![]() BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Business Model
Menurut Osterwalder dan Pigneur (2010), Business Model
menjabarkan secara rasional bagaimana sebuah organisasi diciptakan,
disampaikan dan memberikan value atau nilai kepada konsumen. Dalam
bukunya, Osterwalder dan Pigneur menjabarkan mengenai pendekatan model
bisnis yang diberi nama canvas untuk memudahkan pebisnis mengkaji ulang
seluruh proses bisnisnya agar mampu lebih kompetitif maupun dalam
mengembangkan sebuah bisnis baru. Kanvas ini dibangun berdasarkan Nine
Building Block seperti gambar berikut :
Gambar 2.1 Struktur Model Bisnis
Sumber : Osterwalder dan Pigneur (2010)
17
|
18
Model ini terdiri dari sembilan blok dasar pembangun model bisnis yaitu:
1. Customer Segments
Customer atau pelanggan adalah jantung dari berbagai bisnis. Tanpa
pelanggan, tidak aka nada perusahaan yang dapat bertahan lama. Dalam usaha
untuk semakin membuat pelanggan puas, sebuah perusahaan dapat membagi
pelanggan ke dalam grup atau segmen yang berbeda melalui kebutuhan umum
pelanggan, perilaku umum, atau penilaian lainnya. Pengelompokan pelanggan
ini secara umum dikenal dengan istilah market segment atau customer
segment.
Market Segment (Segmentasi Pasar) mencakup berbagai grup
berisikan pelanggan yang saling berbagi kesamaan kebutuhan dan yang
mereka perlukan (Kotler & Keller, 2012). Segmentasi pasar terbagi menjadi
beberapa factor berikut, yaitu :
a) Segmentasi Geografis
Segmentasi geografis membagi pasar ke dalam satuan geografis
seperti kebangsaan, provinsi, daerah, kota, ataupun suatu lingkungan.
(Kotler & Keller, 2012)
b) Segmentasi Demografis
Dalam segmentasi demogr afis, pasar dibagi kedalam variable tertentu
seperti umur, ukuran keluarga, jenis kelamin, pemasukan, pekerjaan,
kepercayaan, ras, kebangsaan dan kelas social. Variable demografis ini
|
19
sangat popular karena lebih diasosiasikan dengan kebutuhan dan
kemauan pelanggan (Kotler & Keller, 2012)
c) Segmentasi Psikografis
Menurut Kotler & Keller, Segmentaasi psikografis adalah suatu ilmu
yang menggabungkan psikologi dan demogr afis untuk lebih
memahami pelanggan. Segmentasi psikografis ini terbagi ke dalam
beberapa grup berbeda dengan dasar psikologikal, gaya hidup ataupun
suatu nilai tertentu. (2012)
d) Segmentasi Perilaku
Dalam segmentasi perilaku, pelangga di bagi atas grup berdasarkan
pengetahuan mereka, sifat, penggunaan maupun respon terhadap
produk tersebut (Kotler & Keller, 2012)
2. Value Proposition
Value proposition menjelaskan mengenai produk dan service yang
memberi suatu nilai tambah bagi segmen konsumen tertentu. Beberapa value
proposition mungkin inovatif dan membawa hal yang baru tetapi terkadang
juga sama dengan apa yang sudah pasar tawarkan saat ini dengan tambahan
fitur dan atribut (Osterwalder & Pigneur, 2010). Dalam bukunya Osterwalder
dan Pigneur membagi beberapa elemen dalam menciptakan value terhadap
produk maupun jasa yang perusahaan akan tawarkan. Di antaranya adalah
newness, performance, customization, design, brand, price, cost reduction,
risk reduction, accessibility, convenience atau usability.
|
![]() 20
Newness adalah satu value yang memuaskan kebutuhan pelanggan yang
belum terpenuhi karena tidak adanya hal tersebut dalam produk
sebelumnya.
Performance, value akan muncul saat kinerja dilakukan secara maksimal.
Customization, adalah value yang di dapatkan dari kebutuhan khusus
pelanggan atau permintaan yang khusus dari pelanggan.
Design, value dalam hal ini di dapatkan dari tampilan produk itu sendiri.
Brand, value ini mengutamakan pertambahan nilau jual melalui nama
suatu produk.
Price, value yang paling dominan untuk menarik pembeli. Semakin
terjangkau harga sebuah produk maka akan semakin besar minat
pelanggan untuk membeli.
Cost reduction, value ini diperoleh dengan membantu pelanggan
mengurangi biaya.
Risk reduction, value ini umumnya diterapkan pada produk berbasis
asuransi.
Accessibility, value ini muncul pada saat pelanggan mendapatkan akses
untuk suatu produk atau layanan.
