BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Supply Chain Management
2.1.1
Pengertian Supply Chain
Menurut Schroeder (2007, p189) supply chain adalah sebuah
proses bisnis dan informasi yang berulang yang menyediakan produk
atau layanan dari pemasok melalui proses pembuatan dan
pendistribusian kepada konsumen.
Menurut
Harrison
(2008,
p7)
adalah sejaringan
mitra
yang
secara
kolektif
mengubah
komoditas
dasar
(dihulu)
kedalam produk
jadi
(dihilir)
yang bernilai bagi pelanggan
akhir,
dan
yang
mengelola
kembali dimasing-masing tahap.
2.1.2
Pengertian Supply Chain Management
Menurut Simchi-Levi dan Kaminsky (2004, p2)
supply chain
management adalah suatu pendekatan dalam mengintegrasikan berbagai
organisasi
yang
menyelenggarakan
pengadaan
atau penyaluran barang,
yaitu
supplier,
manufacturer,
warehouse
dan
stores sehingga
barang-
barang tersebut dapat diproduksi dan didistribusikan dalam jumlah yang
7
|
8
tepat,
lokasi
yang
tepat,
waktu
yang
tepat
dan
biaya
yang
seminimal
mungkin.
Menurut Schroeder (2007, p189) supply chain management adalah
perancangan,
desain,
dan
kontrol arus
material
dan
informasi
sepanjang rantai pasokan dengan tujuan kepuasan konsumen sekarang
dan di masa depan.
Menurut
Heizer
dan
Render
(2000,
p434)
manajemen
rantai
pasokan
(supply chain management)
adalah
pengintegrasian
aktivitas
pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah
jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan.
2.1.3
Tujuan Supply Chain Management
Menurut Heizer dan Render (2000, p435) tujuan supply chain
management adalah
untuk
membangun
sebuah rantai yang terdiri dari
para pemasok yang memusatkan perhatian untuk memaksimalkan nilai
bagi pelanggan.
Menurut Dilworth (2000, p374) tujuan
supply chain management
adalah merencanakan dan mengkoordinasi semua kegiatan yang terdapat
dalam supply chain, sehingga akan tercapai pelayanan kepada customer
yang maksimal dengan biaya yang relatif rendah.
|
9
2.1.4
Strategi Supply Chain
Strategi supply chain menurut Heizer dan Render (2000, p438) :
1)
Banyak pemasok (many supplier).
Dengan strategi banyak pemasok (many supplier), pemasok
menanggapi permintaan dan spesifikasi
permintaan
dan
penawaran, (request for quotation), dengan pesanan yang pada
umumnya akan jatuh ke pihak yang memberikan penawaran
terendah.
2)
Sedikit pemasok (few supplier).
Strategi yang memiliki sedikit pemasok (few supplier)
mengimplikasikan
bahwa
daripada mencari
atribut
jangka
pendek,
seperti biaya rendah, pembeli lebih ingin menjalin hubungan jangka
panjang dengan beberapa pemasok yang setia.
3)
Integrasi vertikal (vertical integration).
Integrasi vertikal (vertical
integration)
berarti
mengembangkan
kemampuan untuk memproduksi barang atau jasa yang sebelumnya
dibeli atau membeli perusahaan pemasok atau distributor.
4)
Jaringan Keiretsu (Keiretsu networks).
Keiretsu adalah sebuah istilah bahasa Jepang untuk
menggambarkan
para
pemasok
yang menjadi bagian dari sebuah
perusahaan.
|
10
5)
Perusahaan virtual (virtual company).
Perusahaan virtual
(virtual company) adalah perusahaan yang
mengandalkan beragam hubungan pemasok untuk menyediakan
jasa atas permintaan yang diinginkan. Juga dikenal sebagai
korporasi berongga atau perusahaan jaringan.
2.2 Supply Chain Operations Reference (SCOR)
2.2.1
Pengertian
Supply
Chain
Operations
Reference
(SCOR)
Menurut
Rolf
G.
Poluha
([Http
1]) Supply
Chain
Operations
Reference
(SCOR) adalah
model
proses
referensi
yang
sudah
dikembangkan dan didukung Supply Chain Council (SCC) sebagai
standar de fakto alat diagnostik lintas industri bagi manajemen rantai
pasokan. SCOR memungkinkan pemakai untuk mengerjakan,
memajukan,
dan
memberitahukan
kenyataan
dalam manajemen
rantai
pasokan dan diantara semua pihak yang berkepentingan.
