BAB II
LANDASAN TEORI
Penganggaran modal (capital budgeting) yang paling efisien merupakan salah
satu kegiatan
yang
sangat penting
dalam melakukan
suatu
investasi.
Tindakan
ini
berkaitan
dengan
kemampuan
pendanaan
perusahaan
tersebut
dalam bisnis
yang
digelutinya dalam jangka panjang.
2.1.
Pentingnya Penganggaran Modal
Dalam mengambil
keputusan
yang
menyangkut
capital
budgeting,
seorang
manajer dihadapkan pada sejumlah faktor
yang saling
terkait satu sama
lain. Salah
satu
faktor
yang
cukup
penting
ialah
jangka
waktu
capital
budgeting
yang relatif
lama sehingga pengambilan keputusan akan menjadi kurang
fleksibel. Sebagai
contoh, pembelian aktiva dengan umur ekonomis 10 tahun akan memerlukan periode
yang
lebih
lama
sebelum
hasil
akhir
dari
tindakan
tersebut
dapat
diketahui. Lebih
jauh lagi, karena penambahan aktiva terkait erat dengan perkiraan penjualan di masa
mendatang, maka keputusan untuk membeli aktiva yang diharapkan akan terpakai
selama 10 tahun memerlukan adanya perkiraan penjualan untuk masa 10 tahun
mendatang.
Capital budgeting yang efektif akan membantu untuk menetapkan saat yang
tepat
untuk
memperoleh
aktiva
dan
meningkatkan
mutu
aktiva
yang
dibeli.
7
|
![]() 8
Perusahaan yang telah memperkirakan kebutuhan aktiva tetapnya jauh-jauh hari akan
mempunyai cukup waktu luang untuk membeli dan memasang peralatannya sebelum
penjualan mencapai kapasitas penuh.
Pada akhirnya, capital budgeting juga penting karena penambahan aktiva
tetap
lazimnya
memerlukan
pengeluaran
yang
besar,
dan
sebelum perusahaan
membelanjakan
uang
dalam jumlah
besar,
diperlukan
penyusunan
rencana
yang
matang dan tepat.
2.2. Klasifikasi Proyek
Untuk jenis proyek tertentu harus dilakukan analisis yang cukup terinci,
sementara
bagi
proyek
lainnya
prosedur yang lebih sederhana harus dilakukan
mengingat
pertimbangan
biaya
dan
manfaat. Oleh sebab itu, perusahaan pada
umumnya mengelompokkan dan menganalisis proyek-proyek yang ada ke dalam
kategori-kategori berikut:
Penggantian: kelanggengan usaha.
Kategori ini meliputi pengeluaran yang diperlukan untuk menggantikan
peralatan yang aus atau rusak yang digunakan untuk menghasilkan produk
yang
menguntungkan.
Proyek
ini
diperlukan agar kelanggengan usaha
dapat dipertimbangkan.
|
![]() 9
Penggantian: penurunan biaya.
Dalam kategori
ini
dicakup
pengeluaran
untuk
menggantikan
peralatan
yang
masih
bisa
diperbaiki
tetapi peralatan tersebut dinilai sudah usang.
Tujuannya
adalah
untuk
menurunkan
biaya pekerja, bahan, dan biaya
lainnya seperti listrik. Keputusan ini lebih membutuhkan kehati-hatian
sehingga perlu didukung dengan analisis yang lebih rinci.
Ekspansi atas produk atau pasar yang ada saat ini.
Kategori ini mencakup pengeluaran untuk meningkatkan jumlah produk
yang ada, atau untuk menambah kios penjualan serta fasilitas distribusi
pada pasar yang sudah ditekuni saat ini. Keputusan ini lebih kompleks
karena permintaan atas produk bersangkutan di masa mendatang harus
benar-benar
dipertimbangkan.
Dalam hal
ini
kemungkinan
terjadi
kesalahan lebih besar sehingga diperlukan analisis terinci, dan keputusan
akhir dilakukan pada tingkat manajemen yang lebih tinggi.
Ekspansi ke produk atau pasar yang baru.
Dalam kategori ini, pengeluaran dimaksudkan untuk memproduksi produk
baru
atau untuk
memperluas pasar ke wilayah
yang belum terjamah oleh
perusahaan. Proyek ini bersangkut paut dengan keputusan strategis yang
dapat mengakibatkan perubahan berdasarkan pada sifat usaha perusahaan,
dan pada umumnya pengeluaran tersebut berjumlah besar serta berjangka
|
![]() 10
panjang. Proyek ini memerlukan analisis yang sangat rinci, dan keputusan
akhir atas produk atau pasar yang baru biasanya diambil oleh dewan
direksi sebagai bagian dari rencana strategis.
Proyek pengamanan dan/atau lingkungan.
