BAB II DASAR
TEORI
2.1.
Manajemen Pengetahuan
Manajemen  pengetahuan 
sebenarnya 
sudah 
diterapkan 
sejak 
ratusan
tahuan  lampau  (Hansen,  1999).  Dahulu  orang-orang  yang  memiliki  keahlian
dalam suatu
bidang
akan
menurunkan
keahlian
dan
kebijakannya
pada
keturunannya
aatau
generasi
penerusnya. Sebagai contoh penurunan keahlian
seperti  berdagang,  membuat  barang  kerajinan,  membuat  obat  dan 
lain-lain.
Jumlah pengetahuan yang ada pada saat itu relative dan perkembangannyapun
tidak terlalu cepat. Penyebaran pengetahuan juga terbatas pada lingkup yang lebih
kecil.
Pada era sekarang ini perkembangan data, informasi dan pengetahuan
relatif sangat
pesat,
hal
ini
dapat
dilihat
pada
penemuan-penemuan
baru
yang
semakin
banyak
dan
cepat.
Penyebarannyapun juga semakin luas. Situasi ini
membuat pengelolaan pengetahuan semakin sulit, korapleks dan mahal untuk
dilakukan dengan cara-cara tradisional atau manual.
Perkembangan   teknologi   informasi,   khususnya   dari   segi   jaringan,
kapasitas 
penyimpanan, 
kecepatan 
dan 
aplikasi 
groupware,
turut 
berperan
didalam membangkitkan
kembali
istilah
manajemen
pengetahuan.
Teknologi
informasi  dapat  membantu  pengelolaan  pengetahuan  dalam  suatu  organisasi
7
  
8
menjadi lebih mudah, murah dan cepat. Peran teknologi informasi tersebut dapat
diterapkan pada setiap proses manajemen pengetahuan.
Komponen Budaya Sosial Organisasi
Sistem Manajemen
Pengetahuan
Komponen Teknologi
Gambar 2.1. Komponen sistem manajemen pengetahuan
Sistem
manajemen
pengetahuan
dalam organisasi
merupakan perpaduan
antara
komponen
budaya
sosial
organisasi dengan komponen teknologi (lihat
gambar 2.1). Komponen budaya sosial organisasi menyediakan suatu kondisi atau
budaya yang mendukung manajemen pengetahuan, seperti budaya saling percaya,
berbagi
pengetahuan
atau
pemberdayaan (empowerment).
Komponen teknologi
menyediakan alat bantu yang dapat membantu mempermudah dan mempercepat
proses yang ada pada sistem manajemen pengetahuan.
Sebelum memahami
definisi
dari
pengetahuan,
ada
baiknya
diperjelas
terlebih dahulu perbedaan pengertian antara data, informasi, dan pengetahuan.
Konsep dari pengetahuan, informasi dan data mempunyai hubungan yang cukup
dekat. Walaupun berbeda, ke tiga konsep abstrak ini sering cukup
membingungkan.
Untuk kepentingan
study
ini, ketiga konsep tersebut menurut
Thomas Davenport dan Laurence Prusak (1998) didefinisikan sebagai berikut :
  
9
Data
merupakan
penyebar
pengetahuan
dan
informasi,
yang
artinya
adalah
data sebagai sarana yang memungkinkan pengetahuan dan informasi dapat
disimpan dan ditransfer. Dalam hal ini sepotong data hanya akan menjadikan
informasi atau pengetahuan ketika ia ditafsirkan oleh si penerima. Dalam hal
yang sama juga, informasi dan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang
hanya
dapat
dikomunikasikan
kepada orang lain sesudah informasi dan
pengetahuan tersebut diubah dan dijadikan sebagai data.
Informasi
lebih
bersifat
menjelaskan,
ia berhubungan dengan
masa
lalu
dan
sekarang, pengetahuan lebih nyata dalam meramalkan masa yang akan datang
dengan tingkat kepastian yang berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang.
Pengetahuan
dalam
konteks
ini
juga
merupakan
suatu
konsep
yang
susah
dipahami, adapun pengetahuan adalah merupakan suatu campuran aliran dari
pengetahuan, nilai-nilai, informasi yang relevan dan pengetahuan pakar yang
menyediakan sebuah kerangka untuk mengevaluasi dan menggabungkan
pengalaman-pengalaman baru dan informasi. Dalam organisasi, pengetahuan
tidak
saja  
hanya   berbentuk   dokumen-dokumen   atau  
sebagai  
tempat
penyimpanan data saja tetapi juga berupa rutinitas organisasi, proses-proses,
penerapan-penerapan, dan norma-normanya.
Berdasarkan  bentuknya  pengetahuan  dapat  dibedakan  atas  2 
macam
(Marquardt, 1996), antara lain :
  
