![]() BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Merek (brand)
Praktik branding
telah berlangsung berabad-abad. Kata brand dalam bahasa
Inggris berasal
dari
kata
brand
dalam
bahasa
Old
Norse,
yang berarti
to
burn.
Mengacu pada pengidentifikasian ternak
1
. Pada
waktu
itu, pemilik peternakan
menggunakan
cap khusus
untuk
menandai
ternak
miliknya
dan
membedakannya
dari
ternak
milik
orang
lain.
Melalui
cap
ini
konsumen menjadi
lebih
mudah
mengidentifikasi ternak-ternak
yang
berkualitas yang
ditawarkan oleh para
peternak
bereputasi
bagus.
Manfaat
merek
sebagai
pedoman
yang
memudahkan konsumen
memilih produk tetap berlaku hingga saat ini. Bahkan salah satu definisi merek yang
dirumuskan dalam Oxford Advanced Learners Dictionary of Current English (2000)
adalah : a mark made with a piece of hot metal, especially on farm animals to show
who
owns
them (tanda
yang
dibuat dengan
logam panas,
khususnya
pada
hewan-
hewan peternakan untuk menunjukkan siapa pemiliknya). Definisi lainnya dari kamus
yang sama adalah : a type of product made by a particular company (tipe produk
tertentu yang dihasilkan oleh perusahaan tertentu).
Merek (brand) telah menjadi elemen krusial yang berkontribusi terhadap
kesuksesan
sebuah organisasi
pemasaran,
baik
perusahaan
bisnis
maupun
nirlaba,
1
Blackett, 2003; Keller, 2003; Riezebos, 2003
8
|
![]() 9
pemanufaktur
maupun
penyedia
jasa dan organisasi
lokal
maupun
global.
Menurut
UU Merek No. 15
Tahun 2001
pasal
1
ayat
1,
merek adalah tanda
yang
berupa
gambar,
nama,
kata, huruf-huruf,
angka-angka, susunan
warna, atau kombinasi dari
unsur-unsur
tersebut
yang
memiliki
daya
pembeda dan digunakan dalam
kegiatan
perdagangan barang dan jasa.
Sedangkan Asosiasi Pemasaran Amerika mendefinisikan merek (Brand) adalah
sebagai
sebuah
nama, tanda,
istilah, desain, simbol, atau kombinasi dari semuanya,
dengan
tujuan
untuk
mengidentifikasi sebuah
produk
atau jasa
dari
seorang penjual
atau
sekelompok
penjual
untuk
membedakannya dari
produk
atau
jasa
kompetitornya.
2
Sebuah
merek
memiliki
beberapa elemen
atau
identitas,
baik
yang
bersifat
tangible
maupun
intangible.
Secara
garis
besar,
elemen-elemen tersebut
bisa
dijabarkan
menjadi
nama
merk (brand
names), URL
(Uniform
Resource Locators),
logo,
simbol,
karakter, juru
bicara
(spokespeople),
slogan,
jingles,
kemasan
dan
signage.³
No.
Elemen Tangible dan Visual
Elemen Intangible
Referensi
1
Simbol dan slogan
Identitas, merek korporat,
Aaker (1992)
komunikasi terintegrasi, relasi
pelanggan
2
Philip Kotler and Kevin Lane Keller, Marketing Mangement, 12thed. (Pearson International Edition,
2006), p.256
3
Keller, 2003
|
![]() 10
2
Nama, logo, warna,
---
Bailey &
brandmark, dan slogan iklan
Schechter
(1994)
3
Nama, merek dagang
Positioning, komunikasi merek
Biggar &
Selame (1992)
4
Kapabilitas fungsional, nama,
Nilai simbolis, layanan, tanda
De Chernatony
proteksi hukum
kepemilikan, shorthand notation
(1993)
5
Fungsionalitas
Representasionalitas
De Chernatony
&
McWilliam
(1996)
6
Kehadiran dan kinerja
Relevansi, keunggulan, ikatan
Dyson, Farr &
khusus
Hollis (1996)
7
Nama unik, logo, desain grafis
---
Grossman
dan fisik
(1994)
8
Bentuk fisik
Kepribadian, relasi, budaya,
Kapferer
refleksi, citra diri
(1997)
9
Nilai fungsional
Nilai sosial dan personal
OMalley
(1991)
Tabel 2.1 Elemen Merek
Merek-merek terbaik dapat memberikan jaminan kualitas bagi konsumennya.
Merek
lebih
dari
sekedar
simbol
dikarenakan adanya
enam
level
pengertian
yang
|
11
terkandung
di
dalamnya
meliputi:
atribut,
manfaat,
nilai, budaya,
kepribadian,
dan
pemakai.
Kotler
pun
mengatakan
bahwa
tantangan
dalam
pemberian
merek
adalah
mengembangkan satu
pengumpulan
makna
yang
lebih dalam terhadap
merek
tersebut. Pemasar
harus
menentukan pada
level
mana
akan
menanamkan identitas
merek. Dalam jangka
panjang, merek
yang
paling tahan
lama adalah
nilai,
budaya,
dan
kepribadian yang tercermin dari
merek-merek itu.
Hal-hal tersebut menentukan
inti
dari
sebuah
merek.
Merek
menjadi sangat
strategis bagi
suatu
perusahaan
dikarenakan adanya manfaat yang diberikan bagi penjual, antara lain:
1.
Merek
memudahkan penjual
untuk
memproses
pesanan
dan
menelusuri
masalah.
2. Nama merek memberikan ciri-ciri produk yang unik dan perlindungan
hukum (hak paten).
3.
Pengelolaan
merek
yang
efektif
dimungkinkan dapat
mempertahankan
kesetiaan
konsumen yang
ada,
nantinya
bisa
dipakai
untuk
menghambat
serangan
pesaing
dan
membantu
memfokuskan
perencanaan program
pemasaran.
4. Merek dapat membantu dalam melakukan segmentasi pasar.
5.
Citra
perusahaan dapat
dibangun
dengan
merek
yang
kuat dan
memberi
peluang
dalam
peluncuran
merek-merek
baru
yang
lebih
mudah
diterima
oleh pelanggan dan distributor.
|
12
Merek adalah sebuah simbol yang kompleks terhadap suatu produk dan dapat
memberikan enam arti, yaitu :
1. Atribut (Attributes)
Merek
memberikan suatu
gambaran
tentang
sifat
produk
dari
merek
itu
sendiri dan mengingatkan pada atribut-atribut tertentu. Contoh : kelas atas,
mahal, berdaya tahan tinggi.
2. Manfaat (Benefit)
Atribut dari sebuah merek tersebut harus dapat diterjemahkan dalam bentuk
manfaat baik dari sisi fungsi
maupun emosional. Contoh
:
Atribut berdaya
tahan
tinggi
dapat
diterjemahkan dengan
arti
bahwa
produk
tersebut
menggunakan
bahan
dengan
kualitas
tinggi
dibandingkan dengan produk
lain.
3. Nilai (Value)
Sebuah
merek dapat turut serta
memberikan nilai
lebih bagi produsennya.
Contoh
:
Pulpen
dengan
merek
Parker
memberikan nilai
prestige
bagi
konsumennya.
4. Budaya (Culture)
Sebuah
merek
dapat
turut
serta
mencerminkan
budaya
tertentu.
