6
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Harga
Harga
merupakan sesuatu yang dapat disetarakan dengan nilai suatu barang atau
jasa,
karena
harga
dapat
diukur
dengan satuan
mata
uang,
harga
juga
merupakan
komponen yang berpengaruh langsung
terhadap laba
perusahaan.
Disamping
itu harga
merupakan
unsur
bauran
pemasaran
yang bersifat
fleksibel,
artinya
dapat
berubah
dengan cepat mengikuti keadaan dan kondisi tertentu.
Menurut
Chandra
(2002,
p149)
istilah
harga
dapat
diartikan
sebagai
jumlah
uang
(satuan
moneter)
dan
atau
aspek
lain
(non-moneter) yang
mengandung
utilitas
atau
kegunaan tertentu yang diperlukan untuk mendapatkan suatu produk.
Harga berdasarkan pendapat Tjiptono
(2002, p151) adalah
satuan moneter atau
ukuran
lainnya
(termasuk
barang
atau
jasa lainnya)
yang
ditukarkan
agar
memperoleh
hak kepemilikan/ penggunaan suatu barang atau jasa.
Kartajaya
(2001,
p197)
mendefinisikan
harga
merupakan
suatu
pengorbanan
yang
harus dilakukan oleh konsumen untuk mendapat kualitas yang ada dalam benaknya.
Dari
sudut pandang pemasaran, harga merupakan satuan moneter atau ukuran
lainnya
yang
ditukarkan
agar
memperoleh hak
kepemilikan
atau
penggunaan
suatu
barang
atau
jasa. Tingkat harga yang ditetapkan mempengaruhi kuantitas yang terjual.
Sementara
itu, dari
sudut
pandang
konsumen,
harga
dapat
digunakan sebagai indikator
nilai
bila harga tersebut dihubungkan dengan
manfaat yang dirasakan atas suatu barang
atau jasa.
Secara
tradisional,
harga berperan sebagai penentu utama pilihan pembeli, walaupun
faktor-faktor
non
harga
telah
menjadi
semakin
penting
dalam
perilaku
pembeli,
tetapi
|
7
harga
masih
tetap
merupakan
salah
satu
unsur
terpenting yang menentukan pangsa
pasar
dan
profitabilitas
perusahaan.
Sebagai contoh,
ketika
pendapatan
rill
konsumen
tetap
atau
menurun,
mereka
berbelanja lebih berhati-hati, sehingga kadang memaksa
para
produsen
untuk
menurunkan
harga
mereka yang
kemudian hasilnya
adalah adanya
diskon dan promosi penjualan lainnya.
2.2
Pengertian Pemasaran
Apa
sebenarnya
arti
pemasaran?
Banyak orang
mengira
pemasaran
hanya
sekedar
penjualan
atau
periklanan.
Namun,
penjualan
dan
periklanan
hanyalah
puncak
gunung
es
pemasaran.
Sekarang,
pemasaran
harus dipahami
tidak
dalam
pengertian
lama
katakan
dan jual tetapi dalam pengertian
baru yaitu memuaskan kebutuhan pelanggan.
Jika
pemasar
memahami
kebutuhan
pelanggan
dengan baik, mengembangkan produk
yang
mempunyai
nilai superior, dan menetapkan harga, mendistribusikan, dan
mempromosikan
produknya
dengan
efektif, produk-produk
ini
akan
terjual
dengan
mudah.
Jadi,
penjualan
dan
periklanan
hanyalah
bagian
dari bauran pemasaran
(Marketing Mix)
yang lebih besar satu set perangkat pemasaran
bekerja bersama-sama
untuk mempengaruhi pasar.
Pemasaran
menurut
Kotler dan Armstrong (2001, p7) Kita medefinisikan pemasaran
sebagai
suatu
proses
sosial
dan
manajerial
yang
membuat
individu dan kelompok
memperoleh
apa
yang
mereka
butuhkan
dan
inginkan, lewat penciptaan dan
pertukaran
timbal balik produk dan nilai dengan orang lain.
Pemasaran
menurut
Kotler
(2000,
p9)
adalah
suatu
proses
sosial yang di dalamnya
individu
dan
kelompok
mendapatkan
apa
yang mereka
butuhkan
dan
inginkan
dengan
menciptakan,
menawarkan,
dan
secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai
dengan pihak lain.
|
8
Pemasaran
menurut
Kismono
(2001,
p293)
adalah sekelompok aktivitas yang saling
berkaitan
yang
dirancang
untuk
mengidentifikasi kebutuhan konsumen dan
mengembangkan
distribusi,
promosi,
dan penetapan
harga
serta
pelayanan
untuk
memuaskan kebutuhan konsumen pada tingkat keuntungan tertentu.
Dari definisi di atas dapat ditarik
kesimpulan pemasaran adalah keseluruhan aktivitas
penjualan
yang
menggunakan
bauran pemasaran sebagai alat untuk mencapai tujuan
pemasaran.
2.3
Pengertian Jasa
Menurut
Alma
(2002,
p204)
yang
mengutip
pendapat
dari
Stanton
mendefinisikan
jasa
sebagai
suatu
yang
dapat
diindentifikasi secara
terpisah
tidak berwujud, ditawarkan
untuk memenuhi kebutuhan.
Menurut Tjiptono (2000, p6) jasa didefinisikan sebagai aktifitas, manfaat, atau
kepuasan yang ditawarkan untuk dijual.
Menurut
Supranto
(2001,
p227)
mendefinisikan
jasa sebagai
suatu kinerja
penampilan,
tidak
berwujud dan cepat hilang, lebih
dapat dirasakan daripada dimiliki,
serta
pelanggan
lebih
dapat
berpartisipasi aktif
dalam
proses
mengkonsumsi
jasa
tersebut.
Menurut
Kotler
(2002,
p486)
yang mendefinisikan
jasa
sebagai
setiap
tindakan atau
kegiatan
yang
dapat
ditawarkan
oleh
satu
pihak
kepada pihak lain, yang
pada
dasarnya
tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.
Dari
definisidefinisi
di
atas
dapat
disimpulkan
bahwa
jasa
tidak
berwujud,
bila
waktunya berulang maka jasa akan hilang, artinya jasa tidak dapat dikonsumsi lebih dari
satu kali, kecuali jasa tersebut diproduksi kembali, dan walaupun jasa tidak bisa disimpan
tetapi efeknya bisa disimpan.
Menurut Kotler (2002, p488) mengemukakan karakteristik jasa yang terdiri dari:
|
9
1. Tidak berwujud
Jasa
bersifat
tidak
berwujud.
Tidak
seperti
halnya
produk
fisik,
jasa
tidak
dapat
dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum jasa itu dibeli.
2. Tidak terpisahkan
Umumnya
jasa
dihasilkan
dan
dikonsumsi secara
bersamaan. Tidak seperti barang
fisik
yang
diproduksi,
disimpan
dalam
persediaan,
didistribusikan
melewati
berbagai
penjual,
dan
kemudian
baru
dikonsumsi.
Jika
seseorang
memberikan
pelayanan,
maka
penyedianya merupakan bagian dari jasa itu. Karena
klien juga hadir pada saat
jasa
itu
dilakukan,
interaksi
penyediaklien
merupakan
ciri khusus pemasaran jasa.
