BAB II LANDASAN
TEORI
2.1 Pasar Modal dan Saham
Pasar modal sebagai salah satu jalur untuk permodalan perusahaan dalam
membiayai proyek dan assetnya, sehingga dapat pula menjadi indikasi awal dalam
pertumbuhan perekonomian. Pasar Modal dapat dijumpai di banyak negara karena
pasar
modal
menjalankan
salah
satu
fungsi
perekonomian. 
Dalam melaksanakan
fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk menyalurkan dana dari
investor kepada perusahaan yang terdaftar di pasar modal.  
Dari sisi investor
mengharapkan akan
memperoleh return dari dana yang ditempatkan, berupa capital
gain,
maupun
dividen dan juga
keuntungan
dari produk derivative,
sedangkan dari
sisi
perusahaan
yang
memperoleh
dana dapat digunakan untuk mengelola assetnya,
yang pada akhirnya dapat menghasilkan keuntungan untuk masing-masing pihak.
Efek adalah surat berharga yaitu surat pengakuan utang, surat berharga
komersial,
saham obligasi,
tanda
bukti
utang,
unit
penyertaan
kontrak
investasi
kolektif,
kontrak
berjangka
atas
efek
dan
setiap
derivative
dari
efek.
Jadi
saham
adalah
efek
yang
bersifat
ekuitas
dan
diperdagangkan
dalam pasar
modal
untuk
perusahaan yang terbuka..
7
  
8
2.1.1 Pengertian Pasar Modal
Undang-undang Pasar Modal  No. 8 tahun 1995 memberikan pengertian pasar
modal
yaitu kegiatan
yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan
efek,
Perusahaan
publik
yang
berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.
Pada dasarnya, pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai
instrumen
keuangan
jangka
panjang
yang
bisa
diperjualbelikan, baik
dalam bentuk
utang
ataupun
modal
sendiri.
Pasar
modal merupakan
pasar
untuk
surat
berharga
jangka panjang. Pasar modal merupakan bagian dari pasar keuangan (financial
market).    Pasar
modal 
memperjualbelikan 
instrumen 
keuangan  seperti 
saham,
obligasi, warrant, right, obligasi konvertibel dan berbagai produk turunan (derivatif)
seperti opsi (put dan call) dan Indeks LQ-45 periodik.
Menurut
Teweles
J.
dan
Bradley
E.
(1998,
p4)
dalam Pasar
Modal
terbagi
menjadi primary market dan secondary market. Penjualan yang pertama dari saham
perusahaan
yang
menerbitkan, kepada
investor disebut sebagai primary distribution.
Penerbitnya, menggunakan dana yang dikumpulkan dari penjualan untuk memperluas
produksi,
riset
selanjutnya,
membangun
jembatan
dan
sebagainya.
Karena
sedikit
  
9
investor   dapat   diyakinkan   untuk   mengikat   dana   mereka   secara   tidak   pasti,
kebanyakan
saham adalah
negotiable,
dan
pembeli
awal
mereka
dapat
menjual
kembali 
ke 
pihak 
yang 
tertarik 
dalam 
harga 
berapa 
saja 
yang 
secara 
mutu
memuaskan. Fungsi dari pasar modal yang akan menentukan harga. Setiap
perdagangan berikutnya dari primary offering, disebut secondary transaction. Untuk
itu setiap perdagangan saham dalam pasar modal adalah secondary secara alami.
2.1.2 Peranan Pasar Modal
Pada   dasarnya   terdapat   tiga   peranan   strategis   dari   pasar   modal   bagi
perekonomian suatu negara yaitu :
1.   Sebagai alternatif sumber perhimpunan dana untuk perusahaan publik.
Pasar  modal  berfungsi  sebagai  sumber  perhimpunan  dana  untuk  perusahaan
publik, baik itu dari efek hutang obligasi, maupun dari efek ekuitas, yaitu penerbitan
saham.
Sebagai
alternatif
pendanaan
selain
perbankan
dan venture
capital untuk
perusahaan privat, disini akan diperhitungkan cost of fund yang lebih murah untuk
kebijakan pendanaan perusahaan.
2.   Sebagai alternatif investasi untuk para investor, sesuai dengan risk profile.
Investasi di pasar modal cukup menarik, untuk kategori investor yang mempunyai
risk
profile
adalah
risk
taker. Dengan
ini
investasi
di
pasar
modal
merupakan
kesempatan  untuk  berinvestasi  dengan  Expected  Return  yang
tinggi,
namun
juga
  
