BAB II LANDASAN
TEORI
2.1
ENTREPRENUERSHIP ( KEWIRAUSAHAWAN )
Menurut Bjerke (2005) menyatakan bahwa “Studi kewirausahaan berkembang
dalam disiplin ilmu lain yang penekanannya pada wirausaha sendiri”.
Menurut Baldacchino (2009) menyatakan bahwa “kewirausahaan adalah
kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk
mencari
peluang
menuju sukses”. Inti dari kewirausahaan
adalah
kemampuan
untuk
menciptakan sesuatu
yang
baru dan berbeda melalui
berpikir
kreatif dan
bertindak
inovatif untuk menciptakan peluang.
Menurut Jong and Wennekers (2008) menyatakan bahwa kewirausahaan dapat
didefinisikan sebagai berikut: “Wirausaha usaha merupakan pengambilan risiko untuk
menjalankan 
usaha 
sendiri 
dengan
memanfaat-kan  peluang-peluang  untuk
menciptakan usaha baru atau dengan pendekatan yang inovatif sehingga usaha yang
dikelola
berkembang
menjadi
besar
dan mandiri
dalam
menghadapi
tantangan-
tantangan persaingan”.
Jadi kewirausahaan adalah
pengambilan
resiko,
menjalankan
usaha sendiri, memanfaatkan peluang-peluang, menciptakan usaha baru, pendekatan
yang inovatif , mandiri.
Menurut   Carson,   MC.   (1982:9-10)   menyatakan   bahwa   “kewirausahaan
mempelajari tentang
nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan
13
  
14
berinovasi”.
Oleh
sebab
itu studi kewirausahaan
adalah
nilai-nilai dan
kemampuan
seseorang yang diwujudkan dalam bentuk perilaku.
Definisi
awal
dari
kewirausahaan
difokuskan pada atribut
perilaku,
yang
mendefinisikan
wirausaha
sebagai
agen perubahan,
orang
yang
tidak
berusaha
menyempurnakan,
atau
mengoptimalkan
cara melakukan
sesuatu,
tapi
lebih
suka
mencari metode dan pasar baru – tepatnya, cara berbeda dalam melakukan sesuatu.
Adapun 
ciri-ciri 
kewirausahaan  lainnya 
secara 
komprehensif 
telah
dikemukakan oleh Scarborough dan Zimmerer (2005:6) yang mencakup:
Desire  for  responsibility,  yakni hasrat bertanggung jawab terhadap usaha-
usaha yang tengah dirintisnya yang diaktualisasikan melalui sikap mawas diri.
Preference   for   moderate   risk,   yakni  kecenderungan  untuk  senantiasa
mengambil risiko yang moderat yang direfleksikan oleh pilihan  keputusannya
yang selalu menghindari tingkat risiko yang terlalu tinggi maupun yang terlalu
rendah.
Confidence  in  their  ability  to  success, yakni dimilikinya keyakinan atas
kemampuan dirinya untuk sukses yang direfleksikan melalui moto bahwa
kegagalan itu tak lain adalah sukses yang tertunda.
Desire for immediate feedback, yakni kehendak untuk senantiasa
memperoleh
umpan balik yang sesegera mungkin.
High level of energy,
yakni dimilikinya semangat dan dorongan bekerja keras
untuk mewujudkan impiannya yang lebih baik di masa mendatang.
  
15
Future
orientation,
yakni
dimilikinya
perspektif
ruang
dan
waktu
ke
masa
depan
Skill  at 
organizing, 
yakni 
dimilikinya 
keahlian 
dan 
keterampilan  dalam
mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah.
Value  achievement  over  money,  yakni dimilikinya suatu tolok ukur yang
bersifat kuantitatif-finansial dalam menilai suatu kinerja.
2.1.1 PROSES KEWIRAUSAHAWAN
Proses untuk mengembangkan usaha baru terjadi pada proses kewirausahawan
yang dimana seorang pengusaha harus menemukan, mengevaluasi, dan
mengembangkan sebuah peluang. Menurut Serian Wijatno (2009:11) ada empat fase
dalam proses kewirausahawan yaitu :
1.   Indentifikasi dan Evaluasi Peluang
Seorang pengusaha harus melihat, dan memiliki ketajaman untuk
mengindentifikasi suatu peluang yang potensial.
2.   Pengembangan Rencana Bisnis
Rencana bisnis yang baik adalah mengembangkan suatu peluang dan
menentukan sumber daya yang diperlukan, serta mengelola usaha baru
dengan sukses.
3.   Penetapan Sumber Daya
Seorang
pengusaha
harus
mampu
menentukan sumber daya apa yang
akan digunakan dan memanfaatkan peluang yang ada. pengusaha juga
  
