BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Knowledge
Menurut
Widayana (2005,
p13),
knowledge adalah
informasi
yang
dilengkapi
dengan pemahaman pola hubungan dari informasi disertai pengalaman, baik individu
maupun kelompok dalam perusahaan.
Knowledge
merupakan penerapan informasi
yang   diyakini   dapat   langsung   digunakan   untuk   mengambil   keputusan   untuk
bertindak. Menurut Tobing (2007, p18), proses
transformasi
informasi
menjadi
knowledge juga melalui empat tahapan, yaitu :
1. Comparasion : membandingkan informasi pada situasi tertentu dengan situasi-
situasi yang lain yang telah diketahui.
2. Consequences : menemukan implikasi-implikasi dari informasi yang bermanfaat
untuk pengambilan keputusan dan tindakan.
3. Connections : menemukan hubungan-hubungan bagian-bagian kecil dari informasi
dengan hal-hal lainnya.
4. Conservations : membicarakan pandangan, pendapat serta tindakan orang lain
terkait informasi tersebut.
7
  
8
Jadi dapat disimpulkan bahwa knowledge merupakan informasi yang mengubah
sesuatu atau seseorang,
hal
ini terjadi ketika informasi tersebut
menjadi dasar untuk
bertindak, atau ketika informasi tersebut memampukan seseorang atau institusi untuk
mengambil keputusan yang berbeda atau lebih efektif dari tindakan sebelumnya dan
untuk menempuh arah atau strategi tertentu.
2.2
Pengertian Knowledge Management
Menurut
Debowski
(2006,
p16), knowledge management
merupakan
suatu
aktifitas untuk mengidentifikasi, menciptakan, mengatur serta menyebarkan aset
intelektual
yang
kritikal
dari
suatu
organisasi untuk jangka waktu
yang
panjang
sehingga keberlangsungan suatu organisasi terus berkesinambungan.
Carrillo
et al
(2004) menyatakan
bahwa  
Knowledge
management menjadi
guidance tentang pengelolaan intangible assets yang menjadi pilar perusahaan dalam
menciptakan
nilai
(dari
produk/jasa/solusi) yang
ditawarkan
perusahaan
kepada
pelanggannya.
Oleh
karena
itu,
pemahaman
mengenai
nilai
buku perusahaan
harus
disertai dengan pemahaman nilai intangible assets perusahaan. Jenis penerapan
knowledge management ada dua, yaitu:
2.2.1. Tacit Knowledge
Pada
dasarnya
tacit
knowledge bersifat
personal,
dikembangkan
melalui
pengalaman
yang
sulit
untuk
diformulasikan dan dikomunikasikan (Carrillo et
al.,2004).
Berdasarkan
pengertiannya,
maka
tacit knowledge
dikategorikan
sebagai
personal knowledge atau dengan kata lain pengetahuan yang diperoleh dari individu
  
9
(perorangan). Menurut Bahm (1995, p. 199) penelitian pada sifat dasar pengetahuan
seketika
mempertemukan
perbedaan
antara knower dan known, atau seringkali
diartikan
dalam istilah
subject
dan
object, atau ingredient
subjective
dan
objective
dalam pengalaman. Pengalaman yang diperoleh tiap karyawan tentunya berbeda-beda
berdasarkan situasi dan kondisi yang tidak dapat diprediksi.
2.2.2 Explicit knowledges
Explicit
knowledge bersifat
formal
dan
sistematis
yang
mudah
untuk
dikomunikasikan dan dibagi (Carrillo et al., 2004). Penerapan explicit knowledge ini
lebih   mudah   karena   pengetahuan   yang   diperoleh   dalam   bentuk   tulisan   atau
pernyataan yang didokumentasikan, sehingga setiap karyawan dapat
mempelajarinya
secara independent.
Menurut Widayana
(2005, p9),
knowledge management merupakan
sistem yang
dibuat
untuk
menciptakan,
mendokumentasikan, menggolongkan dan menyebarkan
knowledge
dalam perusahaan.
Sehingga
knowledge
mudah
digunakan
kapan
pun
diperlukan, oleh siapa saja yang sesuai dengan tingkat otoritas dan kompetensinya.
2.3
Pengertian Knowledge Management System
Sistem manajemen pengetahuan (KMS) adalah suatu kelas sistem informasi yang
diterapkan untuk mengelola pengetahuan organisasi. Artinya, KMS adalah sistem
berbasis
IT yang
dikembangkan
untuk
mendukung
dan
meningkatkan
proses
organisasi
dalam penciptaan,
penyimpanan
/
pengambilan,
transfer,
dan
aplikasi
pengetahuan (Alavi & Leidner,2001,p 114).
  