Contoh
:
Mercedes
Benz dapat
menggambarkan budaya
Negara Jerman
yang
serba
teratur, efisien, serta berkualitas tinggi.
|
![]() 13
5. Personal (Personality)
Sebuah
merek dapat mencerminkan kepribadian dari
individu pemakainya.
Contoh
:
Menggunakan
mobil
Mercedes
Benz
melambangkan kepribadian
yang berkelas dari pemakainya.
6. Pemakai (User)
Sebuah
merek
menunjukkan jenis
konsumen
yang
membeli
atau
menggunakan produk
tersebut.
Contoh
:
Gambaran
dari
konsumen
yang
menggunakan mobil
Mercedes
Benz
adalah
seorang
top
eksekutif
yang
sudah mapan dalam finansial hidupnya.
Sementara itu Styles & Ambler (1995)
mengidentifikasi dua prespektif berbeda
dalam mendefinisikan merek : definisi product-plus dan holistic view. Dalam
ancangan product-plus
yang dikenal pula dengan istilah additive approach
4
,
produk
dan merek dipandang sebagai dua hal yang terpisah, dimana merek adalah tanda yang
ditambahkan pada
produk.
Merek dipandang
sebagai bagian dari
produk,
sehingga
branding
dianggap
sebagai
aktifitas
yang
memberikan
nilai
tambah
bagi
produk
5
.
Contohnya parfum bermerek Jean-Paul
Gaultier dalam kemasan botol uniknya akan
dipersepsikan konsumen sebagai produk
mahalberkualitas tinggi, sementara parfum
yang 100 persen identik namun tidak diberi merek apapun kemungkinan akan
dipersepsikan berkualitas rendah.
4
Abela, 2003
5
Kotler, et al., 2004
|
14
Merek bermanfaat bagi produsen dan
konsumen.
Bagi
produsen,
merek
berperan penting sebagai (Keller, 2003):
1. Sarana
identifikasi
untuk
memudahkan proses penanganan atau pelacakan
produk
bagi
perusahaan,
terutama
dalam
pengorganisasian sediaan
dan
pencatatan akuntansi.
2. Bentuk proteksi
hukum terhadap
fitur atau aspek produk yang unik. Merek
bisa
mendapatkan perlindungan properti
intelektual.
Nama
merek
bisa
diproteksi
melalui
merek
dagang
terdaftar
(registered
trademarks),
proses
pemanufakturan bisa
dilindungi
melalui
hak
paten,
dan
kemasan
bisa
diproteksi melalui hak cipta (copyrights) dan desain.
3. Signal
tingkat
kualitas
bagi
para
pelanggan
yang
puas,
sehingga
mereka
bisa
dengan
mudah
memilih dan
membelinya lagi di
lain
waktu.
Loyalitas
merek seperti
ini
menghasilkan predictability dan security permintaan bagi
perusahaan dan
menciptakan
hambatan
masuk
yang
menyulitkan
perusahaan lain untuk memasuki pasar.
4. Sarana
menciptakan
asosiasi
dan
makna
unik
yang
membedakan produk
dari para pesaing.
5.
Sumber
keunggulan
kompetitif,
terutama
melalui
perlindungan hukum,
loyalitas pelanggan, dan citra unik yang terbentuk dalam benak konsumen.
6. Sumber financial returns, terutama menyangkut pendapatan masa datang.
|
![]() 15
Sedangkan manfaat merek bagi konsumen adalah (Kapferer, 1997):
No
Fungsi
Manfaat bagi Konsumen
1
Identifikasi
Bisa dilihat dengan jelas
Memberikan makna bagi produk
Mudah
mengidentifikasi
produk
yang
dibutuhkan
2
Praktikalitas
Memfasilitasi penghematan waktu dan
energi
melalui pembelian ulang identik dan loyalitas
3
Jaminan
Memberikan
jaminan
bagi konsumen
bahwa
mereka
bisa
mendapatkan kualitas
yang
sama
sekalipun pembelian
dilakukan
pada
waktu dan
di tempat berbeda
4
Optimisasi
Memberikan
kepastian
bahwa
konsumen
dapat
membeli alternatif terbaik dalam kategori produk
tertentu dan pilihan terbaik untuk tujuan spesifik
5
Karakterisasi
Mendapatkan konfirmasi
mengenai
citra
diri
konsumen atau citra yang ditampilkannya kepada
orang lain
6
Kontinuitas
Kepuasan
terwujud
melalui
familiaritas
dan
intimasi dengan merek yang telah digunakan atau
dikonsumsi konsumen selama bertahu-tahun
|
![]() 16
7
Hedonistik
Kepuasan terkait dengan daya tarik merek, logo
dan komunikasinya
8
Etis
Kepuasan berkaitan dengan perilaku bertanggung
jawab
merek
bersangkutan dalam
hubungannya
dengan masyarakat
Tabel 2.2 Manfaat Merek bagi Konsumen
Aaker
(1996: 13)
membedakan lima
tingkatan
sikap
setia
konsumen terhadap
sebuah merek dari yang paling rendah hingga paling tinggi, antara lain :
1.
Konsumen akan mengganti
merek
yang telah dipakai,
biasanya
karena
alasan harga. Tidak ada kesetiaan terhadap merek tersebut.
2.
Konsumen
puas. Konsumen
tidak
memiliki
alasan
untuk
mengganti
ke
merek lain.
3.
Konsumen puas dan akan menimbulkan biaya dengan mengganti ke merek
lain.
4.
Konsumen menghargai merek tersebut dan melihatnya sebagai teman.
5.
Konsumen memutuskan untuk tetap setia terhadap merek tersebut.
Buchholz
dan
Wordermann (2000:
10)
dalam
bukunya
yang
berjudul
What
Makes
Winning
Brands
Different
mengatakan bahwa
merek
yang
menang
dalam
pasar adalah
merek
yang selalu
melekat dalam pikiran konsumen (top
of
mind)
dan
akan
membuat
konsumen
tersebut
termotivasi
untuk
memilikinya, yang
kemudian
lebih dikenal dengan
teori Buchhloz-Wordermann (B|W Method).
Dalam
tujuannya
agar sebuah merek dapat melekat dalam pikiran konsumen. Metode B|W terbagi atas
|
17
lima hukum universal yang dapat diterapkan dalam semua lini produk dan pelayanan
yang ada, yaitu :
1. Keunggulan dan Janji (Benefit & Promises)
Konsumen lebih memilih merek dari produk yang dapat menawarkan nilai
lebih atau keunggulan dibanding dengan produk lain :
Aturan-aturan untuk pengembangan metode Benefit & Promises :
a. Mengarahkan kepada kepentingan hidup konsumen
b. Menghilangkan ancaman pada konsumen
c. Mencari nilai lebih yang terdapat dalam merek
d. Memberikan semangat kepada konsumen
e. Membuat merek sebagai pemicu dalam pikiran konsumen
2. Norma dan Nilai (Norm & Values)
Konsumen
lebih
memilih
merek
yang dapat
memecahkan,
mencegah
masalah dan gejolak antara norma-norma dan nilai-nilai yang dipercaya.
Aturan-aturan untuk pengembangan metode Norm & Values :
a. Menghilangkan rasa bersalah
b. Memberikan rasa bangga kepada konsumen
c. Memaparkan ketidak-konsistenan
d. Menghilangkan rasa tabu
3. Persepsi dan Program (Perception & Program)
Konsumen lebih memilih sebuah merek karena persepsi dan kebiasaan yang
diarahkan pada
merek tersebut sebagai suatu pilihan
yang
logis. Persepsi
|
18
yang baik akan tercipta bila konsumen
mempunyai penilaian
yang bagus
terhadap merek tersebut.
