BAB2
DATA DAN ANALISA
Sejarah
dan Latar
Belakang Perusahrum
Berdirinya Salon
Dee  'n 
Soe
berawal
dari
pengamatan Thu 
Dilma  bahwa,  di
perumahan
tempat
kediamannya di
Perumahan Taman
Modern,
Jakarta
Timw-,
am.'lg 
ditemukan
adanya
salon  kecantiklm. Biasanya penghuni Taman
Modem
barns
pergi ke
perumahan lain di
Jakarta
Timur seperti Perumahan
Harnpan
Indah,
Perumahan Pulo Gebang Permai, bahkan kadang sampai hams
pergi
ke
daerah
Kelapa Gading, di
Jakarta
Utara
Berbekal
pendidikan menata rambut
dan
kecantikan yang
dimilikinya,
pada
awal
tahun
2000, Ibu
Diana
NUI)'ati memperoleh gagasan ootuk
membuka
usaha
saloo
kecantikan 
di    daerah  tempat   kediamannya. 
Untuk 
itu 
beliau 
menghubungi
rekannya,
Thu 
Suciyati, ootuk  bekerJa
sama. Ibu
Suciyati  poo
tertarik 
dengan
gagasan
itu.
Maka
pada
tanggal 2 
Jooi
2000
Salon Dee 'n
Soe resmi
dibuka
di
Jalan Dahlia IV  Blok D4  No.  24, Perumahan Taman Modern.
Nama
"Dee
'n
Soe"
diambil
dari
kependekan nama Ibu
Diana
dan
.lbu  Suciyllti
Awalnya,
salon
Dee  'n 
Soe
ini   tidak  memiliki
segmentasi
konsumen
secam
kh!JSus.  Namllil, melihat
fakta
yang teljadi temyata mayoritas konsumen salon Dee
'n
Soe
adalah wanita. Hal   ini 
diduknng
pula oleh
lokasi
salon
yang
benlekatan
dengan
kampus sebuah institut,
dimana
kampus tersebut
adalah 
km:npl:!s ldmsus
wanita.
O!eh karena
itu,
Ibn  Diana, selaku pengelola mulai menentukan
segmentasi
  
l"erli:em bangan Salon Dee 'n
Soe
Awalnya, salon Dee 'n
Soe ini hanya memiliki 4 orang tenaga kelja yang meliputi,
1
orang penata
rambut
(hairstylist),
2
orang
bagian
perawatan rambut
(creambath),
l
orang 
bagian 
pencucian 
rambut. 
Untuk 
umsan
manajemen 
dan 
promosi
dilakukan
sendiri
oleh
pengelola,yaitu
lbu
Diana
Nuryati.
Saat
ini
tenaga
kelja
yang terdapat di
salon
Dee
'n
Soe
telah bertam!Jah, yaitu sekitar 12
orang
yang
meliputi, 4 
orang
hairstylist, ³
orang
bagian
creambath, 2
orang
bagian pijat
refleksi,
2
orang bagian pencucian rambut, 1 orang bagian pembayaran
I
kasir.
Penambahan  tenaga
kelja  ini  dika:renakan semakin
banyaknya konsumen
yang
datang ke salon ini, khususnya pada saat-saat menjelang hari raya
Para   konsumen 
yang 
datang   kebanyakan 
berasal  
dari 
penghuni 
komplek
pernmahan setempat dan
perumahan sekitarnya. Konsumen yang datang biasanya
mahasiswa, wanita muda dan pria muda.
Setiap hari kira-kira 15 sampai 30 orang yang datang ke salon ini. Biasanya selaill
UJJtuk 
potong
rambut,
mereka
datang
untuk
creambath.
Harga
yang
ditawarkan
tidak
terlalu
mahaL Setiap
ha.rinya salon Dee
'n  Soe
mulai
buka
pada
jam
10.00
WIB
sampai jam
20.00 WIB, tetapi
pelanggan dapat
dilayani dilua:r
jam
tersebut
setelah melalui peljanjian.
Fasllitas yang ditawarkan di salon Dee 'n
Soe:
t
Ruangan yang cukup luas dan nyaman.
  
