5
BAB II LANDASAN
TEORI
2.1
Pengertian Proyek
Proyek adalah suatu usaha untuk membuat suatu produk, layanan atau sesuatu yang
dihasilkan
dalam jangka waktu
terbatas
atau
bersifat
sementara
(Schwalbe,
2007).
Berbeda halnya dengan operasi, suatu proyek akan diakhiri
jika
tujuan suatu proyek
tersebut telah tercapai.
Adapun sifat-sifat dari suatu proyek menurut Scwalbe(2007) meliputi:
-
Suatu proyek memiliki suatu tujuan yang unik.
-
Suatu
proyek
bersifat
sementara,
memiliki
awal
permulaan
proyek serta
batas
berakhir proyek.
-
Suatu proyek dapat dikembangkan seiring dengan berjalannya proyek itu sendiri.
Pada
saat
dimulai,
suatu proyek
terkadang
masih
memiliki
definisi
yang
terlalu
luas
(tidak
spesifik), seiring dengan
berjalannya
proses
pengerjaan
maka
detil
spesifik
tersebut
akan terlihat
lebih
jelas,
oleh
karena
itu
suatu
proyek
memungkinkan
untuk
dikembangkan
secara lebih rinci berdasarkan pada
kebutuhan serta informasi baru mengenai proyek tersebut.
-
Membutuhkan suatu sumberdaya, seperti: manusia, asset dan uang.
-
Memiliki  sponsor,  project sponsor biasanya  mengarahkan,  memonitor 
serta
mendanai suatu proyek.
  
6
-
Suatu proyek meliputi ketidak pastian, dikarenakan sifatnya yang unik, sulit untuk
ditentukan secara pasti berapa lama
dapat selesai serta berapa besar alokasi
anggran yang dibutuhkan secara pasti hingga proyek selesai.
Menurut Nicholas (2001) karakteristik suatu proyek meliputi:
-
Melibatkan   suatu   tujuan   yang   dapat   dijelaskan,   dimana   tujuan      tersebut
dispesifikasikan dalam bentuk biaya, jadwal dan kinerjanya.
-
Unik, suatu proyek perlu memiliki sesuatu yang berbeda dari proyek sebelumnya.
Jadi proyek tersebut merupakan suatu jenis aktifitas yang bukan pengulangan dari
aktifitas sebelumnya.
-
Suatu
aktifitas
yang
bersifat
sementara,
digunakan
untuk
menyelesaikan
suatu
tujuan yang dibatasi oleh periode waktu yang telah ditentukan.
-
Menggunakan kemampuan dan talenta dari beberapa profesi dan organisasi.
-
Kemungkinan
tidak
dikenal,
karena
terdiri
dari
beberapa
ide
baru,
pendekatan
baru, atau teknologi baru yang memiliki resiko dan ketidak pastian yang tinggi.
-
Ada sesuatu yang dipertaruhkan, kegagalan dari proyek dapat
menyebabkan hal-
hal yang beresiko bagi organisasi maupun tujuan dari proyek tersebut.
-
Proses 
pengerjaan 
untuk 
mencapai  tujuan, 
selama  proses 
proyek 
melewati
beberapa tahap-tahap yang jelas yang disebut daur hidup proyek.
  
7
2.2
Manajemen Proyek
Manajemen Proyek merupakan suatu penerapan dari pengetahuan, keahlian
menggunakan tools serta teknik-teknik atau metode dalam aktifitas suatu proyek  agar
dapat memenuhi kebutuhan dari suatu proyek (Schwalble, 2007).
Menurut Nicholas
(2001)
Manajemen
Proyek
adalah
suatu
pendekatan
sistem
kepada organisasi dan manajemen yang menerapkan elemen tradisional dan
kemampuan   untuk   mengelola   (behavioral   management)   serta   memiliki   pola
organisasi dan kebijakan manajemen yang paling sesuai untuk diterapkan pada
lingkungan proyek yang unik.
Menurut Nicholas (2001) karakteristik Manajemen Proyek yaitu:
-
Manajer
proyek
mengepalai
organisasi
proyek.
Organisasi
mencerminkan
lintas
fungsi organisasi (cross functional), berorientasi pada tujuan proyek yang bersifat
sementara.
-
Manajer proyek merupakan suatu bagian penting untuk mengikut sertakan seluruh
usaha untuk mencapai suatu tujuan proyek.
-
Karena
setiap
proyek
memerlukan
berbagai
macam
keahlian
dan
sumber
daya,
pengerjaannya
mungkin
dapat
dilakukan
oleh orang berasal dari wilayah
fungsioanal yang berbeda atau dari pihak luar organisasi.
-
Manajer proyek bertanggung jawab
untuk
mengintegrasikan orang dari beberapa
wilayah fungsi yang berbeda untuk bekerja dalam suatu proyek.
-
Manajer proyek bernegosiasi langsung
untuk
mencari dukungan dengan
manajer
fungsional.
  