Aturan-aturan untuk pengembangan metode Perception & Program :
a. Membuat batasan wilayah
b. Masuk ke pasar lain
c. Memposisikan merek
d. Membalikkan kekurangan
e. Menciptakan suatu kebiasaan
4. Identitas dan Ekspresi Diri (Identity & Self Expression)
Konsumen lebih memilih merek yang dapat mengekspresikan karakter dan
identitas yang ingin mereka miliki.
Aturan-aturan untuk pengembangan metode Identity & Self Expression :
a. Menunjukkan karakter
b. Mendukung suatu ideologi
c. Menciptakan kekeluargaan
d. Menciptakan rasa kepahlawanan
e. Ekspresi pesan pribadi
5. Cinta dan Emosi (Love & Emotion)
Konsumen
lebih
memilih
sebuah
produk
atau
pelayanan tertentu
karena
mereka
mencintai
mereknya.
Loyalitas
merupakan
loncatan dari
rasa
suka
ke rasa cinta, bila konsumen hanya menyukai merek anda maka bukan tidak
mungkin akan pindah begitu merek lain memberikan diskon.
|
![]() 19
Aturan-aturan untuk pengembangan metode Love & Emotion :
a. Menjadi teman
b. Pencabangan ke dalam emosi
c. Membina rasa rindu
d. Membangkitkan rasa empati
2.2
Brand Equity
Brand Equity adalah serangkaian aset dan kewajiban (liabilities) merek yang
terkait dengan sebuah merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi
nilai yang diberikan sebuah produk atau jasa kepada perusahaan dan atau pelanggan
perusahaan tersebut.
6
Menurut
Aaker
brand
equity
dibagi
kedalam
empat
bagian,
terlihat seperti gambar di bawah ini.
Gambar 2.1 Elemen Brand Equity menu®ut David Aaker
6
David A. Aaker (1991)
|
![]() 20
a. Brand awareness, yaitu kemampuan
konsumen
untuk
mengenali
atau
mengingat
bahwa
sebuah
merek
merupakan anggota
dari
kategori
produk
tertentu.
b. Perceived quality,
merupakan penilaian konsumen terhadap keunggulan atau
superioritas
produk
secara
keseluruhan. Oleh
sebab
itu
perceived
quality
didasarkan pada
evaluasi
subyektif konsumen
(bukan
manajer
atau
pakar)
terhadap kualitas produk.
c.
Brand
associations,
yaitu
segala
sesuatu yang terkait
dengan
memori atau
ingatan
terhadap
sebuah
merek.
Brand
associations
berkaitan erat
dengan
brand
image,
yang didefinisikan sebagai
serangkaian asosiasi
merek dengan
makna tertentu.
Asosiasi
merek
memiliki tingkat kekuatan tertentu dan akan
semakin
kuat
seiring
dengan
bertambahnya pengalaman
konsumsi
atau
eksposur dengan merek spesifik.
d. Brand loyalty, yaitu the attachment that a customer has to a brand
7
Dalam Kotler
(2000)
keuntungan
kompetitif
yang
dapat
diperoleh
dari
tingginya ekuitas merek adalah:
1. Merek
tersebut
memberikan
pertahanan
terhadap
persaingan
harga
yang
kompetitif.
2. Lebih
mudah
meluncurkan
perluasan
merek
karena
kredibilitasnya
yang
tinggi.
3. Mampu
menetapkan harga
yang lebih
tinggi dari pesaing karena
terdapat
keyakinan konsumen terhadap kredibilitas barang tersebut.
7
Aaker, 1991, p. 39
|
21
4. Posisi
yang
lebih
kuat
dalam
negosiasi
dengan
distributor dan pengecer
sebab pelanggan mengharapkan mereka memiliki merek tersebut.
5. Menikmati biaya pemasaran yang lebih kecil karena tingkat kesadaran dan
kesetiaan merek konsumen tinggi.
Menurut
Darmmesta (1999),
loyalitas
merek
akan
melibatkan
ide
yang
berkaitan
dengan
pendekatan attitudinal
sebagai
komitmen
psikologis
dan
pendekatan behavioral yang tercermin dalam perilaku beli aktual.
Pengelolaan ekuitas
merek
perlu
dilakukan
dengan
cermat
mengingat
para
pelanggan akan
sangat
terikat
dengan
hal
tersebut
pada
waktu
akan
melakukan
relationship
dengan
perusahaan. Oleh
karenanya
pemahaman
pelanggan
berdasar
ekuitas
merek
menjadi
critical
view
bagi
pemasar. Keller
(1999)
mendefinisikan
pelanggan berdasar ekuitas merek sebagai suatu pemahaman yang dimiliki konsumen
terhadap
suatu
merek
sebagai
bentuk
respon
dari
aktivitas
pemasaran. Pelanggan
berdasar
ekuitas
merek
yang
baik
akan
mempengaruhi
tanggapan
mereka
secara
positif
terhadap
suatu
produk,
harga,
atau
komunikasi ketika
merek
tersebut
diidentifikasi. Pemahaman
akan
merek
tersebut
dapat
dilihat
dari
dimensi
brand
awareness dan brand
image.
Aaker
(1999) mendefinisikan brand awarenes
sebagai
suatu
penerimaan konsumen
terhadap
sebuah
merek
dalam
benak
mereka
dimana
ditunjukkan dari
kemampuan
mereka
mengingat
dan
mengenali
kembali
sebuah
merek ke dalam kategori tertentu. Sedangkan brand image oleh Paul
Temporal dalam Plummer (2002) didefinisikan sebagai persepsi konsumen terhadap
sebuah
merek
yang
dibangun
oleh
pengalaman mereka
terhadap
merek
tertentu
sehingga membentuk asosiasiasosiasi. Untuk menuju ekuitas merek yang tinggi
|
22
hanya terjadi saat konsumen menyadari keberadaan merek (aware of the brand) dan
konsumen
memiliki
image/asosiasi
kuat,
menguntungkan, dan
menyadari
keunikan/keunggulan merek tertentu.
Konsep
ekuitas
merek
mempengaruhi secara
langsung
efektifitas pengelolaan
merek
dalam
jangka
panjang
yang
diterjemahkan dalam
keputusan-keputusan
pemasaran. Aktivitas
perusahaan dalam program
pemasaran secara
potensial
dapat
mengubah
pemahaman konsumen
mengenai
merek
tertentu
baik
sisi
brand
awareness
dan
brand
image.
Oleh
karenanya perspektif pelanggan berdasarkan
ekuitas
merek
menjadi
sangat
penting ketika
membuat
keputusan
pemasaran untuk
mempertimbangkan
bagaimana
perubahan-perubahan kedua
aspek
tersebut
apakah
berpengaruh positif atau
malah sebaliknya terhadap keputusan-keputusan pemasaran
berikutnya.
|
![]() 23
Gambar 2.2 Strategi-strategi Penguatan Merek Menu®ut Keller (1999)
Strategi
penguatan
merek
(Brand
Reinforcement).
