6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Pemasaran
Pemasaran  dapat  didefinisikan  sebagai  suatu  proses  sosial  dan  manajerial
yang didalamnya adalah  individu dan kelompok yang mendapatkan apa yang mereka
butuhkan
dan
inginkan
dengan
menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan
produk
atau
jasa
yang
bernilai dengan
pihak lain.
Selain
itu
dikatakan,
pemasaran
meliputi
seluruh
kegiatan
perusahaan
dalam beradaptasi
terhadap
lingkungannya
secara
kreatif
dan
menguntungkan
(Ray Corey,1992). Tugas dari pemasar adalah
menjabarkan kebutuhan masyarakat menjadi peluang yang menghasilkan keuntungan
(Anonim).
Definisi-definisi diatas secara umum menjabarkan konsep inti dari pemasaran
yaitu
:
kebutuhan,
keinginan
dan
permintaan produk; nilai, biaya dan kepuasan;
pertukaran, transaksi dan hubungan; pasar dan pemasaran serta pemasar. Konsep ini
dapat digambarkan kedalam diagram dibawah ini :
Kebutuhan,
Nilai,
Pertukaran,
Pemasaran
Keinginan dan
Permintaan
Produk
Biaya dan
Kepuasan
Transaksi dan
Hubungan
Pasar
dan
Pemasar
Gambar 2.1 Bagan Konsep Pemasaran
Cara  berpikir  seorang  pemasar  harus  dimulai  dengan  kebutuhan  dan  keinginan
manusia. Manusia membutuhkan makanan, udara, air, pakaian dan rumah untuk
  
7
hidup.
Diluar
ini
manusia
ingin
rekreasi, pendidikan maupun jasa lainnya.
Dasar pemikiran pemasaran dimulai dari kebutuhan dan keinginan manusia. Manusia
membutuhkan
makanan,
udara,
air,
pakaian dan tempat berlindung untuk bertahan
hidup.
Lebih
dari
itu
manusia
menginginkan rekreasi, pendidikan dan jasa-jasa
lainnya.
Mereka
memiliki
preferensi
yang
kuat
atas
jenis
dan
merk
tertentu
dari
barang dan jasa pokok. Penting untuk membedakan kebutuhan, keinginan dan
permintaan. Kebutuhan manusia adalah ketidakberadaan beberapa kepuasan dasar.
Manusia membutuhkan makanan, pakaian tempat berlindung, keamanan, hak milik
dan harga diri. Kebutuhan ini tidak diciptakan oleh masyarakat atau pemasar. Mereka
merupakan hakikat biologis dan kondisi manusia. Keinginan merupakan hasrat akan
pemuas kebutuhan spesifik. Meskipun kebutuhan manusia sedikit, keinginan mereka
banyak.
Keinginan
manusia
terus
dibentuk dan diperbaharui oleh kekuatan dan
lembaga sosial, seperti keluarga, sekolah dan perusahaan.
Permintaan merupakan keinginan akan produk spesifik
yang didukung oleh
kemampuan
dan
kesediaan
untuk
membelinya. Keinginan menjadi permintaan jika
didukung  daya  beli.  Banyak  orang  menginginkan  barang  mewah;  namun  hanya
sedikit yang mampu dan bersedia membelinya. Karena itu suatu perusahaan harus
mengukur tidak hanya berapa banyak orang yang menginginkan produk mereka,
namun yang lebih penting, berapa banyak yang benara-benar “bersedia” dan mampu
membelinya.
Orang memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka dengan produk. Produk
adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan suatu kebutuhan dan
keinginan.  Bagaimana  pelanggan  memilih  di  antara  banyak  produk  yang  dapat
  
8
memuaskan
pelanggannya?
Misal
si
A
membutuhkan
2
km perjalanan
ke
tempat
kerjanya setiap hari. Ia dapat memakai sejumlah produk untuk memuaskan kebutuhan
ini: sepeda, sepeda motor, mobil, taksi atau bus. Pilihan-pilihan ini merupakan
kumpulan pilihan produk. Misalkan si A tadi ingin memuaskan beberapa kebutuhan
tambahan dalam perjalanan ke tempat kerja, yaitu: kecepatan, keamanan, kemudahan
dan ekonomis. Masing-masing produk memiliki kemampuan yang berbeda 
dalam
memuaskan kebutuhan. Konsep yang dapat membantu memecahkan masalah ini
adalah nilai dan kepuasan. Nilai dapat disebut juga sebagai perkiraan konsumen atas
seluruh kemampuan produk untuk memuaskan kebutuhannya. Misalkan si A tertarik
pada kecepatan dan kemudahan berangkat ke tempat kerja. Jika ia ditawarkan semua
produk tersebut di atas
tanpa biaya, ia akan memilih mobil. Namun, karena masing-
masing produk memiliki biaya, ia tidak akan langsung memilih mobil, yang biayanya
jauh lebih besar daripada sepeda atau taksi. Si A harus mengorbankan sesuatu untuk
mendapatkan mobil. Karena itu, ia akan mempertimbangkan nilai dan harga produk
sebelum menetapkan pilihan.
Kebutuhan dan keinginan manusia serta nilai suatu produk bagi manusia tidak
pernah cukup bila digunakan untuk
menjelaskan pemasaran. Pemasaran timbul saat
orang 
memutuskan 
untuk 
memenuhi 
kebutuhan  serta  keinginannya  dengan
pertukaran. Pertukaran merupakan salah satu cara orang mendapatkan suatu produk
(Philip Kotler, 1995)
  