Pengeluaran
yang
diperlukan
untuk
mengikuti peraturan pemerintah,
ketentuan serikat pekerja atau persyaratan dalam polis asuransi termasuk
dalam kategori ini. Pengeluaran ini sering disebut sebagai investasi
wajib (mandatory investments), atau proyek yang tidak menghasilkan
pendapatan.
Cara
penganggarannya
tergantung pada jumlahnya, dimana
pengeluaran kecil kurang lebih akan diperlakukan sebagai kategori 1
diatas.
Lainnya.
Dalam kategori ini
termasuk bangunan kantor,
lapangan parkir bagi para
eksekutif, dan sebagainya. Cara penanganannya juga tergantung pada
jumlahnya.
2.3.
Langkah-langkah dalam Penganggaran Modal
Dalam
melakukan proses penganggaran
modal (Capital
Budgeting) terdapat
enam
langkah-langkah yang harus dilakukan. Langkah-langkah tersebut antara lain:
|
11
1. Biaya
proyek
harus
ditentukan.
Hal
ini
mirip
dengan
penentuan
harga
yang harus dibayar untuk saham atau obligasi.
2. Manajemen mengestimasi arus kas yang diharapkan dari proyek tersebut,
termasuk nilai jual aktiva setelah masa penggunaannya berakhir. Hal ini
sama dengan mengestimasi dividen atau bunga yang akan diterima saham
atau obligasi.
3.
Tingkat risiko dari proyeksi arus kas harus diestimasi. Untuk hal ini
manajemen memerlukan informasi mengenai distribusi probabilitas dari
arus kas.
4. Selanjutnya setelah tingkat risiko dari proyeksi arus kas dan tingkat bunga
yang bebas risiko atau k
rf
ditentukan, manajemen menentukan tingkat
diskonto,
atau biaya
modal
yang
tepat
untuk
proyek bersangkutan.
Arus
kas dari proyek akan didiskontokan terhadap biaya modal tersebut. Hal ini
sama dengan menentukan tingkat pengembalian yang dipersyaratkan atas
saham.
5.
Kemudian,
arus
kas
yang
diharapkan
dinyatakan
dalam nilai
sekarang
sehingga
estimasi
nilai
aktiva
tersebut
bagi
perusahaan
dapat
diketahui.
Hal ini sama dengan mencari nilai sekarang dari dividen yang diharapkan
di masa mendatang.
|
12
6. Akhirnya, nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan dibandingkan
dengan jumlah pengeluaran, atau biaya, dari proyek tersebut; jika nilai
sekarang
dari
arus
kas
tersebut melebihi biaya proyek, maka proyek
tersebut dapat diterima. Jika tidak, maka proyek harus ditolak.
2.4.
Kriteria Penetapan Peringkat atas Penganggaran Modal
Ada delapan (8) metode utama untuk menetapkan peringkat proyek dan untuk
memutuskan apakah proyek bersangkutan dinilai layak untuk dimasukkan dalam
anggaran
modal.
Metode
pemeringkatan
(rangking
methods) adalah
metode
yang
digunakan untuk mengevaluasi usulan pengeluaran untuk pengadaan modal. Delapan
metode tersebut adalah:
1. Periode pengembalian atau pelunasan (Payback Period = PBP).
2. Periode pengembalian yang didiskontokan (Discounted Payback Period =
DPBP).
3. Tingkat pengembalian akuntansi (Accounting Rate of Return = ARR).
4. Nilai tunai netto (Net Present Value = NPV).
5. Tingkat pengembalian internal (Internal Rate of Return = IRR).
6. Tingkat
pengembalian
internal
termodifikasi
(Modified
Internal
Rate of
Retur = MIRR).
7. Indeks profitabilitas (Profitability Index = PI).
8. Tingkat pengembalian perpetuitas (Perpetuity Rate of Return = PRR).
|
![]() 13
Metode rangking methods yang dipakai dalam penelitian ini adalah
discounted payback period, NPV, IRR dan PI.
2.4.1.
Periode Pengembalian Atau Pelunasan (Payback Period)
Payback Period
adalah
suatu
periode
yang
diperlukan
untuk
menutup
kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan arus kas. Atau dengan kata lain,
suatu periode
yang
menunjukan berapa
lama
modal
yang
ditanamkan
dalam
suatu
proyek dapat kembali.
Payback period merupakan rasio antara pengeluaran investasi dengan arus kas
masuk,
yang
hasilnya
merupakan
satuan waktu. Semakin pendek waktu yang
diperlukan untuk pengembalian biaya investasi, maka rencana investasi tersebut
semakin menguntungkan. Atau dengan kata lain semakin kecil waktu payback period,
proyek tersebut semakin baik.
Rumus
yang
digunakan
untuk
menghitung
payback
period
adalah
sebagai
berikut:
Payback Period =
Initial Investment
Annual Cash Inflow
(2-1)
2.4.2.