Convenience/usability merupakan value yang mempermudah pelanggan
untuk melakukan suatu hal dengan produk tersebut.
|
21
3. Distribution Channel
Channel dalam building block menjelaskan bagaimana perusahaan
mengkomunikasikan dan menjangkau segmen pelanggan untuk memberikan
value proposition. (Osterwalder & Pigneur, 2010)
4. Customer Relationship
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010), customer relationship adalah
jenis hubungan yang ditentukan oleh perusahaan dengan segmentasi
pelanggan yang spesifik. Tujuannya adalah untuk menarik pelanggan bahkan
untuk meningkatkan penjualan. Hubungan dengan pelanggan ini dibagi dalam
beberapa kategori yaitu :
1. Personal assistance, merupakan hubungan antar manusia dimana
pelanggan dapat berkomunikasi dengan anggota perusahaan selama
proses penjualan maupun setelah pembelian selesai. Contohnya
dengan system Call Center, email dan Cash on Delivery.
2. Dedicated personal assistance adalah hubungan yang melibatkan
anggota perusahaan secara spesifik untuk setiap klien secara individu
yang dimaksudkan untuk hubungan dalam jangka waktu yang panjang.
Contohnya asuransi
3. Self service adalah hubungan yang terjadi karena perusahaan tidak
melakukan kontak langsung dengan konsumen. Mereka menyediakan
semua kebutuhan pelanggan untuk pelanggan sendiri memilih apa
yang mereka perlukan. Contohnya supermarket.
|
22
4. Automated services adalah tipe hubungan yang menggabungkan antara
self service dengan proses yang sudah otomatis.
5. Communities merupakan hubungan yang digunakan oleh banyak
perusahaan baik secara online maupun offline untuk memberikan
fasilitas kepada pengguna dalam bertukar pengetahuan, pengalaman
maupun untuk menyelesaikan masalah mereka.
6. Co-creation adalah transformasi dari hubungan pelanggan untuk
menciptakan value dengan pelanggan.
5. Revenue Stream
Osterwalder & Pigneur (2010) mendefinisikan revenue streams
sebagai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dari setiap
customer segment. Cara untuk memperoleh revenue stream adalah sebagai
berikut :
1. Asset sale, ini adalah revenue streams yang diperoleh dari menjual hak
kepemilikan ke suatu produk fisik.
2. Usage fee adalah revenue stream yang diperoleh karena penggunaan
suatu jasa.
3. Subscription fee adalah revenue streams yang diperoleh dari
pemakaian suatu akses secara terus menerus dari sebuah jasa maupun
layanan tertentu.
4. Landing/renting/leasing adalah revenue streams yang diperoleh
dengan memberi hak khusus yang sifatnya sementara kepada
|
23
seseorang untuk menggunakan sesuatu dengan jangka waktu yang
telah ditentukan.
5. Licensing adalah revenue streams yang diperoleh dengan memberi
izin kepada pelanggan atau pihak ketiga untuk menggunakan property
intelektual yang di lindungi.
6. Advertising adalah revenue streams dari hasil iklan akan suatu barang
atau jasa.
6. Key Resources
Key Resources menggambarkan asset terpenting yang diperlukan
untuk membuat bisnis model. Sumber daya ini memungkinkan perusahaan
untuk membuat dan menawarkan sebuah value proposition, menjangkau
market, memelihara hubungan pelanggan dan menerima pemasukan
(Osterwalder & Pigneur, 2010). Kategori key resources terdiri dari physical,
intellectual, human, financial. (Osterwalder & Pigneur, 2010)
7. Key Activities
Key activities merupakan hal yang harus dimiliki semua bisnis model.
Seperti pada key resources, key activity dibutuhkan untuk membuat dan
menawarkan nilai,menjangkau pasar, memelihara hubungan dengan
pelanggan dan mendapatkan pemasukan. (Osterwalder & Pigneur, 2010).
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010) key activity terbagi dalam beberapa
kategori :
|
24
1. Produksi, yang terkait dengan kegiatan desain, membuat dan
memberikan produk dalam jumlah besar dengan kualitas baik.
2. Pemecahan masalah yang berkaitan dengan memberi suatu solusi atau
jawaban baru akan suatu masalah yang dialami pelanggan secara
individu
3. Jaringan yang merupakan sumber daya inti dari suatu bisnis model
yang didominasi oleh platform sebagai aktifitas intinya. Aktifitas inti
dari kategori ini berkaitan dengan manajemen platform, service
provisioning dan platform promotion.
8. Partner Network
Partnership atau aliansi digunakan perusahaan untuk mengoptimalkan
bisnis model mereka, mengurangi resiko atau mendapatkan sumber daya
tertentu (Osterwalder & Pigneur, 2010). Tipe Partnership menurut
Osterwalder & Pigneur (2010).
1. Aliansi strategis antara perusahaan bukan saingan.
2. Koopetisi yang merupakan aliansi strategis antara perusahaan dengan
perusahaan competitor.
3. Joint Venture untuk menghasilkan bisnis baru.
4. Buyer-Suppliers relationship untuk memastikan sumber daya dari
pemasok yang terpercaya.
|
25
9. Cost Structure
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010), cost structure merupakan
semua biaya yang muncul untuk mengoperasikan suatu bisnis model. Dapat
diklasifikasikan menjadi cost driven dan value driven.
Cost driven berfokus pada cost yang diminimalisasi jika memungkinkan.