Baik penyedia maupun klien mempengaruhi hasil jasa.
3. Bervariasi
Karena
jasa
tergantung
pada siapa
yang menyediakan serta
kapan
dan
di mana
jasa
itu diberikan, jasa sangat bervariasi.
4. Mudah lenyap
Jasa
tak
bisa
disimpan.
Sifat
jasa
itu mudah
lenyap,
tidak
menjadi
masalah bila
permintaan tetap, jika permintaan berfluktuasi perusahaan jasa
menghadapi masalah
yang rumit.
2.4
Tujuan dan Peranan Harga
Menurut
Tjiptono
(2002,
pp152-153)
pada
dasarnya
ada
empat
jenis
tujuan
penetapan harga, yaitu:
1.
Tujuan berorentasi pada laba
Asumsi
teori
ekonomi
klasik
menyatakan bahwa setiap perusahaan
selalu memilih
harga
yang
dapat
menghasilkan laba paling tinggi.
Tujuan
ini dikenal
dengan
istilah
maksimasi
laba.
Dalam
era
persaingan global yang
kondisinya sangat kompleks
dan
banyak
variabel
yang
berpengaruh
terhadap
daya
saing
setiap
perusahaan,
|
10
maksimasi
laba
sangat sulit dicapai, karena
sukar
sekali untuk dapat memperkirakan
secara
akurat
jumlah
penjualan
yang dapat dicapai
pada tingkat harga tertentu.
Dengan
demikian,
tidak
mungkin suatu perusahaan dapat mengetahui secara pasti
tingkat harga yang dapat menghasilkan laba maksimum.
2.
Tujuan berorentasi pada volume
Selain
tujuan
berorentasi pada
laba, ada
pula
perusahaan yang menetapkan
harganya berdasarkan
tujuan yang berorentasi
pada volume tertentu
atau
yang biasa
dikenal
dengan
istilah
volume pricing objectives. Harga
ditetapkan
sedemikin
rupa
agar
dapat
mencapai
target
volume
penjualan
(dalam
ton,
kg,
unit,
m³,
dan
lain-
lain),
nilai
penjualan
(Rp)
atau
pangsa pasar
(absolut
maupun
relatif).
Tujuan
ini
banyak
diterapkan oleh perusahaan penerbangan, lembaga pendidikan,
perusahaan
tour and
travel,
pengusaha
bioskop
dan
pemilik
bisnis
pertunjukan
lainnya,
serta
penyelenggara
seminar-seminar.
Bagi
sebuah perusahaan penerbangan, biaya
penerbangan
untuk satu pesawat yang terisi
penuh maupun yang hanya terisi
separuh
tidak
banyak
berbeda. Oleh
karena
itu,
banyak
perusahaan
penerbangan
yang
berupaya memberikan insentif berupa harga spesial agar dapat meminimasi
jumlah kursi yang tidak terisi.
3.
Tujuan berorentasi pada citra
citra
(image) suatu
perusahaan
dapat
dibentuk
melalui
strategi
penetapan
harga.
Perusahaan
dapat
menetapkan
harga
tinggi
untuk membentuk atau
mempertahankan citra prestisius. Sementara itu harga rendah dapat digunakan
untuk membentuk citra
nilai tertentu
(image of value), misalnya dengan memberikan
jaminan bahwa
harganya
merupakan
harga
yang terendah di suatu wilayah
tertentu.
Pada
hakikatnya, baik penetapan harga tinggi maupun rendah bertujuan untuk
meningkatkan
persepsi
konsumen
terhadap
keseluruhan
bauran produk yang
ditawarkan perusahaan.
4.
Tujuan stabilisasi harga
|
11
Dalam
pasar
yang
konsumennya
sangat sensitive terhadap harga, bila suatu
perusahaan
menurunkan
harganya,
maka
para
pesaingnya harus menurunkan pula
harga mereka. Kondisi
seperti ini
yang mendasari terbentuknya tujuan
stabilisasi
harga
dalam
industri-industri
tertentu yang
produknya sangat terstandarisasi
(misalnya minyak bumi). Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan
harga untuk mempertahankan
hubungan
yang stabil antara
harga
suatu perusahaan
dan harga pemimpin industri
(industry leader).
5.
Tujuan-tujuan lainnya
Harga
dapat
pula
ditetapkan
dengan
tujuan
mencegah
masuknya pesaing,
mempertahankan
loyalitas
pelanggan,
mendukung penjualan ulang, atau
menghindari
campur
tangan
pemerintah.
Organisasi
non-profit juga
dapat
menetapkan
tujuan
penetapan harga
yang
berbeda,
mislnya
untuk mencapai partial
cost recovery,
full cost recovery, atau untuk menetapkan
social price.
Menurut
Tjiptono
(2002,
p152)
harga
memiliki
dua
peranan
utama
dalam
proses
pengambilan keputusan para pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan informasi.
1. Peranan
alokasi
dari harga,
yaitu
fungsi harga
dalam membantu
para pembeli untuk
memutuskan
cara
memperoleh
manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan
berdasarkan
daya
belinya.
Dengan
demikian,
adanya
harga
dapat
membantu
para
pembeli
untuk
memutuskan
cara
mengalokasikan
daya
belinya
pada
berbagai jenis
barang
dan
jasa.
Pembeli
membandingkan harga
dari
berbagai
alternatif
yang
tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki.
2.
Peranan
informasi
dari
harga,
yaitu
fungsi harga dalam mendidik konsumen
mengenai
faktor-faktor
produk,
seperti
kualitas.
Hal
ini
terutama bermanfaat dalam
situasi
dimana
pembeli
mengalami
kesulitan untuk menilai
faktor produk atau
manfaatnya
secara objektif.
Persepsi yang sering
berlaku adalah
bahwa
harga yang
mahal mencerminkan kualitas yang tinggi.
|
12
2.5
Faktor Menetapkan Harga
Secara umum menurut Tjiptono (2002, pp154-157) ada
dua faktor utama
yang perlu
dipertimbangkan dalam menetapkan harga yaitu
Faktor internal perusahaan
1.
Tujuan Pemasaran Perusahaan
Faktor
utama yang menentukan dalam penetapan harga adalah tujuan pemasaran
perusahaan.
Tujuan
tersebut
bisa berupa maksimasi
laba,
mempertahankan
kelangsungan
hidup
perusahaan,
meraih pangsa
pasar
yang
besar, menciptakan
kepemimpinan
dalam
hal
kualitas,
mengatasi persaingan, melaksanakan tanggung
jawab sosial, dan lain-lain.
2.
Strategi bauran pemasaran
Harga hanyalah salah satu
komponen dari bauran pemasaran. Oleh karena itu, harga
perlu
dikoordinasikan
dan
saling
mendukung
dengan
bauran
pemasaran
lainnya,
yaitu produk, distribusi, dan promosi.
3.
Biaya
Biaya merupakan faktor yang menentukan harga minimal
yang harus ditetapkan agar
perusahaan
tidak
mengalami
kerugian.