Periode Pengembalian Yang Didiskontokan (Discounted Payback
Period)
DPBP
(Discounted Payback
Period) adalah
jumlah
tahun
yang
diperlukan
agar jumlah arus kas yang didiskontokan dengan k, biaya modal, sama dengan nilai
|
![]() 14
sekarang pengeluaran awal. Kita dapat menggunakan data proyek D untuk
mengilustrasikan perhitungannya.
Tabel 2.1. Contoh Perhitungan Pengembalian Yang Didiskontokan
Tahun
Arus Kas D
PVIF @ 10%
Nilai
Sekarang (PV)
Nilai Sekarang
Kumulatif
0
($1,500)
1,000
($1,500)
($1,500)
1
300
0.909
273
(1,227)
2
450
0.826
372
(855)
3
750
0.751
563
(292)
4
750
0.683
512
220
5
900
0.621
559
779
Berdasarkan
hasil perhitungan tabel diatas
maka periode pengembalian yang
didiskontokan adalah :
Discounted Payback Period
3
292
3
0,57
3,57 tahun
512
Atau dapat dikatakan bahwa 3,57 tahun adalah 3 tahun 7 bulan.
Arus masuk kas yang didiskontokan sama dengan pengeluaran investasi awal
dalam tahun keempat sehingga periode DPB adalah antara 3 dan 4 tahun.
Metode pengembalian kas yang didiskontokan memang memperhitungkan
nilai
waktu
dari
uang.
Akan
tetapi,
metode
ini
tetap
mempunyai
kelemahan
yaitu
tidak mempertimbangkan seluruh arus kas. Dalam contoh kita, arus masuk kas yang
terbesar terjadi setelah periode DPB.
|
15
2.4.3.
Nilai Tunai Netto (Net Present Value = NPV)
Mengingat adanya kelemahan-kelemahan dalam
metode periode
pengembalian, metode-metode baru dikembangkan untuk memperbaiki evaluasi
proyek.
Upaya pengembangan
ini mengarah pada apa
yang disebut teknik arus kas
yang
didiskontokan
(DCF techniques), dimana nilai waktu dari uang ikut
dipertimbangkan. DCF
techniques
adalah
metode
yang digunakan untuk menyusun
peringkat dari usulan investasi dengan menerapkan konsep nilai waktu dari uang; dua
diantaranya adalah metode nilai sekarang dan metode internal rate of return.
Salah satu
dari
metode
DCF
adalah
metode
nilai
tunai
netto
(NPV method)
adalah metode untuk menetapkan peringkat dari usulan investasi dengan
menggunakan
NPV,
yaitu
nilai
sekarang
dari arus
kas
bersih
di
masa
mendatang
dengan
didiskontokan terhadap
biaya
modal marjinal. Atau dengan kata lain, NPV
yaitu selisih antara present
value
dari
investasi
dengan
nilai
sekarang
dari
penerimaan-penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang.
Langkah-langkah penerapan dan kriteria penerimaan dari metode ini adalah
sebagai berikut:
1. Hitung
nilai sekarang dari setiap arus kas, baik arus kas
masuk
maupun
keluar, dengan faktor diskonto sebesar biaya modal proyek.
2. Jumlahkan arus kas yang telah didiskontokan tersebut; hasil penjumlahan
inilah yang disebut NPV proyek.
|
![]() 16
3. Jika NPV positif, proyek dapat disetujui; jika NPV negatif, proyek
sebaiknya
ditolak;
dan jika proyek-proyek
yang dikaji
bersifat mutually
exclusive, maka proyek yang menghasilkan NPV terbesar harus dipilih.
NPV dapat dinyatakan sebagai berikut:
n
NPV
CF
t
t
IO
t
0
1
k
CF
PVIF
IO
(2-2)
dimana:
t
t
0
k
,t
CF
t
=
the annual free cash flow in time period t; arus kas
tahunan dalam jangka waktu proyek
k
=
the appropriate discount rate; the required rate of return or
cost of capital; tingkat biaya modal yang disesuaikan
I0
=
the initial cash outlay; pengeluaran investasi pertama kali
n
=
the projects expected life; umur proyek yang diharapkan
2.4.4.
Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return = IRR)
Metode
internal
rate
of
return (IRR)
adalah
metode
pemeringkatan
usulan
investasi dengan berpatokan pada IRR dari aktiva bersangkutan, dimana IRR dihitung
dengan
menyamakan
nilai
sekarang
dari
arus
kas
masuk
masa
mendatang
dengan
nilai sekarang dari biaya investasi.