8
-
Proyek
terfokus
pada
penyediaan
suatu
produk
atu
jasa
pada
waktu dan
biaya
tertentu.
-
Suatu proyek
mungkin memiliki dua rantai perintah,
yang
pertama  vertical dan
fungsional, yang lainnya horizontal
dan proyek serta anggota proyek dapat
melaporkan kepada manajer proyek maupun manajer fungsional.
-
Pengambilan
keputusan,
pertanggung
jawaban, hasil
dan
penghargaan
dibagikan
kepada anggota tim proyek dan unit fungsional yang mendukung.
-
Walaupun organisasi proyek itu bersifat sementara, unit fungsional dari organisasi
tersebut bersifat tetap (permanent).
-
Proyek
dapat
dijalankan
pada
beberapa
tempat
yang
berbeda
baik
itu
didalam
ataupun diluar organisasi.
Dalam
suatu
manajemen
proyek 
memiliki
tiga
batasan utama
atau
yang
lebih
dikenal dengan
istilah triple
constraint
yaitu: scope, time serta cost. Dimana dalam
manajemen proyek yang sukses ketiga batasan tersebut semuanya dapat di sesuaikan
atau diatur dengan baik sesuai dengan kapasitas yang ada tetapi tetap dapat
memuaskan project sponsor serta memenuhi tujuan proyek.
  
9
Gambar 2.1  Triple Constraint dari Manajemen Proyek.
Sumber: Schwalble (2007)
Pada suatu proyek, manajer proyek tidak hanya berusaha mempertemukan
spesifikasi scope, time, cost serta kualitas dari suatu proyek tetapi
juga
harus dapat
memfasilitasi
atau memudahkan
seluruh
proses serta
komponen-komponen
yang
terlibat dalam proyek tersebut (Schwalble, 2007).
2.2.1 Kerangka Manajemen Proyek
Gambar 2.2  Kerangka Manajemen Proyek
Sumber: Schwalble (2007)
  
10
Kerangka
manajemen
proyek atau yang
lebih
dikenal
dengan
istilah
project
management framework pada gambar 2.2 tersebut akan membantu mengilustrasikan
tentang ruang lingkup di dalam suatu manajemen proyek, yang terdiri dari:
Stakeholder proyek
Stakeholder adalah orang-orang
yang terlibat atau berpengaruh terhadap aktifitas
suatu
proyek,
contoh
seperti:
pihak
sponsor,
tim proyek,
orang-orang
yang
mendukung   atau   menentang   jalannya   proyek,   pelanggan,   pengguna   serta
pemasok.
Para
stakeholder
tersebut
sering memiliki
harapan dan
tingkat
kepentingan yang berbeda-beda terhadap suatau proyek (Schwalble, 2007).
Area pengetahuan manajemen proyek
Area ini merupakan kompetensi-kompetensi utama yang harus dimiliki serta
dikembangkan oleh seorang manajer proyek, yaitu:
-  
Manajemen Ruang Lingkup Proyek (Project scope management)
Meliputi
proses
yang
pendefinisian dan
pengontrolan
apa-apa
saja
yang
termasuk
dan
yang
tidak termasuk
dalam suatu
proyek.
Menurut Schwalble
(2007) ada lima proses utama dalam manajemen ruang lingkup:
1.   Perencanaan ruang lingkup
Memutuskan
bagaimana
ruang
lingkup di
definisikan,
diferifikasi,
serta
dikendalikan dan juga memutuskan bagaimana struktur rincian kerja atau
work breakdown structure (WBS) akan dihasilkan.
  
11
2.   Pendefinisian ruang lingkup
Mengecek   kembali   project   charter  dan   persiapan   membuat   scope
statement selama proses awal dan pengumpulan data-data yang diperlukan
selama proses perencanaan.
3.   Membuat WBS
Meliputi   pembagian   dari   gambaran   proyek   secara   umum   kedalam
beberapa sub proyek atau proses yang lebih rinci secara hirarki.
4.   Verifikasi ruang lingkup
Meliputi penerimaan lingkup proyek, jika tidak disetujui biasanya
pelanggan atau sponsor meminta perubahan yang menghasilkan suatu
permintaan untuk dilakukan koreksi terhadap lingkup yang telah
didefinisikan.
5.   Pengendalian ruang lingkup
Meliputi
pengendalian
terdahap
perubahan suatu lingkup proyek, yang
mencakup identifikasi, evaluasi serta
implementasi
perubahan
terhadap
suatu lingkup proyek.
-
Manajemen Waktu Proyek (Project time management)
Meliputi proses-proses yang dilakukan agar
suatu
proyek
dapat diselesaikan
tepat
pada
waktu
yang
telah
ditentukan.
Ada
enam proses
utama
didalam
manajemen waktu proyek:
  
