BAB II LANDASAN
TEORI
1.1.
Pengertian Proses
Dalam Operations Management for Competitive Advantage, Tenth Edition,
Chase, Jacobs, Aquilano (2004, pp 102) memberikan pengertian bahwa proses adalah
bagian
dari
perusahaan
yang
mengambil masukan atau input dan mengubahnya
menjadi
keluaran
atau
output,
dimana diharapkan mempunyai nilai lebih bagi
perusahaan
dibandingkan
dengan
input sebelumnya. Sehingga untuk menunjang
keberhasilan perusahaan dalam hal
memperkuat daya saing,
maka sangatlah penting
bagi perusahaan untuk memahami bagaimana berjalannya suatu proses.
Tipe Tipe Proses
Menurut Chase, Jacobs, Aquilano (2004, pp 106-108), proses dapat dibedakan
melalui tahapan-tahapan, yaitu :
1. Single stage
Dalam proses
ini
semua
aktivitas-aktivitas
yang
terlibat,
dianalisa
dengan
menggunakan satu perputaran waktu (single cycle time), sehingga proses
hanya berjalan dalam satu tahap dalam penyelesaian outputnya.
2. Multiple stage
1
|
2
Dalam
proses
ini
semua
aktivitas
aktivitas
harus
melalui
beberapa perputaran
tahapan proses untuk penyelesaian suatu output.
Jika dibedakan menurut outputnya, proses dapat dibagi menjadi :
1. Make to order
Dimana
suatu
proses
menjadi
aktif
dalam menghasilkan
produk
sesuai
dengan
pesanan yang datang. Persediaan barang baik itu barang setengah jadi dan barang
jadi dipertahankan dalam jumlah seminimal mungkin.
2. Make to stock
Dalam proses ini, produksi hanya aktif dilakukan untuk menghasilkan jenis
produk yang standard dan terjadwal. Oleh sebab itu faktor pengiriman adalah hal
yang
terpenting,
sehingga
persediaan
berupa barang jadi dipertahankan dalam
jumlah yang besar.
3. Hybrid
Merupakan kombinasi dari make to
stock dan make to order. Yang
umum dari
proses ini adalah produk-produk yang standard dijadikan persediaan dan
ditempatkan pada beberapa proses proses yang penting.
Struktur Aliran Proses
Dalam Operations
Management
for
Competitive
Advantage,
Tenth
Edition,
Chase,
Jacobs,
Aquilano
(2004,
pp
165-166),
dijelaskan bahwa struktur aliran proses
mengacu pada bagaimana suatu pabrik mengatur aliran materialnya di dalam proses yang
berjalan.
Proses-proses dalam sistem produksi dapat dibedakan menjadi empat, yaitu :
|
3
1. Job shop
Produksi
dilakukan
dalam kelompok-kelompok
kecil
dengan
banyak
produk-
produk yang berlainan, dimana kebanyakan memerlukan tahap-tahap pengolahan
yang berbeda. Tipe ini dapat digunakan untuk produk-produk yang bervariasi.
2. Batch shop
Merupakan jenis job shop yang sudah lebih teratur dan terstandarisasi. Contohnya
seperti pabrik peralatan berat dan peralatan elektronik
3. Assembly Line
Produksi
dari
bagian-bagian
yang
berbeda berjalan dari satu workstation ke
workstation berikutnya pada kecepatan yang terkendali mengikuti urutan-urutan
untuk membangun sebuah produk. Contohnya seperti pabrik mainan yang masih
manual dan pembuatan peralatan rumah tangga.
4. Continuous Flow
Pengolahan bahan-bahan yang tidak berbeda sehingga bisa seperti Assembly Line
yang mengikuti urutan-urutan tertentu, tetapi lebih berkesinambungan dan tidak
terhenti-henti. Jenis ini biasanya sangat terotomisasi dan terdiri dari mesin-mesin
yang
terintegrasi yang
harus dioperasikan 24 jam sehari
untuk
menghindari shut
down dan start up yang memakan waktu dan biaya besar. Contohnya pabrik mobil
yang sudah terotomisasi.
Selain
penggolongan
tersebut,
ada
juga
analisis
sistem
manufaktur
mengidentifikasi
dua kategori
dasar
bagi
suatu
perusahaan
industri, seperti
yang
|
4
dinyatakan dalam Manajemen Produksi & Operasi, Edisi Kedua, Herjanto (2003, pp 9-
10) yaitu :
1. Continuous Process Industries
Merupakan industri yang memproduksi barang dengan proses kontinyu. Kontinyu
disini
bukan
berarti
berproduksi
secara
terus-menerus
24
jam tanpa
henti,
melainkan sebagai proses yang dilakukan secara tumpukan, bukan per unit
produk.
