BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.  Business Model
Menurut  Osterwalder  dan  Pigneur  (2010),  Business  Model 
menjabarkan  secara  rasional  bagaimana  sebuah  organisasi  diciptakan, 
disampaikan  dan  memberikan  value  atau  nilai  kepada  konsumen.  Dalam 
bukunya, Osterwalder dan Pigneur  menjabarkan mengenai pendekatan model 
bisnis yang diberi nama canvas untuk memudahkan pebisnis mengkaji ulang 
seluruh  proses  bisnisnya  agar  mampu  lebih  kompetitif  maupun  dalam 
mengembangkan sebuah bisnis baru. Kanvas ini dibangun berdasarkan “Nine 
Building Block” seperti gambar berikut :
Gambar 2.1 Struktur Model Bisnis
Sumber : Osterwalder dan Pigneur (2010)
17 
  
18 
Model ini terdiri dari sembilan blok dasar pembangun model bisnis yaitu: 
1.  Customer Segments
Customer  atau  pelanggan  adalah  jantung  dari berbagai bisnis.  Tanpa
pelanggan, tidak aka nada perusahaan yang dapat bertahan lama. Dalam usaha 
untuk semakin membuat pelanggan puas, sebuah perusahaan dapat membagi 
pelanggan ke dalam grup atau segmen yang berbeda melalui kebutuhan umum 
pelanggan, perilaku umum, atau penilaian lainnya. Pengelompokan pelanggan 
ini  secara  umum  dikenal  dengan  istilah  market  segment  atau    customer 
segment.
Market  Segment  (Segmentasi  Pasar)  mencakup  berbagai  grup
berisikan  pelanggan  yang  saling  berbagi  kesamaan  kebutuhan  dan  yang 
mereka perlukan  (Kotler  & Keller,  2012). Segmentasi pasar terbagi menjadi 
beberapa factor berikut, yaitu : 
a)  Segmentasi Geografis 
Segmentasi  geografis  membagi  pasar  ke  dalam  satuan  geografis 
seperti kebangsaan, provinsi, daerah, kota, ataupun suatu lingkungan. 
(Kotler & Keller, 2012) 
b)  Segmentasi Demografis 
Dalam segmentasi demogr afis, pasar dibagi kedalam variable tertentu 
seperti umur, ukuran keluarga,  jenis kelamin,  pemasukan, pekerjaan, 
kepercayaan, ras, kebangsaan dan kelas social. Variable demografis ini 
  
19 
sangat    popular  karena  lebih  diasosiasikan  dengan  kebutuhan  dan 
kemauan pelanggan (Kotler & Keller, 2012) 
c)  Segmentasi Psikografis 
Menurut Kotler & Keller, Segmentaasi psikografis  adalah suatu ilmu 
yang  menggabungkan  psikologi  dan  demogr afis  untuk  lebih 
memahami  pelanggan.  Segmentasi  psikografis  ini  terbagi  ke  dalam 
beberapa grup berbeda dengan dasar psikologikal, gaya hidup ataupun 
suatu nilai tertentu. (2012) 
d)  Segmentasi Perilaku 
Dalam  segmentasi  perilaku,  pelangga  di  bagi  atas  grup  berdasarkan 
pengetahuan  mereka,  sifat,  penggunaan  maupun  respon  terhadap 
produk tersebut (Kotler & Keller, 2012) 
2.  Value Proposition
Value  proposition  menjelaskan  mengenai  produk  dan  service  yang
memberi suatu nilai tambah bagi segmen konsumen tertentu. Beberapa value 
proposition  mungkin inovatif  dan  membawa  hal yang  baru  tetapi terkadang
juga  sama  dengan apa  yang sudah pasar tawarkan saat ini dengan tambahan 
fitur dan atribut (Osterwalder & Pigneur, 2010). Dalam bukunya Osterwalder 
dan  Pigneur  membagi  beberapa  elemen  dalam  menciptakan  value  terhadap 
produk  maupun  jasa  yang  perusahaan  akan  tawarkan.  Di  antaranya  adalah 
newness,  performance,  customization,  design,  brand,  price,  cost  reduction,
risk reduction, accessibility, convenience atau  usability.
  
20 
   Newness adalah satu value  yang  memuaskan  kebutuhan  pelanggan  yang 
belum  terpenuhi  karena  tidak  adanya  hal  tersebut  dalam  produk 
sebelumnya. 
  Performance, value akan muncul saat kinerja dilakukan secara maksimal. 
  Customization,  adalah  value  yang  di  dapatkan  dari  kebutuhan  khusus 
pelanggan atau permintaan yang khusus dari pelanggan. 
  Design, value dalam hal ini di dapatkan dari tampilan produk itu sendiri. 
  Brand,  value  ini  mengutamakan  pertambahan  nilau  jual  melalui  nama 
suatu produk. 
  Price,  value  yang  paling  dominan  untuk  menarik  pembeli.  Semakin 
terjangkau  harga  sebuah  produk  maka  akan  semakin  besar  minat 
pelanggan untuk membeli. 
  Cost  reduction,  value  ini  diperoleh  dengan  membantu  pelanggan 
mengurangi biaya. 
  Risk  reduction,  value  ini  umumnya  diterapkan  pada  produk  berbasis 
asuransi. 
  Accessibility,  value  ini  muncul  pada  saat  pelanggan  mendapatkan  akses 
untuk suatu produk atau layanan. 
  Convenience/usability  merupakan  value  yang  mempermudah  pelanggan 
untuk melakukan suatu hal dengan produk tersebut. 
  