16
harus
melihat
resiko terburuk
terkait dengan
sumber
daya
yang
tidak
cukup atau tidak tepat.
4.   Manajemen Perusahaan
Manajemen   perusahaan   harus   bisa   mengimplementasi   gaya,   dan
struktur manajemen, serta harus bisa menentukan variable-variable
kunci kesuksesan, sehingga apapun masalah yang dihadapi bisa segera
diselesaikan.
Menurut Jeffry Timmons (Bygrave, 2007 : 56), terdapat 3 komponen utama
untuk menjadi entrepreneurship yang sukses. Ketiga komponen tersebut adalah:
kesempatan, seorang wirausahawan (atau team manajemen, bila perusahaan
venture),
dan sumber daya untuk memulai membangun perusahaan dan membuatnya
berkembang.  Hubungan  ketiga  komponen  tersebut  digambarkan  Timmons  sebagai
berikut  :
Uncertainty
Opportunity 
Entrepreneur
Fits  &
Gaps
Business plan
Uncertainty 
Uncertainty
Resources
Gambar 2.1
Basic Timmons Framework
  
17
2.2
TECHNOPRENEUR
Technopreneur
secara sederhana
dapat
diartikan
sebagai
seorang
peminat
teknologi yang berjiwa entrepreneur dan tanpa jiwa enterpreneur, seorang peminat
teknologi hanya akan menjadi teknisi yang dimana kurang dapat menjadikan teknologi
yang digelutinya sebagai sumber kehidupannya.
Menurut 
Dennis 
Posada  (2007) 
mendefinisikan 
istilah 
technopreneurship
dalam cakupan
yang
lebih
luas,
yakni
sebagai
wirausaha
di
bidang
teknologi
yang
mencakup teknologi semikonduktor sampai ke asesoris Komputer Pribadi ( PC).
Menurut Daniel Mankani (2003)
menyatakan bahwa “ Technopreneur adalah
orang-orang yang mengindentifikasi masalah dan memanfaatkan kesempatan. Ada dua
karakter yaitu :
Melakukan hal-hal yang tidak mencari keuntungan semata
Merasa nyaman bekerja dngan menggunakan teknologi
Technopreneurship adalah bentuk semangat dan keberanian seseorang untuk
melakukan usaha-usaha berbasis teknologi secara mandiri. Technopreneurship
bersumber dari invensi dan inovasi.  Invensi adalah sebuah penemuan baru yang
bertujuan untuk mempermudah kehidupan dan
Inovasi adalah proses adopsi sebuah
penemuan oleh mekanisme pasar.
Orang
yang
mempunyai
gagasan
ide
dan
menciptakan produk
dalam bidang
teknologi disebut dengan technopreneur, karena seorang technopreneur harus mampu
menggabungkan  antara  ilmu  pengetahuan  yang  dimiliki  serta  menciptakan  suatu
produk yang akan dijual di pasar.
  
18
Dengan
demikian, technopreneurship merupakan
gabungan
dari
teknologi
(kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi) dengan kewirausahaan (bekerja sendiri
untuk mendatangkan keuntungan melalui proses bisnis).
2.3
RESTAURANT
Menurut
Marsum (2000:7)
menyatakan bahwa
“restoran adalah suatu tempat
atau bangunan
yang diorganisir secara komersil, yang
menyelenggarakan  pelayanan
dengan baik kepada semua konsumennya baik berupa makanan maupun minuman”.
Restoran
berasal
dari
bahasa
Perancis
yaitu restore
yang
artinya
mengembangkan,
dan
pengembalian
dari
kata
restore adalah
Restoration.
Dalam
bahasa Inggris berubah menjadi restaurant, dan Indonesia menjadi restoran. Usaha
bisnis
restoran
semacam barter
yaitu
antara
pembeli
dengan
penjual,
dalam hal
ini
antara produk jasa dengan uang.
Restoran mempunyai tujuan untuk mengejar keuntungan demi
kelangsungan
hidup di dalam suatu usaha.
Restoran adalah sebuah usaha
yang dimana bagaimana
cara mengelolanya, bagaimana cara membuat customer senang, dan puas sehingga
customer selalu datang dan menjadi pelanggan tetap pada restoran tersebut.
Menurut Soekresno ( 1991:16-17) menyatakan bahwa Restoran adalah usaha
suatu usaha komersil yang menyediakan jasa pelayanan makanan, dan minuman bagi
masyarakat umum.
  
