BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1. Sistim Ekonomi dan Keuangan
Menurut John
Maynard Keynes, ada tiga kemungkinan yang berkaitan dengan
tujuan seseorang dalam memiliki atau memegang uang dalam jumlah tertentu, yaitu:
1.
Tujuan Transaksi
Penggunaan uang dalam bentuk
apapun
yang
digunakan
untuk
melakukan
pertukaran dalam memperoleh suatu bentuk barang atau jasa guna memenuhi
kebutuhan jangka pendek.
2.
Tujuan Tabungan
Penempatan uang untuk disimpan guna berjaga-jaga dalam memenuhi kebutuhan
yang bersifat mendesak dan me menuhi kebutuhan lain yang
timbul pada
masa
yang akan datang serta kebutuhan jangka panjang lain.
3.
Tujuan Spekulatif
Penempatan uang dalam suatu bentuk alat investasi dengan harapan akan
berkembang  dan  menghasilkan  nilai  yang  lebih  tinggi  pada  masa  yang  akan
datang.
Dalam hal mengakomodisir keinginan konsumen yang semakin bertambah, maka
tersedianya 
berbagai 
macam 
pasar  dalam 
memenuhi 
harapan  konsumen  terus
meningkat dan semakin ketat.
7
  
8
Sistem ekonomi dan keuangan dapat dikelompokkan dalam banyak cara. Salah
satu  cara  adalah  dengan  mengorganisasikan  sistem  tersebut  kedalam  dua  macam
pasar, yaitu pasar untuk barang dan jasa serta pasar untuk aset keuangan.
2.1.1. Pasar Aset Keuangan
Pasar  asset  keuangan  selalu  dibagi  menjadi  dua  sub  pasar,  yaitu  pasar  uang
(money market ) dan pasar modal (capital market ).
Pasar  uang  merupakan  pertemuan  antara  pihak  yang  bersurplus  dana  dengan
pihak yang berdefisit dana, di
mana dananya berjangka pendek dan
pada
umumnya
berkualitas 
tinggi 
yang 
diperdagangkan. 
Karena  pada 
pasar 
uang 
pelaksanaan
transaksi
tidak
dilakukan
ditempat
tertentu
sebagaimana
halnya
dengan
bursa
efek
pada pasar
modal,
maka
sering pula disebut dengan pasar 
maya. 
Dengan demikian
pasar uang
mempunyai ciri-ciri:
jangka
waktu dana
yang
pendek, tidak terikat
pada
tempat tertentu, pada
umumnya  supply dan  demand
bertemu secara
langsung
dan
tidak perlu guarantor/underwriter.
Pasar uang yang terorganisasi ada beberapa jenis pasar uang meliputi: pasar uang
antar bank, sertifikat deposito, sertifikat Bank Indonesia, Surat Berharga Pasar Uang
(SBPU). 
Pasar uang melayani banyak pihak seperti pemerintah, bank, perusahaan
asuransi dan lembaga keuangan lainnya.  Instrumen yang diperdagangkan antara
lain
ialah
surat
berharga
pemerintah
(bill dan notes), sekuritas badan-badan pemerintah,
perjanjian
imbal
beli
dan
surat
berharga
perusahaan
(company commercial paper),
berbagai surat utang jangka pendek yang dipergunakan untuk membelanjai kebutuhan
dunia 
usaha,  pemerintah  dan  konsumen.    Pasar  uang  dapat  dibedakan  menurut
  
9
sifatnya
yakni
perdagangannya
langsung
(direct
and
negociated),
pasar
uang bagi
para nasabah (customer money market ) dan pasar uang yang terbuka bagi siapa saja
(impersonal) atau disebut juga pasar uang terbuka (open money market ).
2.1.2.
Pasar Modal
Sebenarnya kegiatan pasar modal sudah sejak lama dikenal di Indonesia, yaitu
pada saat zaman penjajahan Belanda. 
Hal ini terlihat dari didirikannya bursa efek di
Batavia yang diselenggarakan oleh
Vereniging Voor de Effectenhandel pada tanggal
14 Desember
1912, meskipun diketahui bahwa tujuan awalnya untuk menghimpun
dana guna kepentingan mengembangkan sektor perkebunan yang ada di Indonesia.
Investor
yang
berperan
pada
saat
itu
adalah
orang-orang
Hindia Belanda dan Eropa
lainnya, sedangkan efek yang diperdagangkan adalah saham dan obligasi milik
perusahaan Belanda yang ada di Indonesia maupun yang diterbitkan oleh pemerintah
Hindia Belanda.
Menurut (Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995, Bab I, Pasal 1
Tentang Pasar Modal),  yaitu pasar
modal
merupakan kegiatan
yang bersangkutan
dengan
penawaran
umum
dan
perdagangan
efek,
perusahaan publik yang
berkaitan
dengan efek
yang diterbitkannya, serta 
lembaga dan
profesi
yang berkaitan dengan
efek.  
Berlakunya Undang-Undang
ini
juga
mensyaratkan
perlunya
pembentukan
Lembaga
Kliring
dan
Penjaminan
(LPK)
dan
Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian disesuaikan dengan UUPM.
  
