BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1
Pengertian Sistem Informasi
Dalam
kehidupan
sehari-hari, banyak
sekali
orang
yang
salah
mengartikan
istilah teknologi informasi (IT) dan sistem informasi (SI). Istilah teknologi informasi
lebih dikhususkan pada suatu teknologi, yang mencakup perangkat keras,
perangkat
lunak, dan
jaringan komunikasi. Dan
lebih tepatnya IT digunakan
untuk
melakukan
proses otomatisasi dari SI.
Walaupun banyak
sekali
perbedaan dalam
mendefinisikan sistem
informasi,
namun
ada
beberapa
lembaga
dan
penulis
yang
mempublikasikan karyanya
dan
dijadikan
sebagai
acuan
definisi
dari
sistem
informasi. Menurut
UK
Academy of
Information Systems (UKAIS), sistem informasi didefinisikan sebagai suatu
kumpulan
dimana
manusia
(people)
dan
organisasi, menggunakan teknologi,
mengumpulkan, memproses,
menyimpan,
menggunakan,
dan
menyebarkan
informasi.
Sedangkan menurut Davenport (1998), sistem
informasi
adalah sebagai
sekumpulan dari
subsistem
yang
terdefinisi
berdasarkan fungsional
atau
organisasi,
yang membantu pengambilan keputusan dan
mengontrol organisasi dengan
menggunakan teknologi informasi untuk menangkap, menyebarkan, menyimpan,
6
|
7
menerima, memanipulasi atau mempertunjukkan informasi yang dipakai dalam satu
atau lebih proses bisnis.
2.2
Klasifikasi Sistem Informasi dalam Bisnis dan
Organisasi
Saat
ini aplikasi dari sebuah sistem
informasi yang diimplementasikan dalam
dunia bisnis dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe berdasarkan fungsionalitas
dalam bisnis. Yaitu :
1.
Operations Support System
Aplikasi
sistem
informasi
(SI)
tipe
ini
berfungsi
untuk
menghasilkan berbagai
jenis
informasi
baik
untuk
kebutuhan internal
maupun
external
perusahaan.
Walaupun tipe dan jenis informasi yang dihasilkan tidak menspesifikasikan
secara
khusus
apa
yang
dibutuhkan
oleh
pihak
pengambil keputusan
(level
managerial).
Secara konseptual, fungsi dari aplikasi SI ini dibagi menjadi empat bagian utama,
yaitu :
a. Untuk
mengefisienkan proses transaksi bisnis (Transactional Processing
System),
b.
Untuk mengontrol proses industri (Process Control System),
c. Untuk
mendukung proses komunikasi dalam perusahaan
(Enterprise
Collaboration System),
d.
Untuk melakukan update pada database perusahaan.
|
8
2.
Management Support System
Aplikasi
SI
ini
berfungsi
untuk
menyediakan informasi
dan
mendukung
untuk
pengambilan keputusan.
Secara konseptual fungsi aplikasi SI dengan tipe
ini
dibagi
menjadi tiga bagian,
yaitu :
a. Untuk
menyediakan informasi dalam tampilan laporan dan tampilan
lainnya
yang
berguna
untuk
mendukung proses
pengambilan
keputusan
bisnis (Management Information System).
b.
Untuk menyediakan dukungan interaksi secara ad-hoc dan untuk
melakukan analisa terhadap suatu event tertentu dengan berdasarkan pada
data-data
historis
perusahaan,
sehingga
membantu proses
pengambilan
keputusan bisnis (Decision Support System).
c. Berfungsi untuk menyediakan informasi kritikal yang dihasilkan dari
banyak
sumber
untuk
kebutuhan
informasi
yang
dibutuhkan oleh
top-
management level (Executive Information
System).
3.
Klasifikasi lainnya
Ada
beberapa kategori
lain
dari
aplikasi
SI
yang
dapat
digunakan untuk
mendukung baik untuk
level operasional
maupun level
management. Walaupun
belum
ada
kesepakatan
yang
ada
mengenai
pembagian
kategori
ini,
tapi
ada
empat kategori aplikasi yang memenuhi kriteria seperti ini. Antara lain :
a. Expert
System, dimana
aplikasi
dengan tipe
ini
adalah
sebuah
aplikasi
yang bersifat menghasilkan sebuah
saran baik
untuk kebutuhan
|
9
operasional bisnis maupun untuk kebutuhan pengambilan keputusaan
dalam bisnis.
b.