Oleh
karena itu, setiap perusahaan pasti
menaruh
perhatian besar
pada aspek struktur biaya (tetap dan variabel), serta jenis-
jenis
biaya
lainnya,
seperti
out-of-pocket
cost, incremental cost, opportunity cost,
controllable cost,
dan
replacement cost.
Faktor Lingkungan Eksternal
1. Sifat Pasar dan Permintaan
Setiap
perusahaan
perlu
memahami
sifat pasar
dan
permintaan
yang
dihadapinya,
apakah
termasuk pasar persaingan sempurna, persaingan monopolistic, oligopoly,
atau monopoli. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah elastisitas permintaan.
|
13
2. Persaingan
Ada
lima
kekuatan
pokok
yang
berpengaruh dalam
persaingan
suatu
industri,
yaitu
persaingan
dalam industri
yang
bersangkutan, produk
subsitusi,
pemasok,
pelanggan, dan ancaman pendatang baru. Informasi-informasi yang
dibutuhkan
untuk menganalisis karakteristik persaingan yang dihadapi antara lain meliputi:
a.
Jumlah perusahaan dalam industri.
Bila hanya ada
satu
perusahaan dalam industri,
maka secara teoretis perusahaan
yang
bersangkutan
bebas
menetapkan hargannya
seberapa pun.
Akan
tetapi
sebaliknya,
bila industri
terdiri atas banyak perusahaan, maka persaingan
harga
terjadi.
Bila produk yang dihasilkan
tidak terdiferensiasi, maka hanya pemimpin
industri yang leluasa menentukan perubahan harga.
b.
Ukuran relatif setiap anggota dalam industri.
Bila
perusahaan
memiliki
pangsa
pasar yang
besar, maka perusahaan
yang
bersangkutan
dapat memegang inisiatif perubahan harga. Bila pangsa pasarnya
kecil, maka hanya menjadi pengikut.
c.
Diferensiasi produk.
Bila
perusahaan
berpeluang
melakukan diferensiasi
dalam
industrinya,
maka
perusahaan
tersebut
dapat
mengendalikan
aspek penetapan
harganya,
bahkan
sekalipun perusahaan itu kecil dan banyak pesaing dalam industri.
d.
Kemudahan untuk memasuki industri yang bersangkutan.
Bila
suatu
industri
mudah
untuk
dimasuki, maka perusahaan yang ada sulit
mempengaruhi
atau mengendalikan
harga. Sedangkan
bila ada
hambatan masuk
ke
pasar
(barrier to
market entry),
maka
perusahaan-perusahaan
yang
sudah
ada
dalam
industri
tersebut dapat mengendalikan harga. Hambatan masuk ke
pasar dapat berupa:
a. Persyaratan teknologi
b. Investasi modal yang besar
|
14
c.
Ketidaktersediaan bahan baku pokok/ utama
d. Skala
ekonomis
yang sudah dicapai
perusahaan-perusahaan
yang
telah
ada
dan sulit diraih oleh para pendatang baru
e. Kendali
atas
sumber
daya
alam
oleh
perusahaan-perusahaan
yang
sudah
ada
f.
Keahlian dalam pemasaran
3. Unsur-unsur Lingkungan Eksternal Lainnya
Selain faktor-faktor di
atas,
perusahaan juga perlu mempertimbangkan faktor kondisi
ekonomi
(inflasi,
boom
atau
resesi, tingkat
bunga),
kebijakan
dan
peraturan
pemerintah, dan aspek sosial (kepedulian terhadap lingkungan).
2.6
Prosedur Penetapan Harga
Berdasarkan
pendapat
Kotler
(2000,
pp523-524) perusahaan harus
mempertimbangkan
banyak
faktor
dalam menetapkan kebijakan
harganya.
Adapun
prosedur enam langkah untuk menetapkan harga:
1.
Memilih Tujuan Penetapan Harga
Pertama-tama perusahaan
harus
memutuskan
apa
yang
ingin dicapai dengan
penawaran
produk
tertentu.
Jika
perusahaan
telah
memilih
pasar
sasaran dan
penentuan posisi pasarnya dengan cermat, maka strategi bauran pemasarannya
termasuk harga akan cukup jelas.
2.
Menentukan Permintaan
Tiap harga yang dikenakan
perusahaan akan menghasilkan tingkat permintaan yang
berbeda-beda
dan karena itu akan memberikan pengaruh yang berbeda pula pada
tujuan pemasarannya.
3.
Memperkirakan Biaya
|
15
Permintaan
menentukan
batas
harga
tertinggi
yang
dapat
dikenakan
perusahaan
atas
produknya
dan biaya
perusahaan menentukan
batas terendahnya. Perusahaan
ingin
menetapkan
harga
yang
dapat
menutup
biaya
produksi,
distribusi
dan
penjualan
produknya,
termasuk pengembalian
yang
memadai
atas
usaha
dan
resikonya.
4.
Menganalisis Biaya, Harga dan Penawaran Pesaing
Dalam
rentang
harga
yang
mungkin,
yaitu
diantara
biaya
dan
permintaan
pasar,
biaya pesaing, harga pesaing dan kemungkinan reaksi harga membantu perusahaan
menetapkan
harga yang akan dikenakan. Perusahaan perlu mengukur biayanya
dengan biaya pesaing untuk mengetahui apakah biaya produksinya lebih tinggi atau
lebih
rendah.
Perusahaan dapat
mengirimkan
pembelanja
dan
pembanding
untuk
mengetahui
harga pesaing dan nilai penawarannya. Perusahaan juga dapat
memperoleh
daftar
harga
pesaing, membeli
peralatan
pesaing
kemudian
membongkarnya
serta
menanyai
pembeli
bagaimana mereka menilai harga dan
kualitas penawaran pesaing.
5.
Memilih Metode Penetapan Harga
Perusahaan memecahkan masalah penetapan harga ini dengan memilih suatu
metode
penetapan
harga
yang
menyertakan satu
atau
beberapa
unsur dari ketiga
pertimbangan
ini. Metode
penetapan harga akan menghasilkan suatu harga tertentu.
Berikut
metode-metode
penetapan
harga,
yaitu:
penetapan
harga mark up (markup
pricing), penetapan
harga
berdasarkan
sasaran
pembeli
(target return pricing),
penetapan
harga
berdasarkan
nilai
yang
dipersepsikan
(perseived-value pricing),
penetapan
harga
nilai
(value pricing)
,
penetapan
harga
sesuai
harga
yang
berlaku
(going-rate pricing)
dan penetapan harga penutup
(sealed-bid pricing).
6.
Memilih Harga Akhir
Metode-metode
penetapan harga mempersempit tentang harga yang dipilih
perusahaan
untuk menentukan harga akhir.
Dalam memilih harga akhir,
perusahaan
|
![]() 16
mempertimbangkan
sebagai
faktor
tambahan, termasuk penatapan harga psikologis,
pengaruh elemen bauran pemasaran lain terhadap harga, kebijakan penetapan
harga perusahaan dan dampak dari harga terhadap pihak-pihak lain.