10
Sedangkan
menurut
(Widoatmodjo, 1996,
pp
13)
yaitu pasar modal
merupakan
suatu jenis
pasar
konkrit
dimana
jual
beli
dana-dana
jangka
panjang
yang
keterikatannya  dalam 
investasi  lebih  dari 
satu  tahun  dilakukan  dan  merupakan
alternatif  sumber  pembiayaan 
modern  selain  perbankan.  Dari  beberapa  definisi
tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa
pasar
modal
merupakan
sarana
yang
mempertemukan antara pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus fund) dengan
pihak yang kekurangan dana (deficit fund), di mana dana yang diperdagangkan adalah
dana
jangka
panjang
bagi
perusahaan
dan
membantu
meningkatkan kegiatan
perekonomian secara nasional.
Pasar modal merupakan pasar yang menyediakan sumber pembelanjaan dengan
jangka waktu yang lebih panjang, yang diinvestasikan pada barang modal untuk
menciptakan
dan
memperbanyak
alat-alat
produksi,
yang
pada
akhirnya
akan
menciptakan pasar kerja dan meningkatkan kegiatan perekonamian yang sehat.
Pasar modal memiliki beberapa fungsi strategis tidak saja bagi pihak yang
memerlukan
dana
(borrowers)
dan
pihak
yang
meminjamkan
dana
(lenders), tetapi
juga bagi pemerintah. Di era globalisasi ini, hampir seluruh negara menaruh perhatian
yang besar terhadap pasar modal karena memiliki peranan strategis bagi penguatan
ketahanan ekonomi suatu negara. Terjadinya pelarian modal ke luar negeri (capital
flight) bukan hanya
me rupakan
akibat
dari
menurunnya
(depreciation) nilai
rupiah,
atau tingginya inflasi dan suku bunga di suatu negara, akan tetapi juga diakibatkan
karena tidak tersedianya alternatif investasi yang menguntungkan di negara tersebut.
Pada dasarnya terdapat empat peranan strategis dari pasar modal bagi perekonomian
suatu negara, yaitu:
  
11
1.
Sebagai Sumber Penghimpun Dana.
Pasar  modal  berfungsi  sebagai  alternatif  sumber  penghimpunan  dana  selain
sistem perbankan yang selama ini dikenal merupakan media penghimpunan dana
secara  konvensional.  Pasar  modal  memungkinkan  perusahaan  (bank)
menerbitkan surat berharga (sekuritas), baik surat tanda utang (obligasi) maupun
surat tanda kepemilikan (saham). Dengan memanfaatkan sumber dana dari pasar
modal, perusahaan (bank) dapat terhindar dari kondisi
debt to equity ratio yang
terlalu tinggi.
2.
Sebagai Alternatif Investasi Para Pemodal.
Pasar modal memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk membentuk
portofolio investasi melalui cara mengkombinasikan dana pada berbagai
kemungkinan
investasi dengan harapan memperoleh keuntungan yang lebih dan
sanggup menanggung sejumlah risiko tertentu yang mungkin terjadi.
3.
Biaya Penghimpunan Dana Melalui Pasar Modal Relatif Rendah.
Dalam melakukan penghimpunan dana, suatu perusahaan membutuhkan biaya
yang 
relatif 
lebih 
kecil  jika 
diperoleh 
melalui  penjualan 
saham 
daripada
meminjam melalui instrumen lain.
4.
Bagi Negara, Pasar Modal Akan Mendorong Perkembangan Investasi.
Setiap perusahaan, khususnya yang berskala besar dan bersifat strategis, pasti
berkeinginan untuk mampu meningkatkan kapasitas usahanya agar dapat
menaikkan volume penjualan dan pendapatan. Usaha yang berskala kecil secara
teoritis, sulit untuk mencapai skala produksi yang efisien (economies
of
scale),
sehingga    untuk    memperbaiki    posisinya  
perusahaan    yang    bersangkutan
  
12
melakukan  perluasan  usaha  (expansion). 
Perluasan 
usaha 
ini 
membutuhkan
modal yang besar. (Usman, Marzuki, Riphat, Singgih, dan Ika, Syahrir, 1997, pp
13-17)
2.2. Pengertian Perusahaan Pembiayaan
Perkembangan  suatu  usaha  baik 
itu 
usaha  yang  berskala  kecil, 
menengah,
maupun
besar
sangat
membutuhkan
adanya
suatu
energi
untuk
berkembang. 
Salah
satu energi yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan untuk berkembang adalah energi
keuangan.  
Untuk
memenuhi
sarana
energi
bagi
dunia
usaha
maka perusahaan
pembiayaan
terdapat di Indonesia. 
Adanya
perusahaan
pembiayaan
dapat
dijadikan
sebagai satu alternatif bagi dunia usaha untuk mendapatkan energi guna tumbuh dan
berkembang selain energi dari perbankan yang telah ada selama ini. 
Energi dari
perusahaan pembiayaan merupakan salah satu energi yang dapat membantu dunia
usaha untuk tumbuh dan berkembang.
Perusahaan pembiayaan (multifinance company) adalah salah satu bentuk usaha
di  bidang  lembaga  keuangan  nonbank  yang  mempunyai  peranan  sangat  penting
dalam pembiayaan dan pengelolaan salah satu sumber dana pembangunan di
Indonesia. 
Kegiatan perusahaan pembiayaan dilakukan dalam bentuk penyediaan
dana dan/atau barang modal serta kebutuhan konsumen dengan tidak menarik dana
secara
langsung dari
masyarakat melalui deposito, tabungan, giro, dan surat sanggup
bayar. 
Kegiatan tidak menarik dana dari masyarakat secara langsung biasa disebut
dengan nondeposit taking activity.  Aktifitas
perusahaan
pembiayaan dibandingkan
dengan  aktifitas  perbankan  sangat  berbeda  walaupun  keduanya  adalah  lembaga
  
