BAB2
LANDASAN TEORI
2.1 
Defmisi Kualitas atau Mutu
Kualims  
atau 
mutu 
bukan 
merupakan
istilah 
bam dalam 
setiap
proses 
yang
menghasilkan
produk
dan 
produk
tersebut
digunakan
oleh 
konsumen.
Pada  saat 
ini
istilah  kualims  tidak  hanya
melekat
pada  fungsi  sebuah
pmduk, tempi 
melekat
kepada
semua
aspek 
proses 
yang  berkenaan
dengan 
produk
mulai 
dari 
ide 
produk
tersebut
akan  dibuat
sampai
kepada
produk
tersebut
telah  diguuakan
oleh  konsumen.
Kualims
merupakan
daya  mwar 
yang 
mutlak
bagi 
setiap
produk
yang 
akan 
bersaing
untuk
merebut
perhatian
konsumen.
Kam  kualims
sering
digunakan
untuk 
memberikan
pelayanan
amu  produk
terbaik
yang   memenuhi 
amu   melebihi 
dari   harapan 
kim 
yang   sebenamya.
Harapan
ini
didasarkan  pada 
tujuan 
penggunaan
dan  
harga   jual 
untuk   memuaskan
konsumen
terhadap
produk
yang 
dipakainya
dan   produk 
yang 
dijanjikan 
kepada
konsumen
tersebut
dengan
cara 
memberikan
pelayanan
oleh  
produsen
kepada
konsumennya
agar  terjalin
hubungan yang  baik  dan 
memuaskan.
Kualitas
dari 
suatu 
produk
sangat
mempengaruhi
penjualan
dari 
produk
tersebut.
Jika
kebutuhan
konsumen
yang  selalu
berubalt-ubah
setiap 
waktu  
untuk   kualitas 
dari   setiap 
produk 
maka  
dibutuhkan
  
  .Iantara  manusia-manusia, misalnya
9
perbaikan dan
perubahan-perubahan terhadap
spesiflkasi
dari   produk
tersebut
agar
bisa bersaing dengan produk lain.
Definisi
kualitas adalah
suatu
produk
yang
dihasilkan
sesuai
atau
melampaui
keinginan  dari  
konsumen.
Definisi  dari  pengendalian  kualitas  itu   sendiri  adalah
teknik-
teknik
dan 
kegiatan-kegiatan
untuk  mencapai,
memperpanjang
dan  
untuk
memperbaiki  mutu  atau  produk 
dari 
pelayanan  yang  diberikan.  Pada  tabel  2.1
menunjukkan  9  dimensi  kualitas  dengan  maksud 
dan 
penjelasan 
dari    dimensi
tersebut.
Tabel2.1 Sembilan Dimensi Kuaiitas
Perfonnance
Karakteristik
primer
produk,
misalnya
gambar.
I
Features
I
Karakteristik
sekunder,
features
tambahan,
misalnya
remote control.
Konfirmasi
Sesuai dengan standar industri, log
book.
Rehabilitas
Performansi dengan melampaui/rata-rata waktu rusak.
Dapat
termasuk perawatan.
Service
Pelaya,;·1an
komplain, dalam perbaikan.
Respon
penyalur
Amerika
Karakteristik sensor , misalnya finishing eksterior.
Reputasi
Performansi
lampau
dan 
intangibles 
lain
misalnya
perangkingan.
  
10
I
Kualitas suatu  produk juga
dapat  dilihat dari
berbagai dimensi seperti terlihat pada
gambar
berikut :
 
t
 
.:i 
-
.Ai-l).;.;, :-0>t'i···<-i·:;i·ili,;·
;,·:,;;,;,;v    
I
Quality
''S\;,;;op...-i·f',f\riih ·i,'/i:j ;;; ;,;
:,_,;,i-;;;;;;i0; h;:,;;,;§ ,;f,,
;;;;;;;;;;;;;;;;;;;•·' J
SERVICEABiliTY
FAULTLESS
I
ENVIRONMENTAL
KINDNESS
Gamlilar 2.1 
Dimensi
Kmlilitas prmluk
2.2  Six
Sigma
Six  sigma   dikenal
di 
masyarakat
sebagai
sebuah
konsep
perbaikan
dari 
sebuah
proses. 
Konsep
ini 
telah 
memberikan
wama
bam
dalam
dunia
pengemlalian
proses
diseluruh
dunia. 
Pada 
kenyataannya
bahwa
six 
sigma 
banyak berperan
dalam
perkembangan
perusahaan-perusahaan
terkemuka
di 
dunia
adalah
sebuah
fenomena
menarik yang
perlu di
bahas dan
diaplikasikan jika memungkinkan.
  
11
2.:2.1 
Sejarah
Six
Sigma
Six   Sigma 
Motorola 
merupakan 
suatu  
konsep 
atau  
teknik 
pengendalian
dan
peningkatan
lrualitas  dramatik
yang
diterapkan
oleh  perusahaan Motorola sejak  tahun
1986,
yang 
merupakan
terobosan
barn 
dalam
bidang
manajemen
kualitas.
Banyak
ahli 
manajemen 
kualitas
menyatakan
bahwa 
metode Six
Sigma 
Motorola
dikembangkan  dan   diterima 
secara 
luas   oleh  
dunia 
industri, 
karena 
manajemen
industri
frustasi
terha.dap 
sistem-sistem
manajemen 
lrualitas
yang   ada, 
yang 
tidak
mampu
melakukan
peningkatan
kualitas
secara
dramatik
menuju
tingkat
kegagalan
no! (zero
defect).
Banyak
sistem
manajemen
lrualitas,
seperti
:
Malcolm
Baldrige
National
Quality Award
(MBNQA}, ISO
9000, dan
lain-lain, hanya
menekankan
pada
upaya 
terus-menerus 
berdasarkan 
kesadaran
mandiri 
dari 
manajemen,
tanpa
memberikan
solusi
yang  ampuh
dalam
memberikan
terobosan-terobosan
yang 
harus
dilakukan
untuk  
meningkatkan
kualitas
secara
dramatik
menuju
tingkat
kegagalan
nol.  Prinsip-prinsip
pengendalian
dan 
peningkatan
kualitas
Motorola
selama
kurang
lebih
10
tahun
setelah
implementasi konsep Six
Sigma telah
mampu
mencapai
tingkat
kualitas 
3,4  
DPMO 
(defect 
per   million  opportunities
-
kegagalan
per  
setuju
kesempatan).
Berapa
keberhasilan
Motorola
yang  patut  dicatat dari  aplikasi
program Six
Sigma
adalah
sebagai berikut : (Vincent
Gasperz,
2002, hal
2).
J;>    
Peningkatan
produktivitas
rata-rata
12,3% per
tahun.
J;>    
Penurunan COPQ (cost
of poor  quality) lebih dari 84%
J;>
Eliminasi
kegagalan dalam
proses sekitar 99,7%
  