Langkah ini menjadi
hal
terpenting
dalam
penguatan
merek,
konsistensi merek
menjadi
critical
dalam
menjaga kekuatan dan
keunggulan asosiasi merek bagi konsumen. Jika yang terjadi
sebaliknya, kurangnya dukungan pemasaran terhadap merek, maka akan terjadi biaya
yang
tidak
efisien dalam pengembangan dan
komunikasi pemasaran yang
berakibat
perusahaan akan kehilangan banyak peluang dalam mempertahankan konsumen yang
tentunya menjadi target bagi pesaing.
Beberapa
contoh
dari
pemimpin
merek
kelas
dunia seperti Coca-Cola, IBM,
yang telah berhasil mempertahankan ekuitas merek dalam waktu yang tidaklah
|
24
singkat.
Kunci
dalam
hal
ini adalah
adanya
dukungan
aktivitas
pemasaran
yang
secara konsisten menjaga merek tersebut. Arti konsisten menurut Kotler (2000) tidak
berarti
statis
namun
lebih
cenderung bersifat
fleksibel
mengikuti perubahan yang
terjadi
sepanjang
waktu,
hal
ini
untuk
meningkatkan brand
awareness,
brand
acceptability
sampai pada level
brand
loyalty.
Merek
yang
sudah
mapan biasanya
memiliki
suatu
elemen
kreatif
kunci
dalam
memasarkan program-program
komunikasinya sepanjang waktu, sebagai hasilnya secara efektif telah tercipta ekuitas
periklanan (advertising equity). Plummer (2000) menegaskan pentingnya personalitas
merek
yang
memanfaatkan karakteristik
manusia
ke
dalam
produknya
agar
memudahkan konsumen
mengingat
merek
tersebut
serta
memberi
hubungan
yang
lebih
emosional,
sehingga diharapkan dapat
meningkatkan preferensi
mereka dalam
memilih suatu produk. Semisal advertising icons sebagai latent value seperti Colonel
Sanders
dalam
Kentucky Fried
Chicken
ataupun
Marlboro dengan
koboi
yang
macho/gagah.
Konsep
tersebut tetap
harus
dijaga
secara
konsisten dan
mengikuti
perubahan
yang
terjadi.
Dalam
hal
ini
perlu
juga
dipahami
pemisahan
advertising
elements disesuaikan dengan target market-nya (contoh: usia tua atau muda). Hal ini
ditujukan untuk menghasilkan kontribusi tinggi pada ekuitas merek yang harus selalu
ditingkatkan.
Membangun
merek
vs
biaya
yang
dibutuhkan.
Dalam
mengelola ekuitas
merek, penting untuk memahami tradeoff diantara aktifitas-aktifitas pemasaran, yakni
antara
aktifitas
pemasaran
yang
ditujukan
untuk
membangun dan
meningkatkan
ekuitas
merek
dengan
aktifitas pemasaran
yang
digunakan
untuk
mendanai
ekuitas
merek yang sudah ada dalam mendapatkan keuntungan-keuntungan finansial. Dalam
|
25
Keller (1999)
manfaat dari penguatan merek dengan mendapatkan tingkat awareness
tinggi
dan
image
merek
yang
positif
adalah
diperolehnya
cost
saving
dan
revenue
opportunities.
Program-program
pemasaran dapat dirancang dengan mencoba mencari
peluang
yang ada ataupun
mengharapkan
maksimisasi
keuntungankeuntungan
seperti: pengurangan biaya untuk periklanan, menerapkan harga premium yang
lebih
tinggi, ataupun mengenalkan bermacam perluasan merek. Namun perlu diingat bahwa
kekuatan
merek
dan
sumber
ekuitas
merek bisa
berkurang dalam
proses
tersebut.
Kegagalan
dalam
membangun
merek
akan
mengurangi brand
awareness
dan
melemahkan brand image, dan tanpa sumber-sumber dari ekuitas merek, suatu merek
tertentu tidak bisa memiliki manfaat-manfaat yang tinggi.
Ketepatan
pemilihan
supporting
marketing
program.
Penguatan arti
merek
bisa bergantung pada keterlibatan asosiasi merek yang terjadi. Dalam hal
ini ada dua
bentuk umum
dalam
penguatan
arti
merek
yang bisa
dibedakan
dari asosiasi
yang
berkaitan
dengan
produk dan asosiasi
yang
berkaitan dengan
non produk. Satu
per
satu akan dibahas berikut ini:
a. Asosiasi yang berkaitan dengan produk (product-related associations)
Ada beberapa hal yang penting disini, yakni inovasi dalam desain produk,
manufacturing,
dan
merchandising.
Oleh
karena
kegagalan inovasi
berdampak
luas, perlu dipahami pentingnya penyesuaian terhadap preferensi
konsumen dan secara cermat memperhatikan aktifitas pesaing. Inovasi produk
memegang peranan kunci dalam
mengembangkan merek berdasarkan kinerja
yang menjadi sumber utama ekuitas merek dalam hal asosiasi yang berkaitan
|
26
dengan produk. Perluasan produk
yang
didasari pada
pengembangan produk
yang telah ada sebagai
misal televisi Sony dengan Trinitron-nya yang
memiliki kelebihan dalam color tube (pipa warna).
Dalam berbagai kategori, suatu
family-sub
brand
telah
muncul dari
inovasi
produk
yang
berhubungan dengan
perluasan
merek, ataupun
inovasi
produk
yang berpusat pada
merek yang
telah
ada.
Hal penting yang perlu dipahami
disini adalah untuk tidak mengubah produk terlalu banyak, khususnya jika arti
merek bagi konsumen dilihat dari desain atau artificial produk tersebut. Coca-
Cola
pernah
menghadapi tanggapan
negatif
yang
sangat
kuat
dari
konsumennya ketika
perusahaan sekitar
tahun 1985
mengubah
formula cola
menjadi
new
cola. Konsumen
menganggap reformulasi tersebut
merupakan
produk yang lebih baik tapi bukan produk yang berbeda (a better product but
not a different product). Hal lain yang perlu diperhatikan adalah aspek waktu
pengenalan
dari
perbaikan
merek,
jika
terlalu
dini
diperkenalkan, bisa
menjadikan konsumen
justru
berhenti
membeli
produk
yang
telah
ada,
sebaliknya jika terlalu lambat, mungkin pesaing sudah menikmati keuntungan
dari peluang besar tersebut.
b. Asosiasi yang berkaitan dengan nonproduk (non product-related associations)
Strategi
ini sangat tepat dipakai pada merek-merek
yang memiliki
asosiasi tinggi pada atribut, simbol, dan keuntungan experiential
yang
tidak
berkaitan dengan produk, dalam hal ini keterkaitan perbandingan pemakai dan
penggunaan menjadi penting. Oleh karena aspek intangible yang dilihat,
asosiasi yang berhubungan dengan non-produk secara potensial lebih mudah
|
27
berubah.
Dalam
hal ini kampanye atau advertising baru yang
mengkomunikasikan suatu
tipe perbedaan dari situasi penggunaan/pemakaian
bisa dilakukan. Satu hal yang perlu dicermati adalah repositioning yang
terlalu sering justru akan mengaburkan image suatu merek dan akhirnya justru
membingungkan konsumen.
Strategi Revitalisasi Merek. Langkah-langkah dalam strategi
inidapat dilihat dalam
figure
2.