10
a.   Pengetahuan tacit, yaitu pengetahuan yang dimiliki oleh setiap orang
yang tersimpan dalam ingatannya dan sulit untuk diekspresikan
b.   Pengetahuan  explicit,
yaitu  pengetahuan  yang  ada  dalam  bentuk
formal, sistematik dan mudah untuk diekspresikan. Sebagai contoh
dokumen standar prosedur pekerjaan.
2.2.
Kerangka Kerja Manajemen Pengetahuan
Kerangka
kerja
(framework) manajemen
pengetahuan
memuat
beberapa
proses
atau
sub-sistem yang
diperlukan
oleh
sistem manajemen.
Salah
satu
kerangka
manajemen pengetahuan
yang
akan
digunakan
dalam tesis
ini
adalah
kerangka kerja yang dikembangkan oleh Marquardt (1996). Dalam kerangka kerja
tersebut memuat 4 proses utama yang ada dalam sistem manajemen pengetahuan
(lihat gambar 2.1), yaitu:
1.   Memperoleh pengetahuan (knowledge acquisition)
2.   Menghasilkan pengetahuan (knowledge creation)
3.   Penyimpanan pengetahuan (knowledge storage)
4.   Penyebaran dan pemanfaatan pengetahuan (knowledge transfer and
utilization)
  
11
Komponen Budaya Sosial Organisasi
Sistem Manajemen Pengetahuan
Memperoleh
Menghasilkan
Pengetahuan
Penyebaran &
pemanfaatan
Penyimpanan
Komponen Teknologi
Gambar 2.2. Kerangka kerja manajemen pengetahuan
Kerangka kerja tersebut berada pada perpaduan dan komponen pendukung
sistem   manajemen   pengetahuan,   yaitu   komponen   budaya   organisasi   dan
komponen teknologi. Kedua komponen
tersebut merupakan faktor penting yang
sangat menentukan keberhasilan dari penerapan sistem manajemen pengetahuan.
2.3.
Memperoleh Pengetahuan
Identifikasi kebutuhan akan pengetahuan merupakan langkah awal dari
proses
memperoleh
pengetahuan.
Dalam
tahap
ini
ditentukan
pengetahuan
apa
saja yang dapat memberikan nilai tambah bagi pekerjaan atau aktifitas bisnis dan
membantu pencapaian sasaran organisasi.
Setelah  pengetahuan  yang  dibutuhkan  telah  teridentifikasi,  maka
dilakukan tahap selanjutnya yaitu menentukan dimana pengetahuan tersebut dapat
  
12
diperoleh. Sumber untuk
memperoleh pengetahuan bagi organisasi dapat dibagi
atas 2 sumber utama, yaitu :
1.   Sumber eksternal
Sumber pengetahuan dari eksternal atau luar organisasi. Untuk
memperoleh pengetahuan yang bersumber dari eksternal organisasi
dapat dilakukan cara-cara seperti :
-
Melalukan studi banding (benchmark) dengan perusahaan lainnya
-
Mengikuti kegiatan workshop, konferensi atau seminar
-
Mengamati  perkembangan  ekonomi,  sosial,  politik,  budaya  dan
teknologi
-
Membaca, 
mendengarkan 
atau 
melihat 
berita 
di  surat  kabar,
majalah, radio, televisi atau internet.
-
Mempekerjakan konsultan
2.   Sumber internal
Sumber
pengetahuan
dari
internal
atau
dalam organisasi
pengetahuan tersebut dapat diperoleh dari :
-
Pengetahuan yang dimiliki karyawan-karyawan dalam perusahaan
-
Pengalaman
-
Penerapan proses perbaikan terus-menerus
-
Kebijakan perusahaan,
standard pelaksanaan pekerjaan, dokumen
kerja
  
13
Ada
tiga
strategi
yang
dapat
digunakan
untuk
memperoleh
pengetahuan (Tobin, 1996) yaitu :
1.   Membeli (buy) pengetahuan
2.   Menyewa (rent) pengetahuan
3.   Mengembangkan (develop) pengetahuan.
Ketiga strategi tersebut dapat dikombinasikan.
Ringkasan dari ketiga strategi
ini
dapat dilihat pada table 2.1.
Dua poin penting yan harus diperhatikan berhubungan dengan proses
mendapatkan pengetahuan adalah (Marquandt,1996, p.133) :
1.   Fakta
bahwa
tidak ada hubungan satu-satu
antara apa yang
terjadi
dan
apa
yang dikumpulkan informasi, apakah bersumber dari ekstenal dan internal
perlu dilakukan penyaringan persepsi (dibentuk dari norma-norma, nilai-nilai
dan prosedur-prosedur organisasi) sehingga mempengaruhi informasi apa yan
akan didengar dan diterima.
Tabel 2.1 Strategi-strategi memperoleh pengetahuan (Tobin, 1996, p. 142)
Strategi
Metoda – metoda
Membeli
   