.
Tenaga kelja yang profesional
  
4. Pernlatan dan bahan-bahan perawatan dari
luar negeri.
ut
ini
logo salon Dee 'n
Soe pertama kali
dibentuk.
-
hrvm.. T&l'11:1m  Moden!:; ll, Dllbfu
lV
8100. D4
-
24
ka! Kmmpct fSWf  } .,labrta
Tirmir. l3%0-
Teip.
460 ·9666
Data Dari Internet
Bisnis Salon Makin Menjanjik:m
Sebagian orang bilang bahwa tahun 2002 mernpakan tahun terberat. Namun hal
itu
dibantah
para
pelalru bisnis salon.
Mereka
menganggap makin
ke
depan
bisnis
salon  semakin
maj11. 
"Prospeknya semakin  bagus,
orang  ke
salon
sekarnng
ini
sw:la.h mernpakan kebutuhan pokok Dibanding Eropa,
negara-negara Asia justrn
sedang mengalami peningkatan karena pada dasamya mereka suka dandan,•
tum!"
  
Rudy
Hadisuwamo
pun
menyetujui. Dia
menegaskan,
di
Jabotabek
saat
ini
jumlah salon ada sekitar 5.000 unit. Ini
menunjukkan orang masih melihat adanya
peluang
bisnis
di
salon. 
Selain  itu
didukung
pula
dengan  keberadaan
sekolah
pemi:a rambut yang sudah tersebar kemana-mana.
"Pada
prilisipnya salon
adalah
bisnis yang
menjual jasa,
karenanya kita
harus
poodai dalam
mengasah ketrampilan
penataan
rambut
serta
memberikan service
yang   memuaskan   pada   pelanggan. 
Tempat   yang   mewah   tidak   menJamm
pelayanannya baik, akhimya kembali juga pada layanan," kata Johny.
Mengenai
keberadaan
salon
di
Jakarta
yang
letalmya
saling
berdekatm,
kata
Rudy, sebagai salah satu pengurus di Yayasan Tiara Kusuma, hal seperti itu
sangat
sulit dihindarkan karena memang selama ini tak ada pengatura. "Kami
tidak
berbak
melarang mereka, kerena memang belum ada aturannya. Paling tidak dengan
lokasi yang berdekatan, kompetisi makin ketat
dan
penilaian tergantung konsumen.
Seperti hukmn alam yang kuat akan survive," jelas Rudy.
Dhanel
dari 
Gue
Loe
Salon
pun
berpendapat
sama.
Menurut
Dhanel,
dengan
semakin banyak salon akan
memacu pengusaha salon
untuk
meningkatkan mutu
dan
pelayanan.
Mengenai
kenaikan
biaya
listrik,
akan
bisa
mempengaruhi 
barga
pela:yanan di
salon.
Diperkirakan teljadi  kenaikan
sebesar 
lO  
perse11.  
Rudy
mengungkapkan
bahwa operasional di salon 10 persen menggunakan tenaga Jistrik.
''Kita pun barus menyesuaikan, bila tidak dinaikkan akan sulit menutup biaya
  