13
keuangan di mana perbankan dapat melakukan penarikan dana langsung dari
masyarakat
(deposit
taking
activity) sedangkan perusahaan pembiayaan tidak dapat
melakukan
penarikan
dana
langsung
dari
masyarakat
(nondeposit
taking activity).
Khusus  untuk 
metode  pemberian  dana  atau  pembiayaan  kepada 
nasabah  pada
dasarnya antara sistem perbankan dengan perusahaan pembiayaan hampir sama tetapi
yang  membedakan  adalah  pendekatan  dan  kecepatan  dalam  pelayanan  kepada
nasabah.
Selain itu terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara sistem perbankan dan
sistem perusahaan pembiayaan terutama dalam pemberian dana di mana perbankan
dibatasi dengan ketentuan 3L, LDR, dan CAR sedangkan dalam perusahaan
pembiayaan tidak terdapat ketentua n seperti itu kecuali untuk perusahaan pembiayaan
yang telah go public
diwajibkan
dalam
laporan
keuangannya
untuk
membedakan
pembiayaan  kepada  pihak  afiliasi  dan  pihak  ketiga.    Hal  lain  yang  membedakan
antara perbankan dengan perusahaan pembiayaan adalah bank
lebih
berorientasi
kepada jaminan atas pemberian kredit yang disalurkan (collateral
basis) sedangkan
perusahaan  pembiayaan  tidak  berorientasi  kepada  jaminan  karena  barang 
yang
dibiayai merupakan objek pembiayaan (noncollateral basis).
2.2.1. Sewa Guna Usaha
Sewa 
Guna 
Usaha 
(SGU) 
atau 
biasa 
disebut 
juga 
dengan 
kata 
leasing
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 didefinisikan
sebagai
kegiatan
pembiayaan
dalam
bentuk
penyediaan
barang modal
baik
secara
sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun secara sewa guna usaha
  
14
tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu
tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala”.
Berdasarkan definisi
tersebut di
atas, terdapat hal- hal penting yang perlu digarisbawahi di dalam transaksi sewa guna
usaha yaitu:
1.    Transaksi sewa
guna
usaha dapat dibedakan menjadi 2 (dua)
yaitu sewa guna
usaha
dengan
hak
opsi
(finance lease) dan sewa guna usaha tanpa hak opsi
(operating
lease)
Selain
itu,
kegiatan sewa
guna
usaha dapat juga
dilakukan
dengan cara membeli barang modal milik penyewa guna usaha yang kemudian
disewagunausahakan  kembali  sale  and  lease  back ).  
(sale  and  lease  back ).  
Hal  ini  sesuai  dengan
ketentuan   dalam   pasal   3   ayat   3   Keputusan   Menteri   Keuangan   Nomor
1251/KMK.013/1988.
2.
Objek pembiayaan sewa
guna
usaha
harus dalam bentuk barang modal di
mana
pengertian barang modal adalah setiap aktiva tetap berwujud termasuk tanah
sepanjang di atas tanah tersebut melekat aktiva tetap berupa bangunan/plant dan
tanah   serta   aktiva   tersebut   merupakan   satu   kesatuan   kepemilikan   yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dan digunakan secara
langsung untuk menghasilkan, meningkatkan, atau memperlancar produksi dan
distribusi barang atau jasa oleh lessee.
3.
Pembayaran sewa guna usaha dilakukan secara berkala yaitu secara bulanan, dua
bulanan, tiga bulanan baik di muka, di belakang, atau sesuai kesepakatan antara
leasor dengan lessee.
  
15
4.
Transaksi
sewa
guna
usaha
mensyaratkan
dibuat
dalam jangka
waktu
tertentu
atau
mempunyai batas
waktu.   Hal
ini termuat dalam ketentuan dalam pasal 3
huruf b Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991.
Transaksi sewa guna usaha (leasing) pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi 4
(empat) jenis yaitu  finance lease, operating lease, sales-typed lease, dan leveraged
lease.
Adapun masing- masing jenis sewa guna usaha tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Finance Lease (Sewa Guna Usaha Pembiayaan)
Dalam sewa
guna usaha
ini, perusahaan sewa guna usaha (lessor) adalah pihak
yang membiayai penyediaan barang modal.  
Penyewa
guna
usaha
(lessee)
biasanya  memilih  barang  modal  yang  dibutuhkan  dan  atas  nama  perusahaan
sewa guna usaha sebagai pemilik barang modal tersebut, melakukan pemesanan,
pemeriksaan,  serta  pemeliharaan  barang  modal  yang  menjadi  objek  transaksi
sewa 
guna 
usaha.     Selama 
masa  sewa 
guna 
usaha,  penyewa  guna  usaha
melakukan pembayaran sewa guna usaha
secara berkala di mana jumlah
seluruhnya ditambah dengan pembayaran
nilai sisa (residual
value) kalau ada,
akan
mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang dibiayai serta
bunganya yang merupakan pendapatan sewa guna usaha.
2.
Operating Lease (Sewa Menyewa Biasa)
Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha membeli barang modal
dan selanjutnya disewagunausahakan kepada penyewa guna usaha.  
Berbeda
dengan  finance  lease,  jumlah  seluruh  pembayaran  sewa  guna  usaha  berkala
dalam operating
lease
tidak
mencakup
jumlah
biaya
yang
dikeluarkan
untuk
memperoleh
barang
modal
tersebut
berikut
dengan
bunganya.   Perbedaan
ini
  
