BAB II LANDASAN 
TEORI
2.1
Pengertian dan Tujuan Pemasaran
Berbagai
definisi
tentang
marketing
atau
pemasaran
dapat
ditinjau
dari
dua
sisi yaitu  sosial dan manajerial. Dari segi sosial marketing adalah proses sosialisasi
dari
individu
maupun
kelompok
/
organisasi untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan
melalui
menciptakan,
menawarkan dan menukar barang atau jasa yang
memiliki
suatu
nilai kepada
orang
lain.
Sedangkan dari sisi manajerial, marketing
adalah merupakan suatu seni dalam menjual produk atau jasa (Kotler, 2003, p 8).
Marketing  adalah  proses  dari  perencanaan  dan  pelaksanaan  konsep,
pemberian
harga,
promosi
dan
distribusi ide,
barang
dan
jasa
untuk
menciptakan
kepuasan individu dan tujuan perusahaan (Stone, 2000, p lll-130). Marketing yang
efektif melibatkan:
1.   Menentukan tujuan marketing perusahaan dan kebutuhan pelanggan.
2.   Mendesain, 
mengembangkan  dan 
memberikan 
harga  pada  produk 
untuk
memenuhi kebutuhan mereka.
3.   Menetapkan dan
melaksanakan metode promosi dan distribusi produk
untuk
calon pembeli.
Berikut adalah aktivitas-aktivas yang terdapat dalam marketing:
1.   Market Identification, di
mana pemasar
memeriksa dan
memilih pasar
yang
potensial
untuk
produk
perusahaan.
Market
Identification
melibatkan
5
  
6
segmentasi   dari   seluruh   pasar   ke   dalam 
pasar   yang   lebih   kecil   dan
menentukan
di
mana
target
dari
pangsa pasar. Pertama, mengenali dan
mempelajari total pasar untuk produk yang mampu ditawarkan oleh
perusahaan. Kedua, memilih pangsa pasar dari total pasar di mana perusahaan
lebih
fokus
dalam usaha
marketing.
Ketiga,
mengembangkan
dan
melaksanakan
marketing
mix
strategy
yang akan memuaskan kebutuhan
pelanggan
pada
pangsa
pasar
yang
telah
dipilih. Marketing mix meliputi:
memasarkan pengembangan strategi yang terdiri dari 4P (empat) variabel
pemasaran, yaitu: product, price, promotion dan place.
2. Planning
dan 
Controlling, 
aspek 
penting 
dari 
marketing 
adalah
mengembangkan rencana pemasaran, mengukur dan membandingkan hasil
marketing untuk rencana marketing dan memodifikasi aktivitas marketing bila
perlu, untuk memenuhi objektif.
3.   Marketing
Research,
peneliti
menganalisis
area
pemasaran,
mengumpulkan
dan menggabungkan informasi tentang lingkungan perusahaan, meliputi:
kompetisi, peluang pasar dan ancaman dari luar serta kinerja marketing yang
meliputi kelebihan serta kelemahannya.
Dengan menganalisis faktor-faktor tersebut, pemasar dapat mengembangkan strategi
pemasaran.
1. 
Product,
pemasar membantu menangani aktivitas lainnya yang dibutuhkan
untuk menciptakan atau memperbaiki produk untuk memenuhi kebutuhan
pasar.  Proses  pengembangan  produk  melibatkan  banyak  area 
fungsional
  
7
dalam
perusahaan
consumer
goods:
marketing,
finance,
reserch
and
development.
2.   Distribution, pemasar membantu koordinasi aktivitas dan
sumber daya
yang
terlibat dalam pemjualan produk yang digunakan oleh konsumen.
3.   Promotion, pemasar  membantu  mengkoordinasi  aktivitas  yang  digunakan
oleh perusahaan untuk mempengaruhi konsumen untuk membeli produknya.
4.   Pricing, pemasar membantu menentukan harga yang cocok untuk dibebankan
kepada pelanggan.
Market
segmentation adalah proses pembagian pasar yang besar, heterogen (tidak
seragam)
ke
dalam bentuk
yang
lebih kecil,
lebih
homogen
(seragam)
yang
secara
relatif memiliki
kebutuhan
yang
sama.
Metode segmentasi yang sederhana adalah
membagi pasar ke dalam 2 kategori besar yaitu:
1.   Consumer market, terdiri dari orang-orang
yang membeli produk
untuk diri
mereka sendiri atau keluarganya.
2.   Organizational markets,
yang  biasanya  disebut  sebagai  business market
terdiri  dari  orang,  kelompok,  atau  organisasi  yang  formal  yang  membeli
produk dan jasa untuk kepentingan bisnis.
Target
marketing
adalah proses evaluasi untuk mempertunjukkan perusahaan
kepada setiap pangsa pasar, memilih satu atau lebih pangsa pasar, dan fokus kepada
usaha marketing perusahaan dan merancang strategi untuk menjangkaunya.
Marketing
research
adalah aktivitas pengumpulan, pencatatan dan analisis
secara sistematik spesifik informasi yang penting dalam menjual barang dan jasa dari
suatu 
perusahaan. 
Sebagai 
jantung 
dari 
aktivitas 
marketing 
suatu 
perusahaan
  
8
consumer goods adalah : informasi, informasi mengenai pangsa pasar, perusahaan
sendiri,  kompetitor, 
keadaan  ekonomi, 
peraturan 
pemerintah, 
dan 
faktor-faktor
lainnya. Tetapi marketing yang efektif tidak akan bisa berhasil tanpa informasi yang
tepat waktu
untuk
mendukung pengambilan keputusan. Marketing research meliputi
semua
informasi
yang
dikumpulkan
dan teknik evaluasi yang digunakan oleh
perusahaan untuk membuat keputusan yang efektif. Perusahaan menggunakan
marketing research untuk mengenali dan mendefiniskan kesempatan dan ancaman,
untuk menentukan pangsa pasar mana yang bisa menjadi pelanggan, produk apa yang
dibutuhkan dan paling
ingin
dibeli
oleh pelanggan,
dan
jalan
yang
paling
efektif
untuk
menginformasikan
pelanggan
tentang produk perusahaan, untuk mengawasi
kinerja marketing, dan meningkatkan pengertian daripada proses marketing.
2.2  Lingkungan Pemasaran
Sebelum  menyusun 
suatu 
strategi 
marketing, 
perusahaan 
harus
mengidentifikasi lingkungan pemasaran yang akan mempengaruhi perkembangan
perusahaan. Lingkungan pemasaran dibagi menjadi dua bagian yaitu:
2.2.1 Lingkungan Makro
Lingkungan makro dapat dikatakan sebagai suatu lingkungan pemasaran yang
tidak  dapat  dikendalikan  oleh  perusahaan
yang
berkaitan
dengan
perubahan
atau
trend
dan
kebutuhan
yang
belum terpenuhi
dalam masyarakat.
Salah
satu
kunci
kesuksesan   perusahaan   dapat   diperoleh   dengan  
memantau   dan  
menanggapi
  