10
dengan  risk
yang  lebih  besar  juga.  Adapun  investor  mengharapkan  keuntungan
melalui capital gain dan dividen dari para emiten.
3.   Bagi pemerintah, pasar modal adalah penggerak utama pertumbuhan ekonomi.
Pasar modal merupakan indikasi awal pertumbuhan perekonomian, yang biasanya
apabila
berlanjut
ke
sektor
riil,
maka akan
terjadi
pertumbuhan
ekonomi.
Selain
keuntungan
dari
pajak,
pemerintah
juga memperoleh kentungan dari kemajuan
perusahaan publik, maupun perusahaan-perusahaan pendukungnya, seperti sekuritas
yang
berfungsi
sebagai; underwriter, Manajer Investasi, maupun dari perdagangan
sehari-harinya, yang mendorong pertumbuhan GDP dan  penyerapan tenaga kerja.
2.1.3 Indeks Harga Saham
Di Bursa Efek Jakarta terdapat lima indeks yaitu :
1.   Index
individual
yaitu
indeks
yang
menggunakan
harga
masing-masing saham
terhadap harga dasarnya.
2.   Indeks  LQ45  yaitu  perhitungan  indeks
yang
menggunakan
45
saham
tertentu
berdasarkan likuiditas saham dan disesuaikan setiap enam bulan.
3.   Indeks
Harga
Saham Gabungan
(IHSG)
yaitu
perhitungan
yang
menggunakan
semua saham yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks.
  
11
4.   Jakarta
Islamic
Indeks
(JII)
adalah
indeks
yang
terdiri
dari saham-saham
yang
sesuai dengan Syariah Islam.
5. 
Indeks
Harga Saham Sektoral
yaitu
indeks
yang perhitungannya
menggunakan
semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor. Indeks sektoral terdiri
dari sepuluh sektor yaitu :
a.   Pertanian.
b.   Pertambangan.
c.   Industri dasar dan kimia.
d.   Aneka industri.
e.   Barang konsumsi.
f.
Manufaktur.
g.   Properti dan real estate.
h.   Infrastruktur dan transportasi.
i.
Keuangan.
j.
Perdagangan, jasa, dan investasi.
Fungsi adanya indeks di pasar modal adalah :
1.   Sebagai indikator tren pasar.
2.   Sebagai indikator tingkat keuntungan.
3.   Sebagai tolak ukur kinerja suatu portofolio.
4.   Membantu pembentukan portofolio dengan strategi pasif.
5.   Membantu berkembangnya produk derivatif.
  
12
2.1.4
Saham
dan
Faktor-Faktor
yang
Menjadi
Acuan
Pengambilan Keputusan
Menurut Pedoman Akuntansi Perusahan Efek Indonesia (2006, p6), saham
merupakan
bukti
kepemilikan
atas
suatu
perusahaan
yang
dapat
berbentuk
warkat
atau
tanpa
warkat.
Saham yang
berbentuk
warkat
dinyatakan
dalam bentuk
Surat
Kolektif Saham (SKS) yang diterbitkan oleh Emiten. Sedangkan saham tanpa warkat
tercatat  dalam  Rekening  efek  di  Lembaga  Penyelesaian  dan  Penyimpanan  (LPP)
secara elektronik atas nama LPP.
Menurut
Teweles,
J. dan
Bradley
E. (1998,
p3),
saham
berarti
kepemilikan
atau
modal dalam
suatu
perusahaan. Saham diterbitkan dalam bentuk bagian,
dan
bagian dari kepemilikan singkatnya menjelaskan apa saham itu.
Faktor-faktor yang menjadi acuan 
pengambilan keputusan investasi dalam
pasar saham:
1.   Faktor Fundamental:
Di sini laporan keuangan yang diterbitkan perkuartalnya menjadi pedoman
investor
untuk
valuasi
perubahan
harga
saham ke
depannya.
Di
dalam
fundamental ini juga diperhatikan kondisi ekonomi makro, analisis
industrinya., kebijakan pemerintah, faktor indeks regional, dual listing saham-
  
13
saham lokal, perubahan kurs mata uang asing dan perubahan
harga komoditi
yang dapat mempengaruhi harga saham.
2.   Faktor Teknikal
Di sini
disebut juga dengan psikologi pasar, dimana yang menjadi acuan,
adalah harga tertinggi per hari, harga terendah perhari, volume perdagangan
dan harga penutupan perharinya. Maka disini akan terlihat tren pergerakannya,
untuk acuan investor mengambil tindakan beli, jual atau menahan.
2.1.5  Jenis – Jenis Saham
Menurut
Keown
(2005,
pp256-261),
ada
dua
macam
bentuk
saham,
yaitu
saham biasa (common stock) dan saham preferensi (preferred stock).
A.  Saham Preferensi (Preferred Stock)
Saham Preferensi
adalah
gabungan dari
saham umum dengan obligasi. Sama
dengan saham umum karena tidak emmpunyai tanggal kadaluarsa yang pasti,
tidak
adanya
pembayaran
dalam dividen
tidak
berarti
mengakibatkan
kebangkrutan,
dividen tidak
dipotong
untuk
tujuan
pajak. Saham preferensi
mirip dengan obligasi, yaitu dividennya dibayar dengan jumlah yang tetap.
  
