9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.
Pengertian Jasa
Menurut
(Rangkuti,
2002)
jasa
merupakan
pemberian
suatu
kinerja
atau tindakan tak kasat mata dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya
jasa diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan, di mana interaksi antara
pemberi jasa dan penerima jasa mempengaruhi hasil jasa tersebut.
Menurut (Tjiptono, 2004) jasa merupakan aktivitas, manfaat, atau
kepuasan yang ditawarkan untuk dijual.
Menurut
Kotler
yang
dikutip
(Tjiptono,
2004)
jasa
adalah
tindakan
atau perbuatan
yang dapat
ditawarkan
oleh
suatu pihak
kepada
pihak
lain,
yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak
menghasilkan kepemilikan sesuatu. Produksi jasa bisa berhubungan dengan
produk fisik maupun tidak.
Berdasarkan definisi-definisi
di
atas
dapat
disimpulkan
bahwa
jasa
merupakan suatu aktivitas yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain
yang pada dasarnya bersifat intangible atau tidak berwujud
  
10
2.1.1.
Karakteristik jasa
Ada 
empat 
karakteristik 
pokok 
pada 
jasa 
yang 
membedakannya
dengan barang.
Keempat karakteristik tersebut meliputi:
1.Intangibility ( tidak berwujud)
Jasa
bersifat
intangibility
artinya
tidak
dapat
dilihat,
dirasa,
diraba,
dicium
atau didengar sebelum dibeli.
2. Inseparability (tidak dapat dipisahkan)
Barang
biasanya
diproduksi,
kemudian
dijual,
lalu
dikonsumsi.
Sedangkan
jasa   biasanya   dijual   terlebih   dahulu,   baru   kemudian   diproduksi   dan
dikonsumsi secara bersamaan. Keduanya mempengaruhi hasil dari jasa
tersebut.
3. Variability (bervariasi)
Jasa  bersifat  sangat  variabel  karena  merupakan  non  standardized  output
artinya  banyak  variasi  bentuk,  kualitas  dan  jenis,  tergantung  pada  siapa,
kapan, dan dimana jasa tersebut dihasilkan.
4. Perishability (tidak tahan lama)
Jasa  merupakan  komoditas  tidak  tahan  lama  dan  tidak  dapat  disimpan.
Dengan demikian bila suatu jasa tidak dipergunakan, maka jasa tersebut akan
berlalu begitu saja.
  
11
Menurut (Kotler dan Armstrong, 2003), perusahaan harus
mempertimbangkan   empat   karakteristik   jasa   tertentu   ketika   merancang
program pemasaran seperti terlihat di Gambar 2.1:
1. Ketidakberwujudan jasa
Jasa tidak bisa dilihat, dicicipi, dirasakan, didengar atau dibaui sebelum
dibeli. 
Untuk 
mengurangi 
ketidakpastian,  pembeli 
mencari  “tanda”  dari
kualitas jasa pelayanan. Mereka mengambil kesimpulan mengenai kualitas
dari tempat, orang, harga, peralatan, dan konsumsi yang dapat mereka lihat.
Oleh karena itu, tugas penyedia jasa adalah membuat jasa dapat berwujud
dalam satu atau beberapa cara.
2. Ketidakterpisahan jasa
Jasa tidak dapat dipisahkan dari penyedianya, baik penyedianya adalah
manusia maupun mesin. Jika pegawai memberikan jasa maka pegawai
tersebut merupakan bagian dari jasa. Karena konsumen juga
hadir
pada saat
jasa diproduksi, maka interaksi antara penyedia dan konsumennya merupakan
fitur
yang
paling
khusus
dalam pemasaran
jasa.
Baik
penyedia
maupun
pelanggannya mempengaruhi jasa yang dihasilkan
3. Keberubah-ubahan jasa
Berarti bahwa kualitas jasa tergantung pada siapa yang memberikan
demikian pula kapan, dimana, dan bagaimana jasa itu diberikan.
  
12
4. Ketidaktahanlamaan Jasa
Jasa tidak dapat disimpan untuk dijual atau digunakan pada waktu yang
akan datang.
Gambar 2.1.Empat Karakteristik jasa
2.1.2.
Aspek Sukses Industri Jasa
Sukses 
suatu 
industri 
jasa 
tergantung 
pada 
sejauh 
mana
perusahaan mampu mengelola ketiga aspek berikut
1.  Janji  perusahaan  mengenai  jasa  yang  akan  disampaikan  kepada
pelanggan.
2.
Kemampuan
perusahaan
untuk
membuat
karyawan
mampu
memenuhi janji tersebut.
3. Kemampuan karyawan untuk
menyampaikan
janji tersebut kepada
pelanggan.
  
