![]() BAB2
TINJAUAN KEPUSTAK4AN
2.1
Jemi:Jamn Bentang Panjang
Jembatan
bentang
panjang
modern
merupakan
jembatan
yang mempunyai
bentang utamanya
lebih besar
dari
100 m yang
merupakan
batas atas dari jembatan
standar
yang
diatur dalam peraturan
Bina
Marga..
Umumnya
jembamn
bentang
panjang
digantung
dengan
menggunakan
kabel
baik
secara langsung
maupun
tidak
langsung.
Untuk
memenuhi kebutuhan
akan
jembatan
dengan
bentang
yang
panjang,
jembamn
mengalami
perkembangan
dari bentuk dan
material pendukung
sederhana
menjadi
lebih
maju.
Tipe
jembatan
itu
disebut
su1pended-span
bridges,
yaitu
cable-stayed dan
suspension.
Gambar 2.1 Contoh Gambar
Jembatan
Suspension
|
![]() 7
Gambar 2.2 Contoh Gambar Jembatan Cable-Stayed
.
Titik balik
penting dalam evolusi
jembatan
suspension
teijadi
pada awal
abad
ke-19
di Amerika,
yaitu pada saat James Findley membangun
jembatannya
untuk
pertama
kali
pada
tahun
1810
di
Jacobs
Creek,
Uniontown, Pennsylavania
dengan
menggunakan
rantai
besi
fleksibel.
Inovasi
Findley
bukanlah
kabelnya melainkan
penggunaan
dek jembatan
yang
diperkaku
yang
pengakunya
diperoleh
dengan
menggunakan
rangka batang kayu. Dengan
inovasi
ini
dimulailah
penggunaanjembatan
suspension
modem.
lnovasi Findley
dilanjutkan
dengan Thomas
Telfound
di
lnggris
dengan mendesain
Jembatan
Menai Straits pada
tahun
1818-1826.
Jembatan
Menai
Straits merupakan jembatan suspension modem
pertama yang
dibangun.
Jembatan
cable-stayed
digunakan
secara luas
terutama
di eropa
bagian barat
dan
beberapa
negara
lain.
Keberhasilan
penggunaan
sistem
cable-stayed dicapai
dengan
ditemukannya
baja
berkekuatan
tinggi dan tipe dek orthotropik
juga
kemajuan
teknik
las.
Kemajuan
pengetahuan
yang
secara
luas dan
tidak
terbatas
memungkinkan
penyelesaian
matematis
sistematis
tak
tentu dan untuk analsa statis
yang lebih akurat
media tiga dimensi.
Perkembangan awal jembatan
cable-stayed
dengan
berdirinya
Jembatan
Nazaire
pada tahun 1974 yang melintas di
atas sungai Loire, Perancis.
Jembatan ini
menggunakan dek
baja
dengan bentuk stream line
dan
tower
berbentuk
A
|
8
Suatu
penelitian
antara
jembatan
gantung
dan jembatan
cable-stayed
menunjukkan
bahwa
kelebihan
jembatan
cable-stayed lebih
unggul
daripada
jembatan
gantung. Kelebihan jembatan cable-stayed
antara
lain
rasio panjang
bentang utama
dan
tinggi
pilon
yang
lebih
murah.
Defleksi
akibat pembebanan simetris dan asimetris pada
lebih dari separuh bentang jembatan
gantung
mempunyai defleksi
yang
lebih
besar di
tengah bentang daripada
cable-stayed.
Keuntungan yang
menonjol
dari cable-stayed
adalah tidak dipcrlukan pengangkeran kabcl yang berat dan besar
seperti
jembatan
gantung.
Gaya-gaya
angker
pada
ujung
kabei
bekelja
secara
vertikal
dan biasanya
diseimbangkan
dengan berat dari pilar
dan pondasi tanpa menambah biaya konstruksi
lagi. Komponen horisontal gaya pada kabel
dilimpahkan
pada struktur atas gelagar
berupa takanan dan tarik.