IRR adalah tingkat diskonto yang menyamakan PV (present value) dari arus
kas masuk proyek dengan PV dari biaya proyek tersebut.
|
![]() 17
PV arus kas masuk = PV biaya biaya investasi
Dengan mentransposnya, kita mendapatkan:
PV arus kas masuk PV biaya investasi = 0
Yang bisa dinyatakan sebagai:
n
t
0
CF
t
IO
1
IRR
t
(2-3)
Yang selanjutnya bisa ditulis sebagai:
n
CF
PVIF
IO
(2-4)
t
t
0
IRR ,t
Kriteria Penerimaan
Kriteria
penerimaan
dalam IRR
adalah
membandingkan IRR
sesungguhnya
dengan
IRR
yang
diminta,
hal
ini
dikenal
dengan
tingkat
batas (hurdle
rate).
Selanjutnya
diasumsikan
tingkat pengembalian yang diminta sudah diketahui. Jika
IRR
melebihi
tingkat
pengembalian
yang
diminta maka proyek akan diterima, jika
tidak proyek akan ditolak.
2.4.5.
Indeks Profitabilitas (Profitability Index = PI)
Indeks profitabilitas atau rasio manfaat biaya dari suatu proyek adalah rasio
dari nilai sekarang arus kas bersih dimasa depan
terhadap arus keluar kas awal. PI
dapat dinyatakan sebagai berikut:
|
![]() 18
n
CF
t
t
PI
t
0
1
k
IO
(2-5)
dimana:
CF
t
=
the annual free cash flow in time period t; arus kas dalam
jangka waktu proyek
k
=
the appropriate discount rate; the required rate of return or
cost of capital; tingkat biaya modal yang disesuaikan
I0
=
the initial cash outlay; pengeluaran investasi pertama kali
n
=
the projects expected life; umur proyek yang diharapkan
PI
=
profitability index; indeks profitabilitas
2.5.
Estimasi Arus Kas
Langkah
terpenting,
tetapi
juga
tersulit,
dalam analisis
proyek
adalah
mengestimasi
arus
kas. Arus kas
adalah pengeluaran
untuk
investasi dan
arus
kas
masuk bersih setiap tahun setelah proyek beroperasi. Banyak variabel terkait dengan
estimasi arus kas, dan banyak perorangan serta departemen berperan serta dalam
proses
tersebut. Misalnya, prakiraan jumlah unit yang terjual dan harga jual pada
umumnya dilakukan oleh kelompok pemasaran berdasarkan pengetahuan mereka atas
elastisitas harga, pengaruh iklan, keadaan perekonomian, reaksi para pesaing dan
kecenderungan
selera
pelanggan.
Begitu
juga,
dengan
taksiran
jumlah
pengeluaran
|
![]() 19
untuk
penganggaran
modal
yang
ditujukan untuk menghasilkan produk baru pada
umumnya diperoleh dari staf rekayasa dan pengembangan produk, sedangkan biaya-
biaya
operasi
diestimasi
oleh
akuntan
biaya, staf produksi, staf personalia, staf
pembelian, dan sebagainya.
Peranan staf keuangan dalam proses prakiraan adalah:
Untuk mengkoordinasi usaha-usaha dari departemen lain, seperti rekayasa
dan pemasaran
Untuk menjamin agar setiap orang yang terlibat dengan prakiraan tersebut
menggunakan asumsi-asumsi ekonomi yang konsisten
Untuk memastikan bahwa tidak terdapat penyimpangan-penyimpangan
(bias) dalam prakiraan.
2.6. Mengidentifikasi Arus Kas yang Relevan
Salah satu
elemen
penting dalam estimasi
arus kas adalah
mengidentifikasi
arus kas yang relevan, yaitu arus kas tertentu yang harus dipertimbangkan dalam
mengambil keputusan. Di sini sering kali ditemukan kesalahan, tetapi ada dua kaidah
penting yang dapat membantu untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin
terjadi pada analisis keuangan, antara lain:
1. Keputusan penganggaran barang
modal harus didasarkan pada arus kas,
bukan pada laba akuntansi.
|
20
2. Hanya pertambahan arus kas yang relevan untuk memutuskan apakah
proyek akan disetujui atau ditolak
2.6.1.
Arus Kas vs Laba Akuntansi
Dalam analisis penganggaran modal, yang digunakan adalah arus kas tahunan,
bukan laba akuntansi. Arus kas bersih didefinisikan sebagai:
Arus kas bersih
=
laba bersih setelah pajak + penyusutan
=
laba atas modal + pemulihan modal
(2-6)
2.6.2.
Arus Kas Inkremental
Dalam mengevaluasi
penganggaran
modal, kita
hanya
perlu
memperhatikan
arus kas yang dihasilkan langsung oleh proyek tersebut. Arus kas ini, yang disebut
arus kas inkremental (incremental cash flow) adalah perubahan jumlah arus kas total
perusahaan
sebagai
akibat
langsung
dari pelaksanaan
atau penolakan atas suatu
proyek. Empat masalah khusus dalam penentuan arus kas inkremental dibahas berikut
ini:
1. Biaya tertanam (sunk cost).
Biaya terpendam tidak sama dengan biaya inkremental, dan biaya tersebut
tidak dipertimbangkan
dalam
melakukan analisis.
