BAB II LANDASAN
TEORI
2.1
Apa Itu Derivatif ?
Sekuritas derivatif adalah suatu instrumen keuangan yang nilainya tergantung
kepada
nilai
suatu
aset
yang
mendasarinya (
Hull,
2002,
hal
460).
Derivatif
sendiri
merupakan perjanjian antar dua pihak.
Secara
matematis, jika
Y
adalah
nilai
dari
derivatif dan X adalah nilai dari aset dasarnya, maka Y = f (X), atau dengan kata lain
Y
merupakan fungsi
dari
X.
Contoh
umum
dari
derivatif
(Y)
meliputi
kontrak
berjangka (forwards,
futures),
opsi
(options),
dan
swap.
Aset
dasar
(X)
yang
berhubungan dengan derivatif bisa
merupakan saham, obligasi, valas, bahkan indeks
harga
pasar
seperti
indeks
harga
saham (LQ-45,
S&P
500,
Nikkei 225,
dan
sebagainya) serta aset-aset lainnya.
2.2
Option (Opsi)
Option
adalah
kontrak
yang
memberikan hak
(bukan
kewajiban)
kepada
pemegang kontrak untuk membeli (call options) atau menjual (put options) suatu aset
tertentu
dengan
harga
tertentu
(Sembel
dan
Fardiansyah, 2002,
hal
59).
Sebagai
contoh, misalnya harga saham Telkom di bursa
Amerika Serikat US$ 29 per saham.
Jika investor membeli call options untuk saham Telkom dengan harga patokan US$
5
  
6
30 dan jatuh tempo tiga bulan dari sekarang, maka dalam tempo tiga bulan investor
memiliki hak untuk membeli saham Telkom seharga US$ 30 per saham.
Jika dalam tiga bulan harga saham Telkom ternyata US$ 40 per saham, maka
investor
dapat
menggunakan
hak
investor
(exercise)
untuk
membeli saham
Telkom
dengan
harga
US$ 30
per saham.
Bila
investor
ingin
menjualnya
kembali
di
pasar
dengan
harga
US$
40
per
saham
maka
investor
akan
memperoleh keuntungan
sejumlah US$ 10 per saham.
Namun,
jika
ternyata
setelah
tiga
bulan harga saham
Telkom
turun
menjadi
US$15,
investor
tidak
wajib
untuk
exercise
call
options
tersebut.
Karena
investor
dapat membeli saham Telkom lebih murah dibanding dari US$ 30 per saham di pasar.
Pada kasus
ini, kontrak call option
investor akan berakhir tanpa digunakan, sehingga
investor hanya akan rugi sebesar harga kontrak call options tersebut (harga ini disebut
sebagai premi dari opsi). Dengan demikian, apabila harga saham Telkom turun, maka
kerugian
investor hanya terbatas sebesar premi dari opsi,
sedangkan jika harga naik
potensi keuntungan tidak terbatas.
Jika investor membeli put
options
investor memiliki hak
untuk
menjual aset
tertentu dengan
haga
tertentu dalam
jangka
waktu tertentu. Jika
ternyata harga aset
turun
drastis,
pemegang
kontrak
put
options
akan
untung
besar.
Sebaliknya,
jika
harga aset naik di atas harga patokan, pemegang put options akan rugi sebesar premi
dari opsi.
  
