BAB2
TINJAUAN
KEPUSTAKAAN
2.1
Jembata" Bentang Panja.,g.
Yang dikatakan jembatan bentang panjang ada!ah jembatan yang memiliki panjang
bentang tengah 2:
200 
berdasarkan Peraturan Bina Marga. Jembatan bentang panjang
memiliki  dua  
tipe, 
yaitu 
jembatan  cable 
stayed 
dan  
jembatan 
suspension,jembatan
gantung.
Perbedaan
mendasar antara jembatan
cable 
stayed dengan
jembatan gantung
ada!ah pada perletakan kabelnya seperti terlihat pada
Gambar 2.1
dengan
Gambar 2.2  dan
Gambar 2.3. Pada jembatan cable
stayed, kabel
diletakan
pada
pilon
dan 
gelagar tetapi
pada jembatan
gantung kabel terletak
banya pada pi!on.
I
Gambar 2.1
Jembatan
Normandie.
Gambar 2.2
Jembatan Brooklyn.
Gambar 2.3
Jembatan Golden Gate.
  
6
Sllatu
penelitian antara
jembatan
gantung
dan 
jembatan
cable-stayed
menunjukkan
bahwa
kelebihan
jembatan
cable-stayed
lebih
unggul daripada
jembatan
gantung.
Kelebihan
jembatan cable-stayed
antara
lain  
rnsio  
panjang
bentang
utama
dan  
tinggi
pilon
yang 
lebih
murnh.
Keuntungan
yang
menonjol
dari 
jembatan cable-stayed adalah
tidak
diperlukan
pengangkeran
kabel 
yang
bernt   dan  
besar seperti
jembatan
gantung.
Gaya-gaya angker pada 
ujung kabel bekelja secara vertikal dan 
biasanya diseimbangkan
dengan berat 
dari 
pi!on dan 
pondasi tanpa menambah biaya konstruksi lagi.
Bentang
tengah
jembatan
cable
stayed
terbatas,
sampai
saat
ini 
panjang
bentang
maksimumnya 1000 m.
Jadi 
jika 
panjang bentang tengah sebuah jembatan yang sedang
direncanakan
di 
atas
1000 m, 
jembatan
bentang
panjang
yang
direncanakan
tidak
bisa
menggunakan
tipe cable stayed. Jembatan bentang panjang yang digunakan adalah tipe
suspension. Jembatan suspension!gantung memiliki panjang bentang tengah
mencapai
2000 m.
Pada
tahun 
1883, dibangun
jembatan
gantung,
yang
dapat
dikatakan
paling
spektakuler
pada
jaman
tersebut,
Jembatan
Brooklyn
seperti
terlihat
pada
Gambar
2.2  di
kota  New  York,  Amerika  Serikat,  yang  pada  saat 
itu  
menunjukkan  kehebatannya
tersendiri. Gambar
2.3 
adalah
gambar Jembatan Golden
Gate
di
kota
San 
Fransisco,
Amerika
Serlkat
merupakan jembatan gantung yang sangat
terkenal
di
seluruh dunia.
2.2     Jembatan Cable Stayed.
Jembatan 
cable 
stayed 
merupakan 
kombinasi 
antara 
jembatan 
klasik 
beton
pratekan dengan
jembatan gantung. Jembatan cable stayed sudah dikenal sejak lebih dari
200 
tahun
yang lalu 
(Walther, 1988) yang
pada
awal
era 
tersebut umumnya dibangun
dengan
menggunakan
kabel
vertikal
dan 
miring seperti Dryburgh Abbey Footbridge di
Skotlandia tahun 1817 dan
Jembatan Niagara Falls di
Amerika Serikat tahun 1855.
  