Adapun Skema Prosedur Penetapan Harga Dapat Digambarkan sebagai berikut:
1. Menentukan Tujuan
Penetapan Harga
2. Menentukan Permintaan
3. Memperkirakan Biaya
4. Menganalisis Biaya, Harga
Dan Penawaran Pesaing
5. Memilih Metode Penetapan
Harga
6. Memilih Harga Akhir
Gambar 2.1
Menentukan Kebijakan Penetapan Harga
Sumber: Philip Kotler Manajemen Pemasaran (2000, p523)
2.7
Metode Penetapan Harga
Terdapat beberapa metode penetapan harga yang akan dijabarkan oleh penulis, yaitu:
1. Metode penetapan harga berbasis biaya, yang terdiri dari:
a. Mark up Pricing
|
![]() 17
Berdasarkan pendapat
Kismono (2001, p351) perusahaan menggunakan
mark
up
pricing dengan
cara
menjumlah
seluruh
biaya
yang
diperlukan
dalam
memproduksi produk, kemudian
menentukan
persentase mark up
untuk menutup
biaya dan memperoleh keuntungan yang diharapkan.
Penetapan harga mark up
menurut Papas dan Hirschey (1995, pp214-215) terbagi
atas 2 macam, antara lain:
-
Mark up
atas harga
Yaitu selisih antara harga dan biaya, yang diukur secara relative terhadap harga,
yang biasanya diekspresikan dalam persentase, sesuai dengan rumus:
Mark up
atas harga =
Harga Jual Total biaya
Harga Jual
-
Mark up
atas biaya
Yaitu selisih antara
harga
dan
biaya,
yang
diukur secara relatif
terhadap
biaya,
yang biasanya diukur dalam bentuk persentase, sesuai dengan rumus:
Mark up
atas biaya =
Harga Jual Total Biaya
Total Biaya
b. Metode penentuan harga jual normal (cost plus pricing)
cost plus pricing
menurut Mulyadi (1997, pp350351) adalah
penentuan harga jual
dengan cara menambahkan
laba
yang diharapkan
di atas biaya perusahaan untuk
masa yang akan datang untuk memproduksi dan memasarkan produk.
Dalam keadaan
normal, manajer sebagai penentu
harga jual memerlukan
informasi
biaya
perusahaan
masa
yang
datang
sebagai
dasar
penentu
harga
jual
produk
atau
jasa.
Metode
penentuan
harga
jual normal
seringkali
disebut
dengan
istilah
cost
plus
pricing,
karena
harga
jual
ditentukan
dengan
menambah
biaya
masa
yang akan datang dengan suatu persentase mark up
atau tambahan di atas jumlah
biaya yang dihitung dengan formula tertentu.
c. Analisis pulang pokok (
Break Even Point
)
|
![]() 18
Break
Even Point
menurut
Kismono
(2001,
p352)
adalah
suatu
metode
untuk
menentukan
jumlah
barang
yang harus dijual dengan harga tertentu untuk
menutupi
biaya
investasi
dan
memperoleh keuntungan. Dalam pendekatan ini,
perusahaan
dapat
menilai
berbagai tingkat keuntungan
dengan
mencoba beberapa
alternative harga.
Break Event Point
=
Total Fixed Cost
Price Per unit Variabel Cost Per unit
2. Metode penetapan harga berbasis permintaan menurut Tjiptono (2002,
pp158-160)
1.
Skimming Pricing
Strategi
ini
diterapkan dengan jalan
menetapkan
harga
tinggi bagi suatu produk
baru
atau
inovatif selama tahap perkenalan, kemudian menurunkan harga
tersebut pada saat persaingan mulai ketat.
2.
Peneration Pricing
Dalam
strategi
ini
perusahaan
berusaha
memperkenalkan suatu produk baru
dengan
harapan
akan
dapat
memperoleh
volume
penjualan
yang
besar
dalam
waktu relatif singkat.
3.
Prestige Pricing
Harga
dapat
digunakan
oleh
pelanggan
sebagai
ukuran
kualitas
atau prestise
suatu
barang/
jasa.
Dengan
demikian bila harga diturunkan sampai tingkat
tertentu,
maka
permintaan
terhadap
barang
atau
jasa
tersebut akan
turun.
Gambar
2.2
menunjukkan
bahwa
dari titk A ke B, konsumen menganggap
penurunan
harga sebagai efek dari tawar-menawar, karena itu mereka membeli
dalam jumlah
yang lebih
banyak.
Akan tetapi
dari
titik
B
ke C, mereka
meragukan kualitas
dan
prestise
barang atau jasa
bersangkutan, sehingga
mereka akan
mengurangi
pembeliannya.
Strategi yang
tepat disini
adalah
mempertahankan tingkat harga agar tetap berada di atas titik Po.
|
![]() 19
Harga
A
Po - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
B
C
Gambar 2.2
Prestige Pricing
Kuantitas
4.
Price Lining
Price lining
digunakan
apabila
perusahaan
menjual produk
lebih
dari satu jenis.
Harga
untuk
lini
produk
tersebut
bisa
bervariasi
dan
ditetapkan
pada tingkat
harga
tertentu yang berbeda. Misalnya harga lini produk pakaian wanita
ditetapkan pada
tingkat harga Rp. 50.000,00; Rp.
79.000,00; dan Rp.
99.000,00.
Gambar 2.3 menunjukkan bahwa permintaan
bersifat elastis pada masing-
masing tingkat harga, tetapi inelastis diantara berbagai tingkat harga tersebut.
Harga
P1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
P2
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
P3
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Gambar 2.3
Price Lining
Kuantitas
5.
Odd-Even Pricing
Bila kita masuk ke sebuah supermarket,
kerapkali
kita menjumpai barang-barang
yang
ditawarkan
dengan
harga
yang
ganjil,
misalnya
Rp.
1.959,00
dan
Rp.
9.975,00.
Pertanyaan
yang
bisa
muncul
adalah
bukankah
harga-harga
tersebut
sebenarnya sama saja dengan Rp.
1.600,00 dan Rp. 10.000,00 ? Apalagi saat ini
|
20
sulit
mencari
kembalian
Rp.
5,00,
Rp 10,00
dan
Rp
25,00,
bahkan
seringkali
malah diganti dengan permen.
Harga-harga
tersebut
ditetapkan
dengan
metode
old-even pricing, yakni
harga
yang besarnya mendekati jumlah genap tertentu.
6.
Demand-Backward Pricing
Suatu
strategi
penetapan
harga berdasarkan suatu target harga tertentu,
kemudian perusahaan menyesuaikan kualitas komponen-komponen produknya
seperti produk shopping goods.
7.
Bundle Pricing
Bundle pricing
merupakan
strategi
pemasaran
dua
atau
lebih produk
dalam
satu
harga
paket.
Misalnya travel agency
menawarkan
paket liburan
yang mencakup
transportasi, akomodasi, dan konsumsi.
3. Metode penetapan harga berbasis persaingan menurut Tjiptono (2002, pp164-166)
1.
Customary Pricing
Metode
ini digunakan untuk
produk-produk yang harganya
ditentukan oleh
faktor-faktor
seperti tradisi, saluran distribusi
yang
terstandarisasi, atau faktor
persaingan
lainnya.
Penetapan
harga yang
dilakukan
berpegang
teguh
pada
tingkat
harga
tradisional.
Perusahaan
berusaha untuk tidak mengubah
harga di
luar batas-batas
yang
diterima.