Knowledge
Management System,
merupakan aplikasi SI
yang berbasiskan
kepada
ilmu
pengetahuan. Tujuannya
adalah
untuk
mendukung
penciptaan,
pendistribusian,
dan
pengorganisasian
ilmu
pengetahuan
dalam bisnis (business knowledge)
kepada seluruh karyawan dan manager
di seluruh perusahaan.
c. Functional Business System,
adalah aplikasi SI yang
memfokuskan untuk
mendukung kegiatan dasar
bisnis.
Seperti
proses
kegiatan akuntansi dan
marketing.
d.
Strategic
Information
System, adalah
aplikasi
yang
menggabungkan
beberapa kategori
aplikasi
SI
lainnya
yang
bertujuan
untuk
mengembangkan dan
membantu
perusahaan
untuk
mendapatkan
keuntungan strategik terhadap kompetitornya.
2.3
Proses Pembangunan Sistem Informasi
Tujuan
dari
suatu
sistem
informasi
dibangun
adalah
untuk
menyelesaikan
suatu permasalahan bisnis yang terdapat pada perusahaan dengan menggunakan suatu
pendekatan
suatu
sistem.
Dengan
menggunakan pendekatan
suatu
sistem
untuk
menyelesaikan suatu masalah, maka sistem juga dipergunakan untuk
mendefinisikan
masalah
dan
peluang
yang
ada,
dan
lalu dikembangkan
menjadi suatu solusi
yang
tepat dan layak untuk dikerjakan.
|
10
Dalam
melakukan suatu
analisa
masalah yang
terjadi
dan
merumuskannya
menjadi suatu solusi. Dibutuhkan beberapa rangkaian aktifitas
yang saling berkaitan
dibawah ini :
1.
Menemukan dan
mendefinisikan suatu
masalah
dan
kesempatan menggunakan
cara berfikir seperti sebuah sistem.
2.
Membangun dan mengevaluasi solusi alternatif.
3.
Memilih solusi dari sistem yang sesuai dengan kebutuhan.
4.
Melakukan Desain dari solusi sistem yang dipilih.
5.
Implementasi dan mengevaluasi kesuksesan dari sistem yang telah didisain.
Kompleksnya sistem informasi kadang membuat banyak pengembang merasa
kesulitan
dalam
menentukan langkah
proses
pengerjaan.
Maka
diperlukan
suatu
metode untuk melakukan pembangunan suatu sistem informasi.
Pada
saat
ini
ada
banyak
sekali
metodologi
yang
digunakan dalam
mengembangkan suatu
aplikasi
sistem
informasi.
Adapun
tujuan
utama
dari
metodologi
ini
adalah
untuk
mempermudah dan
memberikan kerangka
kerja
yang
terstandarisasi dalam proses pembangunan suatu sistem. Dua pendekatan yang paling
sering
digunakan
pada
saat
ini
adalah
pendekatan
berdasarkan Object
Oriented
Analysis and Design, dan System
Development Life Cycle (SDLC).
|
![]() 11
2.3.1 System Development Life Cycle (SDLC)
Metode
pendekatan
ini
merupakan
suatu
metode
yang
dirancang sebagai
proses
yang
berlangkah
banyak
(multistep) dan
berulang
(iteratif). Dan
metode
ini
merupakan metode paling umum yang digunakan dalam industri perangkat lunak saat
ini.
Gambar 2-1 System
Development
Life Cycle
Gambar diatas merupakan ilustrasi dari rangkaian proses yang terdapat dalam
metode ini. Yaitu :
1.
System Investigation
Stage,
pada
tahap
ini
pihak pengembang akan
melakukan suatu kegiatan yang dinamakan user requirement atau
|
12
pengumpulan kebutuhan pengguna sistem informasi. Selain
itu pihak
pengembang
juga melakukan
suatu studi kelayakan
apakah sistem
yang akan dibangun harus dibangun dari awal atau dikembangkan dari
sistem
yang
sudah
ada.
Dan
yang terakhir
adalah membuat
suatu
rencana proyek dan mendapatkan persetujuan dari pihak manajemen.
2.