21 
3.  Distribution Channel
Channel  dalam  building  block  menjelaskan  bagaimana  perusahaan
mengkomunikasikan dan menjangkau  segmen  pelanggan  untuk  memberikan 
value proposition. (Osterwalder & Pigneur, 2010) 
4.  Customer Relationship
Menurut Osterwalder & Pigneur (2010), customer relationship adalah 
jenis  hubungan  yang  ditentukan  oleh  perusahaan  dengan  segmentasi 
pelanggan yang spesifik. Tujuannya adalah untuk menarik pelanggan bahkan 
untuk meningkatkan penjualan. Hubungan dengan pelanggan ini dibagi dalam 
beberapa kategori yaitu : 
1.  Personal  assistance,  merupakan  hubungan  antar  manusia  dimana 
pelanggan  dapat  berkomunikasi  dengan  anggota  perusahaan  selama 
proses  penjualan  maupun  setelah  pembelian  selesai.  Contohnya 
dengan system Call Center, email dan Cash on Delivery. 
2.  Dedicated  personal  assistance  adalah  hubungan  yang  melibatkan 
anggota perusahaan secara spesifik untuk  setiap  klien secara individu 
yang dimaksudkan untuk hubungan dalam jangka waktu yang panjang. 
Contohnya asuransi 
3.  Self  service  adalah  hubungan  yang  terjadi  karena  perusahaan  tidak 
melakukan  kontak langsung dengan konsumen. Mereka menyediakan 
semua  kebutuhan  pelanggan  untuk  pelanggan  sendiri  memilih  apa 
yang mereka perlukan. Contohnya supermarket. 
  
22 
4.  Automated services adalah tipe hubungan yang menggabungkan antara 
self service dengan proses yang sudah otomatis.
5.  Communities  merupakan  hubungan  yang  digunakan  oleh  banyak 
perusahaan  baik  secara  online  maupun  offline  untuk  memberikan 
fasilitas  kepada  pengguna  dalam  bertukar  pengetahuan,  pengalaman 
maupun untuk menyelesaikan masalah mereka. 
6.  Co-creation  adalah  transformasi  dari  hubungan  pelanggan  untuk 
menciptakan value dengan pelanggan. 
5.  Revenue Stream
Osterwalder  &  Pigneur  (2010)  mendefinisikan  revenue  streams 
sebagai kemampuan perusahaan  dalam menghasilkan  pendapatan  dari  setiap 
customer  segment.  Cara  untuk  memperoleh  revenue  stream  adalah  sebagai
berikut :  
1.  Asset sale, ini adalah revenue streams yang diperoleh dari menjual hak 
kepemilikan ke suatu produk fisik. 
2.  Usage  fee adalah revenue  stream  yang  diperoleh  karena  penggunaan 
suatu jasa. 
3.  Subscription  fee  adalah  revenue  streams  yang  diperoleh  dari 
pemakaian suatu akses secara terus menerus dari sebuah jasa maupun 
layanan tertentu. 
4.  Landing/renting/leasing  adalah  revenue  streams  yang  diperoleh 
dengan  memberi  hak  khusus  yang  sifatnya  sementara  kepada 
  
23 
seseorang  untuk  menggunakan  sesuatu  dengan  jangka  waktu  yang 
telah ditentukan. 
5.  Licensing  adalah  revenue  streams  yang  diperoleh  dengan  memberi 
izin kepada pelanggan atau pihak ketiga untuk menggunakan property 
intelektual yang di lindungi. 
6.  Advertising adalah revenue streams dari hasil iklan akan suatu barang 
atau jasa. 
6.  Key Resources
Key  Resources  menggambarkan  asset  terpenting  yang  diperlukan
untuk  membuat  bisnis  model.  Sumber  daya  ini  memungkinkan  perusahaan 
untuk  membuat  dan  menawarkan  sebuah  value  proposition,  menjangkau 
market,  memelihara  hubungan  pelanggan  dan  menerima  pemasukan
(Osterwalder  & Pigneur, 2010). Kategori key resources  terdiri dari physical, 
intellectual, human, financial. (Osterwalder & Pigneur, 2010)
7.  Key Activities
Key activities merupakan hal yang harus dimiliki semua bisnis model.
Seperti  pada  key  resources,  key  activity  dibutuhkan  untuk  membuat  dan 
menawarkan  nilai,menjangkau  pasar,  memelihara  hubungan  dengan 
pelanggan  dan  mendapatkan  pemasukan.  (Osterwalder  &  Pigneur,  2010). 
Menurut  Osterwalder  &  Pigneur  (2010) key  activity  terbagi  dalam  beberapa 
kategori : 
  
24 
1.  Produksi,  yang  terkait  dengan  kegiatan  desain,  membuat  dan 
memberikan produk dalam jumlah besar dengan kualitas baik. 
2.  Pemecahan masalah yang berkaitan dengan memberi suatu solusi atau 
jawaban  baru  akan  suatu  masalah  yang  dialami  pelanggan  secara 
individu 
3.  Jaringan  yang  merupakan  sumber  daya  inti  dari  suatu  bisnis  model 
yang didominasi  oleh  platform sebagai aktifitas intinya. Aktifitas  inti 
dari  kategori  ini  berkaitan  dengan  manajemen  platform,  service 
provisioning dan platform promotion.
8.  Partner Network
Partnership atau aliansi digunakan perusahaan untuk mengoptimalkan
bisnis  model  mereka,  mengurangi  resiko  atau  mendapatkan  sumber  daya 
tertentu  (Osterwalder  &  Pigneur,  2010).  Tipe  Partnership  menurut 
Osterwalder & Pigneur (2010). 
1.  Aliansi strategis antara perusahaan bukan saingan. 
2.  Koopetisi  yang merupakan aliansi  strategis  antara perusahaan dengan 
perusahaan competitor. 
3.  Joint Venture untuk menghasilkan bisnis baru. 
4.  Buyer-Suppliers  relationship    untuk  memastikan  sumber  daya  dari 
pemasok yang terpercaya. 
  