13
Model
kesatuan
dari
ketiga
aspek
tersebut
dikenal
sebagai
segitiga
jasa,
dimana
sisi
segitiga
mewakili
setiap aspek. Kegagalan di satu sisi
menyebabkan segitiga roboh. Artinya, industri jasa tersebut gagal. Dengan
demikian,  pembahasan  industri  jasa  harus  meliputi  perusahaan,  karyawan
serta pelanggan (Gambar 2.2):
Diagram segitiga Pemasaran Jasa
Pelanggan
External
Marketing
Menetapkan janji
mengenai produk/
produk/ jasa yang
disampaikan
INTERAKTIVE MARKETING
menetapkan janji mengenai
menyampaikan produk/jasa
produk/jasa yang akan sesuai
dengan yang telah
disampaikan dijanjikan
Manajemen
Karyawan
INTERNAL MARKETING
Membuat agar produk/jasa yang
Disampaikan sesuai dengan
Yang dijanjikan
Sumber : Rangkuti, 2002, p.27
Gambar 2.2. Diagram segitiga pemasaran jasa
  
14
Keterangan :
PERUSAHAAN
Status : Fasilitator terhadap karyawan agar mampu melayani pelanggan.
Peran :
1) Sebagai penyelidik keinginan pelanggan
2) Sebagai pembuat spesifikasi jasa yang akan disampaikan
3) Sebagai pemberdaya karyawan agar mampu menyampaikan jasa kepada
pelanggan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
KARYAWAN
Status : Penyampai jasa
Peran :
1) Sebagai jasa itu sendiri ( contoh : guru, pengacara, dokter )
2) Sebagai personafikasi atau gambaran dari perusahaan
3) Sebagai pemasar jasa secara tidak langsung
PELANGGAN
Status : Penerima jasa
Peran : Sebagai penilai kualitas jasa
  
15
2.1.3.
Dimensi Kualitas Jasa
Menurut (Parasuraman, Berry dan Zeithaml, 1990) menerangkan lima
konsep ServQual yaitu:
1. Tangible (Bukti fisik)
Karena suatu service tidak dapat dilihat, tidak bisa dicium, dan tidak bisa
diraba,   maka   aspek   tangible   menjadi   sangat   penting   sebagai   ukuran
pelayanan.
Pelanggan
akan
memakai
indra penglihatan
untuk
menilai suatu
kualitas   pelayanan.   Tangible   yang   baik   akan   mempengaruhi   persepsi
pelanggan. Pada saat yang bersamaan aspek tangible ini juga merupakan salah
satu sumber
yang
mempengaruhi
harapan
pelanggan. Karena
tangible
yang
baik,
maka
harapan
responden
menjadi
lebih tinggi. Meliputi
fasilitas fisik,
perlengkapan, pegawai, dan saran komunikasi.
2. Reliability (Keandalan)
Reliability  yaitu  dimensi  yang  mengukur  kehandalan  dari  sisi  perusahaan
dalam memberikan pelayanan kepada pelanggannya.
Ada dua aspek dari dimensi ini, yaitu:
1) 
Kemampuan 
perusahaan 
untuk 
memberikan 
pelayanan 
seperti 
yang
dijanjikan.
2)  Seberapa  jauh  suatu  perusahaan  mampu  memberikan  pelayanan  yang
akurat atau tidak ada error.
  
16
3. Responsiveness (Ketanggapan)
Responsiveness adalah dimensi kualitas pelayanan yang paling dinamis.
Harapan pelanggan terhadap kecepatan pelayanan hampir dapat dipastikan
akan
berubah
dengan
kecenderungan
naik dari waktu ke waktu. Pelayanan
yang
responsif atau
yang tanggap, juga sangat dipengaruhi oleh sikap front-
line
staff.
Salah
satunya
adalah
kesigapan
dan
ketulusan
dalam menjawab
pertanyaan atau permintaan pelanggan.
4. Assurance (Jaminan)
Yaitu dimensi kualitas yang berhubungan dengan kemampuan perusahaan dan
perilaku
front-line
staff
dalam menanamkan
rasa
percaya
dan
keyakinan
kepada   para   pelanggannya.   Ada   empat   aspek   dari   dimensi   ini   yaitu
keramahan, kompetensi, kredibilitas, dan keamanan.
5. Emphaty
Dimensi empati adalah dimensi yang memberikan peluang besar untuk
memberikan pelayanan yang bersifat ”surprise” sesuatu yang tidak diharapkan
pelanggan, ternyata diberikan oleh penyedia jasa. Meliputi kemudahan dalam
melakukan  hubungan  komunikasi  yang  baik,  perhatian  pribadi,  dan
memahami kebutuhan para pelanggan.
  