);>    
Penghematan biaya manufacturing lebih dari
$
11
miliar.
lr
Peningkatan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata : 17% dalam penerimaan,
keuntungan dan 
harga sabam
Motorola.
Six  Sigma 
bukanlah
sesuatu
yang 
barn.
Konsepnya sudah
mulai digunakan oleh
Motorola 
pada   
tahun 
19!!0-an untuk 
menganalisa  proses  manufaktumya  dan
mengurangi
defect 
(cacat).
Konsep
ini 
diadopsi oleh Texas Instrument
pada 
tahun
1991 dan
mulai diaplikasikan di
seluruh
prose
dalam
organisasi,
tidak
hanya
di
proses
manufaktur.
Six Sigma
yang didapat dari  beberapa sumber: (Welch, J.
F.,2000 hal4).
2.2.2
Definisi
Six  Sigma
Six  Sigma  
adalah
suatu metodologi penelitian data
yang terstruktur dengan
baik
untuk
mengurangi
cacatlkerusakan.,
pembcrosan,
atau
masalah-masalah
pengendalian
kualitas
dalam semua
bidang
manufaktur,
servis
pengiriman,
manajemen
dan  aktifitas
bisnis
lainnya.
Metodologi
Six  Sigma 
ini 
berdasarkan dari
kombinasi antara teknik
Statistical
Quality
Control
(SQC), 
metode  analisa 
data 
dasar 
dan  
advanced,
dan
dengan
pelatihan
yang   sistematik
dari  
semna
personal
di 
setiap
level  
pada
setiap
organisasi yang  terlihat
aktivitas atau
proses yang
ditargetkan oleh 
Six
Sigma.
Six   sigma  
adalah 
sebuah 
konsep 
statistik 
yang  
mengukur
suatu  proses  yang
berkaitan
dengan
cacat
atau  kerusakan, dengan kata lain 
six sigma 
merupakan konsep
untuk
mendapatkan sebuah proses yang  terukur dan
terkendali.
Six 
Sigma 
merupakan 
sebual1 sistem
yang
komperenhensif 
dan  
fleksibel 
untuk
mencapai,
mempertahankan,
dan 
memaksimalkan
sistem
bisnis.
Six 
Sigma
secara
  
13
un.ik
dikendalikan oleh
pemahaman
yang
kuat
terhadap
kebutuhan
pelanggan,
pemakaian yang disiplin terhadap fakta, data
dan 
analisa statistil(
dan 
perhatian yang
cermat 
untuk  mengelola,
memperbaiki,
dan  
menanamkan  kembali  proses  bisnis.
(Pande, Peter S,
Robert P.
Neuman dan  Ronald R Cavanagh, 2002, hal  xi)
Six   sigma  
adalah  sebuah
pengukuran,
dimana
menghitung
defect-defect
yang
terjadi
di 
dalam sebuah proses
dan 
hasilnya ditempatkan dalam
bentuk
angka
atau
grafik yang akan mendorong kita  melakukan perbaikan.
Six 
sigma  adalah sebuah benchmark, karena secara
umum, proses yang akan kita
perbaiki akan dibandingkan dengan yang terbaik di
kelasnya.
Six  sigma 
sebagai sebuah visi,
dan 
hal 
ini 
six  sigma 
mengharapkan tidak
teJjadi
defect
dalam sebuah proses yang juga diharapkan oleh semua organisasi.
Six  sigma 
adalah sebuah sistem yang digunakan untuk menentukan dimana posisi
kita  
saat  
ini,
apa  
tujuan  kita,  bagaimana  mencapai  tujuan  kita  
dan  bagaimana
memonitor pencapaian kita 
waktu
demi
waktu.
Six
sigma 
adalah sebuah alat 
atau
tools 
yang
digunal{an untuk memperbaiki proses
melalui
Costumer
Focus, perbaikan
yang
terns
menerima ketedibatan  orang-orang
baik di
dalam maupun di
luar  organisasi.
Terdapat
enam
aspek
kunci
yang
perlu
diperhatikan
dalam
aplikasi
konsep  six
sigma,
yaitu:
1. 
Mengidentifikasi pelanggan perusal1ll<ffi.
2. 
Mengidentifikasi masalah yang ada.
  