Industri jenis
ini, sering kali menggunakan proses kimia daripada
fisik
atau mekanik, seperti industri pupuk, gula, semen, atau tepung terigu.
2. Intermittent Process Industries
Sering
disebut discrete parts manufacturing, yaitu industri yang memproduksi
barang
melalui
proses
individu,
unit
per unit. Misalnya, industri alat-alat
elektronika,
kendaraan
bermotor,
peralatan
kantor,
dan
alat-alat
rumah
tangga.
Job shop dan batch shop termasuk dalam kategori ini.
Perbaikan Proses
Kolarik (1999, pp 437-479) dalam Creating Quality, Process Design for Results
membahas mengenai perbaikan proses yang melibatkan tiga elemen yaitu: pertanyaan,
analisis,
dan
tindakan.
Perbaikan
proses
adalah
cara-cara
untuk
mengubah
keefektifan
dan atau keefisienan proses yang menyangkut perubahan-perubahan, input dan output.
Dalam tahap
ini
kita
menganalisis
proses
yang
ada
menggunakan
fakta-fakta,
angka-
angka, dan pendapat-pendapat yang
terpilih, kemudian kita membuat beberapa alternatif
yang
mungkin.
Akhirnya
diambil
tindakan untuk memperbaiki
suatu proses secara
bertahap.
|
![]() 5
Perbaikan proses berawal dari aspek-aspek yang menjadi pertanyaan. Pertanyaan
yang
biasa
diajukan
adalah
efektivitas dan
efisiensi
dari
suatu
proses
dan
dilihat
dari
sudut pandang pengalaman dan pengukuran kinerja terdahulu. Dari hal-hal inilah
kesempatan
untuk
perbaikan
proses dapat
timbul.
Pengamatan proses
merupakan
suatu
hal
yang penting dalam melihat adanya kesempatan
untuk memperbaiki proses.
Berikut
adalah perincian dari kegiatan pengamatan yang dapat dilakukan pada suatu proses.
Tabel 2.1. Perincian dari Kegiatan Pengamatan
Kegiatan
Deskripsi
Meninjau kembali tujuan/harapan:
Proaktif dan reaktif
Meninjau kembali visi, misi, nilai-
nilai utama dalam sistem produksi.
Meninjau kembali tujuan, definisi,
target, dan spesifikasi dari proses
dan sub proses.
Meninjau kembali operasi dan hasil
yang nyata :
Proses/Sub Proses perusahaan sendiri
Proses/Sub Proses perusahaan lain
Mengerti apa yang sedang terjadi.
Mengamati perubahan yang
terjadi. Mengukur hasil akhir dan
masukan.
Membandingkan
antara
kenyataan
dengan ekspetasi.
Mencari
kemungkinan-
kemungkinan yang dapat dicapai.
Memeriksa
proses
dan
menentukan titik-titik mana yang
bisa diperbaiki.
Menyatakan kemungkinan
Menyatakan hasil yang dicapai
dan
kesenjangan
dalam
suatu
proses dalam ukuran.
|
![]() 6
Menjelaskan dalam
istilah
yang
umum kemungkinan
yang dapat
dicapai dengan perbaikan proses.
1.2.
Pengertian Produktivitas
Pengukuran
dan
evaluasi
produktivitas
merupakan salah satu alternatif untuk
mengevaluasi kinerja yang telah dilakukan bahkan merupakan salah satu cara yang
sangat efektif di dalam
menilai efisiensi pemakaian sejumlah
input dalam menghasilkan
output tertentu.
Definisi Produktivitas
Produktivitas sebagai konsep yang menyatakan bagaimana keluaran akan berubah
apabila masukan berubah, pertama kali dicetuskan oleh David Ricardo pada tahun 1810.
Pada
tahun
1833,
Littre
mendefinisikan
produktivitas sebagai kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan yaitu kemampuan untuk memproduksi. Beberapa sumber pada
umumnya memberikan pengertian yang berbeda-beda, antara lain :
1. Menurut Rusli Syarif (1991), produktivitas adalah usaha yang dilakukan semata-
mata hanya ditujukan untuk meningkatkan produksi dan ekonomi saja.
2.