10
Menurut
Ericsson
&
Avdic
(2003),
Pengetahuan
manajemen system (KMS)
adalah   sistem
yang
dikembangkan
untuk
mengelola
pengetahuan
secara
langsung
atau   tidak   langsung   untuk   memberikan   dukungan   bagi   peningkatan   kualitas
keputusan
yang
dibuat
untuk
pekerja
pada pekerjaan
sehari-hari,
dan
untuk
kemampuan organisasi meningkat. Sebuah sistem
manajemen pengetahuan biasanya
mencakup
informasi direktif,
misalnya dalam membimbing pilihan pengguna dalam
suatu situasi kerja tertentu.
Sistem
seperti
ini sering opsional
dalam
arti bahwa pengguna sengaja dapat
menahan
diri
dari
menggunakan
sistem dan
/
atau
menahan
diri
dari
mengambil
tindakan yang diarahkan. Dengan demikian, penerimaan pengguna sangat penting
untuk
tingkat
penggunaan
sistem manajemen
pengetahuan. Seperti
yang diutarakan
oleh
Kankanhalli,
Tan
dan
Wei
(2005)
knowledge
management
system dapat
didefinisikan sebagai suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang
dihubungkan bersama di dalam suatu
organisasi
untuk
memeproleh,
mengatur,
dan
berkomunikasi mengenai knowledge antar anggota di dalam organisasi.
2.4
Technology Acceptance Model (TAM)
Beberapa
model dibangun
untuk
menganalisis dan
memahami
faktor-faktor
yang mempengaruhi diterimanya penggunaan teknologi komputer, di antaranya yang
tercatat dalam berbagai literatur dan referensi hasil riset dibidang teknologi informasi
adalah
seperti
Theory
of
Reasoned
Action
(TRA) oleh
Fishbein
&
Ajzen
(1975),
Theory of Planned Behaviour (TPB) oleh Ajzen (1991), dan Technology Acceptance
  
11
Model 
(TAM).  Model
TAM 
yang 
dikembangkan  oleh  Fred 
D.  Davis  (1989)
merupakan  salah  satu  model  yang  paling  banyak  digunakan  dalam  penelitian  TI
karena model ini lebih sederhana dan mudah diterapkan (Iqbararia, Zinatelli, Cragg,
&
Cavaye
1997).
Model
TAM diadopsi
dari
model
TRA, yaitu
teori
tindakan
beralasan yang dikembangkan oleh Fishbe dan Ajzen (1975) dengan satu premis
bahwa reaksi
dan persepsi
seseorang
terhadap
sesuatu hal, akan
menentukan sikap
dan perilaku orang tersebut. Berikut ini adalah gambar metode TAM :
Gambar 1. Model TAM
Sumber: Davis et al (1989)
Metode
TAM
ini
menjelaskan
hubungan
antara keyakinan
(usefulness dan
ease
of
use)
dengan sikap/attitude, tujuan/ intentions
pengguna,
serta penggunaan
nyata dari sistem. Perceived usefulness didefinisikan oleh Davis et al (1989) sebagai
suatu
tingkat
dimana
seseorang
percaya
bahwa
penggunaan
sistem
secara
khusus
akan  meningkatkan  kinerjanya.  Sedangkan  perceived ease of use didefinisikan
sebagai
suatu
tingkat
dimana
seseorang
percaya
bahwa
penggunaan
sistem secara
khusus  akan
mengarah  pada  suatu  usaha.  Pada  penelitian  yang  dilakukan  Leong
  