Di
lihat dari segi
panjang bentang
utamanya
ada perbedaan
antara
jembatan
cable-stayed
dan jembatan suspension. Jembatan
cable-stayed
hanya bisa digunakan
untuk
bentang utama
dengan panjang
maksimal 1000
m.
Untukjembatan
yang
memiliki
bentang
utama
Iebih
dari
1000
m digunakan
jembatan
tipe
suspension.
Pada
Jembatan
Summadu panjang bentang
utamanya adalah 818
m.
Dengan bentang yang
tidak lebih
dari 1000
m
maka Jembatan Suramadu
didesain
dengan
menggunakan tipe cable-stayed.
|
![]() 9
192m
434m
192m
Gambar
2.3
Konfigurasi Bentang Jembatan Suramadu
2.2
Jembat:m
Cable-Stayed
Jembatan
cable-stayed
adalah
stmktur
yang
mempunyai
sederetan
kabellinear
dan
memikul
elemen
horisontal
kaku
(misalnya
balok
atau
rangka
batang).
Jembatan
cable-stayed
terdiri
atas sistem
strukturyang
meliputi
suatu
dek
orthotropik
dan
balok
girder
menerus
yang
didukung oleh
penunjang,
bempa
kebel yang
dibentang
miring dan
dihubungkan
ke
menara
sebagai
tunjangan
utamanya.
Kabel-kabel
tersebut
umumnya
menyebar dari
satu
atau
lebih
tiang
tekan
penyangga. Keseluruhan
sistem
dapat
mempunyai
bentang
besar
tanpa
hams
menggunakan
kabel
lengkung
yang
rurnit
Dewasa
ini,
banyak
struktur
jembatan
yang
dibangun
dengan
cara
demikian,
begitu
pula
dengan
gedung-gedung.
Untuk
jembatan
dengan
bentang
yang
cukup
panjang
dipedukan
struktur
kabel
(cable-stayed) yang
berfungsi
sebagai
pilar-pilar
penghubung
dalam
memikul
sebagian
besar
dari
bebanjembatan yang
kemudian
dilimpahkan
ke
pondasi.
|
![]() 10
Gambar 2.4
Jembatan
Cable-stayed
Maksud
pengembangan
teknologi
kabel
ialah
merangkai
bentang-bentang
pendek
menjadi
satu
bentang
panjang
yang
mempunyai
kekuatan
memadai
untuk
memikul
berat scndiri
dan
lalu lintas
yang melewati
jembatan.
Dwi ti.mgsi sistem
cable
stayed
ialah sebagai
perletakan
antara
dari bentangan
gelagar
pengaku
dan
sekaligus
sebagai
penahan
untuk stabilitas
menara.
Dalam
pelaksanaan
konstruksi
jembatan,
setiap
tahapan
konstruksi,
besarnya
gaya-gaya
dalam,
tidak boleh
melampaui
kapasitas
penampang
dan
pada
tahap
akhir
pembebanan,
perpindahar1
titik
pu.t1cak tower
dan lendutan lantai jembatan hams
memenuhi yang
disyaratkan da!am
perencanaan.
Pada kasus jembatan
sistem
cable-stayed,
pada
tahap
akhir
dari pembebanan
(beban
konstmksi),
displacement
dari
puncak
tower
hams
sekecil
mungkin
dan
masih
dalam toleransi.
Demikian
pula
dengan
!endutan
pada lantai
jembatan.
Sebagai
syarat,
bahwa
displacement
dari lantai
pada posisi
kabel
(stay
support)
akibat
beban
konstruksi
bekerja
hams
sekecil
mungkin.
Dengan
dicapainya
lendutan
pada posisi
kabel
yang
kecil,
bidang
momen
dari
lantai
jembatan
menjadi
optimun
dan
bahkan
dapat
dicapai
kondisi
momen
positif
hampir
sama
dengan
momen
negatif
pada setiap
peralihan antar
tumpuan
stay.
|
11
Untuk
mendapatkan
kondisi
tersebut
di
atas
dapat dilakukan dengan
mengaplikasikan
gaya
pratekan (gaya
axial)
pada
kabel. Dengan cara
dernikian, setiap
tahapan pelaksanaan konstruksi jembatan
besamya gaya
pratekan dapat ditentukan. Pada
analisa struktur jembatan sistem
cable-stayed,
metode konstruksi akan menentukan
tahapan analisa.