9
Konsep dasar pemasaran dihasilkan dari kegiatan pertukaran tersebut. Supaya
terjadi pertukaran, ada 5 (lima) hal yang harus dipenuhi :
1.   Sekurang – kurangnya ada 2 (dua) pihak.
2.   Masing – masing pihak memiliki sesuatu yang bernilai bagi pihak lainnya.
3.   Masing – masing pihak dapat berkomunikasi dan menyerahkan barang.
4.   Masing – masing pihak bebas menerima atau menolak penawaran yang ada.
5.   Masing  – 
masing  pihak 
memang 
mengingatkan  dan  bersedia  berurusan
dengan pihak lainnya.
Bila
kelima
syarat
tersebut
dapat
dipenuhi, ada kemungkinan terjadi pertukaran.
Terjadi
atau
tidaknya
pertukaran
tergantung apakah kedua belah pihak dapat
menyetujui syarat pertukaran yang saling menguntungkan (atau minimal tidak
merugikan). Jadi pertukaran sering disebut “proses penciptaan nilai” karena masing –
masing pihak biasanya lebih beruntung daripada sebelum pertukaran.
Konsep pasar akan membawa kita untuk kembali pada konsep pemasaran.
Pemasaran   merupakan   kegiatan   manusia   dalam   hubungannya   dengan   pasar.
Pemasaran maksudnya bekerja dengan pasar untuk mewujudkan transaksi yang
mungkin  terjadi  dalam  memenuhi  kebutuhan  dan  keinginan  manusia.  Kalau  satu
pihak lebih aktif mencari pertukaran dari pada pihak lain, maka pihak pertama adalah
pemasar dan pihak kedua adalah calon pembeli. Pemasar adalah orang yang mencari
sumber
daya dari orang
lain
dan
mau
menawarkan sesuatu yang bernilai untuk itu
(Philip Kotler, 1996). Dalam
situasi
normal
pemasar
adalah
suatu
perusahaan
yang
melayani suatu pasar pemakai ditengah kompetisi. Perusahaan dan saingannya
mengirimkan  masing  –  masing  produk  dan  pesannya  baik  secara  langsung  atau
  
10
melalui perantara pemasaran (perantara dan fasilitator) kepada pemakai akhir.
Keefektifan mereka dipengaruhi oleh masing –
masing pemasok mereka dan juga
faktor utama lingkungan (demografi, ekonomi, fiskal, teknologi, politik, hukum,
sosial,  budaya).  Setelah  membahas  beberapa  konsep  tersebut,  maka  dapat
didefinisikan  bahwa  :  “Pemasaran  adalah  proses  sosial  dan  manajerial  dimana
individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan
menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang bernilai satu sama lain”.
2.1.1 Membangun Kepuasan Pelanggan
Tujuan perusahaan adalah memiliki pelayanan pelanggan yang tidak hanya
terbaik,
namun
juga
menjadi
legenda
(Sam Walton, 1997). Mungkin begitu banyak
orang yang puas dengan mobil kami, karena kami tidak puas. Tujuan kami adalah
membuat produk dengan senang hati, yang dapat kami jual dengan senang hati dan
yang dapat digunakan pelanggan kami dengan senang hati (Honda, 1980).
Apakah konsumen akan menjadi puas setelah pembelian hal itu tergantung
pada
performa
penawaran
tersebut
dalam memenuhi
harapan
konsumen.
Secara
umum, kepuasan adalah perasaan seseorang mengenai kesenangan atau kekecewaan
setelah
membandingkan
performa produk
yang dirasakan dengan yang diharapkan
(Philip Kotler, 2003).  Jika  performa  produk  jauh  di  bawah  harapan,  konsumen
kecewa.
Jika performa
produk
jauh
diatas harapan, konsumen bisa menjadi sangat
puas. Tingkat kepuasan yang tinggi menciptakan sebuah ikatan emosional dengan
merk produk atau perusahaan, bukan
hanya sekedar preferensi
rasional. Manajemen
  
11
senior dari Xerox membuktikan bahwa konsumen yang benar-benar puas mempunyai
kemungkinan
membeli
ulang produk Xerox dalam kurun waktu 18 bulan, enam kali
lebih besar dibandingkan konsumen yang sangat puas.
Menurut
Michele
Marchetti,
Sales
&
Marketing
Manager
dari
perusahaan
Dell, ada empat cara untuk melacak dan mengukur kepuasan pelanggan, yaitu :
Sistem Kritik dan Saran
Survey Kepuasan Pelanggan : Studi menunjukkan bahwa walaupun konsumen
tidak puas terhadap satu dari setiap empat pembelian, hanya kurang dari lima
persen yang akan mengeluh. Kebanyakan konsumen akan mengurangi
pembelian atau bahkan berpindah ke pesaing.
Ghost
Shopping : Perusahaan
dapat
menyewa
orang
lain
untuk
berpura-pura
sebagai calon pembeli dengan tujuan memperoleh informasi mengenai
kekuatan dan kelemahan buying experience perusahaan tersebut dibandingkan
dengan pesaing. Cara lainnya adalah Manager dapat menelpon perusahaannya
sendiri berikut dengan sejumlah pertanyaan dan keluhan untuk mengetahui
bagaimana pegawai mereka menghadapi telepon dari pelanggan.
Analisa Konsumen Yang
Hilang
:
Perusahaan dapat
menghubungi konsumen
yang  sudah  berhenti  membeli  atau  konsumen  yang  berpindah  ke  pesaing
untuk mempelajari mengapa hal ini terjadi. Penting bagi perusahaan untuk
melakukan
exit
interview saat
itu
juga
setelah
konsumen
berhenti
membeli.
Analisa  ini  juga  berguna  untuk  mengetahui  tingkat  kehilangan  konsumen
suatu perusahaan.
  
