![]() 5
BAB II
DASAR
TEORI
2.1.
UMUM
Beton adalah bahan
yang
diperoleh dengan
mencampurkan agregat, air
dan
semen atau dengan bahan tambahan atau
zat aditif.
Bahan bahan air dan
semen bereaksi secara kimiawi
(
hidrasi ), kemudian mengikat agregat menjadi
satu.
2.2.
MIX
DESAIN³
2.2.1. SYARAT SYARAT MATERIAL
Sebelum
memulai proses
mix desain,
ada syarat
syarat
material
yang
harus dipenuhi antara lain:
1. Menentukan berat volume agregat
Berat volume dihitung untuk mengetahui berat agregat dalam keadaan jenuh
permukaan kering
( SSD ) setiap satu satuan volume.
2. Menentukan berat jenis agregat
Berat jenis agregat
merupakan suatu perbandingan antara berat agregat dan
berat air untuk volume yang sama.
3
Anonim, Pedoman Pelaksanaan Praktikum Beton, Universitas Bina Nusantara, Jakarta, 2003, hal 41.
|
6
3. Analisa saringan agregat
Analisa
agregat
memberikan suatu
untuk
informasi
penting
mengenai
prosentase agregat yang lolos dari saringan yang sudah ditentukan. Dari hasil
ini maka dapat ditentukan agregat tersebut memiliki gradasi yaag baik, cukup
baik
maupun
kurang
baik.
Semakin baik
gradasi
yang
didapat
maka
akan
didapatkan kekuatan yang lebih dari beton yang dihasilkan.
4. Menentukan water content agregat
Menentukan banyaknya kandungan air yang terdapat didalam agregat
dalam keadaan jenuh permukaan kering sangat penting karena berpengaruh
terhadap banyaknya air yang diperlukan pada ampuran beton.
2.2.2. PROSES
MIX DESAIN
Setelah
memenuhi
syarat syarat
material
campuran
beton,
maka
rancangan beton ( Mix Desain ) dapat dilakukan. Perancangan campuran beton
cara Inggris ( The British Mix Design Method ) ini tercantum dalam Design
of Normal
Mixes di Indonesia dikenal
dengan
nama
DOE
(
Departement of
Enviroment,
Building Research
Establishment
Britain
). Perancangan dengan
cara DOE ini dipakai sebagai standar perancangan oleh Departemen Pekerjaan
Umum di Indonesia, dan dimuat dalam buku Standar No. SK. SNI. T 15
1990
03 dengan
judul bukunya
:
Tata Cara Pembuatan
Rencana
Campuran beton Normal.
|
![]() 7
Proses mix desain terdiri dari beberapa tahapan seperti dibawah ini:
a.
Penetapan Kuat
Tekan
Beton
Penetapan kuat tekan beton
yang diisyaratkan (
fc ) pada umur
tertentu,
( fc
=
Mpa
pada
umur 28
hari ).
Kuat tekan beton yang diisyaratkan
sesuai dengan persyaratan perencanaan struktur dan kondisi setempat.
b.
Penetapan Nilai Deviasi Standar ( s )
Deviasi
Standar
ditetapkan
berdasarkan tingkat
mutu
pelaksanaan
campuran
di
lapangan. Makin baik
mutu
pelaksanaannya
makin kecil
nilai
deviasi standarnya. Penetapan nilai deviasi standar ( s )
ini berdasarkan atas
hasil perancangan pada pembuatan beton mutu yang sama dan menggunakan
bahan dasar yang sama pula. Nilai deviasi standar dihitung dengan rumus :
n
2
?
(
f cr - fcr
' cr - fcr
)
s =
1
n
-
1
( 2.1 )
Dengan :
fc
=
kuat tekan masing masing hasil uji, Mpa
fcr = kuat tekan beton rata rata, Mpa
N = Jumlah hasil Uji Kuat Tekan ( minimum 30 benda uji )
|
![]() 8
Jika
jumlah
data
hasil
uji
kurang
dari
30
buah
maka dilakukan
koreksi
terhadap nilai deviasi standar dengan suatu faktor pengali, seperti pada tabel
berikut :
FAKTOR
PENGALI DEVIASI STANDAR
4
TABEL
2.1
JUMLAH
DATA
FAKTOR
PENGALI
30
1,00
25
1,03
20
1,08
15
1,16
<
15
Tidak boleh
*) Untuk
nilai
antara dipakai interpolasi
Jika dalam
pelaksanaan
tidak mempunyai
catatan
/ pengalaman
hasil
pengujian beton pada masa lalu (
termasuk data hasil
uji kurang dari 15
buah ), maka nilai deviasi standar diambil 7,5 Mpa.