2.2.2
A
Process Reference Model Contains
Menurut
Supply
Chain
Council
([Http
2]),
A
Process
Reference
Model Contain :
Uraian atau deskripsi standar dari proses manajemen.
Satu kerangka hubungan antara proses standar.
|
11
Metrik standar untuk mengukur kinerja proses.
Manajemen mempraktekkan yang menghasilkan kinerja terbaik
dikelasnya.
Menyesuaikan standar untuk mencirikan dan kemampuan.
2.2.3 Boundaries of Supply Chain Operations Reference
(SCOR)
2.2.3.1
SCOR Spans
Menurut Supply Chain Council
([Http 2]), SCOR
spans
meliputi :
Semua
interaksi
pelanggan,
dari
pesanan
masuk
sampai
membayar melalui faktur.
Semua produk (materi
fisik dan jasa) transaksi, dari penyalur
penyalurmu untuk pelanggan pelangganmu, meliputi alat-alat
perlengkapan,
barang persediaan, onderdil, kumpulkan
produk, perangkat lunak, dsb.
Semua
interaksi pasar, dari pemahaman dari permintaan
agregat ke pemenuhan dari masing-masing pesanan.
|
12
2.2.3.2 SCOR
does
not attempt
to describe
every
business process or activity
Menurut
Supply
Chain
Council
([Http
2]), SCOR
tidak
mencoba untuk mendeskripsikan tiap-tiap
proses
bisnis
atau
aktivitas, termasuk:
Penjualan dan pemasaran (demand generation).
Penelitian dan pengembangan teknologi.
Pengembangan produk.
Beberapa unsur dari post-delivery customer support.
Hubungan terkait dapat dibuat untuk memproses tidak
termasuk pada model scope, seperti pengembangan produk, dan
beberapa dicatat di SCOR.
2.2.3.3
SCOR
assumes
but
does
not
explicitly
address
Menurut Supply Chain Council ([Http 2]), SCOR assumes
but does not explicitly address :
Pelatihan.
Kualitas.
Teknologi Informasi (IT).
Administrasi (bukan SCM).
|
![]() 13
2.2.4
SCOR Contain Schematic Level 1 of Process
Menurut Supply Chain Council ([Http 2]), SCOR Contain
Schematic Level 1 of Process. Lihat Gambar 2.1.
Gambar 2.1 SCOR Contain Schematic Level 1 of Process
Sumber : ([Http 2]) Supply Chain Council, (2008)
2.2.5
Level 1 Process Definitions
Menurut
Supply
Chain
Council
([Http
2]),
Level
1
Process
Definitions yaitu :
1)
Plan
Proses
yang keseimbangan
permintaan
agregat
dan persediaan
untuk
mengembangkan
satu
pelaksanaan rencana
dimana
mencari
sumber daya yang baik, produksi dan pengiriman kebutuhan.
|
14
2)
Source
Proses yang memperoleh barang dan jasa sesuai perencanaan atau
permintaan aktual.
3)
Make
Proses yang mentransformasikan produk sampai
titk akhir sesuai
perencanaan atau permintaan aktual.
4)
Deliver
Proses yang
menyediakan barang jadi dan jasa sesuai perencanaan
atau
permintaan
aktual,
secara detail
meliputi
manajemen
permintaan, manajemen pengiriman, dan manajemen distribusi.
5)
Return
Proses berhubungan dengan pengembalian
atau
penerimaan
kembali produk karena beberapa alasan. Proses ini memperluas ke
post-delivery customer support.
2.2.6
Scope
of
Supply
Chain
Operations
Reference
(SCOR) Processes
Menurut Supply Chain Council ([Http 2]),
Scope of SCOR
Processes yaitu :
1)
Plan (Permintaan / perencanaan persediaan dan manajemen).
Keseimbangkan
sumber
daya
dengan
kebutuhan
dan
menetapkan
atau
mengomunikasikan
rencana
untuk
|
15
keseluruhan
rantai
pasokan,
meliputi
return
dan
proses
pelaksanaan dari source, make , dan deliver.
Manajemen
dari
ketentuan bisnis,
kinerja
rantai
pasokan,
pengumpulan data, persediaan, asset modal, transportasi,
merencanakan konfigurasi, pengaturan kebutuhan dan izin, dan
resiko rantai pasokan.
Menyesuaikan rencana rantai posokan
dengan rencana
keuangan.
2)
Source (Sourcing stocked, make-to-order, dan engineer-to-order
product).