12
Customer Perceived Value
Menurut Philip
Kotler
(2003),
Customer Perceived
Value adalah perbedaan
evaluasi mengenai semua keuntungan dan semua biaya dari suatu penawaran
dibandingkan dengan alternatif penawaran lainnya. Istilah lain yang terkait dengan
CPV ini adalah Total Customer Value dan Total Customer Cost, dimana TCV adalah
nilai uang yang dapat dirasakan dari kumpulan manfaat ekonomis, fungsional, dan
psikologis
dari
suatu
produk
yang
ditawarkan
terhadap
konsumen.
TCC adalah
kumpulan biaya yang diperkirakan akan dikeluarkan oleh konsumen dalam
mengevaluasi,
memperoleh
dan
menggunakan penawaran
tersebut. CPV merupakan
kerangka
yang bermanfaat dalam berbagai situasi dan kaya akan pedoman
menurut
Kotler.  Setiap  penjual  harus  membandingkan  TCC  dan  TCV   yang  dimilikinya
dengan
pesaing
untuk
mengetahui
peringkat produk mereka di pikiran konsumen.
Penjual
yang
tidak
memiliki
keuntungan
atas
CPV dibandingkan
pesaing
memiliki
dua
alternatif,
yaitu
apakah
ia
dapat
menurunkan TCC atau
menaikkan
TCV.
Menurunkan TCC dapat berupa mengurangi harga, mengefisienkan proses pemesanan
dan
pengiriman
atau
memberikan
garansi
bagi
konsumen.
Menaikkan TCV
dapat
berupa memperkuat dari segi produk, pelayanan, pegawai, ataupun citra produk.
Menurut
Jeffrey
Gitomer,
konsumen saat
ini
menjadi
lebih
sulit
untuk
dipuaskan karena mereka lebih pintar, lebih sadar harga, lebih menuntut dan didekati
oleh
banyak
pesaing.
Tambahnya,
tantangan bukan hanya menciptakan kepuasan
pelanggan
saja,
melainkan
kesetiaan
pelanggan. Ilmu pemasaran tradisional yang
menitikberatkan hanya pada menciptakan penjualan tidaklah cukup. Sebuah
perusahaan
sebaiknya
memantau
tingkat
kepuasan
pelanggan
secara
rutin,
karena
  
13
kunci dari kunci dari customer retention adalah kepuasan pelanggan. Konsumen yang
benar-benar puas akan setia dan awet,
membeli lebih banyak produk, membicarakan
hal-hal
yang
baik
tentang
perusahaan
dan cenderung tidak peduli terhadap merk
pesaing. Biaya perusahaan untuk
mempertahankan kesetiaan pelanggan lebih rendah
daripada memperoleh pelanggan baru karena adanya transaksi rutin dari mereka.
Agar profit dapat terjamin, perusahaan harus dapat menghitung biaya akuisisi
dan
value
yang
didapat
dari
pelanggan
seakurat mungkin. Kadang-kadang perlu
perubahan
drastis
untuk
menciptakan
kepuasan
pelanggan.
Tanpa uang,
seseorang
masih
dapat
berbisnis.
Tanpa aset-aset
semacam
mesin, gedung, dan
peralatan
pun
bisnis masih dapat dijalankan.
Bahkan,
tanpa produk dan pekerja, orang masih juga
dapat berbisnis. "Tetapi, tanpa pelanggan, tak seorang pun dapat melakukan bisnis.
Kita baru dapat berbisnis kalau mempunyai minimal satu pelanggan",(Handi Irawan,
chairman Frontier Marketing & Research Consultant) mengatakan bahwa pelanggan
adalah stakeholder terpenting.  Artinya,  kepuasan pelanggan(customer satisfaction)
merupakan hal yang tak bisa ditawar-tawar lagi.
Kesadaran    akan    pentingnya    pelanggan    adalah    satu   
hal.    Namun,
langkah berikutnya yang juga
sangat penting adalah mengukur
portofolio pelanggan.
Pengukuran pertama yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah berapa
sesungguhnya harga seorang pelanggan. Maka
langkah berikutnya adalah
mengukur
value seorang pelanggan, yang dikenal dengan customer's lifetime value (CLV). CLV
menggambarkan
nilai
saat
ini
dari
aliran keuntungan
masa depan
yang
diharapkan
dari setiap pembelian pelanggan selama mereka masih membeli dari perusahaan.
Perusahaan  perlu 
mengurangi  pendapatan 
yang  diharapkan  dengan  biaya 
yang
  
14
diperkirakan
untuk menarik,
menjual dan melayani seorang pelanggan. Carl Sewell,
dalam bukunya
yang bejudul ‘Customers for Life’,
memperkirakan bahwa seoarang
pelanggan
memiliki
nilai CLV potensial sebesar $300,000 saat mereka pertama kali
masuk ke showroom-nya, dimana nilai tersebut sudah dikurangi oleh perkiraan biaya
untuk menarik dan melayani pelanggan. Jika pelanggan tersebut membeli mobil dan
puas, bisa
saja
ia
merekomendasikannya ke
orang
lain
maka
nilai CLV-nya
dapat
menjadi lebih tinggi.
Ada beberapa tahap
yang
harus dilakukan dalam menghitung CLV. Pertama,
harus   diputuskan   berapa   tahun   pelanggan   rata-rata   dapat   bertahan   bersama
perusahaan.
Tahap
kedua,
perusahaan
menentukan
komponen
pembentuk lifetime
value
yang
menentukan cash
flow
dari
profit
selama
lima
tahun
untuk
setiap
pelanggan.
Apa
saja komponen
pembentuk
lifetime value
tersebut?
Setidaknya
ada
empat 
yang 
masuk 
ke 
dalam 
perhitungan ini, 
yakni base profit
profit  karena
kenaikan    transaksi,    profit dari related sales, dan    profit   dari    referensi.    Dari
angka ini perusahaan dapat 
memutuskan 
berapa 
anggaran 
maksimal 
yang 
harus
dikeluarkan untuk     mengakuisisi seorang     pelanggan,     dan     berapa     anggaran
incremental yang diperlukan untuk membuat pelanggan setia terhadap perusahaan.
Ada
dua
cara
untuk
memperkuat
customer
retention
menurut
Carl
Sewell.
Cara pertama adalah memperkuat halangan bagi pelanggan untuk berpindah.
Pelanggan
akan
enggan
pindah
ke
pesaing jika melibatkan biaya kapital, biaya
pencarian yang
tinggi dan jika diskon hilang. Alternatif ke-dua adalah memberikan
kepuasan pelanggan yang tinggi. Hal ini membuat pesaing sukar untuk melawan jika
hanya dengan sekedar menurunkan harga.
  