7
Konstruksi jembatm  cable-stayed terdiri atas
sistem struktur yang meliputi suatu
gelagar menerus yang didukung oleh pemmjang berupa kebel yang dibentang miring dan
dihubungkan
ke 
pilon
sebagai
tunjangan
utamanya. Kabel-kabel
tersebut
umumnya
menyebar
dari 
satu 
atau lebih tiang
tekan
penyangga. Untuk jembatan dengan bentang
yang 
cukup 
panjang 
diper!ukan 
struktur 
kabe! 
yang 
berfungsi
.
sebagai  pilon·pilon
penghubung
dalam
memikul
sebagian
besar
dari 
beban jembatan
yang
kemudian
dilimpahkan ke
pondasi.
Gaya-gaya pada jembatm
cable 
stayed mengalami pergerakan. Beban--beban yang
bekelja
pada
jembatan ditmggung
oleh
gelagar.
Behan
yang
ditmggung
o!eh
gelagar
akan
menjadi gaya-gaya yang bekelja
pada   gelagar. Gaya-gaya yang ditanggung oleh
gelagar
disalurkan  ke 
kabel
dan   pilon. Gaya yang ditmggung  oleh  kabel
kemudian
diteruskan
menl!iu
pilon.
Kemudian
pilon
menyalurkan
gaya-gaya
dari  kabel dan
gelagar
ke
pondasi. Pondasi kemudian
menyalurkan gaya-gaya tersebut
ke
dalam tmah.
Dewasa in   jembatan cable  
stayed  mengalami banyak
perkembangan  dan
mempunyai
bentuk
yang
bervariasi
baik 
dari 
segi  jenis material yang digunakan maupun
segi 
estetika.
Pada
tahun
1960,
banyak
jembatan
cable
stayed 
telab
dibangun
di 
seluruh
dr.mia,
seperti Jembatm Brotonne seperti terlihat pada Gambar 2.4, 
Jembatm Nonnandie
seperti yang 
terlihat pada 
Gambar 2.1 
di
Perancis,
dan 
Jembatan Sun  Shine Sky 
Way di
Amerika Serikat
yang 
terlihat pada  Gambar 2.5.
Gambar 2.4
Jembatan Brotonne.
  
8
Gambar 2.5
Jembatan Soo
Shine  Sky
Way.
2.3
Elemellt
Jembatan Cable Stayed.
Jembatan
cable
stayed 
memiliki
dua 
bagian 
utama  yaitu  struktur
bagian 
atas 
atau
super
structure dan struktur
bagian  bawah  atau  lawer
structure. Super
structure
jembatan
cable
stayed 
memiliki
beberapa
elemen.
Secara   garis 
besar, 
super
structure
jembatan
cable  stayed
seperti  
yang 
terlihat 
pada  
Gambar
2.6 
memilki
elemen-elemen 
utama,
seperti
:
pilon  
yang  
disebut
juga   tower
atau  
menara, 
kabel,  
dan  
gelagar  atau  
dek.
Pembahasan mengenai pilon
terdapat pada
sub
bah
2.4.
_         _
,_Tower
'-Deck
Gambar
2.6
Jembatan cable stayed
2.3.1 Kabel
Sistem 
kabel 
merupakan
salah  satu
bal
yang
mendasar
dalam 
perencanaanjembatan
cable-stayed. Kabel
digooakan
untuk 
menopang
dek  atau 
gelagar 
diantara
dua 
tumpuan
dan  
memindahkan
beban  
tersebut
ke 
pilon. 
Secara
umum   sistem  
kabel 
dapat
diiihat
sebagai
  
