7
BAB
II
LANDASAN
TEORI
Analisis yang baik dan menyeluruh untuk menilai kondisi suatu perusahaan adalah
dengan 
melakukan  dengan  top-down analysis,
yang  dimulai  dari 
menganalisis
keadaan global ekonomi, kemudian analisa terhadap agregat ekonomi dan bahkan
keadaan ekonomi internasional setelah itu dilakukan analisa bagaimana keadaan
ekonomi tersebut berpengaruh terhadap perusahaan.
Terakhir barulah dilakukan
analisis terhadap posisi perusahaan dalam industri (Bodie, 1999).
2.1. Analisis Ekonomi Makro
Analisis tentang kondisi ekonomi nasional adalah langkah awal yang penting
dalam analisa investasi, karena setelah proses tersebut dilakukan , investor atau
analisis dapat menggunakan perkiraan ekonomi di masa mendatang untuk
memperkirakan
pertumbuhan
industri
serta dampaknya terhadap profitabilitas
perusahaan (Harianto, Sudono dan Siswanto, 1998).
Harianto,  Sudono  dan  Siswanto  (1998), 
langkah- langkah  dalam  analisis
kondisi ekonomi nasional meliputi penetapam akan ha-hal sebagai berikut:
l-hal sebagai berikut:
Kondisi ekonomi nasiona l saat ini.
Kemungkinan
terbesar arah
pergerakan
ekonomi
nasional
untuk
satu
tahun
mendatang.
  
8
Perkiraan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
2.1.1. Ukuran Aktivitas Ekonomi
Beberapa indikator perekonomian dapat digunakan untuk memperkirakan
kondisi ekonomi
nasional.
Ukuran-ukuran
aktivitas
ekonomi
tersebut
memberikan
kemudahan bagi analis ekonomi untuk merangkum dan menyimpulkan kondisi
ekonomi nasional. Ukuran aktivitas perekonomian yang umum digunakan adalah
Produk Domestik
Bruto
(PDB),
tingkat
inflasi, tingkat bunga, tingkat pengangguran
dan nilai tukar mata uang rupiah (khususnya terhadap US Dollar).
2.1.2. Produk Domestik Bruto (PDB)
PDB adalah indikator ekonomi yang paling sering digunakan untuk
menggambarkan   kesehatan   ekonomi   nasional   secara   luas.   PDB   memberikan
informasi mengenai jumlah agregat barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu
perekonomian nasional selama periode tertentu (biasanya satu tahun).
PDB   nominal   mengukur   pertumbuhan   ekonomi   yang   disebabkan   oleh
bertambahnya produk barang dan
jasa
yang
dihasilkan
oleh ekonomi
nasional
dan
inflasi,
yaitu
meningkatnya
harga
barang
dan
jasa
tersebut.
Oleh
karena
itu
untuk,
untuk mengukur pertumbuhan ekonomi nasional secara riil, pengaruh inflasi harus
dihilangkan dari PDB nominal sehingga diperoleh PDB riil.
  
9
Pertumbuhan PDB dipengaruhi oleh konsumsi dan investasi swasta, konsumsi
dan investasi pemerintah serta besarnya ekspor dan impor. Pertumbuhan PDB akan
meningkat seiring dengan
meningkatnya
faktor-faktor tersebut, kecuali faktor impor,
karena semakin banyak kebutuhan barang dan jasa konsumen dipenuhi oleh impor
dari luar negeri, maka pertumbuhan PDB akan semakin kecil.
Meningkatnya  PDB  merupakan  indikator  yang  memberikan  pertanda  baik
atau  positif  untuk  investasi,  karena 
meningkatnya  PDB 
menunjukkan  terjadinya
perkembangan ekonomi dan adanya kesempatan untuk meningkatkan penjualan.
Grafik 2.1 Perkembangan Produk Domestik Bruto tahun 2002-2007
2.1.3. Inflasi
Inflasi
adalah
indikator
ekonomi
yang
sering
digunakan
untuk
menggambarkan keadaan ekonomi
nasional.
Inflasi
memberikan
gambaran
tentang
  