operasional.
Bayar
gaji  karyawan,  belum
lagi  komponen
produk
rambut  yang
  
Tetapi itu pun kembali pada kebijakan masing-masing salon. Jolmy dan Dhanel
mengaku saat ini belum menaikkan harga, karena masih menunggu perkembangan.
"Kenaikan
biaya listrik
bukan
berarti dibebankan seluruhnya
pada
konsumen.
Paling
tidak
hams 
sharing,
kalau
kemahalan tarifuya
bisa
ditinggal
pelanggan,•
kataJolmy.
Bisu Raksasa Salon Kecantikan
Pusat  perbelanjaan atau
mal-mal
menjadi
pilihan
mengembangkan
bisnis
salon
lrecantikan.
Setidaknya, demikian
bagi Johnny
Andrean,
Yoppie AlldrRudi
Hadisuwamo,
dan
Suhendro Adikoro. Bagi para pengusaha yang telah
mempunyai
belasan bingga ratusan
cabang
salon
ini,
mal
adalah
ladang
bisnis yang
sangat
menjanjikan. Meski demikian, ketatnya persaingan di bisnis perawatan kecantikan
1m 
memaksa
para
pelakunya
menerapkan
strategi
barn
untuk
terus
mengembangkan usahanya atau sekadar m.:mpertahankan yang sudah ada.
Masing-masing 
pengusaha
berusaha
menerapkan
kiat-kiat 
khusus 
mergaring
pelanggan. Tantangan terberat,
mereka
pun
hams 
berusaha
menekan harga tetapi
etap
mempertahankan mutu
pelayanan. Pilihan
mengembangkan
usaha
dengan
sistem
waralaba
(franchise)
dan
joint partner
diterapkan sejak tahun 1990-an.
Hasilnya
sangat  memuaskan.  Selain
menambah
keuntungan  bersih
perusahaan
dengan bertambah banyaknya cabang, pengembangan usaha melalui waralaha dan
oint
partner
ini
bisa
dikatakan
sukses.
Terbukti,
dengan  mampu
memperkuat
  
nama milsing-masing sebagai pusat pelayanan perawatan rambut terkemuka
  
Johnny
Andrean
yang
merintis
salon
pertamanya di
tahun
1978,
saai  im  
telah
mengembangkan  163
cabang
salon  dengan
merek
(brand)
namanya
di
seluruh
Indonesia. Sebanyak 50
persen dari
selwuh
cabangnya itu dikelola melalui ke!ja
sama dengan investor. Investor tersebut
berfungsi sebagai
penyedia modal, tetapi
tidak  bertanggung
jawab
terhadap 
pengelolaan  usaha.
Selwuh 
manajemen 
dari
ang salon menjadi kewenangan kantor pusat bisms Johnny And:rean
Cabang
salon
Johnny
Andrean
tidak 
hanya
di 
kota-kota
besar,
melainkan
di
bebernpa
kota
menengah dan
kecil, seperti
Cirebon,
Surakarta,
dan
Sidooljo.
Di
samping salon, Johnny Andrean
juga membuka  37sekolah 
dan pusat pelatihan
keternmpilan gunting rambut
Sementara 
itu, 
Salon 
Rudy
Hadisuwamo
mengembangkan
sistem 
warnl.aba.
Sebanyak 80
persen
dari
seluruh
salon
milik
penata rambut
Rudy
Hadisuwamo
dikembangkan dengan sistem waralaba. Mengenai lokasinya, 60 persen di mal atau
pusat
pertokoan,  dan 
selebihnya 
di
ruko
atau 
perumahan.
Saat 
ini, 
Rudy
mempunyai sekitar 130 cabang di Indonesia, terbagi atas beberapa nama
sesuai
dengan
segmen
pelariggan.
Hadisuwarno
Salon,
misalnya,
ditujukan 
bagi
masyarakat dari
kalangan ekonomi
atas.
"Segmen pelanggan dari  salon
nu
unnunnya berusia 35 tahun ke atas dan mapan dari segi keuangan," kata Rudy.
Untuk
pengunjung dari
kalangan
menengah
ke
atas,
Rudy
menyediakan Rudy
Salon. Ada pula Brown Salon dengan segmen pengunjung khusus remaja berusia
antam 13 hingga 30 tahun.
  