Biaya
tertanam
adalah
pengeluaran yang telah ditetapkan sebelumnya (committed) atau yang
|
21
telah
terjadi,
sehingga
hal
itu
tidak dipengaruhi
oleh
keputusan
yang
diambil saat ini.
2. Biaya oportunitas (opportunity cost).
Biaya oportunitias adalah hasil terbaik dari alternative penggunaan aktiva,
yaitu hasil terbaik yang tidak diperoleh jika dana yang ada diinvestasikan
pada proyek tertentu.
3. Eksternalitas.
Adalah pengaruh suatu proyek terhadap arus kas pada bagian lain
perusahaan tersebut.
4. Biaya pengiriman dan pemasangan.
Apabila perusahaan membeli peralatan, sering kali perusahaan tersebut
harus menanggung biaya pengiriman dan pemasangan dalam jumlah besar
atas aktiva tersebut. Biaya-biaya ini kemudian ditambahkan ke harga
faktur dari peralatan tersebut guna menentukan biaya proyek.
2.7.
Evaluasi atas Proyek Penganggaran Modal
Analisis arus kas dapat mempengaruhi keputusan dalam penganggaran modal.
Dalam
bahasan ini akan dijelaskan mengenai pengaruh analisis arus kas dengan
|
22
menyimak dua jenis keputusan penganggaran modal, yaitu analisis proyek perluasan
dan analisis proyek penggantian.
2.7.1.
Analisis Proyek Perluasan
Analisis proyek perluasan (expansion project analysis) adalah analisis proyek
yang membutuhkan investasi dalam fasilitas baru guna menaikkan penjualan.
2.7.2.
Analisis Proyek Penggantian
Analisis
Proyek Penggantian
(replacement project
analysis) adalah analisis
dalam mengkaji keputusan sehubungan dengan akan diganti tidaknya peralatan yang
masih produktif saat ini dengan peralatan baru.
2.8.
Penilaian Risiko
Analisis
risiko
penting
untuk
semua
keputusan keuangan, khususnya yang
berkaitan dengan penganggaran modal. Dalam bagian ini akan dibicarakan prosedur:
1. Untuk mengukur risiko dari proyek penganggaran modal yang potensial
2. Untuk
memadukan
informasi tentang risiko tersebut ke dalam keputusan
penganggaran modal
|
23
Ada 3 (tiga) jenis risiko proyek yang terpisah dan berbeda satu sama lain. Ke
tiga jenis resiko tersebut adalah sebagai berikut:
1. Stand alone risk adalah risiko khusus dari suatu proyek atas aktiva tanpa
dikaitkan sama sekali dengan proyek aktiva lain yang mungkin dimiliki
perusahaan; risiko
ini diukur dari variabilitas tingkat pengembalian yang
diharapkan atas aktiva atau proyek bersangkutan.
2.
Within
firm
risk yaitu risiko yang diukur tanpa mempertimbangkan
diversifikasi
portfolio
dari
pemegang saham;
risiko ini diukur dari
variabilitas laba perusahaan yang diakibatkan oleh suatu proyek tertentu.
3.
Market
or
beta
risk
yaitu
bagian
dari
risiko proyek yang tidak dapat
dieliminasi
melalui
diversifikasi;
risiko ini diukur dengan koefisien beta
proyek.
2.9.
Teknik Mengukur Stand Alone Risk
Titik
awal
untuk
menganalisis stand alone risk dari suatu proyek adalah
penentuan ketidakpastian yang terkandung dalam arus kas proyek. Analisis ini dapat
dilakukan dengan beberapa cara, mulai dari pertimbangan informal sampai dengan
analisis ekonomi dan statistik yang rumit, yang melibatkan model-model komputer
yang berskala besar.
Keadaan dari
distribusi
masing-masing
arus kas, dan korelasinya satu sama
lain, menentukan distribusi NPV dan, karena itu, juga mempengaruhi stand alone risk
|
![]() 24
proyek. Teknik untuk memperkirakan stand alone risk proyek terbagi atas 3 tiga jenis
analisis:
1. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas adalah suatu teknik untuk menganalisis risiko dengan
mengubah-ubah variabel kunci dan mengamati pengaruhnya terhadap
NPV dan tingkat pengembalian (laba).
2. Analisis Skenario
Analisis
scenario
(scenario
analysis) adalah
teknik
untuk
menganalisis
risiko dengan membandingkan situasi yang paling memungkinkan atas
scenario
dasar
(semacam
situasi
normal)
dengan
keadaaan
yang
baik
dan buruk.
Skenario terburuk (worst case scenario) adalah keadaan dimana untuk
semua variabel masukan diberikan nilai terburuk berdasarkan
perkiraan yang wajar.