17
2.2. Kepuasan Pelanggan
Menurut
Kotler
yang dikutip
(Rangkuti, 
2002).
Kepuasan
pelanggan
adalah: ”...a person’s feeling of pleasure or disappointment resulting from
comparing a product’s received performance (or outcome) in relations to
the
person’s expectation”--- perasaan senang atau kecewa seseorang sebagai hasil
dari perbandingan antara prestasi atau produk yang dirasakan dan
diharapkannya
Menurut (Irawan, 2003). Kepuasan adalah
persepsi
terhadap produk
atau jasa yang telah memenuhi harapannya. Karena itu pelanggan tidak akan
puas,
apabila
pelanggan
mempunyai persepsi bahwa harapannya belum
terpenuhi. Pelanggan akan merasa puas jika persepsinya sama atau lebih dari
yang diharapkan.
Menurut (Kotler dan Armstrong, 2003).
kepuasan
pelanggan
adalah
tingkatan dimana
anggapan kinerja (perceived performance) produk akan
sesuai dengan harapan seorang pembeli. Bila kinerja produk jauh lebih rendah
dibandingkan harapan pelanggan, pembelinya tidak puas. Bila kinerja sesuai
dengan harapan atau melebihi harapan, pembelinya
merasa puas atau
merasa
amat gembira.
Menurut  (Ratih, 2005), pelanggan adalah pihak yang memaksimalkan
nilai,
mereka yang
membentuk
harapan akan nilai dan bertindak berdasarkan
itu
  
18
Menurut (Tse dan Wilton, 1998 yang dikutip (Tjiptono, 2004,)
kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap
evaluasi
ketidaksesuaian
atau
diskonfirmasi
yang
dirasakan antara harapan
sebelumnya (atau norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang
dirasakan setelah pemakaiannya.
Pada dasarnya pengertian kepuasan pelanggan mencakup perbedaan
antara tingkat kepentingan dan kinerja atau hasil yang dirasakan. (Engel 1990)
dan
(Pawitra, 1993)
mengatakan bahwa pengertian tersebut dapat diterapkan
dalam penilaian kepuasan terhadap satu perusahaan tertentu karena keduanya
berkaitan dengan konsep kepuasan pelanggan, sebagaimana dapat dilihat pada
Gambar 2.3 :
Sumber : Rangkuti,2002,p.24
Gambar 2.3. Diagram Konsep Kepuasan Pelanggan
  
19
Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa kepuasan pelanggan didasarkan pada kinerja dan harapan yang
dirasakan pelanggan
2.2.1.
Karakteristik Kepuasan pelanggan
Kunci bagi retensi pelanggan adalah kepuasan pelanggan. Pelanggan
yang sangat puas : Menurut (Kotler, 2004).
1) Tetap setia lebih lama
2) Membeli lebih banyak ketika perusahaan memperkenalkan produk baru
dan memperbaharui produk-produk yang ada.
3)
Membicarakan
hal-hal
yang
baik
tentang
perusahaan
dan
produkproduknya.
4) Memberi perhatian yang lebih sedikit kepada merek-merek dan iklaniklan
pesaing serta kurang peka terhadap harga.
5) Menawarkan gagasan jasa atau produk kepada perusahaan.
6) Biaya untuk pelayanannya lebih kecil dibandingkan biaya pelayanan
pelanggan baru karena transaksi yang sudah rutin.
  
20
2.2.2 Faktor - Faktor Pendorong Kepuasan Pelanggan
Menurut
(Handi, 2004), faktor-faktor kepuasan
pelanggan terdiri dari lima driver utama yaitu:
1. Kualitas produk
Pelanggan  merasa  puas  kalau  setelah  membeli  dan  menggunakan  produk
tersebut ternyata kualitas produknya baik.
2. Harga
Untuk 
pelanggan 
yang 
sensitif, 
biasanya 
harga 
murah 
adalah 
sumber
kepuasan yang penting karena mereka mendapatkan value for money yang
tinggi. Komponen harga ini relatif tidak penting bagi mereka yang tidak
sensitif terhadap harga. Untuk industri
ritel
komponen
harga
ini
sungguh
penting dan kontribusinya terhadap kepuasan relatif besar.
Kualitas produk dan harga sering kali tidak mampu menciptakan keunggulan
bersaing dalam kepuasan pelanggan. Kedua aspek
ini mudah ditiru. Dengan
teknologi 
yang 
hampir 
standar, 
setiap 
perusahaan  biasanya 
mempunyai
kemampuan
untuk kualitas produk
yang hampir sama dengan pesaing. Oleh
karena itu banyak perusahaan yang lebih mengandalkan driver ketiga, yaitu
service quality.
3. Service quality (kualitas pelayanan)
Service quality sangat bergantung pada tiga hal yaitu sistem, teknologi, dan
  
21
manusia.
Sama
dengan
kualitas
produk
maka
kualitas pelayanan
juga
merupakan driver yang
memiliki banyak dimensi. Salah satu konsep service
quality yang popular adalah ServQual.
4. Emotional factor ( faktor emosi)
Untuk 
beberapa 
produk 
yang 
berhubungan 
dengan 
gaya 
hidup 
driver
kepuasan pelanggan yang keempat relatif penting. Kepuasan pelanggan dapat
timbul seperti saat mengendarai mobil yang memiliki brand image yang baik.
Karena emotional value yang diberikan oleh brand produk tersebut. Rasa
bangga, rasa percaya diri, simbol sukses, bagian dari kelompok orang yang
penting dan sebagainya adalah contoh emotional value yang mendasari
kepuasan pelanggan.
5. Kemudahan
Driver
kelima
adalah
berhubungan dengan
biaya
dan
kemudahan
untuk
mendapat produk atau jasa tersebut. Pelanggan
akan
semakin
puas
apabila
relative mudah, nyaman dan efisien dalam mendapatkan produk atau
pelayanan.
2.2.3. Metode Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Ada  beberapa  metode  yang  dapat  dipergunakan  setiap  perusahaan
Untuk  mengukur  dan  memantau  kepuasan  pelanggannya  (juga  pelanggan
perusahaan pesaing). Menurut (Kotler yang dikutip Tjiptono, 2004)
mengemukakan metode untuk mengukur kepuasan pelanggan, yaitu:
1. Sistem keluhan dan saran
  