12
(2003) , Gardner dan Amoroso (2004) mereka telah menguji penggunaan MS Acces
dengan
mengelompokan
variabel-variabel dalam
TAM
menjadi
3
kelompok
yaitu
Perceived
usefulness dan
Perceived
ease
of
use
sebagai
variabel
independen,
penggunaan
sistem secara
nyata
sebagai
variabel
dependen
dan
variabel-variabel
mediasinya adalah attitude toward use dan behavioral intention to use.
Reaksi dan persepsi pengguna Teknologi Informasi (TI) akan mempengaruhi
sikapnya dalam penerimaan terhadap teknologi tersebut. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhinya adalah persepsi pengguna terhadap kemanfaatan dan kemudahan
penggunaan
TI
sebagai
suatu
tindakan
yang
beralasan
dalam konteks
pengguna
teknologi,
sehingga
alasan
seseorang
dalam melihat
manfaat
dan
kemudahan
penggunaan TI menjadikan tindakan/perilaku orang tersebut sebagai tolok ukur dalam
penerimaan  sebuah  teknologi.  Menurut  Davis  (1989),  tujuan  utama  TAM  adalah
untuk mendirikan dasar penelusuran pengaruh faktor eksternal terhadap kepercayaan,
sikap (personalisasi), dan tujuan pengguna komputer.
Davis (1989) menyatakan bahwa model TAM yang dikembangkan dari teori
psikologis, menjelaskan perilaku pengguna komputer yaitu berlandaskan pada
kepercayaan (belief),
sikap
(attitude),
keinginan
(intention),
dan
hubungan
perilaku
pengguna (user behaviour relationship). Tujuan  model ini untuk menjelaskan faktor-
faktor  utama  dari  perilaku  pengguna  terhadap  penerimaan  pengguna  teknologi.
Secara lebih terinci menjelaskan tentang penerimaan
TI
dengan
dimensidimensi
tertentu yang dapat mempengaruhi diterimanya TI oleh pengguna .
  
13
Model dasar dari pembentukan sikap yang mempengaruhi perilaku seseorang,
berdasarkan TAM yang menggambarkan hubungan (Davis 1989) :
1.   Perceived Ease of Use (PEoU)
Menyatakan
tingkat
kepercayaan
bahwa
teknologi baru
akan
mudah
untuk
dipakai dan terbebas dari usaha.
2.   Perceived Usefulness (PU)
Menyatakan  tingkat  kepercayaan  bahwa  penggunaan  teknologi  baru  akan
meningkatkan pencapaian.
3.   Attitude Toward Using (ATU)
Menyatakan sikap pengguna (user) ke arah menggunakan teknologi baru.
4.   Behavioral Intention to Use (ITU)
Menyatakan  perilaku  pengguna  (user)  ke  arah  berlanjutnya  penggunaan
sebuahteknologi baru yang dianggap memberikan manfaat.
5.   Actual System Usage (ASU)
Menyatakan pengguna (user) benar-benar menggunakan teknologi baru secara
nyatakarena merasakan manfaatnya.
Model
ini
menempatkan
faktor
sikap
dari
tiap-tiap
perilaku
pengguna
dengan dua
variabel yaitu:
1. kemudahan penggunaan (ease of use)
2. kemanfaatan (usefulness)
Kedua variabel ini dapat menjelaskan aspek keperilakuan pengguna.
Kesimpulannya
adalah
model
TAM
dapat
menjelaskan
bahwa
persepsi
pengguna
akan
menentukan
sikapnya
dalam
kemanfaatan
penggunaan
TI.
Model
ini
secara
  
14
lebih jelas menggambarkan bahwa penerimaan penggunaan TI dipengaruhi oleh
kemanfaatan 
(usefulness)
dan 
kemudahan 
penggunaan 
(ease 
of 
use)
(Igbaria,
Zinatelli, Cragg, & Cavaye 1997).
2.4.1   
Perceived Ease of Use (PEOU)
Persepsi tentang kemudahan penggunaan
sebuah
teknologi
didefinisikan
sebagai  suatu  ukuran  dimana  seseorang  percaya  bahwa  komputer  dapat  dengan
mudah dipahami
dan digunakan (Davis,1989). Beberapa indikator kemudahan
penggunaan teknologi informasi, meliputi:
a) 
Komputer sangat mudah dipelajari
b) 
Komputer mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh pengguna
c) 
Komputer sangat mudah untuk meningkatkan keterampilan pengguna
d) 
Komputer sangat mudah untuk dioperasikan.
2.4.2    
Perceived Usefulness (PU)
Persepsi terhadap kemanfaatan didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana
penggunaan suatu teknologi dipercaya akan mendatangkan
manfaat bagi orang
yang
menggunakannya (Davis, 1989). Dimensi tentang kemanfaatan teknologi informasi
meliputi:
  