Jadwal pengiriman; menerima,
verifikasi,
dan
kirim
produk;
dan otorisasi pembayaran penyalur.
Identifikasi dan memilih sumber
pasokan
ketika
tidak
dipersiapkan sebelumnya, seperti untuk engineer-to-order
product.
Mengatur ketentuan bisnis, kinerja akses pemasok, dan
pemeliharaan data.
Mengatur persediaan, asset modal, produk pemasukan, jaringan
pemasok, impor / ekspor kebutuhan, kesepakatan pemasok, dan
sediakan risiko rantai pasokan.
3)
Make
(Make-to-stock,
make-to-order,
dan
engineer-to-order
production execution).
|
16
Jadwal aktivitas produksi, keluarkan produk,
hasilkan
dan
uji,
paket, tingkat produk, dan mengeluarkan produk untuk dikirim.
Penyelesaian rancang bangun untuk engineer-to-order product.
Mengatur
ketentuan,
kinerja,
data,
in-process products
(WIP),
alat-alat perlengkapan dan fasilitas, transportasi, jaringan
produksi, kepatuhan pengatur untuk produksi, dan resiko rantai
pasokan.
4) Deliver
(Order,
warehouse,
transportation,
dan
installation
management
for
stocked,
make-to-order,
dan engineer-to-order
product).
Semua tahapan
manajemen
pemesanan
dari
memproses
pemeriksaan pelanggan dan mencatat untuk merencanakan
pengiriman dan pemilihan bawaan.
Manajemen gudang dari penerimaan dan pemilihan produk
untuk mengisi dan pengiriman produk.
Menerima
dan
verifikasi
produk
di
lokasi
pelanggan
dan
menginstal, kalau perlu.
Invoicing pelanggan.
Mengatur
ketentuan bisnis
deliver, kinerja,
keterangan,
persediaan barang jadi, asset modal, transportasi, daur hidup
produk, impor / mengekspor kebutuhan, dan resiko rantai
pasokan.
|
17
5)
Return (Return of raw materials dan receipt of returns of finished
goods).
Semua produk
cacat kembali
dari tahap source yaitu
mengidentifikasi
kondisi
produk, produk
disposisi,
minta
otorisasi produk
yang kembali, jadwalkan pengiriman produk,
dan
kembalikan
produk
cacat
dan
deliver yaitu
memberi
otorisasi
produk
yang
kembali,
jadwalkan
kuitansi
kembali,
menerima produk, dan kirim produk cacat.
Semua pemeliharaan kembali, reparasi, dan periksa
secara
seksama
tahapan
produk
dari
tahap source
yaitu
mengidentifikasi
kondisi
produk, produk
disposisi,
minta
otorisasi produk
yang kembali, jadwalkan pengiriman produk,
dan
kembalikan produk MRO (Maintenance, Repair,
Overhaul) dan deliver yaitu memberi otorisasi
produk
yang
kembali, jadwalkan kuitansi kembali, menerima
produk, dan
kirim produk MRO (Maintenance, Repair, Overhaul).
Semua kelebihan produk kembali dari tahap source yaitu
mengidentifikasi kondisi produk, produk disposisi, minta
otorisasi produk dikembalikan,
jadwalkan pengiriman produk,
dan kembalikan
kelebihan
produk
dan
deliver yaitu
memberi
otorisasi
produk
yang
kembali,
jadwalkan
kuitansi
kembali,
menerima produk, dan kirim kelebihan produk.
|
![]() 18
Mengatur ketentuan bisnis pengembalian, kinerja,
pengumpulan data, pengembalian
persediaan, asset modal,
transpotasi,
konfigurasi
jaringan,
pengaturan
kebutuhan
dan
izin, dan resiko rantai pasokan.
2.2.7
Performance
Attributes
and
Level
1
Strategic
Metrics
Menurut
Supply
Chain
Council
([Http
2]),
Level 1 Metrics are
primary,
high
level measures
that may
cross
multiple
SCOR processes.
Level 1 Metrics do not necessarily relate to a SCOR Level 1 process
(PLAN,
SOURCE, MAKE, DELIVER, RETURN). Lihat
gambar
2.1
Performance Attributes and Level 1Metric.
Gambar 2.2 Performance Attributes and Level 1Metric.
Sumber : ([Http 2]) Supply Chain Council, (2008)
|
![]() 19
1)
Perfect Order Fulfillment
Menurut
Supply
Chain
Excellence (SCE)
Limited
([Http
3]),
Perfect
Order
Fulfillment adalah
satu
pengukuran
terpisah
mendefinisikan seperti persentase dari pemesanan
1) Pengiriman "tepat waktu dan terpenuhi"
untuk
meminta tanggal
dan / atau untuk persetujuan tanggal.