Skenario
terbaik
(best
case
scenario)
adalah
keadaan
dimana
untuk
semua variabel masukan diberikan nilai terbaik berdasarkan perkiraan
yang wajar.
Skenario
dasar
(base
case
scenario)
adalah
keadaan
dimana
untuk
semua variabel diberikan nilai yang paling memungkinkan.
|
25
3. Simulasi Monte Carlo
Simulasi Monte Carlo adalah teknik analisis risiko dimana kejadian yang
cukup memungkinkan akan terjadi di masa mendatang disimulasikan
dalam
komputer
sehingga
menghasilkan
estimasi
tingkat
pengembalian
dan indeks risiko.
2.10. Analisis Rasio Keuangan
Analisis
ini banyak
digunakan oleh
para decision maker
dalam perusahaan
untuk mengukur kinerja perusahaan tersebut
2.10.1. Standar Rasio Keuangan
Untuk mengambil manfaat dari rasio-rasio keuangan diperlukan standar-
standar untuk perbandingan. Salah satu pendekatan adalah membandingkan rasio-
rasio
perusahaan
dengan
pola
untuk
industri
atau
lini
usaha
di
mana
perusahaan
secara dominan beroperasi. Pendekatan ini didasarkan pada premis bahwa beberapa
kekuatan
ekonomi
dan
bisnis
yang
mendasar
memaksa
seluruh
perusahaan
dalam
suatu industri untuk berperilaku serupa. Walaupun juka ini benar, tetap mungkin rasio
keuangan perusahaan kecil berbeda dengan rasio perusahaan besar. Misalnya, suatu
perusahaan besar lebih mungkin terintegrasi vertikal atau bersifat lebih intensif
modal.
|
![]() 26
2.10.2. Tinjauan Atas Hubungan Keuangan
Suatu tinjauan atas
hubungan
analisis
keuangan
disajikan
dalam Tabel
2.4.
Pertama-tama yang dilakukan dibagi dalam tiga (3) kelompok besar: Ukuran Kinerja
(Performance Measures), Ukuran Efisiensi Operasi (Operating Efficiency Measures),
dan Ukuran Kebijakan Keuangan (Financial Policy Measures). Logika urutan ini
adalah memulai dengan hasil keseluruhan kemudian menganalisis determinan-
determinannya.
Ukuran kinerja dianalisis dalam tiga kelompok:
Rasio
profitabilitas
(profitability
ratio)
mengukur
efektivitas
manajemen
berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan
investasi.
Rasio pertumbuhan (growth ratio) mengukur kemampuan perusahaan
untuk
mempertahankan posisi ekonomisnya dalam pertumbuhan
perekonomian dan dalam industri atau pasar produk tempatnya beroperasi.
Ukuran penilaian (valuation measures) mengukur kemampuan manajemen
untuk mencapai nilai-nilai pasar yang melebihi pengeluaran kas.
Ukuran-ukuran kinerja
mencerminkan keputusan-keputusan strategis, operasi,
dan pembiayaan. Strategi meliputi bidang-bidang keputusan penting seperti pemilihan
daerah-daerah pemasaran produk tempat perusahaan menjalankan operasinya, apakah
akan menekan penurunan biaya atau diferensiasi produk, apakah akan memfokuskan
pada area produk
terpilih
atau
mencoba
mencakup sekelompok besar pembeli
|
![]() 27
potensial
dan
sebagainya.
Karakterisasi strategi tidak secara langsung bertanggung
jawab atas ukuran-ukuran keuangan tetapi mempunyai dampak yang
mengesampingkan hasil-hasil kinerja. Disini dua perangkat rasio terlibat:
Manajemen aktiva dan investasi
(asset and investment management)
mengukur efektivitas keputusan-keputusan investasi perusahaan dan
pemanfaatan sumber dayanya.
Manajemen
biaya
(cost
management) mengukur
bagaimana
masing-
masing elemen biaya dikendalikan.
Kelompok ketiga
dalam hubungan keuangan
merupakan
keputusan
kebijakan keuangan.
Ini
tentu
saja
harus berhubungan dengan
keputusan
strategis
dan
dengan
manajemen
investasi
serta
manajemen biaya. Ukuran kebijakan
keuangan terdiri dari dua jenis utama:
Rasio
leverage
(Leverage
ratio)
mengukur
tingkat
sejauh
mana
aktiva
perusahaan telah dibiayai oleh penggunaan hutang.
Rasio
likuiditas (Liquidity ratio) mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo.
|
![]() 28
2.11. Ukuran-ukuran Kinerja (Performance Measures)
Dalam ukuran kuantitatif, peningkatan nilai organisasi meliputi estimasi aliran
arus kas yang akan datang dan mendiskontokannya dengan faktor kapitalisasi yang
sesuai. Secara
tradisioal, analisis aliran
arus kas
yang akan datang yang diharapkan
ini dimulai dengan analisis profitabilitas, kategori pertama dalam ukuran kinerja.