15
Dari
contoh-contoh
diatas,
dapat
terlihat bahwa strategi implementasi
kepuasan pelanggan
ini begitu kompleks dan mencakup banyak hal. Maka, korporat
yang  berniat 
mengimplementasikan 
harus  bersiap  dan 
membenahi  banyak 
hal.
Sebuah
riset
lain
juga
dilakukan
oleh
‘Frontier’ yang dibawahi oleh Handi Irawan
menunjukkan  bahwa  ada  korelasi  yang  kuat  antara  tingkat  kepuasan  pelanggan
dengan tingkat kesetiaan dan peningkatan keuntungan. Demikian juga korelasi positif
antara
peningkatan
kepuasan
pelanggan, meningkatnya kesetiaan pelanggan dan
meningkatnya keuntungan.
2.2
Perencanaan Strategi Pemasaran
Jika kita menengok literatur asing, makna yang terkandung pada konsep
strategi  pemasaran  adalah  sepadan  maknanya  dengan  konsep  marketing  strategy
dalam bahasa
Inggris.
Kebanyakan
para
penulis
memaknai konsep
tersebut dengan
pernyataan yang agak meluas. Chang and Campo (1980) melihat marketing strategy
sebagai
suatu
isu sentral dan krusial dalam fungsi pemasaran. Guiltiman
dan
Paul
(1985) melihat strategi pemasaran sebagai "a broad means of achieving given aims."
Kotler (1976) mengartikan strategi pemasaran sebagai "the grand design to achieve
an 
objective."
McCarthy  dkk.
(1998,p.41) 
mendefinisikan  marketing strategy
sebagai
"the
specification
of
target
market
and
related
marketing
mix."
Rao dan
Steckel
(1995,
p.3)
menemukan
bahwa
kebanyakan
para
manager mendefinisikan
strategi pemasaran sebagai "…the way you go about accomplishing your objectives."
Dan 
terakhir 
pengertian 
yang 
lebih 
spesifik 
disampaikan 
oleh 
Zikmund  dan
  
16
D’Amico (1989, p.669) yang menyatakan bahwa:
Marketing strategy includes the identification and evaluation of opportunities,
analysis of market segments, selection of a target market or of target markets, and
planning an appropriate marketing mix
Dari beberapa pengertian strategi pemasaran yang dikemukakan oleh para
penulis
di
atas,
didapat
gambaran
bahwa strategi pemasaran pada hakikatnya
merupakan serangkaian upaya yang ditempuh dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Untuk kepentingan kita dalam merancang strategi pemasaran, kita akan berpijak pada
pengertian strategi pemasaran yang disampaikan oleh William Zikmund dan Michael
D’Amico.
Menurut
McCarthy
dkk
(1998)
setiap langkah yang dilakukan dalam
memformulasikan   strategi   pemasaran   harus   diorientasikan   pada   upaya   untuk
mencapai
kepuasan
pelanggan.
Kepuasan
pelanggan merupakan kunci utama dari
konsep pemasaran dan strategi pemasaran. Ini berarti bahwa proses yang ditempuh
oleh
setiap
pihak
boleh
jadi
bermacam-macam sesuai
dengan
kesanggupan
dan
karakteristik masing-masing tetapi tujuan akhirnya tetap akan bermuara pada
tercapainya kepuasan konsumen atau consumer satisfaction.
Boone
and
Kurt
(1987)
berargumentasi bahwa pengembangan a profitable
marketing
strategy
dimulai
dari the identification of attractive opportunities
(mengidentifikasi
peluang),
kemudian defines
the
target
market
(tentukan
pasar
sasaran)  dimana  perusahaan  akan 
mencurahkan 
seluruh  aktivitas  pemasarannya
secara
langsung.
Pernyataan
yang
hampir
sama,
juga,
dikemukakan
oleh
Zikmund
dan D’Amico (1989) yang menegaskan bahwa terdapat tiga langkah utama di dalam
  
17
pengembangan strategi pemasaran, yaitu :
!
Identifying and evaluating opportunities (mengidentifikasi dan menilai peluang).
!
Analysing market segments and selecting target markets (menganalisis segmen-
segmen pasar dan memilih pasar sasaran)
!
Planning a marketing mix strategy that will satisfy customer’s needs and meet the
objectives   and   goals   of   the   organisation   (merencanakan   strategi   bauran
pemasaran yang akan memuaskan kebutuhan-kebutuhan pelanggan dan sesuai
dengan tujuan organisasi.
Jika digambarkan akan tampak sebagai berikut:
Gambar 2.2 Tiga Langkah Dalam Membangun Strategi Pemasaran
  
18
2.2.1 Mengidentifikasi Dan Mengevaluasi Peluang Pasar
Adalah suatu
kenyataan
yang
harus
dihadapi oleh setiap organisasi dimana
mereka
hidup
di
bawah
tekanan
perubahan. Perubahan yang diakibatkan oleh
kemajuan 
dalam 
berbagai 
bidang 
kehidupan 
telah 
berimplikasi 
pada 
semakin
beraneka ragamnya kebutuhan dan tuntutan hidup setiap individu. Setiap organisasi
hidup di bawah pengaruh perkembangan budaya yang dicapai oleh masyarakat di
sekitarnya serta faktor-faktor eksternal lainnya; seperti kondisi ekonomi, situasi
politik,  keyakinan  dan  nilai  serta  norma  yang  dianut  masyarakat.  Keadaan  yang
terjadi di luar organisasi tersebut ada yang bisa dikendalikan oleh perusahaan dan ada
juga
bahkan
pada
umumnya
merupakan
keadaan atau faktor yang tidak bisa
dikendalikan.
Memahami dan menyikapi bahwa aktivitas pemasaran dilakukan dalam situasi
seperti tersebut di atas, maka tidak ada jaminan bagi perusahaan akan keefektifan
pemasarannya.  Para  marketer  harus  mampu  "membaca"  secara  seksama  situasi-
situasi di luar tersebut beserta setiap perubahan yang terjadi di dalamnya. Setelah itu,
para marketer harus mampu "menerjemahkan" situasi serta perubahan tersebut ke
dalam  kerangka 
peluang 
pasarnya 
(marketing
opportunities).
"Marketing
Opportunity Analysis [MOA] is the diagnostic activity of interpreting environmental
attributes
and
change"
(Zikmund
dan
D’Amico
1989,
p.57) Yang berarti bahwa
analisis  peluang 
pasar 
merupakan 
upaya  diagnostik  untuk 
menginterpretasikan
atribut-atribut  lingkungan  serta  perubahannya.  Menurut  Zikmund  dan  D’Amico
MOA
akan
sangat
membantu
para
manajer
(1)
sebagai
warning
system
terhadap
  