Jernbatan
cable-stayed
modem
menyajikan
suatu
sistern
tiga
dirnensi, secara
umum,
dek
balok
girder
dapat
berupa
box
beton
atau
suatu
sistem
gabungan
struktur
baja
yang
membingkai
girder, struktur
komposit
balok
lantai
melintang,
dan
sebuah dek
beton. Bagian-bagian pendukung seperti tiang tower tertekan dan
kabel yang melintang
tertarik.
Pada umumnya
liang
tower
terbuat dari
beton
pada
beberapa
tipenya.
Karakteristik yang penting
dari
struktur tiga
dimensi adalah keikutsertaan penuh kerja
pada konstruksi me!intang dalam
struktur utama
arab
longitudinal.
lni
berarti
sangat
perlu
ditingkatkan momen
inersia
konstruksinya, yang
mengijinkan
suatu
pengurangan
tinggi
balok
girder
dan
secara
ekonomi
pada
baja.
Dek
orthotropik
untuk
jembatan
cable-stayed
jarang
digunakan
sekarang
ini,
sebab secara umum mahal dan
pengeijaan
pengelasannya harus dilakukan dengan intensif
2.3
Komponen Jembatan
Cable-Stayed
Pada umumnya
komponen utama
jembatan
cable-stayed
terdiri atas gelagar,
kabe!, dan
menara
atau
pilon.
Masing-masing bagian mempunyai
berbagai tipe
dan
bentuk
yang
bermacam-macam
yang
digunakan
sesuai
fungsinya. Setiap
komponen
jembatan
cable-stayed
saling berhubungan dimana kabel
memikul
beban
dari
dek
jalan
raya
besrta lalu
lintasnya kemudian beban tersebut ditransfer
ke menara dan
|
![]() !2
dilimpahkan
ke
pondasi jembatan.
Di bawah
ini
akan diuraikan
beberapa
tipe dan
bentuk
dari komponen
utama jembatan
cable-stayed.
2.3.1
Memua
atau Pilon
Pemilihan
bentuk
pilon
sangat
dipengaruhi
oleh konfigurasi
kabel, estetika, dan
kebutuhan
perencanaan
serta
pertimbangan
biaya.
Tipe
menara
dari berbagai
konstruksi
dapat
berupa
potal
berbentuk
trapezium,
menara
kembar,
menara
A,
dan
menara
tunggal.
Pungsi
menara
menyalurkan
beban
dari dek jalan
raya
melalui
kabel
kemudian
dilimpahkan
ke
pondasi.
Tinggi
menara
ditentukan
dari
beberapa
hal
seperti
sistem
kabel, j
umlah
kabel
dan
perbandingan
estetika
dalam tinggi
menara
dan
panjang
bentang,
untuk
itu
direkomendasikan
perbandingan
antara
bentang
terpanjang
dan tinggi
menara
antara
0,19
-
0,25.
Bentuk
menara
yang
digunakan
pada
Jembatan
Suramadu
seperti
Gambar 2.5.
Gambar
2.5
Menara
Jembatan Suramadu
|
![]() 13
2.3.2
Gelagar
Bentuk
gelagar
jembatan
cabie-stayed
sangat
bervariasi
namun
yang paling
sering
digunakan
ada dua
yaitu stiffening
truss dan solid web.
Stiffening truss digunakan
untuk struktur
baja dan solid web digunakan
untuk struktur
baja atau beton
baik
beton
bertulang
maupun
beton prategang.
Pada awal perkembangan
jembatan
cable-stayed
modern,
stiffening truss banyak diguitakan
tetapi
sekarang
sudah
mulai
ditinggalkan
dan
jarang
digunakan dalam
desain,
karena
mempunyai
banyak
kekurangan.