22
Setiap perusahaan yang berorientasi pada pelanggan (customer oriented) perlu
memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para pelanggannya untuk
menyampaikan saran, pendapat, dan keluhan mereka. Media yang bisa
digunakan meliputi kotak saran yang diletakkan di tempat-tempat strategis
(yang mudah jangkauan atau sering dilewati pelanggan), menyediakan kartu
komentar
(yang
bisa
diisi
langsung ataupun
yang
bisa
dikirimkan
via
pos
kepada perusahaan), meyediakan saluran telepon khusus. Informasi yang
diperoleh dengan metode ini dapat memberikan ide-ide baru masukan yang
berharga
kepada
perusahaan,
sehingga
memungkinkan
untuk
respon secara
cepat dan tanggap terhadap setiap masalah yang timbul. Meskipun demikian
metode ini cenderung bersifat pasif,
maka sulit mendapatkan gambaran
lengkap mengenai kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan.
2. Survey kepuasan pelanggan
Melalui survei, perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik
secara langsung dari pelanggan sekaligus juga memberikan tanda (signal)
positif  bahwa  perusahaan  menaruh  perhatian  terhadap  para  pelanggannya.
Pengukuran 
metode  kepuasan 
pelanggan  pada 
metode 
ini 
dapat
dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:
a. Directly reported satisfaction
Pengukuran dilakukan secara langsung melalui pertanyaan.
b. Derived satisfaction
Pertanyaan yang diajukan menyangkut dua hal utama yakni pesannya harapan
pelanggan terhadap atribut tertentu dan besarnya kinerja yang mereka rasakan.
  
23
c. Problem analysis
Pelanggan yang dijadikan responden diminta untuk mengungkapkan dua hal
pokok. Pertama, masalah-masalah yang
mereka hadapi berkaitan dengan
penawaran dari perusahaan. Kedua, saran-saran untuk melakukan perbaikan.
d. Importance-performance analysis
Dalam teknik
ini,
responden
diminta
untuk
merangking
berbagai
elemen
(atribut) 
dari 
penawaran 
berdasarkan 
derajat 
pentingnya 
setiap 
elemen
tersebut. Selain itu responden juga diminta merangking seberapa baik kinerja
perusahaan dalam masing-masing elemen atau atribut tersebut.
3. Ghost shopping
Metode
ini dilaksanakan dengan cara mempekerjakan beberapa orang (ghost
shooper)  untuk berperan atau bersikap sebagai pembeli potensial produk
perusahaan atau produk pesaing. Lalu ghost shooper tersebut menyampaikan
temuan-temuannya mengenai kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan
pesaing berdasarkan pengalaman mereka dalam pembelian produk-produk
tersebut. Selain
itu para
ghost
shooper
juga dapat
mengamati atau
menilai
cara   perusahaan   dan   pesaingnya   menjawab   pertanyaan   pelanggan   dan
menangani setiap keluhan.
4. Lost Customer Analysis
Metode  ini  sedikit  unik.  Perusahaan  berusahan  untuk  menghubungi  para
pelanggannya yang telah berhenti membeli atau yang telah beralih pemasok
  
24
yang   diharapkan   akan   diperolehnya   informasi   penyebab   hal   tersebut.
Informasi ini sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk mengambil kebijakan
selanjutnya dalam rangka meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan.
Menurut (Rangkuti, 2002), pengukuran kepuasan pelanggan
dilakukan dengan cara berikut:
1. Pengukuran dapat dilakukan secara langsung melalui pertanyaan kepada
Pelanggan dengan ungkapan sangat tidak puas, kurang puas, cukup puas, puas
dan dangat puas.
2.
Responden
diberi
pertanyaan
mengenai
seberapa
besar
mereka
mengharapkan suatu atribut tertentudan seberapa besar yang mereka rasakan.
3. Responden diminta menuliskan masalah-masalah yang akan mereka hadapi
yang berkaitan dengan penawaran dari perusahaan dan diminta untuk
menuliskan perbaikan-perbaikan yang mereka sarankan.
4. Responden diminta merangking elemen atau atribut penawaran berdasarkan
derajat kepentingan setiap elemen dan seberapa baik kinerja perusahaan pada
masing-masing elemen.
Menurut
(Kotler,
2004) ada beberapa
perangkat
untuk
melacak dan
mengukur kepuasan pelanggan:
1. Sistem keluhan dan saran
Yaitu dengan cara mempermudah pelanggannya untuk memberikan saran dan
keluhan .
2. Survei kepuasan pelanggan
Mengukur kepuasan pelanggan secara langsung dengan melakukan survei
  