12
1.   Mendefinisikan aktifitas
Mengidentifikasi aktifitas secara
sepesifik yang harus dilakukan oleh
anggota
tim
proyek
serta
para stakeholder
agar
proyek
mudah
diselesaikan.
2.   Mengurutkan aktifitas
Meliputi identifikasi serta mendokumentasikan hubungan atar setiap
aktifitas proyek.
3.   Mengestimasi sumberdaya
Meliputi bagaimana
memperkirakan besarnya kebutuhan akan sumber
daya manusia, peralatan serta material.
4.   Mengestimasi kebutuhan waktu (durasi)
Meliputi pengestimasian berapa lama jangka waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan setiap aktifitas proyek.
5.   Membuat jadwal
Meliputi analisa terhadap urutan aktifitas, perkiraan sumberdaya serta
estimasi kebutuhan waktu untuk menghasilkan suatu jadwal proyek.
6.   Mengendalikan jadwal
Mencakup pengendalian dan pengaturan
terhadap
perubahan-
perubahan serta tidakan koreksi terhadap jadwal proyek.
-
Manajemen Biaya Proyek (Project cost management)
Mencakup proses yang diperlukan pada suatu proyek sampai dengan selesai
yang telah di sesuaikan dengan alokasi dana yang telah disepakati dan telah
disetujui. Ada tiga proses utama dalam manajemen biaya proyek:
  
13
1.   Perkiraan biaya
Membuat pendekatan atau pengestimasian besarnya anggaran yang
dibutuhkan sampai proyek selesai dilaksanakan.
2.   Penganggaran biaya
Meliputi 
alokasi  seluruh  perkiraan  biaya 
terhadap 
setiap 
elemen
proyek yang membutuhkan.
3.   Pengendalian biaya
Meliputi
pengendalian terhadap
perubahan
biaya
yang
dibutuhkan
terhadap suatu proyek.
-
Manajemen Kualitas Proyek (Project quality management)
Melakukan
tindakan-tindakan yang
dibutuhkan untuk memberikan
kepercayaan dan kepuasan kepada semua pihak yang berkepentingan bahwa
semua
tindakan
yang
diperlukan
dalam mencapai
kualitas
yang
diinginkan
telah dilaksanakan dengan baik. Manajemen kualitas proyek meliputi tiga
proses utama:
 
Perencanaan kualitas
Mencakup identifikasi terhadap standar kualitas yang relevan dengan
proyek dan bagaimana menyesuaikannya dengan standar tersebut.
 
Penjamin kualitas (Quality assurance)
Meliputi  evaluasi  secara  periodik  terhadap  seluruh  kinerja  proyek
untuk meyakinkan bahwa proyek akan sesuai dengan standar kualitas
yang relevan serta memuaskan.
  
14
 
Pengendalian mutu (Quality control)
Meliputi pemantauan terhadap hasil-hasil proyek secara spesifik untuk
meyakinkan bahwa hasil-hasil telah memenuhi standar kualitas yang
diterapkan.
-
Manajemen Sumber Daya Manusia (Project human resource management)
Adalah suatu tindakan yang terkait dengan langkah-langkah efektif yang perlu
diambil  dari  orang-orang  yang  terlibat  (stakeholder)  dalam  suatu  proyek.
Manajemen sumber daya manusia mencakup empat proses:
1.   Perencanaan sumber daya manusia
Meliputi identifikasi serta dokumentasi terhadap
peranan,
tanggung
jawab
serta
hubungan
antara
pihak-pihak
yang
terlibat
dalam suatu
proyek.
2.   Mendapatkan tim proyek
Meliputi perekrutan serta penugasan personil yang terlibat dalam suatu
proyek.
3.   Mengembangkan tim proyek
Meliputi
membangun
kemampuan
individu serta kelompok untuk
meningkatkan kinerja proyek.
4.   Mengatur tim proyek
Meliputi
penelusuran
kinerja
dari
anggota
tim,
memotivasi
anggota
tim,
memecahkan
masalah serta
konflik
dan
mengkoordinasikan
perubahan dalam membantu meningkatkan kinerja proyek.
  