14
3. 
Mengidentiflkasi
kebutuhan  perusahrum
dalam 
memproduksi 
produk
untuk pelanggan
4. 
Mengidentiflkasi
proses.
5. 
Menghindari
kesalahan
dalam
proses
dan
menghilangkan
semua
pemborosan yang ada.
6. 
Meningkatkan proses secara terns menerus menuju target Six
Sigma.
Six 
sigma adalah sesuatu yang bersifat jangka panjang, inisiatifberpikir
lebih maju
untuk memikirkan cara-cara yang dilakukan perusahaan dalam bisnis. Hal 
ini  pertama
kali 
dirancang
dan 
ditunjukkan
untuk meningkatkan
keuntungan.
Dan
untuk
meningkatkan
keuntungan
adalal1dengan
mengurangi
hal-hal
yang merugikan
seperti
defect.
Terdapat hal 
penting dalam pencapaian level 6 sigma karena pencapaian tersebut
bukan merupakan
hal  mudah. Rata-rata pada proses manufaktur produk level
sigma
yang  dicapai
adalah  3  sigma.
Level
3  sigma
mengandung arti  
terdapat
66000
kegagalan dalam satu juta 
proses. Perkembangan tuntutan tingkat keberhasilan proses
yang sangat tinggi menjadi mutlakjika
digambarkan bahwa tidak akan ada  komputer
modem
yang berfungsi dengan level
3
sigma karena
tingkat kesalahan yang
besar.
Oleh karena
itu 
pencapaian level 6
sigma
berarti dalam setiap proses kemungkinan
untuk mempunyai peluang untuk
defect
atau melakukan kesalahan sebanyak
3,4 
kali
dari    
1.000.000   kesempatanlkemungkinan!opportunity. 
Berikut  
gambaran
perbandingan proses 3 sigma dan  6 sigma
  
15
Tabel 2.2
Perbandingan  proses 3-sigma dengan 6-sigma
1.  
Tidak 
akan  
ada   internet, karena
L
Kegagalan
operasi
komputer per
l!ari
kegagalan 
komputer 
bemperasi  
per 
:
(3,4/1.000.000)
x
24 
jam  x
60 
detik 
=
lJari
(1.000.000)
x
24
jam
x
60 
menit 
=
0,29 
detik
per 
hari  
atau  
105,85 
detik
menit
per  
hari 
atau 
35.113 
menit 
(1,76
menit) per
tahun.
(585,2
per
tahun).
2.
Telepon
akan
gaga!beropemsi (rnati)
2. 
Telepon
akan 
gaga! 
beroperasi
selama
0,29
detik
per  lJari  atau  105,85
(mati) 
selama 
menit    per  
hari 
atau  I
detik 
(1,76
menit) per tahun.
I
35.113
menit
(585,2)
per
tahun.
3.
Listrik akan  padam  selama
0,29
detik 
1
3.  
Listrik
akan  padam  selama
96,20 
per  lJari
atau 
105,85
detik
(1,76
menit)
I
menit  per  atau
35,113 
menit
(585,2
jam)  per tahun.
per
tahun
2.2.3 
Model Perhaikan Six
Sigma DMAIC
Ada  depalan
tahap
atau  langkah
dasar 
dalam
model
perbaikan
six
sigma
ini  yaitu
Identifikasi  
(Recognize),  
Defenisi  
(Define),  
Pengukuran  
(Measure),  
Analisis
(Analize),
Perbaikan
(Improve),
Kontrol (Control)
dan 
standarisasi
(Standardize).
Yang  
menjadi
inti   dari   model  
perbaikan 
ini 
adalah tahap Pengnkuran-Amdisa-
Perbaikan-Kontrol.  
Namun  seringkali
dalam  proyek-proyek six  
sigma 
tahap
  
16
Definisi dimasukkan dalam
inti  dari model perbaikan six
sigmn sehingga tahapannya
menjadi Definisi-Pengukuran-Analisis-Perbaikan-Kontrol atau
dalam
bahasa
Inggris
menjadi
Deflne-Measure-Analize-lmprove-Control    
(DMAIC).    
Tahapan    
ini
merupakan  tahapan  yang  berulang  atau  membentuk  siklus  peningkatan  kualitas
dengan six
sigma.
2.2.4     
Perhitungan
Six
Sigma
Berikut ini
adalah cara perhltungan sigma quality level :(Welch, J.
F,
ha19)
1.  
Unit
(U)
Jumlah  part,
sub-assy  atau system yang diuk:ur 
diperiksa.  Sebuah  item
yang
sedang diproses, atau produk atau jasa
akhir
yang sedang dikirim kepada pelanggan­
sebuah mobil, pinjaman hipotek, hotel stay, bank statement, dan  sebagainya.
2. 
Opportunity
COP)
Karakteristik
yang
diperiksa
atau
diuk:ur, 
dalam
hal 
ini 
yang
digunakan adalah
Critical To  Quality (CTO). Karena sebagian besar produk atau jasa
merniliki banyak
persyaratan
pelanggan,
maka
ada
beberapa peluang
untuk
memiliki
cacat.
Jumlah
peluang cacat adalah sebuah mobil, misalnya, mungkin lebih
dari
100  item cacat yang
tersebar dalam setiap komponen yang melekat pada mobil tersebut.
Ada tiga  lfu"1gkah dalam menentukanjumlah opportunity:
a. 
Membuat
daftar
pendahuluan
dari
jenis defect.
b. 
Menentukan yang mana defect aktual, kritis bagi konsumen dan spesifik.
c. 
Periksalahjumlah
peluang yang diusulkan terhadap standar.
  