9
perubahan
tersebut
agar
tercipta
suatu
kesempatan
dalam peningkatkan
keuntungan/profit. Dengan adanya perngembangan ide atau terobosan baru terhadap
produk yang akan dipasarkan seperti: pengobatan terhadap kanker, konsep tidak
mengandung lemak, peralatan elektrik mobil yang praktis, dan sebagainya. Banyak
kesempatan  yang  terbuka  dengan  mengindentifikasi  trend  yang  terjadi  di  pasar.
Tetapi tidak semua kejadian dapat dikatakan sebagai suatu trend, berikut pembahasan
perbedaan
antara
fad,
trend
dan
megatrend. Fad dapat dikatakan kejadian
unpredictable/tidak
dapat
diprediksi
dimana
hanya semata
mata
faktor
hoki
dan
waktu
yag tepat, jangka
waktunya kejadian singkat dan tidak berkaitan erat dengan
faktor lingkungan sosial, ekonomi dan politik. Salah satu contohnya adalah boneka
barbie atau pokemon. Trend adalah suatu arah atau urutan kejadian yang memiliki
suatu 
momentum 
and 
jangka 
waktu 
tertentu 
(Kotler, 
2003, 
p159). 
Beberapa
pandangan dari sisi
industri
mengatakan bahwa trend merupakan suatu bentuk masa
depan yang memiliki jangka waktu yang panjang , dapat diobsevasi antar lingkungan
pasar maupun kegiatan konsumen dan konsisten terhadap indikator perubahan yang
besar 
pada 
waktu 
yang 
sama.  Sedangkan 
megatrend 
adalah 
basarnya 
tingkat
perubahan
yang
menyangkut
lingkungan
atau
kondisi sosial, ekonomi, politik dan
teknologi
yang
berjalan
dengan
lambat dan
terjadi
pada
satu
tempat
yang
mempengaruhi
masyarakat dalam kurun
waktu tujuh sampai dengan
sepuluh
tahun
atau
lebih. Prediksi dari beberapa pakar industri internasional, mengatakan bahwa di
tahun 2005 tidak akan terjadi yang besar atau sama sekali tidak terjadi. Trend dan
megatrend pantas mendapatkan perhatian lebih, suatu produk baru atau program
pemasaran  akan  nampak  lebih  sukses  jika  sejalan  dengan  kecenderungan  trend
  
10
dibanding  dengan  yang  bertentangan,  tetapi  pendeteksian  kesempatan  pasar  baru
tidak menjamin sukses perusahaan, sekalipun dilakukan sudah dianalisa secara teknis.
2.2.1.1
Lingkungan Demografis
Kondisi
yang
pertama
dari
lingkungan makro adalah jumlah populasi
penduduk yang ada pada area tertentu. Populasi penduduk memiliki dasar dari konsep
pemasaran
yaitu
kebutuhan
yang
selanjut
akan tercipta suatu permintaan pasar.
Lingkungan demografis ini dapat dikategorikan sebagai berikut:
1.
Jumlah
populasi
dalam suatu
kota,
propinsi
atau
negara.
Dilihat
secara
keseluruhan, tingkat pertumbuhan penduduk dunia yang cukup tinggi
menyebabkan 2 hal kesulitan antara lain:    Pertama,
faktanya bahwa sumber
daya
alam
yang
mencukupi
kehidupan manusia
(bahan
bakar,
makanan,
mineral) kian
menipis
dan
beberapa
dari sumber daya tersebut lebih susah
didapatkan.
Kedua,
tingkat
pertumbuhan populasi di negara berkembangan
sangat
tinggi
dibandingkan
dengan
negara maju. Dibanding dari tingkat
pertumbuhan penduduk dengan
tingkat kematian
penduduk
yang
berkurang
karena
adanya   kemajuan   teknologi   dalam   bidang   pengobatan,  
maka
penurunan tingkat kesejahteraan penduduk di negara berkembang sangat
terancam.   Meledaknya   tingkat   pertumbuhan   penduduk   juga   membawa
dampak
bagi
dunia
industri,
pertumbuhan penduduk bukan berarti sesuai
dengan pertumbuhan pasar jika para penduduknya tidak memiliki daya beli
yang baik.
  
11
2.   Rata -
rata
umur
dari
penduduk
dan
perbedaan suku
antar
area,
kota atau
negara tersebut. Umur penduduk menentukan tingkat produktivitasnya dan
tingkat
konsumsi
penduduk
pada
daerah tersebut.
Semakin
tinggi
tingkat
produktifitas penduduk maka semakin baik daya beli penduduk pada daerah
tersebut. Sedangkan perbedaan suku disuatu negara membawa pada tingkat
perbedaan kebiasaan hidup yang berbeda. Penduduk yang mayoritasnya kulit
putih (Amerika) memiliki perbedaan konsumsi pangan dengan penduduk kulit
kuning (China), juga masih banyak perbedaan lainnya: perbedaan dari
cara/kebiasaan
mereka berbelanja, bahasa komunikasi yang mereka gunakan,
agama 
yang 
mereka 
anut 
dan  budaya 
yang 
sudah 
lama 
terbentuk  di
lingkungan mereka.
3.   Jenjang pendidikan masyarakat. Banyak negara yang sudah menyadari bahwa
tingkat pertumbuhan ekonominya tidak hanya ditentukan oleh kekayaan
alamnya
saja
tapi
faktor
yang
terpenting adalah sisi sumberdaya manunsia,
sehingga untuk dapat bersaing di pasar internasional masyarakat memerlukan
tingkat
pendidikan
yang
tinggi dan kerja praktek. Jenjang pendidikan suatu
masyarakat
dan
banyaknya
jumlah
fasilitas pendidikan pada suatu daerah
menentukan
tingkat
permintaan
atas buku yang berkualitas, majalah atau
tingkat perjalanan (travel).
4.   Pola  kehidupan  masyarakat.  Keluarga  tradisional  biasanya  lebih  memilih
tinggal
dirumah
dan
hidup
di
daerah
pinggir
kota,
sedangkan
diperkotaan
yang
mayoritasnya
penduduknya
sudah
modern
lebih
memilih
untuk
tinggal
di apartemen. Pola kehidupan keluarga modern ini mempengaruhi dalam 
hal
  
12
cara berbelanja. Mereka lebih menginginkan barang –
barang rumah tangga
yang praktis dan ukurannya kecil.
5.
Faktor perpindahan penduduk. Perpindahan penduduk yang cukup tinggi
menciptakan suatu permintaan kearah SOHO (Small Office
Home Office).
Produsen furniture (Ready To Assembly) menangkap suatu kesempatan bisnis
bahwa perusahaan besar akan menbuat kantor kecilnya di daerah pinggir kota
dan menghubungkannya dengan kantor pusat.
2.2.1.2
Lingkungan Ekonomi
Pasar memerlukan atau berkaitan erat dengan daya beli konsumen. Daya beli
konsumen   pada   lingkungan   ekonomi   ini   sangat   tergantung   pada   pendapatan
perkapita, harga produk, tabungan, pinjaman dan tingkat pinjaman yang tersedia.
Kondisi dilingkungan ekonomi ini dikategorikan menjadi dua bagian yaitu:
1.   Distribusi pendapatan.
Distribusi pendapatan masyarakat pada suatu daerah sangat mempengaruhi
pada klasifikasi atau segmentasi pasar yang ada. Bila daerah tersebut banyak
terdapat segmen masyarakat segmen atas, maka produk yang banyak terjual
adalah produk yang memiliki kualitas yang baik dan mahal harganya.
Sedangkan pada tingkat menengah para produsen harus mampu menciptakan
inovasi baru pada produknya agar dapat bertahan dipasar, karena masyarakat
tingkat menengah ini lebih berhati – hati dalam membelanjakan uangnya dan
lebih
memilih
berdasarkan
harga
yang terjangkau. Pemasar pada
umumnya
  
