BAB II LANDASAN
TEORI
2.1    Pengertian Perilaku Konsumen
Ada beberapa macam definisi spesifik mengenai perilaku konsumen, diantaranya
sebagai berikut:
Perilaku konsumen adalah aktifitas – aktifitas individu dalam pencarian pengevaluasian,
pemerolehan,
pengkonsumsi
dan
penghentian pemakaian
barang
dan
jasa.
(Craig-Lee,
1995)
Perilaku konsumen adalah studi mengenai proses – proses yang terjadi saat individu atau
kelompok
penyeleksi,
membeli,
menggunakan
atau
menghentikan
pemakaian
produk,
jasa,
idea
tau
pengalaman
dalam
rangka
memuaskan
keinginan
dan
hasrat tertentu.
(Solomon, 2007)
Perilaku
konsumen
adalah
perilaku
yang
ditunjukkan
oleh
konsumen
dalam mencari,
membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghentikan konsumsi produk, jasa dan
gagasan. (Schiffman, 2000)
Proses pengambilan keputusan pembelian menekankan bahwa proses pembelian
bermula jauh
sebelum
pembelian
sesungguhnya
dan
berakibat
jauh
setelah pembelian.
  
Hal 
ini 
yang 
mendorong  pemasar  untuk 
lebih 
memusatkan  perhatian  pada  proses
pembelian bukan hanya pada keputusan dalam membeli.
Keterlibatan dalam pengambilan keputusan disebut high
involvement, sedangkan
keterlibatan
rendah
disebut
low
involvement. Dari
kedua
variabel
tersebut,
proses
pembelian konsumen dapat dibagi menjadi empat tipe, yaitu:
1.   Complex  Buying  Power:  dimana   konsumen   selalu   akan   mengidentifikasi
kebutuhan
atau   masalah   yang   mereka   hadapi   dan   pada   umumnya   rela
menyediakan  waktu  dan  tenaga  lebih  untuk  mengambil  keputusan  pembelian
suatu produk
atau
jasa
sesuai
dengan semakin
tingginya
nilai
produk
tersebut.
Para konsumen akan mencari dan mengevaluasi atau membandingkan beberapa
produk
yang
sejenis
sebelum mereka
mengambil
keputusan.
Dan
selanjutnya
konsumen akan melakukan transaksi pembelian dan mengevaluasi apakah mereka
telah mengambil keputusan yang tepat.
2.
Dissonance –
Reducing Buying Power:
bila konsumen puas pada pembelian
pertama, maka pada pembelian berikutnya dapat dilakukan pada satu merk.
Pengambilan keputusan tidak diperlukan lagi karena konsumen sudah memahami
secara mendalam produk tersebut.
3.   Variety Seeking Buying Behavior: pada proses ini keterlibatan konsumen pada
saat pembelian suatu merk sangat sedikit, tetapi masih memerlukan pengambilan
keputusan. Konsumen dalam
kondisi
ini
masih dapat berpindah dari
merk
yang
satu ke merk yang lain. Pada umumnya pengambilan keputusan konsumen
dilakukan pada saat pembelian.
  
4.   Habitual Buying Behavior: proses  ini  terjadi  ketika  proses  dilakukan  secara
berulang
ulang dan konsumen
membeli
produk
tersebut
bukan
karena
setia,
melainkan karena sudah menjadi kebiasaan.
High Involvement
Low Involvement
Significant
Differences
between Brand
Complex
Buying
Behavior
Variety-Seeking
Buying Behavior
Few
Differences
between Brand
Dissonance – Reducing
Buying Behavior
Habitual
Buying
Behavior
Gambar 2.1 Four Types of Buying Behavior
2.2
Proses Pembelian
Berikut
tahap
tahap
dalam
proses
keputusan
dalam
pembelian
yang
terbagi
menjadi lima tahapan menurut (Solomon,2007) yaitu:
1. Pengenalan Masalah (Problem
Recognition): pada tahap ini konsumen dalam
mengenal masalah yang sedang dihadapi.
2.
Pencarian
Informasi (Information
Search): Konsumen berusaha mencari
informasi
mengenai
masalah
atau
suatu hal
yang dihadapi dan
berusaha
untuk
mencari jalan keluarnya.
  