17
3.  
Defect
Segala sesuatu yang membuat
consumer tidak puas. Kegagalan
untuk
memenuhi
persyaratan
pelanggan/kinerja
standar,
seperti
bak
mesin
bocor,
penundaan
dalam
closing peminjaman hipotek, hapusnya reservasi statement error dan
sebagainya.
4.  
Defective (D)
Semua 
unit
yang
berisi
sebuah 
defect.
Dengan
demikian, 
sebual1
mobil
dengan
sembarang defect, secara telrnik defect sama dengan sebualt mobil dengan
15
defect.
5.  
Defect Per  Unit
(DPW
Ukuran
in:i
merefleksikan
jumlah
rata-rata
dari
defect,
semua jen:is,
terhadap
jumlal1total unit
dari 
unit  yang
d:ijadikan sampel.
DPU=D/U ......................................................
(ll-1)
Total Opportunity (TOP)
TOP=
uX
OP 
.....................................................
(ll-2)
6.  
Defect Per  Opportunitv (DPO)
_Menunjukkan proporsi defect atas jumlah total dalam sebuah kelompok.
DPO = D/TOP = D/(U*OP)
7.  
Defect Per  Million Opportunity (DPMO)
Kebanyakan 
ukuran-ukuran 
peluang 
defect   diterjemahkan
ke    dalam 
format
DPMO, yang mengindikasikan beberapa banyak defect akan muncul jika ada satu juta
  
18
pelrumg.   
Dalam 
lingkungan  pemanufakturan  secara  khusus, 
DPMO, 
seringkali
disebut "PPM", singkatan
dari "parts per million".
DPMO
=
DPO x
1.000.000 ......................................(H-4)
8.  
Ukuran
Sigma
Sigma Quality Level=
0.8406
+
.,/29.37-
2.22lxln(DPMO) .....
(11-5)
9.   Proportion Defective
Merujuk
kepada
pecahan
atau 
prosentase
sampel-sampel
item
yang
memiliki
satu
atau lebih defect.
JumlahDefective
Proportion Defective 
......................11-6)
JumlahUnit
10.
Final  Yield
(d.itulis 
dengan
Yfuw.!)
Dihitung sebagai:
!-Proportion Defective
..............................(11-7)
Informasi
ini  memberitahukan
apakah
pecahan
dari 
unit  total yang 
dihasilkan atau
d.ikirim 
adalah
bebas
cacat
(defect
free). 
Apabila
Final
Yield
d.ikal.ikan  dengan
100
akan menghasilkan persentase yang "baik".
:U.5 
Alat-alat yang
dipakai dalam
Six
Sigma
Alat-alat  
yang  
digunakan
dalam
program
peningkatan
kualitas
Six  Sigma 
pada
dasamya
merupakan
gabungan dari 
berbagai
alat-alat
yang
sudah
dikenal
sejak
lama
terutama
Statistical
Process
Control
(SPC).
Beberapa
alat 
yang
digunakan
dalam
six
sigma 
akan dijelaskan sebagai berikut :
  
19
c
A. 
Diagram Aliir
Proses
Diagram
alir   proses merupakan representasi visual
dari semua
langkah-langkah
utama
dari
sebuah proses.
I
 
)
I
Mulai
I
Stop
I
I
Keputusan
I
I
I
Kegiatan
I
Proses 
I
0
I
Penghubung ke
halaman berikut
Diagram alir 
dapat membantu proses untuk lebih baik, mengidentifikasi area kritis
atau bermasalah dan 
mengidentifikasi perbaikan yang dapat dilakukan. Salah satu hal
yang perlu dilakukan. Salah satu hal  yang harus diingat dalam membuat diagram alir
yaitu  untuk
suatu  proses  yang
besar  mulailah  dengan  membuat  aliran  kegiatan-
kegiatan  utama.
Kemudian,
buatlah
aliran  yang
mendetail 
dari 
kegiatan-kegiatan
utama tersebut.
  
20
B. Diagram
Input-Process-Output
(IPO)
Diagram
merupa.kan
suatu
representasi
visual
dari   sebuah
proses atau
kegiatan.
Diagram
ini 
memuat semua daftar karakteristik input dan output. Menurut Schmidt,
diagram
ini 
sangat
ben:nanfaat
dalam
mendefinisikan
suatu 
proses
dan  
mengenali
hubungan antara variabel input dan 
respons.
Dalam
membuat suatu
diagram
IPO,
pertama
-
tama
pilih  
suatu
proses.
Lalu
tentukan outputnya. Output
ini 
biasanya disebut sebagai karakteristik, kualitas suatu
proses. Biasanya
output
tersebut
didefinisikan
dari 
sudut
pandang
konsumen.
Pertanyaan-pertanyrum
seperti
"Karakteristik
apa
yang
dapat
membuat
proses ini
berharga bagi 
konsumen?" atau "Hasil apa yrutg
akan menentukan
baltwa proses ini
baik   atau   
buruk   dari   
sisi   
konsumen?"   dapat   dijadikan   pertimbangan   untuk
menentukan output yang diharapkan.
Sete!ah memasukkan
faktor-faktor
yang
diinginkan dari  
proses (output)
barulah
dapat
ditentukru1
faktor-faktor
inputnya. Biasanya
jumlalt fald:or 
input lebih
banyak
daripada output.
C.
Peta Kendali
(Control Chart)
Pengelompokan  jenis-jenis 
peta    kendali  tergantung  pada  jenis  tipe   
datanya.
Gasperz
(1998)
menjelaskan
bahwa
dalam
konteks
pengendalian
proses statistikal
dikenal dua
jenis data, yaitu : (Vincent Gasperz, 1998, hal  28).
1.  
Data  Variaillel
(V11riabel   Data),
merupa.kan data  kuantitatif
yang
diukur
untuk  keperluan  analisis.  Contoh  dari  
data  variabel  karakteristik  kualitas
adalalt :
diameter pipketebalan produk kayu lapis, berat semen dalrun
  