25 
9.  Cost Structure
Menurut  Osterwalder  &  Pigneur  (2010),  cost  structure  merupakan 
semua  biaya yang muncul  untuk mengoperasikan suatu bisnis model. Dapat 
diklasifikasikan menjadi cost driven  dan  value driven.  
Cost  driven  berfokus  pada  cost  yang  diminimalisasi  jika  memungkinkan.
Value  driven    berfokus  pada  nilai  yang  diberikan  dengan  ciri premium  dan
pelayanan  yang  lebih  mewah. Menurut  Osterwalder  & Pigneur  (2010),  Ciri 
dari cost structure adalah berikut :  
1.  Fixed  cost  yang  merupakan  biaya  yang  tidak  mengalami  perubahan
walaupun ada perubahan dalam volume barang dan jasa 
2.  Variable  cost  adalah  biaya  yang  variatif  dan  proporsional  dengan
volume barang atau jasa yang dihasilkan. 
3.  Economies of Scale  adalah keuntungan yang diperoleh akibat adanya
peningkatan kapasitas produksi atau output. 
4.  Economies of scope adalah keuntungan yang diperoleh karena lingkup
operasi perusahaan yang lebih besar.  
2.2.  Model Porter Five Force
Menurut  Kotler   &  Keller  (2012),  Michael  porter  telah 
mengidentifikasikan lima  kekuatan  utama  yang  mampu  untuk  mengarahkan 
  
26 
perusahaan untuk menganalisa lingkungan yang kompetitif yang berpengaruh 
terhadap pemasaran suatu produk. Berikut ini adalah lima analisis Porter : 
1.  Ancaman  Produk  atau  Jasa  pengganti  (Threat  Of  Subtitute  Product  and 
Services),  dimana  cara  mudah  masuknya  produk  atau  jasa  yang  dapat
menjadi alternatif dari  produk atau jasa  yang sudah ada,  khususnya  yang 
dibuat dengan biaya lebih murah.  
2.  Persaingan  di  antara  pemain  yang  sudah  ada  ( Rivalry  Among    Existing 
Firms),  merupakan  analisis  mengenai  pesaing  yang  sudah  ada,  apakah
dominan atau sama rata. 
3.  Masuknya  Kompetitor  ( The  Threat  of  New  Entrants),  dimana  di  dalam 
analisis  ini  melihat  bagaimana  Cara  yang  mudah  atau  sulit  untuk 
kompetitor baru untuk mulai bersaing industri yang sudah ada.  
4.  Daya  tawar  dari supplier  (The Bargaining  Power  Of  Suppliers),  dimana 
analisis ini melihat bagaimana kuatnya posisi penjual. Apakah ada banyak 
supplier atau hanya beberapa supplier saja, bisa jadi mereka memonopoli 
supply barang.  
5.  Daya  tawar  dari  pembeli   (Bargaining    Power    of    Customers), 
dimana  analisis  ini  Bagaimana  kuatnya  posisi  pembeli.  Pembeli 
mempunyai  kekuatan  untuk  menentukan  kemana  dia  akan  melakukan 
transaksi . 
 
 
  
27 
2.3.  SWOT Analysis
Menurut  Strauss  dan  Frost  (2012),  analisis  SWOT  bergerak  dari 
analisis  situasi  yang  menguji  kekuatan  internal  perusahaan  dan  kelemahan 
yang  berhubungan  dengan  lingkungan,  kompetisi,  peluang,  dan  ancaman 
eksternal. 
Menurut  Thompson  (2014),  analisis  SWOT  adalah  sebuah 
perlengkapan  yang  sederhana  tetapi  efektif  untuk  mengukur  kekuatan  dan 
kelemahan suatu perusahaan serta melihan peluang dan ancaman yang ada di 
pasar bagi produk tersebut di masa depan. 
Sedangkan menurut Whelen dan Hunger (2012), analisis SWOT tidak 
hanya  berguna  untuk melihat  kekuatan dan  kelemahan dari perusahaan akan 
sumber  daya  yang  dimiliki  perusahaan  akan  tetapi  juga  kemampuan 
perusahaan  untuk  mengenali  peluang  dalam  bisnis  tersebut  serta  tantangan 
yang akan ia hadapi. 
Berikut ini adalah penjelasan dari SWOT : 
1.  Strenghts(  Kekuatan )  :  Beberapa f actor  yang  menjadi kekuatan dari 
model  bisnis  Infused  Water  ini  adalah  mengandung  buah  lokal, 
kemasan  yang  menarik,  mencukupkan  kebutuhan  vitamin,  tidak 
menggunakan pengawet kimia, harga yang rasional. 
  
28 
2.  Weakness (Kelemahan) : Bisnis ini tentunya memiliki kelemahan juga 
terutama karena buah tidak dapat bertahan terlalu lama, mudah untuk 
ditiru, distribusi yang terbatas, serta harus disajikan dingin. 
3.  Oppurtunities (Peluang) 
Peluang  yang  dimiliki  dari  bisnis  Infused  Water  ini  ada  karena 
menjamurnya  tren  masyarakat  Jakarta  yang  semakin  sadar  akan 
kesehatan mereka, kebutuhan akan minuman yang menyegarkan tetapi 
juga  sehat,  menumbuhkan  potensi  petani  lokal  serta  menjadi  pilihan 
tambahan bagi masyarakat. 
4.  Threats(Ancaman) 
Dalam  bisnis  ini,  ada  berbagai  ancaman  yang  mungkin  menjadi 
penghambat.  Diantaranya,  Kompetitor  lain,  minuman  kesehatan  lain 
yang  sudah  lebih  dahulu  ada,  munculnya  produk  minuman  sejenis, 
kestabilan  ekonomi  Indonesia  yang  secara  langsung  mempengaruhi 
harga bahan baku itu sendiri. 
Menurut Kotler & Keller (2012),  analisis SWOT ini terbagi  atas  dua 
bagian  yaitu  External  Environment(  Opportunity  and  Threat  analysis)  serta  
Internal Environment (Strength and Weakness analysis).
External  Environment,  dalam  unit  bisnis, 
penting  untuk  memiliki
marketing intelligence system yang melacak trend dan pengembangan penting
suatu  produk  beserta  kesempatan  dan  hambatan  yang  ada.Hambatan 
lingkungan  atau  environmental  threat  adalah  suatu  tantangan  yang  terjadi 
  