2) Seperti menjumpai pelanggan 3
cara
mencocokan
(faktur, PO,
dan kuitansi).
3) Tidak punya issu
produk berkualitas. Perfect Order Fulfillment
sering
dipergunakan
untuk
mengukur
kinerja
pengiriman
pemasok dan pencapaian jadwal pembuatan. Mengganti order
pesanan pembelian atau order pembuatan
untuk pesanan
pelanggan berturut-turut.
Menurut APQC( [Http 10]), Untuk penggunaan dari survei ini,
perfect
order
performance
referes untuk
pengembilan
dengan
sempurna
dan pemenuhan
pesanan pelanggan dan termasuk
pengambilan order dengan benar, mengalokasikan persediaan
dengan seketika, mengirimkan produk tepat waktu, dan kirim faktur
dengan akurat. Perkiraan nilai berada diantara 0 sampai 100.
|
![]() 20
Menurut Supply-Chain Council ([Http 11]), persentase dari
pengiriman pesanan tepat waktu, secara penuh. Komponen termasuk
semua barang dan kuantitas tepat waktu menggunakan ketentuan
pelanggan dari tepat waktu dan kelengkapan dokumentasi.
2)
Order Fulfillment Cycle Time
Menurut
Supply
Chain
Excellence (SCE)
Limited
([Http
4]),
Order Fulfillment Cycle Time adalah satu pengukuran
berkepanjangan didefinisikan sebagai sejumlah waktu dari otorisasi
pelanggan dari satu order penjualan ke kuitansi pelanggan dari
produk. Segmen
utama dari
waktu
meliputi order
entry, dwell time
for future dated orders, manufacturing, distribusi, dan transportasi.
Menurut
Supply
Chain
Council
([Http 11]), waktu rata-rata
siklus sebenarnya secara terus-menerus
mencapai
untuk
mememnuhi
pemesanan pelanggan.
|
![]() 21
Menurut APQC ([Http 10]), Order
fulfillment
cycle
time
(dipergunakan yang dapat bertukar tempat dengan waktu siklus
pesanan pelanggan) adalah rata-rata actual cycle time secara
konsisten mencapai untuk penuhi pesanan pelanggan. Untuk masing-
masing order perorangan, awal
waktu siklus
ini dari kuitansi order
dan akhir dengan pelanggan menerima dari order.
3)
Upside Supply Chain Flexibility
Menurut
Supply
Chain
Excellence (SCE)
Limited
([Http
5]),
Upside Supply Chain Flexibility adalah satu pengukuran terpisah
didefinisikan
sebagai
sejumlah
waktu
ini
mengambil supply
chain
untuk menjawab ke satu 20% peningkatan tidak direncanakan laku
tanpa jasa atau biaya penalty. Tantangan dengan pengukuran adalah
untuk
membuat pengetahuan
ini seilmiah mungkin. Dengan
pengetahuan di pikiran, kemudian,
kita
harus
pergi
ke item
master
untuk data. Untuk masing-masing data biasanya "replenishment
lead time" yang menjumlahkan MAKE dan DELIVER planned lead
times. Dengan ini harus
menambahkan waktu proses terpanjang
terencana
dari the components
pada
BOM
(Bill
of
Materials).
|
![]() 22
Idenya,
di
sini, adalah waktu
proses
terencanamu adalah penyajian
terbaik dari fleksibilitas tanpa hukuman biaya atau jasa.
Menurut Supply Chain Council ([Http
11]),
jumlah
dari
hari
yang diharuskan mencapai pertambahan dapat dipertahankan
sebanyak
20%
yang
diluar
rencana di
kuantitas-kuantitas
yang
dikirimkan.
Menurut APQC ([Http 8]), Upside supply chain flexibility
adalah penjumlahan waktu lalu hari di antara kejadian dari peristiwa
tidak direncanakan dan perampungan dengan rencana didukung,
plan, source, make, deliver dan return performance. Hari waktu
terlewatkan tidak perlu penjumlahan dari hari memerlukan bagi
seluruh aktivitas sebagai beberapa mungkin terjadi secara serempak.
(Ketika menghitung metrik ini,
pertimbangkan bahwa 20 persen
adalah
sejumlah
menyediakan untuk
penggunaan
penolokan.