14
B.  Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa mencerminkan kepemilikan dalam perusahaan Saham biasa tidak
memiliki jangka waktu yang dapat kadaluarsa, tetapi akan tetap ada selama
perusahaan  itu  masih  ada.  Pembayaran  dividen  ditetapkan   
oleh  Dewan
Direksi sebelum mereka diterbitkan.
2.2 Analisis Fundamental
Menurut
Damodaran
(1994,
p5),
tema
yang
mendasari
dalam analisis
fundamental adalah nilai sebenarnya dalam suatu perusahaan
yang dikaitkan dengan
karakteristik
finansialnya,
yaitu
prospek pertumbuhannya, profil risiko dan arus
kasnya.
Setiap penyimpangan dari
nilai sebenarnya mengindikasikan bahwa saham
tersebut adalah under valued (dibawah nilai sebenarnya) atau over valued (diatas nilai
sebenarnya).  
Ini adalah strategi investasi jangka panjang, dengan sumsi yang
mendasari
itu
semua
adalah
(a)
hubungan
antar nilai dan faktor finansial yang
mendasari
dapat
diukur,
(b)
hubungannya
adalah stabil sepanjang waktu, (c)
penyimpangan dari hubungan ini akan dikoreksi dalam periode waktu yang wajar.
Valuasi
adalah
fokus
sentral
dari
analisis fundamental. Beberapa analis
menggunakan
model
discounted
cash
flow untuk
menilai
perusahaan-perusahaan,
sementara yang
lain
menggunakan perkalian seperti 
price
earnings dan price book
value  ratios.
  
15
Bodie,
Kane, Marcus
(2005,
p377)
menuliskan bahwa analisis fundamental
menggunakan prospek pendapatan dan dividen dari suatu perusahaan, ekspektasi dari
suku 
bunga  di 
masa  depan  dan 
evaluasi  risiko 
dari 
suatu  perusahaan 
untuk
menentukan
harga saham yang pantas. Pada akhirnya
itu mencerminkan suatu usaha
untuk menentukan nilai sekarang yang telah didiskon dari semua pembayaran yang
akan
diterima
oleh
pemegang
saham dari
setiap
lembar
sahamnya.
Bila
nilainya
melebihi
harga
saham,
maka
analis fundamental
akan
merekomendasikan
untuk
membeli saham tersebut.
Analisa fundamental biasanya dimulai dari studi akan pendapatan sebelumnya
dan pemeriksaan akan neraca dari perusahaan. Mereka melengkapi analisis ini dengan
analisa ekonomi yang detail, yang biasanya meliputi evaluasi terhadap kualitas
manajemen,  nama  baik  peusahaan  tersebut  dalam  industrinya  dan  prospek  dari
industri
tersebut
secara
keseluruhan.
Harapannya disini adalah untuk mencapai
pengertian
yang
mendalam
terhadap
performa
masa
depan
dari
suatu
perusahaan,
yang masih belum diketahui oleh sisa pasar yang lain.
  
16
2.3    Laporan keuangan
Larson,
Wild,
Chiappetta
(2002,
pp18,
36-40)
dalam bukunya
menuliskan
akuntansi
adalah
suatu
sistem informasi
dan
pengukuran
yang
mengidentifikasi,
mencatat dan mengkomunikasikan informasi yang relevan, terpercaya dan dapat
dibandingkan mengenai kegiatan dari aktivitas bisnis suatu organisasi.
Laporan
keuangan
merupakan
bentuk
dari pelaporan informasi akuntansi
terhadap pengguna internal dan eksternal suatu perusahaan. Empat laporan keuangan
yang utama adalah laporan rugi laba, neraca, laporan perubahan ekuitas, dan laporan
arus kas. Yang akan dijelaskan lebih lanjut di bawah ini:
1.         Laporan
rugi
laba
melaporkan
pendapatan
yang
dihasilkan
dikurangi
biaya
yang timbul dalam suatu bisnis selama periode waktu tertentu.
2.         Laporan
perubahan
ekuitas
mengarah kepada
kepemilikan
pemilik
terhadap
asset. Laporan ini sendiri melaporkan perubahan ekuitas selama periode tertentu.
3.         Neraca melaporkan posisi keuangan perusahaan pada waktu tertentu, biasanya
pada akhir bulan, triwulan, atau tahun. Neraca itu sendiri melaporkan posisi keuangan
dalam sejumlah mata uang dari asset, kewajiban dan modal yang penting.
4.         Laporan  arus  kas  melaporkan  sumber  arus  kas  masuk  dan  keluar  selama
periode pencatatan. Laporan ini juga melaporkan jumlah kas di awal dan di akhir dari
suatu periode. Laporan arus kas dicatat berdasarkan kegiatan utama perusahaan, yaitu
kegiatan operasi, investasi dan pembiayaan.
  