Menurut Luis Saborin (1980), yaitu rumusan tradisional dari produktivitas total
adalah ratio dari
apa yang
dihasilkan (output)
terhadap seluruh apa
yang
digunakan (input) untuk memperoleh hasil tersebut.
|
7
3. Menurut Saint-Paul (1980), secara sederhana produktivitas didefinisikan sebagai
hubungan antara kualitas yang dihasilkan dengan jumlah kerja yang dilakukan
untuk mencapai
hasil
tersebut. Secara
umum dapat disimpulkan sebagai berikut,
yaitu ratio antara kepuasan atas kebutuhan dan pengorbanan yang dilakukan.
4. Menurut George J. Washnis
(1981), produktivitas
mencakup dua konsep dasar,
yaitu daya guna (efisiensi) dan hasil guna (efektivitas). Daya guna mencerminkan
tingkat
sumber
manusia,
dana
dan
alam
yang
diperlukan
untuk
mengusahakan
hasil
tertentu, sedangkan
hasil guna
mencerminkan akibat dan kualitas dari hasil
yang diusahakan.
5.
Menurut
Paul Mali (1981), hampir sama dengan Washnis, yaitu hasil guna
dihubungkan dengan hasil atau efektivitas, sedangkan daya guna atau efisiensi
dihubungkan dengan pemanfaatan sumber- sumber tersebut.
Dari beberapa pengertian
ini,
jelaslah bahwa definisi produktivitas sendiri masih
belum ada rumusan
yang jelas dan juga belum ada kesepakatan umum tentang maksud
dan
pembuktian
produktivitas
serta
kriterianya
dalam mengukur
petunjuk
petunjuk
produktivitas. Sedangkan menurut Dewan Produktivitas Nasional, produktivitas
didefinisikan dari berbagai sudut yaitu :
1. Secara Psikologis
Produktivitas merupakan sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa
mutu kehidupan hari ini
harus
lebih baik dari hari kemarin dan hari
esok
lebih
baik dari hari ini.
2. Secara Ekonomis
|
8
Produktivitas
merupakan bagaimana perolehan
hasil
yang dicapai (output)
sebesar-besarnya dengan pengorbanan sumber daya yang sekecil-kecilnya.
3. Secara Teknis
Produktivitas dapat diformulasikan sebagai rasio perbandingan output dan input,
dengan rumusan :
P = O / I, dimana P = Produktivitas; O = Output; I = Input.
Pengertian secara
teknis
ini
merupakan
pengertian
efisiensi
produksi
terutama
dalam pemakaian ilmu dan teknologi.
Produktivitas menggambarkan hubungan antara output dan alat atau sarana yang
digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Output atau hasil produksi tersebut
diperoleh dari suatu proses kegiatan dan output yang dihasilkan tersebut akan berupa
produk akhir (finished good). Untuk menghasilkan output diperlukan masukan atau
sumber
sumber utama yaitu berupa tenaga kerja, modal, bahan baku dan energi.
Peningkatan
produktivitas
tidak
selalu
dihasilkan oleh peningkatan produksi karena
produksi
dapat
meningkat
tetapi
produktivitasnya menurun. Menurut Dewan
Produktivitas Nasional, peningkatan produktivitas hanya terjadi jika :
1. Jumlah produksi meningkat dengan menggunakan sumber daya yang sama.
2. Jumlah produksi yang sama atau meningkat dengan
menggunakan
sumber daya
yang kurang.
3. Jumlah
produksi
yang
jauh
lebih
besar
diperoleh
dengan
pertumbuhan
sumber
daya yang relatif kecil.
Konsep Dasar Sistem Produktivitas
|
![]() 9
Apabila ukuran keberhasilan produksi hanya dipandang dari sisi output, maka
produktivitas dipandang dari dua sisi sekaligus yaitu sisi input dan sisi output. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa produktivitas berkaitan dengan efisiensi penggunaan
input dalam memproduksi output (barang).
Mali (1978) menyatakan bahwa produktivitas
tidak sama dengan produksi,
performansi kualitas dan hasil-hasil merupakan komponen dari usaha produktivitas.
Dengan demikian produktivitas merupakan suatu kombinasi dari efektivitas dan efisiensi,
sehingga produktivitas dapat diukur berdasarkan pengukuran berikut:
Produktivitas =
Output yang dihasilkan
=
Pencapaian tujuan
Input yang dipergunakan
Penggunaan sumber daya
=
Efektivitas pelaksanaan tugas
=
Efektivitas
Efisiensi penggunaan sumber daya
Efisiensi
Sumanth (1985) memperkenalkan suatu konsep formal yang disebut sebagai
siklus
produktivitas
untuk
digunakan
dalam peningkatan
produktivitas
terus
menerus.