 January February March April May  June July August  September  October November December January February March  April May June July August  September  October
10
peningkatan 
harga 
rata-rata  barang  dan  jasa  yang  diproduksi  oleh  sistem
perekonomian. Inflasi yang tinggi dapat mengakibatkan menurunnya daya beli
masyarakat
dan
dapat
mendorong
terjadinya
peningkatan suku bunga. Adapun
perkembangan inflasi tersebut dapat diukur dari indeks harga konsumen.
Meningkatnya inflasi dapat menyebabkan terjadinya peningkatan pendapatan
sekaligus peningkatan biaya perusahaan. Meningkatnya inflasi secara relative
merupakan sinyal negatif bagi investor di pasar modal, karena jika peningkatan biaya
faktor produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati perusahaan,
maka profitabilitas perusahaan menurun.
Sekarang  ini  tingkat  inflasi  di  Indonesia  cenderung  menurun,  hal  ini  diikuti  juga
dengan menurunnya tingkat suku bunga, berikut adalah data mengenai inflasi dalam 3
tahun terakhir di indonesia.
1.5
1
0.5
2006-2007
0
-0.5
Grafik 2.2 Inflasi tahun 2006-2007
  
11
2.1.4. Tingkat Bunga
Tingkat bunga
merupakan
ukuran keuntungan
investasi
yang dapat diperoleh
oleh investor dan juga merupakan ukuran biaya modal yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan dalam menggunakan dana pemilik.
Bank Indonesia menggunakan instrument tingkat bunga untuk mengendalikan
jumlah
uang
beredar.
Kebijakan
bunga
rendah
mendorong
masyarakat
untuk
lebih
giat melakukan investasi dan konsumsi, daripada menabung. Sebaliknya, dalam
kondisi inflasi, Bank Indonesia akan melakukan kebijakan uang ketat dengan
meningkatkan suku bunga sehingga masyarakat akan lebih suka menabung daripada
melakukan investasi atau konsumsi.
Indikator tingkat bunga
yang
tinggi adalah signal negatif bagi
harga saham.
Meningkatnya tingkat bunga akan meningkatkan harga kapital sehingga akan
memperbesar
biaya
perusahaan
dan
menyebabkan
terjadi
’migrasi’
investasi dari
saham ke deposito atau fixed investment lainnya.
Tingkat Suku
Bunga seperti
telah dijelaskan sebelumnya adalah berbanding
lurus dengan tinkat inflasi, jadi tingkat bunga di Indonesia dalam 2 tahun kebelakang
terus turun, yang menyebabkan banyak orang yang beralih ke investasi dari deposito,
berikut grafik suku bunga,sbb :
  
12
14.00
13.00
12.00
11.00
10.00
9.00
8.00
7.00
Jan. 
Feb.  Mar.  Apr. 
May. Jun.  
Jul.  
Aug.  Sep.
Oct. 
Nov. 
Dec.
2006
2007
Grafik 2.3 tingkat suku bunga dalam 2 tahun terakhir ( dalam satuan %)
2.1.5. Nilai Tukar Rupiah
Nilai  tukar  rupiah  adalah  harga  Rupiah  dibandingkan  dengan  mata  uang
negara lain. Kebijakan nilai tukar Rupiah dilakukan untuk mengendalikan transaksi
neraca pembayaran.
Indikator kurs rupiah menjelaskan bahwa melemahnya kurs rupiah terhadap
mata  uang  asing  memiliki  pengaruh  negatif  terhadap  ekonomi  dan  pasar  modal,
karena
menurunnya kurs dapat meningkatkan biaya impor bahan baku dan
meningkatkan suku bunga, walaupun meningkatkan nilai ekspor.
Selain indikator ekonomi di atas, analis dapat menggunakan indikator
perekonomian 
lain  seperti  tingkat  pengangguran,  kapasitas  pemaka ian 
industri,
persediaan usaha, tabungan masyarakat dan pendapatan perkapita masyarakat
Indonesia.  Kapasitas  pemakaian  industri  dan  persediaan  usaha  berkaitan  dengan
  