19
2.4
ANALISIS SWOT
Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi
dan
mengevaluasi
suatu
masalah, proyek
atau konsep
bisnis
yang berdasarkan
pada
faktor internal, dan faktor eksternal yaitu 
Strengths, Weakness, Opportunities, dan
Threats.
Metode
ini
paling
sering
digunakan
di
dalam mengevaluasi
bisnis
untuk
mencari strategi apa yang akan dilakukan. Analisis SWOT hanya menggambarkan
situasi
yang terjadi, tetapi bukan sebagai suatu pemecahan
masalah. Analisis SWOT
terdiri dari empat faktor, yaitu:
1.   Strengths (kekuatan)
Strengths merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek
atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang
terdapat dalam
tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
2.   Weakness (kelemahan)
Weakness
merupakan
kondisi
kelemahan
yang
terdapat
dalam organisasi,
proyek atau konsep bisnis yang ada.Kelemahan yang dianalisis merupakan
faktor yang terdapat dalam
tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu
sendiri.
3.   Opportunities (peluang)
Opportunities merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang
terjadi. Kondisi
yang
terjadi
merupakan peluang dari luar organisasi, proyek
atau konsep bisnis itu sendiri. misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah,
kondisi lingkungan sekitar.
  
20
4.   Threats (ancaman)
Threats
merupakan
kondisi
yang
mengancam dari
luar.
Ancaman
ini
dapat
mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
Menurut
Freddy
Rangkuti
(2006:18) menyatakan
bahwa
“SWOT
adalah
identitas berbagai
factor
secara
sistematis
untuk
merumuskan
strategi
pelayanan”.
Analisis ini berdasarkan logika yang dapat memaksimalkan peluang namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kekurangan dan ancaman. Analisis SWOT
membandingkan antara faktor eksternal dan faktor internal. Pada Gambar 2.1 terdapat
empat kuadran pada analisis SWOT yaitu :
KUADRAN I
Pada Kuadran 1 dapat dilihat bahwa situasi ini sangat menguntungkan, yang
dimana Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan, sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi
ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.
KUADRAN II
Meskipun
menghadapi
berbagai
ancaman,
perusahaan ini
masih
memiliki
kekuatan  dari  segi  internal.  Strategi  yang  harus  diterapkan  adalah
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan
cara strategi diversifikasi (produk/jasa)
KUADRAN III
  
21
Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain pihak, ia
menghadapi  beberapa  kendala/kelemahan 
internal. 
Fokus 
perusahaan 
ini
adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat
merebut peluang pasar yang lebih baik.
KUADRAN IV
Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut
menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
Gambar 2.2
Analisis SWOT
Menurut Ferrel dan Harline (2005:122) fungsi dari Analisis SWOT adalah
untuk
mendapatkan
informasi
dari
analisis situasi
dan
memisahkannya dalam
pokok
persoalan internal (kekuatan dan kelemahan) dan pokok persoalan eksternal (peluang
dan ancaman). Analisis SWOT tersebut akan menjelaskan apakah
informasi tersebut
berindikasi 
sesuatu 
yang 
akan 
membantu 
perusahaan 
mencapai  tujuannya 
atau
  
22
memberikan indikasi bahwa terdapat rintangan yang harus dihadapi atau diminimalkan
untuk memenuhi pemasukan yang diinginkan.
2.5
ANALISIS FIVE FORCES
Michael
E. Porter
merupakan salah satu marketing
merupakan salah satu ahli
marketing
terkenal.
Teori
Porter yang
paling
terkenal
adalah
Porter’s
Five
Forces
Analysis. Menurut Porter ( 2008:3 ) definisi analisis Five Forces ini bertujuan untuk
mengidentifikasi apakah suatu produk memiliki potensi yang menguntungkan dimana
keuntungan tidak hanya diambil dari kondisi yang baik tetapi juga harus dari kondisi
yang lemah. Porter’s Five Forces Analysis terdiri dari lima analisis yaitu :
1.   Ancaman  Produk  atau  Jasa  pengganti  (Threat Of Subtitute Product and
Services), dimana cara mudah masuknya produk atau jasa yang dapat menjadi
alternatif dari produk atau jasa yang sudah ada, khususnya yang dibuat dengan
biaya lebih murah.
2.   Persaingan di antara pemain yang sudah ada (Rivalry Among Existing Firms),
dimana analisis Bagaimana kuatnya persaingan diantara pemain
yang sudah
ada.Apaka ada pemain yang sangat dominan atau semuanya sama.
3.   Masuknya Kompetitor (The Threat of New Entrants), dimana di dalam analisis
ini melihat bagaimana Cara yang mudah atau sulit untuk kompetitor baru untuk
mulai bersaing industri yang sudah ada.
4.   Daya  tawar  dari  supplier  (The Bargaining Power Of Suppliers),  dimana
analisis
ini
melihat
bagaimana
kuatnya
posisi
penjual.
Apakah
ada
banyak
  