Selain itu, tersedia pula Rudy Hadisuwamo Training Center. Menurut Rudy, salon
  
sebagai sarnna pendidikan keterampilan bagi sejumlah siswa. "Pengunjung yan
datang  ke  salon  ini  umumnya  tidak  berharap  terlalu  banyak 
karena 
penat
rambutnya merupakan siswa yang rnasih dalam tarafbelajar,"
katanya.
Pe:rbedaan salon-salon  tersebut  terletak 
pada 
lokasi, 
harga, 
interior 
ruangan
pe:ralatan salon, hingga pengalaman keija para karyawan. Rudy mengatakan, salo
untuk
pelanggan dari
kalangan
atas
umumnya merniliki fasilitas
atau
pelayarnm
yang semaldn baik.
Rudy
juga  memperluas segrnen  pelanggan
hingga  ke  anak-anak.  Saat  ini,  ia
memiliki dua jenis salon untuk auak-auak, yaitu KiddyCuts dan FunCut
Pelanggan
Ki.ddyCuts umumnya
berasal dari kalangan kelas atas, sedangkan FunCut memiliki
pelanggan dari kalangan menengah. Yopie salon rnengernbangkan bisnis perawatan
rambut sejak tahun 1996. Hingga saat ini, Yopie Salon memiliki sekitar 90 cabang
di
Indonesia, meliputi Yopie Salon Kawula Muda, Yopie Salon Pmfesional, dan
Yopie Salon Training Center.
Mana;ier Yopie Salon
Ivan
Yauhanes mengatalam, pelanggan
Yopie
Saloo. dan
Yopie Salon Profesional meliputi kelas menengah atas. Berbeda halnya dengan
Yopie
Salon Training Center.
Pusat pelatihan ini bertujuan menjaring
pelanggan
dari kalangan menengah ke bawah.
"Yopie 
Salon
Training
Center
didirikan
sebagai
ajang
belajar
para
sis\\oa llllWl
menjadi
teuaga
yang
terampil.
Dengan
demikian,
tarif  umumnya
lebih
murah,
jelasnya.
  
Perbedaan
lainnya terlihat
dari
produk
yang
digunakan.  Yopie
Salon
Training
  
Pmfesional
menggunakan produk impor
dari 
Taiwan. "Para
siswa dibimbing oleh
pengajar.
Apabila
te!jadi
kesalahan
fatal
dalam
tata
rambut,
kompensasi
berupa
pe:rbaikan tata rambut
dari 
pengajar,"
katany:a.
Adapun
waralaba Yopie Salon mencapai 55 persen dari jumlah
salon. Dari jumlah
tersebut,
sebanyak lima salon
berada di
ruko, selebihnya
berada
di
mal atau pusa:t
per!Jelal1iaan.
Di
samping tiga
salon
di
atas,
Salon Lutuye juga
sukses melebarkan bisrrisny:a
melalui
waralaba.
Salon
yang
berdiri
pada 20
Oktober
1997
itu
sudah
memiliki
belasan salon yang tersebar di Jabotabek.
Lutuye
yang mempunyai moto
Gaya, Gaul, Global
ini dikenal
piawai
dalam hal
pewamaan
rambut. Menurut Manajer Unit di Tebet, Rl\ia Khairi, tahun ini Lutuye
mengandalkan pewarnaan rambut highlight mera.h marun. Sasaran Lutuye bukan
banya remaja, tetapi
eksekutif
muda, baik
pria
dan 
wanita, hlngga ibu-ibu muda
Memmrt General Manager Salon Johnny Andrean Yenny Ingkiriwang, dibutuhkan
dana
minimal sebesar Rp
150 juta hingga Rp
200
juta
sebagai modal awal bagi
peminat
yang
ingin
bergabung
sebagai  joint
partner.
Investor
umumny:a
menawarkan tempat kepada manajemen Johnny Andrean.
Apabila terjadi kecocokan
di
antara keduanya, kerja
sama terns
berl311iut
dengan
pembukaan outlet ba111 Salon Johnny Andrean.
Pemasukan tan!bahan bagi
pihak
manajemen Johnny
Andrean bernpa pembagian
kelilltwlgaii
sebesar 50
persen
da.-i
total
keuntungan o!rtlet. Yenny
menambahkan,
  
ada lromitmen yang disepakati
bersa.'lla dari kedua
belall pihak. Pertan!a,
mereka
  