Value driven berfokus pada nilai yang diberikan dengan ciri premium dan
pelayanan yang lebih mewah. Menurut Osterwalder & Pigneur (2010), Ciri
dari cost structure adalah berikut :
1. Fixed cost yang merupakan biaya yang tidak mengalami perubahan
walaupun ada perubahan dalam volume barang dan jasa
2. Variable cost adalah biaya yang variatif dan proporsional dengan
volume barang atau jasa yang dihasilkan.
3. Economies of Scale adalah keuntungan yang diperoleh akibat adanya
peningkatan kapasitas produksi atau output.
4. Economies of scope adalah keuntungan yang diperoleh karena lingkup
operasi perusahaan yang lebih besar.
2.2. Model Porter Five Force
Menurut Kotler & Keller (2012), Michael porter telah
mengidentifikasikan lima kekuatan utama yang mampu untuk mengarahkan
|
26
perusahaan untuk menganalisa lingkungan yang kompetitif yang berpengaruh
terhadap pemasaran suatu produk. Berikut ini adalah lima analisis Porter :
1. Ancaman Produk atau Jasa pengganti (Threat Of Subtitute Product and
Services), dimana cara mudah masuknya produk atau jasa yang dapat
menjadi alternatif dari produk atau jasa yang sudah ada, khususnya yang
dibuat dengan biaya lebih murah.
2. Persaingan di antara pemain yang sudah ada ( Rivalry Among Existing
Firms), merupakan analisis mengenai pesaing yang sudah ada, apakah
dominan atau sama rata.
3. Masuknya Kompetitor ( The Threat of New Entrants), dimana di dalam
analisis ini melihat bagaimana Cara yang mudah atau sulit untuk
kompetitor baru untuk mulai bersaing industri yang sudah ada.
4. Daya tawar dari supplier (The Bargaining Power Of Suppliers), dimana
analisis ini melihat bagaimana kuatnya posisi penjual. Apakah ada banyak
supplier atau hanya beberapa supplier saja, bisa jadi mereka memonopoli
supply barang.
5. Daya tawar dari pembeli (Bargaining Power of Customers),
dimana analisis ini Bagaimana kuatnya posisi pembeli. Pembeli
mempunyai kekuatan untuk menentukan kemana dia akan melakukan
transaksi .
|
27
2.3. SWOT Analysis
Menurut Strauss dan Frost (2012), analisis SWOT bergerak dari
analisis situasi yang menguji kekuatan internal perusahaan dan kelemahan
yang berhubungan dengan lingkungan, kompetisi, peluang, dan ancaman
eksternal.
Menurut Thompson (2014), analisis SWOT adalah sebuah
perlengkapan yang sederhana tetapi efektif untuk mengukur kekuatan dan
kelemahan suatu perusahaan serta melihan peluang dan ancaman yang ada di
pasar bagi produk tersebut di masa depan.
Sedangkan menurut Whelen dan Hunger (2012), analisis SWOT tidak
hanya berguna untuk melihat kekuatan dan kelemahan dari perusahaan akan
sumber daya yang dimiliki perusahaan akan tetapi juga kemampuan
perusahaan untuk mengenali peluang dalam bisnis tersebut serta tantangan
yang akan ia hadapi.
Berikut ini adalah penjelasan dari SWOT :
1. Strenghts( Kekuatan ) : Beberapa f actor yang menjadi kekuatan dari
model bisnis Infused Water ini adalah mengandung buah lokal,
kemasan yang menarik, mencukupkan kebutuhan vitamin, tidak
menggunakan pengawet kimia, harga yang rasional.
|
28
2. Weakness (Kelemahan) : Bisnis ini tentunya memiliki kelemahan juga
terutama karena buah tidak dapat bertahan terlalu lama, mudah untuk
ditiru, distribusi yang terbatas, serta harus disajikan dingin.
3. Oppurtunities (Peluang)
Peluang yang dimiliki dari bisnis Infused Water ini ada karena
menjamurnya tren masyarakat Jakarta yang semakin sadar akan
kesehatan mereka, kebutuhan akan minuman yang menyegarkan tetapi
juga sehat, menumbuhkan potensi petani lokal serta menjadi pilihan
tambahan bagi masyarakat.
4. Threats(Ancaman)
Dalam bisnis ini, ada berbagai ancaman yang mungkin menjadi
penghambat. Diantaranya, Kompetitor lain, minuman kesehatan lain
yang sudah lebih dahulu ada, munculnya produk minuman sejenis,
kestabilan ekonomi Indonesia yang secara langsung mempengaruhi
harga bahan baku itu sendiri.
Menurut Kotler & Keller (2012), analisis SWOT ini terbagi atas dua
bagian yaitu External Environment( Opportunity and Threat analysis) serta
Internal Environment (Strength and Weakness analysis).
External Environment, dalam unit bisnis,
penting untuk memiliki
marketing intelligence system yang melacak trend dan pengembangan penting
suatu produk beserta kesempatan dan hambatan yang ada.Hambatan
lingkungan atau environmental threat adalah suatu tantangan yang terjadi
|
29
karena tidak memiliki aksi marketing yang defensive yang berpengaruh
terhadap penurunan penjualan maupun keuntungan.