Kekurangannya
adalah
membutuhkan
pabrikasi
yang
besar, perawatan
yang
relatif
sulit, dan
kurang
menarik
dari segi
estetika.
Gambar 2.6
Stiffening Truss
Gambar 2.7 Solid Web
Gelagar
yang tersusun
dari
solid
web yang
terbuat
dari baja
atau
beton
cenderung
atas
duatipe, yaitu:
a) Gelagar
pelat
(plate girder), dapat terdiri atas
dua
atau banyak
gelagar,
b)
Gelagar
box ( box girder ), dapat terdiri atas
satu
atau
susunan
box
yang
dapat
berbentuk
persegi
panjang atau
trapesium.
|
![]() 14
Susunan
dek
yang
tersusun
dari
gelagar
pelat tidak
memiliki
kekakuan
torsi
yang
besar
sehingga
tidak dapat digunakan
untuk
jembatan
yang
bentangnya
panjang
dan
lebar
atau
jembatan
yang
dircncanakan
hanya
mcnggunakan
satu bidang
kabel
penggantung.
Dek
jembatan yang
menggunakan
satu
atau
susunan
box
akan
memilik.i
kekakuan
torsi yang besar
sehingga
cocok untuk jembatan
yang
mengalami
torsi
yang
sangat besar.
Jembatan
yang
menggunakan
satu bidang kabel
penggantung
biasanya
menggunakan
gelagar
box
tunggal,
sedangkan
jembatan
yang lebar
menggunakan
susunan
gelagar box. Gelagar
pelat atau box yang terbuat
dari
baja rnempunyai
masalah
seperti pada
truss
berupa perawatan
terhadap
korosi yang
relatif
mahal
meskipun
biaya
konstruksi
lebih murah.
Bentuk
gelagar
yang digunakan
untuk Jembatan
Suramadu
adalah gel agar
box
seperti Gambar 2.8.
Stringer
Gambar 2.8
Gelagar Jembatan Suramadu
|
15
2.3.3
Kabel
Sistem
kabel merupakan
salah
satu
hal
mendasar dalam
perencanaan jembatan
cable-stayed.
Kabel
digunakan
untuk
menopang
gelagar
di
antara dua
tumpuan
dan
memindahkan beban terpusat
ke menara. Secara umum
sistem kabel
dapat dilihat
sebagai
tatanan
kabel
transversal
dan
tatanan
kabel
longitudinal.
Pemilihan
tatanan
kabel
tersebut
didasarkan
atas
berbagai
hal
karena
akan
memberikan
pengaruh yang
berlainan tcrhadap
perilaku struktur terutama pada bentuk menara dan
tampang gelagar.
Selain
itu
akan
berpengaruh
pada
metode
pelaksanaan, biaya
dan
arsitektur jembatan.
Sebagian besar
struktur
yang
sudah
dibangun terdiri
atas
dua
bidang
kabel
dan
diangkerkan
pada
sisi-sisi
gelagar.
Namun
ada
beberapa
yang
hanya menggunakan satu
bidang.
Penggunaan
tiga
bidang atau
lebih mungkin dapat dipikirkan
untuk jembatan
yang sangat Iebar
agar
dimensi
balok
melintang
dapat
lebih
keciL
a.
Tatanan Kabel Transversal
Tatanan
kabel tranversal terhadap
arah sumbu
longitudinal
jembatan
dapat
dibuat
satu
atau
dua
bidang dan
sebaliknya
ditempatkan
secara
simetri. Akan
tetapi
di
beberapa
kasus ada
perencana
yang menggunakan tiga bidang kabel sampai
sekarang
belum
dapat
diterapkan
di
lapangan.
Berkenaan
dengan
berbagai
posisi
pada
ruang yang mungkin diambil pada bidang dimana kabel ditempatkan, tatanan
kabel
transversal terdiri
dari
beberapa penempatan dasar, yaitu :
|
![]() 16
®
Sistem satu
bidang
Sistem
ini sangat
menguntungkan
dari segi estetika
karena
tidak teljadi
kabel
bersilangan
yang
terlihat
oleh pandangan
sehingga
terlihat
penarnpilan
struktur
yang
indah.