Untuk
memberikan gambaran bagaimana cara menilai
tingkat
mutu
pekerjaan beton, disini diberikan pedoman sebagai berikut :
4
Aci 318R 95 Tabel 5.3.1.2
|
![]() 9
NILAI
DEVIASI
STANDAR UNTUK BERBAGAI TINGKAT
PENGENDALIAN
MUTU PEKERJAAN DI LAPANGAN
Tabel
2.2
TINGKAT PENGENDALIAN MUTU PEKERJAAN
s ( Mpa
)
Sangat memuaskan
Memuaskan
Baik
Cukup
Jelek
Tanpa kendali
2,8
3,5
4,2
5,0
7,0
8.4
c.
Menghitung Nilai Tambah ( margin ), ( m )
Nilai
tambah
dihitung
berdasarkan
nilai
deviasi
standar
( s ) dengan
rumus berikut :
m
=
k.s
( 2.2 )
dimana :
m
=
nilai tambah ( Mpa )
k
5
=
1,64
s
=
deviasi standar ( Mpa )
5
Anonim Buku pelaksanaan praktikum beton, Universiras Bina Nusantara, Jakarta, 2003, hal 43.
|
10
d.
Menetapkan Kuat Tekan
Rata
Rata
yang direncanakan
Kuat Tekan Rata Rata yang direncanakan diperoleh dengan rumus :
fcr
=
fc + m
( 2.3 )
dimana:
fcr
=
kuat tekan rata rata ( Mpa )
fc
=
kuat tekan yang diisyaratkan ( Mpa )
m
=
nilai tambah ( Mpa )
e.
Penetapan Jenis
Semen Portland
Menurut SII 0013 18 di Indonesia Semen Portland dibedakan menjadi 5
jenis, yaitu jenis I, II, III, IV dan V. Jenis I merupakan jenis semen biasa atau
semen Portland.
f.
Penetapan Jenis
Agregat
Jenis
kerikil
dan
pasir ditetapkan apakah berupa
agregat alami
ataukah
jenis agregat batu pecah ( crushed aggregate ).
g.
Penetapan Faktor Air Semen ( FAS )
Berdasarkan jenis semen yang dipakai, jenis agregat kasar, dan kuat tekan
rata
rata
silinder beton
yang
direncanakan pada
umur tertentu, ditetapkan
nilai faktor air semen dengan tabel 2.3 dan Gambar 2.1.
|
11
Langkah penetapannya dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Lihat
tabel
2.3,
dengan
data jenis
semen,
jenis
agregat kasar
dan
umur
beton yang dikehendaki, dibaca perkiraan kuat tekan silinder beton yang
akan diperoleh jika dipakai
faktor air semen 0,50.
Jenis
kerikil
maupun
umur
beton
yang
direncanakan,
maka
dapat
diperoleh
kuat tekan beton
seandainya dipakai faktor air semen 0,50.
Lihat
Gambar
2.1,
buatlah titik
A
Gambar
2.1,
dengan
nilai
faktor air
semen
0,50
(
sebagai
Absis
)
dan kuat
tekan
beton
yang
diperoleh dari
tabel 1 ( sebagai ordinat ). Pada titik A tersebut kemudian dibuat grafik
baru yang bentuknya sama dengan 2 grafik yang berdekatan. Selanjutnya
ditarik garis mendatar dari sumbu tegak di kiri pada kuat tekan
rata rata
yang dikehendaki sampai memotong grafik baru tersebut. Dari titik
potong
itu
kemudian
ditarik
garis ke
bawah
sampai
memotong sumbu
mendatar sehingga diperoleh nilai faktor air semen.
h.
Penetapan Faktor Air Semen
Maksimum
Penetapan
nilai
faktor air semen maksimum dilakukan dengan tabel 2.4.
Jika
nilai
faktor air
semen
maksimum ini
lebih
rendah dari
nilai
faktor air
semen langkah ( 7 ),
maka nilai fakrtor air semen maksimum ini yang akan
dipakai untuk perhitungan selanjutnya.
|
![]() 12
TABEL 2.3
PERKIRAAN KUAT TEKAN BETON ( Mpa
) DENGAN FAKTOR AIR
SEMEN 0,50
JENIS
SEMEN
JENIS
AGREGAT
KASAR
UMUR ( HARI
)
3
7
28
91
I, II, III
Alami
17
23
33
40
Batu Pecah
19
27
37
45
III
Alami
21
28
38
44
Batu Pecah
25
33
44
48
|
![]() 13
TABEL
2.4
PERSYARATAN
FAKTOR
AIR SEMEN MAKSIMUM UNTUK
BERBAGAI
PEMBETONAN
DAN LINGKUNGAN KHUSUS.