System Analysis
Stage,
tahap
kedua
dari
proses
ini
yaitu
pihak
pengembang akan
melakukan
analisa
dari
hasil
user
requirement
menjadi
suatu
rancangan
fungsional
bisnis
dan
membangun model
logika dari sistem.
3.
System Design
Stage,
tahap
selanjutnya
pihak
pengembang
akan
melakukan suatu
rancangan
disain
sistem
dan
spesifikasi
mengenai
kebutuhan perangkat
keras,
perangkat
lunak,
sumber
daya
manusia,
jaringan, kebutuhan data, dan produk informasi
yang akan dihasilkan
dari sistem.
4.
System
Implementation Stage, tahap ini merupakan tahap krusial pada
setiap pembanguna suatu sistem
informasi. Dimana
sistem
informasi
dibangun
dengan
menggunakan kebutuhan
yang
sudah
dispesifikasikan di tahap sebelumnya. Ditahap ini pula pengguna akan
dilatih untuk menggunakan
dan
mengoperasikan
sistem, dan pada
tahap
ini
pula
pihak
manajemen
harus
me-manage efek
perubahan
yang timbul dari penerapan sistem informasi.
5.
System
Maintenance
Stage, tahap
terakhir dari metode
ini
merupakan
tahap
dimana sistem di-review dan
dimonitor performanya.
Setelah
|
13
sistem
selesai
dibangun
(develop), maka
untuk
memastikan
bahwa
sistem bisa terus terpakai diperlukan sejumlah kegiatan untuk menjaga
performa dari sistem tersebut.
2.4
Implementasi Sistem Informasi
Implementasi
merupakan
tahap
terpenting
dalam
pengembangan sistem
informasi. Proses ini bisa dilihat sebagai suatu perubahan proses yang berusaha untuk
menjalankan
apa
yang
sudah
direncanakan sebelumnya untuk
diterapkan
kedalam
bisnis/strategi TI dan aplikasi yang sedang dikembangkan dalam proses perencanaan.
Implementasi suatu
sistem
informasi
menuntut
kejelian
dan
ketepatan
dari
pihak
manajemen
untuk
menentukan strateginya.
Oleh karena
itu
kesuksesan
suatu
sistem informasi sangat sulit dicapai jika pihak manajemen tidak mampu
merumuskan strategi yang tepat dalam perusahaan.
Banyak
contoh
kegagalan
implementasi sistem
informasi
pada
tinjauan
literatur yang ada. Menurut (Ward, 1996) yang mencoba menjelaskan mengapa sering
terjadi kegagalan pada proyek sistem informasi dan bagaimana menjamin kesuksesan
suatu proyek.
Sampai sekarang belum ada suatu kesepakatan
tentang bagaimana mengukur
kesuksesan suatu
proyek
sistem
infromasi.
Faktor-faktor
yang
menyebabkan
kesuksesan suatu proyek implementasi sangat bervariasi, tergantung dari sudut
|
14
pandang stakeholders,
karakteristik proyek yang
berbeda-beda dan beberapa sudut
pandang lain.
Markus dan Tanis (2000) menulis bahwa kesuksesan tersebut tergantung pada
beberapa hal, tergantung siapa yang mendefinisikannya. Dari sudut pandang manajer
proyek dan konsultan implementasi sistem informasi tersebut, mereka
sering sekali
mendefinisikan implementasi
tersebut sukses
jika
telah
menyelesaikan proyek
tersebut
tepat
waktu
dan
sesuai
dengan
biaya
yang
sudah
dianggarkan.
Tapi
dari
sudut pandang organisasi penggunan sistem informasi, kesuksesan bisa didefinisikan
sebagai
kegunaan
sistem
tersebut
untuk
bisa
mencapai
hasil
yang
maksimal
bagi
bisnis
mereka,
dan
biasanya
mereka
mengharapkan
transisi
yang
baik
dari
sistem
lama ke sistem baru, mendapatka peningkatan dari bisnis mereka seperti pengurangan
biaya operasional, inventori, atau dapat memperbaiki keakuratan dalam pengambilan
keputusan.
Pada
waktu
suatu
sistem
informasi selesai
dibangun, dan
akan
diimplementasikan ke
suatu organisasi,
maka akan mempengaruhi proses yang
telah
ada
dalam
organisasi
tersebut.