Untuk
beberapa industri dan beberapa organisasi 20 persen mungkin dalam
beberapa hal yang tidak dapat diperoleh atau di pihak lain juga
konservatif. Sebagai tambahan, metrik komponen (Upside Source
Flexibility, Upside Make Flexibility, dll) dapat ditingkatkan pada
|
![]() 23
paralel dan sebagai hasil, hitungan ini memerlukan hasil yang paling
sedikit sejumlah waktu untuk mencapai hasil diinginkan).
4)
Upside Supply Chain Adaptability
Menurut Supply Chain Council ([Http 11]), pertambahan dapat
dipertahankan dikuantitas-kuantitas yang bisa
tercapai
pada 30
hari
(tanpa pemesanan kembali, biaya hukuman atau persediaan).
Menurut APQC ([Http 8]), Upside supply chain adaptability
adalah
yang
berkelanjutan
maksimum persentase
bertambah
di
kuantitas pengiriman yang telah dilakukan bisnisnya dapat mencapai
pada 30 hari. (Ketika menghitung
metrik
ini, pertimbangkan bahwa
30 hari adalah satu angka berubah-ubah menyediakan untuk
penggunaan penolokan. Untuk beberapa industri dan beberapa
organisasi
30
hari
mungkin
dalam beberapa
hal
yang
tidak
dapat
diperoleh atau di pihak lain juga konservatif. Metrik komponen
(Daya
Penyesuaian
Sumber
sebelah
atas, Daya
Penyesuaian
Perbuatan sebelah atas, dsb.) dapat ditingkatkan pada paralel dan
sebagai hasil, hitungan ini memerlukan hasil peningkatan paling
sedikit di yang berkelanjutan kuantitas pada 30 hari).
|
![]() 24
5)
Downside Supply Chain Adaptability
Menurut APQC ([Http 9]), Downside supply chain adaptability
adalah
persentase
maksimum reduksi
di
kuantitas
mengorder
yang
telah dilakukan dalam bisnis
dapat
mendukung
pada
30
hari
utama
kepada pengiriman dengan tidak ada hukuman barang inventaris atau
biaya. (Ketika menghitung metrik ini, pertimbangkan bahwa 30 hari
adalah satu angka berubah-ubah menyediakan untuk penggunaan
penolokan. Untuk beberapa industri dan beberapa organisasi 30
hari
mungkin dalam beberapa hal yang tidak dapat diperoleh atau di pihak
lain juga konservatif. Hitungan dari downside
menyediakan
daya
penyesuaian rangkai memerlukan hitungan berlandaskan
pengurangan paling sedikit berkelanjutan ketika mempertimbangkan
Source, Make, dan Deliver components).
Menurut Supply Chain Council ([Http 11]), penurunan dapat
dipertahankan dikuantitas-kuantitas yang bisa
tercapai
pada 30
hari
(tanpa pemesanan kembali, biaya hukuman atau persediaan).
|
![]() 25
6)
Supply Chain Management Cost
Menurut
Supply
Chain
Excellence (SCE)
Limited
([Http
6]),
Total
Supply
Chain
Management
Cost adalah
satu
pengukuran
terpisah didefinisikan sebagai tetap dan biaya operasi
menghubungkan
dengan Plan, Source, Make,
dan
Deliver proses
supply
chain. Ini
"activity based lite"
pandangan dari
biaya
supply
chain
mempertimbangkan
manajemen
order
(Deliver), material
acquisition (Source),
inventory carrying (Indirect Plan),
planning/finance
(Plan), dan
information
technology
costs
(Indirect
Enable).
Menurut
APQC(
[Http
8]),
supply chain management costs
meliputi supply chain
IT ditambah finance dan perencanaan
ditambah inventory
carrying di tambah
material acquisition
ditambah
order
management
costs ditambah
returns
management
costs.
Menurut
Supply
Chain
Council ([Http
11]),
semua
biaya
langsung dan tak langsung yang berhubungan dengan pelaksanaan
proses rantai pasokan perusahaan melalui rantai pasokan.
|
![]() 26
7)
Cost of Goods Sold
Menurut Reimers (2007, p226) harga pokok atau biaya biaya
dari barang dagang yang dijual selama periode tersebut.
Menurut APQC( [Http 9]), cost of goods sold (COGS) adalah
jumlah
pada ikhtisar
rugi
laba
yang
mewakili
ongkos bahan
baku
dan pembuatan produk jadi.
Menurut
Supply
Chain
Council ([Http
11]),
biaya
yang
berhubungan dengan pembelian bahan mentah dan menghasilkan
barang jadi. Biaya ini termasuk biaya
(pekerja, material)
dan biaya
tidak langsung.
