mendapatkan
gelar
Sa!]ana
hukum,
Eveline
memperdalarn
hobinya
di
bidang
perawatan rambut
dan
kulit.
"Dari
hasil
carl
sana-sini,
akhirnya,
saya
memutuskan
ootuk memilih Lutuye saja," katanya.
Thu
berusia
41
tahoo
ini
rnerasa
senang.
Alasannya,
ia
masih
diberi
kebebasan
mengembangkan
bisnis
salon
ini.
"Saya senang
karena
masih
diberi
kebebasan
memilih
pmduk
pendamping
dan
tambaban
pelayanan,
seperti
lulm:dan
refleksi,
ungkapnya.
Meskiprm
diberi
kebebasan,
ia
mengaku
tidak
mau
kebablasan.
Ia
pun
masih
memakai tenaga terlatih dari Lutuye.
Berdirinya salon
impian Eveline itu
menghabiskan dana sekitar Rp
240 juta. Dana
tu
digooakan sekitar
Rp
I
07
juta
ootuk
pengurusan
izin
yang
dibayarkan
pada
Llltuye. Sementara sisanya, untuk dana pembelian alat-alat salon sesl.llli
standar
Salon
Lutuye. Pemberlakuan
royalti
sebesar
tujuh
persen
yang
hams
dlbayarkan
Evdine kepada pihak marojemen
pusat Lutuye berialu
pada bulan ketujuh nanti.
"Bulan Mei
nanti bam
saya akan
bayar. Itu
pun
kalau
pendapatan setiap
bulannya
marnpu
mencapai Rp
45
juta,"
kata
Eveline. Ketika
pendapatan
setiap
bulannya
idak
marnpu
mencapai
Rp
45
juta,
maka
tak
perlu
dipotong tujuh
persen:
katanya.
DI
tahoo
2004
ini,
Yenny
mengatakan
tidak
mempunyai target
khusus
mengenai
perkembangan
bisnis
salon
yang
dikelolanya.
"Saat
ini
karni
lebih
memilih
diam
dan melihat
situasi bisnis
salon
yang ada
saja.
Terus
terang, sejak krisis moneter
|