menenma   persyaratan 
yang 
telah  
ditentukan 
manaJemen 
Johnny 
Andrean.
Misalnya saja,
setiap salon Johnny Andrean hams
memakai
produk
dan peralatan
sesuai standar.
Dalam  sistem  waralaba
Rudy  Hadisuwarno,  pemilik  salon 
waraiaba  bertinc!ak
sebagai pemberi modal atau investor. Pemilik dapat
pula menentukan lokasi salon.
Sedan,okan 
mengenai
pengelolaan
salon,
tetap
menjadi
kewl?nangan m:majemen
Rudy Hadisuwamo.
Umuk bisa bergabung menjadi partner Rudy dibutuhkan modal awal. antara Rp 250
juta
hingga'
Rp 500 juta sesuai jenis salon yang didirika.n.
BerlJeda dengan Rudy dan
Andrean, Yopie Salon
mewajiblmn pemilik waralaba
membayar royalti antara
Rp
125
juta
hingga Rp
150
juta
kepada
Yopie Salon.
"Pembayaran ini disesuaikan dengan lokasi dan luasnya tempat yang dipergooakan
dipergunakan," kata Ivan. Setelah
membayar royalti
merek
dagang
ootuk jangka
lima tahoo itu, Yopie Salon menyediakan seluruh pemlatan dan ir.terior ruangan
salon.  Akan tetapi, manajemen
dikelola sepenuhnya oleh  Yopie
Salon.. Adapun
prOOuk-produk
perawacin di salon dibiayai secara bersama
antara pemilik dengan
Yopie Salon.
KeWlt!IDgan
salon
waralaba
dibagikan
setiap
bulan.
Menurut
Ivan, ke!IDhmgan
berlcisar antara
10
hingga
20
persen
dari
total
pendapatan.
Setiap
bulan,
Yopie
Salon juga melaporkan kepada
pemilik mengenai jumlah tamu,
jumlah perawatan,
serta jumiah pendapatan. Bagi basil keootlillgan yang diterapkan adalah 50:50.
  
Eveline Adutae, salah satu pemilik cabang Salon Lutuye, mengaku tertarik dengan
  
mendapatkan  gelar  Sa!]ana
hukum,
Eveline 
memperdalarn
hobinya
di 
bidang
perawatan rambut dan kulit. "Dari
hasil carl
sana-sini, akhirnya, saya
memutuskan
ootuk memilih Lutuye saja," katanya.
Thu 
berusia
41
tahoo
ini  
rnerasa
senang.
Alasannya,
ia
masih
diberi
kebebasan
mengembangkan
bisnis
salon
ini.
"Saya senang
karena
masih
diberi
kebebasan
memilih
pmduk
pendamping
dan
tambaban
pelayanan,
seperti
lulm:dan
refleksi,•
ungkapnya.
Meskiprm diberi
kebebasan,
ia 
mengaku
tidak  mau
kebablasan.
Ia 
pun
masih
memakai tenaga terlatih dari Lutuye.
Berdirinya salon impian Eveline itu menghabiskan dana sekitar Rp 240 juta. Dana
tu
digooakan sekitar Rp
I
07
juta
ootuk
pengurusan izin
yang
dibayarkan
pada
Llltuye. Sementara sisanya, untuk dana pembelian alat-alat salon sesl.llli 
standar
Salon
Lutuye. Pemberlakuan
royalti
sebesar tujuh
persen
yang hams
dlbayarkan
Evdine kepada pihak marojemen pusat Lutuye berialu
pada bulan ketujuh nanti.
"Bulan Mei nanti bam saya akan bayar. Itu pun kalau pendapatan setiap bulannya
marnpu mencapai Rp
45
juta,"
kata
Eveline. Ketika pendapatan setiap bulannya
idak  marnpu
mencapai
Rp 
45  juta,
maka
tak  perlu
dipotong  tujuh  persen:
katanya.
DI
tahoo
2004
ini, Yenny
mengatakan
tidak mempunyai target
khusus
mengenai
perkembangan bisnis salon
yang
dikelolanya. "Saat ini
karni
lebih
memilih diam
dan melihat situasi bisnis salon yang ada
saja. Terus
terang, sejak krisis moneter
  
