6
BAB II LANDASAN
TEORI
2.1    Pengertian  
dan  
Tujuan  
Manajemen  
Produksi  
dan
Operasi
Sebelum membahas
mengenai
pengertian
manajemen
produksi
dan
operasi,
terlebih dahulu perlu diketahui bahwa manajemen produksi tidak terlepas dari
pengertian  “manajemen”,  “produksi”  dan  operasi”,  dimana  masing-masing
pengertian
tersebut
tidak
bisa
dipisahkan satu dengan yang lainnya. Adapun
pengertian manajemen menurut Sofjan Assauri adalah sebagai berikut :
“Manajemen adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan
dengan menggunakan atau mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain..”
(Assauri, 1993 : 16)
Sedangkan  pengertian  manajemen  menurut  James  A.  F.  Stoner  adalah  sebagai
berikut:
Management is the process of planning, organizing, leading, and controlling
the
efforts
of
organization
members
and of using all other organizational
resources to achieve stated organizational goals.
(Stoner, 1995 : 7)
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengendalian
upaya
anggota
organisasi
dan proses penggunaan sumber daya
organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
  
7
Dari definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
manajemen
merupakan
suatu usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan
sumber daya perusahaan yang tersedia.
Menurut  Sofjan  Assauri,  definisi  produksi  dan  operasi  diartikan  sebagai
berikut:
Produksi
dan
operasi
dalam ekonomi
adalah
merupakan
kegiatan
yang
berhubungan dengan usaha untuk menciptakan dan menambah kegunaan atau
utilitas suatu barang atau jasa.
(Assauri, 1993 : 16)
Berdasarkan  definisi  diatas  dapat 
ditarik  kesimpulan  bahwa  produksi
merupakan
suatu kegiatan
untuk
menambah kegunaan
dari
suatu
barang
dan jasa
dengan menggunakan faktor-faktor produksi.
Selanjutnya,
pengertian
manajemen
produksi menurut Agus Ahyari adalah
sebagai berikut :
Manajemen produksi merupakan proses kegiatan untuk mengadakan
perencanaan,
pengorganisasian,   
pengarahan,   
pengkoordinasian   
serta
pengawasan dari produksi dan proses produksi.
(Ahyari, 1992 : 45)
Berdasarkan
definisi
diatas
dapat disimpulkan
bahwa
manajemen
produksi
merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan barang atau
jasa dengan proses yang terkoordinasi dan teratur yang sesuai dengan prinsip-prinsip
manajemen.
Dalam manajemen
produksi
perlu
dibuat
keputusan-keputusan
yang
berhubungan dengan usaha-usaha untuk mencapai tujuan agar barang atau jasa yang
dihasilkan sesuai dengan apa yang diharapkan baik mengenai kualitas, kuantitas dan
  
8
waktu yang direncanakan dengan biaya yang dikeluarkan seminimum mungkin serta
dapat melayani kepuasan konsumen.
Menurut
Hani
Handoko,
manajemen
produksi
dan
operasi
mempunyai
empat
tujuan utama, yaitu :
1.   Biaya
Biaya merupakan hal yang penting dalam melaksanakan operasi-operasi; dan
secara kasar dapat disamakan dengan efisiensi. Bila biaya-biaya untuk suatu
keputusan dinilai, semua biaya relevan harus dimasukkan. Konsep biaya
relevan menyatakan bahwa biaya-biaya yang bervariasi dengan keputusan-
keputusan. Biaya-biaya yang tidak dipengaruhi oleh keputusan dapat
diabaikan.
2.   Kualitas
Yang dimaksud dengan kualitas disini, berkaitan dengan kualitas produk atau
jasa yang dihasilkan oleh operasi-operasi. Tujuan ini dipengaruhi oleh disain
produk 
maupun 
cara 
produk 
dibuat 
dalam 
operasi-operasi.  Sebaliknya,
kualitas dipengaruhi serangkaian keputusan operasi, yang mencakup
keputusan-keputusan
tentang
produk,
proses, tenaga kerja dan pendekatan
yang diambil untuk pengawasan kualitas.
3.   Dependability
Dependability sebagai suatu tujuan menyangkut dapat diandalkannya suplai
barang atau jasa.
Dalam operasi-operasi, dependability dapat diukur dengan
persentase kekurangan bahan, persentase pemenuhan janji-janji pengiriman,
dan kriteria lainnya. Dependability juga dipengaruhi berbagai keputusan yang
dibuat dalam operasi-operasi,
mulai dari keputusan-keputusan desain proses,
scheduling sampai persediaan.
4.   Fleksibilitas
Fleksibilitas menyangkut kemampuan operasi-operasi untuk membuat
perubahan-perubahan
dalam
desain
produk
atau
dalam
kapasitas
produksi,
dan  sebagainya,  untuk  menyesuaikan  diri  terhadap  perubahan-perubahan
yang terjadi. Fleksibilitas dapat diukur dengan jumlah waktu yang dibutuhkan
untuk mengubah desain produk atau mengubah tingkat kapasitas produksi.
(Hani Handoko, 1995 : 26)
2.2
Pengertian Mutu
Pengertian
mutu
dapat
berbeda-beda
tergantung
dari
kalimat
dimana
istilah
mutu ini dipakai dan tergantung dari orang yang mempergunakannya.
  