25
berkala, seperti mengirimkan daftar pertanyaan atau menelepon pelanggan
terakhir mereka sebagai sampel acak.
3. Belanja siluman
Perusahaan-perusahaan dapat membayar orang-orang untuk bertindak sebagai
pembeli
potensial
guna
melaporkan
hasil
temuan
mereka
tentang
kekuatan
dan kelamahan yang mereka alami ketika membeli produk perusahaan dan
produk pesaing.
4. Analisis pelanggan yang hilang
Perusahaan-perusahaan harus menghubungi para pelanggan yang berhenti
membeli atau berganti pemasok untuk mempelajari sebabnya.
2.2.4. Harapan dan Kepuasan pelanggan
Harapan pelanggan dibentuk dan didasarkan leh beberapa faktor, di antaranya
pengalaman berbelanja di masa lampau, opini teman dan kerabat, serta
informasi dan janji-janji perusahaan dan para pesaing (Kotler dan Amstrong,
2004).Faktor-faktor tersebutlah
yang
menyebabkan harapan seseorang biasa-
biasa saja atau sangat kompleks.
Ada beberapa penyebab utama tidak terpenuhinya harapan pelanggan
(lihat Gambar 2.4). Diantaranya beberapa faktor penyebab tersebut ada yang
bisa dikendalikan oleh penyedia jasa. Dengan demikian penyedia jasa
bertanggung jawab untuk meminimumkan miskomunikasi dan
misinterpretasi
yang mungkin terjadi dan menghindarinya dengan cara merancang jasa yang
  
26
mudah dipahami dengan jelas. Dalam hal
ini penyedia jasa
harus
mengambil
inisiatif agar ia dapat memahami dengan jelas instruksi dari klien dan klien
mengerti benar apa yang akan diberikan.
Sumber: Mudie, Peter and Angela Cottam (1993), The Management and Marketing Services
Gambar 2.4.Penyebab Utama Tidak Terpenuhinya Harapan Pelanggan
Seorang pelanggan yang puas adalah pelanggan yang mendapatkan
value dari pemasok, produsen atau penyedia jasa. nilai ini berasal dari produk,
pelayanan,   sistem   atau   sesuatu   yang   bersifat   emosi.   Jika   pelanggan
mengatakan bahwa value adalah produk yang berkualitas, maka kepuasan
terjadi
kalau
pelanggan
mendapatkan
produk
yang
berkualitas.
Kalau
nilai
bagi
pelanggan
adalah
kenyamanan, maka
kepuasan
akan
datang
apabila
pelayanan yang diperoleh benar-benar nyaman. Kalau
value
dari pelanggan
adalah harga yang murah, maka pelanggan akan puas kepada produsen yang
memberikan harga yang paling kompetitif.
Sebelum menggunakan suatu jasa pelanggan sering memiliki empat skenario
  
27
Jasa
yang
berbeda
dalam
benaknya
mengenai
apa
yang
bakal
dialaminya,
yaitu:
1. Jasa ideal
2. Jasa yang diantisipasi atau diharapkan
3. Jasa yang selayaknya diterima (deserved)
4. Jasa minimum yang dapat ditoleransi (minimum tolerable) Pelanggan bisa
berharap dari keempat scenario tersebut (Gambar 2.4). Sebagaimana
telah
dijelaskan di bagian awal,
harapan
membentuk kepuasan (Lihat   Gambar  
2.5).   Karena   itu   apabila   “jasa   minimum   yang   dapat ditoleransi”  yang 
diharapkan,  lalu  yang  terjadi  sama  dengan  atau  bahkan melampaui 
harapan
tersebut,
maka
akan
timbul
kepuasan.
Sebaliknya
bila yang 
diharapkan
jasa
ideal”,
maka bila
yang terjadi
kurang dari
harapan
tersebut, maka yang terjadi adalah ketidakpuasan.
Sumber: Mudie, Peter and Angela Cottam (1993), The Management and Marketing of Services
Gambar 2.5 Pengaruh Harapan Terhadap Kepuasan
  