Jenis
Pembetonan
Faktor air
semen maksimum
Beton di dalam ruang bangunan :
a. Keadaan keliling non korosif
b. Keadaan
keliling
korosif,
disebabkan
oleh
kondensasi atau uap korosif.
0,60
0,52
Beton di luar ruang bangunan :
a. Tidak
terlindung
dari
hujan
dan
terik
matahari langsung.
b. Terlindung
dari
hujan
dan
terk
matahari
langsung
0,55
0,60
Beton yang masuk ke dalam tanah :
a. Mengalami
keadaan
basah
dan
kering
berganti ganti.
b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari
tanah
0,55
lihat tabel 2.a.
|
![]() 14
Beton
yang
selalu
berhubungan
dengan
air
tawar /
payau / laut.
Lihat tabel 2.b.
TABEL
2.5
FAKTOR
AIR SEMEN MAKSIMUM
UNTUK BETON
YANG
BERHUBUNGAN
DENGAN AIR TANAH YANG MENGANDUNG SULFAT
Konsentrasi
Sulfat
( SO3
)
( SO3 )
dalam
air
tanah ( gr/ft )
Jenis
semen
fas
maksimum
Dalam tanah
Total
( SO3 )
(
SO3
)
dalam
campuran air
:
tanah
=
2: 1 ( gr/ft )
<
0,2
<
1,0
<
0,3
Tipe
I
dengan atau
tanpa Pozolan (
15
40 % )
0,50
0,2
0,5
1,0 1,9
0,3 1,2
Tipe
I
tanpa
Pozolan
Tipe I
dengan
Pozolan 15% -
40%
(
semen
Portland
Pozolan )
Tipe II atau V
0,50
0,55
0,55
0,5
1,0
1,9 3,1
1,2 2,5
Tipe I
dengan
Pozolan 15% - 40%
(
Semen Portland
Pozolan )
Tipe II atau V
0,45
0,50
1,0
2,0
3,1 5,6
2,5 5,0
Tipe II atau V
0,45
>
2,0
>
5,6
>
5,0
Tipe II atau V
dan
pelindung
0,45
|
![]() 15
TABEL 2.6
FAKTOR
AIR SEMEN UNTUK BETON
BERTULANG DALAM
AIR
Berhubungan
dengan
Tipe
semen
Faktor air
semen
Air tawar
Semua tipe I V
0,50
Air payau
Tipe I + Pozolan ( 15% - 40 % )
atau
Semen Portland Pozolan
Tipe II atau V
0,45
0,50
Air laut
Tipe II atau V
0,45
|
![]() 16
i.
Penetapan Nilai Slump
Nilai slump yang diinginkan dapat diperoleh dengan tabel. 2.7.
TABEL
2.7
PENETAPAN
NILAI SLUMP ( CM )
Pemakaian
beton
Maks
Min
Dinding, plat pondasi dan pondasi telapak bertulang
12,5
5,0
Pondasi telapak tidak bertulang, kaison, dan struktur di bawah
tanah
9,0
2,5
Pelat, balok, kolom dan dinding
15,0
7,5
Pengerasan jalan
7,5
5,0
Pembetonan masal
7,5
2,5
j.
Penetapan Besar Butir Agregat
Maksimum
Pada beton normal ada 3 pilihan besar butir maksimum, yaitu 40 mm, 20
mm, atau 10 mm.
Penetapan besar butir agregat maksimum dilakukan berdasarkan analisa
saringan dengan nomor sebagai berikut :
|
![]() 17
TABEL 2.8
PENETAPAN
BESAR BUTIR AGREGAT
MAKSIMUM
No
Saringan
( mm )
Presentasi
yang
lolos ( %
)
Gradasi Agregat
40 mm
30 mm
20 mm
14 mm
75,00
100
_
_
_
37,50
90 100
100
_
_
26,50
_
90 100
100
_
19,00
30 70
_
90 100
100
13,20
_
25 60
_
90 100
09,50
10 35
_
25 55
40 85
04,75
0 5
0 10
0 10
0 10
02,36
0 2
0 5
0 5
0 5
k.