16
disebabkan
perusahaan
sewa
guna
usaha
mengharapkan
keuntungan justru
dari
penjualan 
barang 
modal 
yang 
disewagunausahakan 
atau 
melalui 
beberapa
kontrak sewa guna usaha lainnya.
Dalam sewa guna usaha jenis ini dibutuhkan keahlian khusus dari perusahaan
sewa  guna  usaha  untuk  memelihara  dan  memasarkan  kembali  barang  modal
yang
disewagunausahakan
sehingga
berbeda dengan 
finance lease, perusahaan
sewa guna
usaha dalam
operating lease biasanya bertanggung jawab atas biaya-
biaya  pelaksanaan  sewa  guna  usaha  seperti  asuransi,  pajak,  maupun
pemeliharaan barang modal yang bersangkutan.
3.
Sales-Typed Lease (Sewa Guna Usaha Penjualan)
Suatu  transaksi  sewa  guna  usaha  di  mana  produsen/pabrikan  juga  berperan
sebagai perusahaan sewa guna usaha sehingga jumlah transaksi termasuk bagian
laba sudah diperhitungkan ole h produsen.   Jenis transaksi sewa
guna usaha ini
seringkali merupakan suatu jalur pemasaran bagi produk perusahaan.  
Di
Indonesia
lessor
yang
mempunyai
fungsi
ganda
seperti
ini
tidak
diperkenankan
oleh Departemen Keuangan.
4.
Leveraged Lease
Suatu
transaksi
sewa
guna
usaha
selain
melibatkan lessor dan
lessee juga
melibatkan bank/kreditor jangka panjang yang membiayai bagian terbesar dalam
transaksi. 
Jenis transaksi ini jarang terjadi di Indonesia karena suku bunga
perbankan dengan suku bunga yang dikenakan perusahaan
sewa
guna
usaha
terdapat selisih yang cukup besar.
  
17
2.2.2. Anjak Piutang
Factoring
dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi anjak piutang,
maksudnya 
yaitu 
piutang 
yang  dialihkan 
sedangkan 
pengertian 
factoring/anjak
piutang
menurut
John
Downes
dan
Jordan
Elliot
Goodman dalam
Dictionary
of
Finance and Investment Term adalah Type financial service whereby a firm sells or
transfers title to its account receivables to a factoring company which then acts as
principal, not as agent.  The receivables are sold without resource, meaning that the
factor can not turn to the seller in the event accounts prove uncollectible ”.
Sedangkan   definisi   anjak   piutang   berdasarkan   Surat   Keputusan   Menteri
Keuangan No. 448/KMK.017/2000 adalah ”kegiatan
pembiayaan
dalam
bentuk
pembelian  dan/atau  pengalihan  serta  pengurusan  piutang  atau  tagihan  jangka
pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri”.
Definisi tersebut di atas dipertegas dengan ketentuan Surat Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 172/KMK.06/2002
yang
menyatakan
bahwa
kegiatan
anjak
piutang dilakukan dalam bentuk pembelian dan/atau pengalihan serta pengurusan
piutang atau tagihan jangka pendek dari transaksi perdagangan dalam atau luar
negeri.
Berdasarkan definisi anjak piutang tersebut di atas terdapat beberapa hal penting
yang perlu digarisbawahi tentang kegiatan anjak piutang yang dapat dilakukan di
Indonesia yaitu:
1.
Transaksi  anjak  piutang  dapat  dibedakan  menjadi  2  (dua)  jenis  yaitu  anjak
piutang dengan pembiayaan
(financing activity) yaitu dalam bentuk pembelian
  
18
dan/atau pengalihan piutang dan anjak piutang
bukan pembiayaan (nonfinancing
activity) yaitu dalam bentuk pengurusan piutang atau tagihan.
2.
Transaksi
anjak piutang
dapat
dilakukan
untuk
transaksi perdagangan domestik
(anjak piutang
domestik)
dan
transaksi
perdagangan
antar
negara
atau
ekspor/impor (anjak piutang intenasional).
3.
Obyek
pembiayaan
anjak
piutang
adalah
piutang
atau
tagihan
jangka
pendek
suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.
4.
Pembiayaan
anjak  piutang  hanya  dapat  dilakukan  kepada  perusahaan,  bukan
kepada individual atau orang perorangan.
Kegiatan  anjak  piutang  pada  prinsipnya  merupakan  pemberian  kredit  kepada
supplier dengan
cara
membeli
piutang
atau
tagihannya
kepada
nasabahnya
namun
sesungguhnya
adalah
pemberian kredit
itu
diberikan
oleh
supplier kepada pembeli.
Hanya proses penagihannya dilimpahkan kepada faktor yang sebelumnya telah
menandatangani perjanjian anjak piutang.
2.2.3. Pembiayaan Konsumen
Pembiayaan   konsumen   (consume finance)   berdasarkan   Surat   Keputusan
Menteri
Keuangan
Nomor 1251/KMK.013/1988
adalah
kegiatan pembiayaan yang
melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan
konsumen dengan system pembayaran angsuran atau berkala oleh konsumen”.
Berdasarkan definisi tersebut di atas terdapat beberapa hal yang perlu digarisbawahi
dan merupakan dasar dari kegiatan pembiayaan konsumen yaitu:
  