9
a. 
Tatanan
kabel tranversal
Tatanan
kabel
transversal dapat
dibuat
satu
atau
dua 
bidang
dan 
seballknya
ditempatkan secara
simetri. Adapun
perencanaan yang menggunakan sistem
tiga
bidang kabel tetapi sampai
sekarang belum
dapat
diterapkarl di
lapangan.
•   
Sistem satu  bidang
Sistem ini
dilihat dari 
segi  estetika sangat menguntungkan karena kabel tidak
terlihat bersilangan sehingga struktur
terlihat indah. Posisi kabel ditempatkan
ditengah-tengah
gelagar
dan 
membatasi
dua 
arah
jalur
lalu-lintas.
Posisi
pilon
yang
mengikuti
bidang
kabel
mengurangi
Iebar 
Jantai 
gelagar sehingga perlu
di!akukarl 
penambahan  
Iebar   
sampai  batas 
yang 
dibutuhkan.  Jembatan
bentang
panjang pada   umumnya memerlukan menara
yang tinggi akibatuya
menyebabkan
dimensi pilon pada  bagian bawah gelagar membesar.
Gambar 2.7 Kabel sistem satu  bidang.
•   
Sistem dua  bidang
Sistem
kabel dua 
bidang dapat berupa bidang vertikal sejajar atau dua 
bidang
miring  yang  pada  
sisi  
atas  menyatu.  Kabel  akan  terlihat  sangat  miring
mendekati arah
horizontalnya sehingga
harus melakukan
pelebaran jembatan.
  
10
Gambar 2.8
Kabel
sistem
dua 
bidang.
Sistem tiga bidang
Perencanaan
jembatan
dengan
sitem
tiga  
bidang akan dipergunakan apabila
gelagar
didesain
dengan
Iebar  
I!Iltuk 
memenuhi kebutuhan jalur
lalu-lintas
yang banyak.
b. 
Tatanan kabellongitudinal.
Penataan  kabel  longitudinal pada  jembatan  sangat  bervariasi
tergantung  dari
perencanaan  dan  
pengalaman 
dalam
menentl.lkan perbandingan
antara  bentang
dengan
tinggi pilon. Pada jembatan
dengan
bentang yang
pendek
mungkin
dengan
menggooakan ka.bel
tunggal
sudah
cukup
untuk
menahan
beban
renca.na. Jembatan
dengan  bentang  utama  yang  panjang
diperlukan  tatanan  kabe! cukup  banyak
sehingga
rnenghasilkan dasar tatanan kabellongitudinal  sepeti :
Tipe radiating
Dimana
susunan
kabel dipusatkan
pada
ujung atas  pilon
dan  disebar sepanjang
bentang pada 
gelagar.
Kelebihan
tipe 
ini  memiliki kemiringan rata-rata kabel
cukup
besar
terhadap
arah
vertikalnya
sehingga komponen
gelagamya
mengalami gaya horizontal yang tidak terlalu besar. Dalam perencanaan dan
pendetilan sambungan diatas ujung menara sangat sulit.
Gambar 2.9
Kabel tipe  radiating.
  
o
Tipe
harp
Kabel-kabel
dipasang
sejajar
dan 
disambWlgkan
ke 
pilon 
dengan
ketinggian
yang  
berbeda-beda
antara 
kabel  
satu 
dengan
yang 
lainnya.
Susunan
kabel
seperti 
ini  
memberikan 
efek  
estetika 
yang  
sangat 
indah  
tetapi  
menara
mengalami
momen
ientur
yang
besar.
Garnbar 2.10
Kabel  tipe
harpa.
Tipe
fan
Merupakan
solusi
tengah 
antara
tipe 
radial 
dengan
tipe 
harpa.
Kabel 
disebar
pada 
bagian  
atas 
pilon 
dan 
pada 
gelagar
sepanjang
bentang,
menghasilkan
kabel   
tidak   
sejajar.   Penyebaran  
kabel   
pada   
pilon   
akan  
memudahkan
pendetailan tulangan.
Gambar 2.11
Kabel  tipe
kipas.
Tipe
star
Memiliki
bentuk
yang 
betlawanan
dengan
tipe 
radial 
dimana
kabel
terpusat
pada 
gelagar.
Bentuk
ini
memberikan efek 
estetika
yang 
baik 
namun
menyulitkan 
pendetailan 
sambungan 
pada  
gelagar.
Dukungan
antara 
dua
tumpuan
tetap 
jembatan
hanya 
ada 
pada
pertemuan
kabel 
sehingga
momen
lentur  yang
akan
tetjadi
menjadi lebih
besar.
  