23
supplier  atau  hanya  beberapa  supplier  saja,  bisa  jadi  mereka  memonopoli
supply barang.
5.   Daya tawar dari pembeli (Bargaining Power of Customers), dimana analisis ini
Bagaimana   kuatnya   posisi   pembeli.   Pembeli   mempunyai   kekuatan   utk
menentukan kemana dia akan melakukan transaksi
Gambar 2.2
Model Porter Five Forces
2.6
PEMASARAN ( MARKETING )
Menurut 
Swastha  dan 
Irawan 
(2008:29) 
menyatakan 
bahwa 
“pemasaran
sebagai sebuah disiplin ilmu pengetahuan yang berupaya meletakkan asumsi–asumsi
yang dapat digunakan dalam menciptakan nilai optimal bagi stakeholders dari waktu
  
24
ke
waktu”.
Ketika
perubahan
nilai
terjadi,
maka
konsep
pemasaran
akan
berubah
sesuai dengan peruabahan tuntutan stakeholders dan perkembangan pasar.
Menurut Assauri, Sofjan (2007) menyatakan bahwa pemasaran akan lebih
optimal
apabila marketer
perlu
memiliki dukungan yang
kuat tentang pemahan dari
cara yang paling efektif dan
efisien
dalam
melaksanakan
kegiatan
pemasaran
berdasarkan
pemikiran
strategis
yang
disusun
dalam rencana
keseluruhan
yang
menggambarkan  semua 
aktivitas 
pemasaran  akan 
dilakukan,  ditentukan  dengan
ukuran waktu tertentu meliputi: proyeksi produksi, harga, target keuntungan, promosi,
penjualan, dan anggaran pengeluaran untuk biaya aktivitas pemasaran untuk mencapai
sasaran dan tujuan pemasaran yang diinginkan.
Menurut Kotler dan Keller (2007:6) mendefinisikan pemasaran adalah sebagai
suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang
mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
Sedangkan konsep pemasaran masyarakat menegaskan bahwa tugas organisasi
adalah
menentukan
kebutuhan,
keinginan,
dan
kepentingan
pasar
sasaran serta
memberikan kepuasan
yang diinginkan secara
lebih efektif dan efisien dibandingkan
pesaing dengan cara yang tetap mempertahankan atau meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan konsumen ( Kotler, 2007:30 ).
Menurut Pribadi dan Mundung (2007:26) konsep pemasaran mengandung tiga
unsur pokok yaitu:
  
25
1.   Mengarahkan 
usaha 
kepada  pelayanan 
keperluan  konsumen 
yang
dilayani (menyediakan/menemukan barang yang diperlukan).
2.   Melaksanakan
kegiatan
pemasaran
yang
terpadu
dalam
usaha
mempengaruhi pasar untuk merebut konsumen.
3.   Mewujudkan kepuasan konsumen dalam upaya menciptakan pelanggan
tetap.
Menurut Pribadi dan Mundung (2007:58)
mendefinisikan bahwa “Konsep
pemasaran adalah upaya pemasaran yang berfokus pada pasar dan berorientasi kepada
konsumen untuk memberikan
kepuasan kepada konsumen sebagai kunci mencapai
tujuan perusahaan”.
Kohli dan Jaworski (2005) menyatakan, konsep pemasaran juga membutuhkan
inteligensi   pasar   yaitu   sistem   intelgensi   pemasaran   merupakan   sistem   yang
memberikan data tentang kejadian sehari-hari.
Suatu Marketing Strategy adalah analisa segmen-segmen pasar. Adapun
langkah-langkah dari marketing Strategi yaitu :
1.   Segmentasi Pasar
Segmentasi
pasar
merupakan
suatu langkah awal pemasaran yang
dimana memilih konsumen untuk dijadikan sebagai segmen di dalam
target
pemasaran.
Di
dalam segmentasi
mencakup
beberapa
analisis
yaitu segmen pasar mana yang akan menjadi target pasar, apa yang
diinginkan oleh customer.
  
26
2.   Targeting
Ada beberapa pembagian dari targeting Strategy yaitu :
Single Target Market strategy hanya memilih satu target market
diantara beberapa segmen pasar.
Concentrated Marketing Strategy lebih
memilih beberapa target
market di beberapa segmen pasar.
Full  Coverage  Marketing  Strategy  lebih  megarah  ke  semua
segmen pasar
yang ada.
Tujuan
dari
Targeting
strategy
adalah
memikirkan  cara  yang  paling  efisien  untuk  mencapai  target
pasar yang dimana sesuai dengan segmentasi pasar yang telah
dipilih.
3.   Positioning
Positioning merupakan upaya untuk menempatkan suatui produk di
pasar
tertentu.
Tujuan dari
positioning
adalah
secara tidak langsung
menyeleksi 
pangsa 
pasar 
misalnya 
dalam 
menjual  produk 
sesuai
dengan kemampuan customer di dalam membeli. Jadi positioning juga
melihat lokasi pemasaran, jenis barang, dan bagaimana upaya
pendistribusiannya.
2.6.1 BAURAN PEMASARAN ( Marketing Mix )
Menurut Philip
Kotler
(2000:82),
meyatakan
bahwa
“marketing
mix
adalah
serangkaian
alat-alat
pemasaran
yang
digunakan perusahaan
untuk
mencapai
target
  