2.11.1. Rasio Likuiditas
Rasio
likuiditas
terdiri
dari
dua rasio, yaitu rasio lancar (current ratio) dan
rasio cair (quick ratio).
Rasio Lancar.
Rasio lancar dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban
lancar. Biasanya aktiva lancar terdiri dari kas, surat berharga, piutang dan
persediaan; sedangkan kewajiban lancar terdiri dari hutang dagang, hutang
bank jangka pendek, hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam
waktu
satu
tahun,
pajak
yang
harus dibayar
dan
biaya-biaya
lain
yang
masih
harus dibayar
(terutama
gaji dan
upah).
Rasio
lancar
merupakan
ukuran
yang
paling
umum digunakan
untuk
mengetahui
kesanggupan
memenuhi
kewajiban
jangka
pendek, oleh
karena
rasio
tersebut
menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditur jangka pendek dipenuhi
|
![]() 29
oleh
aktiva
yang diperkirakan
menjadi
uang
tunai
dalam
periode
yang
sama dengan jatuh tempo hutang.
Perhitungan rasio lancar sebagai berikut:
Rasio Lancar
Aktiva Lancar
Kewajiban Lancar
(2-7)
Rasio Cair (quick ratio acid test).
Rasio
cair
dihitung
dengan
mengurangkan
persediaan
dari
aktiva
lancar
dan sisanya dibagi dengan kewajiban lancar. Persediaan merupakan unsur
aktiva lancar yang paling tidak likuid dan unsur aktiva tersebut seringkali
merupakan
kerugian
jika
terjadi
likuidasi. Oleh karena itu, rasio cair
merupakan ukuran penting untuk mengetahui kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya tanpa memperhitungkan
penjualan persediaan.
Perhitungan rasio cair sebagai berikut:
Rasio Cair
Aktiva Lancar - Persediaan
Kewajiban Lancar
(2-8)
2.11.2. Rasio Leverage
Rasio leverage terdiri atas total debt to equity ratio, total debt to total asset
ratio,
dan time interest earned
ratio.
Rasio-rasio
leverage
memiliki
sejumlah
implikasi sebagai berikut:
a. Para kreditur memandang ekuitas atau dana yang dipasok pemilik sebagai
suatu
pelindung atau
basis penggunaan
hutang.
Jika
pemilik
hanya
|
![]() 30
menyediakan sebagian kecil dari pembiayaan total, risiko perusahaan
sebagian besar ditanggung oleh kreditur
b. Dengan mengumpulkan dana melalui hutang, pemilik memperoleh
manfaat dari dari memegang kendali atas perusahaan dengan komitmen
yang terbatas.
c.
Penggunaan hutang dengan tingkat bunga yang tetap memperbesar baik
keuntungan maupun kerugian bagi pemilik
d. Penggunaan hutang dengan biaya bunga yang tetap dan dengan jatuh
tempo yang tertentu memperbesar risiko bahwa perusahaan mungkin tidak
dapat memenuhi kewajiban-kewajibannya.
Dalam praktik, leverage dicapai dengan dua cara:
Meneliti rasio-rasio
neraca
dan
menentukan sejauh
mana dana
pinjaman
telah digunakan untuk membiayai perusahaan.
Mengukur
risiko
hutang
dengan
rasio
perhitungan
rugi
laba
yang
dirancang
untuk
menentukan berapa kali biaya tetap tertutupi oleh laba
operasi.
Total Debt to Equity Ratio
Rasio
ini
sebenarnya
merupakan
angka
yang
menunjukkan
bagaimana
performance dari pihak management dalam mengatur jumlah utang mereka
|
![]() 31
dibandingkan dengan jumlah ekuitas yang mereka miliki, atau dapat dikatakan
sebagai balance antara total debt dan total ekuitas.
Formulasi dari total debt to equity ratio adalah sebagai berikut:
Total Debt to Equity Ratio
Total Debt
Total Equity
(2-9)
Total Debt to Total Asset Ratio
Rasio ini sebenarnya menunjukkan sejauh mana pinjaman kredit digunakan
untuk membiayai investasi yang ada. Jika sebuah perusahaan mempunyai rasio yang
lebih
tinggi
dibandingkan
dengan
rasio
rata-rata
dari
industri
yang
bersangkutan,
maka perusahaan akan kesulitan dalam melakukan pinjaman tambahan.
Formulasi dari total debt to total asset ratio adalah sebagai berikut:
Total Debt to Total Asset Ratio
Total Debt
Total Asset
(2-10)
Time Interest Earned Ratio
Rasio ini
menunjukkan sejauh
mana gross profit atau EBIT (earnings before
interests and
taxes)
perusahaan
dapat
digunakan
untuk
membayar annual
interests
payment dari pinjaman kredit.