eruntung tetap
dapat
mempertahankan
keberadaan
seluruh
outlet
dan
semua
aryawan kami," katanya.
ata-rata 
di  setiap  outlet  terdapat 
10-!5 
karyawan,  termasuk 
penata  rnrnbm
stylist).
Saat
ini,
jumlah
pengunjung
minimal
50
orang
per
hari
masih
dapat
ipertahankan di selu:ruh
outlet.
ahoo-tahilll
mendatang,
manajemen
Johnny
Andrean
barn
akan
merencanakan
ebih  lanjut
tentang
pengembangan
bisnisnya
berdasarkan 
basil 
pengamatan
di
ahnn ini.
opie
Salon
juga
tidak
memiliki
target
tertentu
untuk
mendirikan
waralaba
di
ahun 
ini.  Sebab, 
Yopie  Salon 
tidak  ingin  mengambil 
risiko  warnl.aba
yang
idirikan
tidak
berhasil
atau
tidak
produktif.
"Kami
perlu
me
aga 
citra
salon.
engan 
demikian,
pendirian  waralaba
melalui 
seleksi 
yang 
ketat,ff   
kala
Ivan.
ementara itu, Rudy Hadisuwamo menargetkan pendirian
I
0
cabang setiap tahun.
dapun
para
pegawai
umumnya
dari  pusai
pelatihan 
maupun  sekolah-sekolah
i.lik 
Rudy.
eski
demikian,
baik
Rudy,
Johnny,
maupun
Yopie
tidak
memastikan
seluruh
iswa
yang
belajar
di
sekolah-sekolah
tersebut
dapat
langsung
direkrut
menjadi
egawai.
"Kami tidak
menjamin
semua
siswa
yang
belajar
dapat
direl.aut  Akan
etapi, mereka yang berprestasi dapat langsung kami rekrut," kata Rudy.
veline menambahkan, bisnis salon ini tidak ada matinya. "Sekanmg ini kebutuhan
alon
sudah bukan
monopoli wanita. Buktinya, pria
dan
anak-anak
justru
sudah
  
ulai merawat diri di salon," tambah Eveline.
  
Menurut ibu yang juga bekerja di sa!ah satu kantor pemerintah ini, meski salonnya
bam
dibuka tiga
bulan lalu, pendapatannya sudah
cukup
lumayan. Setidalrnya, 10
aryawan yang bekerja di salonnya mendapatkan gaji penuh.
L:dil-lakiTak
Mau Kalah••.
&orang laki-Jaki setengah baya
terbuai
oleh
pijatan-pijatan
nyaman di
kepalanya.
Tanpa
sadar
ia
tertidur
lelap
di
kursinya
selama
beberapa
menit.
Meski
hanya
ebentar, ia mernsa segar
dan
nyaman dengan
perawatan
rambut
crearnbath yang
utin 
dilakukannya.  Indriawan, 
bapak 
berumur   51 
tahu11,    
mengal<J   selah.!
reambath dua minggu sekali di salon.
Katanya,
rutinitas itu
membantu
melepas
kepenatan
akibat
pekerjaan sehari-hari
ang telah ditekuninya hampir 30 tahun. "Saya mungkin empat tahun lagi pensiUil,
arns
membiasakan
santai
biar
nanti
tidak
stres
kalau
sudah
tidak
jadi
pegawai
agi,• kata Indriawan yang mengaku sebagai pegawai esdon
satu di salah satu
antor  pemerintah
di  kawasan  Ja!an
Jendera1 Sudirman-MH
Thamrin,
Jakarta
usat,
ini.
ndriawan
tidak
datang
sendiri. 
Ia
ditemani
anak 
bungsunya,
Toni
(19),
yang
edang di- bonding rambutnya. "Kalau dia ganti-ganti model rambut
terns.
Hampir
ua bulan seka!i," katanya mengomentari anaknya.
Memrrut Indriawan, ia lebih senang ditemani
anak 
laki-lakinya
daripada
istrinya.
Lebih klop saja, kan sama-sama laki-laki. Biasanya setelah ini kamijalan-ja!an ke
  