13
membagi tingkat distribusi pendapatan penduduk dalam suatu negara menjadi
5 yaitu:
Pendapatan penduduk yang sangat rendah.
Pendapatan penduduk yang kebanyakan rendah.
Pendapatan penduduk yang sangat rendah dan sangat tinggi.
Pendapatan penduduk yang rendah, menengah dan tinggi.
Pendapatan penduduk yang kebanyakan menengah.
2.   Tabungan, hutang dan ketersedian pinjaman.
Tabungan,
hutang
dan
ketersediaan
pinjaman suatu daerah berpengaruh
terhadap tingkat daya beli konsumen. Ketentuan bunga pinjaman sangat
berpengaruh besar pada sisi industri pada suatu negara. Dengan bunga
pinjaman
yang kecil,
negara
itu
dapat bertumbuh dengan cepat pada sektor
industrinya. Pemasar pada point ini harus sangat memperhatikan pada
perubahan  
pendapatan penduduk,
biaya
hidup,
bunga
pinjaman,
tabungan,
dan pola belanja masyarakat yang sangat membawa dampak besar pada bisnis,
terutama bagi perusahaan yang membuat produk untuk masyarakat kelas atas
dan menghargai kepekaan pelanggan.
2.2.1.3
Lingkungan Alam
Yang berkaitan dengan kondisi ini adalah perhatian utama secara global
terhadap perubahan
lingkungan. Issue
utama mengenai lingkungan ini adalah efek
global rumah kaca yang berdampak bagi seluruh dunia. Peraturan lingkungan hidup
  
14
menghatam
dunia
industri
cukup
parah,
banyak
yang
merugi
jutaan
dollar
untuk
biaya
peralatan
yang
tidak
merusak
lingkungan. Masalah yang dihadapi yang
berkenaan
dengan
lingkungan
alam ini
adalah:
berkurangnya
bahan
baku
untuk
membuat
produk
sehingga
terjadinya
kenaikan harga, peningkatan biaya yang
berkaitan dengan energi contohnya kenaikan harga bahan bakar, meningkatnya
level
polusi udara, peraturan pemerintah mengenai tingkat pencemaran lingkungan. Tapi
masalah
diatas
tetap ada sisi
positifnya
yaitu membuka peluang baru bagi industri
untuk memodifikasi produknya yang ramah lingkungan.
2.2.1.4  
Lingkungan Teknologi
Pada era ini,
teknologi sudah menjadi
salah
satu kebutuhan
bagi
konsumen,
secara disadari maupun tidak. Walaupun demikian halnya teknologi tetap membawa 2
dampak
yang
bertolak
belakang
pada
sektor industri maupun masyarakat dunia.
Biasanya
teknologi
baru
akan
berdampak negatif pada teknologi yang sudah ada
sehingga industri yang bergerak dibidang tersebut akan tutup atau bangkrut. Dari sisi
pemasaran yang perlu diperhatikan adalah:
1.   Kecepatan perubahan
Munculnya
ide
ide
baru
membawa perubahan
serta
kemudahan
pada
masyarakat
umumnya. Dengan
teknologi
komunikasi
yang
canggih,
jarak
dan  waktu  sudah  bukan  menjadi  sumber  hambatan  atau  ancaman  bagi
dunia
bisnis.
Tetapi
dengan
terjadinya perubahan tersebut tetap ada
konsekuensinya  yang  harus  ditamggung  perusahaan 
yaitu  pada  biaya
  
15
inventasi yang tinggi dan faktor resiko yang cukup besar.    
Dampak
selanjutnya bagi
perusahaan adalah bila investasi yang dilakukan untuk
mengimplementasikan teknologi baru tersebut tidak sesuai dengan harapan
masyarakat maka akan terjadi ketidakpastian pada pasar. Sehingga dampak
yang terjadi adalah pengeluaran tambahan untuk biaya research dan
perubahan    strategi    pemasaran    secara    drastis    untuk    mendapatkan
kepercayaan pasar.
2.   Kesempatan yang tidak terbatas untuk membuat inovasi baru.
Ilmuan   pada   masa   kini   bergelut   dengan   peciptaan   teknologi   yang
berdampak pada revolusi produk dan proses produksi. Bagi sisi pemasaran,
hal ini akan membawa banyak perubahan yang membawa kemudahan bagi
konsumen dalam hal kebiasaan mereka berbelanja. Contohnya kartu kredit
yang membawa kemudahan bagi konsumen dalam hal pembayaran.
3.   Berbagai macam tambahan budget untuk pengembangan produk.
Banyak perusahaan yang berinventasi pada pengembangan produk
perusahaan pesaing dengan menambahkan sedikit fungsi ketimbang
produknya sendiri. Ini mengakibatkan membengkaknya dana yang
disediakan untuk penelitian pengembangan.
4.   Bertambahnya peraturan mengenai perubahan teknologi
Dengan
bertambahnya
tingkat
kompleksitas dari suatu produk membuat
pasar atau konsumen menjadi makin meragukan produk tersebut. Sehingga
peremintah
turut 
campur  dalam  menanggani  kasus  tersebut 
serta
mengambil tindakan untuk produk yang tidak cukup tingkat keamanannya.
  
16
2.2.1.5
Lingkungan Politik dan Hukum
Lingkungan
ini
berkaitan
erat
dengan
organisasi pemerintahan, peraturan
pemerintah,
hukum yang
berlaku
dan
pengaruh
yang
besar
dari
organisasi
atau
kelompok tertentu terhadap masyarakat (Kotler, 2003, p174). Terkadang peraturan
yang
dibuat
pemerintah
mendatangkan suatu kondisi yang menguntungkan bagi
perusahaan. 
Sebagai  contoh 
peraturan  pemerintah 
yang 
mengharuskan 
produk
tertentu (Streoffoam) harus di daur ulang. Kondisi ini memberikan kesempatan yang
terbuka bagi perusahaan menciptakan suatu produk baru yang berasal dari bahan yang
bisa di daur ulang.
1.   Perundangan yang meregulasi bisnis.
Regulasi bisnis
yang 
dikeluarkan oleh pemerintah 
mempunyai 
suatu 
nilai
positif
untuk     menjaga     adanya     kepentingan       bisnis     agar     tidak
disalahgunakan.
Tujuan  dirumuskannya regulasi bisnis di bagi
menjadi tiga
yaitu:
Untuk melindungi perusahaan dari persaingan yang tidak layak.
Untuk  melindungi  konsumen  dari  perlakuan  yang  tidak  layak  oleh
pelaku bisnis.
Untuk
melindungi kepentingan
sosial
masyarakat dari
perilaku
bisnis
yang tidak terkendali.
Adapun 
tujuan 
utama  dari 
terbentuk  perundangan 
bisnis 
adalah: 
akan
membebankan biaya sosial terhadap bisnis yang tercipta oleh proses produksi
  