9
Pengertian mutu menurut Sofjan Assauri adalah sebagai berikut :
Mutu diartikan
sebagai
faktor-faktor
yang
terdapat dalam suatu barang atau
hasil  yang  menyebabkan  barang  atau  hasil  tersebut  sesuai  dengan  tujuan
untuk apa barang atau hasil itu dimaksudkan atau dibutuhkan.
(Assauri, 1993 : 267)
Pengertian ini mengandung arti bahwa semua produk diciptakan untuk
memenuhi tujuan tertentu dan agar produk itu dapat dipergunakan untuk mencapai
tujuan tersebut, maka produk itu harus mempunyai faktor-faktor tertentu yang
terkandung didalamnya. Suatu barang dikatakan bermutu baik, kurang, atau buruk
berdasarkan
kriteria-kriteria
yang
terkandung
dalam barang
tersebut
sesuai
dengan
tujuan untuk apa barang tersebut dihasilkan.
Pengertian 
mutu 
menurut  Bambang 
H.  Hadiwiardjo  dan  Sulistijarningsih
Wibisono adalah :
Mutu sebagaimana diintepretasikan oleh ISO 9000, merupakan perpaduan
antara sifat-sifat dan karakteristik yang menentukan sampai seberapa jauh
keluaran dapat memenuhi kebutuhan pembeli.
(Hadiwiardjo & Wibisono, 1996 : 17)
Pengertian ini mengandung arti bahwa pembeli yang menentukan sifat-sifat dan
karakteristik apa yang diperlukan dalam suatu produk. Pembeli yang menilai sampai
seberapa   jauh   sifat-sifat   dan   karakteristik   produk   memenuhi   kebutuhannya.
Walaupun produsen telah menghasilkan produk yang menurut pendapatnya sudah
memenuhi tujuan yang diharapkan dari produk tersebut, akan tetapi pembeli dan
konsumenlah yang sebenarnya yang menentukan sebagai pemakai produk tersebut,
serta
mengetahui
apakah
produk
tersebut sudah dapat memenuhi keinginan yang
diharapkannya.
Dengan
demikian
produsen tidak
dapat
menentukan
begitu
saja
bagaimana
mutu
produk
yang
akan dihasilkannya
tanpa
harus
mempertimbangkan
  
10
kebutuhan konsumen. Apabila tidak terdapat kesesuaian antara mutu produk dengan
yang diinginkan oleh konsumen, maka konsumen atau pembeli akan lari ke produk
merek lain di pasar.
Menurut Robert N. Anthony, John Dearden dan Vijay Govindarajan, mutu
produk dapat diartikan menjadi dua, yaitu :
Product quality can mean two things: design quality or conformance quality.
Design quality refers
to
the
inherent
value to the customers. Conformance
quality
refers   to   adherence   to   specifications;   if   a   product   meets
specifications, it is a quality product.
(Anthony, Dearden & Govindarajan, 1992 : 509)
Design
quality menunjukkan
bahwa
suatu
produk
dikatakan
lebih
berkualitas
daripada produk lainnya berdasarkan desain produk yang diminati konsumen.
Conformance
quality mengacu
pada
dipenuhinya
spesifikasi
produk
secara
tepat.
Semakin
spesifik
suatu produk,
produk
tersebut
dikatakan
semakin
bermutu.
Suatu
produk
yang
tidak
memiliki conformance
quality dikatakan sebagai produk yang
bermutu rendah.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa mutu
merupakan
faktor,
sifat,
dan
karakteristik penting dari suatu produk yang
mencerminkan
fungsi
suatu
produk.
Faktor-faktor, sifat-sifat, dan karakteristik
tersebut
ditentukan
dan
dinilai sendiri
oleh konsumen. Mutu produk sendiri dapat
dibedakan menjadi dua yaitu design quality dan conformance quality.
  