Disinilah
biasanya
pandangan antara
stakeholder
dengan pihak lain seperti konsultan dan developer sistem tidak pernah bertemu.
2.5
Strategi Implementasi Sistem Informasi
Memilih
suatu
strategi
implementasi sistem
informasi
merupakan
suatu
tantangan tersendiri untuk pihak manajemen. Tapi terdapat dua dimensi pilihan yang
|
15
dapat dijadikan pedoman dalam menentukan strategi implementasi yang cocok untuk
diterapkan pada sebuah organisasi atau perusahaan. Dimensi tersebut adalah :
1.
Dilihat
berdasarkan ruang
lingkup
pelaksanaan proyek
secara
geografis. Yaitu
dengan strategi pilot project
dan
full
blown. Pilot
project
adalah strategi
melakukan
implementasi
sistem
informasi
dengan
cara
memilih
sebuah
lokasi
atau
area dimana
fungsi-fungsi
sistem
informasi
yang
ingin
diimplementasikan
secara
lengkap terdapat
pada
daerah
atau
area
tersebut. Sedangkan full
blown
adalah kebalikannya, dimana pada strategi ini
sistem
informasi secara serempak
di implementasikan diseluruh wilayah operasi perusahaan yang bersangkutan.
2.
Dilihat berdasarkan sudut pandang perubahan atau peralihan (migrasi) dari sistem
informasi yang lama ke yang baru. Yaitu dengan pendekatan cut-off dan pararel.
Pendekatan cut-off
merupakan cara
yang
populer
digunakan
oleh
perusahaan-
perusahaan
di
Amerika
Serikat.
Dalam
pendekatan
ini,
perusahaan
menetukan
satu tanggal dalam kalender, dan terhitung mulai dari tanggal tersebut sistem baru
secara serempak
diterapkan
didalam
perusahaan.
Dan pendekatan kedua
adalah
dengan pararel, yang
mempunyai sifat berlawanan dari pendekatan cut-off.
Dimana
sistem
informasi
yang
baru
secara
bersamaan
diperkenalkan dan
diterapkan dengan sistem informasi yang lama.
Dari
dua
dimensi diatas,
manajemen
perusahaan dapat
menentukan
strategi
mana yang cocok untuk diterapkan. Karena setiap perusahaan unik, maka
pendekatan-pendekatan tersebut tidak ada yang bernilai pasti pada prakteknya. Setiap
pendekatan tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan untuk setiap aspek yang
|
16
dimiliki
masing-masing strategi, seperti
faktor finansial, resiko,
waktu, dan sumber
daya manusia.
2.6
Critical Success Factor Dalam Implementasi Sistem
Informasi
Banyaknya
kegagalan
implementasi sistem
informasi
bertaraf
enterprise
mendorong banyak peneliti melakukan suatu pemikiran tentang bagaimana
seharusnya atau
ukuran
dalam
menentukan kesuksesan
suatu
implementasi sistem.
Berangkat dari gagasan ini, maka diperlukan suatu critical success factor dalam suatu
implementasi sistem informasi (Sommers et al., 2000).
Critical
success
factor
adalah
beberapa faktor
yang
ditentukan dan
harus
dicapai
oleh
perusahaan
untuk
menentukan dan
meyakinkan bahwa
apa
yang
dikerjakan atau yang ditargetkan oleh perusahaan sudah tercapai. Pendekatan Critical
success
factor
dalam
pembangunan suatu
aplikasi
sistem
informasi
adalah
untuk
membantu
mengidentifikasikan informasi
apa
saja
yang
dibutuhkan
oleh
level
manajerial di perusahaan.
Penelitian
untuk menemukan suatu critical
success factor pada implementasi
suatu sistem
masih banyak dilakukan. Dan sampai
saat
ini
masih belum ditemukan
suatu kesepakatan mengenai faktor-faktor apa saja yang menjadi kritis keberadaannya
dalam implementasi suatu sistem informasi.
|
17
Menurut (Nah Fui-Hoon, 2001), terdapat 11
faktor yang bisa dijadikan
sebagai
critical
success
factor
dalam
menerapkan sistem
informasi
dengan
taraf
enterprise. Yang antara lain :
1.