17
atau 
dari 
produk 
mereka. 
Masalah  utama  yang  dihadapi  mengenai
perundangan bisnis ini yaitu di titik mana biaya dari regulasi tersebut
melampaui manfaatnya?  
Meskipun peraturan baru dibuat berdasarkan
pemikiran yang sah untuk menjaga kepentingan bisnis, tapi tetap saja terdapat
efek
yang
tidak
diharapkan
dari
peraturan tersebut yang melemahkan atau
memperlambat kemajuan bisnis.
2.   Pertumbuhan dari organisasi khusus
Jumlah  dan  kekuatan  dari  organisasi  khusus  ini  meningkat  dengan  pesat
dalam tiga dekade
ini. Komite politik
mengambil
tindakan dalam mendekati
pejabat pemerintahan guna menekan para pelaku bisnis untuk lebih
memperhatikan hak konsumen, hak wanita, hak penduduk senior, hak
kelompok kecil dan hak kelompok tertentu. Banyak perusahan memiliki
departemen
khusus
yang
berkaitan dengan penanganan urusan publik.
Kekuatan penting lainnya yang mempengaruhi bisnis adalah kelompok
pergerakan  konsumen  yang  di  organisir  oleh  masyarakat  dan  pemerintah
dalam menjaga hak dan kekuatan dari pembeli terhadap produsen.
2.2.1.6
Lingkungan Sosial - Budaya
Lingkungan ini terbentuk dari pandangan masyarakat sehingga tercipta suatu
tingkat kepercayaan
masyarakat, golongan atau individual terhadap
nilai dan
norma
kemasyarakatan. Masyarakat
menyerap suatu gambaran global
mengenai pandangan
  
18
mereka  terhadap  diri  sendiri,  sesama  atau  individual  lain,  organisasi,  masyarakat
sekitar, lingkungan dan alam semesta (Kotler, 2003, p175).
1.   Pandangan terhadap diri mereka sendiri.
Masyarakat
melakukan
penekanan atas
kepuasan diri mereka. Pada saat ini,
masyarakat
lebih
mendaopsi perilaku dan ambisi yang konservatif. Pemasar
harus lebih mengenali bahwa terdapat beberapa kelompok dengan beberapa
cara pandang terhadap diri mereka yang berbeda satu dengan  lainnya.
2.   Pandangan terhadap orang lain.
Masyarakat
lebih
menaruh perhatiannya terhadap masalah –
masalah sosial
seperti:
gelandangan,
tindak
kejahatan dan korbannya, mereka lebih
menginginkan
hidup
dalam keadaan
yang
lebih
tentram.
Pada
saat
yang
bersamaan
itu pula mereka  
mencari orang
lain
yang setara dengan mereka
dan menghindari orang asing. Trend ini meramalkan pada pertumbuhan pasar
yang
terkait
dengan
produk
pendukung atau
jasa
yang
lebih
bersifat sosial
yang mempromosikan hubungan langsung antar manusia seperti klub
kebugaran,
penjelajahan,
kegiatan
keagamaan. Mereka juga menyarankan
sesuai
dengan
pertumbuhan
pasar
memperbolehkan produk pengganti sosial
seperti televisi, pemainan video dan chat room pada internet dapat membantu
individu yang tersisih merasakan mereka tidak demikian.
3.   Pandangan terhadap masyarakat
Berbagai
macam perilaku
manusia
didalam masyarakat
yang
mencerminkan
pola konsumsinya,
yang
terdiri
dari
6
kategori
yaitu: preserver
(lebih
suka
bertahan
terhadap sesuatu), makers
(lebih suka
menjalaninya), takers (lebih
  
19
suka mengambil kesempatan atau menyermpet resiko untuk mendapatkan
sesuatu)
,
changers (lebih suka mengubah sesuatu)
, seekers
(lebih suka
menyelidiki
masalah
lebih
dalam),
escapers
(lebih
suka
lari
dari
masalah).
Pola konsumsi merekaberbeda satu dengan yang lain, makers mempunyai
perilaku untuk berusaha mendapatkan yang lebih baik bagi hidupnya, changer
memiliki perilaku hidup yang lebih sederhana dan yang terakhir adalah
escapers dan seekers yang merupakan mayoritas untuk market karena mereka
suka
gaya
hidup
yang
mengikuti
trend contoh,
film,
musik,
berselancar
dan
kemping.
4.   Pandangan terhadap lingkungan alam
Perilaku masyarakat terhadap alam, perilaku ini dikategorikan menjadi 3
bagian yaitu: sebagian merasa dapat menaklukan, sebagaian merasakan
keselarasan, sebagian merasa masih menjadi suatu misteri mengneai keadaan
alam tersebut.
5.   Pandangan terhadap alam semesta
Kepercayaan
masyarakat
terhadap keaslian alam semesta dan pengaturannya.
Hal ini berkaitan erat dengan kepercayaan yang mereka anut.
2.2.2 Lingkungan Mikro
Seorang teman atau kerabat dapat memberikan nasehat kepada keluarga
mengenai jenis furniture yang hendak dibeli. Perusahaan perlu mengidentifikasi peran
ini
karena
peranan
ini
mempunyai
pengaruh
yang
sangat
besar
pada perancangan
  
20
produk, penentuan pesan, dan pengalokasian anggaran promosi. Dengan
mengetahui
partisipan  utama  atau  dikenal  sebagai  lingkungan  mikro  (pembeli,  pesaing  dan
saluran
distribusi)
serta perannya, akan
membantu pemasar menyesuaikan program
pemasaran. Suami mungkin pula memilih. Istri mungkin pula mempunyai suatu
pendapat   tertentu   mengenai   gaya/model   furniture.   Suami   mungkin   membuat
keputusan akhir dengan
persetujuan
istri. Istri mungkin lebih sering menggunakan
furniture itu dari pada suami. Jika suami memutuskan untuk membeli furniture, maka
perusahaan furniture akan mengarahkan sebagian besar iklannya untuk mencapai
suami.  Perusahaan  furniture  dapat  merancang  kesadaran  tertentu  untuk
menyenangkan
istri
dan
menempatkan
sebagian
iklan
dalam media
yang
mencapai
istri.
1.
Pembeli (Buyer). Pembeli memiliki makna yang sangat luas,  
mencakup
individual konsumen
yang
membeli produk atau jasa yang mereka gunakan
untuk kepentingan sendiri (end-user) maupun organisasi yang menggunakan
produk
atau        jasa        tersebut        untuk        kepentingan        bisnis
(Konsumen/Organization).
Adapun
definisi
dari
pembeli
(buyer) adalah
seseorang
yang
ingin
memenuhi
kebutuhannya. Dan merupakan kewajiban
bagi perusahaan untuk melayani dan memberikan suatu keuntungan bagi
mereka dan bagi perusahaan. (Kotler, 2003, p 75).
2.   Pesaing.
Persaingan
yang ketat pada
saat
ini
merupakan suatu
faktor
yang
perlu diperhatikan
oleh
perusahaan. Persaingan timbul bukan hanya dilihat
dari
satu
segi
saja,
contohnya
harga, tapi
juga
model,
ketahanan,
bentuk,
ataupun hadiah /  kemudahan yang ditawarkan oleh produk yang sejenis, tapi
  