19
potensi resiko yang akan dihadapi (a warning system to alert managers to the risk of
potential problems) dan di lain pihak MOA dapat berfungsi sebagai appraisal system
yang akan
menyadarkan para
manajer terhadap keuntungan yang mungkin diperoleh
dari peluang tertentu (as an appraisal system to make managers aware of the benefits
associated with certain opportunities).
Boone dan Kurtz (1987) menegaskan hal yang sama bahwa analisis peluang
pasar sangat berguna menyediakan fondasi bagi kepentingan perencanaan dan strategi
pemasaran. Para manajer dipandang perlu mengevaluasi situasi lingkungan, tempat
dimana mereka mencurahkan aktivitas pemasarannya, dan mengestimasi pengaruh-
pengaruh lingkungan yang mungkin timbul pada masa yang akan datang pada para
konsumen.
Mempertimbangkan
trend masyarakat pada masa yang mendatang akan
mengilhami
munculnya
ide
dan
strategi
baru, sehingga hal tersebut merupakan
tindakan yang lebih baik karena ia dapat bertindak sebagai pioneer daripada sekedar
bereaksi terhadap perubahan yang sedang berlangsung. Lingkungan beserta arus
perubahannya
mesti
dimonitor
dan
dievaluasi secara hati-hati, potensi peluang
(kesempatan) dan
masalah yang
mungkin
muncul
mesti diidenfikasi, sebelum suatu
organisasi
mengembangkan
rencana
pemasaran.
Di
dalam mengidentifikasi
dan
mengevaluasi peluang terdapat dua hal pokok yang harus dicermati yaitu :
1.   Kekuatan dan kelemahan
2.   Kesesuaian antara peluang dengan kemampuan organisasi.
  
20
Kekuatan dan kelemahan MOA, juga, akan mampu menyediakan informasi yang
berharga
tentang para pesaing
(competitors) dan para pendatang/pesaing baru, serta
perbandingan kekuatan dan kelemahan mereka secara relatif dengan organisasi milik
kita.
Keanekaragaman yang terjadi di luar organisasi mungkin menawarkan begitu
banyak peluang, tetapi sudah barang tentu tidak semua peluang yang tersedia tersebut
dapat dijadikan sebagai peluang yang realistik karena organisasi dihadapkan pada
keterbatasan sumber daya serta visi. Setiap perusahaan hanya akan berbisnis secara
menguntungkan pada peluang-peluang tertentu yang memang cocok dengan
kemampuan yang dimilikinya.
Stanton dkk. (1994) menemukan bahwa sejumlah perusahaan telah mencoba
mengembangkan sejumlah pertanyaan yang bersifat memandu untuk membantu
mereka dalam melalukan analisis peluang pasar. Pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
memandu tersebut adalah:
!
Keunggulan bersaing apakah yang akan kita miliki sehingga dapat membantu kita
dalam memasuki
peluang
atau
pasar
tersebut?
(
misalnya,
pengalaman
dalam
penjualan dan advertensi atau kita telah memiliki jaringan distribusi yang cukup
kuat.).
!
Apakah  kita  memiliki  kemampuan-kemampuan  khusus  untuk  membawa  kita
memasuki pasar tersebut? (kemampuan yang bersifat teknis atau skill tertentu.).
!
Apakah  kita  memiliki  kelemahan-kelemahan  tertentu  yang  bisa  menghambat
  
21
kelancaran kita dalam
memasuki pasar
tersebut?
(sumber
daya
keuangan
atau
pengalaman manajemen dalam industri tersebut.)
!
Apakah  peluang  pasar 
tersebut  cocok  dengan 
harapan-harapan  perusahaan?
(sejumlah perusahaan menginginkan ROI yang tertentu atau dia hanya ingin
beroperasi pada jenis usaha tertentu.)
!
Apakah   peluang   tersebut   tepat/sesuai   dengan     
rencana  
jangka   panjang
perusahaan? (misalnya: memperluas pasar memasuki pasar global).
2.2.2 Menganalisa Dan Memilih Segmen Pasar
Menurut
Philip
Kotler,
segmen
pasar merupakan kumpulan dari pelanggan
yang memiliki keinginan yang sama. Marketer tidak menciptakan segmen, melainkan
tugas mereka adalah mengidentifikasikan dan memilih segmen yang akan diarah.
Sebuah   pasar   merupakan   sekumpulan   individu   yang   dipastikan   dapat
dijadikan
sebagai konsumen
dari
produk
yang
kita
jual.
Konsumen
tersebut
dilihat
dari umur, jenis kelamin, kelas sosial, latar belakang sosial budaya, dan gaya hidup
pasti berbeda antara yang satu dengan lainnya. Dengan demikian keadaan yang
heterogeneous tersebut memungkinkan pihak produsen untuk memilah-milah
kelompok-kelompok konsumen tersebut berbasiskan consumer behavioural
characteristics (Stanton dkk 1997). Dengan kata lain pihak produsen melakukan
kegiatan yang disebut segmentasi (segmenting).
Sedangkan
Zikmund
&
D’Amico
(1989)
menyatakan
bahwa market
segmentation merupakan upaya
memilah-milah
sebuah pasar yang
beraneka
ragam
  