Kabel diternpatkan
di tengah-tengah
dek dan rnernbatasi
dua arah
jalur
lalu
lintas. Penempatan
kabel di tengah-tengah
dek
menyebabkan
torsi
pada dek menjadi
besar akibat
beban !alu
lintas
yang tidak simetri
dan tiupan
angin. Kelemahan
tersebut
diatasi
dengan
menggunakan
dek kaku
berupa
gelagar
kotak
(box
g1rder)
yang
mempunyai
kekakuan
torsi
yang sangat besar.
Penempatan
menara
yang
mengikuti
bidang
kabel
di
tengah dek
mengurangi
Iebar lantai
kendaraan
sehingga
perlu dilakukan
penambahan
Iebar
sampai
batas
minimum
yang
dibutuhkan.
Untuk
jembatan
bentang
panjang
biasanya
memerlukan
menara
yang
tinggi
mcnyebabkan
Iebar
menara
di
bawah
dek
sangat
besar.
Penyebaran
kaki
ke sisi-sisi dek
dapat
mengatasi
hal
tersebut
dengan
tidak
mengurangi
Iebar
lantai
kendaraan
yang dibutuhkan.
Secara
umum
jembatan
yang
sangat
panjang atau
sangat
Iebar
tidak
cocok
dengan
penggantung kabcl satu
bidang.
Gambar 2.9
Sistem satu
bidang
|
![]() 17
e
s
istem dua
bidang
Penggantung dua bidang dapat berupa dua bidang
vertikal
seJaJar
atau dua
bidang
miring yang pada sisi atas lebih sempit. Penggunaan
bidang
miring
dapat
menimbulkan
masalah
pada
lalu
lintas
yang !ewat
di
antara
dua
bidang
kabel,
terlebih
bila
jembatan
mempunyai
bentang
yang
relatif
pendek
atau
menengah.
Kemiringan
kabel
akan
sangat
curam
sehingga
mungkin
diperlukan
pelebaran
dek
jembatan.
Pada ujung balok
melintang
dimana
akan dipasang
angker
kabel,
mungkin
akan
terjadi
kesulilan
pada
pcndetailan
struktur, khususnya
bila
menggunakan
beton
pratekan. Pengangkeran
kabel
dapat bertentangan
dengan
kabel prategang balok melintang.
Gambar 2.10
Sistem dua bidang
|
![]() !8
b.
Tatanan
Kabel
Longitudinal
Tatanan
kabel
longitudinal jembatan
mempunyai
banyak
variasi tergantung
pada
pengalaman
perencana
menentukan
perbandingan
antara
bentang
dengan
tinggi
menara.
Untuk
bentang
yang
lebih pendek kabe! tunggal
mungkin
sudah
cukup
untuk
menahan
beban
rencana.
Untuk
bentang
utama
yang panjang
dan
bentang
tidak simetris yang
menggunakan angker, variasi tatanan kabel tidak cukup dengan
kebutuhan sacara teknis tetapi harus menghasilkan konfigurasi dasar tatanan kabel
longitudinal yaitu
radial, harpa, bentuk
kipas, dan
bintang.
e
Tipe Radial
Merupakan
sistem
memusat
dimana
semua
kabel
mengarah
ke
puncak tower.
Secara
struktural,
pengaturan
ini
barangkali
yang terbaik, semua
kabel
mengarak
kc
puncak menara dengan kemiringan maksimwn untuk arab
horisontal
dicapai
dan
memerlukan
jumlah
baja
paling sedikit.
Kabel
menyalurkan
komponen
yang
maksimwn dari
gaya
beban
rnati
dan
beban
hidup,
dan
komponen
minimwn
yang
disalurkan
adalah
struktur
aksial dek
jembatan.
Kelebihan
tipe
ini adalah
kemiringan
rata-rata kabel cukup
besar
sehingga
komponen
gaya
horisontal
tidak
terlalu
besar
kabel
yang
terkumpul
di
atas
kepala
menara
menyulitkan dalam
perencanaan
dan
pendetailan
sambungan.