29 
karena  tidak  memiliki  aksi  marketing  yang  defensive  yang  berpengaruh 
terhadap penurunan penjualan maupun keuntungan. 
Internal  Environment,  adalah  penting  untuk  menemukan  suatu
kesempatan  yang  menarik  dan  menjadikannya  keuntungan  bagi 
perusahaan.Setiap  bisnis  harus  mengevaluasi  secara  internal  kekuatan  dan 
kelemahan mereka. 
2.3.1. Sintesis Faktor Internal dan Eksternal
Menurut  Wheelen  dan  Hunger  (2012)  ,  dalam  bukunya,  walaupun 
analisis SWOT sering digunakan oleh berbagai perusahaan untuk menemukan 
formula  strategi  yang  tepat  bagi  perusahaan  tersebut,  tetapi  ada  beberapa 
kekurangan analisis ini , seperti : 
1.  Analisis  SWOT  menghasilkan  daftar  yang  panjang  mengenai 
kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman. 
2.  Analisis  SWOT  juga  tidak  menggunakan  nilai  bobot  untuk 
menentukan  prioritas  dari  daftar  tersebut  yang  diambil  dari  masing-
masing factor yang dianalisis. 
3.  Analisis  SWOT  seringkali  menggunakan  kalimat  yang  mengandung 
arti membingungkan atau ambigu. 
4.  Faktor  yang sama  terkadang  dapat digunakan  di  dalam dua kategori, 
misalnya  kekuatan  dapat  juga  dianggap  sebagai  kelemahan  bagi 
perusahaan 
  
30 
5.  Tidak adanya  kewajiban  untuk  melakukan  verifikasi  atas suatu opini 
dengan data atau analisis. 
6.  Analisis SWOT hanya menggunakan analisis tunggal. 
7.  Hasil  analisis  SWOT  seringkali  tidak  memiliki  keterkaitan  logis 
dengan implementasi strategis. 
  
Gambar 2.2 Tabel IFAS & EFAS
Sumber :  Wheelen & Hunger, 2012
Setelah ahli strategi perusahaan melakukan analisis perusahaan dalam 
lingkup  internal  dan  mengidentifikasi  faktor-faktornya,  maka  mereka  akan 
menyimpulkan analisisnya  dalam  suatu  format tabel IFAS  (  Internal Factor 
Analysis  Summary)  dan  EFAS  (External  Factor  Analysis  Summary)   yang
dikembangkan  oleh  Wheelen  dan  Hunger(2012)  untuk  menentukan  arah 
strategi mereka dengan menggunakan Matriks TOWS (2012). Dalam Matriks 
TOWS  menurut  Wheelen  dan  Hunger  (2012),  penentuan  IFAS  dan  EFAS 
  
31 
strategi  dibagi  dalam  kolom  berisi  weight,  rating,  weighted  score  dan 
comments. Berikut tata cara menyusun tabel EFAS :
1.  Kolom 1 faktor eksternal (External Factor) diisi oleh delapan hingga 
sepuluh  hal  paling  penting  yang  berhubungan  dengan  peluang 
(oppurtunities) dan hambatan (threats) yang dihadapi perusahaan. 
2.  Kolom  2  berisi  bobot  (weight)  ,  tentukan  weight  setiap  faktor  dari 
1.0(paling  penting)  hingga  0.0(Tidak  terlalu  penting)  berdasarkan
faktor dan dampaknya bagi strategi perusahaan saat ini. Semua bobot 
(weight) saat dijumlahkan harus memiliki nilai 1.0. 
3.  Kolom 3 Rating, menentukan rating setiap faktor dari 5.0 (sangat baik) 
hingga  1.0  (tidak  baik)  berdasarkan  respon  spesifik  manajemen 
terhadap  beberapa  faktor  tersebut.  Setiap  rating  dinilai  berdasarkan 
seberapa  baik  manajemen  perusahaan  saat  ini  dalam  menghadapi 
setiap faktor internal secara spesifik. 
4.  Kolom 4 bobot nilai (weighted score), menjumlahkan bobot di kolom 
2  untuk  setiap f aktor  dan  dikalikan  dengan  rating  di  kolom  3 untuk 
mendapatkan bobot nilai (weighted score) faktor tersebut. 
5.  Kolom 5 comment, merupakan catatan mengapa faktor tersebut dipilih 
dan atau bagaimana bobot dan rating diperkirakan. 
  
32 
6.  Terakhir,  jumlahkan  weighted  score  untuk  selur uh  faktor  internal  di 
kolom  4  untuk  menentukan  total  weighted  score  untuk  perusahaan 
tersebut.  Total  weighted  score  mengindikasikan  seberapa  baik 
perusahaan  tersebut  merespon  terhadap  saat  ini  dan  faktor  yang 
diharapkan  dalam  lingkungan  internalnya.  Nilai  ini  juga  dapat 
digunakan  untuk  membandingkan  antara  satu  perusahaan  dengan 
perusahaan lain dalam satu industri. 
  
Gambar 2.3 Contoh Gambar Tabel EFAS
Sumber : Wheelan & Hunger (2012)
Sedangkan  untuk  IFAS  tidak  terlalu  berbeda  cara  penyusunannya. 
Berikut tata cara penyusunan tabel IFAS :  
  
33 
1.  Dalam kolom 1 (Internal Faktor), berisi daftar delapan hingga sepuluh 
hal paling penting yang berhubungan dengan kekuatan (strength) dan 
kelemahan (weakness) perusahaan. 
2.  Kolom  2  berisi  bobot  (weight)  ,  tentukan  weight  setiap  faktor  dari 
1.0(paling  penting)  hingga  0.0(Tidak  terlalu  penting)  berdasarkan
faktor dan dampaknya bagi strategi perusahaan saat ini. Semua bobot 
(weight) saat dijumlahkan harus memiliki nilai 1.0. 
3.  Kolom 3 Rating, menentukan rating setiap faktor dari 5.0 (sangat baik) 
hingga  1.0  (tidak  baik)  berdasarkan  respon  spesifik  manajemen 
terhadap  beberapa  faktor  tersebut.  Setiap  rating  dinilai  berdasarkan 
seberapa  baik  manajemen  perusahaan  saat  ini  dalam  menghadapi 
setiap faktor internal secara spesifik. 
4.  Kolom 4 bobot nilai (weighted score), menjumlahkan bobot di kolom 
2  untuk  setiap f aktor  dan  dikalikan  dengan  rating  di  kolom  3 untuk 
mendapatkan bobot nilai (weighted score) faktor tersebut. 
5.  Kolom 5 comment, merupakan catatan mengapa faktor tersebut dipilih 
dan atau bagaimana bobot dan rating diperkirakan. 
6.  Terakhir,  jumlahkan  weighted  score  untuk  selur uh faktor  internal  di 
kolom  4  untuk  menentukan  total  weighted  score  untuk  perusahaan 
tersebut.  Total  weighted  score  mengindikasikan  seberapa  baik 
perusahaan  tersebut  merespon  terhadap  saat  ini  dan  faktor  yang 
  