17
2.4
Penilaian Laporan Keuangan
Menurut Keown (2005, p84), penilaian  
laporan keuanagan berdasarkan
analisis
rasio
itu
dibagi
menjadi
empat,
yaitu firm
liquidity, operating
profitability,
financing decisions and return on equity (ROE).
Adapun rumus rasio tersebut, yaitu sbb:
1.
Firm Liquidity:
Ada  2  pendekatan  untuk  mengetahui  likuiditas  perusahaan.  Pertama,  kita
dapat melihat asset perusahaan yang secara relative lancer dan dibandingkan
dengan jumlah hutang yang
harus
segera dibayarkan dalam term berikutnya.
Kedua adalah kita dapat melihat seberapa cepat asset likuid perusahaan seperti
piutang dan persediaan diubah menjadi kas.
Mengukur likuiditas pendekatan ke 1:
Current ratio =
Current assets
Current liabilities
Current ratio mengindikasikan
likuiditas dari suatu perusahaan, yang diukur
adalah
asset
likuid
(current
assets) relatif
terhadap
hutang
likuid
( current
liabilities).
  
18
Acid test ratio=
Current assets - inventories
Current liabilities
Acid
test
ratio mengindikasikan
likuiditas perusahaan,
seperti
diukur
dalam
asset likuid, kecuali persediaan relative terhadap current liabilities.
Mengukur likuiditas pendekatan ke2:
Average
=
Accounts receivable
Collection
Daily credit sales
period
Average collection period 
mengindikasikan seberapa sering suatu perusahaan
mengkoleksi kredit, seperti diukur berdasarkan rata-rata hari pengambilan
mengkoleksi piutangnya.
Accounts
=
Credit sales
Receivable
Accounts receivable
Turnover
  
19
Accounts Receivable Turnover  mengindikasikan seberapa sering mengkoleksi
kreditnya, seperti diukur berdasarkan jumlah beberapa kali piutang dikoleksi
dan diputar selama setahun.
Inventory     
=           Cost of goods sold
Turnover
Inventory
Inventory turn over mengindikasikan relatif likuiditas dari persediaan, sebagai
jumlah dari berapa kali persediaan perusahaan digantikan dalam setahun.
2.
Operating Profitability
Bagaimana perusahaan mendapatkan profit operasi yang cukup dari assetnya?
Operating
=
Operating income
Income
Total assets
Return on
Investment
  
20
Operating  Income  Return  on  Investment  mengindikasikan efektifitas dari
manajemen
membuat operating profits dari asset perusahaan, seperti diukur
dalam profit operasi relatif terhadap total asset.
Operating
=
Operating income
Profit
Sales
Margin
Operating 
Profit  Margin 
mengindikasikan  efektifitas 
manajemen 
dalam
mengelola
laporan
rugi
laba
perusahaan,
seperti
diukur
dari
profit
operasi
relatif terhadap penjualan.
Total asset
=
Sales
Turnover
Total assets
Total asset turnover mengindikasikan efektifitas manajemen dalam mengelola
neraca suatu perusahaan – asset perusahaannya-
seperti dindikasikan dalam
jumlah penjualan yang dihasilkan per 1 dollar asset.
Accounts
=
Credit sales
Receivable
Accounts receivable
Turnover
  
21
Inventory
=
Cost of goods sold
Turnover
Inventory
Fixed assets
=
Sales
Turnover
Net fixed assets
3.
Financing Decisions
Bagaimana perusahaan membiayai assetnya?
Debt ratio
=
Total debt
Total assets
Debt
ratio
mengindikasikan
berapa
banyak
hutang
digunakan
untuk
membiayai assetnya.
Times interest =
Operating income
Earned                        Interest expense
Times
interest
earned mengindikasikan
kemampuan
perusahaan
untuk
membayar beban bunganya, seperti diukur dari laba sebelum bunga dan pajak
relatif terhadap beban bunga.
  
22
4.
Return on Equity
Apakah pemegang saham menerima return  yang cukup dari investasinya?
Return on
=
Net income
Equity                         Common equity
Return on Equity mengindikasikan akuntansi rate of return 
dari
investasi
pemegang
saham,
seperti
diukur
dalam net
income
relatif
kepada
common
equity.
2.5 Valuasi Saham
2.5.1 Peranan Valuasi Saham
Menurut Damodaran (1994, pp 7-8), peranan valuasi dalam:
1.   Valuasi dalam analisis akuisisi.
Valuasi
berperan
utama
dalam analisis
akuisisi.
Proses
penawaran
yang
dilakukan oleh pembeli terhadap target perusahaan harus menentukan harga yang
pantas sebelum akhirnya melakukan pembelian, dan pihak perusahaan yang dijual
harus menentukan nilai yang wajar untuk menyetujui atau menolak penawaran.
  