11
2.3
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Produk
Menurut
A.
V.
Feigenbaum,
mutu
suatu
produk
dipengaruhi
oleh
beberapa
faktor penentu, yaitu :
The quality of product and services is directly influenced in nine basic areas,
or what might be taught of as the 9 M’s : markets, money, management, men,
motivation, materials, machines and mechanizations, modern information
methods, and mounting product requirement.
(Feigenbaum, 1991 : 59)
1.   Markets (Pasar)
Pasar
memegang
peranan
penting
dalam
menentukan
mutu
produk.
Keinginan
dan
kebutuhan
konsumen
harus
diperhatikan oleh perusahaan untuk dijadikan
dasar dalam mengembangkan produk-produk baru.
2.   Money (Uang)
Tersedianya
dana
untuk
membeli
atau mengadakan bahan baku, peralatan
produksi,
mesin-mesin
pabrik,
dan
kebutuhan-kebutuhan proses produksinya
lainnya sangat berpengaruh pada mutu produk yang akan dihasilkan. Perusahaan
menghendaki agar beban operasi dan biaya modal tersebut dapat ditutupi dengan
dihasilkannya produk yang bermutu yang dapat meningkatkan penjualan.
3.   Management (manajemen)
Mutu produk dipengaruhi oleh seluruh divisi dan personil dalam perusahaan. Jadi
yang bertanggung
jawab atas
mutu produk bukan hanya bagian produksi, tetapi
ditentukan
oleh
kerjasama
yang
baik
dan terkoordinasi dari seluruh jajaran
perusahaan.
  
12
4.   Men (manusia)
Pekerja-pekerja dengan
pengetahuan
dan ketrampilan khusus sangat diperlukan
dalam menghasilkan
produk
yang
bermutu.
Hal
ini
disebabkan
adanya
pertumbuhan
dan
perkembangan
yang
pesat
dalam ilmu
pengetahuan
dan
teknologi. Setiap pekerja yang bertugas menjalankan dan mengawasi proses
produksi sebaiknya dibekali ilmu dan pengalaman yang sesuai.
5.   Motivation (motivasi)
Setiap pekerja harus dimotivasi untuk menghasilkan produk yang bermutu sesuai
standar yang telah ditetapkan. Motivasi tersebut dapat berupa suatu pengakuan
bahwa tujuan perusahaan dapat tercapai berkat sumbangan para pekerja. Dengan
adanya
pemberian
motivasi
ini,
para
pekerja
diharapakan
dapat
dibimbing
ke
arah kesadaran untuk meningkatkan mutu.
6.   Materials (Bahan Baku)
Mutu bahan baku yang digunakan akan menentukan kelancaran proses produksi
dan menentukan mutu barang jadi yang dihasilkan.
7.   Machines and Mechanizations (Mesin dan Mekanisasi)
Mutu produk ditemukan pula oleh mesin-mesin dan peralatan pabrik yang
digunakan. Walaupun mutu bahan baku baik, bila mesin yang digunakan tidak
memenuhi standar, rusak atau tidak tepat penggunaannya, maka produk yang
dihasilkan akan tidak sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan.
8.   Modern Informations Methods (Metode Informasi Modern)
Metode
pemrosesan
data
yang
modern
termasuk
dalam pengumpulan,
penyimpanan, pengolahan dan penyajian data yang terkomputerisasi. Hal ini akan
  