34 
diharapkan  dalam  lingkungan  internalnya.  Nilai  ini  juga  dapat 
digunakan  untuk  membandingkan  antara  satu  perusahaan  dengan 
perusahaan lain dalam satu industri. 
  
Gambar 2.4 Contoh Gambar Tabel Ifas
Sumber :  Wheelen & Hunger (2012)
Menggunakan table IFAS dan EFAS yang sudah disajikan di atas 
maka dapat dibuat suatu alternative strategi dengan menggunakan Matriks 
TOWS. 
  
35 
  
Gambar 2.5 Contoh Matriks Tows
Sumber : Wheelen & Hunger (2012)
Dari tabel di atas terlihat bahwa perusahaan memiliki beberapa pilihan 
strategi  untuk  digunakan,  tentunya  dengan  memilih  dan  menyaring  lebih 
dahulu strategi mana yang paling sesuai bagi perusahaan untuk diterapkan. 
2.4.  Segmentation, Targeting and Positioning
Menurut  Bygrave  dan  Andrew  (2014),  segmentation 
dan  targeting 
adalah  proses  yang  digunakan  penjual  untuk  mengidentifikasi  konsumen 
  
36 
untuk  produk  atau  jasanya.  Sementara  segmentation  dan  targeting 
menggambarkan  konsumen  yang  diinginkan  oleh  penjual,  positioning 
berhubungan  dengan  pesaing  dan  persepsi  konsumen  terhadap  produk  atau 
jasa yang ditawarkan oleh penjual. 
 
a)  Segmentation
Segment  adalah  kelompok  dari  konsumen  yang  didefinisikan
berdasarkan karakteristik : 
  Demografi, termasuk umur,  pendidikan, jenis kelamin dan 
pendapatan 
  Psikologis,  seperti  orang  yang  aktif,  individual,  dan 
pengambil resiko 
  Tingkah  laku,  merupakan  sifat  konsumen  seperti  loyal 
terhadap  sebuah  merek  dan  suka  menggunakan  produk 
baru. 
b)  Targeting
Targeting  membandingkan  segementasi  dan  setelahnya  memilih
yang  paling  menarik.  Mendefinisikan  target  pasar  adalah  penting 
karena  akan  memandu  strategi  pemilihan  konsumen  penjual. 
Ketertarikan  dari  sebuah  segment  tergantung  pada  ukuran,  tingkat 
pertumbuhan, dan potensi keuntungan. 
 
  
37 
c)  Positioning
Positioning  menggambarkan  penawaran sebuah  produk relatif
terhadap atirbut produk yang sangat dipedulikan konsumen. Beberapa 
atribut tersebut adalah kualitas, harga dan kenyamanan.  
 
2.5  Co – Creation
Menurut  Kotler  (2010, p.  35), co-creation  adalah  istilah  yang 
diajukan  oleh  C.K.  Prahalad  untuk  menjelaskan  pendekatan  baru 
dalam inovasi. Pralahad dan Krishnan dalam bukunya, The New Age 
of  Innovation  mengamati  cara  baru  dalam  menciptakan  produk  dan 
pengalaman melalui  kolaborasi  perusahaan, konsumen, pemasok  dan 
mitra distribusi, yang saling terhubung dalam sebuah jaringan inovasi. 
Ada tiga proses kunci dalam co-creation menurut Kotler : 
Perusahaan  harus  menciptakan  apa  yang  disebut  sebagai 
sebuah  “platform”  ,  yaitu  sebuah  produk  generic  yang  dapat 
disesuaikan lagi. 
Membiarkan  konsumen  individual  di  dalam  jaringan 
menyesuaikan platform agar sesuai dengan identitas unik mereka. 
Meminta  umpan  balik  konsumen  dan  memperkaya  platform 
dengan  memadukan  semua  usaha  penyesuaian  yang  dilakukan  oleh 
jaringan konsumen. 
  
38 
2.6.  PESTEL ANALYSIS
Lingkungan makro mencakup keadaan lingkungan yang luas di mana 
sebuah  industri  perusahaan  berada.  Menurut  Thompson,  Strickland,  dan 
Gamble  (2014),  analisis  PESTEL  sangat  fokus  terhadap  enam  komponen 
utama  yang  strategis  dalam  lingkungan  makro,  yaitu  Political,  Economic, 
Social,  Technological,  Environmental,  dan  Legal.    Setiap  komponen  dapat
mempengaruhi  keberlangsungan  pada  bisnis  sebuah  perusahaan.  Selain  itu, 
analisis ini juga dapat digunakan untuk membuat strategi jangka panjang dan 
bisnis model.  
  