12
Gambar 2.12 
Kabel tipe  bintang.
Pemilihan
tatanan
kabel
tersebut
didasarkan
atas
berbagai
hal 
karena akan
memberikan
pengaruh
yang
berlainan terhadap
perilaku
stuktur
terutama
pada
bentuk
pilon
dan   tampang dek  
atau
gelagar.
Selairl
itu 
akan  berpengaruh pula 
pada  metode
pelaksanaan, biaya dan  arsitektur jembatan.
Kabel yang
tedapat
pada 
jembatan cable
stayed harus ditumpu oleh
sesuatu
agar
posisi
kabel
tidak
bergerak
dari
posisi
rencana.
Tumpnan
kabel
tersebut
adalab angker.
Biasanya angker terletak pada 
puncak
pilon
dengan
earn  tidak dapat bergerak/tejepit atau
dapat
bergerak atau kombinasi
keduanya.
2.3.2 Gelagar.
Pada
umumnya jembatan cable-stayed menggunakan
deck!ge!agar baja,
rangka,
beton
atau  
beton
pratekan
sebagai
gelegar
utama.
Pemilihan gelagar
tergantung pada
ketersediaan
baban,
metode pelaksanaan
konstruksi
dan 
harga
konstruksi.
Penilaian
parameter
tersebut
tidak
hanya
tergantung
pada
perhitungan
semata
melainkan
masalah
ekonomi dan 
estetika lebih  dominan.
Bentuk gelagar jembatan cable stayed sangat bervariasi namun yang paling sering
digunakan  ada  
dua   yaitu
stljfoning
trnss 
dan  
solid
web   (Podolny
dan  
Scalzi,
!976).
Stiffening
truss
digunakan
untuk
struktur
baja 
dan 
solid
web
digunakan
untuk
struktur
baja
atau  beton
baik  
beton
bertulang
maupun beton
prategang. Gambar 2.14
adalah
contoh gambar stiffening trnss.
  
l3
Gambar 2.13
Contoh 
stiffening
truss.
Pada 
awal 
perkembangan
jembatan
cable 
stayed
modem,
stiffening
truss 
bauyak
digunakau
tetapi 
sekarang
sudah 
mulai 
ditinggalkan
dan
jarang 
digunakan
dalam 
desain,
karena  
mempuyai
banyak 
kekurangan.
Kekurangannya
adalab
membutubkan
fabrikasi
yang  besar, 
perawatan
yang
relatif
sulit, 
dan kurang
menarik dari
segi
estetika.
Meskipun
demikian
dapat  
digunakan
sebagai
gelagar  
dengan
alasan
memiliki
sifat 
aerodinamik
yang
bailc.
Gelagar
yang 
tersusun
dari 
solid web 
yang  terbuat
dari 
baja
atau 
beton  cenderung
terbagi atas
dua
tipe,
yaitu:
a. 
Gelagar
plat
(plate girder), dapat
terdiri dari
dua
atau 
banyak 
gelagar.
b. 
Gelagar  box 
(box  
girder), dapat
terdiri  
dari 
satu 
atau 
susunan
box 
yang 
dapat
berbentuk persegi 
panjang atau
trapesium.
Jernbatan
bentang
panjang
seperti
cable
stayed 
merupakan jembatan
yang
menyajikan 
suatu  
sistem  
tiga  
dimensi. 
Konstruksi 
baja,  
beton  
maupun 
komposit
merupakan
bahan-baban
yang 
dapat 
membentuk
lantai 
jembatan.
Pada 
struktur
gelagar
seperti
balok 
girder 
dapat 
berupa
box  baja
dan beton atau
suatu 
sistem 
yang 
merupakan
gabungan
baja 
yang
terangkai
menjadi
balok 
girder, 
struktur
komposit
balok 
lantai 
yang
melintang.
2.4   
Pilon.
Piton 
merupakan 
konstruksi
beton 
atau 
baja 
dalam 
arab 
vertikal
pada 
jembatan
bentang 
panjang.   
Pilon  
dapat  
berbentuk 
kotak  
atau  
hollow. Pilon 
berfungsi 
untuk
  