15
-
Manajemen Komunikasi Proyek (Project communications management)
Meliputi   bagaimana   menghasilkan,   mengumpulkan,   menyebarkan   serta
menyimpan informasi suatu proyek. Dalam manajemen komunikasi juga perlu
dipahami dengan atau untuk siapa komunikasi dibutuhkan, bagaimana serta
seberapa sering komunikasi harus dilakukan (Baca and Jansen, 2003). Tujuan
dari
manajemen komunikasi
proyek
adalah
untuk
memperkokoh
hubungan
antar  personil, 
serta 
mendapatkan 
gagasan  dan 
informasi  penting 
untuk
mencapai keberhasilan. Ada empat proses utama didalam komunikasi proyek:
  
Perencanaan komunikasi
Meliputi penetapan kebutuhan-kebutuhan akan informasi dan
komunikasi pada para stakeholder, mencakup informasi apa yang
dibutuhkan, kapan mereka membutuhkan serta bagaimana informasi
dapat secara tepat disampaikan.
  
Pendistribusian informasi
Meliputi
usaha agar
informasi yang diperlukan oleh para stakeholder
dapat terpenuhi.
  
Laporan kinerja
Meliputi pengumpulan dan penyebaran informasi kinerja, termasuk
laporan status kinerja serta perkiraan kapan perkerjaan yang
bersangkutan akan dapat diselesaikan.
  
16
  
Pengaturan stakeholder
Meliputi
bagaimana
melakukan komunikasi
yang tepat
terhadap para
stakeholder agar
harapannya
dapat
terpenuhi
terhadap
keberhasilan
suatu proyek.
-
Manajemen resiko proyek (Project risk management)
Merupakan suatu proses
identifikasi, analisis,
serta jawaban terhadap
resiko-
resiko yang berpotensi menghambat atau dapat menggagalkan jalannya suatu
proyek. Ada enam proses utama yang termasuk didalam manajemen resiko:
  
Perenacanaan manajemen resiko
Meliputi keputusan bagaimana
melakukan pendekatan terhadap resiko
dan perencanaan nya didalam aktifitas suatu proyek.
  
Identifikasi resiko
Menentukan  resiko-resiko  mana  saja  yang  mungkin  memilki
perngaruh  terhadap  proyek  serta  mendokumentasikan  karakteristik
dari
setiap
resiko
yang
ada agar
mudah
diantisipasi
jika
ada
resiko
yang serupa dikemudian hari.
  
Analisa resiko
Memprioritaskan 
resiko  berdasarkan  kemungkinan  terjadi  serta
dampak yang diakibatkannya.
  
Kuantifikasi resiko
Meliputi
perkiraan
secara
kuantitatif
atau derajat
ketidak pastian
terhadap tingkat pengaruh yang ditimbulkan oleh sutu resiko.
  
17
  
Perencanaan tanggung jawab resiko
Meliputi langkah-langkah yang dilakukan
untuk
menghasilkan
atau
meningkatkan kesempatan dan
mengurangi ancaman dari suatu resiko
terhadap tujuan suatu proyek.
  
Memantau dan mengendalikan resiko
Melakukan tindakan korektif serta aksi pencegahan dari resiko-resiko
baru yang teridentifikasi serta tindakan penanganannya. Kemudian
melakukan evaluasi terhadap efektifitas penyelesaian tersebut didalam
suatu proyek.
-
Manajemen Pengadaan Proyek (Project procurement management)
Meliputi bagaimana
mendapatkan barang dan pelayanan dari pihak
luar atau
(rekanan). Ada enam proses utama dari manajemen pengadaan proyek:
1.   Perencanaan pembelian
Meliputi penentuan apa yang harus dibeli, kapan serta bagaimana
dilakukan.
2.   Perencanaan mengenai kontrak
Meliputi penjelasan kebutuhan terhadap produk atau layanan yang
diinginkan. Hasil dari perencanaan kontrak ini berupa dokumen-
dokumen pengadaan seperti proposal permintaan (request for
proposal), kriteria evaluasi serta pembaruan terhadap kontrak kerja.
3.   Permintaan tanggapan dari penyedia
Meliputi perolehan informasi, penawaran serta proposal dari para
penyedia.
  
18
4.   Pemilihan penyedia
Meliputi pemilihan dari seluruh penyedia (seller) atau supplier melalui
suatu proses evaluasi dan negosiasi kontrak.
5.   Administrasi kontrak kerja
Meliputi pengaturan seluruh kesepakatan serta hubungan dengan pihak
penyedia yang terpilih.
6.   Penutupan kontrak
Meliputi penyelesaian dari setiap kontrak yang telah disepakati.
Kompetensi   diatas   tersebut   harus   bisa   diintegrasikan   dengan   baik   agar
komponen-komponen kegiatan proyek dapat berfungsi sebagai satu kesatuan guna
mencapai tujuan proyek secara efektif dan efisien.
Alat Bantu serta teknik-teknik dalam manajemen proyek
Alat
batu
serta
metode-metode
dalam manajemen
proyek
digunakan
untuk
membantu para
manajer proyek dan anggota tim proyek dalam mempermudah
mereka
dalam menerapkan
ke
sembilan
area
pengetahuan
diatas,
seperti
penggunaan gantt charts, project network diagram, serta critical path analysis
didalam manajemen waktu (project time management).
Manajemen portfolio proyek
Manajemen portfolio proyek dilakukan ketika suatu perusahaan atau organisasi
memiliki banyak proyek dan mengelola proyek-proyek
yang dijalankan seperti
layaknya
sebuah
portfolio
investasi yang
memberikan
kontribusi
terhadap
kesuksesan perusahaan secara keseluruhan.
  