21
juga bisa melibatkan produk pengganti yang diproduksi oleh perusahaan lain.
Berikut
definisi
pesaing
adalah
perusahaan atau individu yang memenuhi
kebutuhan konsumen yang sama. (Kotler, 2003, p 247).
3.   Distribusi.  Dalam  bidang  pemasaran,  saluran  distribusi  merupakan  suatu
kunci
penting
dalam penyampaian
informasi
produk
terhadap
konsumen.
Perusahaan manunfaktur biasanya menggunakan jasa atau sumber daya
organisasi/
individual
lain
(External) yang mereka rasakan lebih effektif dan
cepat daripada mereka harus membangunnya sendiri. Pertimbangan lain
adalah manufaktur lebih dapat focus pada pembuatan dan pengembangan
produknya
sehingga dapat
bersaing
di
pasaran. Jadi definisi dari distribusi
mernurut
sisi
pemasaran
adalah
merupakan
bagian
yang
saling
terintegrasi
dari
suatu
organisasi
atau
perusahaan menyangkut proses penyediaan
informasi
maupun
produk
itu
sendiri atau jasa untuk digunakan atau
dikonsumsi
oleh
para
konsumen/pembeli. (Kotler, 2003, p 505). Ada 3
kategori dari saluran distribusi ini yang saling terkait atau saling tidak terkait
yaitu:
1. 
Merchant Middlemen, atau disebut pemegang / penjual merek produk
(hanya satu merek produk) dapat berupa distributor resmi, bengkel resmi,
dan lainnya.
2.
Agent
Middlemen, perusahaan atau organsasi yang hanya mewakili
perusahaan
manufaktur
(brokers) dan individu atau perorangan (agents)
yang
langsung
berhadapan
dengan
konsumen,
kedua
tidak
terikat
oleh
satu merek produk.
  
22
3.   Facilitators, perusahaan yang berperan sebagai penyedia barang atau jasa
juga tidak terikat oleh satu merek produk, yang tidak melakukan proses
penjualan
atau
negosiasi
dengan konsumen. Contohnya: perusahaan
logistik atau pergudangan, bank, perusahaan periklanan.
2.3
Perilaku Konsumen Individu
Proses pengambilan keputusan pembelian menekankan bahwa proses
pembelian bermula jauh sebelum pembelian sesungguhnya dan berakibat jauh setelah
pembelian. Ini mendorong pemasar untuk lebih memusatkan perhatian pada
keseluruhan proses pembelian, bukan hanya mencurahkan perhatiannya pada
keputusan pembelian. Dapat dikatakan definisi dari perilaku konsumen adalah proses
waktu dan tingkatan usaha yang dilalui oleh konsumen dalam menentukan keputusan
pembelian tertentu tergantung dari pentingnya keinginan membeli suatu produk atau
jasa. (Boone & Kurtz, 1999, p 285).
High Involment
Low Involment
Significant Differences
Between Brand
Few Differences
Between Brand
Complex Buying
Behaviour
Variety-Seeking Buying
Behaviour
Dissonance – Reducing
Buying Behaviour
Habitual Buying
Behaviour
Gambar 2.1. Four Types of Buying Behaviour
  
23
Konsumen
selalu
akan
mengidentifikasikan kebutuhan atau masalah yang
mereka hadapi dan pada umumnya mereka rela menyediakan waktu dan tenaga lebih
untuk mengambil keputusan pembelian suatu produk atau jasa sesuai dengan semakin
tingginya
nilai
produk
tersebut
(complex buying behaviour). Para konsumen akan
mencari dan mengevaluasi atau membandingkan beberapa produk yang sejenis
sebelum   mereka   mengambil   keputusan.   Selanjutnya   mereka   akan   melakukan
transaksi pembelian dan mengevaluasi apakah mereka telah mengambil keputusan
yang tepat. Sangatlah penting peranan dan keterlibatan pemasar dalam mengarahkan
para konsumen melalui proses pengambilan keputusan pembelian suatu produk yang
spesifik.
(Boone
&
Kurtz,
1999,
p
285).
Tahap-tahap
dalam proses
keputusan
pembelian   dapat   terbagi   atas   5   tahap   yaitu   pengenalan   masalah   (Problem
Recognition),
Pencarian
Informasi (Information
Search),
Evaluasi
Alternatif
(Evaluation of Alternatives), Keputusan Pembelian (Purchase Decision) dan Perilaku
Purna Pembelian (Postpurchase Behavior).
Problem
Recognition
Information
Search
Evaluation of
Alternatives
Purchase
Decision
Postpurchase
Behavior
Gambar 2.2. Five Stage Model of the Consumer Buying Process
2.3.1 Kebutuhan atau Pengenalan Masalah
Proses
pembelian dimulai
dengan pembelian
mengenali
suatu
masalah
atau
kebutuhan. Pembeli
memberikan pandangan yang berbeda antara keadaannya
yang
  
24
sesungguhnya dan keadaan yang diinginkannya. Kebutuhan pembeli dapat tercipta
oleh rangsangan dari alam atau dari luar. Kebutuhan moral manusia seperti rasa lapar
dan haus meningkat sampai satu tingkat tertentu dan menjadi suaru dorongan. Dari
pengalaman  sebelumnya,  pembeli 
ini 
telah  belajar 
bagaimana 
cara 
mengatasi
dorongan
ini
dan
imotivasi
ke
arah
suatu kelompok objek yang ia tahu akan
memuaskan dorongan tersebut.
Langkah pertama dalam mengambil
keputusan
pembelian adalah perbedaan
situasi awal dengan situasi yang menciptakan kebutuhan. Setelah masalah
terindentifikasi, konsumen akan melakukan suatu persiapan untuk mencari
pemecahaannya. Setelah masalah teridentifikasi oleh konsumen maka mereka akan
termotivasi
untuk
mencapai
cara
memenuhi kebutuhan
tersebut.
Penyebab
lainnya
adalah konsumen biasanya tidak merasa pernah puas dengan merek produk atau jenis
produk yang ada. Tingkat kebosanan mereka terhadap produk yang dimiliki sangat
tinggi, keinginan untuk berganti produk mengarah kepada pembelian produk baru
(Boone
&
Kurtz, 1999,
p
285).
Efek
yang
tidak kalah pentingnya adalah keadaan
status   finasial.   Peningkatan   pendapatan   mereka   akan   memberikan   keleluasan
membeli produk yang mereka inginkan yang lama tertunda (Boone & Kurtz, 1999, p
285).
2.3.2 Pencarian informasi
Seorang konsumen
yang telah dirangsang kebutuhannya itu dapat atau tidak
dapat mencari   informasi
lebih lanjut. Jika dorongan konsumen itu kuat dan objek
  
25
pemuas  kebutuhan  yang  telah  ditentukan  dengan  baik  itu  berada  di  dekatnya,
sangatlah
mungkin
konsumen
akan
membelinya. Jika tidak, maka kebutuhan
konsumen ini hanya menjadi ingatan belaka. Konsumen mungkin tidak melakukan
pencarian lebih
lanjut, sebagian
melakukan pencarian lebih lanjut, atau sangat aktif
mencari
informasi
yang
mendasari
kebutuhan ini. 
Kebutuhan akan informasi akan
timbul dari keinginan membeli suatu produk (Kotler, 2003, p 204).
Dengan berbagai informasi yang terkumpul konsumen baru dapat melakukan
perbandingan
tentang
merek
produk
dan
keunggulannya.
Dalam hal
ini
tingkat
kebutuhan informasi dapat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu:
1.
Kondisi “heightened attention” yaitu kondisi dimana konsumen hanya
menerima informasi mengenai  produk.
2.   Kondisi selanjutnya adalah “active information search” yaitu kondisi dimana
konsumen
lebih
aktif
dalam mengumpulkan
informasi
dan
mempelajari
produk tersebut.
Inti yang penting bagi pemasar adalah sumber informasi utama yang akan
digunakan   oleh   konsumen   dan   tiap   pengaruh   terhadap   keputusan   pembelian
kemudian. Sumber informasi konsumen tergolong kedalam 4 kelompok, yaitu :
1.   Sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, kenalan).
2.
Sumber komersial (periklanan, tenaga penjual, pedagang, kemasan dan
pemeran).
3.   Sumber publik (media massa, organisasi penilaian konsumen)
4.   Sumber pengalaman (penanganan, pengujian, penggunaan produk).
  