Keller
(1999)
menegaskan jika
strategi
penguatan
merek
masih
belum
berhasil
secara
maksimal,
langkah
berikutnya
yang
bisa
dipertimbangkan adalah
strategi
revitalisasi
merek.
Adakalanya dalam
situasi tertentu
untuk
menghidupkan
atau
menyegarkan kembali
asosiasi
merek
tertentu,
justru
diperlukan
kembali
ke
akar/asal
semula
dari
merek
yang
bersangkutan (return
to
their
roots)
untuk
mendapatkan
kembali
sumber-sumber ekuitas
merek
yang
hilang/pudar.
Adidas
(memproduksi
sepatu
atletik)
contohnya, pada
tahun
90an
melihat
bahwa
posisi
pemimpin pasar mulai direbut oleh pesaing
yakni Nike dan Reebok, hal
ini sebagai
akibat
dari
ketidakmampuan
melihat perubahan
yang
ada
dan
konflik
yang
terjadi
pada
internal
manajemen.
Menyadari kondisi
tersebut,
manajemen
baru
mengubah
strategi pemasarannya dengan 4P yang difokuskan kembali pada anak muda (teenage
market)
dan
menjadi
sponsor
pada
turnamen olahraga
dunia
(world
cup
soccer),
hasilnya market share meningkat pada urutan lima di Amerika Serikat.
Mengenal
lebih
jauh
tentang
revitalisasi
merek.
Mengembalikan kebaikan
merek yang memudar memerlukan kembali sumber-sumber ekuitas merek yang
hilang.
Bagaimanapun juga
pendekatan
manapun
yang
diambil,
kadang
membutuhkan
perubahan
yang revolusioner
tidak sekedar
evolusioner
dalam
|
28
menguatkan
arti
merek.
Oleh
karenanya
pemahaman
akan
sumber-sumber ekuitas
merek
menjadi
crucial
untuk
memulai
tahapan
revitalisasi merek
ini.
Dalam
repositioning, penting dipahami
karakteristik
secara
luas
dan
mendalam
dari brand
awareness,
kekuatan,
keuntungan, dan
keunikan
dari
membangun
asosiasi
merek
dalam ingatan konsumen.
Audit merek menjadi relevan dalam konteks ini, dimana merupakan
perhitungan komprehensif
dari
kelayakan
suatu
merek
dengan
mempertimbangkan
perspektif perusahaan dan perspektif konsumen. Keputusan yang diambil bisa berupa
menjaga positioning yang sudah ada ataupun menciptakan positioning yang baru. Hal
ini
berkaitan dengan
sifat
yang
diinginkan
(desirability)
dan
kemampuan
mengirimkan dari asosiasi
merek tersebut (deliverability), dengan memahami atribut
dan
keuntungan
yang
menonjol/penting berdasar
pada
pertimbangan
perusahaan,
konsumen, dan
pesaing.
Konsep
the
customer
based
brand
equity
sekali
lagi
membantu
menyegarkan
kembali
sumber-sumber ekuitas
merek
yang
lama
dan
menciptakan
sumber-sumber baru
ekuitas
merek
untuk
mencapai
positioning
yang
diinginkan. Dalam framework ini ada dua pendekatan yang dapat dipertimbangkan:
1. Ekspansi yang dalam dan luas akan kesadaran merek (brandawareness)
dengan
memperbaiki
dan
meningkatkan consumen
recall
dan
recognition
terhadap merek tersebut selama pembelian dan pemakaian.
2.
Memperbaiki
dan
meningkatkan kekuatan,
keunggulan,
serta
keunikan
dari
asosiasi
merek
untuk
mempertinggi
brand
image.
Pendekatan
ini
mencakup
program-program yang
secara
langsung
dilakukan
pada asosiasi
merek
lama
dan baru.
|
29
Secara
strategis,
sumber-sumber
yang
hilang
dari ekuitas
merek
dapat
diperbarui
dan
sumber-sumber ekuitas
yang
baru
dapat
dibangun dalam
tiga
cara
utama
yang
dimulai
dengan
perubahan elemen
unsur-unsur
merek,
perubahan-
perubahan
program
marketing
yang
mendukung
strategi
ini
serta
membuat
asosiasi
kedua yang baru (leveraging new secondary associations) dari merek tersebut.
Memperluas kesadaran merek (expanding brand awareness). Dengan merek
yang
mulai
memudar,
kadang
bukanlah
kedalaman
kesadaran
merek
yang
menjadi
masalah,
namun
bisa
jadi
keluasan
kesadaran
merek
yang
menjadi
masalah,
konsumen hanya cenderung berpikir akan suatu merek dalam scope yang sempit saja.
Oleh
karenanya
satu
hal
yang
penting
dalam
membangun ekuitas
merek
adalah
meningkatkan keluasan
kesadaran
merek,
meyakinkan
konsumen
untuk
tidak
melupakan merek
tertentu
dan
menjamin
bahwa
pembelian
dan pemakaian merek
tersebut
akan
memuaskan
kebutuhan
dan
keinginan
konsumen. Diharapkan dapat
terjadi peningkatan pemakaian akan merek tertentu yang dapat dilakukan dengan dua
cara:
1. Meningkatkan kuantitas pemakaian ? berapa banyak
merek tersebut
dipakai.
2. Meningkatkan
frekuensi pemakaian ?
berapa sering
merek tersebut
digunakan.
Secara
umum
no.
2
lebih
mudah
dilakuakn dibanding no.
1,
dimana
jumlah
jumlah
barang
yang
dikonsumsi
menjadi
suatu
fungsi
dari
keyakinan
utama
konsumen akan anggapan bahwa produk tersebut memang paling baik untuk dipilih,
meski seringkali
yang terjadi adalah impulse
consumption
terhadap
merek tertentu
|
30
(misal
softdrink,
snack,
permen,
dan
lain-lain).
Disisi
lain
peningkatan frekusensi
pemakaian
melibatkan
tambahan
identifikasi
atau
peluang-peluang baru
untuk
menggunakan merek tersebut dalam cara
yang sama atau
mengidentifikasi cara-cara
yang baru yang bisa meningkatkan frekuensi pemakaian merek tersebut. Hal ini bisa
terjadi
pada
merek-merek yang
memiliki
market
share
cukup
tinggi
dan
menjadi
pemimpin produk pada tiap kategori produk tertentu. Adapun cara
yang bisa
ditempuh adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi peluang pemakaian tambahan ataupun baru.
Jika
suatu
merek
dianggap konsumen
hanya
memiliki asosiasi
merek
kuat
dalam siatuasi tertentu saja, maka dalam mengidentifikaisi peluang tambahan atau
baru meski dalam cara dasar yang sama, dapat dirancang dalam dua hal:
1. Komunikasi
dengan
konsumen
untuk
meyakinkan
mereka
dalam
menggunakan suatu merek tertentu lebih sering dalam situasi yang sudah
ada maupun situasi yang baru.
2.
Mengingatkan konsumen
untuk
secara
nyata
memakai
merek
tersebut
sedekat mungkin dengan situasi-situasi tersebut.
Langkah
yang
kreatif
dalam
mencari
cara
untuk
meningkatkan brand
equity
terhadap
produk
tertentu
sangat
dibutuhkan. Bila
suatu
produk
memiliki
rentang
kehidupan yang
pendek,
konsumen
cenderung
memiliki underestimate
terhadap
panjang/durasi penggunaan
merek
tertentu.