19
1.
Pembiayaan
konsumen
merupakan
salah
satu
alternatif pembiayaan
yang dapat
diberikan kepada konsumen.
2.
Obyek
pembia yaan
usaha
jasa
pembiayaan
konsumen
adalah barang
kebutuhan
konsumen   biasanya   kendaraan   bermotor,   alat   kebutuhan   rumah   tangga,
komputer, barang-barang elektronik, dan lain sebagainya.
3.
Sistem pembayaran angsuran dilakukan secara berkala biasanya per bulan dan
ditagih langsung kepada konsumen.
4.
Jangka
waktu
pengembalian
bersifat
fleksibel,
tidak
terikat
dengan
ketentuan
seperti financial lease.
Berdasarkan   pengertian-pengertian   tersebut   di   atas,   kegiatan   pembiayaan
konsumen hampir sama dengan kegiatan sewa guna usaha dengan hak opsi (financial
lease). Berikut ini kami kemukakan beberapa hal yang membedakan keduanya yaitu:
1.
Kepemilikan barang/obyek pembiayaan yang dilakukan berbeda, dalam transaksi
sewa
guna
usaha
berada
pada
lessor sedangkan
pada
pembiayaan
konsumen
berada
pada
konsumen
yang
kemudian
diserahkan
secara
fiducia kepada
perusahaan pembiayaan.
2.
Tidak  ada  batasan  jangka  waktu  pembiayaan  seperti  dalam  financial lease,
jangka 
waktu  pembiayaan  diatur  sesuai  dengan  obyek 
barang  modal 
yang
dibiayai oleh lessor.
3.
Pembiayaan  konsumen  tidak  membatasi  pembiayaan  kepada  calon  konsumen
yang 
telah 
mempunyai  Nomor 
Pokok  Wajib  Pajak 
(NPWP), 
mempunyai
kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas seperti ketentuan sewa guna usaha.
  
20
4.
Perlakuan   perpajakan   antara   transaksi   sewa   guna   usaha   dan   transaksi
pembiayaan
konsumen
berbeda
baik dari
sisi perusahaan pembiayaan
maupun
dari sisi konsumen/ lessee.
5.
Kegiatan
sale and
lease back
dimungkinkan
dalam
transaksi
sewa
guna
usaha
sedangkan dalam transaksi pembiayaan konsumen ketentuan ini belum diatur.
2.2.4. Kartu Kredit
Sistem
kartu
kredit
adalah
suatu
jenis
penyelesaian
transaksi
ritel
(retail)
dan
sistem kredit, yang namanya berasal dari kartu plastik yang diterbitkan kepada
pengguna sistem
tersebut. Sebuah kartu kredit berbeda dengan kartu
debit
di
mana
penerbit
kartu
kredit
meminjamkan
uang kepada  konsumen
dan
bukan
mengambil
uang dari rekening. Kebanyakan kartu kredit memiliki bentuk dan ukuran yang sama,
seperti yang dispesifikasikan oleh standar ISO 7810.
Kartu kredit dikeluarkan dan disetujui oleh penyedia jasa kartu kredit yang pada
umumnya sebuah bank umum di mana pengguna kartu kredit dapat melakukan
pembelian dari para pedagang yang menerima kartu kredit dengan batas kredit yang
telah ditentukan.  
Ketika pembelian terjadi, pengguna
kartu
kredit
setuju
untuk
membayar harga pembelian kepada penerbit kartu kredit.  Pengguna kartu kredit akan
menandatangani bukti penerimaan yang mencantumkan nama barang yang dibeli dan
jumlah
yang
harus
dibayar
disertai
dengan
tanda
tangan
namun
sekarang para
pedagang dapat menerima otorisasi verbal melalui telepon dan elektronik melalui
internet.
  
21
Sistem verifikasi elektronik mengijinkan para pedagang mengunakan kartu
magnetis untuk menyimpan data verifikasi yang menyatakan bahwa kartu tersebut
dapat digunakan dan pengguna kartu kredit masih memiliki batas kredit yang cukup
untuk melakukan transaksi pembelian. 
Sistem verifikasi yang lain menggunakan
e-
commerce yang dilakukan dengan verifikasi nomor akun pengguna kartu kredit valid
dan dapat melakukan transaksi.
Setiap
bulan pengguna kartu kredit
dikirimkan
laporan
tagihan
bulanan
yang
berisi transaksi pembelian yang telah dilakukan dan jumlah hutang yang masih harus
dibayar.  Pemegang kartu harus membayar jumlah minimum dari jumlah keseluruhan
tagihan
yang telah jatuh tempo dan dapat memilih untuk
melunasi seluruh
tagihan.
Penyedia kartu kredit
mengenakan bunga dari jumlah tagihan
yang pada
umumnya
bertarif lebih tinggi daripada jenis hutang lainnya.  Beberapa lembaga keuangan dapat
menerima  pembayaran  secara  otomatis  dengan  cara  mengurangi  saldo  simpanan
pengguna kartu kredit yang berada di lembaga keuangan tersebut.
Penerbit kartu kredit biasanya tidak mengenakan bunga jika jumlah tagihan telah
dibayar  seluruhnya 
setiap 
bulan 
tetapi  akan 
mengenakan 
bunga 
dari 
tanggal
pembelian jika jumlah tagihannya belum dibayar.  
Sebagai contoh, jika seorang
pengguna  kartu  kredit 
memiliki 
jumlah  tagihan  sebesar 
Rp 
1.000.000,- 
untuk
transaksi  pembelian  yang  dilakukan  dan  membayar  sebesar  Rp  1.000.000,-, tidak
akan dikenakan bunga.  Jika terdapat sisa tagihan sebesar Rp
100.000,- yang belum
dibayar, bunga akan dikenakan dari jumlah tagihan Rp 1.000.000,- mulai dari tanggal
transaksi pembelian sampai dengan pembayaran dilakukan.
  