26
2.3.3 Evaluasi Alternatif
Beberapa  konsep 
yang 
mendasar 
mengenai 
yang  dapat 
membantu  para
pemasar dalam mengevaluasi pengambilan keputusan yang dilakukan para konsumen
antara lain:
Pertama,
konsumen
mencoba
untuk
memenuhi kebutuhannya. Kedua, konsumen
mencari manfaat dari produk yang ditawarkan. Dan yang terakhir, pandangan
konsumen
mengenai
suatu
produk
yang
merupakan kumpulan dari attribut-attribut
yang
memiliki
banyak
manfaat
dalam memenuhi
kebutuhannya.
Kebanyakan
konsumen
mempertimbangkan beberapa atribut produk sebelum mereka
mengambil
keputusan dalam hal pembelian. Sisi pandang dari konsumen terhadap kumpulan dari
beberapa  merek  menciptakan  suatu  gambaran  mengenai  merek  produk  tersebut.
Merek yang telah tercipta pada benak konsumen mewakili berbagai pengalaman yang
akan
digunakan
sebagai
bahan
pertimbangan yang merupakan efek dari persepsi
konsumen
terhadap
pemilihan
suatu
produk, terhadap sisi penyimpangan maupun
keunggulan produk tersebut. (Kotler, 2003, p 206)
2.3.4 Pengambilan Keputusan
Saat berada pada kondisi mengevaluasi produk, ada dua faktor utama yang
mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan membeli suatu produk antara
lain, pengaruh dari perilaku orang lain yang terbagi menjadi dua hal yaitu: pandangan
  
27
negatif dari orang lain yang dapat megubah keputusan konsumen sehingga mengarah
kepada produk alternatif
yang ada atau harapan dari orang lain menjadikan motivasi
bagi konsumen dalam mengkonsumsi produk tersebut.
Faktor  kedua  adalah  keadaan  yang  tidak  bisa  diantisipasi  dapat
mengakibatkan berkurangnya niat konsumen untuk membeli produk. Keputusan
konsumen untuk memodifikasi, menunda, atau membatalkan pembelian sangat
dipengaruhi
oleh
resiko
yang
akan
mereka
terima,
contohnya
nilai
uang,
produk
atribut dan tingkat kepercayaan diri dari konsumen. Dalam melaksanakan niat untuk
membeli, konsumen
membagi dalam 5 sub tahapan pengambilan keputusan (Kotler,
2003, p 207), yaitu: pemilihan merek (Brand Decision), pemilihan produsen (Vendor
Decision),  pemilihan  kualitas  (Quality   Decision),  pemilihan 
waktu  
(Timing
Decision), pemilihan metode pembayaran (Payment – Method Decision).
Attitudes of
Others
Evaluation
of Alternatif
Purchase
Intention
Purchase
Decision
Unanticipated
Situational
Factors
Gambar 2.3. Steps Between Evaluation of Alternatives and Purchase Decision
2.3.5 Perilaku Pasca Konsumsi
Setelah
membeli
produk, konsumen
akan
mengalami
tingkat
kepuasan
atau
ketidak
puasan.
Konsumen
juga
akan
terlibat
dalam tindakan
sesudah
pembelian.
  
28
Yang menentukan puas atau tidaknya konsumen atas pembelian suatu produk adalah
terletak pada hubungan diantara
harapan (expectations) konsumen dan prestasi
yang
dirasakan dari produk.
Jika kurang dari harapan konsumen akan tidak puas.
Tetapi
jika produk
sesuai dengan harapan,
maka dapat dikatakan konsumen tersebut puas.
Jika melebihi harapan, konsumen akan sangat puas. Konsumen mendasarkan
harapannya atas pesan yang mereka terima dari penjual, teman atau sumber informasi
lainnya. 
Jika 
penjual 
melebih-lebihkan  prestasi  produknya  konsumen  akan
mengalami
harapan
yang
tidak
pasti
(Disconfirmed
Exectations) yang
akan
menimbulkan
ketidakpuasan.
Semakin
lebar jurang antara harapan dengan prestasi,
maka semakin tinggilah ketidakpuasan konsumen. Konsumen yang tidak puas
memberikan
tanggapan
yang
berbeda.
Disini berperanlah gaya yang menguasai
konsumen. Sebagian konsumen memperlebar jurang tersebut bilamana produk itu
tidak sempurna dan mereka sangat tidak puas. Konsumen yang lainnya memperkecil
jurang 
tersebut 
dan 
mengurangi 
ketidakpuasannya.  Mereka  akan  mencoba
mengurangi ketidaksesuaian dengan membuang atau mengembalikan produk atau
mereka  dapat  mencoba  mengurangi  ketidaksesuain  itu  dengan  mencari  informasi
yang dapat menguatkan.
Perilaku konsumen pasca konsumsi dapat didefinisikan sebagai pegalaman
yang konsumen dalam medapatkan
tingkat kepuasan
mereka.
Tugas para
marketing
tidak  selesai 
hanya  setelah  produk  tersebut  terjual  tapi 
harus  juga  memonitor
kepuasan  yang 
di 
dapatkan,  perilaku 
konsumen 
secara 
terkait 
dengan 
tingkat
kepuasan  mereka  setelah  membeli  dan  perilaku  konsumen  dalam  menggunakan
produk tersebut (Kotler, 2003, p 208).
  