28
1)
Semakin dekat
harapan
“jasa
yang diharapkan”
dengan
“jasa
minimum
yang dapat diterima”, semakin besar pula kemungkinan tercapainya kepuasan.
2) Pelanggan yang puas bisa berada di mana saja dalam spectrum ini. Yang
menentukan posisinya adalah posisi hasil (outcome) yang diharapkan
2.2.5 Sepuluh Prinsip Kepuasan Pelanggan
Menurut (Irawan, 2004) sepuluh prinsip Kepuasan Pelanggan adalah:
1. Mulailah percaya akan pentingnya kepuasan pelanggan.
2. Pilihlah pelanggan dengan benar untuk membangun kepuasan pelanggan
3. Memahami harapan pelanggan adalah kunci keberhasilan
4..Carilah faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan
5. Faktor emotional adalah faktor yang penting mempengaruhi kepuasan
pelanggan
6. Pelanggan yang komplain adalah pelanggan yang loyal
7. Garansi adalah lompatan yang besar dalam kepuasan pelanggan
8. Dengarkanlah saran pelanggan
9. Peran karyawan sangat penting dalam memuaskan pelanggan
10. Kepemimpinan adalah teladan dalam kepuasan pelanggan
22.6
Membangun Kepercayaan Pelanggan
Menurut (Jasfar, 2005) menjelaskan bahwa :
•    
Kepercayaan
timbul
dari
suatu
proses
pembinaan
yang
cukup
lama
sampai kedua belah pihak saling mempercayai. Apabila kepercayaan sudah
terjalin di antara pelanggan dan perusahaan, maka usaha untuk
mempertahankannya tidaklah terlalu sulit. Seperti
yang pernah disampaikan
  
29
oleh Peter Drucker, bahwa mencari pelanggan baru
jauh lebih
mahal ( Cost
maupun efforts ) dibandingkan dengan mempertahankan pelanggan yang ada.
Dalam proses terbentuknya kepercayaan, (Donney dan Connon,1997)
menjelaskan
secara
rinci
faktor-
faktor yang
berpengaruh
seperi
:
reputasi
perusahaan, besar/ kecilnya perusahaan, saling menyenangi, baik antara
pelanggan dengan perusahaan maupun antara
pelanggan
dengan
pegawai
perusahaan, termasuk kualitas jasa.
(Morgan   dan   Hunt,   1994)   menjelaskan   ”   confidence  ”   dalam
pengertian kepercayaan ini timbul karena adanya suatu kepercayaan bahwa
pihak yang mendapat kepercayaan memang mempunyai sesuatu kualitas yang
dapat mengikat dirinya, seperti tindakannya yang konsisten, kompeten, jujur,
adil, bertanggung jawab, suka membantu dan rendah hati ( benevolent ).
(Anderson dan Narus, 1990) menekankan pada  ” perceived outcome ”
sebagai
hasil
yang
diharapkan
dari
suatu
hubungan
yang disebut
confidence.
Ia mengartikan perceived outcome as the firm belief that another person /
company
will
perform
action
that
nice
result in positive outcome form
a
partner on whose intergrity one can rely confidently.
Menurut (Garbarino dan Johnson, 1995 ), membangun atau membina
kepercayaan sebaiknya
lebih ditekankan pada kepercayaan individual dengan
mengacu  kepada  keyakinan  konsumen  atas  kualitas  dan  keterandalan  jasa
yang
diberikan.
Untuk
definisi
operasional kepercayaan
mereka berdua
mengacu kepada pendapat (Gwinner, Gremier, dan Bitner, 1998 ) yang
mengemukakan   bahwa   dalam  
industri   jasa,   manfaat   psikologis   atas
  
30
kepercayaan adalah lebih penting daripada perlakuan istimewa terhadap
pelanggan atau yang disebut sebagai manfaat sosial dalam membina hubungan
pelanggan.
2.3
Konsep GAP (Kesenjangan) kepuasan konsumen
Menurut (Rangkuti, 2002) Kepuasan pelanggan terhadap suatu jasa
ditentukan  oleh  tingkat  kepentingan  pelanggan  sebelum  menggunakan
jasa dibandingkan dengan hasil persepsi pelanggan terhadap jasa tersebut
setelah pelanggan merasakan kinerja jasa tersebut. (Lihat Gambar 2.6)
Menurut (Irawan, 2004,) Untuk melihat hasil secara menyeluruh,
dilakukan penjumlahan rata-rata dari GAP (selisih kenyataan dan harapan)
yang dikalikan bobot dimensi yang ada. Hasil >-1 
misalnya -0,40 berarti
baik dan < -1 misalnya -1.20 berarti kurang baik. Dengan demikian,
semakin besar nilainay maka tingkat kepuasan semakin baik. Namun Hasil
ini tidah pernah 1 (+) atau lebih. Apabila GAP positif, hal ini
menggambarkan
bahwa
masyarakat/pelanggan dianggap sangat puas,
namun kemungkinan terjadinya gap positif sangat kecil. Hal ini karena
secara keseluruhan apa yang dialami (persepsi) jarang lebih baik dari apa
yang diharapkan).
  