Internal Environment, adalah penting untuk menemukan suatu
kesempatan yang menarik dan menjadikannya keuntungan bagi
perusahaan.Setiap bisnis harus mengevaluasi secara internal kekuatan dan
kelemahan mereka.
2.3.1. Sintesis Faktor Internal dan Eksternal
Menurut Wheelen dan Hunger (2012) , dalam bukunya, walaupun
analisis SWOT sering digunakan oleh berbagai perusahaan untuk menemukan
formula strategi yang tepat bagi perusahaan tersebut, tetapi ada beberapa
kekurangan analisis ini , seperti :
1. Analisis SWOT menghasilkan daftar yang panjang mengenai
kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman.
2. Analisis SWOT juga tidak menggunakan nilai bobot untuk
menentukan prioritas dari daftar tersebut yang diambil dari masing-
masing factor yang dianalisis.
3. Analisis SWOT seringkali menggunakan kalimat yang mengandung
arti membingungkan atau ambigu.
4. Faktor yang sama terkadang dapat digunakan di dalam dua kategori,
misalnya kekuatan dapat juga dianggap sebagai kelemahan bagi
perusahaan
|
![]() 30
5. Tidak adanya kewajiban untuk melakukan verifikasi atas suatu opini
dengan data atau analisis.
6. Analisis SWOT hanya menggunakan analisis tunggal.
7. Hasil analisis SWOT seringkali tidak memiliki keterkaitan logis
dengan implementasi strategis.
Gambar 2.2 Tabel IFAS & EFAS
Sumber : Wheelen & Hunger, 2012
Setelah ahli strategi perusahaan melakukan analisis perusahaan dalam
lingkup internal dan mengidentifikasi faktor-faktornya, maka mereka akan
menyimpulkan analisisnya dalam suatu format tabel IFAS ( Internal Factor
Analysis Summary) dan EFAS (External Factor Analysis Summary) yang
dikembangkan oleh Wheelen dan Hunger(2012) untuk menentukan arah
strategi mereka dengan menggunakan Matriks TOWS (2012). Dalam Matriks
TOWS menurut Wheelen dan Hunger (2012), penentuan IFAS dan EFAS
|
31
strategi dibagi dalam kolom berisi weight, rating, weighted score dan
comments. Berikut tata cara menyusun tabel EFAS :
1. Kolom 1 faktor eksternal (External Factor) diisi oleh delapan hingga
sepuluh hal paling penting yang berhubungan dengan peluang
(oppurtunities) dan hambatan (threats) yang dihadapi perusahaan.
2. Kolom 2 berisi bobot (weight) , tentukan weight setiap faktor dari
1.0(paling penting) hingga 0.0(Tidak terlalu penting) berdasarkan
faktor dan dampaknya bagi strategi perusahaan saat ini. Semua bobot
(weight) saat dijumlahkan harus memiliki nilai 1.0.
3. Kolom 3 Rating, menentukan rating setiap faktor dari 5.0 (sangat baik)
hingga 1.0 (tidak baik) berdasarkan respon spesifik manajemen
terhadap beberapa faktor tersebut. Setiap rating dinilai berdasarkan
seberapa baik manajemen perusahaan saat ini dalam menghadapi
setiap faktor internal secara spesifik.
4. Kolom 4 bobot nilai (weighted score), menjumlahkan bobot di kolom
2 untuk setiap f aktor dan dikalikan dengan rating di kolom 3 untuk
mendapatkan bobot nilai (weighted score) faktor tersebut.
5. Kolom 5 comment, merupakan catatan mengapa faktor tersebut dipilih
dan atau bagaimana bobot dan rating diperkirakan.
|
![]() 32
6. Terakhir, jumlahkan weighted score untuk selur uh faktor internal di
kolom 4 untuk menentukan total weighted score untuk perusahaan
tersebut. Total weighted score mengindikasikan seberapa baik
perusahaan tersebut merespon terhadap saat ini dan faktor yang
diharapkan dalam lingkungan internalnya. Nilai ini juga dapat
digunakan untuk membandingkan antara satu perusahaan dengan
perusahaan lain dalam satu industri.
Gambar 2.3 Contoh Gambar Tabel EFAS
Sumber : Wheelan & Hunger (2012)
Sedangkan untuk IFAS tidak terlalu berbeda cara penyusunannya.
Berikut tata cara penyusunan tabel IFAS :
|
33
1. Dalam kolom 1 (Internal Faktor), berisi daftar delapan hingga sepuluh
hal paling penting yang berhubungan dengan kekuatan (strength) dan
kelemahan (weakness) perusahaan.
2. Kolom 2 berisi bobot (weight) , tentukan weight setiap faktor dari
1.0(paling penting) hingga 0.0(Tidak terlalu penting) berdasarkan
faktor dan dampaknya bagi strategi perusahaan saat ini. Semua bobot
(weight) saat dijumlahkan harus memiliki nilai 1.0.
3. Kolom 3 Rating, menentukan rating setiap faktor dari 5.0 (sangat baik)
hingga 1.0 (tidak baik) berdasarkan respon spesifik manajemen
terhadap beberapa faktor tersebut. Setiap rating dinilai berdasarkan
seberapa baik manajemen perusahaan saat ini dalam menghadapi
setiap faktor internal secara spesifik.