21
kantong,
clll.
Ukman-ukuran
berat,
panjang
Iebar,
tinggi,
diameter,
volllffie
biasanya
merupakan data variabel.
2. 
Data 
Atribut 
(Attributes Data),  
merupakan
data  kuantitatif
yang  dapat
dihitung
untuk
pencatatan
dan 
analisis. Contoh dari
data 
atribut
karakteristik
kualitas
adalah
ketiadaan label 
pada 
kemasan produk,
kesalahan
proses
administrasi,
banyaknya
jenis
cacat 
pada  
produk,
banyaknya
produk 
kayu
lapis
yang
cacat
karena
corelap,
dll. 
Data
atribut
biasanya
diperoleh
dalam
bentuk
unit-unit
nonconforms
atau
ketidaksesuaian
dengan
spesifikasi
yang
ditetapkan.
Berdasarkan
kedua
tipe 
data 
tersebut, maka jenis-jenis
peta 
kendali terbagi
atas
peta 
kendali
untuk
data
variabel
dan 
peta 
kendali
untuk
data 
atribut. Beberapa peta
kendali
termasuk dalam
peta 
kendali untuk data variabel adalah peta 
kenda!i
X
dan  R,
serta
peta  
kendali
individual
dan  
MR.
Sedangkan
peta  
kendali
yang termasuk
dalam
peta 
kendali
untuk
data 
atribut adalal1 
peta 
kendali
p, 
peta 
kendali
np, 
peta
kendali c dan 
peta
kendali
u.
Menurut Gasperz(l998) pada prinsipnya semua peta 
kendali mempunyai:
1.  
Garis Tengah
(Central Line),
yang  biasanya dinotasikan CL.
2. 
Sepasang 
batas   kendali  
(Control 
Limits), 
dimana  
suatu 
batas   kendali
ditetapkan di
atas 
garis tengah
yang
dikenal
sebagai
batas
kendali
atas 
(Upper
Control
Limit),
biasanya
dinotasikan
sebagai
UCL,
dan  
yang  
satu 
lagi
ditempatkan
di  bawah
garis
tengah
yang
dikenal
sebagai
batas-batas
kendali
bawah
(Lower Control Limit),
biasanya dinotasikan sebagai LCL.
  
22
3.   
Tebaran nilai-nilai karakteristik kualitas yang menggambarkan keadaan
dari
proses. Jika semua nilai yang ditebarkan (diplot) pada peta 
itu
berada di
dalam
batas-batas  kendali  tanpa  memperlihatkan  kecenderungan  tertentu, 
maka
proses  yang  berlangsung  dianggap  berada  dalam  kendali  atau  terkendali
secara statistical. Namun jika
nilai-nilai yang
ditebarkan pada
peta 
itu 
jatuh
atau
berada
di 
luar  
batas-batas
kendali
atau
memperlihatkan
kecenderungan
tertentu
atau
memiliki
bentuk
yang
aneh,
maka
proses yang
berlangsung
dianggap
berada
di 
luar 
kendali (tidak
terkendali)
sehingga
perlu
diambil
tindakan korektif untuk memperbaiki proses yang ada.
Pada dasamya peta-peta kendali dipergunakan untuk :
"
Menentukan  apakah  suatu  proses  berada  dalam  pengendalian  statistikal?
Deugau demikian peta-peta kontrol digunakan untuk mencapai suatu keadaan
terkendali
secara
statitiskal,
dimana
semua
nilai
rata-rata
dalam
subgroup
contoh berada dalam batas-batas pengendalian
(control limits),
oleh karena itu
variasi penyebab khusus menjadi tidak ada lagi 
di
dalam proses.
"
Memantau
proses
terns
menerus
sepanjang
waktu
agar
proses
tetap
stabil
secara statistikal dan 
hanya mengandung variasi penyebab umum.
"'
Menentukan
kemampuan proses
(process capability).
Setelah
proses
berada
dalam
batas
pengendalian statistikal,
batas-batas
dalam
variasi
proses
dapat
ditentukan.
  
23
P=
Peta
kendali
yang
digunak:an
adalah
peta 
kendali
p
karena jenis data yang diambil
adalah jenis data atribut
Peta kendali p
digunakan untuk mengendalikan proporsi dari
item-item
yang tidak
memenuhi
syarat
spesifikasi
yang
ditetapkan
yang
berarti
dikategorikan
cacat.
Untuk
itu
definisi
operasional
secara
tepat tentang
apa 
yang
dimaksud ketidaksesuaian atau apa  yang dimaksud cacat sangatlah penting dan  harus
dipaharni
oleh setiap
pengguna
peta
kendali
p.
Langkah-langkah pembuatan
peta
kendali
p
(proporsi  unit
yang cacat)  adalah
sebagai berikut :
1.  
Tentukan
ulruran contoh atau
subgroup
yang
cukup
besar
(n>30).
2.  
Kumpulkan banyaknya subgroup (K), yaitu 20-25 subgroup.
3.  
Hitung untuk setiap nilai proporsi unit  yang cacat, yaitu :
JumlahDefectives
.........,----"----........................................(11-8)
UkuranSubGrup
4.
H.itung rata-rata
dari
p, yaitu p-bar atau dapat dihltung dengan rumus :
5.
p
=
Totaldefectivesakeseluruhan  ..........................
(ll-
9
)
Total!nspeksi
I-litung batas
kendali
untuk
peta 
kendali p
:
UCL
=
p+3
p(lp)
..........................(11-10)
  
24
LCL
=
p-3
p(l:
p)
..........................(11-11)
6.   Plot 
data 
proporsi
(prosentase)
unit 
cacat 
dan  amati
apakah
data 
itu  berada
dalam
pengendalian atau
tidak
berada dalam pengendalian.
D.  Diagram Pareto
Diagram
Pareto
adalah
diagram
batang
yang 
disusun
secara
menurun
atau 
dari
besar  
ke  
kecil  
(descending).  Biasanya
digunakan 
untuk  
melihat 
atau
mengidentifikasikan 
masalah, 
tipe  
cacat, 
atau  
penyebab 
yang    paling 
dominan
sehingga kita
dapat  memprioritaskan
penyelesaian
masalah:
Langkah-langkah dalam
pembuatan diagram pareto
adalah
:
1.  
Tentukan
metode klasifikasi data
untuk  sumbu
horizontal
2.   Putusan mana
yang  terbaik untuk  sumbu
vertical
3.   Kumpulkan data
untuk 
interval
waktu yang
sesuai.
4.  
Ringkasan data
atau  rangkaian
dari 
yang
terbesar ke terkeci!.
5.   Buat  diagram dan
tentukan beberapa
hak 
penting yang
perlu  diprioritaskan.
E. 
Diagram Sebab-Alilbat
(Fishbone)
Diagram
sebab-akibat
yang 
sering
juga 
disebut
dengan
diagram Tulang Ikan
(Fishbone) 
atau   diagram 
Ishikawa  bertujuan 
untuk  
memperlihatkan 
faktor-faktor
yang  berpengarul1pada kualitas basil  atau
dengan kata  lain  diagram ini
dipergunakan
  