Penetapan Jumlah
Air yang
Diperlukan Per
Meter
Kubik
Beton
Berdasarkan Ukuran Maksimum Agregat, Jenis Agregat, dan Slump yang
Diinginkan, lihat tabel 2.9.
|
![]() 18
TABEL
2.9
PERKIRAAN KEBUTUHAN
AIR PER METER KUBIK
BETON
( LITER )
Berdasarkan
ukuran
maks.
Kerikil
Jenis
batuan
Slump ( mm )
0 10
10 30
30 60
60 180
10 mm
Alami
Batu pecah
150
180
180
205
205
230
225
250
20 mm
Alami
Batu pecah
135
170
160
190
180
210
195
225
40 mm
Alami
Batu pecah
115
155
140
175
160
190
175
205
Dalam tabel
2.9
apabila
agregat halus
dan
agregat kasar
yang
dipakai dari jenis
yang berbeda (
alami dan pecahan
), maka jumlah air
yang diperkirakan diperbaiki dengan rumus :
A = 0,67 Ah + 0,33 Ak (2.4 )
Dimana :
A
=
jumlah air yang dibutuhkan ( ltr / m )
Ah
=
jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat
halusnya.
|
19
Ak
=
jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat kasarnya.
l.
Berat
semen yang diperlukan dihitung
Berat semen per meter kubik beton dihitung dengan membagi jumlah air
(
dari
langkah ( 11 ) ) dengan
faktor air semen yang diperoleh pada
langkah
( 7 dan 8 ).
m. Kebutuhan semen minimum
Kebutuhan semen minimum ini ditetapkan untuk menghindari beton dari
kerusakan akibat lingkungan khusus. Kebutuhan semen minimum ditetapkan
dengan tabel 2.10.
|
![]() 20
TABEL 2.10
KEBUTUHAN
SEMEN
MINIMUM
UNTUK BERBAGAI PEMBETONAN DAN
LINGKUNGAN KHUSUS
Jenis
pembetonan
Semen
minimum ( kg/m³ beton )
Beton di dalam ruang bangunan :
Keadaan keliling non korosif
Keadaan
keliling
korosif, disebabkan
oleh
kondensasi atau uap korosif.
275
325
Beton di luar ruang bangunan :
Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari
langsung
Terlindung dari hujan dan terik matahari
langsung
325
275
Beton yang masuk ke dalam tanah :
Mengalami
keadaan
basah
dan
kering
berganti ganti.
Mendapat
pengaruh
sulfat
dan
alkali dari
tanah.
325
lihat tabel 2.5.
Beton yang selalu berhubungan dengan air tawar /
payau / laut.
Lihat tabel 2.6.
n.
Penyesuaian kebutuhan
semen.
Apabila kebutuhan semen yang diperoleh dari ( 12 ) ternyata lebih sedikit
dari
kebutuhan semen
minimum
(
13
)
maka kebutuhan semen
minimum
dipakai yang nilainya
lebih besar.
|
![]() 21
TABEL 2.11
KANDUNGAN SEMEN MINIMUM
UNTUK BETON
YANG BERHUBUNGAN
DENGAN AIR TANAH YANG MENGANDUNG
SULFAT
Konsentrasi
Sulfat
( SO3
)
( SO3
)
dalam
air
tanah ( gr/ft
)
Jenis semen
Kandungan
semen
min.
(
kg/m³
beton
)
Ukuran
maksimum agregat
( mm )
Dalam tanah
Total
( SO3 )
(
SO3 )
dalam
campuran air
:
tanah = 2: 1
(
gr/ft )
40
20
10
<
0,2
<
1,0 1,9
<
0,3
Tipe I dengan atau
tanpa Pozolan ( 15
40 %
280
300
280
0,2 0,5
1,0 1,9
0,3 1,2
Tipe
I
tanpa
Pozolan
Tipe
I
dengan
Pozolan
15%
-
40%(
Semen
Portland Pozolan )
Tipe II atau V
290
270
250
330
310
290
380
360
340
0,5 1,0
1,9 3,1
1,2 2,5
TipeI
dengan
Pozolan
15%
-
40%
(Semen
Portland Pozolan )
Tipe II atau V
340
290
330
370
380
420
1,0 2,0
3,1 5,6
2,5 5,0
Tipe II atau V
330
370
420
>
0,2
>
5,6
<
5,0
Tipe II atau
V
dan
lapisan pelindung
330
370
420
|
![]() 22
TABEL 2.12
KANDUNGAN SEMEN
MINIMUM
UNTUK BETON
BERTULANG
DALAM
AIR ( KG/M³ )
Berhubungan
dengan
Tipe semen
Kandungan
semen
minimum
Ukuran maksimum agregat
( mm )
40
20
Air tawar
Semua tipe I V
280
300
Air payau
Tipe I + Pozolan
Tipe II atau V
340
290
280
330
Air laut
Tipe II atau V
330
370
o. Penyesuaian jumlah air
atau
faktor air semen.