 Jan.   Feb. Mar. Apr. May. Jun. Jul. Aug. Sep. Oct. Nov. Dec. Jan. Feb. Mar. Apr. May. Jun. Jul.  Aug.
13
investasi swasta sedangkan
tabungan
masyarakat dan pendapatan perkapita
dengan
PDB.
2.2. Analisis Financial Instrument
Di  Indonesia 
terdapat  berbagai 
macam 
instrument  keuangan 
yang  dapat
dipilih oleh para investor sesuai dengan risk dan return nya masing- masing.
2.2.1. Money Market Instrument
Money Market Instrument adalah
instrument keuangan
yang terdiri dari surat
utang
jangka
pendek
yang
sangat liquid
sehingga
dapat
dicairkan
dengan
mudah
(Bodie,2005).
Contoh
dari money market
instrument yaitu treasury bills, sertifikat
Bank Indonesia (SBI), surat utang negara (jatuh tempo dibawah 1 tahun), commercial
paper.
14.00
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
2006-2007
Grafik 2.4 Sertifikat Bank Indonesia (SBI) – 3 Bulan
  
14
2.2.2. Bond Market Instrument
Bond
Market Instrument
adalah
instrument keuangan
yang
terdiri
dari
surat
utang jangka panjang (jatuh tempo lebih dari 1 tahun).
Instrument
ini
termasuk
treasury notes dan bonds, corporate bonds, mortgage securities (Bodie, 2005).
Obligasi adalah fixed income securities
yang paling mendasar. Fixed Income
Securities
disebut  demikian  karena  pihak  penerbit  menjanjikan  aliran  pendapatan
yang
tetap
berdasarkan
formula
atau
rumus
tertentu.
Fixed
Income memiliki jadwal
pembayaran tertentu.
Obligasi adalah salah satu jenis surat hutang atau janji pembayaran untuk
jangka waktu tertentu dan dikeluarkan oleh peminjam yang berjanji untuk
membayarkan bunga tertentu setiap tahun pada pemegangnya (Keown,dkk,p224).
Obligasi   biasanya   dikeluarkan   oleh   pihak   tertentu   untuk   mendapatkan
pinjaman tunai (Bodie, Kein, Marcus, p448). Peminjam mengeluarkan atau menjual
obligasi pada pihak
lain
untuk
mendapatkan pinjaman
hutang berupa sejumlah uang
tunai. Pinjaman tersebut memiliki jangka waktu / periode, dimana pihak yang
menerbitkan obligasi wajib membayarkan kembali uang tersebut beserta dengan
bunganya kepada pemegang obligasi. Pembayaran bunga kepada pemegang obligasi
disebut 
Coupon  Payments. 
Pembayatan  bunga 
tersebut 
dilakukan  berdasarkan
interval  waktu  tertentu.  Jika  obligasi  tersebut  kehabisan  jangka  waktunya,  atau
disebut mature,maka
penerbit
obligasi
akan
membayarkan
hutangnya
sebesar
par
valuenya (Face Value) pada umumnya beserta dengan coupon yang terakhir.
  
 Jan. Feb. Mar. Apr. May. Jun. Jul. Aug. Sep. Oct. Nov. Dec. Jan. Feb. Mar. Apr. May. Jun. Jul. Aug.
15
Obligasi biasanya dikeluarkan oleh :
1.   Negara : berupa surat hutang negara.
2.   Korporat.
3.   Pihak-pihak lain seperti obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah lokal,
agen-agen pemerintah yang
lain.
Misalnya obligasi dari BUMN,obligasi
dari pemerintah daerah.
140000
120000
100000
80000
60000
40000
20000
0
2006-2007
Grafik 2.5 Obligasi - Nilai Emisi (miliar Rp)/Bonds - Value of Issued Bonds
Ada banyak
tipe
obligasi.
Berdasarkan
pembayaran
coupon, obligasi dapat
dilihat menjadi :
Zero
coupon
bond
:
untuk
tipe
obligasi
ini,
penerbit
tidak
membayarkan coupon.
Fixed rate coupon bonds
Floating coupon bonds
Reverse floater
  