31
Pelanggan sangat puas
Persepsi Pelanggan
Perceive service
(service yang diterima pelanggan)
--------------
Harapan
Pelanggan
--------------
Desired Service
Adequate Service
Sumber : Rangkuti, 2002
Pelanggan
Sangat Tidak Puas
Gambar 2.6 Diagram Proses Kepuasan Pelanggan
Salah satu faktor yang menentukan kepuasan pelanggan adalah
kualitas pelayanan yang terdiri dari 5 dimensi pelayanan. Kesenjangan
merupakan ketidaksesuaian antara pelayanan yang dipersepsikan
(perceived  service)  dan  pelayanan  yang  diharapkan  (expected service)
(lihat Gambar 2.7).
Expected Service
Perceived Service
GAP
Sumber : Rangkuti, 2003 : 42
Gambar 2.7 Diagram Kesenjangan yang Dirasakan oleh pelanggan
  
32
Kesenjangan  terjadi 
apabila 
pelanggan 
mempersiapkan 
pelayanan
yang diterimanya lenih tinggi daripada desired service atau lebih rendah
daripada adequate service kepentingan pelanggan tersebut. Dengan
demikian, pelanggan dapat merasakan sangat puas atau, sebaliknya,
sangat kecewa.
Secara umum, kesenjangan pelayanan dapat dibedakan ke dalam
dua kelompok, yaitu :
1.   Kesenjangan yang mucul dari dalam perusahaan (company gaps)
Kesenjangan ini dapat menghambat kemampuan perusahaan untuk
memberikan pelayanan berkualitas.
Kesenjangan yang muncul dari dalam perusahaan dapat dibedakan
ke dalam empat jenis kesenjngan, yaitu :
a.   Kesenjangan 
Tidak 
mengetahui 
harapan 
konsumen 
akan
pelayanan
b.   Kesenjangan  2  :  Tidak  memiliki  desain  dan  standar  pelayanan
yang tepat
c.   Kesenjangan
3
:
Tidak
memberikan
pelayanan
berdasar
standar
pelayanan
d.   Kesenjangan   4   :   Tidak   memberikan   pelayanan 
sesuai   yang
dijanjikan
  
33
2.
Kesenjangan yang muncul dari luar perusahaan
Kesenjangan yang muncul dari luar perusahaan yang disebut
kesenjangan 5 terjadi karena ada perbedaan persepsi pelanggan dengan
harapan pelanggan terhadap pelayanan.
Adapun model gap sebagai berikut dijelaskan pada Gambar 2.8 :
Dari mulut ke
mulut
Kebutuhan
pribadi
Pengalaman
masa lalu
Pelayanan yang
diharapkan
Gap 5
Pelanggan
Pelayanan yang diterima
pelanggan
Penyedia
Gap 1
Gap 3
Penyampaian
Spesifikasi kualitas
pelayanan
Gap 4
Komunikasi eksternal
kepada pelanggan
Gap 2
Persepsi manajemen atas
harapan pelanggan
Sumber : Zeithaml, Parasuraman, dan Berry, Delivering Quality Service: Balancing Customer
Perception and Expectation, The Free Press, New York, 1990, Hal.46.
Gambar 2.8 Model Kesenjangan pada Kualitas Pelayanan
  
34
Berdasarkan
pada
model
kesenjangan
diatas,
ketidakcocokan
terjadi
dari lima macam kesenjangan yang dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
1.   Satu kesenjangan (gap), yaitu kesenjangan kelima (gap 5) yang berasal
dari sisi penerima pelayanan (pelanggan).
2.   Empat  macam  kesenjangan,  yaitu  kesenjangan  pertama  sampai  ke
empat (gap 1 sampai gap 4), yang berasal dari sisi penyedia jasa
(manajemen).
Kesenjangan (gap) yang berasal dari sisi penyedia jasa :
1.   Kesenjangan   (gap)   1   :   Kesenjangan   (gap)   antara   harapan
pelanggan dengan persepsi manajemen.
Kesenjangan (gap) ini muncul karena adanya ketidaktahuan manjemen
terhadap pelayanan yang diharapkan oleh pelanggan. Langkah pertama
yang harus dilakukan untuk memperbaiki
kualitas
pelayanan
pada
kesenjangan (gap)
ini
adalah
dengan
mendapatkan
informasi
yang
akurat
mengenai
harapan
pelanggan. Pada kesenjangan (gap) 1 ini,
terdapat tiga faktor kunci yang berperan penting atas terjadinya
kesenjangan tersebut, yaitu :
a.   Kurangnya orientasi pada riset pemasaran sehingga perusahaan
tidak memperhatikan kebutuhan atau keluhan yang diinginkan
oleh pelanggan.
b.
Tidak cukupnya komunikasi keatas yaitu kurangnya arus
komunikasi yang terjadi pada tingkat bawah dengan keinginan
ditingkat atas.
  
35
c. 
Terlalu banyak tingkatan manajemen pada struktur organisasi
perusahaan sehingga komunikasi
yang
terjadi
memerlukan
waktu yang cukup lama.
2.   Kesenjangan   (gap)   2   :   Kesenjangan   (gap)   antara   persepsi
manajemen terhadap spesifikasi kualitas pelayanan.
Kesenjangan (gap) ini terjadi karena kurangnya kesadaran manajemen
akan 
harapan 
pelanggan 
terhadap 
spesifikasi 
standar  kualitas
pelayanan yang diberikan kepada pelanggan. Pada kesenjangan (gap) 2
ini, faktor kunci yang berkontribusi terhadap terjadinya kesenjangan
tersebut adalah :
a.   Kurangnya komitmen
manajemen terhadap kualitas pelayanan
yang diberikan kepada pelanggan. Manajemen tidak memenuhi
standar
pelayanan   
yang   
sudah   
ditetapkannya   
kepada
pelanggan.
b.
Persepsi
manjemen
mengenai ketidakmungkinan
terjadinya
pemenuhan harapan pelanggan.
c.   Kurangnya standardisasi terhadap tugas-tugas yang diberikan.
d.   Tidak adanya goal setting yang jelas.
3.   Kesenjangan 
(gap) 
Kesenjangan 
(gap) 
antara 
spesifikasi
kualitas pelayanan dengan penyampaian pelayanan.
Kesenjangan (gap) ini terjadi disebabkan oleh ketidakmampuan
karyawan  memenuhi  standar  kualitas 
pelayanan 
yang 
sudah
ditentukan. Meskipun adanya panduan bagi kinerja kualitas pelayanan
  