Jika jumlah semen ada perubahan akibat langkah ( 14 ) maka nilai faktor
air semen berubah. Dalam hal ini, dapat dilakukan dua cara berikut :
Cara pertama,
faktor air semen dihitung kembali dengan cara membagi
jumlah air dengan jumlah semen minimum.
Cara
kedua, jumlah air disesuaikan dengan
mengalikan jumlah semen
minimum dengan faktor air semen.
|
![]() 23
p.
Penentuan daerah
gradasi agregat halus.
Berdasarkan gradasinya ( hasil analisa ayakan ) agregat halus yang akan
dipakai dapat diklasifikasikan menjadi 4 daerah. Penentuan daerah gradasi itu
didasarkan
atas
grafik
gradasi
yang
diberikan
dalam
tabel
2.13
atau
gambar 2.2.
TABEL
2.13
BATAS GRADASI
AGREGAT
HALUS
Lubang Ayakan ( mm )
Persen
berat butir yang lewat ayakan
Daerah I
Daerah II
Daerah III
Daerah IV
10
100
100
100
100
4,8
90 100
90 100
90 100
95 100
2,4
60 95
75 100
85 100
95 100
1,2
30 70
55 90
75 100
90 100
0,6
15 34
35 59
60 79
80 100
0,3
5 20
8 30
12 40
15 50
0,15
0 10
0 10
0 10
0 15
q.
Perbandingan agregat halus dan
agregat kasar.
Penetapan
dilakukan
dengan
memperhatikan besar
butir
agregat
maksimum
agregat
kasar,
nilai slump,
faktor
air
semen
dan
daerah
gradasi
agregat halus.
Berdasarkan data
tersebut dan
grafik pada Gambar 2.3.1
atau
Ganbar 2.3.2 atau Gambar 2.3.3.
|
24
r. Berat Jenis Agregat
Campuran
`
P
K
BJ camp = --------- * BJah
+
-------- * BJak
(
2.5 )
100
100
Berat jenis agregat campuran dihitung dengan rumus dimana :
BJcamp
=
berat jenis agregat campuran
BJah
=
berat jenis agregat halus
BJak
=
berat jenis agregat kasar
P
=
prosentase berat agregat halus terhadap agregat campuran
K
=
prosentase berat agregat kasar terhadap agregat campuran
Berat
jenis agregat halus
dan agregat kasar diperoleh dari
hasil
pengujian laboratorium.
s.
Penentuan berat jenis beton.
Dengan data berat jenis agregat campuran dari langkah ( 18 ) dan
kebutuhan air
tiap
meter kubik betonnya maka dengan
grafik pada Gambar
2.4 dapat diperkirakan berat jenis betonnya.
Caranya adalah sebagai berikut :
1. Dari berat
jenis agregat campuran pada langkah 18 dibuat
garis
miring
berat jenis gabungan yang sesuai dengan
garis miring
yang paling dekat
pada Gambar 2.4.
2.
Kebutuhan air
yang diperoleh
pada
langkah
11
dimasukkan
ke
dalam
sumbu horizontal Ganbar 2.4. Kemudian dari titik ini ditarik garis
|
25
vertikal
ke
atas
sampai
mencapai
garis
miring
yang
dibuat
pada
langkah 1 diatas.
3. Dari titik potong
ini kemudian ditarik
garis horizontal ke kiri
sehingga
diperoleh nilai berat jenis beton.
t.
Kebutuhan agregat campuran.
Kebutuhan
agregat
campuran
dihitung
dengan cara mengurangi
berat
beton per meter kubik dengan kebutuhan air dan semen.
u.
Berat
agregat halus
yang diperlukan dihitung berdasarkan hasil
langkah
( 17 ) dan
( 20 ).
Kebutuhan
agregat
halus
dihitung dengan
cara
mengalikan kebutuhan
agregat campuran dengan prosentase berat agregat halusnya.
v. Berat agregat kasar
yang diperlukan
dihitung, berdasarkan
hasil
langkah ( 20 ) dan
( 21 ).
Kebutuhan
agregat
kasar dihitung dengan
cara
mengurangi kebutuhan
agregat campuran dengan kebutuhan agregat halus.