23
Ada juga beberapa
faktor yang perlu dipertimbangkan dalam valuasi akuisisi
ini. Pertama, efek dari kesatuan nilai kedua perusahaan harus dipertimbangkan
sebelum diputuskan untuk membeli. Kedua efek terhadap nilai perusahaan ketika
mengganti manajemen dan mereksturisasi target perusahaan harus diperhitungkan
dalam menentukan harga yang pantas.
Pada
akhirnya
ada
kemungkinan
bias
pada
valuasi
saham dalam akuisisi.
Dikarenakan
target
perusahaan
dapat
sangat
optimistis
dalam menentukan
nilai
jual, khususnya apabila diakuisisi secara keseluruhan, dan mereka akan mencoba
menekankan bahwa harga penawaran terlalu rendah.
2.   Valuasi dalam Keuangan Perusahaan
Dalam  kebanyakan 
teori 
keuangan 
perusahaan, 
tujuannya 
adalah
maksimalisasi nilai perusahaan, hubungannya dengan keputusan keuangan,
starategi
perusahaan,
dan
nilai perusahaan
yang
harus
dibatasi. Dalam
beberapa
tahun
terakhir
perusahan
konsultan
telah banyak menawari gagasan untuk
meningkatkan nilai perusahaan. Ini dapat terjadi dikarenakan ketakutan akan
akuisisi
secara
keseluruhan.
Perusahaan telah meningkatkan peranan konsultan
untuk memberitahu mereka bagaimana restrukturisasi, meningkatkan nilai dan
mencegah untuk diambil alih secara keseluruhan.
Nilai  dari  perusahaan  dapat  dengan  langsung  berhubungan  dengan
berdasarkan
proyek
yang
diambil,
berdasarkan
bagaimana
mereka
membiayai,
  
24
dan berdasarkan keputusan dividen mereka. Mengerti hubungan ini adalah kunci
untuk keputusan meningkatkan nilai dan mengarah ke restrukturisasi keuangan.
2.5.2 Discounted Cash Flow Valuation
Menurut Damodaran (1994, p10), basis pengukuran ini berdasarkan peraturan
present value, dimana nilai dari setiap asset adalah nilai sekarang dari ekspektasi arus
kas terhadap asset tersebut. Arus kas akan bervariasi dari aset ke aset : dividen untuk
saham,  kupon  (bunga)  dan  nilai  awal  dari  obligasi,  dan  arus  kas  setelah  pajak
terhadap proyek yang sebenarnya. Discount rate akan mencerminkan risiko dari arus
kas yang diestimasi, dengan rate yang lebih tinggi untuk risiko yang lebih, dan rate
yang rendah untuk risiko yang lebih rendah.
2.5.2.1 Equity Valuation versus Firm Valuation
Menurut
Damodaran
(1994,p10)
ada
dua
jalan
dalam DCF:
yang
pertama
adalah bagaimana menilai modal saham dalam bisnis; yang kedua bagaimana menilai
perusahaan  secara  keseluruhan  termasuk  didalamnya  modal,  pemegang  hak  lain
dalam perusahaan (bondholders, preferred stock holders, dst). Sementara untuk kedua
  
25
pendekatan berbeda cara untuk arus kas yang didiskon, arus kas yang terkait dan rate
diskonnya.
2.5.2.2
Valuasi
Perusahaan-
Pendekatan
Free
Cash
Flow
to
Firm
Damodaran (1994, pp 144-145) dalam bukunya menuliskan mengenai valuasi
terhadap nilai perusahaan secara keseluruhan dengan mendiskon akumulasi kas
terhadap seluruh pemegang
hak pada perusahaan: dengan weighted average cost of
capital.
Ada 2
pendekatan
untuk
menghitung
FCFF. Pertama adalah menambahkan
arus kas terhadap para pemegang hak:
FCFF=
FCFE
+
interest
expense
(1-
tax rate) +
Principal
repayments- new
debt
issues + preferred dividens
Kedua  adalah  dengan  menggunakan  Earnings Before Interest and Taxes
(EBIT) sebagai basis dari perhitungan:
FCFF
=
EBIT(1-tax
rate)
+
Depreciation
Capital
expenditure
delta working
capital
  