Untuk itu perusahaan menyesuaikan
ukuran
dan
isi
produk
guna
mempertahankan
harga. Contoh
produk yang harganya biasa
ditetapkan dengan metode ini antara lain beras, gula, dan makanan ringan.
2.
Above, At, or Below Market Pricing
Above-market pricing dilaksanakan
dengan
jalan
menetapkan
harga
yang
lebih
tinggi
daripada
harga
pasar. Metode ini hanya sesuai digunakan oleh
perusahaan
yang
sudah
memilliki
reputasi atau
perusahaan
yang
menghasilkan
barang-barang prestise. Ini dikarenakan konsumen kurang memperhatikan aspek
|
21
harga
dalam
pembeliannya,
tetapi
mereka lebih
mengutamakan
kualitas
atau
faktor
prestise
yang
terkandung
dalam
produk yang dibeli.
Contoh perusahaan
yang
menerapkan
metode ini adalah perusahaan jam tangan rolex dan
perusahaan busana rancangan Christian Dior.
Dalam
at-market pricing
,
harga
ditetapkan sebesar
harga pasar,
yang
seringkali
dikaitkan
dengan
harga
pesaing.
Metode
ini
juga
sering disebut going
rate
atau
imitative pricing.
Contoh
perusahaan
yang
menerapkan
strategi
ini
adalah Sears, Revlon, dan produsen kemeja Arrow.
Sementara
itu
below-market pricing yang
harganya
ditetapkan
di
bawah
harga
pasar,
banyak
diterapkan
oleh produsen produk-produk generik (misalnya
obat-obatan)
dan
pengecer
yang
menjual produk
dengan
private brand
(contoh
produknya
antara
lain
gula,
makanan
kecil,
minuman
ringan,
dan sebagainya).
Hero Supermarket merupakan salah satu pengecer yang menerapkan strategi ini,
terutama untuk produk-produk
private brand
-nya.
3.
Loss Leader Pricing
Penetapan
harga
penglaris
(loss-leader pricing)
merupakan
alat
untuk
mempromosikan
pengecer
(retailer) dan bukan produknya, sehingga kebanyakan
produsen
tidak
suka
bila
produk-produknya
dijadikan
penglaris.
Ini
disebabkan
beberapa
risiko
yang
mungkin
timbul. Pertama,
produsen
produk
tersebut bisa
diprotes
toko
(pengecer)
lain dan para pelanggan
yang berbelanja di
tempat lain
dengan
harga
normal. Mereka menganggap ada
perbedaan
perlakuan yang tidak
adil.
Kedua,
produsen
bakalan
menghadapi
perang harga, bila para pesaing
industrinya
bereaksi
dengan
menurunkan
harga.
Dan ketiga,
produk
yang
dijadikan penglaris bisa turun citra/prestisenya.
4.
Sealed Bid Pricing
Metode
ini
menggunakan
sistem
penawaran
harga
dan
biasanya
melibatkan
agen
pembelian
(buying agency)
.
Jadi,
bila ada
perusahaan atau lembaga
yang
|
22
ingin membeli
suatu
produk,
maka
yang bersangkutan
menggunakan
jasa
agen
pembelian untuk menyampaikan
spesifikasi
produk
yang dibutuhkan kepada para
calon
produsen.
Setiap
calon
produsen
diminta
untuk menyampaikan harga
penawarannya untuk kuantitas yang dibutuhkan.
Harga penawaran tersebut
harus diajukan dalam jangka waktu
tertentu, kemudian diadakan semacam
lelang
untuk menentukan penawaran terendah yang memenuhi syarat untuk
melaksanakan kontrak pembelian.
2.8
Strategi Penentuan Harga
Menurut
Madura (2001, pp106-109)
perusahaan menentukan
harga
produk mereka
dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Penentuan Harga Berdasarkan Biaya Produksi
Beberapa
perusahaan menentukan harga untuk sebuah produk dengan
mengestimasi
biaya per
unit
untuk
memproduksi
produk tersebut dan menambahkan
suatu kenaikan.
2. Penentuan Harga Berdasarkan Suplai Persediaan
Beberapa
keputusan
harga
berhubungan langsung
dengan
suplai
persediaan.
Misalnya,
perusahaan
komputer
seperti Compaq
biasanya
akan menurunkan harga
komputer
personal
yang
ada
untuk
memberi
ruang
kepada
model
terbaru
yang
segera
akan
dipasarkan.
Dealer
kendaraan
bermotor
juga
sering
menggunakan
strategi ini.
Kebanyakan
produsen dan pengecer cenderung menurunkan
harga jika
mereka harus mengurangi persediaan.
3. Penentuan Harga Berdasarkan Harga Pesaing
a. Penentuan Harga Penetrasi
Strategi
menentukan
harga
lebih
rendah
dibanding
produk-produk
pesaing
agar dapat menembus pasar.
|
23
Keberhasilan
dari
penentuan
harga
penetrasi
tergantung
pada
seberapa besar
tanggapan
konsumen terhadap penurunan harga. Permintaan akan produk
dengan
harga
elastis
akan
sangat
respontif terhadap
perubahan
harga.
Beberapa
produk
perlengkapan
makanan
seperti serbet
dan
piring
kertas adalah
harga
elastis, dimana
harga
menjadi
ukuran
yang
paling
penting
yang digunakan
konsumen saat memutuskan merek mana yang akan dibeli.
Permintaan
akan sebuah produk
yang harga
tidak elastis/ inelastis
adalah tidak respontif terhadap perubahan harga. Perusahaan tidak perlu
menggunakan
penentuan
harga
penetrasi jika
produk
mereka tidak
elastis
terhadap
harga,
karena kebanyakan konsumen tidak akan beralih ke produk
pesaing
untuk
mengambil
keuntungan
dari
harga
yang lebih rendah. Bagi
beberapa
produk,
seperti
produk-produk yang
sulit
dan
mobil-mobil berkualitas
tinggi,
pelayanan
pribadi
dan
kualitas dianggap
lebih
penting
dari
harga.
Permintaan
akan berbagi jasa tidak
respontif terhadap penurunan
harga, karena
konsumen akan
memilih
satu
perusahaan dari yang
lainnya.
Misalnya,
beberapa
konsumen
tidak
akan
bersedia
untuk
berganti
dokter
gigi,
penata rambut, atau
broker saham meskipun pesaing menurunkan harganya.
b. Penentuan Harga Defensif
Tindakan
menurunkan
harga
produk
untuk menahan (mempertahankan)
pangsa
pasarnya.
Misalnya,
penerbangan umumnya menurunkan tarif
penerbangan
dalam
menanggapi pesaing
yang
menurunkan
tariff
penerbangannya.
Beberapa
perusahaan menurunkan harga untuk menyerang
pesaing
baru
yang masuk
ke dalam
pasar. Strategi ini disebut
penentuan
harga
predatori.
c.
Penentuan Harga Prestise
Strategi menggunakan
harga
yang lebih tinggi
untuk meraih kesan lini yang
terbaik. Misalnya,
GapKids menjual
pakaian
bayi dengan harga yang relatif tinggi
|
24
untuk
menciptakan
kesan
kualitas
yang
terbaik,
untuk
pelanggan
yang
tidak
memperhatikan harga.