Dukungan dari top-management
Salah
satu
komponen
terpenting sistem
informasi
adalah
manusia
itu
sendiri.
Sehingga dalam menentukan apakah sistem informasi itu sukses atau tidak,
terdapat faktor manusia yang menjalankan sistem tersebut. Peran top-management
disini
adalah
untuk
membantu
sistem
informasi
yang
dikembangkan agar
bisa
dipakai dengan baik, dengan membuat suatu aturan-aturan tertentu yang membuat
semua pihak di perusahaan merasa membutuhkan sistem tersebut.
2.
Visi dan Misi Bisnis.
Dalam
membangun suatu
sistem
informasi
yang
baik
harus
didasari
pada
pernyataan
visi
dan
misi dari
perusahaan
itu.
Karena
model
bisnis
suatu
perusahaan
akan
menentukan bagaimana bentuk strategi
IT
dan
pengembangan
sistem
informasi. Menurut (Robert and
Barrar, 1992) tujuan dari pengembangan
sistem informasi harus sejajar dengan tujuan pengembangan sistem informasi, dan
berangkat
dari
pemikiran
tersebut
tahapan
implementasi suatu
proyek
sistem
informasi harus.
3.
Komunikasi yang efektif
Menurut
(Falkowski
et al., 1998) komunikasi
yang efektif mutlak dibuthkan
dalam proses implementasi suatu sistem informasi. Karena luasnya cakupan suatu
sistem informasi, maka sudah pasti akan
terjadi perbedaan ekspektasi pengguna
pada
divisi yang
berbeda.
Dan
terkadang masukan dari
pengguna
seperti
|
18
komentar,
saran,
dan
kritik
bisa
menjadi
faktor
terpenting dalam
proses
implementasi suatu sistem.
4.
Manajemen proyek yang baik
Banyak
proyek
pengembangan suatu
sistem
informasi
gagal
memenuhi
target
dikarenakan lemahnya manajemen proyek yang diterapkan. Proyek yang melebihi
anggaran
dana
dan
jadwal,
merupakana salah
satu
indikasi
kegagalan
suatu
implementasi sistem
informasi.
Suatu
manajemen proyek
yang
baik
harus bisa
mendefinisikan bagaimana cakupan proyek
dan
bagaimana perubahan-perubahan
bisa dilakukan tanpa harus merubah banyak dari anggaran yang sudah ditetapkan
dan waktu yang tersedia.
5.
Manajemen Perubahan (Change Management)
Adanya
suatu
sistem
informasi
yang
terintegrasi sudah
pasti
akan
membawa
perubahan bagi organisasi atau
perusahaan.
Terkadang sebuah organisasi terlalu
enggan
untuk
meninggalkan comfort zone, kondisi dimana sebelum adanya suatu
sistem informasi yang baru. Sehingga pengguna merasa tidak memerlukan sistem
informasi
yang
telah
dikembangkan.
Proses
manajemen
perubahan
juga
tidak
lepas
dari
perlunya dukungan top-management untuk
menetapkan suatu
aturan
atau kebijakan mengenai sistem informasi ini.
6.
Penerimaan penggguna (User acceptance)
Suatu
proses
agar
pengguna
mau
menggunakan
sistem
baru,
merupakan
salah
satu
faktor
krusial
dalam
proses
implementasi.
Karena
sistem
informasi
tidak
akan pernah berhasil berjalan dengan baik, jika pengguna tidak
mau
|
19
menggunakan sistem informasi tersebut. Tingkat penerimaan pengguna terkadang
bisa dianggap sebagai tingkat kesuksesan suatu sistem informasi.
7.
Proses perubahan proses bisnis (Business Process Engineering)
Business
Process
Engineering
(BPR)
adalah
salah
satu
syarat bagi
perusahaan
untuk
menyesuaikan bisnis
mereka
dengan
sistem
informasi
yang
sedang
dikembangkan. Mahalnya
biaya
investasi
yang
dikeluarkan
untuk
membangun
suatu sistem informasi menyebabkan suatu sistem informasi harus meminimalkan
biaya yang dikeluarkan
untuk
melakukan kustomisasi dari sistem
informasi, jadi
salah satu cara untuk menyisiati hal tersebut adalah dengan menyesuaikan proses
bisnis dengan proses dari sistem informasi.
8.