22
2.3.
Risiko dan Tingkat Pengembalian Investasi Saham
Pada  umumnya  investor
melakukan 
investasi 
saham 
dengan 
harapan
memperoleh
keuntungan
yang
dinamakan
tingkat pengembalian atau tingkat imbal
hasil yang tinggi. Namun tingkat imbal hasil di masa yang akan datang belum tentu
dapat diperoleh
investor,
karena
adanya
risiko
yang
harus
diterima
oleh
seorang
investor
saham dan
indeks
pasar
saham
berfluktuasi.
Hubungan
langsung
antara
tingkat imbal hasil
dengan risiko
adalah semakin besar risiko
suatu
saham, semakin
besar
potensial
memperoleh tingkat imbal hasil dari investasi saham tersebut; dan
begitupula sebaliknya.
2.3.1.
Tingkat Pengembalian Investasi
Menurut (Hall, 1997, pp 3), tingkat imbal hasil yang diharapkan dari investasi
saham terdiri dari dua tipe yaitu:
1.
Dividen tunai
merupakan bagian dari laba bersih setelah pajak penghasilan yang
disepakati 
manajemen  perusahaan 
emiten  melalui 
Rapat 
Umum 
Pemegang
Saham (RUPS) untuk dibagikan atau dibayarkan kepada para pemegang saham.
2.
Capital
gains
merupakan keuntungan dari kenaikan atas
nilai atau harga
pasar
suatu saham di pasar modal yang dikaitkan langsung dengan kinerja perusahaan
emiten dan sentimen positif dari para investor untuk memiliki saham tersebut.
  
23
2.3.2.
Risiko Investasi
Menurut (Hall,
1997,
pp 4  -
8),
risiko
investasi atau
capital
risk yang harus
diterima oleh para investor saham dapat berupa:
1.
Business
risk,  risiko  sehubungan  dengan  pertumbuhan  kinerja  penjualan  dan
penghasilan perusahaan emiten di bawah target harapan investor dan manajemen
perusahaan emiten gagal
mengembangkan perusahaannya ke tahap siklus bisnis
berikutnya.
2.
Stock -spesific  risk  juga dikenal dengan unsystematic  risk , risiko yang bisa
dihilangkan dengan diversifikasi (investasi pada berbagai saham).
3.
Liquidity
atau
marketability risk,
risiko sehubungan
dengan
kesulitan
investor
untuk menjual atau membeli sahamnya pada harga yang wajar dalam jangka
waktu yang pendek dikarenakan terlalu sedikitnya pembeli atau penjual saham
tersebut di pasar modal.
4.
Interest rate risk, risiko yang dapat mempengaruhi seluruh sekuritas pendapatan
tetap yaitu saham istimewa dan obligasi. Jika suku bunga naik, maka banyak
investor
menarik dananya dari reksa dana saham untuk diinvestasikan ke
instrumen investasi yang lebih aman seperti sertifikat deposito. Sehingga terjadi
penurunan permintaan atas saham oleh 
manajer investasi dan penurunan harga
saham biasa.
5.
Systematic risk
juga dikenal dengan risiko pasar atau  beta (ß), risiko
yang tak
dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Jika pergerakan pasar secara menyeluruh
mengalami penurunan,
maka
nilai dari seluruh
lembar saham dalam portofolio
  
24
cenderung 
akan 
menurun. 
Untuk 
meminimalkan 
risiko 
ini, 
investor  dapat
menggunakan strategi lindung nilai (hedging).
6.
Inflationary atau purchasing power, risiko turunnya daya beli uang. Tingginya
tingkat inflasi menurunkan daya beli uang dari waktu ke waktu. Namun risiko ini
dapat diminimalkan dalam berinvestasi saham.
7.
Political 
risk,
risiko 
kondisi 
politik 
suatu 
negara 
yang  tidak 
stabil  akan
menurunkan produktivitas perusahaan yang sahamnya kita miliki.
8.
Taxation  risk, risiko
perubahan 
tarif 
pajak 
atas  pendapatan 
dividen  dan
keuntungan modal (capital gain) dapat merubah permintaan untuk saham.
2.4. Analisis Laporan Keuangan
Untuk mengetahui besarnya pengaruh likuiditas, struktur modal dan solvabilitas,
profitabilitas, dan utilisasi dan efisiensi aset  terhadap imbal hasil saham pada suatu
perusahaan pembiayaan, dapat dilakukan analisis
dari
laporan keuangan yang
telah
diterbitkan oleh perusahaan pembiayaan go public. Laporan keuangan pada umumnya
meliputi:  Neraca  (balancsheet ),  laporan  laba/rugi  (profit/loss  account),  laporan
kepemilikan modal (statement of owners equity), dan laporan arus kas (statement of
cash flow).
Tujuan penyajian laporan keuangan yang dilakukan oleh suatu perusahaan
pembiayaan, adalah:
1.
Menyajikan
informasi
mengenai posisi
keuangan
secara periodik
untuk
tujuan
pembuatan dan pengambilan keputusan.
  