25
untuk   menunjukkan
faktor-faktor
penyebab
(akibat)
yang 
disebabkan
oleh 
faktor­
fak:tor penyebab
itu.
Diagram
sebab-akibat
ini 
menunjukkan
5
faktor  yang 
disebut
sebagai
sebab 
dari
suatu  akibat. 
Kelima
faktor 
itu
adalah
man 
(manusia,
tenaga
kerja),
method
(metode
kerja),
material
(balmn),
machine
(mesin),
dan 
environment 
(lingkungan).
Diagram
ini
biasanya disusun
berdasarkan
informasi
yang 
didapat
dari 
sumbang
saran 
atau
"brainstorming".
Langkah-langkah pembuatan diagram sebab-akibat
:
1.   Tentukan 
masalahlsesuatu 
yang   akan   diamati  atau   diperbaiki.
Gambarkan
panah  dengan  kotak  diujung
kanaunya dan
tulis 
masalahlsesnatu
yang
akan
diamati/diperbaiki.
2.  Cari  
faktor  
utama  
yang  
berpengaruh
atau  
mempunyai
aldbat 
pada
masalab/sesuatu
tersebut.
Tuliskan
dalam 
kotak
yang  telah  dibuat
diatas  dan
dibawah panah
yang
telal1rubuat
tadi.
3.   Carl  lebih  lanjut  fak:tor-faktor 
yang  lebih
rinci  (faktor-faktor
sekunder)
yang
berpengarub/mempunyai
akibat 
pada 
faktor 
utaJ.na tersebut.
Tuliskan
faktor­
faktor 
sekunder
tersebut
didekat/pada
panah  yang
menghubU11gkaunya
dengan
penyebab
utarna.
4.   Dari  diagram
yang  sudah 
lengkap,
carilah
penyebab-penyebab
utarna  dengan
menganalisa data
yang
ada.
  
26
2.3 
Failure Mode Ami Effect Analysis
(FMEA)
FMEA  pertama
kali  
dikembangkan dalam
United
States
Military,
yaitu
dalam
Military 
Procedl!fe 
l\IIILP-P-1629,dengan
judul 
Procedures
for
Performing
a
Failure 
Mode,
Effects and
Criticality  Analysis, pada tanggal 9
November 1949.
Hal 
ini  dipakai sebagai suatn evaluasi teknik reliabilitas untuk menentukan akibat dari
sistem   perlengkapan 
kegagalan.   Kegagalan   diklasifikasikan 
berdasarkan   dari
bentrokan dalam
kesuksesan misi dan 
keselamatan
personnel/perlengkapan. Batasan
"personnel/perlengkapan"  diambil
secara 
langsung  dari 
abstrak 
dalam 
military
standard MJL-STD-1629, yang tercatat, ( sumber internet:
Fmeca.com).
2.:u
Definisi FMEA
FMEA 
adalah 
sekumpulan 
petunjuk, 
sebuab  proses, 
dan 
form 
untuk
mengidentifikasi dan 
mendahulukan masalah-masalah potensial (kegagalan). Dengan
mendasarkan
aktivitas
mereka
pada
FMEA,
seorang
manajer,
tim
perbaikan,
atau
pemilik  proses,
dalam  memfok:uskan energi
dan  sumber  daya  pada  pencegahan,
monitoring,
dan 
rencana-rencana tanggapan yang paling mungkin untuk memberikan
basil. (Pande, Peter S,
Robert P).
FMEA
adalah
analisa
kegagalan yang
mungkin
timbul
selama
proses
pembuatan
komponen atau
setelah
menjadi barang
jadi,
kemungkinan
penyebab serta
tindakan
pengatasan
dan 
pengontrolannya. Berikut adalah
penjelasan dari
point-point penting
analisa FMEA :
  
27
Cause (SebaiJ-Penyebab)
Suatu
penyebab
diartikan
suatu
elemen
perkara dari  suatu
design
atau  hasil  proses
dalam
suatu
Failure
Mode.
Penyebab
potensial,
apa  yang  al{an
membuat
komponen,
produk,
proses
atau  sistem
gaga!
dalamjalan
memenuhl
apa
yang  diharapkan
melalui
model kegagalan
potensiaL
Criticality
Rating
dari    criticality
adalah  
produk
matematik
dari 
rating
severity
dan
Occurrence.
Criticality=(S)x (0)
....................................................(H-14)
Angka
ini 
digunakan
untuk 
menempatkan 
prioritas
dari 
item-item
yang
memerlukan
tambahan perencanaan
kualitas.
Current
Control
Current
Controls
(design
dan 
proses) adalah
suatu
mekanisme
yang 
mengatasi
penyebab
dari  Failure
Mode
(Modus
kegagalan), dari
kejadian,
atau  yang  mendeteksi
(mengetahui) kegagalan sebelum
hal itu
ditemukan
oleh  pelanggan.
FMEA Element
FMEA
element
adalah
indentifikasi
atau 
analisa
dari   proses
FMEA 
Seringkali
dicontohksn
dengan
Function,
Failure
Modes,
Cause,
Effect,
Control
and 
Action.
FMEA elemen
ditunjukkan
pada
bagian kepala kolom pada
kolom output.
Function
  