Mempekerjakan
orang
yang
sudah
memiliki
pengetahuan atau keahlian
yang dibutuhkan
   
Membentuk
hubungan
dengan
organisasi
yang
telah
memiliki
pengetahuan atau keahlian yang dibutuhkan
   
Outsource  suatu
fungsi  kepada 
organisasi 
lain 
yang  telah 
memiliki
pengetahuan atau keahlian yang dibutuhkan
  
14
Menyewa
   
Mempekerjakan konsultan
   
Mendapatkan  asistensi  dari  pelanggan,  pemasok,  institusi  pendidikan,
atau asosiasi professional yang telah memiliki pengetahuan atau keahlian
yang dibutuhkan
   
Mensubkontrakkan pekerjaan kepada organisasi yang telah dibutuhkan
Mengembangkan
   
Mengirim karyawan mengikuti pelatihan diluar perusahaan
   
Mengembangkan dan mengadakan program pelatihan dan pendidikan in-
house
   
Mempekerjakan pengajar dari luar untuk melakukan pelatihan in-house
   
Menyebarkan  pengetahuan  dan  ketrampilan  yang  telah  dimiliki  oleh
perusahaan
2.
Mendapatkan  pengetahuan  tidak  selalu  disengaja;  banyak  terjadi  secara  tidak
sengaja atau hasil dari aksi-aksi yang dilakukan organisasi. Organisasi
pembelajar membangun lebih pada mendapatkan pengetahuan secara
disengaja.
2.4.
Menghasilkan pengetahuan
Proses menghasilkan pengetahuan cenderung lebih bersifat generatif
dibandingkan dengan proses memperoleh pengetahuan yang lebih bersifat adaftif.
Proses menghasilkan pengetahuan adalah proses pembentukan pengetahuan baru
yang dapat dilakukan setiap individu dalam organisasi dalam bentuk saran-saran,
perbaikan
kinerja,
pemecahan
masalah
atau
pengalaman
didalam melakukan
pekerjaan.
  
15
Nonaka, bapak pengetahuan
Jepang, telah mengidentifikasi 4 pola untuk
menggambarkan
cara
dimana
pengetahuan
tacit
dan explicit berinteraksi
membentuk 
atau 
menambah 
pengetahuan 
suatu 
organisasi. 
Ke-empat 
pola
tersebut antara lain (Marquardt, 1996,p.133-134) :
1.   Menghasilkan pengetahuan dari tacit menjadi tacit
Ini
adalah
bentuk
personalisasi
(personalized) dari
pertumbuhan
pengetahuan dimana seseorang
memberikan pengetahuan personalnya kepada
orang lain. Bentuk pembelajaran ini adalah suatu bentuk menghasilkan
pengetahuan yang sangat terbatas.
2. 
Menghasilkan pengetahuan dari explicit menjadi explicit
Pengetahuan
ini
didapat
dengan
menggabungkan
(combining) dan
menyatukan (synthesizing) pengetahuan explicit yang ada. Pola menghasilkan
pengetahuan adalah suatu bentuk terbatas dari penghasilan pengetahuan baru
sebab pola ini hanya focus pada pengetahuan yang ada.
3. 
Menghasilkan pengetahuan dari tacit menjadi explicit
Penghasilan pengetahuan ini terjadi ketika seseorang menggunakan
pengetahuan
yang
ada,
menambah
pengetahuan tacit-nya, dan menciptakan
sesuatu yang baru yang dapat diberikan keseluruh organisasi (externalized)
4. 
Menghasilkan pengetahuan dari explicit menjadi tacit
Penghasilan pengetahuan
ini muncul ketika pengetahuan explicit baru
di
internalisasikan
(internalized) kepada
anggota-anggota
dalam organisasi
untuk membuat suatu pengetahuan tacit yang baru.
  
16
Ringkasan dari ke-empat pola tersebut dapat dilihat pada tabel 2.2
Tabel 2.2 Empat pola menghasilkan pengetahuan
dari
menjadi
Tacit
Explicit
Tacit
Personalisasi
Internalisasi
Explicit
Eksternalisasi
Penggabungan
Selain  itu  Marquardt  (1996)  juga  memberikan  aktifitas-aktifitas  yang
dapat menghasilkan pengetahuan seperti :
-
Action Learning
-
Pemecahan masalah secara sistematik
-
Pengalaman
-
Belajar dari pengalaman – pengalaman masa lalu
2.5.   Penyimpanan Pengetahuan
Agar suatu pengetahuan dapat diambil dan
digunakan kembali pada
saat
dibutuhkan
maka
perlu
dilakukan
penyimpanan terhadap
pengetahuan
tersebut
dalam
suatu
memori
organisasi.
Sedikitnya ada
tiga
proses
utama
untuk
menyimpan
suatu
pengetahuan
yang
dapat
dilihat
pada
gambar
2.2
(Probost,
2000). Pertama memilih (select) pengetahuan yang perlu untuk disimpan. Kedua
menyimpan
(store)
pengetahuan
dalam bentuk
yang sesuai. Ketiga
memastikan
bahwa memori organisasi diperbaharui (update).
  