8)
Cash-to-Cash Cycle Time
Menurut
Supply
Chain
Excellence (SCE)
Limited
([Http
7]),
Cash-to-Cash Cycle
Time
adalah
satu
ukuran
berkepanjangan
yang
didefinisikan
dengan
menambahkan
jumlah
hari
dari
persediaan
ke
jumlah hari dari receivables outstanding dan kemudian
mengurangi
jumlah
hari
dari
payables
outstanding. Hasilnya
adalah
angka
hari
|
![]() 27
dari
working
capital
organisasi
telah
terikat
pada
pengelola
rantai
pemasokan.
Menurut
APQC(
[Http
9]),
Cash-to-cash
cycle
time adalah
waktu ini mengira satu investasi membuat ke aliran kembali ke dalam
perusahaan setelah ini telah dibelanjakan untuk bahan baku. Untuk
jasa,
ini mewakili waktu titik darimana sekawanan upah
untuk
sumber daya yang dikonsumsi pada kinerja dari satu jasa ke waktu
yang perusahaan yang mendapat pembayaran dari pelanggan untuk
jasa
itu.
cash-to-cash cycle
adalah
jumlah
hari
dari
persediaan
ditambah jumlah hari sales outstanding di kurang pembayaran rata-
rata periode untuk bahan.
Menurut Supply Chain Council ([Http 11]), waktu yang
diperlukan untuk investasi uang dimaterial
untuk
mengalir
kembali
kedalam perusahaan
sesudah
barang
jadi
sudah
dikirimkan
ke
pelanggan.
|
![]() 28
9)
Return on Supply Chain Fixed Assets
Menurut APQC( [Http 8]), Return on supply chain fixed assets
ukuran pengembalian pendapatan organisasi berdasarkan modal yang
diinvestasikan di supply chain fixed assets. Ini meliputi aktiva tetap
yang dipergunakan di Plan, Source, Make, Deliver, dan Return.
Menurut Supply Chain Council ([Http 11]), pengembalian
terhadap organisasi menerima modal yang diinvestasikan di rantai
pasokan aktiva tetap. Aktiva tetap ini termasuk digunakan untuk
Plan, Source, Make, Deliver dan Return.
Menurut Bized ([Http 12]),
10)
Return on Working Capital
Menurut
APQC( [Http 8]),
Return
on
working
capital
adalah
satu pengukuran yang mengkaji nilai dari investasi sehubungan
dengan perusahaan posisi working capital membandingkan
|
![]() 29
pendapatan yang menghasilkan dari supply chain. Komponen
meliputi
accounts
receivable, accounts
payable,
inventory,
supply
chain revenue, cost of goods sold
dan supply chain management
costs.
Menurut
Supply
Chain
Council ([Http
11]),
pengembalian
dimodal kerja adalah ukuran yang menilai besarnya
investasi relatif
keperusahaan posisi modal kerja dibandingkan pendapatan yang
dihasilkan dari rantai pasokan. Termasuk komponen piutang, hutang,
persediaan, pendapatan rantai pasokan,
harga
pokok penjualan,
dan
biaya manajemen rantai pasokan.
Menurut Bized ([Http 12]).
|
![]() 30
2.3 Analisis Laporan Keuangan
Menurut
Reimers
(2007,
p625)
menggunakan
rasio
untuk
menganalisis
serta menginterpretasikan kinerja keuangan dan kondisi suatu perusahaan.
2.3.1 Liquidity ratios.
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya
atau
kewajiban
yang
telah jatuh tempo.
1. Rasio lancar (Current ratio)
Mengukur
kemampuan
perusahaan
dalam
membayar
seluruh
kewajiban lancarnya dengan menggunakan seluruh aktiva lancarnya.
2. Rasio cepat (Quick ratio)
Mengukur
kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
hutang
jangka
pendek.
|
![]() 31
3. Modal kerja (Working capital)
Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan
kewajiban jangka pendeknya. Walaupun secara teknis bukan rasio,
working capital sering diukur sebagian laporan keuangan.
2.3.2 Efficiency ratios.
Menurut Morningstar ([Http 16]), apapun jenis dari bisnis
perusahaan,
harus
menanam uang
dalam aset
untuk
melakukan
pelaksanaannya. Rasio efisiensi mengukur
bagaimana
secara
efektif
perusahaan menggunakan aset ini, sebaik sebagai bagaimana baik
mengelola pertanggung-jawabannya.