14
menglmbungkan kabe!
dari 
bentang
utama  
dengan
bentang
pinggir.
Untuk
dapat
melakukannya
diperl!lkan
suaru 
penahan
yang 
disebut
angker.
Hubungan
pilon 
dengan
angker
dapat
menahan
gaya 
tarik 
kabel
dalam 
arah 
vertikal
dan
horisontal
pada 
puncak
pilon. 
Oleh  
karena  
itu 
maka  
pilon 
dapat
direncanakan
sebagai
kolom  
sehingga
dapat
menahan 
gaya  
vertikal 
dan  dapat 
juga   sebagai 
kantilever  agar   dapat  
menahan
gaya
horisontal. Selain 
itu, 
pilon  
juga  
menahan 
reaksi  
vertikal  
dari 
gelagar
yang 
juga
menumpunya.
Pilon 
yang 
terdapat
pada 
jembatan
cable 
stayed
juga 
memerlukan
tumpuan
yang
dapat 
menahan 
pilon  
tetap   pada   posisi   semula.
Tumpuan 
pada   pilon  
memiliki
tiga
macam, yaitu
:
a.     
Tumpuan
pada
pondasi jembatan.
Dengan
tumpuan
yang  
terletak
pada   pondasi
jembatan 
maka   bagian  
pilon 
yang
teljepit
terletak
pada 
bagian   kaki  pi!on. 
Pilon  
dengan  kaki 
yang 
terjepit 
relatif
fleksibel karena  kekakuan struktur
bertarnbah
b.       Tumpuan
pada
super structure atau
bangunan atas.
Tumpuan   dapat   
gaya   
horisontal  
tambahan   akibat   
dari   
gaya   
gesekan 
yang
bertambah.
c.      
Hinged tower atau pilon
dengan
perletakan sendi.
Tumpuan
pilon
seperti 
ini
dapat 
digunakan pada
keadaan tanah  yangjelek.
Bentuk,
ukuran,
dan 
bahan 
pembentuknya
dapat 
berbeda-beda
antara
pilon 
pada
suatu 
jembatan
cable   stayed  
dengan
pilon 
pada 
suatu 
jembatan
cable  
stayed
lainnya.
Pemilihan 
pilon    sangat 
dipengaruhi 
oleh    bentuk   
kabel,   
estetika, 
dan  
kebutuhan
perencanaan
serta 
pertimbangan
biaya.  Tipe 
pilon 
dari 
berbagai
konstruksi
dapat 
berupa
portal  
berbentuk 
trapezium,
pilon  
kembar,
pilon   A, 
dan  pilon
tunggal.  Tinggi 
pHon
ditentukan
dari
beberapa hal
seperti sistem
kabel,
jumlah kabel  dan  perbandingan estetika
  
15
dalam tinggi pilon dan 
panjang bentang, ll!ltuk
iru
direkomendasikan. perbandingan antara
bentang terpanjang dan
tinggi pilon antarn 0,19- 0,25.
Demikian pula 
dengan
pilon
yang
digunakan
pada
Jembatan
Suramadu,
pemi!iban
pilon yang akan digunakan baik 
dari 
ukurnn, baban pembenruk pilon, serta
bentuknya,
juga 
hams 
melalni 
pertimabangan-pertimbangan yang 
telah 
disebutkan 
diatas.
Kemampuan seorang
perencana akan
terlihat
dari  pemi!ihan
pilon
yang
tepa:t.
Bentuk-bentuk
pilon 
yang umum digunakan adalab seperti yang ditunjukan Gambar
2.13.
Tipe Portal
TipeKembar
u
TipeA
p
'1\\
.
I!''
f} 
\\
/f=d\
1J
10,
Tipe Tunggal
Gambar 2.14 Tipe
pilon yang tmmm digunakan.
  