26
Perbedaan
antara
FCFF
dan
FCFE
utamanya
dalam arus
kas
diasosiasikan
dengan hutang: pembayaran bunga, pembayaran  pokok dan penerbitan hutang baru,
dan nonequity claim seperti preferred dividends. Untuk perusahaan pada level hutang
mereka,
yang
membiayai
capital
expenditures dan
working capital needs 
dengan
campuran
antara
hutang
dan
modal dan menggunakan penerbitan hutang untuk
membiayai pembayaran kembali prinsipal, FCFF akan melebihi FCFE.
2.5.2.3
Valuasi Perusahaan –
Pendekatan Free
Cash Flow
to Equity
Damodaran
(1994,
p127)
dalam bukunya
menuliskan
ada
2
cara
untuk
menghitung
modal
dalam perusahaan,
yaitu
dividend
discount model
dan
free
cash
flow to equity model . Sementara dalam DDM dipergunakan basis janji akan arus kas
yang
hanya akan
diterima
oleh
pemegang saham
adalah dividen. Pada sub bab ini
akan dibahas mengenai pendekatan arus kas yang tersisa terhadap jumlah modal
setelah  dipotong  semua  kewajiban  keuangan  termasuk  didalamnya  jumlah
pembayaran
hutang
dan
setelah
menutup   capital expenditure
dan working
capital
yang dibutuhkan.
FCFE adalah residual arus kas yang tersisa setelah memenuhi kewajiban
pembayaran
bunga
dan
pokok
dan
memenuhi capital
expenditures untuk
keduanya
mempertahankan aset yang ada dan membuat asset yang baru untuk future growth.
  
27
FCFE
=
Net
income
+
Depreciation
Capital
Spending
delta
working
capital – principal repayments + new debt issues.
2.6   
Growth Value Map
Berdasarkan artikel Ludwig (2000, no 4, pp12-14), market capitalization yang
tinggi adalah objektif
yang penting
untuk perusahaan, keduanya untuk mengarahkan
persepsi dari sukses ekonomi dan membantu perusahaan-perusahaan untuk mencapai
tujuan startegis mereka.     
Sebagai metrik dari performa perusahaan, market
capitalization
merefleksikan keduanya, baik performa sekarang dan ekspektasi masa
depan.
Bila kita membagi average market capitalization dari
Eurostoxx50 ke dalam
nilai perpetuitas dari EPS
sekarang (nilai dari performa sekarang) dan dari residual
value ( nilai dari ekspektasi pertumbuhan), trend yang menarik akan nyata: proporsi
dari
rata-rata market
capitalization perusahaan Eurostoxx50 yang berkaitan dengan
ekspektasi pasar terhadap pertumbuhan, berkisar diantara 26% di tahun 1995 sampai
70% di tahun 1999. Ini menyarankan bahwa membangun ekspektasi jangka panjang
menjadi  sangat  relevan  untuk  active  value  management-  sebuah  realitas  bahwa
banyak perusahaan masih belum memulai untuk mengalamatkan secara sistematis.
  
28
Metrik performa perusahaan yang tradisional, seperti price to earnings ratios,
market
to
book
ratios,dan
market
value
added,
tidak secara jelas merefleksikan
pentingnya ekspektasi pertumbuhan. Sebagai hasilnya, banyak perusahaan sering
mengabaikan kesempatan untuk pertumbuhan, sehingga, terkadang membahayakan
untuk keselamatan perusahaan secara jangka panjang.
Growth value
map adalah
suatu alat diagnosa yang dapat digunakan untuk
menilai desakan strategis dan untuk menunjukkan  pendongkrak yang paling strategis
untuk
menciptakan
suatu
nilai.
Menggunakan
suatu standar indikator pasar modal
untuk performa perusahaan dan data yang terpublikasi seperti Bloomberg, datastream
dan laporan tahunan, juga data harga saham, GVM membuat menjadi mungkin untuk
tolok
ukur
dari
performa
perusahaan
terhadap
pesaing
dan
pasar,
yang
mengambil
tiga dimensi utama: performa perusahaan secara keseluruhan (diukur dari M/B value),
profitability,
dan growth.
Sebagai
metrik dari performa sekarang, ditunjukkan dalam sumbu
horizontal,
yang
dihitung
dengan
mengindentifikasikan
porsi
dari
harga
saham
perusahaan
dan
dihubungkan
dengan
nilai
perpetuitas
dari
performa
sekarang dibagi dengan figure
nilai
buku
perusahaan.
Metrik
untuk growth, ditunjukkan melalu sumbu vertical,
adalah perbedaan dari market capitalization dan nilai performa sekarang sebagai nilai
residu, dan sekali lagi dinormalisasikan dengan nilai bukunya.
  