7
2.3
Jenis Opsi
Untuk jenisnya opsi ada dua jenis, yaitu gaya Amerika dan gaya Eropa. Opsi
gaya
Amerika merupakan kontrak opsi yang dapat di-exercise setiap saat dalam masa
waktu kontrak atau sebelum kontrak tersebut kadaluarsa. Sedangkan opsi gaya Eropa
merupakan kontrak
opsi
yang
hanya dapat
di-exercise
pada hari
terakhir
atau
saat
tanggal berakhirnya (expiration date) kontrak opsi tersebut.
2.4
In, Out dan At The Money
Sebuah option dikatakan
in
the
money
jika
exercise-nya akan
menghasilkan
keuntungan bagi pemegangnya. Sebuah option dikatakan out the money jika exercise-
nya tidak menguntungkan. Maka sebuah call option in the money jika exercise price
dibawah nilai aset dan out the money jika exercise price melebihi nilai aset, dimana
tidak
akan
di
exercise.
Put
option
berada di
in
the
money
ketika
exercise
price
melebihi nilai aset dan out the money jika exercise price dibawah nilai aset, dimana
tidak
akan
di  exercise.  Option
dikatakan
at  the  money  jika
exercise  price  sama
dengan harga aset.
2.5
Properti Dari Harga Stock Option
Sesuai
dengan
rumusan
masalah yang
ada
pada
bab
I,
maka
kita
akan
membahas
faktor-faktor
yang
mempengaruhi harga
dari
stock
options
dengan
mengasumsikan bahwa call option yang digunakan adalah call option gaya Eropa.
  
8
2.5.1 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Nilai Options
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga sebuah options :
1.
Harga saham (current price(So)) dan harga patokan (strike price(X)).
Payoff
dari
sebuah call
option
adalah berapa besar
jumlah harga
saham
melebihi  harga  patokan.  Jadi  call option menjadi  lebih  bernilai  dengan
naiknya
harga
saham
dan
akan
berkurang nilainya
dengan
turunnya
harga
saham.
2.
Periode waktu jatuh tempo (time to expiration(T)).
Call option tidak selalu menjadi lebih bernilai dengan bertambahnya periode
waktu  jatuh  tempo,  karena  pemegang  dari  call option yang  mempunyai
periode
waktu
jatuh
tempo
lebih
lama
tidak
mempunyai
kesempatan
yang
lebih dari pemegang call option dengan periode waktu jatuh tempo yang lebih
pendek.
Hal
ini
disebabkan karena call
option
gaya
Eropa
hanya
dapat di-
exercise pada saat jatuh tempo. Sebagai contoh, ada 2 (dua) call option pada
sebuah saham, yang pertama
mempunyai periode jatuh tempo dalam 1 (satu)
bulan  dan  yang  lainnya  dalam  2  (dua)  bulan.  Misalkan  ada  pembagian
deviden yang cukup besar 6 (enam) minggu yang akan datang. Deviden akan
menyebabkan
harga
saham
akan
turun.
Hal
ini
mengakibatkan call
option
dengan periode jatuh tempo dalam 1 (satu) bulan akan lebih bernilai daripada
call option dengan periode jatuh tempo 2 (dua) bulan.
  
9
3.
Volatilitas (s).
Volatiitas
dari
harga
saham
adalah
suatu
ukuran
bagaimana ketidakpastian
mengenai
pergerakan harga
saham
yang
akan
datang.
Dengan
naiknya
volatilitas, kemungkinan bahwa harga saham akan naik atau turun meningkat.
Pemegang call option
akan
mendapatkan keuntungan dengan
naiknya
harga
saham tetapi
menjadi
resiko
yang
terbatas
dengan
turunnya harga
saham
sebesar harga call option tersebut. Jadi nilai call option akan cenderung naik
dengan meningkatnya volatilitas.
4.
Tingkat suku bunga bebas resiko (r).
Kenaikan
tingkat
suku
bunga
bebas
resiko
akan
menurunkan nilai
tunai
(present value) dari exercise price.
Bagi pemegang call option hal ini berarti
sebuah penurunan jumlah
yang harus dibayar jika option di – exercise. Jadi,
ada
kecenderungan
bahwa
meningkatnya
tingkat
suku
bunga
bebas
resiko
akan meningkatkan nilai dari sebuah call option.
5.
Deviden (D).
Bila
dalam
masa
berlakunya
opsi,
perusahaan
membagikan deviden,
maka
premi
call
option
akan
menurun
dibandingkan jika
tidak
ada
pembagian
dividen pada periode tersebut.
Tabel 2.1 merangkum faktor-faktor yang mempengaruhi nilai call.
  