Proses pengembangan piranti lunak
Adanya
kesalahan
dalam
fase
pengembangan suatu
sistem
informasi
dapat
menyebabkan masalah
yang
serius
dalam
kesuksesan
suatu
sistem
informasi.
Karena
dalam fase-fase
tersebut
akan sangat menentukan
dalam membangun
suatu infrastruktur sebuah sistem informasi. Kesalahan pada proses pengumpulan
kebutuhan
pengguna
(user
requirement)
akan
sangat
berpengaruh pada
tingkat
penerimaan
pengguna
dan
manajemen
proyek,
karena
harus
menambah
waktu
dan biaya untuk melakukan perubahan terhadapa sistem.
9.
Evaluasi performa sistem informasi
Langkah
terkahir
dalam
suatu
implementasi adalah
dengan
melakukan
proses
perawatan sistem.
Karena
kualitas
suatu
sistem
informasi
juga
akan
sangat
menentukan pada tingkat kegunaan suatu sistem. Tingkat kestabilan suatu sistem
|
20
terkadang dinilai juga sebagai tingkat kualitas manajemen proyek dan
keberhasilan suatu sistem mencapai tujuannya.
10. Teknik implementasi
Teknik
implementasi
mencakup
bagaimana sistem
yang
baru diterapkan
dalam
perusahaan
untuk
menggantikan
yang
lama.
Bagaimana kebijakan
perusahaan
menyisiati
perubahan merupakan
salah
satu
tantangan
tersendiri
dalam
proses
implementasi suatu
sistem. Sehingga
jika
pihak
manajemen
salah
menerapkan
teknik implementasi, maka kemungkinan suatu sistem berhasil diimplementasikan
menjadi sangat kecil bahkan berujung pada kegagalan.
11. Kemampuan teknik dan kompetensi dari tim pengembang
Kompleksnya
suatu
sistem informasi
menuntut
tim
pengembang
untuk
mempunyai tingkat
teknis
dan
kompetensi
yang
tinggi
agar
target dari
proyek
pengembangan sistem
informasi
bisa
tercapai.
Hal
ini
berkaitan
dengan
manajemen proyek dari pengembangan sistem informasi dan kualitas dari sistem
informasi
yang
dihasilkan. Kemampuan
yang
harus
dimiliki
oleh
sebuah
tim
pengembang tidak hanya
harus baik dari segi teknis, tapi juga
harus
tinggi pada
soft-skill
dan pengetahuan bisnis.
2.7
Model Kesuksesan Sistem Informasi
Banyak
penelitian
yang telah
dilakukan
untuk mengidentifikasi faktor-faktor
yang
mempengaruhi kesuksesan
sistem
informasi.
Tujuannya adalah
mendapatkan
suatu model secara umum untuk mengukur faktor-faktor yang telah distandarkan.
|
21
Menurut DeLone dan McLean (2003) sudah banyak peneliti yang melakukan
penelitian
mengenai
model
kesuksesan sistem
informasi.
Penelitian
pertama
yang
pernah ada, dilakukan Shannon dan Weaver [ada tahun 1949. Hasil dari penelitian ini
adalah
adanya
pengelompokkan proses
informasi kedalam
tiga
tingkatan. Yaitu
tingkatan teknikal, tingkatan semantik dan tingkatan efektifitas. Lalu penelitian kedua
dilakukan
oleh
Mason
pada
tahun
1978
dengan
memperkenalkan model
keefektifitasan dari
pengaruh
informasi
terhadap
penerima
informasi
(end-user).
Berawal
dari
dua
penelitian
tersebut,
dimulailah suatu
penelitian
intensif
untuk
pengembangan model kesuksesan sebuah sistem informasi.
Salah satu model kesuksesan yang paling dikenal dan teruji validitasnya
adalah model kesuksesan yang diajukan oleh DeLone dan McLean (1992). Model ini
dengan cepat mendapat tanggapan dari peneliti lainnya. Salah satu alasannya adalah
model
yang
dikembangkan terbilang
cukup
sederhana dang dianggap
cukup
valid
untuk semua jenis sistem informasi.