Bapak-anak ini memang cocok dalam urusan perawatm
rambut. Sejak setahun lalu
mereka sering
pergi ke salon
berdua. Berbagai jenis
perawatm
rambut dan
tubub
dilalrukan dua
orang
berbeda
generasi
ini.   Kalau
si  bapak  melalruk-an perawatm
kulit kepala untuk rileks, si anak merawat rambut untuk tetap mengikuti mode.
Dengan
alasan
mengganti tata
rambut dan
mencoba
berbagai
warna cat
ra;nbut,
Toni  merasa  perlu  melakukan  hair  spa  dan  hair  mask. 
"Hair  spa 
itu  untuk
pemwatm akar rambut, sedangkan hair mask lebih ke helai-helai rambutuya," kata
Toni
Merawat  rambut
memang  bukan  lagi  urnsan  perempuan,  melli.inkan juga
kaum
pria
Bahkan,  sebagian  kaum 
pria  memandar1g pergi  ke 
salon  di 
pusat-pusat
perbelanjaan
itu  memberikan  keuntungan
tersendiri. 
Mereka  dapat  melalrukan
aktivitas 
laim1ya selain
merawat
rambut  Tidak
sekadar
be!jalan.jalan
di
mal,
melainkan berbelanja, makan, hingga nonton. Ada kecenderungan kaum Adam
berusaha mengimbangi dominasi kaum Hawa
dalam
berbagai hal yang beberapa
lalmn silam dianggap khusus kegiatm
perempuan.
Setidalrnya, ini  terbaca
dari  persentase
jumlah
pelanggan
laki-laki  yang
kian
meningkat dari tahun ke tahun
di
sejumlah salon bergengsi di Jakarta
Di
Salon
Jolmny
Andrean yang mempunyai sekitar
200
cabang yang
tersebar
di
selurub
Indonesia,
sejak
tahun
1990-an
akhir
hingga 2004
ini
jumlah
pelanggan
laki-laki 
berkembang 
hingga 
40 
persen 
dari 
total 
konsumem1ya_ Peningkatm
serupa te!jadi di Salon Rudy Hadisuwarno yang kini memiliki sekitar 130 cabang
  
Bapak-anak ini memang cocok dalam urusan perawatm
rambut. Sejak setahun lalu
di Indonesia.
  
memara
itu,
perbandingan konaumen kaum Hawa dan kaum
Adam mencapai 70
sen 
berbanding 30
persen di
Salon
Yopie. Adapun di
Salon
Lutuye, pelanggan
berkisar 20 persen
dari jumlah
pelanggan.
nurut
Rudy
Hadisuwamo,
·para
pelanggan
pria
di
sa!onnya
rata-rata
berusia
aja 
hingga  dewasa  dari 
kalangan  menengah  ke  
atas.
Mereb 
melakukan
awatan
ral'!lbut mulai
dari
menggunting,
creambath, 
hingga
me\wmai
rambut
unpir 80 persen pria secara rutin melakukan crerunbath," katanya.
senada 
dikemukakan
General 
Manager  Salon 
Jolumy  Andrean. 
Selain
awatan
rambut, jasa
lain
yang diberikan antara lain
pijat
refleksi sell!fllh
tubuh
a
menicure dan pedicure (perawatan kuku tangan dan kaki).
dak   ada 
perbedaan
pelayanan
untuk  laki-laki  dan 
wanita. 
Kami 
melayani
reb 
dari 
potong
rambut,
perawatannya,
dan
juga
perawatan tubuh.
Bahkan
uk
produk-produk perawatan terbaru
seperti hair
spa
dan
hair
mask,
sudah
yak permintaan
dari
pelanggan laki-laki," kata Yenny.
nurut
Yopie Andrean, perbedaan antara
melayani pelanggan
perempuan dan
-laki hanya terlihat pada lamanya pelayanan. Pelanggan
iaki-laki umumnya
mbut  pendek sehingga
perawatan
rambut
untuk
mereka
relatif
lebih singbt
pada
pelanggan wanita.
tuk-bentuk
potongan rrunbut yang diminta pelanggan Jaki-laki turut menga!ami
eseran
selama
lima
tahun
temkhir.
Ka!au
dulu 
hanya
sebatas
model
yang
vensional, yaitu cepak dan
rapi, kini pelanggan pria yang
umumnya eksekutif
  