Gambar 2.6 The Components of a Company’s Macro-Environmental
Sumber:  Thompson, Peteraf, Gamble, & Strickland (2014)
  
39 
Berikut penjelasan mengenai PESTEL : 
  Politik 
Faktor ini berisi kebijakan dan proses politik, termasuk sejauh apa 
pemerintah  ikut  camput  dalam  bidang  ekonomi,  kebijakan  pajak, 
kebijakan  fiskal,  tarif,  iklim  politik  dan  kekuatan  dari  lembaga  seperti 
sistem perbankan. 
  Ekonomi 
Kondisi ekonomi berisikan iklim ekonomi secara umum dan faktor 
spesifik seperti suku bunga, nilai tukar, inflasi dan pertumbuhan ekonomi 
serta  defisit atau  surplus  perdagangan dan pendapatan per  kapita. Faktor 
ekonomi  juga  termasuk  kondisi  pasar  saham dan  obligasi  dimana  dapat 
mempengaruhi  kepercayaan  konsumen  dan  pendapatan  tambahan. 
Beberapa  industri  seperti  konstruksi  rentan  dengan  penurunan  ekonomi, 
dan  industri  ritel  akan  untung  ketika  ekonomi  sedang  lemah  karena 
konsumen menjadi lebih tertarik dengan produk yang harganya murah. 
  Sosial 
Kekuatan  sosial  berisikan  nilai,  sikap,  buadaya  dan  gaya  hidup 
masyarakat  dimana  dapat  mempengaruhi  bisnis,  serta  faktor  demografi 
seperti  jumlah  populasi,  tingkat  pertumbuhan  dan  pembagian  umur. 
Kekuatan sosial bervariasi karena perubahan sepanjang waktu  dan faktor 
lokal.  Salah  satu  contohnya  adalah  tren  hidup  sehat  yang  mampu 
meningkatkan  penjualan  alat  olahraga  dan  tempat  fitnes.  Populasi 
  
40 
demografi  juga  dapat  mempengaruhi  industri  seperti  kesehatan  dimana 
biaya  dan  kebutuhan  layanan  bervariasi  berdasarkan  faktor  demografi 
seperti umur dan pembagian pendapatan. 
  Teknologi 
Faktor  teknologi  berisikan  kecepatan  dari  perubahan  teknologi, 
dan  perkembangan  teknis  dimana  telah  memiliki  potensi  untuk  berefek 
secara  luas  dalam  masyarakat  seperti  rekayasa  genetika  dan 
nanoteknologi. Hal ini termasuk lembaga yang terlibat dalam membentuk 
pengetahuan  baru  dan  pengawasan  penggunaan  teknologi  seperti 
persetujuan  R&D,  hukum  paten  dan  copyright,  dan  pengawasan 
pemerintah  terhadap  internet.  Perubahan  teknologi  mampu  mendorong 
lahirnya industri baru seperti perusahaan yang berdasarkan nanoteknologi 
dan merusak yang lainnya seperti industri rekaman. 
  Lingkungan 
Faktor  ini  termasuk  ekologi  dan  kekuatan  lingkungan  seperti 
cuaca,  iklim,  perubahan iklim dan kekeringan.  Faktor  ini mampu  secara 
langsung  mempengaruhi  industri  seperti  asuransi,  pertanian,  produksi 
energi  dan  turis.  Hal  ini  mungkin  tidak  mempengaruhi  secara  langsung 
tetapi  memberikan  efek 
berkelanjutan  dalam  industri  lain  seperti 
transportasi. 
  
41 
   Hukum dan Regulasi 
Faktor ini termasuk regulasi dan hukum dimana perusahaan harus 
mematuhinya seperti aturan untuk konsumen, buruh, label dan keamanan 
dan  kesehatan  kerja.  Upah  minimum  regional  adalah  salah  satu  aturan 
yang harus dipatuhi oleh industri di sebuah wilayah untuk memberi upah 
yang layak kepada karyawannya. 
2.7.  Marketing Mix
Menurut  Bygrave  dan  Andrew  (2014),  marketing  mix  atau  4P  yang 
merupakan  singkatan  dari  product,  price,  place  dan  promotion  adalah 
sekumpulan  alat  yang  digunakan  untuk  meraih  tujuan  marketing  yaitu 
mendapatkan dan mempertahankan konsumen. 
a)  Product
Produk tidak hanya berbentuk barang namun juga jasa. Produk 
dapat dibagi menjadi dua yaitu, core product dan augmented product. 
Core  product  adalah  produk  atau  jasa  yang  mendasar/utama
sedangkan  augmented  product  adalah  sekumpulan  atribut  yang 
berhubungan dengan  core product.  Dalam strategi produk, kekuatan 
dari  value  proposition  yang  ditawarkan  ke  konsumen harus  menjadi 
perhatian utama dan pastikan produk tersebut differentiated. 
 
  
42 
b)  Price
Penjual dikenakan berbagai biaya dalam memulai usaha. Biaya 
tersebut dibagi  menjadi  dua  yaitu  fixed  cost  yang tidak  dapat diubah 
(fasilitas   dan peralatan)  dan variable  cost  yang dapat diubah (bahan 
baku).  
  
Gambar 2.7 Pricing decision for entrepreneur
Sumber: Bygrave dan Andrew (2014)
Harga dari sebuah produk harus lebih tinggi dari variable cost 
(A)  untuk  mendapat  keuntungan.  Penjual  tidak  hanya  mendapatkan 
kembali  fixed  cost  ( B)  dan  variable  cost  (A)  tetapi  membuat 
keuntungan yang wajar (C). Banyak penjual menggunakan cost-based-
method, menaikkan harga sebuah produk berdasarkan biaya ditambah
margin  keuntungan  yang  diinginkan  (C).  Ada  alternatif  lain  yaitu 
perceived  value  pricing  (D),  sangat  layak  digunakan  untuk  produk
yang baru atau inovatif dengan memberikan harga yang tinggi. 
 