Pada dasarnya konsep siklus ini terdiri dari empat tahap utama, yaitu :
Pengukuran produktivitas
Evaluasi produktivitas
Perencanaan produktivitas
Peningkatan produktivitas
|
![]() 10
TAHAP
1
PENGUKURAN
PRODUKTIVITAS
TAHAP
4
PENINGKATAN
PRODUKTIVITAS
TAHAP
2
EVALUASI
PRODUKTIVITAS
TAHAP 3
PERENCANAAN
PRODUKTIVITAS
Gambar 2.1. Siklus Produktivitas
Gambar
ini
menunjukkan
bahwa
siklus
produktivitas
merupakan
suatu
proses
yang
kontinyu,
yang
melibatkan aspek-aspek
: pengukuran, evaluasi, perencanaan dan
pengendalian produktivitas. Berdasarkan konsep siklus produktivitas, secara formal
program peningkatan produktivitas
harus dimulai melalui pengukuran produktivitas dari
sistem industri itu sendiri.
Manfaat Pengukuran Produktivitas
Terdapat
beberapa
manfaat
pengukuran
produktivitas
dalam suatu
organisasi
perusahaan secara menyeluruh yaitu antara lain:
1.
Perusahaan dapat menilai efisiensi konversi sumber dayanya agar dapat
meningkatkan produktivitas melalui efisiensi penggunaan sumber-sumber
daya tersebut.
|
11
2. Perencanaan sumber daya
akan menjadi
lebih efektif dan efisien
melalui
pengukuran produktivitas, baik dalam perencanaan jangka pendek ataupun
jangka panjang.
3. Tujuan
ekonomis
dan
non
ekonomis
dari
perusahaan
dapat
diorganisasikan kembali dengan cara memberikan prioritas tertentu yang
dipandang dari sudut produktivitas.
4.
Perencanaan target tingkat produktivitas di masa mendatang dapat
dimodifikasikan kembali berdasarkan informasi pengukuran tingkat
produktivitas sekarang.
5.
Strategi untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dapat ditetapkan
berdasarkan tingkat kesenjangan produktivitas yang ada diantara tingkat
produktivitas yang direncanakan (ekspetasi) dan tingkat produktivitas
yang
diukur
(aktual).
Dalam hal
ini
pengukuran
produktivitas
akan
memberikan
informasi
dalam mengidentifikasikan
masalah-masalah
dan
perubahan yang terjadi, sehingga tindakan korektif dapat diambil.
6. Pengukuran produktivitas perusahaan
akan menjadi informasi yang
bermanfaat
dalam membandingkan
tingkat
produktivitas
di
antara
organisasi perusahaan dalam industri sejenis serta bermanfaat pula
untuk
informasi produktivitas industri pada skala nasional maupun global.
7.
Nilai-nilai produktivitas yang dihasilkan dari suatu pengukuran dapat
menjadi informasi yang berguna untuk merencanakan tingkat keuntungan
dari perusahaan tersebut.
|
12
8. Pengukuran produktivitas akan menciptakan tindakan-tindakan kompetitif
berupa upaya upaya peningkatan produktivitas terus menerus (continous
improvement).
9. Pengukuran produktivitas terus menerus akan memberikan informasi yang
bermanfaat untuk menentukan dan mengevaluasi kecenderungan
perkembangan produktivitas perusahaan dari waktu ke waktu.
10. Pengukuran produktivitas akan
memberikan motivasi kepada orang-orang
secara berkesinambungan untuk melakukan perbaikan dan juga akan
meningkatkan kepuasan kerja. Orang-orang akan lebih memberikan
perhatian kepada pengukuran produktivitas apabila dampak dari perbaikan
produktivitas itu terlihat jelas dan dapat bermanfaat.
Pada umumnya terdapat
sejumlah
faktor penyebab penurunan produktivitas
perusahaan antara lain:
1. Ketidakmampuan
manajemen
dalam
mengukur,
mengevaluasi
dan
mengelola produktivitas perusahaan.
2.
Motivasi
karyawan
yang
rendah
karena
sistem pengukuran
dan
penghargaan yang diberikan tidak berkaitan dengan produktivitas dan
tanggungjawab dari karyawan tersebut.
3. Pengiriman
produk
yang
sering
terlambat
karena
ketidakmampuan
memenuhi jadwal yang telah ditetapkan, sehingga mengecewakan
pelanggan.