19
2.2.2
Manajer Proyek
Menurut  Olson  (2003) 
manajer 
proyek 
adalah 
seseorang 
yang  dipekerjakan
berdasarkan tanggug jawabnya yang tinggi dalam menyelesaikan proyek.
Manajer proyek merupakan pimpinan tim yang membuat rencana dan keputusan,
mengatur
dan
memberikan
arah
dalam mengerjakan
proyek,
memotivasi,
berjiwa
kepemimpinan,
memiliki
tanggung
jawab
yang
tinggi
dan
mengendalikan
praktisi
yang mengerjakan proyek tersebut.
10  keterampilan  dan  kompetensi  penting  yang  harus  dimiliki  oleh  seorang
manajer proyek (Schwalble, 2007):
1. People skills.
2. Leadership.
3. Listening.
4. Memiliki integritas, berprilaku etis serta konsisten.
5. Dapat membangun kepercayaan yang kuat.
6. Memiliki kemampuan komunikasi verbal yang baik.
7. Dapat membangun tim yang kuat.
8. Bisa mengatur serta mengatasi konflik.
9. Berpikir kritis dan memecahkan masalah.
10. Understand, balances priorities.
  
20
2.2.3  Kriteria-kriteria dari Suatu Proyek Sukses
Dalam menjalankan suatu
proyek
suatu
perusahaan
perlu
menentukan
kriteria-
kriteria seperti apa yang dimiliki
suatu proyek agar proyek tersebut dapat dikatakan
sukses,
menurut
Schawalbe (2007) pada
umum
nya
ada
tiga
kriteria
suatu
proyek
dapat dikatakan sukses yaitu:
-
Proyek dapat memenuhi scope, time serta cost yang dapat disesuaikan atau diatur
dengan
baik
sesuai
dengan
kapasitas
yang
ada
tetapi
tetap
dapat
memuaskan
pihak sponsor.
-
Proyek dapat memuaskan pelanggan atau sponsor.
-
Hasil
dari
proyek
yang
dijalankan sesuai
dengan
tujuan
utama
proyek,
seperti:
bisa mengembalikan investasi dalam rentang kurun waktu yang telah ditentukan,
bisa membuat pihak sponsor merasa puas.
Sedangkan
menurut Olson (2003)
tiga faktor yang diyakini menentukan
keberhasilan suatu proyek adalah:
-
Keterlibatan klien dalam proyek
-
Dukungan dari manajemen tingkat atas
-
Objektifitas dari proyek yang jelas
Menurut Olson (2003) Pinto dan Slevin telah menyelidiki lebih dari 400 proyek
dan menemukan critical success factor (CSF) berdasarkan urutannya berikut ini:
-
Misi proyek
Dalam proyek harus memiliki tujuan dan arah yang jelas.
  
21
-
Dukungan dari manajemen tingkat atas
Untuk memastikan ketersediaan sumber daya yang dibutuhkan.
-
Perencanaan atau Penjadwalan
Perencanaan dan penjadwalan meliputi spesifikasi yang terperinci.
-
Konsultasi dengan pemilik proyek
Semua pihak yang terlibat memberikan pendapatnya.
-
Anggota (personil)
Dibutuhkan personil dengan kemampuan
yang baik
untuk diikutsertakan dalam
tim proyek.
-
Kemampuan teknis
Memiliki  kemampuan 
teknis  dan  betul-betul 
mengerti  proyek 
yang  sedang
dikerjakan.
-
Penerimaan dari pihak pemilik proyek
Pemilik proyek menerima produk yang dihasilkan tersebut.
-
Pengawasan, pengendalian dan umpan balik
Melakukan pengawasan secara berkala terhadap setiap tahap-tahap dalam proyek.
-
Komunikasi
Komunikasi
yang
baik
merupakan
faktor
utama
dari
keberhasilan
manajemen
proyek.
-
Penyelesaian masalah
Menangani krisis dan penyimpangan yang terjadi.
  