16
Selain itu juga ada jenis obligasi seperti :
1.   Debentures
Debentures mengacu pada hutang jangka panjang yang tidak aman dan
lebih berisiko daripada obligasi yang aman.
2.   Subordinated Debentures
Merupakan   hutang   jangka   panjang   yang   berada   dibawah   obligasi
debentures lainnya.
3.   Mortgage Bonds
Mortgage Bonds adalah obligasi
yang dijaminkan
melalui
kegiatan pada
properti.
4.   Eurobonds
Merupakan obligasi dimana pembayaran coupon atau peminjaman
dilakukan dalam US Dollar.
5.   Junk Bonds
Merupakan
obligasi
yang
tercatat
dengan rating
dibawah
BB.
Dimana
rating
tersebut
menyatakan
bahwa
kemungkinan
terjadi
default cukup
besar. Karena itu untuk menarik pembelinya, biasanya junk bond
menawarkan bunga
yang tinggi. Oleh karena itu
Junk Bonds disebut juga
sebagai High Yield Bonds.
  
17
Dalam  obligasi,  ada  beberapa  istilah  yang  harus  dimengerti.
Dibawah  ini
adalah beberapa istilah tersebut, antara lain :
1.   Claim on assets and income
Pemegang  obligasi 
berhak 
mengklaim 
pendapatan 
yang
diperolehnya,misal pendapatan bunga. Pemegang obligasi juga memiliki
kuasa  untuk  menyatakan  bangkrut  pada  penerbit  obligasi  jika  penerbit
tidak mampu untuk membayarkan kewajibannya.
2.   Par Value
Nilai
yang akan dikembalikan pada pemegang obligasi pada saat obligasi
tersebut sudah mature.
3.   Coupon interest rate
Coupon adalah bunga yang dibayarkan oleh penerbit secara tahunan, dan
besarnya adalah beberapa persen dari par value nya.
4.   Maturity
Pada obligasi
menunjukkan
lamanya waktu
dari
penerbit
obligasi
hingga
batas  waktu  jatuh  tempo  obligasi,  atau  sampai  pada  saat  pemegang
obligasi menerima kembali par value yang sudah dipinjamkannya.
5.   Indenture
Perjanjian hukum antara pihak yang menerbitkan obligasi dan pemegang
obligasi. Indenture akan
menyediakan
poin-poin perjanjian peminjaman,
seperti dektipsi obligasi, hak pemegang obligasi, hak penerbit, dan
kewajiban dari wakil.
  
18
6.   Current yield
Menyatakan  perbandingan  dari  pembayaran  bunga  tahunan  pada
pemegang obligasi terhadap harga pasar.
7.   Bond ratings
Dalam obligasi, dikenal  rating
yang menunjukkan
nilai dari obligasi dan
kemampuan dari penerbit obligasi tersebut dalam melunasi atau
membayarkan hutangnya. Adapun menurut Pefindo (Dana dan
Investasi,1997,p106) rating tersebut adalah:
-
AAA
Merupakan  rating   tertinggi, 
dimana 
ini 
dapat 
menunjukkan 
bahwa
obligasi   ini   berisiko   paling   rendah   dan   kemampuan   terbaik   untuk
membayar bunga dan pokok hutang sesuai yang diperjanjikan.
-
AA
Efek hutang berisiko paling rendah dan kemampuan terbaik untuk
membayar bunga dan pokok hutang sesuai yang diperjanjikan serta tidak
mudah dipengaruhi oleh perubahan keadaan yang merugikan.
-
A
Efek hutang berisiko investasi rendah dan kemampuan sangat baik untuk
membayar bunga dan pokok
hutang sesuai yang diperjanjikan dan hanya
sedikit dipengaruhi oleh perubahan keadaan yang merugikan.
-
BBB
Efek hutang berisiko investasi cukup rendah dan kemampuan cukup baik
dalam 
membayar  bunga  dan 
pokok 
hutang  dari 
seluruh 
kewajiban
  