10
Tabel 2.1 : Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Harga Call Options.
Variabel
c
So
+
X                                          
-
T                                           ?
s                                         
+
r                                           
+
d                                             -
2.6
Manfaat Opsi Bagi Investor
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh investor opsi :
a.   Memberikan fungsi lindung nilai (hedging) terhadap saham acuan. Opsi menjadi
produk  derivatif 
yang 
dapat 
dimanfaatkan  oleh 
investor 
untuk 
melakukan
perlindungan atas nilai investasinya.
b. 
Dengan dana investasi yang sama atau relatif kecil, persentase keuntungan yang
dapat diperoleh melalui opsi relatif lebih besar dibandingkan dengan saham.
c.   Dengan
produk  opsi  ini,  investor  mempunyai
pilihan
investasi
selain  saham,
waran,
dan
right,
sehingga
dapat
melakukan
diversifikasi investasi
portofolio
mereka secara lebih luas. Dengan demikian, diharapkan dapat memperkecil risiko
investasi.
  
11
d. 
Opsi
memberikan fleksibilitas waktu bagi
investor, sehingga
diharapkan
dapat
mengambil suatu keputusan
investasi
yang tidak teburu-buru dan
lebih
rasional.
Karena dengan membeli opsi, harga jual atau harga beli saham telah dikunci pada
level harga tertentu.
e.   Investor
yang
memiliki saham
dapat memperoleh
tambahan
permasukan selain
dari
dividen,
yaitu dengan
menerbitkan call option atas saham
mereka, di
mana
investor dapat memperoleh premium dari penerbitan call option dimaksud.
f.
Investor  dapat  meraih  keuntungan
pada  setiap  situasi  pasar  bila  tepat  dalam
memilih
strategi.
Jika
investor
memperkirakan harga
cenderung
naik,
dapat
mempertimbangkan untuk
membeli
call
option.
Sebaliknya,
jika
diperkirakan
harga cenderung turun, dapat mempertimbangkan untuk membeli put option.
2.7
Black-Scholes Option Pricing Model
Tahun 1973 adalah sangat penting dalam sejarah perkembangan option, dalam
tahun tersebut, the Chicago Board Option Exchange dibentuk dan menjadi organisasi
pertama yang memberikan fasilitas perdagangan option. Dan juga dua orang profesor
pada
Massachusetts Institute
of
Technology,
Fisher
Black
dan
Myron
Scholes,
mengeluarkan sebah artikel di dalam Jurnal Politik dan Ekonomi yang menampilkan
sebuah
formula
untuk
menilai
sebuah option.
Formula tersebut
menjadi terkenal
dengan sebutan Black-Scholes Option Pricing Model.
Cara  melakukan  estimasi  call option dengan  menggunakan  rumus  Black
Scholes , yaitu (Hull, 2002, hal 241) :
  
12
c
=
So N (d1) - Xe
-rT
N(d2)
d1 = [ln(So/X) + (r + s²/2)T]
svT
d2 = In(So/K) + (r-s²
/2)T
svT
=
d1 - svT
Di mana :
So
:
Harga saham (current stock price)
X
:
Harga patokan option (strike price)
T
:
Periode waktu sampai jatuh tempo option (time to expiration)
r
:
Tingkat suku bunga bebas resiko (risk-free rate)
s
:
Volatilitas dari harga saham
c
:
Nilai dari European call option
N(x)
:
Kumulatif
probabilitas distribusi
untuk
sebuah
variable
yang
terdistribusi normal dengan mean = 0 dan standar deviasi = 1
Harus dicatat bahwa r adalah tingkat suku bunga nilai dan r > 0
Dalam  menggunakan  rumus  Black Scholes
ada 
beberapa  asumsi  yang
digunakan yaitu (Hull, 2002 page 239):
1.   Tingkat imbal hasil dari saham (rate of return on the stock) mengikuti distribusi
lognormal. Hal
ini
berarti
logaritma
dari
1(satu)
ditambah
tingkat
imbal
hasil
mengikuti kurva distribusi normal.
2.   Tidak adanya pajak dan biaya transaksi.
3.   Tidak ada deviden yang dibagikan selama periode option.
  