Formulasi dari time interest earned ratio adalah sebagai berikut:
Time Interest Earned Ratio
EBIT
Annual Interests Payment
(2-11)
|
![]() 32
2.11.3. Rasio Aktifitas
Rasio aktifitas atau
operational
ratio yang
menggunakan
ukuran perputaran
untuk
menunjukkan
tingkat
efisiensi
suatu
perusahaan
dalam operasinya
dan
penggunaan dari total asset yang ada. Rasio aktifitas biasanya terdiri dari total asset
turnover
ratio,
receivables
turnover
ratio,
collection
period
turnover
ratio, dan
inventory turnover ratio.
Total Asset Turnover Ratio
Rasio
ini
menunjukkan
tingkat
efisiensi dari suatu perusahaan dalam
menghasilkan penjualan/sales dengan asset yang ada.
Formulasi dari total asset turnover ratio adalah sebagai berikut:
Total Assets Turnover Ratio
Sales
Total Assets
(2-12)
Receivables Turnover Ratio
Rasio ini menunjukkan jumlah perputaran yang dapat dihasilkan oleh piutang
dagang
selama
1
tahun
operasi.
Semakin
tinggi perputaran maka semakin pendek
waktu
yang
dibutuhkan
antara
penjualan dan penagihan uang cash dari piutang
dagang.
Formulasi dari receivables turnover ratio adalah sebagai berikut:
Receivables Turnover Ratio
Net Sales
Average Accounts Receivables
(2-13)
|
![]() 33
Inventory Turnover Ratio
Rasio ini
menunjukkan berapa kali perputaran dari inventory dalam 1
tahun
operasi. Pada
umumnya inventory turnover yang tinggi merupakan sebuah indikator
inventory management yang baik, namun rasio
yang tinggi juga dapat menunjukkan
kekurangan inventory. Sedangkan turnover yang rendah menunjukkan overstocking
atau inventory yang pasif.
Formulasi inventory turnover ratio adalah sebagai berikut:
Inventory Turnover Ratio
Cost f Good Sold
Average Inventory
(2-14)
2.11.4. Rasio Profitabilitas
Rasio
profitabilitas
pada
intinya menunjukkan dan mengukur kemampuan
sebuah
perusahaan
dalam menghasilkan
profit.
Rasio
ini
menggunakan margin
analysis dan
menunjukkan
return on sales dan capital yang terpakai. Rasio
profitabilitas
biasanya terdiri
atas gross profit
margin, operating profit margin, net
profit margin, return on asset, dan return on equity.
Gross Profit Margin
Rasio ini merupakan indikator berapa jumlah profit yang didapat dari produk
tanpa mempertimbangkan beban administrasi dan beban penjualan.
Formulasi dari gross profit margin adalah sebagai berikut:
Gross Profit Margin
Total Sales - Cost of Good Sold
Total Sales
(2-15)
|
![]() 34
Operating Profit Margin
Rasio ini
menunjukkan efektifitas dari management dalam mengatur income
statement dari suatu perusahaan dengan
mengukur
operating
profit
relatif terhadap
sales.
Formulasi operating profit margin adalah sebagai berikut:
Operating
Profit
Margin
Operating
Income
Total Sales
Total Sales - COGS - G & A Expenses
-
Marketing
Expenses
Total Sales
(2-16)
Net Profit Margin
Rasio ini mengukur berapa profit yang diperoleh dari penjualan setelah
dikurangi oleh biaya-biaya yang ada.
Formulasi dari net profit margin adalah sebagai berikut:
Net Profit Margin
Net Profit
Total Sales
(2-17)
Return On Asset
Rasio ini mengukur berapa persentase profit yang dihasilkan oleh perusahaan
dibandingkan dengan jumlah investasi yang ditempatkan.
Formulasi dari return on asset adalah sebagai berikut:
Return On Asset
Net Profit
Total Asset
(2-18)
|
![]() 35
Return On Equity
Rasio ini mengukur berapa return yang dapat diterima oleh stockholders
dengan cara membandingkan net profit dengan common equity.
Formulasi dari return on equity adalah sebagai berikut:
Return On Equity
Net Profit
Common Equity
(2-19)
Cash Ratio
Selain
dari
rasio-rasio
yang dijelaskan diatas, terdapat ukuran rasio lainnya
yang
sekarang
ini, sering
dipakai oleh
konsultan
dalam menganalisa
suatu
proyek.
Cash
ratio menunjukkan
tingkat
suatu
perusahaan
dapat
secara
cepat
melikuidasi
asset-asset yang ada dan dapat menutupi short-term liabilities yang ada. Cash ratio ini
juga dapat digunakan untuk menunjukkan seberapa besar proyek ini dapat men-
generate cash untuk perusahaan atau penanam modal.
Cash Ratio
Cash Equivalents
Cash
Current Liabilites
(2-20)
Cash Equivalents
Cash
Accruals
Accounts Payable
Notes Payable
|