat
saldo
kas
kembali
kepada
titik
z, return point,. Dalam
menentukan
besarnya
waktu
t
diatas,
Miller dan Orr mencari t sedemikian rupa
sehingga 1/t merupakan suatu penggal waktu yang kecil dari satu hari kerja, atau
dengan kata lain t sama dengan jumlah transasksi kas per hari.
  
Metode
ini
mengasumsikan
bahwa
selama
jam-jam
kerja
tersebut
saldo
kas dapat meningkat sebanyak
m rupiah dengan tingkat probabilitas sebesar p atau
dapat
pula
turun
sebesar
m rupiah
dengan
tingkat
probabilitas
q
=
1
p.
Pada
umumnya analisa Miller dan Orr ini bertolok ukur pada asumsi probabilita p = q =
½.
Atas dasar asumsi diatas, maka variance daripada perubahan harian  saldo
kas adalah
sama
dengan
m²
t. Selanjutnya
model
Miller
dan
Orr
didasarkan pada
fungsi biaya, sama seperti model Baumol, dan model ini memasukkan pula elemen
biaya yang diperlukan guna memindahkan dari dan kepada perkiraan kas serta biaya
yang timbul sebagai akibat menahan uang kas (opportunity cost). Batas atas (upper
limit), h, yang tidak boleh dilampaui, dan batas bawah (lower limit), z, yang
merupakan 
return 
point,
yaitu 
titik 
kemana  saldo 
kas  dikembalikan 
setelah
terjadinya permindahan dari atau kedalam perkiraan kas, perlu dicari dan dihitung
agar 
fungsi 
biaya 
dapat 
diminimalisir. 
Batas 
terendah, 
r, 
dalam 
model 
ini
diasumsikan telah ditentukan, yang dapat berupa saldo kas minimum atas rekening
giro yang harus dipertahankan seperti ditetapkan oleh bank, di mana rekening koran
perusahaan tersebut ditempatkan.
Fungsi biaya dari model Miller dan Orr dituliskan sebagai berikut:
E c)
(c)
b.
E( N )
i.E (m)
T
E(N)
= perkiraan banyaknya pemindahan antara kas dan
perkiraan investasi selama periode yang direncanakan.
  
2
b
= biaya pemindahan.
T
= jumlah hari dari periode yang direncanakan.
E(m)
= rata-rata saldo kas harian yang diharapkan.
i
= tingkat bunga harian yang diperoleh dari investasi
yang dilakukan.
S²
= varians daripada perubahan harian saldo kas.
Tujuan
yang
ingin
dicapai
adalah
mencari
E
(c) 
yang
minimal dengan
menetukan
variabel h dan z, yang oleh Miller dan Orr diperoleh sebagai berikut:
1
/
3
3
.b.s
z
4.
Semakin tinggi biaya pemindahan uang kas, yakni b, atau variance, yaitu S², maka
akan
semakin tinggi pula
jarak antara batas kontrol atas dan batas kontrol bawah.
Untuk
kasus khusus dimana
terjadi
kenaikan
ataupun
penurunan probabilita
saldo
kas yang sama besar, artinya bahwa p = q = 0,50,
maka batas kontrol
atas akan
selalu tiga kali lebih besar dari retun point z, yaitu batas kontrol bawah.