Salah
satu strategi
yang bisa dipakai
adalah memberi informasi yang lebih baik pada konsumen terutama pada saat produk
tersebut pertama kali dipakai, mereka perlu diyakinkan untuk
menggunakan merek
|
31
tertentu secra regular/teratur, desain dan kemasan produk
menjadi satu
hal penting
yang acap dipertimbangkan konsumen untuk memilih merek tertentu.
b. Mengidentifikasi
cara-cara
berbeda
baik
yang
baru
ataupun
bersifat
melengkapi penggunaan suatu merek tertentu.
Pendekatan
kedua
ini
lebih
menekankan
pada
frekuensi
penggunaan suatu
merek dengan
mengidentifikasi cara-cara penggunaan yang baru atau
melengkapi
cara
yang sudah
ada.
Sebagai
contoh
suatu
perusahaan
produk
makanan
(misal:
bumbu
masak)
dapat
mengenalkan resep
baru
dengan
produk
yang
sudah
ada
sebelumnya.
2.3
Segmentation, Targeting and Positioning (STP)
Dalam sebuah proses pemasaran produk, terdapat tiga hal penting yang harus
diperhatikan yaitu segmentation, targeting and positioning. Sebuah perusahaan yang
berperan
sebagai produsen tentu tidak dapat melayani semua permintaan konsumen
dalam pasar
yang
luas
ini,
sebab
konsumen
yang
ada
terlalu
banyak
dan
sangat
bervariasi
karakternya
satu
sama
lain.
Oleh
karena
itu
produsen
atau
perusahaan
harus
dapat
mengidentifikasi
segmen
pasar
yang
hendak
dicapai
dan
membaginya
dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil (segmentation), setelah itu produsen atau
perusahaan dapat memilih
salah
satu atau
lebih
segmen pasar
yang ada (targeting).
Setelah
kedua
hal
tersebut
dilakukan, maka
produsen
atau
perusahaan dapat
menetapkan
posisi yang diinginkan
atas produknya
dalam benak konsumen
|
32
dibandingkan dengan pesaingnya; ditinjau dari sisi produk, servis, image, serta aspek-
aspek pendukung lainnya (positioning).
2.3.1 Segmentasi Pasar (Market Segmentation)
Segmentasi
pasar
merupakan
dasar
untuk
mengetahui bahwa
setiap
pasar
terdiri
atas
beberapa
segmen
yang
berbeda-beda. Dalam
setiap
segmen
terdapat
pembeli-pembeli yang memiliki :
1. Kebutuhan yang berbeda-beda.
2. Pola pembelian yang berbeda-beda.
3. Tanggapan yang berbeda-beda terhadap berbagai jenis penawaran.
Adapun dasar-dasar
atau kriteria yang dapat dipakai untuk segmentasi
pasar adalah :
1.
Faktor demografi, seperti :
umur, jenis kelamin, suku, pendidikan, agama
dan sebagainya.
2.
Tingkat penghasilan.
3.
Faktor sosiologis, seperti
: kelompok budaya, kelas-kelas sosial dan
sebagainya.
4.
Faktor psikologis, seperti : kepribadian, sikap, manfaat produk yang
diinginkan dan sebagainya.
Diantara segmen pasar yang ada, terdapat segmen yang menarik (attractive
segmen), yaitu segmen pasar
yang belum terlayani, atau yang sudah terlayani
tetapi kurang baik. Disamping memperhatikan segmen yang menarik tersebut,
|
33
masih
ada
tiga
faktor
yang
harus dipertimbangkan
untuk
menunjang
usaha
segmentasi secara efektif. Ketiga faktor tersebut adalah :
1. Measurability
Tingkat
informasi
yang ada mengenai
sifat-sifat
pembeli,
sejauh
mana
sifat-sifat tersebut dapat diukur.
2. Accessibility
Tingkat
dimana
perusahaan
itu
secara
efektif
memusatkan
usaha
pemasarannya pada segmen yang telah dipilihnya.
3. Substansiality
Suatu tingkat dimana segmen
itu adalah luas dan cukup
menguntungkan
untuk melakukan kegiatan pemasaran diri.
2.3.2 Target Pasar (Market Targeting)
Setelah
melakukan
segmentasi
pasar
dan
memisahkan konsumen
dalam
kelompok
yang
lebih
kecil,
maka
langkah
selanjutnya yang
harus
dilakukan
oleh
produsen adalah mengevaluasi setiap segmen pasar yang telah terbentuk dan memilih
salah satu atau lebih segmen pasar yang ingin dimasuki.
Ada lima pola yang bisa digunakan ketika memasuki pasar sasaran, yaitu :
1. Memusatkan perhatian pada satu segmen tunggal.
Merupakan strategi
yang dapat ditempuh perusahaan bilamana
ingin
mempunyai posisi yang kuat pada satu segmen pasar saja.
2. Mengkhususkan pada beberapa segmen pilihan yang tidak berhubungan.
|
![]() 34
Perusahaan menentukan beberapa
segmen, dimana
setiap
segmennya
menarik dan sesuai dengan tujuan perusahaan.
3.
Memusatkan pada sebuah produk.
Strategi yang diterapkan perusahaan dimana mereka membuat produk
tertentu yang akan dijual kepada beberapa segmen yang terbatas.
4.
Memusatkan pada sebuah segmen pasar.
Perusahaan berkonsentrasi pada pelayanan beberapa kebutuhan mendasar
dari kelompok tertentu.
5.
Menjangkau keseluruhan pasar.
Perusahaan mencoba melayani semua kelompok pelanggan dengan produk-
produk yang mungkin mereka butuhkan.
2.3.3 Posisi di Pasar (Market Positioning)
Dengan
melakukan
segmentasi
dan
menentukan
target
pasar
dengan
baik,
maka produsen
akan
mendapatkan pengertian
yang
menyeluruh
tentang
kebutuhan,
sikap dan perilaku
sang
konsumen. Bila
sudah
dapat
mengerti apa
yang diinginkan
oleh konsumen maka sang produsen dapat menyelaraskannya dengan kemampuannya
sendiri dan menetapkan posisi produknya di pasar.
Menurut Cheverton
8
ada
lima kesalahan dalam
menentukan posisi di pasar,
yaitu :
8
Cheverton, If Youre So Brilliant
How Come
Your Brand is not Working Hard Enough?, 2004
|
35
1. Positioning yang terlalu rendah
Jika tidak memiliki sesuatu yang khusus, maka akan sulit untuk mengambil
tempat
di
dalam
pikiran
konsumen,
tidak
memberikan alasan
untuk
membeli, bahkan peduli.
2. Positioning yang terlalu tinggi
Bersikap terlalu spesifik.
3. Positioning yang membingungkan
Saat
mencoba
untuk
melakukan banyak
hal
sekaligus
maka
muncul
kontradiksi dan konflik.
4. Positioning yang tidak relevan
Saling tidak berhubungan satu dengan yang lainnya.
5. Positioning yang meragukan
Membuat
pernyataan
yang
tidak
dapat dipercaya dan
hanya
bagi
mereka
yang sangat mudah tertipu yang akan menjadi konsumen.
2.4
Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Bauran
pemasaran
atau
marketing mix adalah
seperangkat
alat
pemasaran
yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar
sasaran
yang sudah dibidik.(Kotler, 2003, p.15).