2.7.1 Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone dan
McLean
Model yang diusulkan oleh DeLone dan McLean (1992) adalah sebuah model
yang sangat sederhana dan lengkap. Pengembangan model ini didasarkan pada proses
hubungan kausal dari elemen-elemen yang terdapat dalam model ini. Jadi pengukuran
|
![]() 22
masing-masing elemen
tidak dihitung secara independen, tetapi secara keseluruhan
satu mempengaruhi yang lainnya.
Gambar 2-2 Model Kesuksesan
Sistem Informasi DeLone dan McLean
(1992)
Dari
gambar
diatas,
maka
dapat
dijelaskan secara
singkat
bahwa
kualitas
sistem
(System Quality)
dan
kualitas
informasi
(Information
Quality)
secara
independen dan
bersama-sama mempengaruhi
baik
elemen
penggunaan
(Use)
dan
kepuasan
pemakai
(User
Satisfaction).
Besarnya elemen
penggunaan (Use)
dapat
mempengaruhi
besarnya
nilai
kepuasan
pemakai
(User
Satisfaction)
secara
positif
dan
negatif.
Dan
penggunaan (Use)
dan
kepuasan
pemakai
(User
Satisfaction)
mempengaruhi dampak
individual
(Individual
Impact)
dan
selanjutnya
mempengaruhi dampak organisasional (Organizational Impact).
Model
yang diusulkan
ini
merefleksikan
ketergantungan
dari
enam
pengukuran kesuksesan sistem informasi. Keenam elemen atau faktor pengukuran ini
adalah :
|
23
1.
Kualitas Sistem
Faktor
ini
digunakan
untuk
mengukur kualitas
sistem
teknologi
informasinya
sendiri.
Beberapa
peneliti
telah
mengembangkan beberapa
pengukuran
untuk
mendapatkan nilai dari kualitas sistem. Beberapa variabel penelitian yang pernah
diteliti untuk mendapatkan nilai dari kualitas sistem adalah sebagai berikut :
a. Keandalan dari sistem komputer
b.
Waktu respon
c. Kemudahan penggunaan
d.
Isi dari data yang disimpan
e. Akurasi sistem
f.
Kelengkapan sistem, termasuk dengan fitur-fitur
g. Fleksibilitas sistem
2.
Kualitas Informasi
Faktor ini mengukur kualitas keluaran dari sistem informasi. Konsep dari kualitas
informasi merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Laicker
dan
Lessig pad atahun 1980 dengan mengembangkan enam
item pokok. Namun
pada hasil riset DeLone dan McLean, didapat hasil sebagai berikut :
a. Tingkat Akurasi informasi yang dihasilkan
b.
Tingkat ketepatan informasi yang dihasilkan
c. Tingkat ketepatwaktuan dari informasi yang dihasilkan
d.
Tingkat kelengkapan dari informasi yang dihasilkan
e. Bentuk dari informasi yang dihasilkan
f.
Relevansi dari informasi yang dihasilkan
|
24
3.
Penggunaan Informasi
Penggunaan keluaran dari sistem
informasi
yang dihasilkan oleh
pengguna, bisa
dilihat
dari
berbagai
sudut pandang.
Yaitu penggunaan nyata
(actual
use)
dan
penggunaan
yang
dilaporkan (reported
use).
Adapun
variabel
yang
ditulis oleh
DeLone dan McLean adalah sebagai berikut :
a. Frekuensi dari penggunaan dan permintaan laporan-laporan yang spesifik,
b.
Luasnya cakupan dari informasi yang dihasilkan,
c. Regularitas dari penggunaan informasi,
d.
Jumlah laporan yang dihasilkan.
4.
Kepuasan pemakai
Kepuasan
pemakai
adalah
respon
langsung terhadap
hasil keluaran
dari
sistem
informasi. Beberapa peneliti sebelumnya, seperti EinDor dan Segev (1978) serta
Hamilton dan
Chervany (1981)
mengusulkan bahwa
kepuasan
pemakai
adalah
satu-satunya faktor penentu keberhasilan suatu
sistem
informasi. Selain
itu
pada
beberapa penelitian lain disebutkan bahwa kepuasan pemakai berhubungan sangat
erat
dengan
perilaku (attitude)
dari
pengguna,
oleh
karena itu
variabel
yang
dituliskan oleh DeLone dan McLean adalah sebagai berikut :
a. Kepuasan menyeluruh terhadap sistem, baik mulai dari kecepatan
sistem, perangkat lunak, perangkat keras, jaringan, disain antar muka,
dan hasil keluaran dari sistem informasi,
b.