!6
Selain benrulc
pilon
yang sering digunakan, masih ada  pilon benruk lain
seperti pilon ripe  Y
dan pilon tipe V.
Gambar 2.15 Pilon ripe  V.
Gambar2.17
Pilon ripe  Y
dengan celab.
Gambar 2.16  Pilon ripe
Y.
Gambar2.18
Pilon tipe Y
dengan celah Iebar.
  
17
2.5   
Kriteria
Desain.
Analisa
desain
jembatan
cable
stayed
dilakukan
da!am
dua 
langkah, yang pertama
adalah
analisa
dua  
dimensi
dan 
lcemudian
analisa
tiga 
dimensi.
Analisa
dua   dimensi
dilakulcan
untuk
menentukan
profil
dan 
geometris
jembatan,
dimensi
pilon,
gelagar, dan
kabel.  Analisa
tiga  
dimensi 
dilaksanalcan
untuk 
menemulcan
perilaku 
dan  
perfonna
jembatan dari  beban
lalu 
lintas dan 
beban sementara serta beban gempa.
Pendelcatan
desain
dalam
perencanaan
jembatan
cable
stayed 
menggunalcan
konsep
ULS
atau  
Ultimate
Limit 
States. Gaya-gaya yang
dapat
menyebabkan suatu jembatan
menjadi 
tidak 
aman, 
merupakan
gaya-gaya 
batas 
atau  
ultimate  actions  dan 
respon
jembatan 
yang  disebabkarulya
merupakan
keadaan 
batas 
puncak
atau  
ULS. Keadaan
batas puncalc
adalah:
a. 
Kehilangan
keseimbangan s:tatis
aldbat sliding, overturning atau 
terangkat baik
sebagian
maupun
keseluruhan jembatan.
b. 
Kerusalcan
bagian jembatan akibat komsi yang menyebabkan keruntuhan dapat
teljadi.
c.
Keadaan puma elastis atau   tekuk dimana keruntuhan dapat teljadi
pada satu
atau 
lebih bagian jembatan.
d. 
Keruntuhan 
pondasi 
yang 
menyebablcan
pergerakan 
yang  
berlebiban, atau
keruntuhan bagian-bagian penting jembatan.
Aksi  
ultimate
didefinisikan
sebagai
adanya
kemungkinan
5% 
keadaan
untuk
dilampaui selama
umur
rencana jembatan.
Dibawah
ini 
disampaikan butir-butir metode analisis jembatan cable stayed pada
pilon utama dalam
rangka analisa statik :
Modelisasi dan  analisa beban;
Analisa tingkah laku 
pada 
kondisi beban kelja;
  