25
2.
Menyajikan
informasi
yang
menyangkut sumber-sumber daya suatu perusahaan
dan pengalokasian sumber-sumber daya tersebut.
3.
Menyajikan 
informasi 
mengenai 
kinerja 
suatu  perusahaan 
dan 
laba 
yang
dihasilkan atau kerugian yang diderita serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan.
4.
Menyajikan  informasi  yang  dapat  dijadikan  dasar  oleh  investor dan kreditur
untuk melakukan penilaian atas prospek arus kas pada suatu perusahaan.
5.
Menyajikan informasi tambahan mengenai kemampuan suatu perusahaan dalam
memperoleh  dan  mengalokasikan kas, pinjaman
dan
pengembalian
pinjaman,
transaksi 
modal  (capital transaction),  dan  distribus-distribusi 
i-distribusi 
lainnya 
dari
sumber-sumber   daya   yang   dimiliki   oleh   suatu   perusahaan   kepada   para
pemiliknya, serta
faktor- faktor
lain
yang
mempengaruhi
kemampuan
likuiditas,
solvabilitas, profitabilitas dan efisiensi asset perusahaan yang bersangkutan.
Menurut (Keown,
2005,
pp 72),
rasio keuangan dapat
membantu
para
analis
untuk
mengidentifikasikan kekuatan
dan
kelemahan dari suatu
perusahaan,
dimana
nilainya didapatkan dari laporan keuangan suatu perusahaan yang bersangkutan.
Analisis rasio keuangan
dapat dikategorikan
menjadi beberapa kelompok, yaitu:
likuiditas, struktur modal dan solvabilitas, profitabilitas dan efisiensi asset.
2.4.1. Likuiditas
Menurut (Bodie, Kane and Marcus, 2005, pp 667), rasio likuiditas menunjukkan
kemampuan
suatu
perusahaan
membayar
kewajiban
lancarnya
dengan
  
26
melikuidisasikan
aktiva
lancarnya
menjadi kas
dalam
jangka
waktu kurang
dari
1
tahun. Rasio likuiditas yang dihitung di sini terdiri dari:
Current ratio = Current assets / Current liabilities
Quick ratio = (Cash + Short-term
investments + Current
receivables) / Current
liabilities
Cash ratio = (Cash + Short-term investments) / Current liabilities
2.4.2. Struktur Modal dan Solvabilitas
Menurut
(Werner and 
Jones, 2004,  pp  477),  rasio  struktur  modal  mengukur
berapa bagian dari seluruh aktiva yang didanai oleh kewajiban dan ekuitas. Rasio
solvabilitas  menunjukkan  kemampuan  suatu  perusahaan  untuk  memenuhi
pembayaran
kewajiban
jangka
panjang
beserta
bunganya.
Rasio struktur
modal
dan
solvabilitas yang dihitung di sini terdiri dari:
Debt ratio = Total liabilities / Total assets
Debt to equity ratio = Total liabilities / Total equity
Net debt to equity ratio = (Total liabilities – Cash) / Total equity
Long-term debt to equity ratio = Long-term liabilities / Total equity
Long-term debt to capitalization ratio = Long-term liabilities / Total capital
Times interest earned ratio = Earnings before interest and income taxes / Interest
expense
Operating
cash
flow
coverage
ratio
=
Cash
provided
by
operating
activities
/
Average total liabilities
  
27
2.4.3. Profitabilitas
Menurut  (Werner and  Jones, 2004,  pp  461),
rasio
profitabilitas
menunjukkan
kinerja efektivitas
suatu
perusahaaan
menghasilkan
pendapatannya.
Seluruh
perusahaan harus mempertahankan setidaknya tingkat profitabilitas terendah untuk
memenuhi kewajibannya terhadap kewajiban jangka panjang dan membayar tingkat
pengembalian investasi para pemegang saham. Rasio profitabilitas yang dihitung di
sini terdiri dari:
Gross profit margin = Gross profit / Net revenues
Net profit margin = Net income / Net revenues
EBITDA margin = EBITDA / Net revenues
Return on assets (ROA) = Net income / Average total assets
Return on common equity (ROE) = (Net income – Preferred dividend) / Average
common stockholders’ equity
Dividend payout ratio = Cash dividends / Net Income
Earnings  per  share  (EPS)  =  (Net  income  –  Preferred  dividend)  /  Average
common shares outstanding
Price  to  earnings  ratio  (PER)  =  Average  market  pric e  per  share  of  stock  /
Earnings per share
2.4.4. Utilisasi dan Efisiensi Aset
Menurut
(Bodie, Kane and
Marcus, 2005, pp 665), rasio
utilisasi
dan
efisiensi
asset
menggambarkan bagaimana
suatu
perusahaan
menggunakan aktivanya secara
  
28
efisien untuk menghasilkan pendapatan perusahaan. Rasio utilisasi dan efisiensi asset
yang dihitung di sini terdiri dari:
Asset turnover = Net revenues / Average total assets
Fixed assets turnover = Net revenues / Average net fixed assets
Account receivable turnover = Net revenues / Average net accounts receivable
2.5.
Metode Penilaian Saham
Menurut (Reilly
and
Brown,
1997, 
pp 243),
keputusan
dalam
pasar sekuritas
dapat didasarkan atas tiga tehnik. Tehnik pertama adalah dengan pendekatan makro
yang
didasarkan
pada
hubungan
antara agregat ekonomi dengan alternatif pasar
sekuritas
seperti
variabel
gross
domestic
product, pertumbuhan ekonomi, tingkat
bunga,
kurs,
inflasi,
pengangguran,
stabilitas
ekonomi
dan
politik. Tehnik kedua
adalah
dengan
analisis
mikro
yang
menerapkan
model penilaian dasar  diantaranya
analisis fundamental. Tehnik ketiga adalah dengan tehnik teknis.
2.5.1.
Analisis Teknikal
Terminologi “analisis teknikal” adalah terminologi yang kompleks untuk metode
yang paling dasar dalam
investasi.   Secara
sederhana, analisis teknikal adalah studi
harga dengan menggunakan grafik sebagai alat utama.
Asal- usul dari analisis teknikal yang digunakan saat ini berasal dari
Dow Theory
yang disusun pada
sekitar tahun 1900
yang silam oleh  Charles Dow.   Baik
secara
langsung  atau  tidak  langs ung dari  Dow Theory,  asal- usul  ini  mencakup  prinsip-
  