2.9
Bauran Pemasaran
Menurut
Kotler
(2002,
p18)
bauran
pemasaran
(marketing
mix) adalah
seperangkat
alat
pemasaran
yang
digunakan
pperusahaan untuk
terus-menerus mancapai
tujuan
pemasarannya di pasar sasaran.
Menurut
Kotler
dan
Armstrong
(2001,
pp71-74)
mendefinisikan
bauran pemasaran
sebagai
seperangkat
alat pemasaran taktis
dan terkontrol yang dipadukan oleh
perusahaan untuk menghasilkan respon
yang diinginkan pasar sasaran.
Bauran
pemasaran
terdiri
atas
segala
Sesuatu
yang
dapat
dilakukan
perusahaan
untuk
mempengaruhi
permintaan
produknya.
Kemungkinankemungkinan
itu dapat
dikelompokkan
menjadi
empat kelompok variabel yang dikenal dengan Empat P:
product, price, place, dan
promotion (produk, harga, distribusi, dan promosi).
1. Produk
artinya
kombinasi
barang dan jasa
yang ditawarkan oleh perusahaan
kepada
pasar sasaran.
2. Harga (price) adalah sejumlah uang yang
harus
dibayar oleh pelanggan untuk
memperoleh produk
3. Distribusi
(place)
meliputi aktivitas
perusahaan
agar
produk mudah didapatkan
konsumen sasrannya.
4. Promosi
artinya
aktivitas
mengkomunikasikan
keunggulan
produk
serta
membujuk
pelanggan sasaran untuk membelinya.
Adapun skema bauran pemasaran dapat digambarkan sebagai berikut:
|
![]() 25
Bauran Pemasaran
Produk
Pasar Sasaran
Tempat
Harga
Promosi
Gambar 2.4
Bauran Pemasaran
Sumber: Philip Kotler, manajemen Pemasaran (2002, p18)
2.10
Teori Michel E. Porter Dalam Menghadapi Persaingan
Dewasa
ini
bagi
setiap perusahaan menghadapi
pesaing merupakan salah satu hal
yang
terpenting
dalam
strategi
pemasaran. Oleh
karena
itu dalam kegiatan pemasaran,
mengetahui
siapa
pesaing
kita
dan
cara menghadapinya
merupakan
suatu
hal
yang
penting.
Berikut ini
lima
elemen
kekutan persaingan dalam industri, menurut Michael E.
Porter (Philip Kotler, 2002, p248):
|
![]() 26
PENDATANG BARU
ANCAMAN
PENDATANG
BARU
DAYA TAWAR
MENAWAR
PEMASOK
PERSAINGAN
DIKALANGAN ANGGOTA
INDUSTRI
PEMASOK
PEMBELI
PERSAINGAN DIANTARA
PERUSAHAAN YANG
SUDAH ADA
DAYA TAWAR
MENAWAR PEMBELI
ANCAMAN PRODUK
ATAU PRODUK
SUBTITUSI
SUBSTITUSI
Gambar 2.5
Lima Elemen Persaingan Dalam Industri Menurut Michael E. Porter
Sumber: Philip Kotler, Manajemen Pemasaran (2002, p248)
1. Rintangan masuk (barriers to entry) bagi pendatang baru (new entrans) adalah:
-
Semakin
kecil hambatan
yang
dihadapi, maka
ancaman masuknya
pendatang
baru
dalam suatu industri adalah besar.
-
Semakin
besar
hambatan
yang
dihadapi
oleh
pendatang
baru
untuk
memasuki
suatu industri, maka ancaman pendatang baru
bagi industri yang sudah ada adalah
relatif kecil.
-
Hambatanhambatan itu merupakan situasi dan kondisi yang membatasi
perusahaan dalam memperoleh jalan
masuk (akses) ke dalam suatu industri.
2. Daya tawar pemasok
|
27
Kekuatan
masingmasing
pemasok
atau
pembeli
bergantung
pada
sejumlah
karakteristik
situasi
pasarnya
dan
pada
tingkat
kepentingan
relatif
penjualan
atau
pembeliannya dalam industri tersebut dibandingkan dengan keseluruhan bisnisnya.
Kelompok pemasok jika:
-
Jika
ini
didominasi
oleh
sedikit
perusahaan
dan
lebih
terkonsentrasi
ketimbang
industri tempat mereka menjual produk.
-
Produk pemasok
bersifat
unik atau
setidaktidaknya
terdiferensiasi, atau
jika
terdapat biaya pengalihan (switching cost).
-
Pemasok
memiliki
kemampuan
untuk
melakukan
integrasi
maju
ke
industi
pembeliannya.
-
Industri bukan merupakan pelanggan penting bagi pemasok.
3. Daya tawar pembeli
Daya tawar pembeli kuat jika:
-
Pembeli terkonsentrasi atau membeli dalam sejumlah (volume)
besar.
-
Produk yang dibeli dari industri bersifat standar atau terdiferensiasi.
-
Produk yang dibeli dari industri merupakan
komponen penting dari produk pembeli
dan merupakan komponen biaya yang cukup besar.
-
Pembeli menerima laba yang rendah.
-
Produk industri tidak penting bagi kualitas produk atau jasa pembeli.
-
Pembeli memiliki kemampuan untuk melakukan integrasi balik.
4.
Produk substitusi
Dengan menetapkan batas harga
tertinggi (celling price)
,
produk atau jasa substitusi
membatasi
potensi
suatu
industri.
Jika
industri tidak
mampu
meningkatkan
kualitas
produk atau jasa mendiferensiasikannya, laba dan pertumbuhan industri dapat
terancam.
Produkproduk pengganti
ini
menjadi
semakin kuat ketika para
produsen
telah mencapai kapasitas maksimum dalam upaya mereka memenuhi permintaan.
|
28
5. Persaingan dikalangan
anggota industri terjadi karena mereka berebut posisi dengan
menggunakan taktik seperti persaingan harga, introduksi produk, dan peran iklan.
Persaingan tajam seperti ini bersumber pada sejumlah faktor:
-
Jumlah peserta persaingan
banyak
dan
kurang lebih setara
dalam
hal ukuran
dan
kekuatan.
-
Pertumbuhan industri lambat, menyulut perang memperebutkan bagian pasar yang
melibatkan perusahaan-perusahaan yang ingin melakukan ekspansi.
-
Produk atau jasa tidak terdiferensiasi atau tidak membutuhkan biaya pengalihan.
-
Biaya
tetap
(fixed cost) tinggi
atau
produk
tersebut
mudah
rusak
(perisable),
mengundang keinginan kuat untuk menurunkan harga.
-
Penambahan kapasitas harus dalam jumlah besar.
-
Hambatan keluar tinggi.
2.11
Kerangka Pemikiran Teoritis
Menurut
Tjiptono (2002, pp154-157) perusahaan dalam menetapkan harga
dipengaruhi
oleh
dua
faktor,
yaitu
faktor internal
dan
faktor
eksternal.