13
menentukan mutu produk karena informasi yang tersedia akan lebih bermanfaat,
akurat,
tepat
waktu
dan
dapat
digunakan untuk memproduksi dan mengambil
keputusan.
9.   Mounting Product Requirement (Persyaratan Proses Produksi)
Persyaratan proses produksi dewasa ini lebih ditekankan pada pentingnya
keamanan   dan   keterandalan   produk,   yaitu   diusahakan   agar   produk   yang
dihasilkan aman dikonsumsi oleh pemakai dan tidak merusak lingkungan. Suatu
perusahaan
dalam melangsungkan
proses
produksi
harus
berpedoman
pada
persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh pemerintah, asosiasi, perusahaan,
dan masyarakat (lembaga konsumen).
2.4
Kepuasan Pelanggan
Teori kepuasan pelanggan menurut Maslow (Kotler 1997 : 164) dan teori
Herzberg (Kotler 1997 : 164). Customer satisfaction (kepuasan pelanggan)
menurut
Kotler (1997 : 36) adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari
perbandingan antara kesannya terhadap kinerja atau hasil
suatu produk dan
harapannya. Kotler (1997 : 38) mengajukan beberapa cara untuk melacak dan
mengetahui tingkat kepuasan konsumen yaitu :
?
Complaint & Suggestion Systems (Sistem keluhan dan saran)
Memfokuskan kepada para konsumen untuk memberikan saran, pendapat dan
keluhan mereka. Sarana yang digunakan dapat berupa e-mail.
  
14
?
Customer Satisfaction Surveys (Survei kepuasan pelanggan)
Dimaksudkan  untuk  memperoleh  tingkat  kepuasan  konsumen  secara
langsung dengan melakukan survey berkala. Caranya dapat dilakukan dengan
jalan
menyebarkan
kuisioner
atau
bisa juga menelepon konsumen yang
diambil secara acak dan menanyakan apakah mereka sangat tidak puas, tidak
puas,
puas
atau
sangat
puas
dengan
berbagai aspek kinerja yang telah
diberikan oleh produsen.
?
Ghost Shipping (Belanja siluman)
Menyuruh
orang-orang
sendiri
untuk
bertindak sebagai seorang pengguna
yang
potensial
dan
kemudian
melaporkan
hasil
temuan
mereka
mengenai
mutu pelayanan perusahaan.
Menurut  Kotler  (1997  :  153)  faktor-faktor  yang  mempengaruhi  seorang
pengguna melakukan tindakan (personal factors) dipengaruhi oleh :
a.   Faktor budaya
Dipengaruhi oleh penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar.
Biasanya sangat dipengaruhi keinginannya untuk mencoba tentang produk.
b.   Faktor sosial
Sangat dipengaruhi oleh keluarga, peran, dan status.
c.   Faktor pribadi
Dipengaruhi oleh pendidikan, keadaan ekonomi dan gaya hidup.
d.   Faktor psikologis
Dipengaruhi motivasi, persepsi, pengetahuan dan keyakinan.
  
15
2.5
Kualitas Layanan
Berry, Parasuraman dan Zeithmal (Mcleod 1996 : 101) menyatakan bahwa
untuk mewujudkan rasa puas bagi pemakai layanan produk dapat dinyatakan dalam
lima dimensi kualitas jasa sebagai berikut :
a.   Tangible
Berhubungan dengan sarana yang mendukung tampilan produk seperti bentuk
dan desain dari package produk tersebut.
b.   Reliability
Berhubungan dengan
informasi
yang diberikan
dapat diandalkan
dalam arti
informasinya sesuai dengan kenyataannya.
c.   Responsiveness
Berhubungan
dengan
waktu
respon
keluhan
dari
konsumen
dalam arti
konsumen 
memberikan  keluhan 
melalui  e-mail  yang  terdapat  di  dalam
produk lalu produsen dengan cepat merespon masukan yang diberikan.
d.   Assurance
Berhubungan dengan
jaminan yang diberikan perusahaan kepada konsumen
setelah memberikan kritik yang mencakup tidak memberitahukan nama
konsumen kepada pihak lain.
e.   Empathy
Kepedulian dan perhatian yang diberikan kepada konsumen secara individual,
misalnya keluhan dari konsumen ditanggapi dengan tepat dan cepat.
  