Untuk mempermudah
perhitungan
digunakan
formulir
perancangan
sebagai berikut :
|
![]() 26
TABEL
2.14
FORMULIR PERANCANGAN
CAMPURAN
BETON NORMAL
NO
URAIAN
HASIL
1
Kuat tekan yang diisyaratkan pada umur 28 hari
Mpa
2
Deviasi standar ( s )
Mpa
3
Nilai tambah ( m )
Mpa
4
Kuat tekan rata rata yang direncanakan
Mpa
5
Jenis semen ( biasa/cepat keras )
6
Jenis agregat kasar ( alami/batu pecah )
Jenis agregat halus ( alami/batu pecah )
7
Faktor air semen ( gb 2.1 dan tabel 2.3 )
8
Faktor air semen maksimum ( tabel 2.4 )
Dipakai faktor air semen terendah
9
Nilai slump ( tabel 2.7 )
Cm
10
Ukuran maksimum agregat kasar (tabel 2.8 )
Mm
11
Kebutuhan air ( tabel 2.9 )
Ltr
12
Kebutuhan semen dari ( 8 ) dan ( 11 )
Kg
13
Kebutuhan semen minimum ( tabel 2.10 )
Kg
14
Dipakai semen
Kg
15
Penyesuaian jumlah air atau faktor air semen
16
Daerah gradasi agregat halus ( gb 2.2 )
17
Persen berat agregat halus terhadap campuran
( gb 2.3.1, gb 2.3.2 dan gb 2.3.3 )
18
Berat jenis agregat campuran ( dihitung )
19
Berat jenis beton ( gb 2.4 )
20
Kebutuhan agregat ( 19 ) ( 11 ) ( 14 )
Kg/m³
21
Kebutuhan agregat halus ( 17 ) * ( 20 )
Kg/m³
22
Kebutuhan agregat kasar ( 20 ) ( 21 )
Kg/m³
|
27
Catatan :
Dalam
perhitungan
diatas,
agregat
halus
dan
agregat
kasar
dianggap
dalam
keadaan
jenuh kering permukaan, sehingga
apabila agregatnya
tidak
kering
muka,
maka
harus
dilakukan koreksi terhadap kebutuhan bahannya.
Hitungan koreksi dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
Air
=
A - [( Ah A1)/100] x B - [( Ak A2)/100] x C ( 2.6 )
Agregat halus = B + [( Ah A1)/100] x B
( 2.7 )
Agregat kasar
=
C
+
[( Ak A2)/100] x C
( 2.8 )
Dimana :
A = jumlah kebutuhan air ( ltr/m³ )
B
=
jumlah kebutuhan agregat halus ( kg/m³ )
C
=
jumlah kebutuhan agregat kasar ( kg/m³ )
Ak
=
kadar air sesungguhnya dalam agregat kasar ( % )
Ah
=
kadar air sesungguhnya dalam agregat halus ( % )
A1
=
kadar air dalam agregat halus jenuh kering muka/absorbsi ( % )
A2
=
kadar air dalam agregat kasar jenuh kering muka/absorbsi ( % )
|
![]() 28
TABEL
2.15
PROPORSI
CAMPURAN
PROPORSI
CAMPURAN
Volume
Berat total
Air
Semen
Ag. Halus
Ag. Kasar
1 m³
Kg
Ltr
Kg
Kg
Kg
1 x adukan
Kg
Ltr
Kg
Kg
Kg
2.2.3. FAKTOR
FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
KUAT
TEKAN
BETON
Kuat tekan beton dipengaruhi oleh sejumlah faktor penting antara lain:
1. Perbandingan air semen
Dari
gambar 2.1
terlihat suatu
grafik
kekuatan beton
yang
berbanding
terbalik dengan perbandingan air semen.
Dengan demikian untuk
memperoleh
kekuatan
tekan
yang
besar
dapat
digunakan
perbandingan air
semen
sekecil
mungkin selama pengerjaannya masih dapat dilakukan (
memiliki workability
yang baik ).
Perbandingan
air
semen
mempengaruhi
workability
beton.
Definisi
workability sekurang kurangnya ada 3 menurut NEWMAN
6
,
yaitu:
¾
Kompaktibilitas
yaitu
kemudahan
dimana beton
dapat
dipadatkan
dan
rongga rongga udara dapat diambil.