Alat-alat pemasaran
itu terdiri
dari
empat
variabel
yang
kemudian disebut
4P
dari
marketing,
yaitu produk
(product),
harga (price), promosi (promotion) dan tempat (place).
|
![]() 36
Marketing mix adalah salah satu konsep utama dalam pemasaran modern saat
ini.
Marketing
Mix
merupakan satu
set
marketing
tools
yang
dilakukan
oleh
perusahaan
untuk menghasilkan respon
yang diinginkan oleh target pasar. (Kotler,
2003,p15).
Marketing Mix
Target
Product
Price
Place
Promotion
Product variety
Quality
Design
Features
Brand name
Packaging
List price
Discounts
Allowances
Payment period
Credit terms
Channels
Coverage
Assortments
Locations
Inventory
transport
Sales promotion
Advertising
Sales force
Public relations
Direct marketing
Gambar 2.3 The 4P ©omponent
|
37
Empat
variabel
dari
marketing
mix
tersebut
masing-masing
memiliki
pengertian, yakni :
1. Produk (product)
Sesuatu
yang
ditawarkan oleh
perusahaan untuk
memenuhi
kebutuhan
dan
memuaskan keinginan
konsumen.
Produk
yang
ditawarkan
dapat
berupa
barang jadi, jasa pelayanan, properti dan
informasi. Produk
yang ditawarkan
harus
memperhatikan segi
kualitas,
manfaat,
disain,
jaminan,
dan
pengembangan produk baru.
2.
Harga (price)
Harga
adalah
jumlah
uang
yang
harus
dibayar
oleh
konsumen untuk
memperoleh suatu produk.
3. Promosi (promotion)
Promosi
berarti
aktivitas-aktivitas yang
mengkomunikasikan kelebihan-
kelebihan
dari
produk dan
mempengaruhi
target
konsumen
untuk
membelinya.
4. Tempat (place)
Penempatan
sebuah
produk
melibatkan
logistik
perusahaan dan
kegiatan-
kegiatan
pemasaran dikonsentrasikan dengan
membuat
dan
mendistribusikan
barang jadi tersebut kepada konsumen.
|
38
2.5
Kondisi Persaingan
Dalam sebuah industri, umumnya perusahaan banyak menghadapi persaingan
maupun
ancaman
dari
para
kompetitornya. Perusahaan
dapat
melakukan beberapa
analisis untuk mengetahui seberapa besar kekuatan para kompetitornya dalam industri
yang sama, contohnya dengan
melalui bagan/diagram five forces analysis dari
Michael Porter.
Michael
Porter
mengidentifikasikan lima
komponen
yang
dapat
menentukan
daya pikat sebuah jenis industri atau segmen pasar apakah masih menarik atau tidak
untuk dimasuki beserta ancamannya dari
masing-masing komponen tersebut.
Bagan
Porter dapat dilihat digambar 2.5. Ancaman-ancaman tersebut datang dari:
1. Threat of intense segment rivalry
Apabila
pemain
atau
kompetitornya sudah
banyak,
kuat
dan
agresif,
maka segmen pasar
tersebut sudah tidak menarik
lagi
untuk dimasuki.
Terlebih
lagi
kalau
kondisinya sudah
dalam
posisi
stabil
(stagnan)
dan
menurun.
a. Persaingan secara umum lebih kuat ketika (Thompson, et.al., 2005, p.52):
Para pesaing aktif dalam
membuat
gerakan-gerakan segar
untuk
meningkatkan posisi mereka didalam pasar dan performa bisnis.
Permintaan pembeli bertumbuh perlahan.
Permintaan pembeli menurun dan penjual kelebihan kapasitas dan
inventory (persediaan).
|
39
Jumlah pesaing meningkat dan pesaing memiliki ukuran dan
kemampuan kompetitif yang sama.
Produk pesaing yang berupa komoditi atau yang lain sulit dibedakan.
Biaya
yang
dikeluarkan oleh
pembeli
untuk
mengganti merek
adalah
rendah.
Satu
atau
lebih
pesaing
tidak
puas
dengan
posisi
dan
market
share
mereka
sekarang dan
membuat gerakan
agresif
untuk
menarik
lebih
banyak konsumen.
Pesaing
memiliki strategi dan
objektif
yang berbeda dan
berlokasi
dibeberapa
negara.
Orang
luar yang mengakuisisi pesaing yang lemah dan mencoba
merubah mereka menjadi pesaing utama.
Satu atau
dua
pesaing memiliki strategi yang
kuat dan pesaing
lainnya
berebut untuk tetap tinggal dalam permainan.
b. Persaingan secara umum lebih lemah ketika:
Anggota industri bergerak hanya dalam waktu yang jarang atau dalam
cara
yang
tidak
agresif
untuk
menggambarkan penjualan
dan
market
share yang menjauh dari pesaing.
Permintaan pembeli bertumbuh dengan cepat.
Produk pesaing sangat berbeda dan loyalitas konsumen sangat tinggi.
Biaya
yang
dikeluarkan oleh
pembeli
untuk
mengganti merek
adalah
tinggi.
|
40
Hanya ada kurang dari lima penjual atau
lainnya begitu banyak
pesaing
sehingga
tindakan
dari
suatu
perusahaan memiliki
dampak
langsung yang kecil terhadap bisnis pesaingnya.
c. Senjata khas untuk melawan pesaing dan menarik pembeli, yaitu:
Harga yang lebih rendah.
Fitur yang lebih banyak atau berbeda.
Performa produk yang lebih baik.
Kualitas yang lebih tinggi.
Gambaran merek dan pendekatan yang lebih kuat.
Pemilihan model dan gaya yang lebih luas.
Jaringan penyalur yang lebih besar/baik.
Pembiayaan dengan tingkat bunga rendah.
Iklan yang lebih tinggi tingkatannya.
Kemampuan inovasi produk lebih kuat.
Kemampuan pelayanan kepada konsumen yang lebih baik.
Kemampuan yang lebih kuat untuk menyediakan pembeli dengan
adanya produk costum made.
2.
Threat of new entrants.
Daya pikat sebuah segmen bervariasi berdasarkan tinggi rendahnya
hambatan untuk
masuk
dan
keluar
(entry
and
exit
barriers). Segmen
yang
paling
menarik
yaitu
dimana
hambatan untuk
masuk
industri
tersebut
tinggi
dan
hambatan
untuk
keluar terbilang
rendah. Beberapa
perusahaan dapat memasuki
industri tersebut
dan
perusahaan
yang
berperforma
buruk
dapat
keluar
dengan
mudah.
Sebuah
|
41
perusahaan
hendaknya berhati-hati tidak
hanya
kepada
pemain
lama
dalam
industri
tersebut,
tetapi
juga
kepada
pemain
baru
yang
potensial
untuk
memasuki industri
tersebut.
a.
Ancaman pendatang baru lebih kuat ketika:
Kumpulan kandidat
pendatang baru
berjumlah besar
dan
beberapa
dari
kandidat tersebut
memiliki sumber daya
yang
dapat
membuat
mereka
menjadi pesaing yang hebat di pasar.
Hambatan untuk
masuk
rendah
atau
dapat
segera
dilompati
oleh
kandidat
pendatang baru tersebut.
Ketika anggota industri yang
sudah
ada
mencoba unluk
memperluas
capaian
pasar mereka dengan
memasuki segmen produk
atau
area
geografis dimana
sebelumnya mereka
tidak
memiliki
keberadaan dalam
segmen
atau
area
tersebut.
b.