4. Kolom 4 bobot nilai (weighted score), menjumlahkan bobot di kolom
2 untuk setiap f aktor dan dikalikan dengan rating di kolom 3 untuk
mendapatkan bobot nilai (weighted score) faktor tersebut.
5. Kolom 5 comment, merupakan catatan mengapa faktor tersebut dipilih
dan atau bagaimana bobot dan rating diperkirakan.
6. Terakhir, jumlahkan weighted score untuk selur uh faktor internal di
kolom 4 untuk menentukan total weighted score untuk perusahaan
tersebut. Total weighted score mengindikasikan seberapa baik
perusahaan tersebut merespon terhadap saat ini dan faktor yang
|
![]() 34
diharapkan dalam lingkungan internalnya. Nilai ini juga dapat
digunakan untuk membandingkan antara satu perusahaan dengan
perusahaan lain dalam satu industri.
Gambar 2.4 Contoh Gambar Tabel Ifas
Sumber : Wheelen & Hunger (2012)
Menggunakan table IFAS dan EFAS yang sudah disajikan di atas
maka dapat dibuat suatu alternative strategi dengan menggunakan Matriks
TOWS.
|
![]() 35
Gambar 2.5 Contoh Matriks Tows
Sumber : Wheelen & Hunger (2012)
Dari tabel di atas terlihat bahwa perusahaan memiliki beberapa pilihan
strategi untuk digunakan, tentunya dengan memilih dan menyaring lebih
dahulu strategi mana yang paling sesuai bagi perusahaan untuk diterapkan.
2.4. Segmentation, Targeting and Positioning
Menurut Bygrave dan Andrew (2014), segmentation
dan targeting
adalah proses yang digunakan penjual untuk mengidentifikasi konsumen
|
![]() 36
untuk produk atau jasanya. Sementara segmentation dan targeting
menggambarkan konsumen yang diinginkan oleh penjual, positioning
berhubungan dengan pesaing dan persepsi konsumen terhadap produk atau
jasa yang ditawarkan oleh penjual.
a) Segmentation
Segment adalah kelompok dari konsumen yang didefinisikan
berdasarkan karakteristik :
Demografi, termasuk umur, pendidikan, jenis kelamin dan
pendapatan
Psikologis, seperti orang yang aktif, individual, dan
pengambil resiko
Tingkah laku, merupakan sifat konsumen seperti loyal
terhadap sebuah merek dan suka menggunakan produk
baru.
b) Targeting
Targeting membandingkan segementasi dan setelahnya memilih
yang paling menarik. Mendefinisikan target pasar adalah penting
karena akan memandu strategi pemilihan konsumen penjual.
Ketertarikan dari sebuah segment tergantung pada ukuran, tingkat
pertumbuhan, dan potensi keuntungan.
|
37
c) Positioning
Positioning menggambarkan penawaran sebuah produk relatif
terhadap atirbut produk yang sangat dipedulikan konsumen. Beberapa
atribut tersebut adalah kualitas, harga dan kenyamanan.
2.5 Co Creation
Menurut Kotler (2010, p. 35), co-creation adalah istilah yang
diajukan oleh C.K. Prahalad untuk menjelaskan pendekatan baru
dalam inovasi. Pralahad dan Krishnan dalam bukunya, The New Age
of Innovation mengamati cara baru dalam menciptakan produk dan
pengalaman melalui kolaborasi perusahaan, konsumen, pemasok dan
mitra distribusi, yang saling terhubung dalam sebuah jaringan inovasi.
Ada tiga proses kunci dalam co-creation menurut Kotler :
Perusahaan harus menciptakan apa yang disebut sebagai
sebuah platform , yaitu sebuah produk generic yang dapat
disesuaikan lagi.
Membiarkan konsumen individual di dalam jaringan
menyesuaikan platform agar sesuai dengan identitas unik mereka.
Meminta umpan balik konsumen dan memperkaya platform
dengan memadukan semua usaha penyesuaian yang dilakukan oleh
jaringan konsumen.
|
![]() 38
2.6. PESTEL ANALYSIS
Lingkungan makro mencakup keadaan lingkungan yang luas di mana
sebuah industri perusahaan berada. Menurut Thompson, Strickland, dan
Gamble (2014), analisis PESTEL sangat fokus terhadap enam komponen
utama yang strategis dalam lingkungan makro, yaitu Political, Economic,
Social, Technological, Environmental, dan Legal. Setiap komponen dapat
mempengaruhi keberlangsungan pada bisnis sebuah perusahaan. Selain itu,
analisis ini juga dapat digunakan untuk membuat strategi jangka panjang dan
bisnis model.
Gambar 2.6 The Components of a Companys Macro-Environmental
Sumber: Thompson, Peteraf, Gamble, & Strickland (2014)
|
![]() 39
Berikut penjelasan mengenai PESTEL :
Politik
Faktor ini berisi kebijakan dan proses politik, termasuk sejauh apa
pemerintah ikut camput dalam bidang ekonomi, kebijakan pajak,
kebijakan fiskal, tarif, iklim politik dan kekuatan dari lembaga seperti
sistem perbankan.