 
  
43 
c)  Place
Lokasi  memiliki  tantangan  tersendiri  karena  berhubungan 
dengan  saluran  distribusi. Distribusi yang  efektif  adalah  tersedia dan 
mudah  diakses  oleh  konsumen.  Cakupan  saluran  distribusi  dapat 
dibagi menjadi tiga yaitu : 
   Intensive 
Biasa  digunakan  untuk  produk  barang  konsumsi  dan  produk 
yang  produksinya  cepat  seperti  minuman  ringan,  produk  ini 
dijual di supermarket, toko obat, restoran, acara olahraga, dan 
outlet.
   Selective 
Digunakan  untuk  menjual  produk  kepada  distributor  yang 
khusus, sering kali membatasi  pilihan secara geografis dengan 
menerapkan jaringan agen seperti motor dan mobil. 
   Exclusive 
Sering  kali  digunakan  untuk  produk  barang  mewah  dan 
menyasar segmen berpendapatan menengah ke atas. 
 
d)  Promotion
Promotion  menyampaikan  pesan  kepada pasar,  mengenai  produk
dan  jasa  serta  tentang  perusahaan.  Promotion  dibagi  menjadi  lima 
elemen seperti : 
  
44 
  
Gambar 2.8 Marketing Communications
Sumber: Bygrave dan Andrew (2014)
2.8. 
Five Generic Competitive Strategies
Menurut  Thompson,  Strickland,  dan  Gamble  (2014),  strategi  ini 
digunakan  untuk  menyenangkan  konsumen,  memperkuat  posisi  pasar, 
menyerang  balik  manuver  dari  rival,  menanggapi  perubahan  kondisi  pasar, 
dan mencapai berbagai keuntungan. Berikut contoh diagram dari five generic 
competitive strategies.
 
  
45 
  
Gambar 2.9 Diagram Five Generic Competitive Strategies
Sumber:  Thompson, Peteraf, Gamble, & Strickland (2014)
a.  A low-cost provider strategy
Berjuang  untuk  mencapai  biaya  yang  rendah  daripada  rival 
dalam  produk  yang  sebanding  dimana  dapat  menarik  konsumen 
yang luas. 
b.  A broad differentiation strategy
Mencari    untuk  menawarkan  produk  yang  berbeda  dari  rival 
dengan  atribut  yang  unggul sehingga  mampu menarik  konsumen 
yang luas. 
c.  A focused low-cost strategy
Fokus  pada  market  niche  dan  mengunguli  rival  dalam  hal 
biaya,  sehingga  mampu  melayani  niche  members  di  harga  yang 
rendah.  
  
46 
  
d.  A focused differentiation strategy
Fokus  pada  market  niche  dan  mengunguli  rival  dengan 
menawarkan  produk  yang  memiliki  rasa  yang  spesifik  dan 
keperluan  dari  niche  members  lebih  baik  dari  produk  yang 
ditawarkan rival. 
e.  A best-cost provider strategy
Memberikan  konsumen  nilai  lebih  untuk  uangnya  dengan 
memuaskan  harapan  pembeli  dalam  hal  kualitas,  fitur,  performa, 
dan  layanan  sementara  membanting  harga  yang  diharapkan 
mereka. Strategi ini adalah kombinasi dari differentiation dan low-
cost strategy.
 
 
2.9.  Analisis Value Chain
Menurut    Thompson,  Peteraf,  Gamble,  &  Strickland  (2014),  setiap 
bisnis perusahaan terdiri dari kumpulan aktifitas seperti produksi, pengiriman 
dan pelayanan dari sebuah  produk atau jasa. Dari  semua  jenis  aktifitas  yang 
dilakukan  perusahaan  tersebut  dikombinasikan  untuk  membentuk  sebuah 
value chain. Disebut value  chain karena pokok inti dari aktifitas perusahaan
adalah  melakukan  hal-hal  yang  akhirnya  untuk  menciptakan  value  untuk 
  
47 
konsumen.  Dengan  adanya  value chain,  diharapkan perusahaan  dapat  fokus 
pada  value  yang  menjadi  alat  untuk  menguji  bagaimana  sebuah  perusahaan 
menyampaikan value propositionnya. 
  
Gambar 2.10 Alur Value Chain
Sumber : Thompson, Peteraf, Gamble, & Strickland ( 2014)
Dari  gambar  di  atas,  value  chain  sebuah  perusahaan  dibagi  menjadi 
dua  kategori  aktifitas  yaitu  :  primary  activities  yang  merupakan  bagian 
penting  dalam  menciptakan  value  untuk  konsumen  dan  yang  diperlukan 
support  activities yang  memfasilitasi dan meningkatkan kinerja dari primary
activities.
Primary activities :
  Supply  Chain  Management  -  Aktifitas,  biaya,  dan  aset  terkait  dengan 
pembelian  bahan  bakar,  energi,  bahan  baku,  komponen,  dan  barang 
  
48 
konsumsi  dari  vendor;  Menerima,  menyimpan,  dan  menyebarkan  input 
dari supllier; pemeriksaan dan manajemen inventory. 
  Operations  -  Aktifitas,  biaya,  dan  aset  terkait  dengan  mengubah  input 
menjadi  bentuk  produk  akhir  (produksi,  perakitan,  pengemasan, 
pemeliharaan  perlengkapan,  fasilitas,  operasi,  jaminan  kualitas,  dan 
perlindungan lingkungan). 
  Distribution  -  Aktifitas,  biaya,  dan  aset  berurusan  dengan  secara  fisik 
mendistribusikan  produk ke  konsumen (gudang  produk jadi, pengiriman, 
operasi  kendaraan  pengiriman,  membangun  dan  memelihara  sebuah 
jaringan dari dealer dan distributor). 
  Sales dan Marketing -  Aktifitas, biaya, dan  aset  terkait  dalam penjualan, 
iklan dan promosi, riset dan perencanaan pasar. 
  Service  -  Aktifitas, biaya,  dan  aset terkait  dengan menyediakan  bantuan 
untuk  konsumen  seperti  instalasi,  pengiriman  komponen,  pemeliharaan 
dan perbaikan, bantuan teknis dan komplain. 
 
Support activities :
  Product  R&D,  Technology, dan Systems  Development  - Aktifitas,  biaya, 
dan  aset  terkait  pada  produk  R&D,  proses  R&D,  mendesain  proses 
peningkatan,  desain  per lengkapan,  pengembangan  perlengkapan  lunak 
komputer, sistem komunikasi dan kemampuan database. 
  