3.
Evaluasi
Alternatif (Evaluation
of
Alternatives):
Setelah
mereka
sudah
mendapatkan banyak informasi, lalu konsumen memilih –
milih dari alternative
solusi yang ada.
4. Keputusan Pembelian (Purchase Decision): Dan
memang
sudah
yakin
akan
solusi yang menurut mereka terbaik, baru mereka akan melakukan pembelian
terhadap produk atau jasa yang mereka anggap perlu.
5. Perilaku Purna Pembelian (Post-Purchase Behavior): Pada tahap inilah benefit
yang diberikan dari perusahaan setelah
konsumen
mereka
memutuskan
untuk
membeli produk atau jasa dari perusahaan tersebut. Hal inilah yang bisa menjaga
loyalitas dari para konsumennya terhadap produk atau jasa tersebut.
Problem
Recognition
Information
Search
Evaluation of
Alternatives
Purchase
Decision
Post-
Purchase
Behavior
Gambar 2.2 Five Stage Model of the Consumer Buying Process
Dalam menerapkan strategi pemasaran yang tepat, maka diperlukan metode –
metode yang tepat untuk dapat mengetahui perilaku konsumen dalam memilih jus. Maka
dari
itu, untuk
menghilangkan
mensinergikan antara strategi pemasaran dengan external
environment
dan
kapabilitas
perusahaan
diperlukan analisa dan penelitian yang
menyeluruh terhadap kondisi pasar yang sesungguhnya dan strategi apa yang harus
diambil perusahaan
melihat kesempatan
yang ada dan ancaman apa
yang harus diatasi
agar dapat
memenangkan kompetisi pada pasar juice drink tersebut.
Dan berikut adalah
adalah definisi dari pemasaran.
  
2.3
Definisi Pemasaran
Marketing menurut Kotler dan Keller,2009 dalam buku Marketing Management:
an organizational function and a set of process
for
creating,
communicating,
and
delivering
value
to
customers
and
for
managing
customer
relationship
in
ways
that
benefit the organization and its stakeholders.
Adapun menurut Kotler dan Armstrong (2004:34) menjelaskan bahwa pemasaran
adalah
proses
social dan
manajerial
dimana
individu dan kelompok
memperoleh apa
yang
mereka butuhkan
dan
inginkan
melalui
penciptaan
dan
pertukaran produk
serta
nilai dengan pihak lain.
Dari definisi marketing tersebut, maka diperlukan beberapa teori untuk
mengetahui siapa saja yang akan menjadi target customer, dengan menganalisa internal
environment yaitu dengan
menggunakan teori Segmentation, Targeting dan Positioning
(STP) dan Marketing Mix beserta dengan Four P’s (4 P’s) yang meliputi Product, Place,
Price, Promotion serta bagaimana memposisikan produk anda di benak customer.
2.4
Internal Environment
2.4.1 Segmentation
Segmentasi  pasar  menurut 
Kotler,2005  merupakan  dasar  untuk
mengetahui bahwa setiap pasar terdiri atas beberapa segmen yang berbeda-beda.
Dalam setiap segmen terdapat pembeli-pembeli yang memiliki:
  
a.   Kebutuhan yang berbeda-beda.
b.   Pola pembelian yang bebeda-beda.
c.   Tanggapan yang berbeda-beda terhadap berbagai jenis penawaran.
Adapun  dasar-dasar  atau  criteria  yang  dapat  dipakai  untuk  segmentasi  pasar
adalah:
a.   Factor demografi, seperti:
umur,
jenis kelamin, suku, pendidikan, agama
dan sebagainya.
b.   Tingkat penghasilan.
c.   Factor  sosiologis, 
seperti: 
kelompok 
budaya, 
kelas-kelas 
social 
dan
sebagainya.
d.   Factor  psikologis,  seperti:  kepribadian, 
sikap, 
manfaat 
produk 
yang
diinginkan dan sebagainya.
2.4.2 Targeting
Setelah melakukan segmentasi pasar dan memisahkan konsumen dalam
kelompok yang lebih kecil, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh
produsen
adlah
mengevaluasi
setiap
segmen pasar yang telah terbentuk dan
memilih salah satu atau lebih segmen pasar
yang
ingin dimasuki. Ada
lima pola
yang bisa digunakan ketika memasuki pasar sasaran, yaitu:
1.   Memusatkan perhatian pada suatu segmen tunggal.
  