Gambar 2.11 Tipe Radial
|
![]() 19
0
Tipe
Harpa
Merupakan
sistem paralel kabel yang
dihubungkan
dengan
menara
pada
ketinggian
berbeda, dan menempatkan
paralel untuk satu
sama
lain.
Sistem
ini
lebih
disukai
dilihat
dari
scgi
pandangan estctika.
Bagaimanapun
hal
itu
menyebabkan
momen lentur
di menara tersebut.
Kabel
berbentuk
harpa
memberi
suatu kekakuan
yang baik untuk bentang
utama jika tiap kabel
diangkur
pada pangkal jembatan.
Jumlah
baja
yang
diperlukan
untuk
kabel
disusun bcrbentuk
harpa sedikii
lebih banyak dari kabel
yang
disusun
dengan
bentuk kipas.
Gam bar
2.12 Tipe
Harpa
"'
Tipe
Kipas
Merupakan
solusi tengah antara
tipe radial dengan
tipe
harpa.
Kabel clisebar
pada bagian atas
menara dan pada
dek
sepanjang
bentang,
menghasilkan
kabel
tidak
sejajar. Penyebaran
kabel
pada
menara
akan
memudahkan
pendetailan
tulangan.
Gambar 2.13
Tipe
Kipas
|
![]() 20
$
Tipe
Bintang
Memiliki
bentuk yang
beriawanan
dengan tipe
radial dimana
kabel terpusat
pada
gelagar. Bentuk
ini
memberikan
efek estetika
yang
baik namun
menyulitkan
pendetailan
sambungan
pada
gelagar. Dukungan
antara
dua
tumpuan
tetap jembatan
hanya
ada pada
pertemuan kabel sehingga
momen
lentur yang
akan
teijadi
menjadi
lebih besar.
Gambar 2.14
Tipe
Bintang
Jembatan
Suramadu
menggunakan
tatanan kabel
transversal
dengan sistem
dua
bidang
sedangkan
tatanan kabel longitudinal
menggunakan
tipe
kipas. Sistem kabel
tersebut dapat diiihat pada
Gambar 2. i5.
Gambar 2.15
Sistem Kabel Jembatan
Suaramadu
|
21
Pemiiihan
tatanan
kabel
dan
jumlah kabel tergantung
pada
panjang
bentang,
jenis bahan, jumlah
jalur atau Iebar jembatan,
tinggi
menara,
biaya, dan rasa estetika
perencana.
Biaya
merupakan
faktor utama daiam menentukan
tatanan
kabel dan
jumlah
kabel
yang akan
digunakan,
kano:na kabcl
akan
mempengaruhi
semua
bentuk
elemm
struktur.
Sudut kerniringan
kabel berhubungan
dengan
kekakuan
gelagar
yang
meningkat,
tegangan
d::Jam kabel berkurang,
dan
dibutuhkan
tampang
menara
yang
berkurang
pula.
Akan tctapi bila
tinggi
menara
bertambah,
kabel penggantung
akan
bertambah
dan
panjang deformasi
aksial akan semakin
besar
yang
berakibat
pada
bertambahnya
momen
lentur pada
gelagar akibat beban hidup. Sudut kemiringan
optimum
kabel
terluar
adalah 45°
namun masih dapat divariasikan
dalam batas-hatas
yang
dapat diterima
(reasonable
limits)
yaitu antara 25° - 65° Sudut
kemiringan
terkecil
tcrjadi
pada kabel
terluar sedangkan
sudut paling besar terdapat
pada kabel yang
terdekat
dengan
menara.
Nilai
batas
di atas
diperoleh
dari
hasil
analisis
dengan mengadakan
penyederhanaan
pada
pertemuan
kabel dengan gelagar. Penyederhanaan
tersebut
menganggap
sambungan berupa scndi.
Kemiringan
kabel
optimum
tidak
selalu
digunakan
dalam
perencanaan
karena
petnilihan
sudut
masih
ditentukan
oleh bentuk
arsitektur
struktur.