mbut diluruskan dengan cara
bonding dan
kemudian di-layer ala
bintang film
ang atau Taiwan juga sempat marak selama tahun 2003.
etapi, potongan bonding
ini
hanya
cocok
bagi
mereka yang
berambut
minimal
alm," jelas Yopie.
berapa
penata
rambut
menilai,
tren
model
rambut
tahun
2004
tidak
banyak ·
ubah 
Alcyl  tetapi, 
model   rambut   akan 
lebih 
dinamis   dibandifiooklm tahun
elumnya.
nurut Rudy, tren model rambut pria kini cenderung pendek. Adapun
pewamaan
but
juga
mendominasi
penataan
rambut.
Sedangkan
untuk
pewanJlll!l'4
kaum
a
lebih
cocok
menggunakan warna-wama
gelap
daripada
warna-warna ternng.
sanya kmang cocok apabila pria berambut pirang," katanya.
ada
rlengan Rudy,
Yopie
menilai
pewamaan
rambut
akau
mendominasi
tren
but 
tahun
ini.
Meski
demikian,
ia  menilai
kaum
pria  kini
semakin
gemar
gan 
wama-warna
rambut
yang  variatif 
Di 
samping  itu, 
pelurusan 
rambut
erkirakan
masih akau diminati sebagian besar masyarakat.
mentara
itu, kata Yertny, orang
Indonesia
umumoya belum
terla1u bernni da1am
pengecatan rambut. "Orang kita, baik laki-laki maupun perempuan masih
ang berani
tampil
ngejreng
dengan
wama
cat
rambut
mencolok. Kami sendiri
enamya 
telah 
memulai 
sejak 
tahun 
lalu, 
yaitu 
dengan 
launching 
model
amaan
rambut
yang
wama-wami,
namun
pelanggan
rata-rata
masih
meminta
ma,.warna
soft," katanya.
  
Untuk itu, di tahun 2004 ini model rambut memang relatiftidak
ballyak perubahan
dibanding 
tahun 
sebelumnya. 
Akan 
tetapi,  Johnny 
Andrean 
mengedepankan
pemakaian cat wama yang lebih terang dipadu dengan warna-wama !embut
"K.ami ingin
para
pela11ggan tampil dinamis dan enerjik saja," kata Yenny lagi.
Target
Audience ·
2.4..1
Primer
a. Demografis:
Wanita berusia
18- 35  tahun
b. SES
:
Golongan A dan B (menengah keatas)
c.
Geografis
:
Jakarta Timur
d
Psikografis  :
Gemar
berdandan,
pemerhati penampilau, modis, aktif,
boros,
dinarnis, banyak waktu luang.
2.4.2
Sekund.er
a. Demografis
:- Anak-anak
-
Wanita::;
18
dan
35
tahun
b. SES
·: Golongan A dan B (menengah keatas)
c.
Geografis
:
DKI Jakarta
d
Psikografis
:
Sering
menghadiri suatu
acara
penting, modis, ooros,
aktif.
Basil
Kuesioner
  
uesioru:r telah disebarkan kepada 20 orang respondea
  
:
Pria dan wanita berusia
18- 35 
tahun
sponden
ogrnfis
:Jakarta
Apakah Anda suka pergi ke salon?
Jawab: Sebagian besar responden suka ke
salon. 65%
wanita
gemar pergi ke
sa on, sedangkan pria hanya sekitar 40% yang gemar
ke
salon.
Unruk tujwm apa Anda ke salon?
Jawah: Sebagian besar untuk creambath dan
potong
rambut,
ruunun ada
juga
untuk
pijat refleksi.
Apa
yang penting dari sebuah salon?
Jawah: Responden memilih pelayanan yang baik dari salon tersebut.
Apakah ruuna sebuah salon dapat mempengaruhi Anda dalam memilih salon?
Jawab: 
Nama
salon 
berpengaruh
dalam
hal
pemilihan
salon, 
biasanya
responden memilih salon yang sudah Iumayan terkenal.
Apakah logo
suatu salon mempemgaruhi Anda dalam memilih salon?
Jawah: Rata-rata dari responden menjawab perlu
sebagai
pengingat dan
ciri
khas dari salon tersebut.
Apakah mungkin Anda mencoba salon yang masih barn? Jawab:
Sebagian besar responden bersedia mencoba salon barn.
Alasannya:
Untuk mengetahui pelayanan dan kualitas dari salon tersebut
Berapa biaya yang mungkin Anda habiskan untuk satu kali ke salon?