Merupakan  strategi 
yang  dapat  ditempuh  perusahaan  bilamana 
ingin
mempunyai posisi yang kuat pada satu segmen pasar saja.
2.   Mengkhususkan pada beberapa segmen pilihan yang tidak berhubungan.
Perusahaan  menentukan  beberapa  segmen,  dimana  setiap  segmennya
menarik dan sesuai dengan tujuan perusahaan.
3.   Memusatkan pada sebuah produk.
Strategi  yang  diterapkan  perusahaan  dimana  mereka  membuat  produk
tertentu yang akan dijual kepada beberapa segmen yang terbatas.
4.   Memusatkan pada sebuah segmen pasar.
Perusahaan berkonsentrasi pada pelayanan beberapa kebutuhan mendasar
dari kelompok tertentu.
5.   Menjangkau keseluruhan pasar.
Perusahaan   mencoba   melayani   semua   kelompok   pelanggan   dengan
produk-produk yang mungkin mereka butuhkan.
2.4.3 Positioning
Dengan melakukan segmentasi dan menentukan target pasar dengan baik,
maka   produsen   akan   mendapatkan   pengertian   yang   menyeluruh   tentang
kebutuhan,
sikap dan perilaku
sang
konsumen.
Bila sudah
dapat
mengerti apa
yang  diinginkan  oleh  konsumen 
maka  sang  produsen  dapat  menyelaraskan
dengan kemampuannya sendiri dan menetapkan posisi produknya di pasar.
  
Sedangkan menurut Duncan, 2005 ada lima kesalahan dalam menentukan
posisi di pasar, yaitu:
1.   Positioning terlalu rendah: maksudnya adalah, jika tidak memiliki sesuatu
yang khusus, maka akan sulit
untuk
mengambil tempat di dalam pikiran
konsumen, yang tidak memberikan alasan untuk membeli, bahkan peduli
terhadap brand tersebut.
2.   Positioning yang terlalu tinggi: adalah bersikap terlalu spesifik.
3.
Positioning yang
membingungkan:
adalah
saat
suatu
produk
atau
jasa
mencoba untuk melakukan banyak hal sekaligus maka akan muncul
kontradiksi dan konflik.
4.   Positioning yang tidak relevan: adalah pesan yang tidak berhubungan satu
dengan yang lainnya.
5.   Positioning yang meragukan: jika suatu brand membuat pernyataan yang
tidak dapat dipercaya dan
hanya bagi mereka
yang sangat
mudah tertipu
saja yang akan menjadi konsumen.
2.5
Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Bauran pemasaran atau marketing mix adalah
seperangkat
alat
pemasaran
yang
digunakan
perusahaan
untuk
mencapai
tujuan
pemasarannya dalam pasar sasaran
yang
sudah dibidik, (Kotler, 2003, p.15). Alat – alat pemasaran itu terdiri dari empat variabel
yang kemudian disebut 4P dari marketing, yaitu produk (Product), harga (Price), promosi
(promotion), dan tempat (place).
  
Marketing mix adalah salah satu konsep utama dalam pemasaran modern saat ini.
Marketing mix merupakan satu set marketing tools yang dilakukan oleh perusahaan untuk
menghasilkan
respon
yang
diinginkan oleh
target
pasar.
Berikut
adalah
gambar bagan
Marketing mix:
Gambar 2.7 Marketing Mix
Empat  variabel  dari  Marketing mix tersebut  masing  –  masing  memiliki  pengertian
sebagai berikut:
1.   Produk (Product) adalah: sesuatu yang ditawarkan oleh perusahaan untuk memenuhi
kebutuhan dan memuaskan keinginan konsumen. Produk yang ditawarkan dapat
berupa barang jadi, jasa pelayanan, property, perbankan dan informasi. Produk yang
ditawarkan
harus
memperhatikan
segi kualitas,
manfaat,
desain,
jaminan
dan
pengembangan produk baru.
  
2. 
Harga
(Price) adalah:
jumlah
uang
yang
harus
dibayarkan
oleh
konsumen
untuk
memperoleh suatu produk.
3. 
Promosi
(Promotion) adalah:
suatu
aktifitas
aktifitas
yang
mengkomunikasikan
kelebihan –
kelebihan dari produk dan
mempengaruhi target konsumen untuk
membelinya.
4.   Tempat  (Place)   adalah:  penempatan  suatu  produk  yang  melibatkan  logistic
perusahaan
dan
kegiatan
kegiatan
pemasaran
dikonsentrasikan
dengan
membuat
dan mendistribusikan barang jadi tersebut kepada konsumen.