29
2.4
Kepuasan
Konsumen dan Elemen/Attribut Produk yang
Mempengaruhi
Kepuasan  konsumen  terhadap  produk  akan  mempengaruhi  perilaku
berikutnya. 
Seorang 
konsumen 
yang  puas  kemungkinannya 
lebih 
besar 
untuk
membeli
produk
tersebut
pada
waktu
berikutnya
dan
akan
menyampaikan
hal-hal
yang baik mengenai produk itu kepada orang – orang lainnya.
Salah satu unsur penting pemasaran adalah perusahaan harus dapat
membangun  pelayan pelanggan yang tidak hanya terbaik tapi juga menjadi legenda
(Sam Walton, 1997). Persaingan yang sangat ketat dalam industri menimbulkan suatu
dampak tersendiri bagi perusahaan, pelanggan dapat memilih dari beraneka ragam
produk atau jasa yang sesuai dengan standar kepuasan mereka. Dengan keadaan
sekarang konsumen semakin leluasan dalam  
memilih yang tentunya hal ini
mengharuskan para
produsen
untuk
berkompetisi
dalam bentuk
pembuatan
produk
dengan kualitas yang baik dan yang dapat diterima pasar. 
“Tetapi tanpa pelanggan,
tak seorangpun dapat
melakukan bisnis. Kita baru dapat berbisnis kalau mempunya
minimal satu pelanggan”. Dalam hal ini pelanggan merupakan stakeholder terpenting,
yang berarti kepuasan pelanggan merupakan hal yang tidak bisa ditawar – tawar lagi
(Handi Irawan, chairman Frontier Marketing & Research Consultant).
Konsumen Service merupakan salah satu bagian dari strategi pemasaran suatu
perusahaan, 
pemasar 
harus 
membantu 
memastikan 
konsumen 
perusahaan  puas
supaya   mereka   terus   menjadi   konsumen   setia   perusahaan.   Tingkat   kepuasan
  
30
konsumen
itu
dapat
diwakilkan
dengan
informasi yang diperoleh dari konsumen
mengenai attribut produk atau jasa yang dipasarkan sehingga tujuan atau arah
pengembangan produk menjadi lebih terfokus. Attribut produk yang menyangkut
tingkat kepuasan konsumen antara lain:
1. 
Feature: Manfaat yang dirasakan oleh konsumen yang dapat diberikan dari
produk tersebut.
2.
Performance Quality: Tingkat kegunanan suatu
produk yang harus dapat
memenuhi kebutuhan konsumen atau pemikiran konsumen.
3.   Conformance Quanlity: Janji para pemasar yang sesuai dengan spesifikasi dan
daya guna produk.
4.
Durability: Tingkat ketahanan atau kekuatan produk, umumnya berkaitan
dengan lamanya waktu dari penggunaan produk tersebut.
5.
Reliability: Tingkat kehandalan suatu produk yang dapat dipercaya oleh
konsumen. Dengan kata lain juga dapat di artikan tingkat kepercayaan
konsumen dalam menggunakan produk tersebut.
6.   Repairbility:  Kemudahan  reparasi.  Konsumen  lebih  memilih  produk  yang
dapat diperbaiki dibandingkan dengan produk yang sekali pakai.
7.   Style
Ciri 
dari 
produk 
atau 
selera  konsumen. 
Setiap 
konsumen  akan
menetapkan seleranya sesuai dengan lingkungan yang mereka memiliki.
8.
Design: Bentuk produk yang juga menyangkut pada nilai ekonomis dna
keindahan.
  
31
Penentuan
dari
elemen/attribut produk merupakan suatu faktor yang
berpengaruh
besar
pada
pengumpulan
informasi
/ research
mengenai
pangsa
pasar
yang
akan
diambil.
Dalam hal
ini
perusahaan
harus
mengidentifikasikan
dahulu
segmentasi  pasar  yang  ada  serta  menentukan  di  pangsa  pasar  mana  perusahaan
tersebut bergerak.
Semakin sempit setiap pangsa pasar didefinisikan, semakin akurat perusahaan
dapat
mengenali
kebutuhan
dari
setiap
pangsa
pasar
dan
memfokuskan
diri
pada
usaha marketing.
2.5
Kebijakan Pemasaran Dalam Menciptakan Manfaat bagi
Konsumen.
Marketing plan adalah satu set taktik yang spesifik, detail, orientasi pada aksi
dalam menangani
strategi
harga,
produk,
promosi
dan
distribusi
mana
yang
akan
diikuti oleh perusahaan untuk mengjangkau dan memuaskan keputusan target
pasarnya.
Dalam merencanakan
marketing plan,
marketing mix harus
direncanakan
secara matang untuk membentuk image dan persepsi yang baik:
1.
Product, strategi
ini  didasari  oleh  product positioning strategy, product
objective,
branding strategy dan product
management
strategy
dari elemen-
elemen   rancangan   ini,   maka   tercipta   bagaimana   produk   final   yang
diinginkan, sehingga produk dapat diposisikan untuk melawan para pesaing
pada
pasar
yang
sama.
Pemilihan
produk
merupakan
keputusan
mengenai
  
32
kategori, merek, model dan jangkauan harga. Pemilihan ini dipengaruhi oleh
kebutuhan
konsumen,
macam dan
jenis
produk
kompetitor,
ketersediaan
ruang dan peralatan
serta kemampuan untuk
menghasilkan
laba. Pemilihan
macam   dan   jenis   produk   meliputi   permasalahan   luas   (breadth)   dan
kedalaman
(depth). Luas
meliputi
jangkauan
produk
dari
kategori,
fitur,
tingkat harga, sedangkan kedalaman meliputi jumlah baik warna dan ukuran
untuk
tiap
item.
Dalam industri
furniture
sebagai
pelengkap
rumah
bagi
konsumen, ada banyak atribut yang ditawarkan dari strategi produk ini,
seperti: bentuk,
kualitas,
volume
dari
atribut ini maka dapat diambil salah
satu
yang
sebagai
unggulan
produk
untuk dapat diposisikan ke benak
konsumen.
2.
Place, produk furniture ini memiliki segmen pasar yang luas, bisa dikatakan
hampir semua
lapisan menengah
ke bawah dan range umur konsumen yang
mengkonsumsinya,
maka
dengan
distribusi yang pas dapat menjangkau ke
pelosok-pelosok daerah dan lebih mudah didapat, dapat menciptakan brand
awareness.
3.   Pricing, tiap tempat penjualan seperti : galeri, outlet, toko dan lain-lain yang
mempunyai  2  (dua)  jenis  penetapan  harga  seperti:  high-markup, lower
volume  group  atau low-markup,  higher  volume  group.  Beberapa strategi
harga dan
yang sering dipakai adalah diskon (potongan harga). Harga pada
furniture ini
mempunyai range
yang besar dalam arti
harga
yang ditawarkan
untuk tiap produk relatif berbeda, jika dijual pada tempat
yang sama namun
  
33
akan  beda  kondisinya  jika  dibandingkan  antara  penjualan  di  toko  dengan
outlet pamrean atau galeri.
4.   Promotion, kegiatan promosi yang dilakukan yaitu dengan periklanan melalui
brosur, serta perusahaan juga sebagai promotor dari berbagai acara/ event.
Pembagian pangsa pasar
/
submarket yang
lebih sempit dapat
menghasilkan
suatu informasi yang akurat bagi perusahaan membantu kegiatan promosi yang akan
dilakukan yang didasarkan pada karakteristik sebagai berikut:
1.   Lokasi geografis pelaku pasar
2. 
Variabel lainnya seperti: umur, jenis kelamin, status perkawinan, komposisi
keluarga,
tingkat     pendapatan,    
level     pendidikan,     pekerjaan     dan
kewarganegaraan.
3.   Tipe pelanggan berdasarkan produk tertentu seperti: manfaat yang didapat dan
metode pembelian yang dipilih.
2.6
Indikator Kinerja Pemasaran
Teori market
share digunakan untuk mengukur keefektifan dan keefisienan
strategi marketing mix yang dilaksanakan oleh perusahaan. Dasar pemikiran daripada
teori 
market 
share 
ini 
adalah 
total 
pengeluaran 
marketing 
effort 
perusahaan
seharusnya sebanding dengan total pengeluaran industri tersebut. Apabila perusahaan
mengeluarkan
50%
dari
total
pengeluaran
industri,
maka seharusnya market share
perusahaan adalah 50%.
  