29
Ada 2 sumbu dalam Gowth Value Map, yaitu:
1.
Sumbu   Horizontal:   yang   mencerminkan   metric  untuk   performa
perusahaan
sekarang.
Dihitung
dengan
mengidentifikasi dari proporsi harga
saham perusahaan
yang
dihubungkan
ke
nilai
perpetuitas
dari
performa
sekarang dan dibagi dengan book value  dari perusahaan.
2.
Sumbu  Vertikal:  yang  mencerminkan  metric   untuk  pertumbuhan.
Dihitung dari perbedaan antara market capitalization dan
nilai dari performa
sekarang sebagai nilai residual, dinormalisasi dengan  book value.
Ada empat kuadran dari performa perusahaan secara keseluruhan, yaitu:
1.             Excellent Value Managers. Pasar modal mengekspektasi perusahaan
yang masuk ke dalam kuadran ini untuk melebihi benchmark
mereka dalam
hal profitability dan growth.
2.             Expectation
builders. 
Pasar 
modal 
mengekspektasi 
keuntungan
yang
relatif
rendah
pada
perusahaan-perusahaan
yang
masuk
dalam
kuadran
ini, tetapi yang mempunyai ekspektasi pertumbuhan yang luar biasa. Ini
sebenarnya adalah posisi yang berisiko; berapa lama pasar dapat menerima
rencana 
yang 
bagus, 
sebelum  akhirnya 
menjadi 
tidak 
sabar 
dan
menghukumnya menjadi seuatu yang tidak tercapai.
3.
Traditionalists. Pasar modal mempunyai ekspektasi rendah terhadap
pertumbuhan  yang  potensial  dari  perusahaan-perusahaan  yang  masuk  ke
dalam kuadran
ini,
meskipun
mereka
mempunyai
keuntungan
yang
superior
dalam jangka pendek.
Apakah
ekspektasi
yang rendah
ini
mengarah kepada
  
30
aspirasi manajemen yang lemah atau pada rendahnya relasi investor yang
membuat pasar menganggap rendah nilai perusahaan.
4.           
Asset Loaded Value Managers. 
Beberapa perusahaan mengalami
kesulitan diantara 2 sumbu. Bila nilai buku mereka tidak berubah karena
penerbitan
saham baru,
nilai
pasar
mereka
yang
rendah
mencerminkan
kegagalan
dalam hal
menciptakan
nilai
secara
efektif.
Beberapa
perusahaan
gagal
untuk membangkitkan  pemegang saham mereka
mengenai keuntungan
jangka
pendek atau
prospek pertumbuhan jangka panjang mereka dan juga
harga. Beberapa perusahaan ini memerlukan restrukturisasi dan membuat
strategi pertumbuhan. Bahayanya: perusahaan yang mempunyai manajamen
rendah dapat diambil alih dan diambil assetnya.
Dengan manajemen ekspektasi adalah dengan penting meningkatkan elemen
penting dari manajemen nilai untuk kedua keuntungan jangka pendek dan
pertumbuhan
jangka
yang
lebih
panjang. Growth value maps
mengikat market
capitalization dari perusahaan berdasarkan pergerakan strategis di masa lampau dan
memfasilitasi analisis terstruktur dari strategis potensial yang mengarah kepada
penciptaan nilai.
  
31
Gambar 2.1 Growth Value Map
2.7 Teori Portfolio Saham
Teori 
Portfolio 
adalah 
suatu 
pendekatan 
investasi 
yang 
dikembangkan
ekonom University of Chicago Harry
M. Markowitz
(1927-
),
yang
memenangkan
Nobel  Prize  in  economics  dalam  tahun 1990. Teori Portfolio memperbolehkan
investor untuk menghitung baik dari expected risks dan returns, seperti diukur secara
statistik,
untuk
portfolio
investasi
mereka.
Markowitz
mendeskripsikan
bagaimana
  
32
cara
mengkombinasi
aset-aset
mereka
ke
dalam efficiently
diversified
portfolios.
Merupakan posisi dia yang membuktikan bahwa risiko portfolio dapat dikurangi dan
expected rate of return dapat dimprovisasi jika investasi mempunyai pergeraka harga
yang
tidak
sama
bila
dikombinasi
(mendekati korelasi -1 semakin bagus untuk
diversifikasi).
Ada 2 tipe strategi portfolio, yaitu:
1.   Passive Portfolio Strategy:
Strategi
yang melibatkan ekspektasi minimal input, dan daripada bergantung
pada diversifikasi, lebih kepada menyesuaikan dengan performa dari indeks
pasar. Strategi pasif, mengasumsi pasar akan mencerminkan semua informasi
yang ada dalam harga dari pada sekuritas-sekuritas.
2.   Active Portfolio Strategy
Suatu strategi yang menggunakan informasi yang tersedia dan meramalkan
teknik-teknik untuk mencari performa yang lebih baik daripada potfolio yang
secara sederhana didiversifikasi secara luas.
Masih ada 3 tipe dari portfolio, yaitu:
1.   The Patient Portfolio
Tipe
ini
menginvestasi pada saham-saham terkenal.
Yang banyak membayar
dividen dan para kandidatnya untuk membeli dan menahannya untuk jangka
waktu
yang
panjang. 
Mayoritas
secara
luas
dalam saham di
portfolio
ini
merepresentasikan 
pertumbuhan  klasik  dari 
perusahaan-perusahaan, 
yang
  