13
4.   Tidak ada kesempatan profit arbitrage.
5.   Kegiatan jual-beli saham berlangsung terus-menerus
6.   Investor dapat meminjam dan meminjami pada tingkat suku  bunga bebas resiko
yang sama.
7.   Tingkat suku bunga bebas resiko adalah konstan.
2.8
Contoh Numerik
Mari kita gunakan Black-Scholes Option Pricing Model untuk menilai Digital
Equipment July 165 call. Input yang digunakan :
Harga saham (So) = $ 164, harga patokan = $165 dan periode waktu jatuh tempo (T)
=
0,0959. Tingkat bunga bebas resiko (r) = 5,21%, deviasi standar = 0,29 dan varians
=
0,0841.
Perhitungan menggunakan model Black-Scholes dilakukan dalam lima langkah :
1.
Menghitung nilai d1
2.
Menghitung nilai d2
3.
Tentukan N(d1)
4.
Tentukan N(d2)
5.
Menghitung nilai call option (c)
Perhitungan  nilai  call option untuk  Digital  Equipment  dapat  dilihat  pada  tabel
dibawah ini :
  
14
Tabel 2.2  :
Menghitung Harga Black-Scholes
So = 164
X = 165
r = 0,0521
s²
=0,0841
T
=
0,0959
1.
Hitung d1
d1 = In(164/165) + (0,0521 + 0,0841/2) 0,0959
=
0,0328
0,29 (0,0959)
0,5
2.
Hitung d2
d2 = 0,0328 – 0,29 (0,0959)
0,5
=
-
0,0570
3.
Tentukan N(d1)
N(0,03) = 0,5120
4.
Tentukan N(d2)
N(- 0,06) = 0,4761
5.
Hitung c
c
=
164 (0,5120) – 165 e
-(0,0521)(0,0959)
(0,4761) = 5,803
Jadi, nilai teoritis untuk July 165 call option adalah $ 5,803.
2.8.1 Variabel-Variabel Model Black Scholes
Perhitungan-perhitungan di bawah ini
merupakan hubungan antara
variabel-
variabel pada model Black-Scholes dengan contoh numerik pada bagian 2.8.
Harga saham.
Harga saham (current price) yang lebih tinggi akan menghasilkan harga option yang
lebih
tinggi.
Misalkan
harga
saham
Digital
Equipment
adalah
$168,
menggantikan
contoh sebelumnya $164. Kemudian nilai d1 dan d2 adalah 0,3012 dan 0,2114. Ini
  
15
memberikan
nilai N(d1) dan
N(d2) adalah
0,6179 dan
0,5382. Masukkan ke
dalam
formula, akan
memberikan
nilai
c=
$8,059,
yang
lebih
tinggi
dari
nilai
jika
harga
saham $164 ($5,803).
Harga patokan.
Sekarang kita merubah harga patokan Digital Equipment July 165 call option menjadi
$170, yang akan
menyebabkan turunnya
nilai call option. Secara khusus call option
ini  menjadi  July  170  call option.  Sedangkan  variabel  yang  lain  tidak  berubah
termasuk
harga
saham $
164.
Nilai
d1
dan d2
adalah -0,2996
dan
-0,3894. N(d1)
adalah 0,381 dan 0,3483 yang
menghasilkan harga call
option
sebesar $3.749
yang
lebih kecil dari Juli 165 call option ($ 5.803).
Perubahan harga call option untuk perubahan harga patokan yang sangat kecil adalah
negatif dan dapat dipergunakan formula : -e
rT
N(d2).
Suku bunga bebas resiko.
Harga
call
option
mendekati linier
terhadap
suku
bunga
bebas
resiko
dan
tidak
mengalami perubahan terlalu besar
untuk range
yang
sangat besar dari suku
bunga
bebas resiko. Sebagai contoh pada suku bunga bebas resiko sebesar 5,21 %, kita akan
mendapatkan harga call option sebesar $5.803. Jika kita
naikkan tingkat suku bunga
bebas resiko menjadi 12%, suatu perubahan yang besar, harga call option akan naik
menjadi hanya $6.313.
  