27
pasar  dan  diperlukan  mulai  dari  tahap  perencanaan  sampai  dengan  eksekusi  atau
pelaksanaan kesluruhan operasi pemasaran”.
Menurut Buchari Alma (2007:205) menyatakan bahwa “marketing mix adalah
strategi
mencampur
kegiatan-kegiatan marketing,
agar
mendatangkan
hasil
yang
memuaskan”.
Marketing
mix
terdiri dari
empat komponen
atau disebut
dengan
4P
yaitu product, place, price, promotion.
Menurut
Kotler
(2000:147)
mengemukakan
bahwa marketing
mix adalah
“Campuran
dari
variable-variabel
yang
dikendalikan dan dipergunakan oleh suatu
perusahaan
untuk
mengejar
penjualan
yang
diinginkan
dalam
sasaran
pasar”.
Jadi
dapat
disimpulkan
bahwa
marketing
mix adalah
strategi
yang
dijalankan
oleh
perusahaan dengan menggunakan seperangkat
alat
pemasaran
yang
menggambarkan
seluruh faktor produksi dari perusahaan guna untuk mencapai tujuan perusahaan.
2.6.2 PEMASARAN JASA
Pengertian jasa
menurut
Buchari
Alma 
(2007:243) menyatakan bahwa
“Jasa
adalah sesuatu
yang dapat diindentifikasi secara
terpisah tidak berwujud, ditawarkan
untuk  memenuhi  kebutuhan”.  Jasa  dapat  dihasilkan  dengan  menggunakan  benda-
benda berwujud atau tidak.
Jasa pada dasarnya adalah seluruh aktivitas ekonomi dengan output selain
produk dalam pengertian fisik, dikonsumsi, dan diproduksi pada saat bersamaan dapat
memberikan   nilai   tambah,   dan   secara   prinsip   tidak   berwujud   bagi   pembeli
pertamanya.
  
28
Berdasarkan beberapa definisi diatas
maka jasa pada dasarnya adalah sesuatu
yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.   Suatu yang tidak berwujud, tetapi dapat memenuhi kebutihan konsumen.
2.   Proses  produksi  jasa  dapat 
menggunakan  atau 
tidak 
menggunakan  suatu
produk fisik.
3.   Jasa tidak mengakibatkan peralihan hak atau kepemilikan.
4.   Terdapat interaksi antara penyedia jasa dengan pengguna jasa.
2.6.3 BAURAN PEMASARAN JASA
Menurut Ratih Hurriyati (2008:47) mengemukakan bahwa “Bauran pemasaran
jasa   adalah   elemen-elemen   organisasi   perusahaan   yang   dapat   dikontrol   oleh
perusahaan dalam melakukan komunikasi dengan konsumen, dan akan dipakai untuk
memuaskan konsumen”.
Menurut
Ratih
Hurriyati
(2008:47) mengemukakan
bahwa
konsep
bauran
pemasaran tradisional yang terdiri dari 4P, yaitu product, price, place, dan promotion.
Sementara itu, pemasaran jasa perlu bauran pemasaran yang diperluas dengan
penambahan
unsur
non-tradisional marketing mix, yaitu people (orang), physical
evidence (fasilitas fisik), dan process (proses) sehingga semuanya
menjadi
unsur 7P.
Berikut ini penjelasan unsur 7P adalah sebagai berikut :
  
29
1.   Product
Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan produsen untuk diperhatikan,
diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi
pasar sebagai pemenuhan
kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan.
2.   Price
Harga adalah nilai suatu barang atau jasa
yang diukur dengan sejumlah
uang
dimana
berdasarkan
nilai
tersebut
seseorang atau
perusahaan
bersedia
melepaskan barang atau jasa yang dimiliki kepada pihak lain.
3.   Place
Tempat
adalah
berbagai
kegiatan perusahaan
untuk
membuat
produk
yang
dihasilkan/dijual terjangkau dan tersedia bagi pasar sasaran.
4.   Promotion
Promosi adalah semua
jenis kegiatan yang ditujukan untuk mendorong
permintaan.
5.   People
People Adalah semua pelaku yang turut ambil bagian dalam penyajian jasa dan
dalam
hal
ini
mempengaruhi
persepsi
pembeli.
Yang
termasuk
dalam elemen
ini adalah personel perusahaan dan konsumen.
6.   Physical Evidence
Physical Evidence yaitu Lingkungan tempat jasa di-deliver dan tempat
perusahaan berinteraksi dengan pelanggan, beserta semua komponen tangible
yang memfasilitasi kinerja dan komunikasi jasa.
  