28
Function
dapat 
merupakan
tujuan
yang  sungguh-sungguh
dari  suatu 
produk
atau
proses.  
FMEA 
Function 
adalah 
penjelasan 
terbaik 
dalam 
format    kata  
dengan
spesifikasi sang
insinyur.
Occurrence (kejaclian)
Occurrence
adalah
suatu   pengukuran
dari 
kemungkinan
bahwa
penyebab
utama
akan  terjadi 
dan  hasilnya
dalam 
Modus
Kegagalan
selama
benar-benar
masih
nyata
dan
digunakan dalam  produk.
Risk
Priority
Number (RPN)!Hazarcl Priority
Risk    Priority   Number  
adalah  
produk  
matematika   dari    bilangan  
Severity,
Occurrence, Detection.
RPN
=
(S)
x
(0) x (D)  
.................................................(II-15)
Angka 
ini 
digunakan 
untuk  
penempatan  dari   item-item 
dibandingkan
tambahan
keperluan perencanaan
kualitas.
Ada
heberapa
tipe  dari
FMEA,
beberapa
seringkali
digunakan
dibandingkan
yang
lainnya.
FMEA
seringkali
digunakan
bilamana
kegagalan yang 
berarti
kerugian
potensial
atau   kerugian
untuk  para
pengguna
akh.ir dari
item
yang
dirancang,
(sumber
Tipe-tipe dari
FMEA adalah:
Sistem- fokus kepada
fungsi
sistem
global.
Design- fokus kepada
komponen dan
subsistem.
Proses- fokus kepada
manufacturing dan proses  assembli.
Servis- fokus kepada fungsi servis.
  
29
P.
Software- fokus
kepada fungsi software.
2.3.2 
KeuntiDmgan lilariFMEA
FlV!EA
ilirancang
untuk
membantu
para 
insinynr  memperbaiki suatu kualitas dan
design yang dapat dipercaya. Dengan digunakannya FlV!EA melengkapi para 
insinynr
dengan 
beberapa  keuntungan.  Keuntungan 
itu  
mencakup : 
(sumber
internet :
1.  
Memperbaiki
kepercayaan dan  kualitas
produk/proses.
2.  
Menarnbah kepuasan dari 
konsumen.
3.  
Identifikasi awal dan 
pengurangan modus kegagalan
potensial dari 
produklproses.
4.   
Memprioritaskan
kekurangan produk/proses.
5.  
Menarik
perhatian
insinyur/organisasi.
6.  
Mengutamakan
pencegahan
masalah.
7.  
Resiko dokumen dan 
ililalrukan
sesuatu
untuk
mengurangi resiko.
8.  
Melengkapi fokus untuk memperbaiki percobaan dan 
pengembangan.
9.  
Meminimasi
perubahan yang terlambat
dan  biaya yang berkaitan.
10.
Berarti untuk kelompok kelja dan 
pertukaran
ide
antar fungsi.
2.3.3
Proses Pemlmatan FMEA
Pembuatan
FlV!EA 
hams
dilakukan
secara
bertahap. Hal  
ini 
ilikarenakan
untuk
menghindari  kesalahan  dalam  mendefinisikan  masalah,  penyebab  dan 
aktivitas
  
30
tindakan  pengatasan  masalah.  Berikut 
1m  
adal.ah  
langkah-langka.h yang  perlu
diperha.tika.n  dalam
pembuatan FMEA :
l.
Mendaftarkan dan  
mengidentifil.;:asi 
masalah-masalah potensial yang
dapat
muncul
pertanyaan
dasar
adalah
:
"Apa  yang
dapat
salah?"
Ide-ide
untuk
masalah 
potensial  
mungkin  
berasal  
dari  
berbagai  
smnber,  
meliputi
brainstorming,
analisis
proses,
benchmarking,
dan 
sebagainya. Masalah­
masalah
dapat
dikelompokkan berdasarkan
langkah
proses
ata.u
komponen
produkljasa. Hindarilah
masalah-masalal1sepele.
2.  
Mengidentifikasi
Modus Kegagalan
(Failure Modes).
3.  
Mengidentifikasi akibat
dari  Modus Kegagalan tersebut.
4. 
Menilai 
masalah
kerun1ita.n  
(Severity)
yang
kemudian
dapat
dilakukan
identifikasi 
karakteristik  
yang   
spesial.   Selain   itu   
juga    
dapat   dengan
mengambil
penanga.nan
untuk
mengurangi
resiko
yang 
ada. 
Penilaian
dengan
menggunakan  ska.la 
1-10, 
berikan
skor 
pada 
masing-masing
faktor 
untuk
setiap
masala.l1
potensial. 
Masala.ll-masalah
yang  
lebih
serius
mendapatkan
rating lebih tinggi, demikian juga  untuk
masala.ll
yang sulit untuk dideteksi.
5.  
Menerima
Procedure for
Potential
Consequences
(prosedur
untuk
akibat
yang
potensial).
6.  Mengidentifikasi    
penyebab   
yang    
mungkin.   
Dilakukan    
dengan
mengidentifikasi
akar
penyebab yang dilihat dari 
diagramfishbone.
  