16
Varians atau deviasi standar.
Varians  atau  deviasi  standar  adalah  sebuah  variabel  kritis  dalam  model  Black-
Scholes.
Disebut
juga
volatility.
Selanjutnya kita
menyebut
volatility
untuk
menggantikan deviasi
standar.
Volatility
adalah
deviasi
standar
dari
continuously
compounded return pada saham.
Harga pada Digital Equipment July 165 call option adalah $ 5,803 ketika volatility
adalah 0,29. Jika kita naikkan volatility menjadi 0,35, harga call option akan menjadi
$7.
Jika kita
turunkan menjadi $2,
harga call
option
menjadi $3,97.
Ada perubahan
yang cukup besar dari harga option pada range yang cukup kecil dari volatility.
Jadi harga
option selalu
sensitif
terhadap perubahan volatility. Tetapi
model
Black-
Scholes berasumsi bahwa volatilty adalah tetap selama kontrak option berlangsung.
Periode jatuh tempo.
Sebagai
contoh, pilih
Digital
Equipment Oktober 
165
call
option,
yang
memiliki
periode jatuh tempo lebih lama yaitu 126 hari, di mana T = 0,3452, r = 0,0574. Harga
call option adalah $ 12.217. Anggap kita berada pada waktu di mana periode jatuh
tempo adalah 100 hari dan T = 100/365 = 0,274. Ternyata harga call option menjadi
$10.685.
jadi,
semakin
pendek
periode
jatuh
tempo
akan
menurunkan harga
call
option.
Penurunan harga
call
option
seiring
dengan
berlalunya
waktu
adalah
karena
berkurangnya nilai waktu.
  
17
2.8.2 Model Black-Scholes dengan Deviden
Sejauh
ini
kita
mengasumsikan bahwa
saham
yang
digunakan
sebagai
underlying
asset
dari
call
option
adalah
tanpa
deviden.
Pada
kenyataannya, tidak
selalu  demikian.  Dengan  demikian  kita  akan  memasukkan  pengaruh  deviden  ke
dalam model Black-Scholes.
Misalkan
sebuah
saham
membayar deviden
(Dt)
pada
waktu kontrak
option
berlangsung.  Deviden  ini  terhutang  setelah  periode  waktu  t,  yang  didefinisikan
sebaga
‘ex
deviden
date’.
Deviden
diasumsikan diketahui
dengan
pasti.
Jika
kita
melakukan suatu penyesuaian kecil terhadap harga saham, model Black-Scholes akan
tetap dapat diaplikasikan untuk menilai harga suatu option.
Kita
melakukan pengurangan
harga
saham
sebesar
nilai
tunai dari
deviden,
dan
gunakan harga saham
yang telah disesuiakan tersebut ke
dalam
formula. Harga
saham dalam formula Black-Scholes dari S menjadi S’, di mana S’ = S- D te
rt
.
Sebagai  ilustrasi,  kita  akan  berasumsi  bahwa  saham  Digital  Equipment
membayar
deviden sebesar
$2
dan ‘ex
deviden
date’
tanggal 15
Juli. Sedangkan
variabel lain tetap.
Prosedur untuk perhitungan harga Black-Scholes dapat dilihat pada tabel 2.3.
Terlihat bahwa harga call option menjadi lebih rendah.
  