6
A.M.,Neville. Properties of Concrete, edisi ketiga, England : Longman, 1981,hal 36.
|
![]() 29
¾
Mobilitas
yaitu kemudahan dimana beton dapat mengalir kedalam
cetakan dan dituang kembali.
¾
Stabilitas
yaitu kemudahan beton
untuk
tetap
sebagai
massa
yang
homogen,
koheren
dan
stabil
selama
dikerjakan dan
digetarkan tanpa
terjadi pemisahan butiran dari bahan utamanya.
2. Kekuatan Agregat
7
Kekuatan agregat untuk batuan tipe
granit, basal, Trap
Rock, batuan api,
kuarsa dan batu kapur padat bisa mencapai 30000 Psi sampai dengan 45000
Psi.
3. Jenis dan Kualitas semen
Ada berbagai jenis semen yang dapat digunakan dalam pembuatan beton,
misalnya semen dengan kadar alumina yang tinggi menghasilkan beton yang
kuat hancurnya 24 jam sama dengan semen portland biasa pada umur 28 hari.
4. Jenis dan lekuk bidang permukaan agregat
Kenyataannya
menunjukkan
bahwa penggunaan
agregat kasar berupa
batu pecah akan menghasilkan kekuatan tekan yang lebih besar dibandingkan
dengan menggunakan batu koral dari sungai.
Tegangan
dimana retak terbentuk sebagian
besar
tergantung pada
sifat
agregat kasar. Kerikil
yang
licin
menimbulkan tegangan
yang
lebih
rendah
dibandingkan
batu
pecah
yang
kasar
dan
bersudut
karena
lekatan
mekanis
dipengaruhi oleh sifat sifat permukaan dan bentuk agregat kasar.
7
P. Kumar Mehta, Concrete, Practice Hall. Inc, 1986, hal.238
|
30
5.
Perawatan beton
Perawatan
yang
baik
terhadap
beton
akan
memperbaiki
beberapa
segi
dari kualitasnya. Disamping lebih kuat dan awet terhadap agresi kimia, beton
ini juga lebih tahan terhadap aus dan kedap air.
Sehari setelah pengecoran merupakan saat terpenting, periode sesudahnya
diperlukan perawatan dengan air
dalam jangka panjang
untuk
memperbaiki
beton
yang
kurang
baik
perawatannya dan
kurang
kekedapan
airnya.
Perawatan dilakukan dengan cara membasahi atau merendam beton dengan
air. Semakin terawat maka akan juga didapatkan beton yang kedap air.
Untuk
mendapatkan beton
yang
baik , penempatan
adukan
yang
sesuai
harus diikuti dengan perawatan ( Curing ) pada lingkungan yang tepat selama
tingkatan
tingkatan
pengerasan awal.
Curing
merupakan nama
yang
diberikan
pada
prosedur
prosedur
yang
digunakan untuk
menimbulkan
hidrasi semen dan berupa pengawasan temperatur serta gerakan air dari dan
kedalam beton.
Jangka
waktu
perawatan
yang
tercantum dalam
spesifikasi
spesifikasi
pada umumnya dimaksudkan agar:
¾
Dapat dicegah terjadinya retak retak permukan beton yang diakibatkan
oleh terlalu cepatnya penguapan air pada sat beton itu masih muda.
¾
Tercapainya kekuatan beton yang diisyaratkan
¾
Kekuatan tetap bertambah
selama
proses
pembasahan. Pembasahan
gunanya untuk memperlancar hidrasi dari semen.
|
![]() 31
¾
Umur beton
Pada
keadaan
normal
kekuatan
beton
bertambah dengan
bertambahnya
umurnya. Perbandingan
kekuatan tekan beton pada
berbagai umur dapat dilihat pada tabel 2.16.
TABEL 2.16
UMUR BETON
Umur
Beton ( Hari
)
3
7
14
21
28
90
365
Portland Semen Biasa
0,40
0,65
0,88
0,95
1
1,2
1,35
Portland Semen Dengan Kekuatan Awal Yang
Tinggi
0,55
0,75
0,90
0,95
1
1,15
1,2
¾
Kepadatan Beton
8
Metode konsolidasi untuk benda uji kubus dilakukan dengan dua kali
penggetaran untuk
tiap
lapisan
yang
berbeda
atau
apabila
dilakukan
pemadatan dengan rojokan., rojokan dilakukan pada dua lapisan dengan
32 kali tusukan tiap lapisan. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
rongga rongga / keropos yang tidak diinginkan.