4. Peningkatan biaya-biaya untuk proses produksi dan pemasaran.
|
13
5.
Tidak dapat memaksimalkan penggunaan sumber daya seperti bahan
material yang menumpuk, tenaga kerja yang tidak produktif dan mesin
yang tidak pernah dilakukan pengecekan dan pemeliharaan. Hal-hal ini
akan
menimbulkan
bottleneck pada
berjalannya
proses
produksi
dan
berakhir dengan keterlambatan pengiriman barang ke pembeli.
6. Tidak adanya kerjasama yang efektif dan baik antar
masing-masing
individu di setiap lini proses produksi.
7. Ketiadaan
sistem
pendidikan
dan
pelatihan
bagi
karyawan
untuk
meningkatkan pengetahuan tentang teknik-teknik peningkatan kualitas dan
produktivitas perusahaan.
8. Tidak adanya sistem perencanaan dan pengendalian dalam hal pengaturan
jadwal produksi dan pengaturan aliran persediaan yang baik sehingga
target produksi yang sudah direncanakan tidak tercapai.
Persyaratan
Kondisional,
Krieteria
dan
Kesulitan
dalam
Pengukuran
Produktivitas.
Karena hasil pengukuran produktivitas perusahaan akan menjadi landasan dalam
membuat
kebijakan
perbaikan
produktivitas
secara
keseluruhan
dalam proses
bisnis,
kondisi-kondisi
berikut
sangat
diperlukan untuk mendukung pengukuran produktivitas
yang valid. Beberapa kondisi itu adalah :
1. Pengukuran harus dimulai pada permulaan program perbaikan produktivitas.
2. Pengukuran produktivitas dilakukan pada sistem industri itu sendiri.
|
14
3. Pengukuran seharusnya
melibatkan
semua
individu
yang
terlibat
dalam
proses
industri tersebut.
4. Pengukuran produktivitas seharusnya dapat memunculkan data.
5. Pengukuran
produktivitas
yang
menghasilkan
informasi-informasi
utama
seharusnya dicatat tanpa distorsi.
6. Perlu adanya komitmen secara menyeluruh dari manajemen dan karyawan untuk
pengukuran produktivitas dan perbaikannya.
7. Program-program pengukuran dan perbaikan produktivitas seharusnya dapat
dipecah-pecah.
David
Bain dalam bukunya yang berjudul The Productivity Prescription
mengemukakan krieteria pengukuran produktivitas, antara lain :
1. Keabsahan (Validity)
Yaitu ukuran yang secara tepat menggambarkan perubahan dari masukan menjadi
keluaran
dalam proses
produksi
sebelumnya.
Misalnya
dalam mengukur
produktivitas pekerja, ukuran produktivitas yang dinyatakan dalam beberapa buah
produk yang dihasilkan per hari terkadang bukan ukuran yang absah, karena
mungkin penyelesaian masing-masing produk berlawanan.
2. Kelengkapan (Completeness)
Kelengkapan berhubungan dengan penelitian dimana seluruh keluaran atau hasil
yang didapat dan masukan atau sumber yang digunakan dapat diukur dan
termasuk
di
dalam
perbandingan
produktivitas
tersebut.
Misalnya
dalam
menentukan masukan tenaga kerja
tidak
hanya melihat dari
jam kerja
langsung,
|
15
tetapi
juga
harus
melihat
jam kerja
tidak
langsungnya,
karena
itu kelengkapan
merupakan
karakteristik
yang
penting
dalam
perancangan
produktivitas
itu
sendiri.
3. Dapat dibandingkan (Compareability)
Pentingnya
pengukuran
produktivitas
terletak pada kemampuan untuk dapat
dibandingkan antar periode, dengan tujuan atau dengan standar, sehingga dapat
dilihat apakah penggunaan sumber daya sudah efisien atau tidak dalam
pencapaian hasil.
4. Ketermasukan (Inclusiveness)
Pengukuran
produktivitas
menyatukan
banyak
kegiatan
dalam fungsi-fungsi
organisasi. Kalau selama ini pengukuran produktivitas berpusat pada kegiatan
produksi secara keseluruhan,
maka perlu dilakukan pengukuran terhadap aspek-
aspek lain, misalnya terhadap kualitas, peralatan dan fasilitasnya.