Ekonomi
Kondisi ekonomi berisikan iklim ekonomi secara umum dan faktor
spesifik seperti suku bunga, nilai tukar, inflasi dan pertumbuhan ekonomi
serta defisit atau surplus perdagangan dan pendapatan per kapita. Faktor
ekonomi juga termasuk kondisi pasar saham dan obligasi dimana dapat
mempengaruhi kepercayaan konsumen dan pendapatan tambahan.
Beberapa industri seperti konstruksi rentan dengan penurunan ekonomi,
dan industri ritel akan untung ketika ekonomi sedang lemah karena
konsumen menjadi lebih tertarik dengan produk yang harganya murah.
Sosial
Kekuatan sosial berisikan nilai, sikap, buadaya dan gaya hidup
masyarakat dimana dapat mempengaruhi bisnis, serta faktor demografi
seperti jumlah populasi, tingkat pertumbuhan dan pembagian umur.
Kekuatan sosial bervariasi karena perubahan sepanjang waktu dan faktor
lokal. Salah satu contohnya adalah tren hidup sehat yang mampu
meningkatkan penjualan alat olahraga dan tempat fitnes. Populasi
|
![]() 40
demografi juga dapat mempengaruhi industri seperti kesehatan dimana
biaya dan kebutuhan layanan bervariasi berdasarkan faktor demografi
seperti umur dan pembagian pendapatan.
Teknologi
Faktor teknologi berisikan kecepatan dari perubahan teknologi,
dan perkembangan teknis dimana telah memiliki potensi untuk berefek
secara luas dalam masyarakat seperti rekayasa genetika dan
nanoteknologi. Hal ini termasuk lembaga yang terlibat dalam membentuk
pengetahuan baru dan pengawasan penggunaan teknologi seperti
persetujuan R&D, hukum paten dan copyright, dan pengawasan
pemerintah terhadap internet. Perubahan teknologi mampu mendorong
lahirnya industri baru seperti perusahaan yang berdasarkan nanoteknologi
dan merusak yang lainnya seperti industri rekaman.
Lingkungan
Faktor ini termasuk ekologi dan kekuatan lingkungan seperti
cuaca, iklim, perubahan iklim dan kekeringan. Faktor ini mampu secara
langsung mempengaruhi industri seperti asuransi, pertanian, produksi
energi dan turis. Hal ini mungkin tidak mempengaruhi secara langsung
tetapi memberikan efek
berkelanjutan dalam industri lain seperti
transportasi.
|
![]() 41
Hukum dan Regulasi
Faktor ini termasuk regulasi dan hukum dimana perusahaan harus
mematuhinya seperti aturan untuk konsumen, buruh, label dan keamanan
dan kesehatan kerja. Upah minimum regional adalah salah satu aturan
yang harus dipatuhi oleh industri di sebuah wilayah untuk memberi upah
yang layak kepada karyawannya.
2.7. Marketing Mix
Menurut Bygrave dan Andrew (2014), marketing mix atau 4P yang
merupakan singkatan dari product, price, place dan promotion adalah
sekumpulan alat yang digunakan untuk meraih tujuan marketing yaitu
mendapatkan dan mempertahankan konsumen.
a) Product
Produk tidak hanya berbentuk barang namun juga jasa. Produk
dapat dibagi menjadi dua yaitu, core product dan augmented product.
Core product adalah produk atau jasa yang mendasar/utama
sedangkan augmented product adalah sekumpulan atribut yang
berhubungan dengan core product. Dalam strategi produk, kekuatan
dari value proposition yang ditawarkan ke konsumen harus menjadi
perhatian utama dan pastikan produk tersebut differentiated.
|
![]() 42
b) Price
Penjual dikenakan berbagai biaya dalam memulai usaha. Biaya
tersebut dibagi menjadi dua yaitu fixed cost yang tidak dapat diubah
(fasilitas dan peralatan) dan variable cost yang dapat diubah (bahan
baku).
Gambar 2.7 Pricing decision for entrepreneur
Sumber: Bygrave dan Andrew (2014)
Harga dari sebuah produk harus lebih tinggi dari variable cost
(A) untuk mendapat keuntungan. Penjual tidak hanya mendapatkan
kembali fixed cost ( B) dan variable cost (A) tetapi membuat
keuntungan yang wajar (C). Banyak penjual menggunakan cost-based-
method, menaikkan harga sebuah produk berdasarkan biaya ditambah
margin keuntungan yang diinginkan (C). Ada alternatif lain yaitu
perceived value pricing (D), sangat layak digunakan untuk produk
yang baru atau inovatif dengan memberikan harga yang tinggi.
|
43
c) Place
Lokasi memiliki tantangan tersendiri karena berhubungan
dengan saluran distribusi. Distribusi yang efektif adalah tersedia dan
mudah diakses oleh konsumen. Cakupan saluran distribusi dapat
dibagi menjadi tiga yaitu :
Intensive
Biasa digunakan untuk produk barang konsumsi dan produk
yang produksinya cepat seperti minuman ringan, produk ini
dijual di supermarket, toko obat, restoran, acara olahraga, dan
outlet.