22
2.3
Teknologi Informasi
Teknologi
informasi
adalah
suatu
istilah
yang
menunjukkan
berbagai
macam
hal
dan kemampuan yang digunakan dalam pembentukan, penyimpanan, dan penyebaran
informasi,
yang
mencakup
komputer,
jaringan komunikasi serta penggunaan
kecanggihan teknologi informasi untuk memecahkan masalah dan memanfaatkan
peluang yang diciptakannya.
2.3.1 Komponen Teknologi Informasi
-
Informasi
Informasi  adalah  intepretasi  data  yang  terorganisir  dan  mempunyai  arti  dan
kegunaan.
-
Manusia
Merupakan  orang  yang  menggunakan  teknologi  informasi  dalam  melakukan
pekerjaan atau kehidupan sehari-hari.
-
Prosedur
Prosedur
adalah
langkah-langkah proses
atau
sekumpulan
instruksi
yang
harus
dilakukan untuk menyelesaikan suatu tugas atau hasil tertentu.
-
Perangkat Lunak
Suatu program komputer yang memungkinkan hardaware untuk memproses data.
  
23
-
Perangkat Keras
Perangkat 
keras 
adalah 
komputer  dan 
perlengkapan 
yang 
terhubung 
pada
komputer tersebut.
2.4
Sistem Informasi
Data
dan
informasi
merupakan kelompok jenis-jenis
sumber
daya
dalam sebuah
sistem. Data terdiri dari fakta-fakta dan angka-angka yang relatif tidak berarti bagi
pemakai sedangkan
Informasi
merupakan
data yang
telah
diproses,
atau
data
yang
memiliki arti. Perubahan data
menjadi informasi dilakukan oleh pengolah
informasi
(information
processor). Pengolah informasi adalah salah satu elemen kunci dalam
sistem konseptual.
Pengolah
informasi
dapat
meliputi
elemen-elemen
komputer,
elemen-elemen non komputer atau kombinasi keduannya.
Sistem informasi adalah suatu kesatuan yang terdiri dari manusia, perangkat keras,
priranti lunak, jaringan komunikasi dan
sumber daya data yang mengumpulkan,
mentransformasikan
dan
mendistribusikan
informasi
didalam suatu
organisasi
(O’Brein, 2003).
2.5
Manajemen Proyek Teknologi Informasi
Proyek tidak dapat dilakukan dengan cara mengisolasi diri. Proyek harus dilakukan
dalam lingkungan organisasi yang luas. Manajer proyek memerlukan system thinking
yaitu 
menggunakan 
sudut 
pandang 
yang   menyeluruh 
mengenai   proyek 
yang
  
24
dikerjakannya
dan
memahami
bagaimana kaitannya dengan
organisasi
secara
luas.
Proyek haruslah dilakukan untuk mendukung / memenuhi kebutuhan dari bisnis.
Menurut Schwalble (2007)
System
approach
adalah
pendekatan analitis
dan
menyeluruh untuk menyelesaikan masalah yang kompleks. Ada tiga bagian dalam
system approach yaitu;
Systems philosophy: memandang segala hal sebagai suatu
sistem;
Systems analysis:
pendekatan
pemecahan
masalah; Systems management:
mengarahkan
isu
bisnis,
teknologi
dan
organisasi
dalam merubah
sistem.
System
approach digunakan oleh manajer proyek untuk mengerjakan proyek agar sesuai
dengan tuntutan organisasi, bisnis dan memenuhi ekspektasi stakeholder.
Three-Sphere Model untuk manajemen sistem meliputi aspek bisnis, organisasi dan
teknologi. Sebuah proyek harus meliputi ketiga aspek tersebut untuk dapat mencapai
keberhasilan.
Organisasi dapat dipandang dalam empat frame yang berbeda yaitu:
-
Struktural
Structural frame: fokus pada peran dan tanggung jawab, koordinasi, dan
kontrol. Bagan organisasi dapat membantu memahami frame ini.
-
human resource
Human
resources
frame
fokus
pada
mempertemukan
kebutuhan
organisasi
dan kebutuhan semua orang.
-
Political
Political
frame
mengasumsikan
bahwa
organisasi
adalah
campuran
koalisi
dari berbagai kepentingan individu dan kelompok. Isu utama adalah konflik
dan kekuasaan.
  