18
Tabel 2.3 : Menghitung Harga Call Option Ketika Ada Deviden
S = 164
X = 165
r = 0,0521
s²
=
0,0841
T
=
0,0959
Deviden $2 per saham, ex deviden date 33 hari.
Tentukan jumlah deviden
Dt = 2
1.
Tentukan waktu sampai pada ex deviden date
33 hari, jadi t = 33/365 = 0,0904
2.
Kurangi harga saham dengan nilai tunai dari deviden
S’ = 164-2e
-(0,0521)(0,0904)
=
162,01
3.
Hitung d1, ganti S dengan S’
d1 = In(162,01/165) + (0,0521 + 0,0841/2) 0,0959
=
-
0,1031
0,29 (0,0959)
0,5
4.
Hitung d2
d2 =
-0,1031 – 0,29 (0,0959)
0,5
=
-
0.1929
5.
Tentukan N(d1)
N(-0,10) = 0,4602
6.
Tentukan N(d2)
N(-0,19) = 0,4247
7.
Hitung c
c
=
162,01 (0,4602) – 165e
-(0,0521)(0,0959)
(0,4247) = 4,831
  
19
2.9    Estimasi Volatility (Standar Deviasi)
Ada dua pendekatan untuk
mengestimasi volatility yaitu,
historical volatility
dan implied volatility. Tetapi dalam penulisan karya akhir ini, kita akan menekankan
pada historical volatility.
Historical Volatility.
Estimasi dengan Historical Volatility berdasarkan pada asumsi bahwa volatility yang
terjadi pada masa lalu akan berlaku terus pada waktu yang akan datang. Yang harus
dilakukan adalah :
1.   Ambil sampel pergerakan harga saham pada periode tertentu.
2.   Hitung tingkat imbal hasil (return) dari saham tersebut.
3.   Konversikan tingkat imbal hasil saham menjadi continuosly compounded.
4.   Kemudian kita hitung standar dari tingkat imbal hasil saham yang continously
compounded tersebut.
Tingkat imbal
hasil
(return)
dapat
berupa
harian,
mingguan,
bulanan atau
interval
waktu yang diinginkan. Jika kita menggunakan tingkat imbal hasil per hari,
hasilnya
adalah deviasi standar per hari.
Untuk
mendapatkan deviasi standar per
tahun
yang
dibutuhkan oleh model
Black-Scholes, kita harus mengalikan varians dengan jumlah
hari
perdagangan dalam
setahun
yaitu
250
hari
atau
mengalikan
deviasi
standar
dengan
v250.
Jika
kita
menggunakan
tingkat
imbal
hasil per
bulan,
hasilnya
akan
menjadi varians per bulan atau deviasi standar per bulan yang harus dikalikan dengan
12 atau v12 untuk mendapatkan hasil per tahun.
  
20
Kita definisikan :
n+1                
:       
jumlah pengamatan
S
i                             
:       
harga saham pada akhir interval i (i = 0,1,…,n)
t
:
panjangnya  interval  waktu  dalam  satu  tahun,  250  hari,  52
minggu atau 12 bulan
ui = In(S
i
/
S
i
-1
), untuk i = 1,2,…,n.
s, deviasi standar
dari u
i
adalah :
deviasi standar per tahun :
S* = S / v t
Standar error dari estimasi ini adalah : s*/v2n
Data
harga
saham
yang
digunakan adalah
harga
penutupan interval
waktu
yang
digunakan, dan
menggunakan data
hari
perdagangan saham.
Dengan kata
lain,
hari
ketika bursa tutup diabaikan.
  