19
finansialnya
sesuai
yang
diperjanjikan
meskipun
cukup peka terhadap
perubahan keadaan yang merugikan.
-
BB
Efek  hutang  yang  masih  berkemampuan  untuk  membayar  bunga  dan
pokok hutang namun berisiko investasi cukup tinggi dan sangat peka
terhadap perubahan keadaan yang merugikan.
-
B
Efek
hutang
yang berisiko investasi sangat tinggi dan kemampuan sangat
terbatas untuk membayar bunga dan pokok hutang sesuai yang
diperjanjikan.
-
CCC
Efek hutang yang tidak berkemampuan lagi untuk memenuhi kewajiban
finansialnya.
-
CC
Efek hutang
yang
macet dan sudah berhenti berusaha. Merupakan
rating
yang paling bawah, dimana obligasi ini berisiko paling tinggi, karena ada
kemungkinan untuk tidak dibayarkan.
Rating
tersebut
diatas
biasanya dilihat dari
rasio -rasio
yang
muncul
dalam
beberapa laporan keuangan mereka.
Obligasi  dinilai 
oleh 
beberapa 
pihak, 
sebelum 
akhirnya  pihak  tersebut
membeli atau menjual obligasinya. Pihak luar menilai obligasi dari beberapa faktor
seperti:
  
 Jan.  Feb. Mar. Apr. May. Jun. Jul. Aug. Sep. Oct. Nov. Dec. Jan. Feb. Mar. Apr. May. Jun. Jul.  Aug.
20
1.   Kondisi ekonomi secara makro.
2.   Jenis industri yang mengeluarkan obligasi tersebut.
3.   Kinerja penerbit obligasi.
4.   Struktur instrumen sperti rating, harga, dan jaminan dari obligasi tersebut.
5.   Likuiditas pasar.
2.2.3. Equity Securities Instrument
Equity Securities instrument
adalah
instrument
keuangan
yang
terdiri
dari
saham-saham (surat
yang
menunjukan  shares
kepemilikan) 
perusahaan
yang sudah
di listing di BEJ (Bursa Efek Jakarta) (Bodie, 2005). Ada 2 macam tipe saham yaitu
saham biasa (common stock) dan saham preferred (preferred stock).
310,000.00
300,000.00
290,000.00
280,000.00
270,000.00
260,000.00
250,000.00
2006-2007
Grafik 2.6 Saham - Nilai Emisi (miliar Rp) /Stocks - Value of Issuing Shares (billions
of Rp)
  
21
2.3. Pengertian Reksa Dana dan Perusahaan Investasi
2.3.1.Pengertian Reksa Dana
Reksa
dana adalah
sebua h
instrument
keuangan
yang
merupakan open-end
investment , setiap produk reksa dana memliki kebijakan investasinya
masing- masing
seperti yang dijelaskan pada setiap prospectus nya(Bodie, 2005).
Contoh
produk
reksa
dana
adalah
money  market  funds,
bond funds,
balance
and
income funds, equity funds,
international funds,
asset
allocation
and
flexible
funds,
index funds.
Setiap
produk
reksa
dana
memiliki
nilai
yang
dapat dilihat
pada  Net Asset
Value nya (NAV). Rumus dari NAV adalah
NAV = Market Value of Asset minus Liabilities
Shares outstanding
  
 Jan. Feb. Mar. Apr. May. Jun. Jul. Aug. Sep. Oct. Nov. Dec. Jan. Feb. Mar. Apr. May. Jun. Jul. Aug.
22
2,500.00
2,000.00
1,500.00
1,000.00
500.00
0.00
2006-2007
Grafik 2.7 Indeks - BEJ - CSPI/Indices - BEJ - CSPI
2.3.2.Pengertian Perusahaan Investasi
Perusahaan Investasi adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa
keuangan yang bertugas untuk mengumpulkan dana dari investor perorangan dengan
tujuan
untuk
diinvestasikan
ke
produk-produk
investasi
seperti
reksa
dana,
saham,
dan sebagainya (Bodie, 2005).
Perusahaan Investasi mempunyai beberapa fungsi bagi investor seperti :
Untuk
diversifikasi,
dengan
menaruh
dana
mereka
untuk
di
investasikan ke dalam instrument keuangan yang bermacam- macam.
Sebagai professional management karena semua orang
, karena semua orang
yang bekerja
di  perusahaan  investasi  memiliki  kemampuan  sebagai  professional
yang bertanggung jawab untuk mengelola dana dari para investor.
Dengan
menggunakan
jasa perusahaan
investasi
maka
para  investor
dapat   memperkecil   biaya   transaksi,   karena   para   investor   dapat
  