15
a) 
Kegunaan, meliputi dimensi: menjadikan pekerjaan lebih mudah, bermanfaat,
menambah produktivitas
b) 
Efektivitas, meliputi dimensi: mempertinggi efektivitas, mengembangkan kinerja
pekerjaan.
2.4.3
Behavioral Intention to Use (ITU)
Behavioral
Intention
to
Use adalah
kecenderungan
perilaku
untuk
tetap
menggunakan suatu teknologi. Tingkat penggunaan sebuah teknologi komputer pada
seseorang
dapat
diprediksi
dari
sikap perhatiannya
terhadap
teknologi
tersebut,
misalnya
keinginanan
menambah
peripheral pendukung,
motivasi
untuk
tetap
menggunakan,  serta  keinginan  untuk  memotivasi  pengguna  lain  (Davis,  1989).
Yogesh & Dennis (1999) menyatakan bahwa sikap perhatian untuk menggunakan
adalah prediksi yang baik untuk mengetahui Actual Usage.
2.4.5   
Attitude Toward Using (ATU)
Attitude Toward Using dalam TAM dikonsepkan sebagai sikap terhadap
penggunaan sistem yang berbentuk penerimaan atau penolakan sebagai dampak bila
seseorang menggunakan suatu teknologi dalam pekerjaannya (Davis, 1989). Ji-won
&
Young-Gul
(1999)
menyatakan
bahwa
faktor
sikap (attitude)
sebagai salah satu
aspek
yang
mempengaruhi
perilaku
individual.
Sikap
seseorang terdiri
atas
unsur
kognitif/cara pandang (cognitive), afektif (affective), dan komponen-komponen yang
berkaitan dengan perilaku (behavioral components). Davis (1993) menemukan bahwa
  
16
efek
langsung
dari
manfaat
yang
dirasakan
(Perceived Usefulness) pada
niat untuk
menggunakan (Intention to Use) lebih dari dua kali pengaruhnya terhadap sikap pada
penggunaan (Attitude Toward Using).
2.4.4    Actual System Usage (ASU)
Actual System Usage adalah kondisi nyata penggunaan sistem. Dikonsepkan
dalam bentuk pengukuran terhadap frekuensi dan durasi waktu penggunaan teknologi
(Davis,  1989).  Seseorang  akan  puas  menggunakan  sistem  jika  mereka  meyakini
bahwa  sistem  tersebut 
mudah  digunakan  dan  akan 
meningkatkan  produktifitas
mereka, yang tercermin dari kondisi nyata penggunaan (Venkatesh & Davis, 1996).
2.5       Model TAM Dalam Berbagai Penelitian
Model
TAM
telah
banyak
digunakan
untuk berbagai jenis pelitian untuk
mengukur tingkat penerimaan dari suatu teknologi. dapat dilihat pada tabel dibawah
ini dari penenelitian yang telah menggunakan model TAM tersebut :
  
17
TABEL 1. Penggunaan Model TAM
Pengarang
Judul
Tujuan penelitian
David Gefen, Detmar
Straub (2000)
The Relative
Importance of
Perceived Ease of
Use in IS Adoption:
A Study of E-
Commerce Adoption
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengusulkan suatu
penjelasan teoritis
berbagai efek dari adopsi PEOU
pada TI dengan membedakan
antara tugas-tugas yang
intrinsik dan tugas-tugas yang
ekstrinsik ke TI.
Hans van der Heijden
(2004)
User Acceptance of
Hedonic Information
Systems
Tujuan penelitian ini
mempelajari perbedaan terhadap
model penerimaan pengguna
untuk orientasi produktivitas dan
orientasi kesenangan dari sistem
informasi
  
18
Money and turner
(2005)
Assessing Knowledge
ManagementSystem
User Acceptance with
the Technology
Acceptance Model
Penelitian ini memberikan bukti
awal
menunjukkan penelitian TAM
sebelumnya dapat berfungsi sebagai
landasan untuk penelitian
penerimaan pengguna KMS.
Sung Park, Marita A.
O’Brien, Kelly E.
Caine, Wendy A.
Rogers, Arthur D.
Fisk, Koert Van
Ittersum (2006)
Acceptance of
computer technology
understanding the
user and the
organizational
characteristics
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengatur informasi ini
untuk digunakan dalam proses
desain teknologi komputer
dengan mengidentifikasi
karakteristik pengguna dan
organisasi yang mempengaruhi
penerimaan teknologi komputer