8
ASTM Standard C, 192 90a
|
![]() -©
c
G
32
GO
BCt
70
"-
:;
60
0
50
'·
X
>--
-o
:;"
30
20
10
il
0.3
0.<
'0.5
JJ.S
Faktor Air
Seme-n
0.7
0.8
.
n.s
GAMBAR2.1
FAKTOR AIR SEMEN
|
![]() eo
33
100
C
.v
'
so
7(;
c
0
-'
:::
c
0
c._
50
'
40
:;;,
20
!('
0
0
!5
0
3
0.6
LiS
2.36
4.75
!0
Lubang
Ayakan (mm)
GAMBAR2.2
BATAS- BATAS GRADAS!J>ASIR
|
![]() '
'
-
1
34
Slu;-n0-:Q mrn
80 --.---.--- --,--- --
!
I
Yor--+--4--4--4-
--
--
Slump 10-30 mm
50
i
'
I
I
70
i
;
WI
t.
'
T
.§60
!
_.-.
I
<>
11.----
Vi
v'
:ll
50
=
:
"
::
15
v
v
v
v
_
---
j_
<!.
40
:if
j
40
!--
60
-
e
:; 30
.s
'
80
·-
I
I
g
§
100
I--
I
I
£20
'
I
,----j
I
!
10
'!-----
+---!--+---l--1
-
1
---
0.1
O.L
0.3
G..!
0.5
0.6
0.7
0.8
Fektc:.zt:-
semen
Slump 30-a:J mm
o- -- -+--
1
1
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.5
te.ktor A!r Semen
Slump
60 180 mm
|
![]() 0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0. 7
0.8
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.
Fa:kto
Air Semer:
Faktor
Air Semen
GAMBAR
2.3.1
PERSENTASE AGREGAT HALUS TERHADAP
AGREGAT KESELURUHAN UNTUK UKURAN BUTmAN
MAKSIMUM 10 MM
|
![]() 35
v
v
G.
C.2
C.2
0.-<
0.5
C.6
0
7
0.13
8Q
:;.---·
.-- - - ··---:---.---1
G. ·1
G L
.;..;
0
L.
0::,
·..·
1.;
-
"J i
0.2·
3C
-
·c_··
-'=--------'---
-
;u
-
:::
--
S.sc
v
v
v
v
_.....
-
"'
'
"1. .
J.--
1-----
E
....
J
;
f',
..
:;;4Q
b:-::
1.---
v
E
:!
"
e
'
40
r
'
::
-
t::
:.---
-
<:
-
.
--
-
:::.n
I
30
\
1--
.
_...._
'
.
-
-
-
;
----,---
|
![]() 36
<;
v.
£2C.
;
i:)C:
r--
-
I
I
I
-
I
A
1-'--+-----+---'c_-+--
0
1
0.2
Q
O.d
0.5
0.0
0.7
O.f
0
'.
I
0.
0.2
0
3
Q_l.l
0
5
0
6
0. 7
0..'3
GAM BAR 2.3.2
PERSENTASE AGREGAT HALUS TEllliADAP
AGREGAT KESELURUHAN UNTUK UKURAN BUTIRAN
MAKSIMUM 20
MM
|
![]() 37
:r---+:: r
n
"
'!--
--'-----+---'----+----;--------+------1
' ---:--¹
:r---:--¹
:{
Ot-
---+--
--+---
-+--
40 t----+--
--4----+--
4----1
Ot----t
--4-
-+
--·f-
o
0.
i
8.?
0.3
0.4
0.5
C.6
Fe.i.:tcr .l:..ir Se!'7!en
Slum;') 30-e:O mm
G.':
G.2
u.
C.4
0.5
0.6
0.7
0.8
:'·G
""<
--,---,-----,----.---,--.,.-----,
c.
'
50
t--··--,-- -
+--i---1
3
G.·i
G.L
G.3
G.
0.5
0.6
U.7
0.8
10
0
0.1
0.2
G.3
O.il
l
i
j·
0.6
0.7
0.8
Fnktor
Air
Semen
2'<lor
Air
Semen
GAMBAR2.3.3
PERSENTASE AGREGAT HALUS TERHADAP
AGREGAT KESELURUIIAN UNTUK UKURAN BUTmAN
MAKSIMUM 40
MM
|
![]() 38
I
l
l
o
r-···
0
]._
----
----+-
1
1
2,4
l
"----'----I----·-1----!-----I--"-:+-+---L....---1------'I.
lar'
100
':20
160
HlO
L'YJ
220
Kadar Air
(ltr:m
heton::
GAMBAR2.4
PERKIRAAN BERAT JENIS BETON SEGAR
|