23
melakukan perdagangan saham dalam jumlah yang besar dengan biaya
(fee) yang lebih rendah.
Sebagai pencatat (record) dan administrasi bagi para
investor dalam
melakukan transaksi investasi.
2.3.3.Perbandingan Kinerja Reksa Dana (Benchmark)
Dalam buku Mengapa harus Reksa Dana, halaman 144, Tolak ukur atau
benchmark   umu digunaka untu menila kinerj manaje investas dalam
mengelola dana. Dalam hal manajer investasi mengelola portfolio nasabah tertentu,
tolak
ukur
sebagai
dasar
penilai
manajer
investasi
berdasarkan
atau
sesuai
dengan
aset alokasi investasi yang direncanakan.
Dalam
Reksa
Dana,
manajer
investasi Reksa
Dana
dapat pula
menentukan
tolak ukur yang dikemukakan dalam prospektusnya sebagai pedoman bagi investor
untuk menilai kinerja manajer investasi. Namun untuk dapat membandingkan kinerja
satu Reksa Dana dengan Reksa Dana lain juga diperlukan suatu tolak ukur yang dapat
dianggap mewakili satu jenis kelompok Reksa Dana.
Mengingat
belum adanya
tolak
ukur
tertentu
yang
disepakati
bersama oleh
pihak-pihak yang terlibat tolak ukur yang digunakan dalam penelitian ini lebih
menekankan pada segi kemudahan pengambilan data dan perhitungan, sehingga lebih
tepat disebut sebgai pembanding.
  
24
Pembanding kinerja Reksa Dana yang dipilih untuk masing- masing kelompok
Reksa Dana adalah sebagai berikut:
1
Reksa Dana Saham, pembandingnya IHSG.
2
Reksa
Dana obligasi, pembandingnya rata-rata bunga deposito tiga bank
pemerintah dan tiga bank swasta untuk periode 12 bulan.
3
Reksa  Dana  pasar  uang,  pemband ingnya  rata-rata
bunga
deposito
tiga
bank
pemerintah
dan
tiga
bank
swasta
untuk periode
tiga
bulan
setelah
pajak.
4
Reksa
Dana
campuran, pembandingnya
menggunakan
tiga pembanding
diatas.
2.4.
Teori Model Portfolio
2.4.1.Capital
Allocation
between
the risky asset and
the risk-
free asset
Masa 
lalu 
memperlihatkan 
kita  bahwa 
investasi 
pada 
long-term 
bonds
memiliki risiko yang lebih tinggi dari pada investasi pada SBI ataupun deposito, oleh
karena
itu
investasi
yang
lebih
berisiko
dapat
menghasilkan
potential
return  yang
lebih tinggi (Bodie, 2005).
Capital  allocation  adalah salah satu cara berinvestasi
yang  menjelaskan
bahwa
kita
harus
berinvestasi
tidak
hanya
pada
satu
instrument
keuangan saja
melainkan   harus   membagi-baginya   secara   asset   allocation,   dan   banyak   dari
  
25
investment professional mengatakan bahwa asset allocation adalah bagian terpenting
dari sebuah portfolio.
2.4.2.Diversification and Portfolio Risk
Jika kita
melakukan
diversifikasi
ke
lebih
banyak
instrument
keuangan dan
kita 
menyebarkan 
semuanya  ke 
dalam 
industri 
yang 
berbeda 
sehingga 
dapat
volatilitas dari portfolio menjadi menurun.
Pengertian risiko
menurut Agus Sartono (1995:148) adalah
probabilitas
tidak tercapainya tingkat pengembalian yang diharapkan atau kemungkinan
return yang diterima menyimpang dari return yang diharapkan”
Menurut Reilly (1997:253)
risiko adalah :  ”The
variability 
of
return from
those
that
are
expected”.
Risk
as an uncertainty of futures outcomes. An
alternative defitinition might be the probabiltiy of one adverse outcome”
Dalam  melakukan  investasi  pada  surat  berharga  akan  dikenal  dua  macam
risiko, yaitu : (Suad Husnan, 1994:183) :
1.   Risiko sistematis (systematic risk)
Yaitu risiko yang tidak dapat dihapuskan atau dikurangi melalui
diversivikasi tersebut ke dalam suatu portfolio.  System atic
Risk   sering
disebut juga  indiversiable risk. Contohnya market risk , political risk.
2.   Risiko tidak sistematis (unsytematic risk)
Yaitu risiko yang dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menempatkan
investasi  tertentu  ke  dalam  suatu  kombinasi  dengan  investasi 
lainnya
  