Selective
Digunakan untuk menjual produk kepada distributor yang
khusus, sering kali membatasi pilihan secara geografis dengan
menerapkan jaringan agen seperti motor dan mobil.
Exclusive
Sering kali digunakan untuk produk barang mewah dan
menyasar segmen berpendapatan menengah ke atas.
d) Promotion
Promotion menyampaikan pesan kepada pasar, mengenai produk
dan jasa serta tentang perusahaan. Promotion dibagi menjadi lima
elemen seperti :
|
![]() 44
Gambar 2.8 Marketing Communications
Sumber: Bygrave dan Andrew (2014)
2.8.
Five Generic Competitive Strategies
Menurut Thompson, Strickland, dan Gamble (2014), strategi ini
digunakan untuk menyenangkan konsumen, memperkuat posisi pasar,
menyerang balik manuver dari rival, menanggapi perubahan kondisi pasar,
dan mencapai berbagai keuntungan. Berikut contoh diagram dari five generic
competitive strategies.
|
![]() 45
Gambar 2.9 Diagram Five Generic Competitive Strategies
Sumber: Thompson, Peteraf, Gamble, & Strickland (2014)
a. A low-cost provider strategy
Berjuang untuk mencapai biaya yang rendah daripada rival
dalam produk yang sebanding dimana dapat menarik konsumen
yang luas.
b. A broad differentiation strategy
Mencari untuk menawarkan produk yang berbeda dari rival
dengan atribut yang unggul sehingga mampu menarik konsumen
yang luas.
c. A focused low-cost strategy
Fokus pada market niche dan mengunguli rival dalam hal
biaya, sehingga mampu melayani niche members di harga yang
rendah.
|
46
d. A focused differentiation strategy
Fokus pada market niche dan mengunguli rival dengan
menawarkan produk yang memiliki rasa yang spesifik dan
keperluan dari niche members lebih baik dari produk yang
ditawarkan rival.
e. A best-cost provider strategy
Memberikan konsumen nilai lebih untuk uangnya dengan
memuaskan harapan pembeli dalam hal kualitas, fitur, performa,
dan layanan sementara membanting harga yang diharapkan
mereka. Strategi ini adalah kombinasi dari differentiation dan low-
cost strategy.
2.9. Analisis Value Chain
Menurut Thompson, Peteraf, Gamble, & Strickland (2014), setiap
bisnis perusahaan terdiri dari kumpulan aktifitas seperti produksi, pengiriman
dan pelayanan dari sebuah produk atau jasa. Dari semua jenis aktifitas yang
dilakukan perusahaan tersebut dikombinasikan untuk membentuk sebuah
value chain. Disebut value chain karena pokok inti dari aktifitas perusahaan
adalah melakukan hal-hal yang akhirnya untuk menciptakan value untuk
|
![]() 47
konsumen. Dengan adanya value chain, diharapkan perusahaan dapat fokus
pada value yang menjadi alat untuk menguji bagaimana sebuah perusahaan
menyampaikan value propositionnya.
Gambar 2.10 Alur Value Chain
Sumber : Thompson, Peteraf, Gamble, & Strickland ( 2014)
Dari gambar di atas, value chain sebuah perusahaan dibagi menjadi
dua kategori aktifitas yaitu : primary activities yang merupakan bagian
penting dalam menciptakan value untuk konsumen dan yang diperlukan
support activities yang memfasilitasi dan meningkatkan kinerja dari primary
activities.
Primary activities :
Supply Chain Management - Aktifitas, biaya, dan aset terkait dengan
pembelian bahan bakar, energi, bahan baku, komponen, dan barang
|
![]() 48
konsumsi dari vendor; Menerima, menyimpan, dan menyebarkan input
dari supllier; pemeriksaan dan manajemen inventory.
Operations - Aktifitas, biaya, dan aset terkait dengan mengubah input
menjadi bentuk produk akhir (produksi, perakitan, pengemasan,
pemeliharaan perlengkapan, fasilitas, operasi, jaminan kualitas, dan
perlindungan lingkungan).
Distribution - Aktifitas, biaya, dan aset berurusan dengan secara fisik
mendistribusikan produk ke konsumen (gudang produk jadi, pengiriman,
operasi kendaraan pengiriman, membangun dan memelihara sebuah
jaringan dari dealer dan distributor).
Sales dan Marketing - Aktifitas, biaya, dan aset terkait dalam penjualan,
iklan dan promosi, riset dan perencanaan pasar.
Service - Aktifitas, biaya, dan aset terkait dengan menyediakan bantuan
untuk konsumen seperti instalasi, pengiriman komponen, pemeliharaan
dan perbaikan, bantuan teknis dan komplain.
Support activities :
Product R&D, Technology, dan Systems Development - Aktifitas, biaya,
dan aset terkait pada produk R&D, proses R&D, mendesain proses
peningkatan, desain per lengkapan, pengembangan perlengkapan lunak
komputer, sistem komunikasi dan kemampuan database.
|
![]() 49
Human Resources Management - Aktifitas, biaya, dan aset terkait dengan
rekrutmen, pelatihan, pengembangan dan kompensasi.