30
7.   Process
Proses 
adalah 
Prosedur, 
mekanisme  dan 
arus 
aktivitas 
aktual  saat 
jasa
dideliver: delivery dan sistem operasi jasa.
Gambar 2.4
Strategi Marketing / Unsur-Unsur 7P
2.7
E-COMMERCE
E-Commerce merupakan salah satu
keunggulan
dari Internet.
Ada
beberapa
sebuatan E-Commerce
yaitu Internet Commerce, Ecom, atau Immerce, yang pada
dasarnya semua sebutan di atas mempunyai makna yang sama. Istilah-istilah tersebut
  
31
berarti membeli atau menjual secara elektronik, dan kegiatan ini dilakukan pada
jaringan Internet.
E-Commerce juga dapat
berarti pemasangan
iklan,
penjualan dan
dukugan dan pelayanan
yang
terbaik
menggunakan sebuah web shop 24
jam sehari
bagi seluruh pelanggannya.
Menurut Abdul Halim Barakatullah (2005:12) menyatakan bahwa “Pengertian
E-commerce adalah pembelian dan penjualan barang dan jasa dengan menggunakan
jasa komputer online di Internet.
Definisi
dari
E-Commerce
menurut
Kalakota dan Whinston (1997) dapat
ditinjau dalam perspektif berikut:
a.   Dari perspektif komunikasi, E-Commerce adalah pengiriman barang, layanan,
informasi, atau pembayaran
melalui
jaringan komputer atau melalui peralatan
elektronik lainnya.
b.   Dari perspektif proses bisnis, E-Commerce adalah aplikasi dari teknologi yang
menuju otomatisasi dari transaksi bisnis dan aliran kerja.
c. 
Dari perspektif layanan, E-Commerce merupakan suatu alat yang memenuhi
keinginan perusahaan, konsumen, dan manajemen untuk memangkas biaya
layanan
ketika
meningkatkan
kualitas barang
dan
meningkatkan
kecepatan
pengiriman.
d.   Dari perspektif online, E-Commerce menyediakan kemampuan untuk membeli
dan
menjual
barang
ataupun
informasi
melalui Internet dan
sarana
online
lainnya.
  
32
2.8
CLOUD COMPUTING
Cloud Computing muncul pertama kali pada Tahun 1960 oleh John McCarthy
yang
menyatakan
bahwa
“Komputasi
suatu
hari
nanti
akan
menjadi sebuah utilitas
umum”. Persamaan Cloud Computing memiliki sebuah karateristik yang sama dengan
biro jasa, yang dimana biro jasa ini ditujukan bagi pengguna.
Disini  Cloud  computing  mempunyai  3  tingkatan  layanan  yang  diberikan
kepada pengguna, yaitu:
Infrastructure as service ( IaaS )
Hal ini meliputi Grid untuk virtualized server, storage & network. Contohnya
seperti Amazon Elastic Compute Cloud dan Simple Storage Service.
Platform as a service (PaaS)
Hal
ini
memfokuskan pada
aplikasi
dimana
dalam hal
ini
seorang developer
tidak perlu memikirkan hardware dan tetap fokus pada pembuatan aplikasi
tanpa
harus
mengkhawatirkan
sistem
operasi, infrastructure scaling, load
balancing dan lain-lain. Contohnya yang
sudah
mengimplementasikan
ini
adalah Force.com dan Microsoft Azure investment.
Software as a service (SaaS)
Hal ini memfokuskan pada aplikasi dengan Web-based interface yang diakses
melalui Web Service dan Web 2.0. Contohnya adalah Google Apps,
SalesForce.com dan aplikasi jejaring sosial seperti FaceBook.
  
33
Perusahaan
yang
ingin
memakai Cloud
Computing
ataupun
menyediakan
layanan
Cloud
Computing
harus
melihat
beberapa
karateristik layanan Cloud
Computing yang ideal yaitu sebagai berikut :
On-Demand Self-Services
Sebuah
layanan Cloud Computing
harus dapat dimanfaatkan
oleh
pengguna
melalui  mekanisme berlangganan dan langsung tersedia pada saat dibutuhkan.
Campur tangan penyedia layanan adalah sangat minim. Jadi, apabila kita saat
ini membutuhkan layanan aplikasi CRM, maka
kita harus dapat mendaftar
secara berlangganan dan layanan tersebut langsung tersedia saat itu juga.
Broad Network Access
Sebuah layanan Cloud Computing harus dapat diakses dari mana saja, kapan
saja, dengan alat apa pun, dan asalkan terhubung ke jaringan layanan. Dalam
contoh layanan aplikasi CRM, selama
terhubung ke jaringan Internet maka
layanan tersebut sudah dapat digunakan baik
melalui
laptop, desktop, warnet,
handphone, tablet, dan perangkat lain.
Resource Pooling
Sebuah
layanan
Cloud
Computing
harus
tersedia
secara terpusat,
dan
dapat
membagi   sumber   daya   secara   efisien.   Dikarenakan   Cloud   Computing
digunakan bersama-sama oleh berbagai Customer, dan penyedia layanan harus
dapat  membagi  beban  secara  efisien,  sehingga  sistem  dapat  dimanfaatkan
secara maksimal.
Rapid Elasticity
  