18
•   
Analisa kekuatan
batas.
2.6     
Peratunm Staudar Perencanaan.
Dalam
melakulqm
analisis
struktur
jembat:an,
beban-beban
yang
akan
bekelja
yang
disesuaikan
dengan
peraturan
yang
berlaku.
Ada 
banyak
sekali
peraturan
yang
berlaku
yang   dapat  
digunakan 
dalam  
desain. 
Peraturnn 
yang  
berlaku   di   
setiap  negara
kemungkinan akan
berbeda antara
negara satu  dengan
negara lainnya.
Peraturan perencanaan jembatan dikenal dengan Bridge Manajemen System, BMS
'92 menggunakan pendekatan analisa kekuatan batas atau  limit state. Pendekatan analisa
ini 
sangat
berbeda
dengan
yang
umumnya
digunakan
selama
ini 
yaitu
analisa
tegangan
batas
atau  
Working
Stress
Design.
Pendekatan
limit
state
ini 
sedikit
lebih  
kompleks
dibandingkan dengan cara
tegangan
batas, namun demikian cara ini 
lebih realitis dan
rasionil
sehingga
lebih
ekonomis.
Penggunaan
cara  
limit   state ini 
telah
diterapkan di
Australia 
sejak
1992 
dengan 
Austroads-nya,
di  
negara
Eropa
dengan
Eurocode
dan
negara Amerika
Serikat
beberapa tahun yang lalu.
Peraturan 
perencanaan 
jembatan 
Bina 
Marga  (BMS 
'92)  
merupakan 
pegangan
dalam
perencanaan jembatan
di 
Indonesia.
Peraturan
ini
memberikan
saran
perencanaan
jembatan 
yang
dapat 
menjamin
tingkat
keamaan,
kegunaan
dan   tingkat penghematan
yang
masih
dapat
diterima
dalam
perencanaan
struktur
jemhatan
atau 
dengan
kata 
lain
merupakan
standar
minimum  yang
menjamin 
keamanan, 
kegunaan
dan  
penghematan
dalam perencanaanjembatan.
Peraturan
Bina
Marga
ini 
mencakup
perencanaan
jembatan
jalan
raya 
dan 
pejalan
k:aki.
Untuk
jembatan
bentang
panjang
dan 
penggunaan struktur yang tidak
umum atau
yang 
menggunakan 
material 
dan  
metode
barn  
harus  diperlakukan sebagai jembatan
khusus.
  
19
Prinsip
umum
perencanaan
yang
diatur
daiam
peraturan
ini, 
hams didasarkan pada
prosedur
yang
memberikan kemungkinan-kemungkinan
yang 
dapat
diterima.
untuk
mencapai
suatu
kondisi
batas
selama
umur 
rencana jembatan. Dengan asumsi jembatan
dibangun
memenuhi
persyaratan
perencanaan
dan 
dipelihara dengan
baik 
selama
umur
rencana. Umur
rencana peraturan ini
adalah 50
tahun.
Jembatan-jembatan  tidak 
direncanakan 
untuk 
dapat 
mendukung 
semua
kemungkinan
beban,
seperti
beban
yang ditimbulkan akibat
perang. Namun
demikian
setiap
aksi
atau  pengaruh yang
teljadinya
yang
dapat
diramalkan sebelwnnya,
harus
dipertimbangkan dalam perencanaan.
Standar
perencanaan
peraturan
yang
dipakai
dalam
pembebanan
terbagi
menjadi
dua 
jenis
klas:tikasi
yaitu
standar
geometrik
perencanaan
jalan
dan 
standar
perencanaan
struktur
jembatan. Contoh
Standar perencanaan geometrikjalan:
a
Perencanaan 
Geometrik 
Jalan 
Raya  atau  
Geometric 
Design  
of  
Rural  
Roads,
Directorate of 
Planning Directorate General of
Highways, September 1997.
b.      
Peraturan 
Perencanaan 
Geometrik 
Jalan 
Kota  atau  
Standard 
Specification 
for
Geometric Design  of
Urban
Roads, Direktorat
Jenderal
Bina Marga, Maret 1992.
c.      
Standar  spesifikasi  untuk Perencanaan Geometrik
Jalan  Antar
Kota,  Direktorat
Bipran, Direktorat Jenderal Bina Marga, Desember 1990.
d.     A
Policy on
Geometric Design  of
Highways and  Street, AASHf0-1994.
e.      Manual
Kapasitas
Jalan  Indonesia
atau  
Indonesian
Highway
Capacity
Manual,
!997.
Sedangkan contoh standar
perencanaan struktur jembatan:
a.      
Peraturan
Muatan Perencanaan Jembatan
Jalan raya,  Pebruari 1988.
b.      
Perencanaan Taban Gempa untuk Jembatan Jalan Raya, April 1983.
c.      
Peraturan Beton Bertulang Indonesai, 197!.