25
-
Symbolic
Symbolic frame fokus pada simbol dan arti beberapa peristiwa / kejadian yang
saling berhubungan.
Menurut 
Schwalble 
(2007) 
Proyek 
akan  berhasil 
dengan  baik 
pada 
kultur
organisasi  dengan  karakteristik  identitas  anggota,  penekanan  pada  grup,  integrasi
unit, toleransi resiko, kriteria penghargaan, toleransi konflik, fokus pada open-system
yang semuanya telah umum dan seimbang dengan karakteristik lainnya.
Menurut Schwalble (2007) Salah satu faktor utama suksesnya manajemen proyek
adalah adanya komitmen dari manajemen puncak karena manajemen puncak dapat
membantu manajer proyek memberikan sember daya yang memadai, memberikan
persetujuan untuk
suatu proyek
yang unik dan sensitif terhadap
waktu,
memperoleh
hubungan
kerjasama
dengan
semua
orang
di organisasi dan dengan bimbingan
manajemen puncak seorang manajer proyek dapat belajar bagaimana menjadi
pemimpin yang lebih baik.
Menurut Schwalble (2007) Komitmen yang baik dari organisasi sangat dibutuhkan
dalam manajemen proyek. Jika suatu organisasi memiliki perilaku negatif terhadap TI
misalnya
maka
akan
sangat
sulit
untuk mencapai
keberhasilan
dalam proyek
TI.
Adanya CIO di posisi puncak akan membantu suksesnya proyek TI dan memasukkan
orang
non
TI dalam proyek TI juga dapat
menghasilkan komitmen
yang
lebih baik
terhadap proyek TI.
Standar dalam organisasi juga
harus diperhatikan oleh
manajer proyek. Standar dan
acuan dapat membantu manajer proyek menjadi lebih efektif.
  
26
2.5.1 Tahap-tahap Proyek dan Daur Hidup Proyek
Menurut Schwalble (2007)
Suatu
daur
hidup
proyek
(project
life
cycle)
adalah
kumpulan
dari
project phase. Project phase tradisional
terdiri
dari concept,
development, implementation, dan close-out. Proyek sering kali menghasilkan produk
yang mana mengikuti life cycle.
Phase-phase project life cycle, yaitu:
1.   Initiation
Pada tahap ini , lingkup proyek di definisikan dengan pendekatan untuk bisa
men-deliver hasil yang diinginkan. Beberapa tool atau metodologi yang biasa
digunakan
dalam tahap
ini
adalah
Project
Charter,
Business
Plan,
Project
Framework
(or
Overview),
Business Case Justification, and Milestones
Reviews.
2.   Planning
Tahap kedua melakukan identifikasi secara detil serta penugasan bagi setiap
pekerjaan sampai proyek berakhir. Di dalam tahap
ini juga dilakukan analisa
resiko serta mendefinisikan kriteria-kriteria suksesnya suatu proyek yang
dijalankan.
3.   Executing and controlling
Mengeksekusi proyek meliputi pengambilan tindakan seperlunya untuk
memastikan bahwa aktivitas dalam project plan telah lengkap. Termasuk juga
berbagai
pekerjaan
yang
diperlukan untuk memperkenalkan hardware,
software dan prosedur baru hingga pada tahap pengoperasian yang normal.
  
27
4.
Monitoring
and
Controlling adalah
proses
pengukuran
kemajuan
proyek
berdasar tujuan
yang telah ditetapkan, melihat deviasi dari project plan dan
melakukan
tindakan
koreksi
untuk
menyesuikan kemajuan yang dicapai
dengan
project
plan. Output-nya
berupa
performance
reports
dan
revisi
terhadap project plan.
5.   Clousure
meliputi
penerimaan
oleh stakeholder
dan customer
terhadap
produk
atau
layanan akhir. Kalaupun proyek tidak terselesaikan maka secara formal tetap
harus di tutup dengan tujuan untuk perefleksian dan mengetahui apa yang
dapat diambil sebagai pelajaran untuk mengembangkan proyek lain di masa
depan.  Output  dari  proses  ini  adalah  dokumen  –  dokumen  proyek  dan
pelajaran yang telah dipelajari yang merupakan bagian dari aset proses
organisasional. Selain itu juga termasuk
laporan
akhir
dan presentasi untuk
sponsor dan manajemen senior.
2.5.2 Metodologi Umum Pelaksanaan Proyek Sistem
Informasi
Menurut  Indrajit  (2000)  secara  umum  proyek-proyek  sistem  informasi  dalam
perusahaan atau organisasi dapat dikatagorikan dalam tiga kelompok besar, yaitu:
-
Proyek yang bersifat pembangunan jaringan infrastruktur teknologi informasi,
menyangkut
hal-hal mulai dari pengadaan dan instalasi komputer sampai
dengan perencanaan dan pengembanagan infrastruktur jaringan.
  