33
diekspektasi
dapat
menghasilkan
keuntungan yang lebih dari basis biasa
dibandingkan kondisi ekonomi.
2.   The Aggressive Portfolio
Portfolio
ini
menginvestasi
pada
saham-saham yang
mahal,
dalam
pengukurannya seperti price
earnings
ratio,
yang
menawarkan return yang
tinggi,
tetapi
risk
yang
besar
juga.
Portfolio
ini
mengkoleksi
saham-saham
yang
dengan
cepat bertumbuh
dari semua ukuran, yang beberapa tahun ke
depannya diharapkan memberikan pertumbuhan tahunan laba yang sangat
cepat.
3.   The Conservative Portfolio:
Mereka
yang
masuk
dalam golongan
ini
memilh
saham dari
yield,
seperti
pertumbuhan laba dan sejarah dividen yang stabil.
Terdapat empat langkah pendekatan teori portofolio yang dianjurkan penulis
dalam membentuk portofolionya. Pertama, security
identification, yang
menjelaskan
sekuritas mana
yang dipilih
berdasarkan expected return dan risknya sesuai dengan
risk
profile
dari
investor
dibanding
dengan
investasi
bebas risiko (SBI).
Kedua,
portfolio
allocation,
yaitu pengaturan proporsi portfolio yang optimal 
dengan
diversifikasi
sekuritas
yang
berkorelasi
negatif
untuk
mendapatkan return yang
optimal dan  minimize risk. Ketiga, security valuation, yaitu valuasi sekuritas  untuk
mendapatkan intrinsic
values
atau
nilai
wajar
untuk implementasi pembelian
portfolio Keempat,  benchmark   performance,     yakni   membandingkan   kinerja
portfolio aktif  kita dengan indeks yang berlaku atau portfolio lain.
  
34
Doherty (2000, pp 141-145) membagi risiko investasi saham menjadi 2, yaitu
systematic
(market)
risk
dan
unsystematic
(non-market)
risk. Systematic
risk
adalah
risiko pasar yang dikandung oleh setiap saham, karena pergerakan harganya itu
bergerakan
secara
sistematis
dengan
indeks
pasar
saham. Istilah
pengukuran
untuk
systematic risk 
itu disebut dengan
Beta,
yaitu
semakin tinggi
beta ,
maka
semakin
sensitif return
saham dengan
perubahan
dalam indeks
pasar
saham. Sementara
ada
variasi
yang
tidak
dapat
dijelaskan dalam return
saham dalam korelasinya dengan
indeks pasar, dan komponen risiko itu disebut dengan unsystematic risk.
Bodie (2005,
pp 240—246)
pada
bukunya
menuliskan, dalam
seleksi
model
portfolio
markowitz, kita dapat
mengambil kesimpulan
secara
umum dengan kasus
dari banyak sekuritas yang berisiko dan sebuah asset yang bebas risiko. Seperti dalam
dua
sekuritas
yang
berisiko,
mempunyai 2 masalah. Pertama, kita harus
mengidentifikasikan kombinasi risk dan return yang tersedia dari suatu set aset yang
berisiko. Berikutnya, kita
mengidentifikasi optimal portfolio dari aset yang berisiko
dengan
menemukan
dengan
menemukan
portfolio
weights
yang
mempunyai
hasil
yang mempunyai hasil dalam CAL yang curam. Pada akhirnya, kita memilih portfolio
yang  komplit  dengan  mengkombinasi  asset  yang  bebas  risiko  dengan  portfolio
berisiko yang optimal.
Langkah
pertama
adalah
menentukan
kesempatan
risk
return
yang
tersedia
bagi para investor. Ini bisa disimpulkan dengan minimum variance frontier dari aset-
  
35
aset yang berisiko. Frontier ini adalah grafik dari kemungkinan varians yang terendah
yang dapat dicapai untuk portfolio expected return yang diberikan. Dari input data
yang
diberikan
untuk
expected
returns,
variances dan
covariances, kita
dapat
menghitung minimum variance portfolio untuk setiap target expected return.
Dari grafik efficient frontier line kita dapat menunjukkan kepada kita bahwa
memegang
satu risky
asset adalah tidak efisien. Dengan mendiversifikasi investasi
mengarah pada portfolio dengan expected return yang lebih tinggi dan   standar
deviations  yang lebih rendah.
Untuk setiap portfolio yang berada pada porsi yang lebih rendah dari minimum
variance frontier, adalah portfolio dengan standar deviasi yang sama dan memiliki
expected return yang lebih besar di posisi d yang lebih atas. Sementara yang berada di
bawah posisi minimum variance frontier  adalah inefisisen.
Langkah kedua adalah untuk rencana optimalisasi yang melibatkan risk free
asset. CAL
yang bersinggungan dengan kurva efficient frontier adalah optimal risky
portfolio.   
Langkah terakhir adalah pada saat investor sebagai individu memilih
campuran yang sesuasi antara optimal risky portfolio dengan T-Bills.