22
(heterogeneous)  menjadi  beberapa  bagian  yang  lebih  kecil  yang  memiliki
karakteristik  relatif  sama 
(homogeneous).  Upaya  segmentasi  penting  dilakukan
dengan pertimbangan, tidak semua pembeli memilik karakteristik yang sama.
Sekelompok orang yang
memiliki kesamaan dalam perilaku,
nilai-nilai
yang dianut,
dan latar belakang mungkin bisa diidentifikasi.
Pentingnya
melakukan segmentasi pasar juga ditegaskan oleh McCarthy dkk.
(1998, p.114) yang mengungkapkan bahwa:
"…it is imposible to be all things to all
people
and so will
strive
to
focus
their
strategies
to
well
defined segments
of
the
wider market." Sedangkan menurut Kennedy dan Kiel (1999) pentingya segmentasi
terungkap dari
pertanyaannya
yang
menyatakan
bahwa:
"Segmentation helps tailor
products and services to consumers’ needs and wants." Mereka juga menambahkan
bahwa segmentasi akan membantu perusahaan dalam mendesain produk, menentukan
tingkat
harga,
dan
mengembangkan
kebijakan promosi dan saluran distribusi yang
tepat
sesuai
dengan
karakteristik
dari
masing-masing segmen. Pada akhirnya akan
membantu perusahaan dalam meningkatkan keuntungan.
Segmen
pasar
dapat
dibentuk
dengan
banyak cara.
Salah satu cara adalah
dengan mengidentifikasi berdasarkan preferensi, yang terdiri dari :
Homogeneous
preferences
:
dimana pasar terdiri
dari
konsumen yang
secara
kasar memiliki preferensi yang sama.
Diffused
preferences : dimana preferensi konsumen
mempunyai
variasi
yang
cukup besar. Jika ada banyak merk produk di pasar, maka mereka memiliki
preferensi yang berbeda-beda sesuai selera pelanggan.
  
23
Clustered
preferences
:
dimana
terdiri
dari
preferensi
yang
berdiri
sendiri-
sendiri
(clustered)   namun   setiap   preferensi   memiliki   keunikan.   Jika
perusahaan pertama masuk ke pasar hanya memiliki satu merk, pesaing dapat
masuk dan memperkenalkan merknya pada segmen yang lain.
Tidak
semua
segmentasi
berguna.
Sebagai
contoh,
pembeli
garam dapur
dapat
disegmentasi menjadi pelanggan berambut pirang dan cokelat, tetapi warna rambut
tidak relevan terhadap pembelian
garam dapur.
Terlebih, jika semua pembeli
garam
dapur
membeli dengan
jumlah
yang
sama setiap bulan, dimana
menurut pandangan
mereka
semua
garam
adalah sama dan
mereka
hanya
bersedia
membayar dengan
harga tertentu, maka pasar ini memiliki segmentasi yang minimal dari sudut pandang
pemasaran.
Menurut 
Philip 
Kotler,  agar 
segmentasi 
dapat 
bermanfaat 
maka 
harus
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Measurable : Ukuran, daya beli, karakter segmen harus dapat diukur.
Substansial  : Segmen cukup besar dan
menguntungkan  untuk  dilayani.
Segmen sebaiknya terdiri dari kelompok homogen yang terbesar.
Accesible : Segmen dapat dijangkau dan dilayani secara efektif.
Differentiable
:
Segmen
dapat
dibedakan
satu
sama
lain
secara
konsep
dan
mempunyai
respon
yang
berbeda-beda
terhadap
elemen marketing
mix.
Contohnya  jika  wanita  yang  sudah  menikah  maupun  belum  mempunyai
respon yang sama terhadap satu merk parfum, mereka bukanlah segmen yang
berbeda.
  
24
Actionable
:
Program
yang efektif dapat diformulasikan
untuk menarik dan
melayani segmen tersebut.
Dasar Segmentasi Pasar
Dalam
menentukan
segmen
pasar
terdapat
beberapa
variabel
yang
dapat
dipertimbangkan. Berikut diuraikan dasar penentuan segmen pasar:
1.  Segmentasi berdasarkan geografi
Faktor geografi atau letak suatu wilayah dapat dijadikan sebagai dasar
pemilahan
konsumen.
Sebagai
contoh
permintaan
untuk
barang-barang
elektronik
akan jauh lebih banyak di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya
dibandingkan dengan kota-kota kecil, sedangkan permintaan untuk alat-alat pertanian
akan lebih banyak di daerah pedesaan atau daerah pertanian. Hal ini berkaitan dengan
mata pencaharian dengan masyarakat yang ada di lokasi tersebut. Jadi secara umum,
pensegmentasian berdasarkan letak geografis lebih banyak dikaitkan dengan batas-
batas pemerintahan (propinsi, kabupaten, kecamatan dan desa). Disamping itu juga
dikaitkan
dengan perbedaan
iklim antara
suatu daerah dengan
daerah
lainnya,
dan
batas wilayah kepulauan.
2.   Segmentasi berdasarkan demografi
Unsur-unsur demografi mencakup jenis kelamin, usia, status pernikahan, dan
ukuran
famili
yang
keseluruhannya
merupakan variabel-variabel segmentasi yang
paling mudah dipahami dan digunakan. Keluarga yang terdiri dari 6 orang anak pada
  
25
umumnya akan lebih banyak membeli sepeda dibandingkan dengan keluarga yang
memiliki seorang anak. Pada saat ini variabel demografi merupakan variabel yang
paling umum digunakan di dalam melakukan segmentasi pasar.
3.  Segmentasi berdasarkan tingkatan sosial ekonomi
Tingkatan sosial
ekonomi
merefleksikan posisi seorang konsumen di dalam
tingkatan
kehidupan
bermasyarakat.
Dari tingkatan sosial ekonomi akan tercermin
model
konsumsi
dan
daya
beli
seorang
konsumen.
Termasuk
ke
dalam variabel
tingkatan sosial ekonomi adalah: pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan kelas sosial.
4.  Segmentasi berdasarkan fisikografi
Fisikografi
atau
gaya
hidup,
menggambarkan kekayaan yang dimiliki oleh
setiap
kelompok
konsumen.
Gaya
hidup
akan
direfleksikan
didalam kegiatan,
keinginan/hasrat,  dan  opini  seseorang.  Sedangkan  fisikografi  mempresentasikan
segala
sesuatu
yang
ada
dibalik
pemikiran seorang konsumen. Oleh karena itu,
fisikografi
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari variabel demografi dengan
mengidentifikasi pola-pola yang digunakan seorang konsumen untuk mencapai tujuan
kehidupannya.
Fisikografi
mencakup
unsur-unsur seperti; gaya hidup, aktifitas,
interest, opini dan nilai-nilai (values).
  