5. Tepat waktu (Timeliness)
Pengukuran produktivitas dimaksudkan sebagai alat yang efektif bagi manajemen,
sehingga
harus dikomunikasikan
kepada setiap manajer yang bertanggungjawab
pada
bidangnya
dalam waktu
yang secepatnya,
tetapi
masih dalam batas-batas
waktu
yang
praktis
untuk
dilakukan.
Memastikan bahwa data yang dihasilkan
cukup tepat untuk mengambil tindakan apabila ada persoalan yang timbul.
6. Keefektifan ongkos (Cost Effectivity)
Pengukuran produktivitas haruslah dilakukan dengan memperhatikan semua
ongkos-ongkos
yang
berhubungan,
baik
langsung
maupun
tidak
langsung.
|
16
Pengukuran
harus pula dilakukan sedemikian sehingga tidak mengganggu usaha
produktif yang sedang berjalan dalam organisasi.
Berikut
ini
adalah
alasan-alasan
mengapa
sulit
dirancang
dalam
melaksanakan
pengukuran produktivitas:
1. Ukuran kecenderungan terlalu luas.
2. Ukuran berorientasi pada kegiatan bukan hasil yang dicapai.
3. Masukan terlalu sederhana.
4. Proses kerja yang terlalu rumit.
5. Sistem
ukuran
cenderung
mendorong
untuk
melihat
hasil
sehingga
merupakan
hasil jangka panjang.
6. Sistem
pengukuran
sulit
diterapkan
pada
sistem
yang
gagal
dalam
menggambarkan tanggung jawab maupun tanggung jawab yang salah.
7. Sistem pengukuran biasanya hanya menekankan pada beberapa aspek lainnya.
Menurut David J Sumanth secara garis besar terdapat 12 faktor yang
mempengaruhi naik turunnya produktivitas antara lain :
1. Investasi
Besar kecilnya investasi ini akan menentukan modal usaha dan hal ini akan
berpengaruh terhadap promosi produk, market share atau penggunaan kapasitas.
2. Rasio kapital buruh
Rasio kapital buruh yang tinggi berarti perusahaan menggunakan teknologi tinggi
pula, sehingga jumlah produksi per unit waktu meningkat.
|
17
3. Penelitian dan pengembangan
Penelitian dan pengembangan dapat meningkatkan produktivitas dengan
menghasilkan
inovasi-inovasi
yang dapat
memperbaiki keadaan produksi di
pabrik.
4. Pemakaian kapasitas
Besar
kecilnya
keluaran
atau
output
ditentukan oleh presentase pemakaian
kapasitas.
5. Peraturan Pemerintah
Dalam hal
ini
Peraturan
Pemerintah
berperan
dalam mengatur
keseimbangan
pencapaian sasaran industri dan sasaran sosial yang pada umumnya hal ini sering
bertentangan.
6. Umur pabrik dan peralatan
Umur pabrik dan peralatan kerja dapat mempengaruhi kinerja perusahaan,
sehingga juga berpengaruh terhadap produktivitasnya.
7. Ongkos energi
Ketersediaan
dan
kemudahan
memperoleh energi berpengaruh secara langsung
terhadap biaya produksi dan operasi pabrik.
8. Komposisi tenaga kerja
Dengan adanya pergeseran struktur pekerja dari pekerja pabrik menjadi pekerja
yang
mengandalkan
pengetahuan,
maka akan
semakin
dibutuhkan
adanya
kerjasama, ketrampilan dan keahlian.
9. Etika kerja
|
18
Seiring dengan meningkatnua penghargaan orang terhadap waktu, maka
pemanfaatan waktu harus produktif.
10. Ketakutan pekerja akan kehilangan pekerjaannya
Program peningkatan produktivitas di perusahaan tanpa diimbangi dengan adanya
komunikasi yang baik antara manajemen dengan para pekerja, maka akan
menimbulkan
rasa
takut
kepada
para pekerja
bahwa
usaha-usaha
peningkatan
produktivitas yang dilakukan itu akan mengakibatkan hilangnya lapangan kerja
mereka.
11. Pengaruh serikat kerja
Pengaruh
ini
sangat
kuat
sehingga
diperkirakan adanya pengertian dari pihak
manajemen terutama yang berhubungan dengan kompensasi dan tuntutan
kenaikan gaji.
12. Manajemen
Merupakan
faktor
yang
dominan,
terutama
dalam proses
perencanaan
dan
pengendalian,
pengaturan kerja,
kejelasan
instruksi pada para pekerja, evaluasi
serta upaya menumbuhkan motivasi dan loyalitas kepada pekerja.
|
19
|