Selain itu pengaruh
Jain
berupa panjang
kabel,
kemudahan
pelaksanaan
dan
berbagai
kondisi lokal dapat
menjadi pertimbangan
berikutnya.
Jembatan
cable-stayed
modem
pertama
hanya
menggunakan
kabel
dalamjumlah
terbatas
yang digunakan
Ul1tuk
mendukung
gelagar yang kaku.
Penggunaan kabel dalam
|
22
jumlah kecil akan
menyebabkan
gaya
pada
kabel sangat
besar sehingga
dibutuhkan
diameter
kabel yang besar, penjangkaran
yang
kuat dan rumit, dan area yang
luas pada
gelagar
untuk mendistribusikan
gaya-gaya kabel
tersebut.
Selain
itu
dibutuhkan
gelagar
yang
tinggi. Bentuk ini
tidak ekonomis
karena
memerlukan
material
dalam jumlah
yang
besar
dan
pelaksanaan
pembangunan
membutuhkan
peralatan
yang
sangat
banyak.
Pada
jembatan
cable-sta.ved
modem
jumlah
kabel
yang
digunakan
cukup banyak
dan
j< rak antar kabel atau panjang panel
akan menjadi lebih kecil. Cara ini
akan
memudahkan
penjangkaran
dan memungkinkan
untuk
menggunakan
gelagar
yang
lebih
ramping.
Tinggi
gelagar yang kecil
akan
memberikan
stabilitas
aerodinamik
yang baik
dan
pdaksanaan
pembangunan lebih mudah.
Keuntungan
jembatan
cable-stayed
dengan jumlah
kabel banyak dapat
disebutkan sebagai berikut ini
:
+
Jum lah
dukungan elastik yang besar
menyebabkan
lentur
yang sedartg pada
arah
longitudinal
dek, baik selama
pelaksanaan
maupun
dalam
pengoperasian, membuat
metode pelaksanaan sederhana dan
ekonomis;
+
Kabel
individual
lebih kecil dibandingkan
sebuah struktur
kabel
penggantung
yang
terkonsentrasi, sederhana dalam pcmasangan
dan
pengangkerannya;
<>
Penggantian
kabel relatif
mudah bila diperlukan,
meskipun
kabel
telah diberi
pelindung tcrhadap
korosi.
Jarak antar
kabel
maksimum
tergantung
pada
beberapa
parameter,
khususnya
lebar dan bentuk
dek. Jika dek dari baja atau beton
komposit,
pelaksanaan
konstruksi
dapat diselesaikan
dengan
corbeiing out,
jarak kabel yang sangat rapat tidak
memberikan
keuntungan
yang
besar. Sebagai ketentuan
umum,
jarak
antara 15m
dan
25
|
![]() 23
m dapat digunakan.
Penggunaan
jarak yang
lebih besar masih dapat dimungkinkan
dengan alasan
tertentu.
Jika dek dari beton, desain dengan
banyak
kabel
penggantung
terpisah
5
m
-
1
0
memberikan
banyak
keuntungan
dan
mungkin
sangat
penting
untuk
struktur dengan bentang
panjang.
c.
Jenis
Kabel
Jcnis-jenis
kabel jcmbatan
cahie
sluyed
adalah sebagai berikut:
®
Parallel Wire
Cables
Kabel tipe
ini
terbuat
dari
sejumlah
besar dari
kabel
yang
diparalel
satu
dengan
lainnya. Tidak
ada kabel
yang terbelit dalam pengeijaannya.
Kabel tersebut
dikirimkan
ke
tempat
gulungan
kabel
jembatan
dan
kabel-kabel tersebut
dipasangkan
pada
jembatan
kemudian
kescluruhan
kabel
digulung sampai
berbentuk
lingkaran.
Kabel tipe ini
digunakan
pada bangunan
monumental
seperti Jembatan
Golden Gate
dan
Jembatan George Washington.
Gambar 2.16
Parallel Wire Cables
|