26
5.  Segmentasi berdasarkan perilaku pembelian
Setiap konsumen memiliki pola perilaku dan kebiasaan yang berbeda terhadap
objek barang dan jasa yang ditawarkan oleh seorang penjual. Sejumlah konsumen
membeli
pakaian
hanya
di
tempat
toko-toko pakaian tertentu. Sejumlah konsumen
yang lain akan membeli pakaian di departemen store, sedangkan konsumen lainnya
lagi mungkin akan membeli
pakaian berdasarkan informasi dari katalog. Kebiasaan
berbelanja dan perbedaan perilaku tersebut merupakan variabel yang bisa digunakan
untuk
melakukan
segmentasi pasar.
Unsur-unsur
yang
termasuk
di
dalam perilaku
pembelian
adalah
jenis-jenis
toko/tempat yang biasa digunakan untuk berbelanja,
waktu
pembelian,
jumlah
unit
barang
yang
akan dibeli, frekuensi berbelanja, dan
media informasi yang biasa digunakan.
6.  Segmentasi berdasarkan pola konsumsi
Perilaku konsumsi merupakan unsur yang penting bagi pemasar, sebab para
pembeli sangat bervariasi dalam pola konsumsinya terbentang dari paling sering dan
paling banyak membeli sampai yang tidak pernah sama sekali. Oleh karena itu dalam
banyak kasus pola-pola pembelian merupakan dasar yang sangat baik untuk
melakukan segmentasi pasar. Segmentasi berdasarkan pola konsumsi mencakup:
frekuansi penggunaan (sering sampai dengan tidak pernah), loyalitas terhadap merk,
kepemilikan produk-produk lain.
  
27
7.  Segmentasi berdasarkan predisposisi konsumen
Pengetahuan dan
sikap konsumen terhadap suatu produk pada umumnya bervariasi,
begitu
juga tentang
keyakinan
pada
produk-produk dan
merek
yang
ada
dipasaran
serta alasan-alasan yang melatarbelakangi pembelian. Pengetahuan dan pemahaman
pembeli akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap tindakan pembelian
yang
akan
dilakukannya.
Sejumlah konsumen
paham sekali
apa
yang
mereka cari,
pertanyaan apa yang harus ditanyakan pada saat akan melakukan pembelian, tempat
dimana  akan  membeli,  tempat  dimana  akan  mendapatkan  servis  purna  jual,dan
bahkan
mereka
juga
tahu
tingkat
harga barang
yang
dibeli.
Sedangkan
seorang
konsumen  baru  sama  sekali  tidak  mengetahui  tentang  hal-hal  di  atas,  sehingga
mereka
memerlukan
bantuan
pramuniaga.
Seorang konsumen baru akan berusaha
mencari sebuah toko yang memiliki reputasi yang bagus dan pramuniaga-pramuniaga
yang dapat dipercaya membantu, membimbing tindakan pembelian yang akan mereka
lakukan. Seorang konsumen yang telah berpengalaman akan mempercayai
pengetahuan
dan
keyakinan
yang
dimilikinya dibandingkan dengan informasi yang
diberikan oleh seorang pramuniaga. Disamping itu keuntungan yang akan diperoleh
dengan membeli suatu produk merupakan pertimbangan yang paling utama dalam
kacamata pembeli. Pengetahuan tentang keuntungan-keuntungan yang diperoleh
dengan membeli sutatu produk juga sangat bervariasi antara kelompok yang satu
dengan yang lainnya, dan hal ini dapat dijadikan dasar bagi penjual dalam melakukan
segmentasi pasar. Zigmund dan D’Amico (1989) menyebutnya sebagai benefits
segmentation. Menurut mereka ketika dua atau lebih pembeli membeli suatu produk
  
28
yang sama diharapkan akan mendapat keuntungan yang akan dipersepsikan oleh
mereka bervariasi. Segmentasi pasar berdasarkan predisposisi konsumen mencakup
pengetahuan
tentang
produk,
masalah-masalah yang dihadapi konsumen, dan
keuntungan yang mungkin diperoleh dari pembelian suatu produk.
2.2.3 Merencanakan       Dan       Mengembangkan       Strategi
Pemasaran
Membangun
sebuah
bauran
pemasaran merupakan
tahapan
ketiga
didalam
mengembangkan strategi pemasaran. Sebelum diuraikan mengenai perencanaan dan
pengembangan
bauran
pemasaran berikut
disajikan terlebih dahulu pengertian dari
bauran pemasaran (Marketing Mix).
Marketing Mix
Marketing Mix adalah suatu konsep pemasaran yang dipakai perusahan untuk
mencapai sasaran pasar yang ditujunya (Philip Kotler, Marketing Management The
Millennium Edition,
2003, Prentice-Hall, Inc, halaman
15).
Konsep marketing
mix
ini terdiri dari 4P yaitu:
Product,
Price,
Promotion
&
Place. Pada
intinya
4P
tersebut
didesain
sedimikian
rupa untuk memberikan manfaat yang optimal kepada konsumen.
  