34
Marketing effort, untuk tujuan teori market share, diukur dengan jumlah uang yang
dikeluarkan
dalam
marketing budget,
termasuk di
dalamnya
budget
untuk promosi,
iklan,
tenaga
penjual,
kualitas
produk,
pelatihan
konsumen,
servis
dan channel
support.
Tetapi
kemungkinan
terjadi
persentase
pengeluaran marketing effort
perusahaan   tidak   sebanding   dengan   market  share   sebenarnya.   Hal   tersebut
disebabkan karena
iklan
yang diluncurkan perusahaan
tidak seefektif rata-rata
iklan
perusahaan
lain
di
dalam industri
tersebut.
Walaupun
keefektifan
marketing
kebanyakan diukur dari
faktor periklanan,
tetapi keseluruhan
faktor marketing
mix
dan keefektifan setiap faktor-faktor tersebut juga tidak bisa diabaikan.
Framework 
tersebut  juga  dapat  dikembangkan  berdasarkan  letak
geografisnya, efek dari marketing
effort
sebelumnya dan tingkat elastisitas harga
industri tersebut.
2.7  Dampak  Komponen  Marketing  Yang  Berlawanan  Pada
Indikator Pemasaran
Beberapa
hal
pokok
mengenai
dampak
unsur
marketing
mix
yang
berlainan
pada market
share
diuraikan oleh (Buzzell dan Wiersema, hal 135-144). Mereka
menyusun itu didasarkan atas PIMS (Profit
Impact
of
Management
Strategies).
Perusahaan yang meraih tambahan market share yang tinggi pada umumnya mampu
mengalahkan para pesaingnya dalam tiga bidang: produk baru, kualitas produk dan
biaya pemasaran:
  
35
1.
Pada
umumnya
perusahaan-perusahaan
yang
berhasil
menaikkan market
sharenya
mengembangkan dan menambah produk baru yang lebih banyak
dalam lininya.
2. 
Dibandingkan dengan perusahaan yang kualitas produknya tetap atau turun,
maka   perusahaan   yang   selalu   meningkatkan   kualitas   produknya   bisa
menikmati kenaikan pangsa pasar yang lebih banyak.
3. Perusahaan dengan kenaikan pangsa pasar yang tinggi ialah perusahaan yang
laju biaya pemasarannya lebih cepat daripada laju pertumbuhan pasar.
Peningkatan biaya untuk tenaga penjual ternyata sangat efektif baik untuk
produk konsumsi maupun produk industri, Peningkatan pengeluaran untuk
iklan  adalah 
lebih 
efektif  terutama 
untuk 
produk 
konsumsi, 
sedangkan
promosi
dapat
efektif
untuk segala
jenis
perusahaan
dalam upayanya
untuk
meningkatkan pangsa pasar.
4.
Tidak seperti
yang
diperkirakan
orang,
perusahaan
yang
menurunkan
harga
jualnya lebih banyak daripada pesaingnya, ternyata tidak banyak memperoleh
tambahan
market
share.
Mungkin
ini
disebabkan
oleh
sebagian perusahaan
lain
menawarkan penurunan
harga juga atau
menawarkan
hal
lain, sehingga
pembeli tidak banyak beralih ke produk yang turun harganya tersebut.
Penelitian diatas tidak menyelidiki lebih lanjut apakah tambahan pangsa pasar
tersebut 
sebanding 
dengan 
biaya 
yang 
telah 
dikeluarkan. 
Dalam 
penyusunan
marketing strategi, perlu diadakan penelitian untuk menganalisis keadaan pasar yang
terbaru. Dengan adanya penelitian tersebut, maka akan diketahui faktor-faktor
marketing  mix 
apa 
saja  yang 
perlu  diubah  ataupun 
dipertahankan 
untuk
  
36
meningkatkan 
market 
share 
GMK. 
Beberapa  perusahaan 
mampu 
"membeli"
market share yanglebih besar,
namun
yang menjadi
masalah
adalah apakah
hal itu
menghasilkan laba yang lebih besar pula, cepat ataupun lambat.
2.8    Hipotesis Penelitian
Metode statistik inferensial non parametris adalah teknik yang digunakan untuk
menganalisa
data sampel dan hasilnya
diberlakukan untuk populasi. Statistik diatas
disebut juga sebagai statistik probabilitas karena kesimpulan yang diberlakukan untuk
populasi
berdasarkan
data
sampel
itu
kebenarannya bersifat peluang. Statistik ini
cocok   digunakan   bila   sampel   diambil   dari   populasi   yang   jelas   dan   teknik
pengambilan sampel dari
populasi
itu
dilakukan secara
random
(Sugiyono, 2001).
Suatu kesimpulan
dari
kebenaran data sampel itu yang diberlakukan untuk
populasi   mempunyai   peluang   kesalahan   dan   kebenaran   (kepercayaan)   yang
dinyatakan
dalam bentuk
prosentase.
Bila
peluang
kesalahan
5%
maka
taraf
kepercayaan  95%,  sedangkan  bila  kesalahan  1%  maka  taraf  kepercayaan  99%.
Peluang
kesalahan
dan
kepercayaan
disebut sebagai taraf signifikansi yaitu
kemampuan untuk mengeneralisasi tingkat kesalahan tertentu. Pengujian taraf
signifikasi dari hasil analisis akan lebih praktis bila didasarkan pada tabel sesuai
dengan teknik analisis yang digunakan (Sugiyono, 2001). Bentuk hipotesis yang
digunakan adalah hipotesis asosiatif / korelasi (hubungan) yang mana akan disoroti
dua aspek untuk menganalisis korelasi, apakah data sampel yang ada menyediakan
bukti cukup bahwa ada kaitan antara variabel- variabel dalam populasi asal sample.
  
37
H
0
1
=
Sikap
kelompok
konsumen
yang
berpenghasilan
tinggi
dalam menghadapi
kondisi tidak tersedianya furniture pilihan mereka (out of stock) tidak berbeda
dengan sikap kelompok konsumen yang berpenghasilan rendah.
H
a
1
=
Sikap
kelompok
konsumen
yang
berpenghasilan
tinggi
dalam menghadapi
kondisi
tidak
tersedianya
furniture
pilihan
mereka
(out of stock) berbeda
dengan sikap kelompok konsumen yang berpenghasilan rendah.
H
0
2 = Besarnya anggaran belanja furniture kelompok konsumen yang berpenghasilan
tinggi tidak berbeda dengan besarnya anggaran belanja furniture kelompok
konsumen yang berpenghasilan rendah.
H
a
2 = Besarnya anggaran belanja furniture kelompok konsumen yang berpenghasilan
berbeda  dengan  besarnya  anggaran  belanja  furniture  kelompok  konsumen
yang berpenghasilan rendah.
H
0
2
=
Jangka waktu pengantian furniture kelompok konsumen yang berpenghasilan
tinggi tidak berbeda dengan jangka waktu pengantian furniture furniture
kelompok konsumen yang berpenghasilan rendah.
H
a
3 = Jangka
waktu pengantian
furniture kelompok konsumen
yang berpenghasilan
tinggi berbeda dengan jangka waktu pengantian furniture furniture kelompok
konsumen yang berpenghasilan rendah.