49 
   Human Resources Management - Aktifitas, biaya, dan aset terkait dengan 
rekrutmen, pelatihan, pengembangan dan kompensasi. 
  General  Administration  -  Aktifitas,  biaya,  dan  aset  terkait  pada 
manajemen  umum,  accounting  dan  finance,  hukum  &  regulasi,  dan 
keselamatan & keamanan. 
2.10.  Financial Theory
2.10.1  Break Even Analysis
Menurut  Titman,  Keown  dan  Martin  (  2010),  Break  even 
analysis digunakan untuk menentukan seberapa banyak produksi atau
penjualan  yang  perusahaan  harus  capai  untuk  menghindari  potensi 
kehilangan  uang,  atau  dengan  kata  lain  balik  modal.  Melakukan 
penghitungan  untuk  break  even  analysis,  kita  perlu  untuk  membagi 
biaya produksi  ke  dalam  dua  kompenen  :  Fixed  Costs  dan  Variable 
Costs. 
 
  
50 
2.10.2  Break-Even Point (BEP) 
Menurut Titman, Keown dan Martin ( 2010), Break Even Point 
adalah  tingkatan  penjualan  atau  pengeluaran  yang  diperlukan  untuk 
menutupi variable dan total fixed costs, dimana total fixed costs setara 
dengan cash fixed costs ditambah depreciation, sehingga net operating 
income setara dengan 0 :
Net Operating Income (NOI) = Total Revenues - Total Costs = 0
atau 
Net Operating Income (NOI) = Total Revenues - (Total Variable Costs +
Total Fixed Costs) = 0
2.10.3  Net Present Value (NPV)
Menurut  Titman,  Keown  dan  Martin  (  2010),  Net  present 
value merupakan perbedaan antara present value dari cash inflows dan
cash  outflows.  Jika  NPV  lebih  besar  dari  nol,  proyeksi  akan
menambah  nilai  dan  seharusnya  diterima.  Namun,  bila  NPV  adalah 
negatif, proyeksi  seharusnya ditolak.  Jika NPV tepat  berada  di angka 
nol  (sangat  jarang  terjadi),  proyeksi  ini  tidak  menambah  atau 
mengurangi nilai yang sudah ada. Berikut rumusnya : 
  
51 
2.10.4  Internal Rate of Return (IRR)
Menurut Titman, Keown dan Martin ( 2010),  Internal Rate of 
Return  adalah  discount  rate  yang  memiliki  hasil  NPV  nol  pada
proyeksi.  Proyeksi  diterima  jika  nilai  IRR  lebih  besar  daripada 
required  rate  of  return  atau  discount  rate  yang  digunakan  untuk
menghitung net present value proyeksi tersebut. Berikut rumusnya : 
 
   
2.10.5  Payback Period
Menurut Titman, Keown dan Martin ( 2010),  Payback Period 
untuk  sebuah  peluang  investasi  adalah  berapa  lama  waktu  yang 
dibutuhkan untuk mengembalikan kembali pengeluaran investasi. 
  
52 
2.11.  Infused Water
2.11.1  Definisi Infused Water
Menurut Akhmad (2014) , Infused Water atau Spa Water adalah 
air  putih  yang  diberikan  irisan  buah  dan  atau  sayuran  segar  di 
dalamnya.  Dengan  proses  yang  demikian  maka  sari-sari  dari  buah 
yang  direndam  dalam  air  putih  akan  keluar  dan  akan  memberikan 
berbagai manfaat bagi yang  meminum air  putih  tersebut.  Aroma dari 
buah  yang direndam dalam air putih  akan  membuat  rasa  air  tersebut 
berbeda  dari  biasanya  karena  memberikan  efek  kesegaran  yang 
berbeda. 
Banyak  jenis  buah  yang  digunakan  dalam  infused  water, 
walaupun  tidak  semua  buah  bisa  digunakan.  Beberapa  jenis  yang 
sering  digunakan  adalah  lemon,  jeruk,  stroberi,  apel  dan  belimbing. 
Selain  buah,  menurut Febr y  (2014),  herbal  dan  rempah  seperti daun 
mint dan jahe juga bisa digunakan untuk infused water. Selain aroma 
buah, rempah dan herbal yang menyatu dengan air putih tentunya akan 
mengeluarkan khasiat sesuai  dengan  kandungannya  yang  baik untuk 
kesehatan dan kebugaran tubuh. 
Dalam  pembuatannya,  infused  water  biasanya  akan 
dimasukkan  ke  dalam  kulkas  selama  minimal  30  menit,  tergantung 
  
53 
dari  jenis buah,  herbal dan rempah  yang  dipakai.  Infused  water  juga 
dapat ditambah dengan pemanis seperti gula atau madu dengan syarat 
tidak  lebih  dari  25  gram  atau  sekitar  2½  sdm  (Puspanigtyas  dan 
Yunita,  2014).  Infused  water  dapat diisi  ulang  hingga  pemakaian  24 
jam dan  bisa tahan  dari  3 hingga 5 hari tergantung dari buah,  herbal 
dan  rempah  yang  digunakan.  Potongan  buah  infused  water  dapat 
dimakan dengan catatan kondisinya masih dalam kondisi baik karena 
tubuh memerlukan serat dari buah. Infused water memiliki kalori yang 
rendah  dan tidak  terbuat  dari  bahan  buatan, sehingga dapat diminum 
sebanyak yang diinginkan. 
2.11.2  Manfaat Infused Water
Infused water memiliki banyak sekali manfaat baik bagi tubuh 
peminumnya  karena  berbagai  kandungan  buah  di  dalamnya.  Berikut 
ini  adalah  beberapa  manfaat  yang  didapatkan  dari  mengkonsumsi 
infused water (Akhmad, 2014):
   Menurunkan berat badan 
   Meningkatkan metabolisme tubuh 
   Membantu kerja ginjal dengan baik 
   Membantuk sel-sel pembebasan lemak tubuh 
   Membuang racun dalam sistem tubuh (detoksifikasi) 
  
54 
    Mengurangi kelelahan otot saat bekerja keluar 
   Membantu dalam memulihkan diri lebih cepat 
   Mendapat asupan nutrisi, vitamin, dan mineral