1.
Rasio perputaran persediaan (Inventory turnover ratio)
Untuk
mengukur berapa kali persediaan telah terjual dan digantikan
dalam setahun.
|
![]() 32
2.
Periode penagihan rata-rata (Average collect. period)
Menurut Spireframe Software LLC ([Http 14]), periode penagihan
rata-rata mengukur jumlah rata-rata hari yang dibutuhkan bagi
perusahaan untuk mengumpulkan pendapatan dari penjualan kreditnya.
Rata-rata penjualan per hari adalah penjualan bersih yang dibagi oleh
365 hari pada satu tahun. Perusahaan biasanya akan memberitahukan
kebijakan kreditnya di laporan keuangannya, oleh sebab itu periode
penagihan rata-rata dengan mudah bisa diukur sebagai ke apakah
menunjukkan informasi positif atau negatif.
3.
Perputaran aktiva tetap (Fixed asset turnover)
Menurut Spireframe Software LLC ([Http 15]), perputaran aktiva tetap
sama dengan
perputaran jumlah aktiva, yang kedua sama-sama
mengukur
keefektifan perusahaan dalam meningkatkan pendapatan
penjualan bersih dari investasi kembali ke dalam perusahaan. Tetapi,
rasio perputaran aktiva tetap menilai hanya aktiva tetap bersih.
|
![]() 33
4.
Perputaran jumlah aktiva (Total asset turnover)
Rasio ini menunjukkan seberapa besar perbandingan antara modal
asing (pinjaman)
terhadap ekuitas yang digunakan dalam membiayai
aktiva perusahaan.
2.3.3 Leverage ratios.
Rasio
ini digunakan
untuk
mengukur
kemampuan
perusahaan
dalam memenuhi
kewajiban
jangka
panjangnya,
atau
kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya jika terjadi
likuidasi.
1. Rasio hutang terhadap ekuitas (Debt to equity ratio)
Rasio ini menunjukkan seberapa besar perbandingan antara modal
asing (pinjaman)
terhadap ekuitas yang digunakan dalam membiayai
aktiva perusahaan.
|
![]() 34
2. Rasio hutang terhadap jumlah aktiva (Debt to total asset)
Menurut Business Dictionary ([Http 17]), pengukuran aset keuangan
perusahaan melalui utang dan, oleh karena itu, ukuran risiko
keuangannya.
Yang
lebih
rendah
rasio
ini, secara
umum yang
lebih
baik tidak jauh dari perusahaan.
2.3.4 Profitability ratios.
Rasio ini mengukur operasional atau kinerja penghasilan dari
perusahaan. Mengingat tujuan dari perusahaan adalah untuk memperoleh
keuntungan,
oleh
sebab
itu
rasio
jenis ini
memeriksa bagaimana
perusahaan mencapai tujuan.
1. Rasio laba kotor (Gross profit ratio)
Untuk memastikan perusahaan menguntungkan. Ukuran ini
mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang lebih rinci. Juga
menjelaskan berapa banyak yang dapat dikeluarkan untuk beban
umum dan administrasi, iklan dan pemasaran, riset dan pengembagan,
dengan tetap mencapai profitabilitas akhir yang memuaskan.
|
![]() 35
2. Rasio laba operasi (Operating profit ratio)
Menurut Universal Teacher Publications ([Http 18]), laba operasi
artinya
keuntungan
berhasil
didapat oleh
perhatian
dari
kegiatan
usahanya dan tidak dari sumber lain. Ketika memperhitungkan laba
bersih mengenai semua pendapatan termasuk yang bukan bagian dari
kegiatan
usahanya
seperti
uang sewa
dari
pemondok,
bunga
pada
investasi, dan lain-lain ditambahkan dan semua biaya bukan kegiatan
usahanya dikurangi. Oleh sebab itu, ketika menghitung laba operasi
semua ini diabaikan dan perhatian kembali untuk mengetahui tentang
pendapatan perusahaan dari kegiatan usahanya.
3. Rasio marjin laba bersih (Net profit margin ratio)
Menurut Investing for Beginners ([Http 19]), marjin laba mengatakan
kepada anda berapa banyak keuntungan perusahaan didapat setiap $1
itu menghasilkan di pendapatan. Marjin laba berubah-ubah oleh
industri, tetapi sama sekali kalau tidak setara, yang lebih tinggi majin
laba perusahaan dibandingkan dengan saingannya, yang lebih baik.