34
Sebuah
layanan
Cloud
Computing
harus
dapat
menaikkan
atau
menurunkan
kapasitas
sesuai
kebutuhan.
Misalnya apabila pegawai di kantor bertambah,
maka kita harus dapat menambah user untuk aplikasi CRM tersebut dengan
mudah, dan begitu juga jika pegawai berkurang ataupun menempatkan sebuah
website berita dalam jaringan Cloud Computing, apabila terjadi peningkatkan
traffic karena ada berita penting, maka kapasitas harus dapat dinaikkan dengan
cepat.
Measured Service
Sebuah
layanan
Cloud
Computing
harus
disediakan
secara terukur, karena
nantinya akan digunakan di dalam proses pembayaran. Layanan  Cloud
Computing dibayar sesuai penggunaan, sehingga harus terukur dengan baik.
Adapun kelebihan di dalam Cloud Computing itu sendiri yaitu :
Kelebihan Cloud Computing
  
Menghemat biaya investasi awal untuk pembelian sumber daya.
Bisa
menghemat
waktu
sehingga
perusahaan bisa langsung fokus ke
profit dan berkembang dengan cepat.
Membuat operasional dan manajemen lebih mudah karena sistem
pribadi/perusahaan yang tersambung dalam satu cloud dapat dimonitor
dan diatur dengan mudah.
  
Menjadikan kolaborasi yang terpercaya dan lebih ramping.
  
35
  
Menghemat biaya operasional pada saat realibilitas ingin ditingkatkan
dan kritikal sistem informasi yang dibangun.
Cloud Computing dikatakan sebagai bisnis service. Dengan teknologi cloud
diharapkan perusahaan dapat mengetahui
dan
memastikan
apa
yang
ingin
diinvestasikan perusahaan sepenuhnya. Ada beberapa hal yang perlu dilihat di dalam
Cloud Computing yaitu :
Service level
Cloud provider mungkin tidak akan konsisten dengan performance dari
application atau transaksi. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk memahami
service
level
yang anda
dapatkan
mengenai
transaction
response
time,
data
protection, dan kecepatan data recovery.
Privacy
Karena
perusahaan
lain
juga
melakukan
hosting
yang
dimana
kemungkinan
data perusahaan akan keluar atau dibaca oleh orang lain tanpa sepengetahuan
perusahaan yang memakai jasa Cloud Computing.
Compliance
Perusahaan  juga  harus  memperhatikan  regulasi  dari  bisnis  yang  dimiliki,
dimana secara teoritis cloud service provider diharapkan dapat menyamakan
level  compliance  untuk  penyimpanan  data  didalam  cloud,  namun  karena
service ini masih sangat muda, perusahaan diharapkan untuk berhati hati dalam
hal penyimpanan data.
  
36
Data ownership
Apakah data anda masih menjadi milik anda begitu data tersebut tersimpan di
dalam cloud
computing?
mungkin
pertanyaan
ini
sedikit
aneh,
namun
anda
perlu mengetahui seperti hal nya yang terjadi pada
Facebook yang mencoba
untuk merubah terms of use aggrement nya yang mempertanyakan hal ini.
Data Mobility
Perusahaan juga
harus
mengetahui
bagaimana
melakukan share data
diantara
cloud service, jika terminate cloud relationship bagaimana perusahaan
mendapatkan data kembali, dan memastikan apakah data yang tersimpan di
dalam Cloud Computing terhapus atau tidak.
2.8.1 Software As A Service ( SaaS )
Model Software as a service di dalam cloud computing adalah sebagai vendor
untuk mensuplai infrastruktur perangkat keras, produk software, dan interaksi dengan
user
melalui portal
front-end.
Layanan
dari
SaaS
itu
bervariasi
dari
email
berbasis
Web sampai kepada inventory control, dan pemrosesan data.
Perusahaan
yang
menyewakan
software dengan Cloud Computing yang
mengarah pada layanan Software As a Service / SaaS. Layanan SaaS ini dapat diakses
dimanapun sepanjang terdapat  koneksi internet. Adapun karakter dari SaaS adalah :
Network based access.
Manajemen aktvitas terpusat dan tersentralisasi.
  