29
Tabel 2.1 Konsep Marketing Mix
4 P
4 C
Product (produk)
Customer solution (solusi konsumen)
Price (harga)
Customer
cost
(biaya
yang
dikeluarkan
konsumen)
Place (tempat)
Convenience (kenyamanan konsumen)
Promotion (promosi)
Communication
(komunikasi
/
hubungan
dengan konsumen)
Secara sederhana konsep di atas diartikan sebagai bagaimana kita dapat
memenangkan pasar yang dituju dengan menyediakan produk yang memenuhi
kebutuhan konsumen secara ekonomis dan nyaman dengan komunikasi yang efektif.
Integrated Marketing
Menurut
Philip
Kotler,
konsep
Integrated
Marketing
adalah
suatu
kondisi
yang
dihasilkan
ketika
semua
departemen
dalam perusahaan
bekerjasama
untuk
melayani
konsumen.
Integrated
Marketing terdiri atas 2 tingkat. Tingkat pertama
adalah  terciptanya  kerjasama  antara  sesama  fungsi  pemasaran,  seperti  :  tenaga
penjual,
periklanan
(advertising), pelayanan pelanggan, product management dan
bagian
riset
pemasaran.
Semua
fungsi
ini harus dikoordinasi dari sudut pandang
konsumen.
Yang
kedua,
prinsip
pemasaran
harus
didalami
oleh
departemen
lain,
yaitu dimana mereka juga harus memiliki orientasi terhadap pelanggan. Departemen
  
30
lain
harus
memahami
bahwa
fungsi
pemasaran tidak dapat berjalan sendiri tanpa
bantuan
mereka.
Contohnya
factory managers pada perusahaan Xerox menyadari
bahwa jika pabrik dijaga agar selalu bersih dan efisien, akan meningkatkan potensi
untuk menciptakan penjualan ketika calon konsumen berkunjung ke pabrik.
Untuk membina kerjasama antar semua
departemen, perusahaan harus
menjalankan
internal
marketing
dan
external
marketing.
Internal
marketing adalah
proses perekrutan, pelatihan dan memotivasi pegawai agar dapat melayani pelanggan
dengan baik. Sedangkan external marketing adalah proses pemasaran yang ditujukan
kepada orang-orang di
luar perusahaan. Internal marketing harus dijalankan terlebih
dahulu
sebelum external
marketing,
karena
tidak
masuk
akal
untuk
menjanjikan
pelayanan
yang baik
bagi pihak
luar
sebelum perusahaan
mampu
atau
siap
untuk
melakukan hal itu.
Strategi Pemasaran Untuk  Perusahaan Jasa.
Hingga sekarang ini, perusahaan jasa ketinggalan dari perusahaan manufaktur
dalam hal penggunaan marketing. Perusahaan jasa kecil bahkan tidak
menggunakan
manajemen yang formal atau teknik marketing. Bahkan perusahaan jasa profesional
seperti kantor pengacara, kantor akuntan publik
atau
rumah sakit yang menghadapi
begitu banyak permintaan menganggap marketing tidak terlalu penting.
  
31
Secara umum konsep 4P dari marketing mix berjalan baik di perusahaan yang
menawarkan produk (barang).
Tapi untuk perusahaan jasa, dibutuhkan 3P yang lain
yaitu: People, Physical Evidence, dan Process (Philip Kotler, Marketing Management
The Millennium
Edition, 2003, Prentice-Hall, Inc,
halaman 435). Berikut adalah
penjelasan dari 3P diatas:
People (Orang / sumber daya manusia)
Karena
hampir semua jasa disediakan oleh orang yang bekerja di perusahan
jasa tersebut, maka seleksi, training dan motivasi karyawan menjadi sangat
penting
untuk
memberikan
nilai
tambah
yang
berbeda
dalam memenuhi
kepuasan pelanggan. Perusahaan harus dapat memberikan orang-orang
terbaiknya
dalam hal
kompetensi,
attitude,
respon,
dan
inisiatif
untuk
melayani pelanggan.
Physical Evidence (Bukti fisik)
Perusahan jasa butuh untuk membuktikan kualitas jasa yang diberikan dengan
bukti fisik atau presentasi, mengingat jasa adalah bentuk produk yang tidak
tampak (intangible).
Process (Proses)
Ini berkaitan dengan bagaimana kita menyampaikan jasa tersebut. Perusahan
jasa
dapat
memilih
untuk
menyediakan
jasa
dalam proses
yang
berbeda
sehingga menimbulkan kesan tersendiri pada konsumen, mulai dari menerima
pesan hingga mengantarkan pesanan yang diminta.
  
32
2.2.4 Analisa SWOT
Menurut Thompson dan Strickland (Strategic Management Concepts And
Cases,   2004,   Mcgraw   Hill,   Inc,   halaman   117),   analisa   SWOT   (Strengths,
Weaknesses, Opportunities, Threats) umumnya dikenal sebagai kegiatan mengukur
kekuatan sumber daya, kelemahan, kesempatan eksternal dan ancaman dalam suatu
perusahaan. Analisa ini menyediakan gambaran yang baik mengenai kesehatan
fundamental bisnis suatu perusahaan. Manfaat yang paling baik dari analisa SWOT
adalah   untuk   menentukan   apa   yang   sebenarnya   terjadi   dengan   perusahaan
berdasarkan keempat daftar yang sudah kita identifikasi tersebut dan mengambil
tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.
Analisa SWOT dihasilkan melalui analisa internal dan analisa eksternal dari
sebuah perusahaan. Analisa eksternal meliputi pemeriksaan dan evaluasi terhadap
elemen-elemen
eksternal
perusahaan
yang relevan pelanggan, pesaing, pasar, dan
lingkungan. Sedangkan analisa internal
meliputi pemeriksaan dan evaluasi terhadap
elemen-elemen
internal
perusahaan
seperti kinerja perusahaan dan faktor-faktor
pilihan strategis perusahaan. Bagan berikut dapat menjelaskan langkah-langkah dari
suatu analisa strategis (Aaker, David A., Strategic Market Management, 2001, John
Wiley & Sons, Inc, halaman 19).