21
2.10  SBI (Sertifikat Bank Indonesia)
Sertifikat
Bank
Indonesia (SBI)
adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh
Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3 bulan) dengan
sistem diskonto/bunga.
Tingkat suku bunga
yang berlaku pada setiap penjualan SBI ditentukan oleh
mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak awal Juli 2005,
BI
menggunakan
mekanisme
"BI
rate"
(suku
bunga
BI),
yaitu
BI
mengumumkan
target
suku
bunga
SBI
yang diinginkan BI
untuk
pelelangan pada
masa periode
tertentu.
BI
rate
ini
kemudian yang
digunakan sebagai
acuan
para
pelaku
pasar
dalam
mengikuti
pelelangan.
2.11  IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan)
Indeks  Harga  Saham  Gabungan  (disingkat  IHSG,  dalam  Bahasa Inggris
disebut
juga
Jakarta
Composite Index, JCI, atau
JSX Composite)
merupakan
salah
satu
yang
digunakan oleh
(BEJ).
Diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983, sebagai indikator pergerakan
harga saham di BEJ, Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan
saham
preferen
yang
tercatat di
BEJ. Hari
Dasar
untuk
perhitungan IHSG
adalah
tanggal
1982.
Pada
tanggal
tersebut,
Indeks
ditetapkan
dengan
Nilai
Dasar 100 dan saham tercatat pada saat itu berjumlah 13 saham.
Dasar
perhitungan IHSG
adalah
jumlah
Nilai
Pasar
dari
total
saham
yang
tercatat
pada
tanggal
1982.
Jumlah
Nilai
Pasar
adalah
total perkalian
  
22
setiap 
saham  tercatat 
(kecuali  untuk 
perusahaan  yang  berada 
dalam 
program
restrukturisasi)
dengan
harga
di
BEJ
pada
hari
tersebut.
Formula
perhitungannya
adalah sebagai berikut :
Dimana :
p
=
Harga Penutupan di Pasar Reguler x Jumlah Saham
d
=
Nilai Dasar
Perhitungan Indeks merepresentasikan pergerakan harga saham di pasar/bursa
yang terjadi melalui sistem perdagangan lelang. Nilai Dasar akan disesuaikan secara
cepat bila terjadi perubahan modal emiten atau terdapat faktor lain yang tidak terkait
dengan
harga
saham.
Penyesuaian akan
dilakukan bila
ada
tambahan emiten
baru,
HMETD (right issue), partial/company listing, waran dan obligasi konversi demikian
juga delisting. Dalam hal terjadi stock split,
dividen saham atau saham bonus,
Nilai
Dasar
tidak
disesuaikan
karena
Nilai
Pasar
tidak terpengaruh. Harga
saham
yang
digunakan
dalam
menghitung IHSG
adalah
harga
saham
di
pasar
reguler
yang
didasarkan pada harga yang terjadi berdasarkan sistem lelang.
Perhitungan IHSG dilakukan setiap hari, yaitu setelah penutupan perdagangan
setiap
harinya. Dalam waktu dekat, diharapkan perhitungan IHSG
dapat dilakukan
  
23
beberapa
kali
atau bahkan
dalam
beberapa
menit,
hal
ini dapat
dilakukan
setelah
sistem perdagangan otomasi diimplementasikan dengan baik.
2.12
Tingkat Pengembalian (Rate of Return)
Tingkat pengembalian adalah banyaknya nilai pendapatan atau kerugian yang
diperoleh atau diukur dari masing – masing investasi tersebut.
1.   Tingkat pengembalian untuk opsi
Tingkat pengembalian untuk
opsi
dapat
diukur
dengan
melakukan perhitungan
pembagian antara total laba rugi dengan nilai total investasi awal
2.   Tingkat pengembalian untuk IHSG dan saham
Tingkat pengembalian untuk IHSG dan saham dapat diukur melalui pengembalian
selama periode kepemilikan saham atau
indeks (Holding Period
Yield). Formula
perhitungannya adalah:
HPR
=
 
Ending value investment – Beginning value investment 
Beginning value investment
HPY
=
HPR – 1