36
dan cara memperlakukan pelanggan dengan tepat, tidak berarti telah
terdapat kepastian mengenai kualitas pelayanan yang tinggi terhadapa
pelanggan. Pada kesenjangan (gap) 3
ini,
faktor
kunci
yang
menjadi
penyebab terjadinya kesenjangan (gap) adalah:
a. 
Role ambiquity yaitu keadaan dimana para karyawan merasa
bimbang 
atau 
tidak 
pasti 
mengenai 
ekspektasi 
dari 
para
manager atau supervisor terhadap pekerjaan mereka dan
bagaimana untuk memuaskan harapan dari pelanggan. Keadaan
ini disebabkan kurangnya pelatihan atau keahlian yang dimiliki
oleh karyawan.
b.
Rice
conflict yaitu perasaan karyawan bahwa
mereka
tidak
memiliki kemampuan untuk memuaskan pelanggan dan
atasannya.
c. Kurangnya
keseimbangan
antara
keahlian
yang
dimiliki
karyawan terhadap tugas yang diterimanya.
d.
Kurangnya peralatan dan tekhnologi yang digunakan oleh
karyawan dalam melaksanakan tugas mereka.
e. 
Kurang berjalannya
sistem evaluasi
kerja karyawan
terhadap
imbalan atau bonus yang diberikan oleh perusahaan.
f.
Kurangnya  pengawasan  terhadap  pelayanan  yang  diberikan
karyawan terhadap pelanggan.
g.
Kurangnya kerjasama kelompok yang terjadi antara para
karyawan dan manager dalam perusahaan.
  
37
4.   Kesenjangan
(gap)
4
:
Kesenjangan
(gap)
antara
penyampaian
pelayanan dengan komunikasi eksternal kepada pelanggan.
Salah satu factor penyebab terjadinya ekspektasi pelanggan adalah
komunikasi eksternal dari penyedia jasa. Janji-janji yang dibuat oleh
perusahaan
melalui
media
iklan, brosur, spanduk dan alat komunikasi
lainnya akan meningkatkan ekpektasi pelanggan yang berlebihan
terhadap 
penyedia 
jasa  atau 
produk 
tersebut. 
faktor 
kunci 
yang
menjadi penyebab terjadinya kesenjangan pada gap 4 ini adalah :
a.
Kurangnya komunikasi horizontal yang terjadi pada suatu
perusahaan   antara   bagian   periklanan   dengan   operasional,
bagian
penjualan   dengan   operasional,   hingga   terjadinya
perbedaan
kebijakan    dan    prosedur    antar    cabang    dan
departemen.
b. 
Kecenderungan memberikan janji secara berlebihan dan tidak
disesuaikan dengan yang diterima
atau dirasakan pelanggan
pada saat menggunakan jasa atau produk ini.
Kesenjangan yang berasal dari sisi penerima jasa, yaitu :
5.   Kesenjangan (gap) 5 : Kesenjangan (gap) antara
pelayanan yang
diharapkan terhadap pelayanan yang diterima pelanggan.
Pelayanan
yang
diharapkan
pelanggan
terbentuk
berdasarkan
komunikasi dari
mulut ke
mulut
yang terjadi antara para konsumen,
kebutuhan pribadi dari konsumen tersebut terhadap penyedia jasa atau
produk  serta  pengalaman  masa  lalu  dari  konsumen  tersebut  yang
  
38
sudah
pernah
menggunakan
jasa atau
produk
tersebut.
Pelanggan
tersebut kemudian
membandingkan harapan
yang sudah
mereka buat
terhadap kenyataan pelayanan yang diterima atau dirasakannya
tersebut. Dari perbandingan ini akan muncul adanya suatu kesenjangan
(gap) yang digunakan untuk menentukan penilaian atas kualitas
pelayanan yang dirasakan oleh pelanggan, yaitu :
a.   Sangat puas apabila pelayanan yang diterima atau dirasakannya
melebihi harapan dari pelanggan tersebut.
b.   Puas apabila pelayanan yang diterima atau dirasakannya sama
dengan yang diharapkannya.
c. Tidak
puas
apabila
pelayanan
yang
diterimanya
atau
dirasakannya
berada
dibawah
dari apa yang diharapkan oleh
pelanggan.