Kemudian
perusahaan
menentukan
metode penetapan
harga
yang
akan
digunakan
sehingga
perusahaan
dapat
menentukan
harga
akhir,
dimana
harga
akhir
tersebut nantinya
akan
berpengaruh terhadap naik turunnya nilai penjualan.
|
![]() 29
HARGA POKOK
METODE PENETAPAN HARGA
BARANG DAN JASA (BIAYA
PEMASANGAN)
MARK UP PRICING
HARGA JUAL
(X1
)
BIAYA
PEMASANGAN
(X2)
NILAI PENJUALAN
Gambar 2.6
Kerangka Pemikiran
Sumber:
Fandy Tjiptono dan sesudah diolah
Tujuan
penetapan
harga
jual yang
dilakukan
pada umumnya ingin mencapai tingkat
nilai
penjualan
yang
tinggi sehingga dapat menetapkan diri dalam
persaingan.
Harga jual
dan
biaya
pemasangan
dapat
ditetapkan
melalui
berbagai
cara dan yang paling
sering
digunakan oleh perusahaan
adalah
penetapan harga jual dan biaya pemasangan dengan
menggunakan metode
mark up pricing
.
|
30
2.12
Metodologi Penelitian
2.12.1
Jenis dan Metode Penelitian
Metode
yang digunakan adalah Metode Deskriptif dengan jenis penelitian studi
kasus. Data yang sudah diperoleh baik secara
primer maupun sekunder, kemudian diolah
dan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif.
Data
tersebut
antara
lain
data
penjualan,
data
harga
jual
dan
biaya
pemasangan
yang
dilakukan PT. SURYA INDO PRIMA.
2.12.2
Teknik Pengumpulan Data
Untuk
mendapatkan
data-data yang diperlukan dalam penyusunan
skripsi ini
maka
penulis melakukan cara-cara pengumpulan data sebagai berikut:
1.
Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian
ini
dilakukan
untuk
memperoleh
data
sekunder
dengan
membaca
buku
dan
referensi untuk
mendapatkan
informasi
yang
diperlukan
dalam
pembahasan
skripsi ini.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian
ini
dilakukan
untuk
memperoleh data
primer
yaitu
data
yang
langsung
didapat dari PT. SURYA INDO PRIMA dengan cara sebagai berikut :
a.
Pengamatan (Observasi)
Merupakan
metode
pengumpulan
data dengan melakukan peninjauan dan
pengamatan
langsung
ke lokasi perusahaan
untuk melihat gambaran
keadaan
perusahaan sesungguhnya.
b. Wawancara (Interview)
|
![]() 31
Merupakan
metode
pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab secara
langsung dengan pihak
perusahaan
untuk memperoleh informasi
yang lebih jelas
dan akurat.
2.12.3
Definisi Operasional dan Instrumen Pengukuran
Menurut
Husein
Umar
(2003,
p381),
dimensi operasional yaitu menampilkan input-
input apa saja yang dibutuhkan, alat-alat proses yang dipakai serta bentuk keluaran yang
diminta
sedangkan
instrumen pengukuran
yaitu agar data
dapat diolah,
alat
ukur
dapat
berupa
pengolahan
data
kuantitatif,
juga dapat
memakai
alat
yang
mengolah
data
kualitatif, harus disesuaikan dengan data
dan output yang ingin dihasilkan.
Tabel 2.1
Definisi Operasional
No.
Variabel
Dimensi
Definisi
1.
Y
Nilai Penjualan
Pendapatan yang
berhasil diperoleh oleh perusahaan
2.
X1
Harga Jual
Harga
jual
ini
merupakan
harga produk yang tela
disepakati
oleh
perusahaan.Harga jual ini terbentuk dar
harga pokok ditambah dengan laba yang diharapkan.
3.
X2
Biaya
Pemasangan
Biaya
pemasangan
ini
merupakan biaya
pelayanan yan
telah disepakati oleh perusahaan.
Biaya pemasangan in
terbentuk
dari
biaya pokok ditambah dengan laba yan
diharapkan.
Biaya
pemasangan
ini
terdiri dari
biay
tenaga
kerja
tidak
langsung,
pengiriman
barang da
pembersihan lokasi.
Sumber:
data setelah diolah.
|
![]() 32
Tabel 2.2
Instrumen Pengukuran
No.
Instrumen Pengukuran
Definisi
1.
Mark up
atas harga
Penambahan
persentase
tertentu dari
harga
pokok,
sehingga didapat suatu harga jual.
2.
Mark up
atas biaya
Penambahan
persentase
tertentu
dari
biaya
keseluruhan.
3.
Analisis regresi linear
berganda
Suatu
analisis
yang
digunakan
untuk
mengukur
kekuatan hubungan antara 2 variabel atau lebih.
Sumber:
data setelah diolah.
2.12.4 Teknik Analisis Data
Penganalisisan terhadap data yang diperoleh, menggunakan metode mark up pricing
untuk
menganalisis
metode
penetapan
harga
yang digunakan oleh perusahaan dalam
menetapkan
harga
jual
produknya dan biaya pemasangan serta menggunakan analisis
regreai
linear
berganda
untuk
mengetahui sampai
sejauh mana hubungan antara harga
jual
dan
biaya
pemasangan
terhadap
nilai penjualan
PT.
Surya
Indo Prima, analisis
digunakan dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product Service and Solution)
Versi 10.0.1.
2.12.4.1
Analisis Perhitungan Harga Jual
Setelah
data
harga
pokok
dari
produk
dan
harga
jual
dari
produk
serta
biaya
pokok
dan
biaya
pemasangan
diperoleh
maka
langkah
berikutnya
adalah
|
![]() 33
menganalisis besarnya nilai
mark up
atas
harga dan
mark up
atas
biaya (Papas
dan
Hirschey 1995, pp214-215) dapat dihitung dengan rumus:
Mark up
atas harga =
Harga jual Total biaya
Harga jual
Mark up
atas biaya =
Harga jual Total biaya
Total biaya
Statistik deskriptif dalam analisis nilai mark up
:
1.
Mean
untuk mencari rata rata nilai dari suatu kelompok data.
Rumus
mean (Supranto 2001, p89):
X =
?
x
n
Dengan : X = rata rata (mean)
X = nilai dari data
mark up
n = banyaknya data
2.
Median adalah satu
nilai yang
tepat pada
pertengahan data
yang
telah diurutkan
dari nilai terkecil sampai nilai terbesar.
Rumus
median (Supranto 2001, pp97 - 99) adalah:
Jika
n
ganjil
Md = X
k
+ 1
, dimana
n
= 2 k + 1, k = n
1
2
Jika
n
genap
Md =
X
k
+ X
k
+
1
, dimana : n = 2 k,
k =
n
2
2
|
34
Keterangan : n = jumlah data
K = suatu bilangan konstan
3.
Mode atau
Modus (Supranto
2001,
p104):
merupakan
nilai
yang
mempunyai
frekuensi
tertinggi
atau
nilai
yang paling banyak
terjadi di
dalam
suatu
kelompok
nilai.
4.
Maximum
dan
minimum:
merupakan nilai
tertinggi
dan terendah
dari
data
yang
dimasukkan.