Perilaku pengguna terhadap sistem informasi yang ada,
c. Kepuasan dari sisi top-management,
d.
Kepuasan dari sisi manajemen personal.
|
25
5.
Dampak Individual
Dampak
individual
merupakan
efek yang
ditimbulkan dari
adanya
suatu
sistem
informasi.
Efek
yang ditimbulkan tentu saja
peningkatan kinerja dari pengguna.
Dan Variabelnya adalah sebagai berikut :
a. Keyakinan pemakai terhadap hasil keluaran dari sistem informasi,
b.
Waktu
yang
dibutuhkan
untuk
menyelesaikan
suatu
tugas
atau
pengambilan keputusan,
c. Waktu
yang
dibutuhkan dalam
mendapatkan keputusan
serta
alternatif
dari keputusan tersebut.
6.
Dampak Organisasi
Elemen
ini
merupakan elemen
terkahir
dalam
model
ini,
dimana
elemen
ini
menjelaskan bagaimana informasi yang dihasilkan oleh sistem berpengaruh pada
peningkatan
kinerja
organisasi.
Variabel
dari
elemen
ini
bisa
dilihat
dari
dua
sudut pandang, yaitu dari sudut pandang keuangan dan non-keuangan.
a. Variabel yang berasal dari sudut pandang keuangan, antara lain:
1.
Tingkat Profitabilitas sebelum dan sesudah memakai sistem informasi,
2.
Rasio pengembalian investasi (Return on Investment),
b.
Sedangkan
variabel yang berasal dari
sudut pandang
non-keuangan.
Adalah sebagai berikut :
1
Meningkatnya produktivitas organisasi,
2
Kualitas Produk yang dihasilkan,
3
Kualitas dari inovasi yang ada
|
26
Semakin berkembangnya penelitian dibidang implementasi sistem
informasi,
menyebabkan
banyaknya
kritik
dan
saran
untuk
model
yang
dikembangkan oleh
DeLone
dan
McLean
di
tahun
1992.
Maka
untuk
menjawab dan
merespon
dari
banyaknya kritik dan saran yang diajukan untuk model ini, pada tahun 2003 model ini
mengalami perubahan. Beberapa elemen yang ditambah ataupun yang dirubah adalah
sebagai berikut :
1
Memasukkan variabel kualitas pelayanan (service quality) sebagai tambahan dari
dimensi-dimensi kualitas
yang
sudah
ada.
Yaitu
kualitas
sistem
dan
kualitas
informasi.
2
Merubah
dan
menggabungkan
variabel-variabel dampak
individual
dan
organisasional menjadi net benefits. Tujuannya adalah untuk menjaga model tetap
sederhana.
3
Menambah dimensi
minat
pemakai
sebagai
alternatif
dari
dimensi
pemakaian
(use).
4
Pemakaian dan
kepuasan
pengguna
sangat
erat
berhubungan.
Pemakaian
harus
mendahului kepuasan pemakai sebagai suatu proses, tetapi pengalam yang positif
karena
menggunakan sistem
akan
mengakibatkan keupasan
pemakai
yang
lebih
tinggi
sebagai
bentuk
hubungan
kausal.
Secara
sama,
peningkatan kepuasan
pemakai
akan
mengakibatkan peningkatan
minat
menggunakan
sistem
dan
kemudian akan menggunakan.
5
Jika net benefits bernilai positif akan menguatkan minat pemakai untuk memakai
sistem, dan menguatkan kepuasan pengguna.
Bentuk
hubungan seperti ini masih
valid walaupun nilai dari net benefits tersebut menjadi negatif.
|
![]() 27
Dari
analisis
diatas,
maka
model
yang
diperbaharui pada
tahun 2003 akan
terlihat seperti gambar dibawah ini :
Kualitas Informasi
(information
Quality)
Intensi
Pemakaian
(Intention to
use)
Pemakaian
(use)
Kualitas Sistem
(System Qualtiy)
Net Benefits
Kepuasan Pemakai
(user satisfaction)
Kualitas
Pelayanan
(service qualty)
Gambar 2 -3 Model DeLone dan McLean yang
Diperbaharui (2003)
|