28
-
Proyek
yang
bersifat
implementasi
dari
paket
program
aplikasi
yang
dibeli
dipasaran dan diterapkan di perusahaan.
-
Proyek
yang
bersifat
perencanaan
dan
pengembangan
aplikasi
yang
dibuat
sendiri
secara
khusus
(customized software),
baik
oleh
internal
perusahaan
maupun kerja sama dengan pihak luar seperti konsultan dan software house.
Menurut Indrajit (2000) Secara garis besar ada enam tahap yang biasa dijadikan
sebagai
batu pijakan
atau
metodologi
dalam melaksanakan aktifitas pengembangan
proyek sistem informasi:
1.   Tahap perencanaan
Langkah ini merupakan suatu rangkaian kegiatan semenjak
ide
pertama
yang melatar belakangi pelaksanaan proyek ini didapat, pendefinisian awal
terhadap kebutuhan detail atau target yang harus dicapai dari proyek tersebut,
penyusunan proposal,
penentuan
metodologi
dan
sistem manajemen
proyek
yang digunakan, sampai dengan penunjukan tim dan instruksi untuk
mengeksekusi (memulai) proyek yang bersangkutan.
2.   Tahap analis
Secara
prinsip
ada
dua
aspek
yang menjadi
fokus
analisis, yaitu
aspek
bisnis atau manajemen dan aspek teknologi. Analisis aspek bisnis dimulai
dengan mempelajari karakteristik perusahaan yang bersangkutan, mulai dari
aspek-aspek  historis,  struktur  kepemilikan,  visi,  misi,  kunci  keberhasilan
usaha
(critical
success
factors),
ukuran
kinerja,
strategi,
program-program,
dan hal terkait lainnya.
  
29
3.   Tahap Desain
Pada
tahap
desain,
tim teknologi
bekerja
sama
dengan
tim
bisnis
atau
manajemen melakukan perancangan komponen-komponen sistem terkait.
4.   Tahap Konstruksi
Berdasarkan desain yang telah dibuat, konstruksi atau pengembangan
sistem yang sesungguhnya (secara fisik) dibangun. Dari
semua tahapan
yang
ada, tahap konstruksi inilah yang biasanya paling banyak melibatkan sumber
daya terbesar terutama dalam hal SDM, biaya dan waktu.
5.   Tahap implementasi
Tahap
implementasi
merupakan
tahap
yang
paling
kritis karena
untuk
pertama kalinya sistem informasi akan dipergunakan di dalam perusahaan.
6.   Tahap pasca implementasi
Pasca implemetasi adalah bagaimana manajemen memelihara sistem yang
akan
dikelola
(maintenance,
supports,
dan
service
management). Seperti
halnya sumber daya yang lain, sistem informasi akan mengalami
perkembangan dikemudian hari.
2.6
Hasil Penelitian Proyek Teknologi Informasi saat ini
Yayuk
(2007)
Berdasarkan
data
dari Standish
Group,
mereka
telah
melakukan
penelitian parameter keberhasilan proyek perangkat
lunak
dengan
mengidentifikasi
alasan-alasan   yang   menyebabkan   kegagalan   proyek   perangkat   lunak.   Untuk
keperluan tersebut, proyek perangkat lunak diklasifikasikan ke dalam 3 tipe resolusi
  
30
yaitu resolusi tipe 1 untuk proyek sukses, resolusi tipe 2 untuk proyek challenged dan
resolusi tipe 3 untuk proyek yang rusak (gagal).
Aspek yang paling penting dari penelitian yang dilakukan Standish Group adalah
menemukan sebab-sebab mengapa proyek gagal. Untuk keperluan ini jajak pendapat
dilakukan pada manajer eksekutif IT untuk
ditanyai
pendapatnya
tentang
mengapa
proyek bisa sukses. Ada tiga alasan utama yang bisa menyebabkan proyek perangkat
lunak sukses,
yaitu keterlibatan pengguna
(user involvement), dukungan
manajemen
eksekutif
(executive management
support)
dan
pernyataan
jelas dari kebutuhan (a
clear statement of requirement). Memang ada beberapa kriteria yang lain, namun jika
tiga elemen
tersebut sudah
pada
tempatnya,
maka
kesempatan
proyek
akan
sukses
jauh lebih besar. Sebaliknya, bila hal tersebut tidak terpenuhi potensi gagal bisa
meningkat tajam.
Tabel 2.1  Kriteria Proyek Sukses
Dalam
jajak pendapat tersebut,
responden juga diminta pendapatnya
tentang
faktor
apa saja yang menyebabkan proyek challenged, hasilnya seperti terlihat dalam Tabel
2. 2.
  
31
Tabel 2.2  Kriteria Proyek Challanged
Hasil jajak pendapat tentang opini mengapa proyek menjadi rusak dan terancam
dibatalkan, faktor terbesar dikarenakan daftar kebutuhan yang kurang lengkap serta
terlalu sedikitnya keterlibatan pengguna.
Tabel 2.3  Kriteria Proyek Impaired
Sebagai
gambaran betapa
masih tingginya tingkat kegagalan proyek perangkat
lunak
di
negara
yang
telah
maju sekalipun,
tabel
berikut
menunjukkan
perkembangan tingkat keberhasilan proyek pengembangan perangkat lunak
(software development project) di Amerika Serikat dari tahun ke tahun :
  
32
Tabel 2.4  Tingkat Keberhasilan Proyek Perangkat Lunak