Beberapa buku keuangan, tempat, dan sumber penghasilan
mengatakan
kepada
seorang
penanam modal
untuk
mengambil
sesudah-pajak laba bersih dibagi dengan penjualan. Sedangkan ini
|
![]() 36
standar
dan
secara
umum disetujui,
beberapa
analis
lebih
suka
menambahkan kembali bunga minoritas ke dalam persamaan, untuk
memberi gagasan seberapa uang diperoleh oleh perusahaan terlebih
dahulu
yang
bermanfaat
ke
luar
ke
minoritas
owners.
Salah satu
dari kedua cara dapat diterima, walaupun anda harus konsisten di
perhitungan anda. Semua perusahaan
harus dibandingkan atas dasar
sama.
4. Rasio pengembalian atas aktiva (Return on assets)
Untuk
mengukur
keberhasilan
perusahaan
dalam mempergunakan
aktivanya
untuk mendapatkan penghasilan bagi pemilik dan kreditor,
mereka
yang
membiayai perusahaan. Karena
bunga adalah
sebagian
dari apa yang didapatkan untuk membayar kreditor, sering tambahan
kembali ke pembilang. Laba bersih adalah pengembalian kepada
pemilik dan beban bunga adalah pengembalian kepada kreditor. Rata-
rata
jumlah
aktiva adalah
rata-rata aktiva awal
dan
aktiva
selama
setahun.
|
37
2.4 Analisis Altman Z-Score
Menurut
Wikipedia ([Http
12]),
Z-score rumusan untuk memperkirakan
kebangkrutan telah dikembangkan pada 1968 oleh Edward I. Altman, seorang
pakar ekonomi keuangan dan profesor di Leonard N. Stern School of Business
di New York University. Z-score
rumusan
multivariate
yang
mengukur
kesehatan keuangan perusahaan dan
meramalkan kemungkinan kebangkrutan
dalam dua tahun.
Belajar
mengukur keefektifan
Z-score sudah
memperlihatkan model
untuk
menjadi
tepat
dengan
>70%
keterpercayaan (Eidleman).
Z-score
menggabungkan empat atau lima rasio perusahaan biasa
yang mempergunakan
sistem pembobotan
yang
diperhitungkan
oleh
Altman
untuk
menentukan
kemungkinan kebangkrutan. Sistem pembobotan
semula berdasarkan data dari
pengusaha pabrik yang dipegang di depan
umum,
tetapi
sejak
sudah
diubah
untuk manufaktur pribadi, non-manufaktur dan perusahaan servis.
Menurut My Stock Market Power (Http 13]),
Z1 = Working Capital / Total Assets
Z1 adalah mengukur likuiditas untuk menentukan seberapa cair aset
perusahaannya. Rasio
ini
membolehkan kita untuk mengerti, peristiwa di
saat krisis, seberapa cepat perusahaan akan dapat untuk menunjang uang.
|
38
Z2 = EBIT / Total Assets
Z2 mengukur keuntungan perusahaan secara keseluruhan.
Z3 = Net Sales / Total Assets
Z3 mengukur seberapa cepat perusahaan
memutar aset
mereka kembali.
Jumlah ini lebih tinggi, lebih baik.
Z4 = Market Value of Equity / Total Liabilities
Z4 mengukur fluktuasi ekuitas yang kemungkinan besar bisa
memperingatkan masalah di depan. Lehman
Brothers, Freddie
Mac, dan
Fannie Mae semua ini contoh luar biasa selama Credit Meltdown 2008.
Z5 = Retained Earnings / Total Assets
Z5 adalah keuntungan diukur melalui potensi laba perusahaan.
Z - Score Weightings
Sekarang, bagaimana memeriksa pembobotan yang telah digabungkan ke
masing-masing bagian ini.
Public Companies
ZScore = 1.2 * Z1 + 3.3 * Z2 + Z3 + 0.6 * Z4 + 1.4 * Z5
Hasil bersih rumus ini mempunyai impikasi berikut:
|
39
Z-Score >
3
-
Menunjukkan
bahwa
perusahaan
mempunyai kedudukan
keuangan yang kuat.
Z-Score antara 2,7 & 3 - Menunjukkan secara tidak langsung bagian di mana
penanam modal
sebaiknya
mulai
mempergunakan
kewaspadaan dengan
saham ini.
Z-Score antara 1,8 dan 2,7 - Menunjukkan potensi kebangkrutan dalam 2 tahun
mendatang.
Z-Score di bawah 1,8 menunjukkan kuat kemungkinan untuk bangkrut.
|