17
Memilih
Menyimpan
Memperbarui
Gambar 2.3 Proses utama penyimpanan pengetahuan (Probst, 2000,p.221)
Marquardt (1996, p.137) menyatakan bahwa pengetahuan
yang disimpan
harus :
-
Terstruktur  dan  disimpan  sehingga  sistem  dapat  menemukan  dan
menyampaikan pengetahuan tersebut dengan cepat dan benar
-
Dibagi   kedalam   kategori-kategori   seperti   fakta,   kebijakan,   atau
prosedur pada suatu dasar keperluan pembelajaran
-
Terorganisasi sehingga dapat disampaikan dalam suatu cara yang jelas
dan kepada pemakai
-
Akurat,
tepat
waktu
dan
tersedia
kepada
siapa
saja
yang
membutuhkan.
Pengetahuan
organisasi
dapat
disimpan
dalam   tiga
jenis
medium
penyimpanan (Probost, 2000), Yaitu :
1.   Memori Individu
Pengetahuan
disimpan
dalam memori
atau
ingatan
setiap
individu
dalam organisasi.
Bentuk
pengetahuan
yang
disimpan
adalah
pengetahuan
tacit.Medium penyimpanan
ini
cenderung
sangat
rapuh.
Perusahaan
dapat
mengalami kehilangan pengetahuan ini jika individu tersebut keluar, pensiun,
  
18
mengalami gangguan ingatan atau meninggal. Untuk mencegah kehilangan
tersebut
maka
perlu
dilakukan
pembentukan
pengetahuan
explicit dari
pengetahuan tacit atau melalui cara eksternalisasi
2.   Memori kolektif
Memori kolektif merupakan suatu memori yang digunakan secara
kolektif.
Medium yang digunakan
adalah
ingatan
individu
itu
sendiri
yang
menyimpan
pengetahuan
tacit
dan
catatan
(records) yang
menyimpan
pengetahuan
explicit.
Walaupun
disimpan
dalam ingatan
individu
memori
kolektif dapat dibedakan dari memori kolektif. Kadang untuk mengingat suatu
pengetahuan secara menyeluruh yang pernah diperoleh seseorang memerlukan
orang lain yang juga terlibat didalam dalam pengetahuan tersebut
3.   Memori elektronik
Memori
elektronik
merupakan
medium elektronik
yang
dapat
digunakan untuk menyimpan pengetahuan yang berbentuk explicit. Oleh
karena itu sebelum suatu pengetahuan tacit perlu diubah menjadi pengetahuan
explicit
sebelum disimpan
didalam memori
elektronik.
Seluruh
pengetahuan
explicit yang ada diterjemahkan kedalam bentuk digital agar dapat disimpan
dalam medium ini.
Pengetahuan yang disimpan dalam memori elektronik dapat dibedakan
atas dua kelompok besar: pengetahuan yang terstruktur dan pengetahuan yang
tidak terstruktur. Penyimpanan pengetahuan terstruktur biasanya lebih mudah
dan disimpan dalam bentuk bank data. Sedangkan menyimpan pengetahuan
  
19
yang tidak terstruktur relatif
lebih sulit untuk dilakukan dan disimpan dalam
bentuk dokumen.
2.6.
Penyebaran dan Pemanfaatan Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki perusahaan atau sering disebut sebagai memori
perusahaan akan sangat berguna jika bias diakses oleh atau disebarkan pada setiap
orang dalam perusahaan.
Penyebaran dan pemanfaatan pengetahuan melibatkan perpindahan
mekanik, elektronik dan interpersonal dari informasi dan pengetahuan secara
disengaja dan tidak disengaja (Marquardt, 1996).
Ada empat faktor
yang
membatasi penyebaran pengetahuan dalam suatu
organisasi dan dapat mengakibatkan ketersediaan, bentuk, akurasi dan arti dari
pengetahuan  dalam  organisasi 
:  (1)  biaya,  (2)  kapasitas  kognitif  dari 
unit
penerima, (3) penundaan pesan akibat dari prioritas pengiriman pengetahuan dan
(4) modifikasi pesan atau distorsi arti baik secara disengaja atau tidak.