26
dalam suatu portfolio.  Unsystematic
risk sering disebut juga diversiabel
risk. Contohnya industry risk.
Jumlah
kedua
risiko
ini
merupakan
total
dari
suatu
investasi.
Risiko
yang
dapat
disebar
tidak
penting
bagi
investor
yang
rasional
dan mengetahui
banyak
informasi, karena mereka dapat mengatasinya dengan mendiversivikasikan
investasinya. Risiko yang tidak dapat disebar perlu mendapatkan perhatian karena
risiko ini tidak dapat dihilangkan dan risiko ini selalu ada bila melakukan investasi
pada aktiva selain dari yang bebas risiko.
2.4.3. Covariance dan Correlation Portfolio
Untuk mengetahui tingkat  resiko dari sebuah portfolio, kita harus mengetahui
korelasi antar saham dengan mempertimbangkan tingkat resiko yang akan dimiliki
atau dihadapi
suatu
saham
dan
korelasi
tingkat
pengembalian
yang
bergerak
bersamaan dari suatu portfolio. Menurut
Berk dan DeMarzo
(2007:
326) alat
untuk
mengukur
suatu
tingkat
resiko
dan
pengembalian
suatu
portfolio adalah
two
statistical measures, Covariance and correlation, that allow us to measure the co -
movement of returns ” .
Menurut
Berk
dan
DeMarzo
(2007:327)
covariance
adalah
the
expected
product of the deviations of two returns from their means ”. Yang dinyatakan dalam
rumus sebagai berikut :
  
27
Cov (R
i
,R
j
) = 1 / (T-1)
t
(R
i,t
–  
R
i
)(R
j,t 
–  
R
j
)
Rumus diatas merupakan rumus yang digunakan untuk mengestimasi
covariance dari historical data. Berk dan DeMarzo juga menyatakan bahwa jika dua
saham bergerak bersamaan, tingkat pengembaliannya akan cenderung berada diatas
atau  dibawah  rata-rata  di  waktu  yang  sama,  dan  nilai  covariance  tersebut  akan
bernilai  positif.  Jika  dua  buah  saham  bergerak  berlawanan  arah,  yaitu  jika  satu
bergerak diatas rata-rata dan satunya bergerak dibawah rata-rata ,
maka
covariance
akan bernilai negatif.
Untuk mengontrol volatilitas setiap saham, dan menghitung kekuatan dari
hubungan antar saham, kita dapat menghitung correlation dari tingkat pengembalian
dari dua saham tersebut.  Rumus correlation tersebut adalah :
Cov (R
i
,R
j
)
Corr(R
i
,
R
j
)   =
 
SD(R
i
)
SD(R
j
)
Correlation mengukur bagaimana suatu tingkat pengembalian saham bergerak
satu sama lain
yaitu diantara +1 dan
-1. Jika tingkat pengembalian cenderung
untuk
bergerak bersamaan maka semakin besar tingkat resiko saham tersebut. Jika
correlation sama dengan 0 (nol), maka tingkat pengembalian tidak memiliki korelasi.;
tidak ada pergerakan yang bersamaan ataupun berlawanan arah. Jika correlation
bergerak
mendekati
nilai -1
maka
semakin
besar
tingkat
pengembalian
bergerak
berlawanan arah.
  
28
Standard Deviation
Sebuah alat ukur untuk mengukur resiko adalah  standard deviation. Menurut
Berk dan DeMarzo (2007:287) standard deviation adalah a method to measure the
risk of a probability distribution, Standard Deviation of a return is also referred to
as its volatility ”.
Sedangkan   untuk   rumus   standard   deviation   portfolio   adalah   sebagai   berikut:
W²x s
2
x
+
W²y s
2
y
+
W
2
z
s
2
z
+
2
WxWy Cov(rx,ry)
+
2
WxWz Cov(rx,rz)
+
2
WyWz Cov(ry,rz)