General Administration - Aktifitas, biaya, dan aset terkait pada
manajemen umum, accounting dan finance, hukum & regulasi, dan
keselamatan & keamanan.
2.10. Financial Theory
2.10.1 Break Even Analysis
Menurut Titman, Keown dan Martin ( 2010), Break even
analysis digunakan untuk menentukan seberapa banyak produksi atau
penjualan yang perusahaan harus capai untuk menghindari potensi
kehilangan uang, atau dengan kata lain balik modal. Melakukan
penghitungan untuk break even analysis, kita perlu untuk membagi
biaya produksi ke dalam dua kompenen : Fixed Costs dan Variable
Costs.
|
![]() 50
2.10.2 Break-Even Point (BEP)
Menurut Titman, Keown dan Martin ( 2010), Break Even Point
adalah tingkatan penjualan atau pengeluaran yang diperlukan untuk
menutupi variable dan total fixed costs, dimana total fixed costs setara
dengan cash fixed costs ditambah depreciation, sehingga net operating
income setara dengan 0 :
Net Operating Income (NOI) = Total Revenues - Total Costs = 0
atau
Net Operating Income (NOI) = Total Revenues - (Total Variable Costs +
Total Fixed Costs) = 0
2.10.3 Net Present Value (NPV)
Menurut Titman, Keown dan Martin ( 2010), Net present
value merupakan perbedaan antara present value dari cash inflows dan
cash outflows. Jika NPV lebih besar dari nol, proyeksi akan
menambah nilai dan seharusnya diterima. Namun, bila NPV adalah
negatif, proyeksi seharusnya ditolak. Jika NPV tepat berada di angka
nol (sangat jarang terjadi), proyeksi ini tidak menambah atau
mengurangi nilai yang sudah ada. Berikut rumusnya :
|
![]() 51
2.10.4 Internal Rate of Return (IRR)
Menurut Titman, Keown dan Martin ( 2010), Internal Rate of
Return adalah discount rate yang memiliki hasil NPV nol pada
proyeksi. Proyeksi diterima jika nilai IRR lebih besar daripada
required rate of return atau discount rate yang digunakan untuk
menghitung net present value proyeksi tersebut. Berikut rumusnya :
2.10.5 Payback Period
Menurut Titman, Keown dan Martin ( 2010), Payback Period
untuk sebuah peluang investasi adalah berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk mengembalikan kembali pengeluaran investasi.
|
52
2.11. Infused Water
2.11.1 Definisi Infused Water
Menurut Akhmad (2014) , Infused Water atau Spa Water adalah
air putih yang diberikan irisan buah dan atau sayuran segar di
dalamnya. Dengan proses yang demikian maka sari-sari dari buah
yang direndam dalam air putih akan keluar dan akan memberikan
berbagai manfaat bagi yang meminum air putih tersebut. Aroma dari
buah yang direndam dalam air putih akan membuat rasa air tersebut
berbeda dari biasanya karena memberikan efek kesegaran yang
berbeda.
Banyak jenis buah yang digunakan dalam infused water,
walaupun tidak semua buah bisa digunakan. Beberapa jenis yang
sering digunakan adalah lemon, jeruk, stroberi, apel dan belimbing.
Selain buah, menurut Febr y (2014), herbal dan rempah seperti daun
mint dan jahe juga bisa digunakan untuk infused water. Selain aroma
buah, rempah dan herbal yang menyatu dengan air putih tentunya akan
mengeluarkan khasiat sesuai dengan kandungannya yang baik untuk
kesehatan dan kebugaran tubuh.
Dalam pembuatannya, infused water biasanya akan
dimasukkan ke dalam kulkas selama minimal 30 menit, tergantung
|
53
dari jenis buah, herbal dan rempah yang dipakai. Infused water juga
dapat ditambah dengan pemanis seperti gula atau madu dengan syarat
tidak lebih dari 25 gram atau sekitar 2½ sdm (Puspanigtyas dan
Yunita, 2014). Infused water dapat diisi ulang hingga pemakaian 24
jam dan bisa tahan dari 3 hingga 5 hari tergantung dari buah, herbal
dan rempah yang digunakan. Potongan buah infused water dapat
dimakan dengan catatan kondisinya masih dalam kondisi baik karena
tubuh memerlukan serat dari buah. Infused water memiliki kalori yang
rendah dan tidak terbuat dari bahan buatan, sehingga dapat diminum
sebanyak yang diinginkan.
2.11.2 Manfaat Infused Water
Infused water memiliki banyak sekali manfaat baik bagi tubuh
peminumnya karena berbagai kandungan buah di dalamnya. Berikut
ini adalah beberapa manfaat yang didapatkan dari mengkonsumsi
infused water (Akhmad, 2014):
Menurunkan berat badan
Meningkatkan metabolisme tubuh
Membantu kerja ginjal dengan baik
Membantuk sel-sel pembebasan lemak tubuh
Membuang racun dalam sistem tubuh (detoksifikasi)
|
54
Mengurangi kelelahan otot saat bekerja keluar
Membantu dalam memulihkan diri lebih cepat
Mendapat asupan nutrisi, vitamin, dan mineral
|