31
7.  
Menilai
probabilitas frekuensi
kejadian. Penilaian
yang 
menggunakan skala 1-
10,  berikan skor 
pada masing-masing :fuktor
untuk setiap
masalah
potensial.
8.  
Menghitung  
criticality 
dengan   rumusan   II-14.   Dapat   juga  
dilakukan
identifikasi
karalrteristik
spesial
dan
langkah lainnya yaitu dengan mengambil
penanganan
untuk
mengurangi resiko
yang 
ada.
9.  
Mengidentifikasi design kontrol proses.
10.
Menilai
detektabilitas (detection).
Penilaian
dengan
menggunakan
simla 
1-10,
berikan skor
masing-masing faktor untuk setiap
masalah
potensial. Masalah­
masalah
yang 
lebih serius
mendapatkan
rating lebih
tinggi,
demikian
juga
masalah yang 
sulit untuk
dideteteksi.
11.
Menghitung
hazard
priority
atau 
HP 
dan 
tindakan-tindakan prioritas. Rating
resiko
keselurul1.an 
diperoleh
dengan
mengalikan tiga
skor
bersama-sama.
Dengan 
menambal1kan
HP 
dari  
semua
masalah,
didapatkan
gambar resiko
total untuk proses atau produk/jasa. (HP 
maksimum adalah 1.000) angka ini
seharusnya  digunalmn sebagai  panduan  untuk  mengetahui  masalah  yang
paling
serius, 
dengan 
indikasi   angka 
yang 
paling 
tinggi   memerlukan
penanganan yang senus.
12. Melakukan    tindakan-tindakan   
untuk    mengurangi   
resiko.   
Dengan
memfokuskan pada masalah-masalah
yang
potensial yang 
memiliki
prioritas
tertinggi,
kemudian
dapat
dipikirkan
tindakan
untuk
mengurangi
salah
satu
atau semua faktor : keseriusan, kejadian, detektabilitas.
  
      I  I
3
I
I
I
I
I
I
I
Tabel 2.3 
Tabel
penentuan freknensi, severity dan
detectability
nntuk
FMEA
SANGAT JARANG
I
ASPEK KEGAGALAN SANGAT JARANGTERJI\Dl
I
KURANG DAR.I!ISEJUTA
I
1-2
3
CUKUP
1
YANGRENDAH
N
MEMPUNYAiri ;b
GYANGCUlWP
UNTUK DAPAT
1/2000 SAMPA!l/80
ASPEKKEGAGALA
4
I
TINC,UI
ASPEK KEGAGALAN
TERJADI SERINGKALI (FREKUENSI TINGGJ)
1/80-1/8
8
5
I
SANGAT T!NGGI
ASPEK KRGAGALAN SERINGKALI
TERJADI
SELAMA PERIODE
YANG LAMA
1/2
9-10
(FREKUENS!SANGAT TINGGl)
SANGAT KEC!L
ASPEK
KEGAGALAN
MEMPUNYAI
PENGAAUH YANG SANGAT KECIL
10-20%
I
1-2
TERHIIDAP PRODUK YANG DlllASILKAN
2
I
KECIL
I
ASPEK KEGAGALAN
MEMPUNYAI
PENGARUH YANG KECILTERHADAP
30-140%
I
3-4
PRODUK YANG DIHASILKAN
3
I
CUKUP
I
ASPEK
KEGAGALAN
MEMPUNYAI PllNGARUH YANG CUKUPTERHADAP
50-60% 
I
5-6
PRODUK YANG DIHASILKAN
4
I
TINGGI
I
ASPEK KEGAGALANMEMPUNYAI PENGAIWH YANG TINGGT!TIRHADAP
70-80%
I
7-8
PRODUK
YANG DlllASILKAN
  
3
2
SEGERA
TINDAKAN
YANGCEPATDAPATDIMUNGKINKAN
60-70"/o
34
3
CUKUP
DlDE1'EKSlDALAM
JANGKA WAKTU TERTENTU, DAN/ATAU AKAN
MEMERLUKAN
BEBERAPA LAMA UNTUK DAPAT DILAKUKAN TINDAKAN
40-50%
5-6
4
TAKMUNGKIN
5
TAKDAPAT
MEMERLUKAN HAMPIR
WAKTU YANG LAMA
SEBELUM
TINDAKAN
DAPAT
DIAMEIL
YANG
MUNGKIN DAPAT DILAKUKAN
(SELAMA
NORMAL)
20-30%
0-10%
7-8
9-10
  
35
2.4 
PQCS (Process Quality Control Sheet)
PQCS adalah alur 
proses
dan 
sistem
pengontrolan
kualitas
per 
proses (product dan
Manufacture Item)
dari 
terima
raw 
material
sampai
delivery
ke
customer.
PQCS
merupakan
"Pemetaan
Proses"
yang
dijadikan
sebagai
teknik
penggambaran
aliran
yang dignnakan untllk menunjukkan hubungan antar masing-masing kelja  Pemetaan
Proses 
memberikan 
kemudahan 
mengkomunikasikan 
proses 
juga  
sebagai 
format
untuk
perencanaru1
dan
perbaikan
proses.
Pemetaan Proses memudahkan :
a
Memallanli bagaimana sistem
bekeljalberoperasi
"
Mengidentiflkasikan letak "bottlenecks", hambatan, dan  permasalahan
"
Mengembangkan cara  bam agar 
persoalan bisa
diatasi.
Hal 
yang hams
dipertimbangkan dalam
pembuatan Proses :
l.  Masukan (Input)
adalah
unsur yang kelihatan maupun tidak
2.  
Keluaran (Output)
adalalt basil 
suatu
proses
3.  
Kendali (Control)
adalah
parameter proes
2.5 
Kontrol
Jig
Dalam
dunia
manufuktur
jig 
dikenal sebagai
alat
bantu
yang
sengaja
di 
disain
untuk
keperluan
khusus. Jig
dimanfaatkan untuk
proses produksi
massal dan
cepat.
Saat ini 
jig 
tidak
hanya
dignnakan
sebagai
alat 
bantu proses produksi tetapi
juga 
digunakan sebagai alat 
kontrol
proses,terutama untuk
proses yang
membutuhkan
kontrol
seratus
persen dalam
waktu yang 
singkat.