16
Reliability
Responsiveness
ServQual
Situationsl
factors
Assurance
Customer
Satisfaction
Empathy
Product
Quality
Personal factors
Tangible
Gambar  2.1  Model  Kepuasan  pelanggan  dipengaruhi  oleh  kualitas  (layanan  dan
produk) dan faktor eksternal (situational dan personal).
Gambar diatas menunjukkan bahwa kepuasan konsumen sangat terkait erat
dengan kualitas yaitu kualitas layanan dan kualitas produk serta faktor eksternal yaitu
faktor situasi dan faktor personal. Kedua faktor kualitas tersebut yang mendorong
terjadinya customer satisfaction yang juga bisa dipengaruhi oleh faktor eksternal.
Menurut Kotler (1997 : 49) yang mendefinisikan kualitas sebagai keseluruhan
ciri serta sifat dari suatu produk dan pelayanan yang berpengaruh pada
kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang tersirat.
Parasuraman, Zeithmal and Berry (Mcleod 1997 : 92) mengidentifikasikan
lima kesenjangan yang mengakibatkan kegagalan penyampaian jasa yaitu :
a.   Kesenjangan antara harapan konsumen dan persepsi manajemen.
  
17
Manajemen perusahaan tidak selalu memahami
secara tepat apa yang
diinginkan konsumen.
b.   Kesenjangan antara persepsi manajemen dan spesifikasi kualitas jasa.
Manajemen  mungkin  memahami  secara  tepat  keinginan  konsumen  tetapi
tidak menetapkan suatu standar kinerja spesifik, berhubungan dengan kualitas
jasa.
c.   Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa.
Para personil yang membuat produk mungkin kurang terlatih atau tidak
mampu memenuhi standar.
d.   Kesenjangan antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal.
Harapan konsumen dipengaruhi oleh kualitas produk, sehingga
ketidaksesuaian antara kualitas produk dengan kenyataan yang terjadi pada
perusahaan tersebut.
e.   Kesenjangan antara jasa yang dialami dan jasa yang diharapkan.
Ini terjadi bila konsumen mengharapkan jasa yang diterima dari produk
berbeda dengan kenyataan yang diterimanya.
ServQual model dapat dibagi menjadi dua menurut pengguna dan pemasar
dalam hal ini perusahaan. Pengguna dalam menggunakan produk sangat dipengaruhi
oleh komunikasi dari mouth-to-mouth, kebutuhan pribadi atau pengalaman masa lalu
pengguna. Setelah pengguna dipengaruhi faktor tersebut, barulah mengharapkan jasa
produk. Pengguna mempersepsikan jasa produk dengan jalan menyamakan pola pikir
fungsi dasar jasa produk.
  
18
Sedangkan menurut sudut pandang perusahaan, pada awalnya harus ada
persamaan persepsi antara manajemen perusahaan dengan konsumen, setelah itu
adanya   penerjemahan   persepsi   menjadi   spesifikasi   kualitas   jasa.   Komunikasi
eksternal
dilakukan
untuk
menyakinkan
pengguna
bahwa
informasi
dalam produk
sesuai dengan kenyataan yang
terjadi pada perusahaan dan produk yang dihasilkan
bermanfaat
bagi
pengguna.
Lalu
konsumen terpengaruh dengan produk yang
dihasilkan, sehingga penyampaian jasa produk kepada konsumen dapat terlaksana.
Kualitas produk mencakup segala yang berhubungan dengan produk yang
dihasilkan yaitu isi produk, tampilan package produk. Dimensi-dimensi kualitas
produk menurut Garvin (Mcleod 1996 : 99) yaitu :
a.   Kinerja
Berhubungan
dengan
seberapa
baik suatu
produk
dapat
memuaskan
penggunanya.
b.   Keindahan
Berhubungan dengan keindahan tampilan package dari produk yang
dihasilkan.
c.   Features (ciri-ciri dari produk)
Berhubungan dengan peningkatan fungsi dasar produk.
d.   Kemudahan up dated
Berhubungan   dengan   kemudahan   bila   produk   yang   dihasilkan   ingin
dilakukan perubahan oleh perusahaan sehingga dapat memberikan nilai
tambah bagi produk tersebut.
  
19