2.12.4.2
Analisis Pengaruh Harga Terhadap Nilai Penjualan
Untuk mengetahui apakah penetapan harga telah mencapai tujuan yang
diinginkan
perusahaan,
maka
dilakukan
analisis
statistik
deskriptif,
analisis
korelasi
sederhana,
korelasi
berganda,
analisis
koefisien determinasi berganda dan analisis
koefisien
regresi
dari
data
yang
diperoleh,
yaitu: data harga jual produk, biaya
pemasangan, dan nilai penjualan perusahaan selama tahun 2000 2004.
1. Analisis Data dengan Statistik Deskriptif
Mean digunakan
untuk
mengetahui
nilai
ratarata
dari
data
yang
telah
dimasukkan.
Standar
deviasi
untuk
mengetahui
batasbatas
penyimpangan
yang
terdiri dari
dua yaitu: batas atas dan batas bawah.
2. Analisis Koefisien Korelasi Berganda
Koefisien
korelasi
berganda
memberikan
ukuran
keeratan
dalam persamaan
regresi.
Koefisien
korelasi
berganda
disimbolkan
dengan
R
, dan dirumuskan
(Supranto 2001, p191) sebagai berikut:
|
![]() 35
R =
{ b1(?x1
.y)}
+ {b2(?x2.y)}
?y
2
Nilai
koefisien
korelasi
atau
R
ini
paling sedikit
-1
dan
paling
besar
1.
jadi
R=
koefisien
korelasi, maka nilai dapat dinyatakan
(Supranto 2001, p152) sebagai
berikut: -1 < R < 1, artinya:
-
Bila R= 0, hubungan X dan Y lemah sekali atau tidak ada hubungan.
-
Bila
R=
1,
hubungan
X
dan
Y
sempurna
dan
positif
(mendekati
1,
yaitu
hubungan sangat kuat dan positif).
-
Bila R= -1, hubungan X dan Y lemah sekali atau tidak ada hubungan.
Adapun
pendoman (Sugiyono
2002,
p1830) yang
digunakan
dalam
memberikan
interpretasi koefisien korelasi:
-
R = 0,00 0,199 artinya tingkat hubungan sangat lemah
-
R = 0,20 0,399 artinya tingkat hubungan lemah
-
R = 0,40 0,599 artinya tingkat hubungan sedang
-
R = 0,60 0,799 artinya tingkat hubungan kuat
-
R = 0,80 1,000 artinya tingkat hubungan sangat kuat
Signifikasi hasil korelasi
Setelah
angka
korelasi
didapat, maka
bagian
kedua
dari output
adalah
menguji
apakah
angka
korelasi yang diperoleh benarbenar signifikan dan dapat
digunakan untuk menjelaskan 2 variabel.
Hipotesis
H
0
= Tidak ada hubungan (tidak signifikan) antara X
1
dan X2 terhadap Y.
|
![]() 36
H1
= Ada hubungan (signifikan) antara X1
dan X2
terhadap Y.
Dasar pengambilan keputusan: berdasarkan probabilitas:
-
Jika probabilitas > 0,05, maka H
0
diterima
-
Jika probabilitas < 0,05, maka H
0
ditolak
3. Analisis Koefisien Determinasi Berganda
Koefisien
determinasi
berganda
untuk
mengukur
besarnya
sumbangan
X1
dan X2 terhadap variasi atau naik
turunnya Y.
koefisien determinasi
berganda
(Supranto 2001, p191) dapat dirumuskan sebagai berikut:
R² =
{b1(?x1
y)} + {b2(?x2.y)}
?y
2
Uji
F
dengan
menggunakan
tabel
ANOVA
(Analysis Of Variance) dilakukan
untuk menguji apakah ada pengaruh dari X1
dan X2
terhadap Y.
Hipotesis:
H
0
= Tidak ada pengaruh (tidak signifikan) antara X1
dan X2
terhadap Y.
H1
= Ada pengaruh (signifikan) antara X1
dan X2 terhadap Y.
Dasar pengambilan keputusan:
a.
Berdasarkan perbandingan F hitung dengan F tabel :
-
Jika F hitung > F tabel maka H
0
ditolak
-
Jika F hitung < F tabel maka H
0
diterima
|
![]() 37
H
0
diterima
H
0
ditolak
F
ak( n-k-1 )
Gambar 2.7 Signifikansi Uji F
Sumber : Husaini Usman dan R. Purnomo Setiady Akbar (2003, p124)
F hitung (Supranto 2001, p262) dapat dirumuskan :
F
hitung
=
R²
/k
(1 R²
)
(N k 1)
Keterangan : R² = Koefisien determinasi berganda
k
= Jumlah variabel independen
N = Jumlah data
F
tabel
bisa
dihitung
pada
F
ak(
n-k-1
),
dimana a
=
tingkat
signifikansi
=
5%
b.
Berdasarkan probabilitas:
-
Jika probabilitas > 0,05, maka H
0
diterima
-
Jika probabilitas < 0,05, maka H
0
ditolak dan H1
diterima
4. Analisis Regresi Berganda
(multiple Regresion)
Analisis
ini
digunakan
untuk
mengetahui
pengaruh
harga
jual
produk
dan
biaya pemasangan terhadap nilai penjualan.
|
![]() 38
Persamaan garis berganda adalah:
Y = a + b
1
X1
+ b2
X2
Dimana :
Y = Nilai Penjualan (Dependen)
a
= Konstanta
b
= Koefisien Regresi
X1
=
Harga Jual Produk
X2
=
Biaya Pemasangan
Signifikansi koefisien regresi berganda
Hipotesis:
H
0
= Variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen
H1
= Variabel independen mempengaruhi variabel dependen
Dasar pengambialn keputusan :
1. Berdasarkan perbandingan t hitung dengan t tabel:
-
Jika t hitung > t tabel dan t hitung < t tabel maka H
0
ditolak
-
Jika t tabel < t hitung < t tabel maka H
0
diterima
H
0
diterima
H
0
ditolak
H
0
ditolak
-
t
a/2(n-k-1)
+
t
a/2(n-k-1)
Gambar 2.8
Signifikansi uji t
Sumber : Husaini Usman dan R. Purnomo Setiady Akbar (2003, p124)
|
![]() 39
t hitung (Supranto 2001, p205) dapat dirumuskan :
t
hitung
=
b
Sb
Keterangan : b
= Konstanta
Sb = Simpangan baku
Uji dilakukan dua sisi, t tabel bisa dihitung pada tabel t a/2 (n-k-1)
Dimana: a
= tingkat signifikansi = 5% dan derajat kebebasan df = n-k-1
2. Berdasarkan probabilitas
-
Jika probabilitas > 0,05 , maka H
0
diterima
-
Jika probabilitas < 0,05 , maka H
0
ditolak
2.12.5
Kelemahan Teknik Analisis Data
Karena
teknik
analisis
data
yang
digunakan
adalah
regresi linear
berganda
sehingga
tidak
hanya
menampilkan
hasil analisis regresi
linear berganda saja, tetapi
perlu ditampilkan analisis data dengan statistik deskriptif, analisis
koefisien korelasi
berganda,
analisis
koefisien determinasi
berganda,
untuk mengetahui rata-rata data,
standar
deviasi,
tingkat
korelasi
atau
keeratan, keragaman dan
hal
tersebut telah
dilakukan di atas.
|