37
Penyediaan aplikasi one-to-many, maksudnya dengan one-to-many disini yaitu
satu software bisa digunakan oleh banyak perusahaan (multi-tenant), termasuk
arsitekturnya, harga, dan karakteristik manajemen.
Pengupdate-an 
software 
secara 
terpusat, 
sehingga 
customer 
tidak 
perlu
mendownload patches untuk mendapatkan fitur – fitur terupdate.
Di dalam perubahan bisnis model pada SaaS, dapat dilihat sebagai berikut :
Menggantikan kepemilikan software dari customer menjadi external provider.
Pada umumnya, jika customer ingin memiliki software, customer harus
membeli “license” kepada penyedia, lalu menginstallnya pada media
penyimpanan yang dimiliki oleh customer, atau media penyimpanan lain yang
menjadi
tanggung
jawab
customer,
lalu
penyedia memberikan
layanan
perawatan software sesuai dengan
kontrak perjanjian. Pada model yang
ditawarkan
Software
as a
Service,
customer dapat
membayar
atas
langganan
jasa penyediaan software yang terinstall pada server milik pihak ketiga.
Merubah 
tanggung 
jawab 
perawatan 
infrastruktur 
IT 
dari 
customer 
ke
provider.
Secara
umum dana
yang
dikeluarkan
untuk
penerapan
resource IT
terbagi menjadi 3 area, yaitu :
  
Software
:
Aktual program yang perusahaan gunakan
untuk
mengolah
informasi.
  
Hardware  :  Desktop  computer,  server,  komponen  networking,  yang
menyediakan fasilitas user untuk mengakses software.
  
38
Professional
Service
:
Orang-orang
atau
institusi
yang menjamin
keberlangsungan adanya software, termasuk Teknikal Staff, dan
Konsultan
2.9
Pengertian Build-up Method
Menurut William Bygrave dalam buku
“Entrepreneurship”
(2008, p312), jika
kita berpikir mengenai proses perencanaan bisnis, maka kita akan dihadapkan dengan
beberapa
pertanyaan
yang akan
membantu kita
untuk
menjawab
sebuah
pertanyaan
besar:
Apakah
ini
merupakan
peluang
yang atraktif?
Lalu kita melakukan evaluasi
industry, kompetisi, pelanggan, dan lainnya. Membuat perencanaan keuangan
merupakan bagian dari keputusan kita apakah akan menjalankan bisnis ini atau tidak.
Metode
yang
digunakan
adalah
build-up.
Menurut
William
Bygrave
dalam
buku
“Entrepreneurship”
(2008,
p313),
metode build-up
dimulai dari asumsi
pendapatan bisnis kita nantinya per hari atau per bulan. Setelah itu kita juga membuat
perkiraan pendapatan per tahun. Hal yang sama juga kita lakukan saat membuat
perencanaan keuangan lainnya, seperti asumsi revenue projection, COGS, Income
Statement, Cash Flow, dan Balance sheet. Pertama-tama kita identifikasi berdasarkan
sumber pendapatan kita, lalu yang kedua adalah identifikasi berdasarkan biaya-biaya
yang dikeluarkan.
Dengan
langkah
seperti
ini, akan
membantu
kita
dengan asumsi
atau perkiraan pendapatan dan keuangan rutin kita dengan lebih realistis.
  
39
2.10  Software
Menurut Roger S Pressmann (2005:774) menyatakan bahwa “Software adalah
sebuah perkembangan
dari
hardware
dan
sistem engineerin, dalam rekayasa peranti
lunak (software) mencakup tiga elemen kunci, antara lain metode, alat, dan prosedur”.
Tiga
elemen
tersebut
bertujuan
untuk
membantu
manager
dalam mengontrol
perkembangan software yang produktif. Metode
menyediakan cara bagaimana secara
teknis membangun software, yang menitik beratkan pada pekerjaan yang meliputi :
Estimasi Proyek
Analisa Sistem dan pengusulan Software
Design dari struktur data, arsitektur program, dan prosedur algoritma
Pengkodean
Pengetesan
Maintenance
Menurut Abdul kadir (2003:202) menyatakan bahwa “perangkat lunak
(software)   adalah   sekumpulan   instruksi   yang   diberikan   untuk   mengendalikan
perangkat keras komputer”
Menurut Jogiyanto (2005:358)
mengatakan bahwa perangkat lunak (software)
adalah Teknologi yang canggih dari perangkat keras akan berfungsi apabila instruksi-
instruksi  tertentu telah di berikan kepada perangkat keras tersebut. Instruksi-instruksi
tersebut disebut dengan perangkat lunak (software)”.