Ancaman pendatang baru lebih lemah ketika:
Kumpulan kandidat pendatang baru berjumlah kecil.
Hambatan untuk masuk tinggi.
Kompetitor
yang
sudah
ada
berjuang
untuk
memperoleh
profit/keuntungan
yang sehat.
Pandangan tentang industri tersebut berisiko atau tidak pasti.
Permintaan pembeli bertumbuh pelan atau dalam kondisi stagnant.
Anggota
industri
akan
secara
kuat
menguji
usaha
dari
pendatang
baru
untuk
meraih kedudukan di dalam pasar.
|
![]() 42
Gambar 2.4 Barriers and Profitability
3.
Threat of substitute products
Segmen
pasar
dapat
dikatakan tidak
menarik
apabila
dimana
dalam
industri
tersebut
terdapat
barang
substitusi/pengganti yang
potensial.
Contoh:
nasi
dengan
roti/kentang, kopi dengan teh.
a.
Tekanan kompetitif dari produk pengganti lebih kuat ketika:
Produk pengganti sudah tersedia atau produk yang baru muncul.
Produk pengganti memiliki harga yang menarik.
Produk
pengganti memiliki performa fitur yang sebanding atau bahkan lebih
baik.
Pengguna
akhir
hanya
memerlukan
biaya
rendah
dalam
menukar
dengan
produk pengganti.
Pengguna akhir lebih nyaman dengan menggunakan produk pengganti.
b.
Tekanan kompetitif dari produk pengganti lebih lemah ketika:
Produk pengganti belum tersedia atau belum ada.
|
43
Produk
pengganti
memiliki
harga
yang
lebih
tinggi
relatif
dengan
performa
yang diberikan.
Pengguna
akhir
memerlukan biaya
tinggi
dalam
menukar
dengan
produk
pengganti.
c.
Tanda bahwa kompetisi dari produk pengganti kuat. yaitu:
Penjualan
dari
produk
pengganti
bertumbuh
lebih
cepat
daripada
penjualan
dari
industri
yang
dianalisis (indikasi
bahwa
penjual
produk pengganti
menggambarkan
pertanyaan mengapa
konsumen menjadi
jauh
dari
industri
tersebut).
Produsen produk pengganti bergerak untuk menambah kapasitas baru.
Profit dari produsen produk pengganti meningkat.
4.
Threat of buyers growing bargaining power
Apabila
kekuatan buyer
untuk
membeli dan
menawar produk tersebut
memiliki
posisi
yang
lebih
tinggi,
maka
segmen
pasar tersebut
dapat dikatakan tidak
menarik.
Hal
ini
dapat
disebabkan oleh
banyaknya pemain
(kompetitor) dalam
industri
tersebut
sehingga buyer
bebas
memilih produk
yang
ia
inginkan sesuai
dengan
harapannya.
Selain
itu,
pertimbangan lainnya
adalah
harga
yang
ditawarkan
oleh
masing-masing produsen
umumnya
bersaing
dan
umumnya
buyer
lebih
memilih
produk dengan harga yang terjangkau.
a.
Kekuatan pembeli dalam menawar lebih kuat ketika:
Biaya
pembeli
dalam
menukar
dengan
merek
kompetitor
atau
produk
pengganti adalah rendah.
Pembeli berjumlah
banyak dan dapat
meminta hadiah
ketika
membeli
dalam
jumlah yang besar.
|
44
Pembelian dalam volume besar sangat penting bagi penjual.
Permintaan pembeli lemah dan dalam posisi menurun.
Hanya
ada beberapa
pembeli
sehingga
setiap bisnis
sangat penting
bagi
penjual.
Identitas
pembeli
menambah
gengsi
untuk
daftar
konsumen
yang
dimiliki
oleh penjual.
Kuantitas dan kualitas infoirnasi yang tersedia untuk pembeli meningkat.
Pembeli memiliki kemampuan
untuk menunda, pembelian kalau mereka
tidak suka dengan perjanjian kini yang ditawarkan oleh penjual.
Beberapa
pembeli
merupakan
ancaman
dan
dapat
menjadi
kompetitor
penting.
b. Kekuatan pembeli dalam menawar lebih lemah ketika:
Pembeli melakukan transaksi sangat jarang atau dalam jumlah kecil.
Biaya pembeli dalam menukar dengan merek kompetitor adalah tinggi.
Ada
penggelombangan dalam
permintaan pembeli
yang
menciptakan pasar
penjual.
Reputasi merek penjual sangat penting bagi pembeli.
Produk
tertentu penjual memberikan
kualitas atau performa
yang sangat
penting bagi pembeli dan hal ini tidak didapat dari merek yang lain.
Kolaborasi
pembeli
atau
mitra/kerjasama
dengan
penjual
terpilih
menyediakan kesempatan win-win yang menarik.
5. Threat of suppliers growing bargaining power.
Sama
halnya dengan
buyers'
bargaining power, sebuah
industri
atau
segmen
pasar
dikatakan
tidak
menarik
apabila
supplier
(penyalur)
perusahaan
dapat
|
45
menaikkan harga
ataupun mengurangi kuantitas
bahan
baku
yang
di-supply.
Hal
ini
dapat
dikarenakan
oleh
jumlah
supplier
yang sedikit
untuk menyediakan kebutuhan
perusahaan sehingga para supplier bisa menetapkan harga dengan bebas.
a.
Kekuatan supplier dalam menawar lebih kuat ketika:
Anggota industri harus mengeluarkan biaya tinggi dalam menukar pembelian
mereka dengan altematif supplier yang lain.
Pasokan
sumber
daya
yang diperlukan sangat penting bagi
perusahaan
(sehingga supplier dapat menentukan harga).
Supplier
memiliki
pasokan
sumber
daya
yang
khas
yang
bisa
meningkatkan
kualitas
atau
performa dari
produk penjual
atau
bagian yang
kritis
dan
bernilai dari proses produksi penjual.
Hanya ada beberapa jumlah supplier dari sumber daya tertentu.
Beberapa
supplier
mengancam
untuk
masuk
ke
dalam
bisnis
dan
kemungkinan akan menjadi pesaing yang kuat
b.
Kekuatan supplier dalam menawar lebih
lemah ketika:
Barang yang
dipasok adalah barang komoditi yang sudah
tersedia dari
banyak supplier pada harga pasar.
Biaya
penjual
dalam
menukar
supplier
dengan
alternatif
supplier
yang
lain
terbilang rendah.
Barang
pengganti untuk
pasokan
sumber daya
sudah
ada
dan
yang
baru
muncul.
Terjadi
peningkatan dari
persediaan
yang
dipasok
(sehingga
melemahkan
kekuatan supplier dalam menetapkan harga).
|
![]() 46
Pembelian
dari
anggota
industri
terhitung
berjumlah
besar
dari
total
penjualan supplier dan
pembelian ulang dalam
jumlah
besar
sangat
penting
bagi kesejahteraan supplier.
Anggota
industri
merupakan ancaman
dan
dapat
melakukan
manufaktur
sendiri kebutuhan mereka.
Kolaborasi
penjual
atau
mitra/kerjasama
dengan
supplier
terpilih
menyediakan kesempatan win-win yang menarik.
Gambar 2.5
Five Forces Analysis
|