29
prinsip
seperti
tren
harga,
harga
melakukan discount
pada
semua
informasi
yang
diketahui, konfirmasi, dan penyimpangan (divergence),
volume
mencerminkan
perubahan
harga, dan dukungan/tahanan (support/resistance). 
Dan tentu saja,  Dow
Jones Industrial Average
yang
dipantau
secara
luas
di
seluruh
dunia
adalah
hasil
langsung dari  Dow Theory.  Sumbangan
Charles
Dow dalam analisis teknikal
yang
digunakan
saat
ini
tidak dapat diabaikan.  
Perhatiannya
pada
dasar-dasar
gerakan
harga saham menciptakan metode yang benar-benar baru dalam menganalisis pasar.
Harga  suatu  saham  mencerminkan  sebuah  persetujuan  atau  konsensus  yaitu
harga   di   mana   pembeli   setuju   untuk   membelinya   dan   penjual   setuju   untuk
menjualnya.  
Harga di mana
investor
bersedia
untuk
membeli
atau
menjual
bergantung
pada
apa
harapannya.   Jika  investor
mengharapkan
harga saham
akan
naik, dia akan membelinya; jika investor mengharapkan harga saham akan turun, dia
akan  menjualnya.    
Situasi  sederhana  ini  adalah
tantangan  utama  dalam
memperkirakan gerakan harga saham karena mengacu pada harapan manusia. 
Fakta
ini membuat tidak ada sistem perdagangan yang dapat bekerja secara konsisten.
Karena faktor manusia, kita melihat banyak keputusan investasi didasarkan pada
kriteria yang tidak relevan.  
Hubungan kita dengan keluarga, tertangga, bos,
penghasilan, dan kesuksesan serta kegagalan di masa lampau, seluruhnya
mempengaruhi keyakinan, harapan, dan keputusan kita dalam melakukan investasi.
Harga
saham ditentukan oleh para
manajer investasi, pialang dan para investor
pribadi baik yang besar maupun yang kecil, baik yang kaya maupun yang ingin kaya.
Luasnya para pelaku bursa dalam industri pasar modal telah menyebabkan
ketidakpastian tetapi sekaligus menjadi faktor pemikat dalam perdagangan saham.
  
30
2.5.1.1. Elemen Harga Saham
Analisis  teknikal  didasarkan  sepenuhnya  pada  analisis  harga  dan  volume.
Elemen-elemen yang mendefinisikan harga dan volume dijelaskan di bawah ini.
1.
Open (Harga Pembukaan)
Open  adalah harga pembuka atau hargperdagangapertamuntusuatu
periode misalnya harga perdagangan pertama untuk hari ini.  
Ketika kita
melakukan analisis data harian, open khususnya penting karena ini adalah harga
konsensus setelah seluruh investor melewati satu satu hari harga penutupan
sebelumnya.
2.
High (Harga Tertinggi)
High  adalah
harga  tertinggi  atau 
harga  perdagangan 
tertinggi  untuk  suatu
periode, pada umumnya satu hari.  Ini adalah titik di mana terdapat lebih banyak
penjual
dari
pada pembeli
yang
berarti
terdapat
penjual
yang
bersedia
menjual
pada harga yang
lebih tinggi. 
High juga mencerminkan harga tertinggi di mana
pembeli bersedia membayar.
3.
Low (Harga Terendah)
Low adalah harga terendah atau harga perdagangan terendah untuk suatu periode,
pada umumnya satu hari.  Ini adalah
titik di mana terdapat lebih banyak pembeli
dibandingkan penjual yang berarti terdapat pembeli yang bersedia membeli pada
harga  yang  lebih  rendah.    Low juga  mencerminkan  harga  terendah  di  mana
penjual bersedia menerima.
4.
Close (Harga Penutupan)
  
31
Close adalah harga penutup atau harga perdagangan terakhir untuk suatu periode,
pada
umumnya
satu
hari.  
Karena ketersediaannya,  close adalah  harga  yang
paling
sering
digunakan
untuk
analisis.   
Hubungan
antara open
(harga
pembukaan) dan close (harga penutupan) dianggap cukup penting oleh sebagian
besar pemakai analisis
teknikal.   Hubungan
ini
ditekankan
dalam  candlestick
chart (grafik candlestick ).
5.
Volume (Jumlah Perdagangan)
Volume adalah jumlah saham atau kontrak yang diperdagangkan untuk suatu
periode,  pada  umumnya
harian.  
Hubungan  antara  harga  dan  volume  adalah
sangat penting misalnya kenaikan harga diikuti dengan kenaikan volume
perdagangan.
6.
Open Interest (Kontrak Terbuka)
Open interest  adalah
total
jumlah
kontrak
yang outstanding
dari  futures atau
options yaitu kontrak yang belum ditutup atau kadarluarsa. Open interest adalah
indikator yang sering digunakan.
7.
Bid (Tawar Beli)
Bid adalah harga di mana pembeli bersedia membayar untuk suatu saham.
8.
Ask (Tawar Jual)
Ask adalah harga di mana penjual bersedia untuk menerima untuk suatu saham.
2.5.1.2. Grafik dan Kecenderungan Pergerakan Saham
  
32
2.5.1.2.1. Grafik Pergerakan Saham
Dasar dari analisis teknikal adalah  chart
(grafik).   Berikut
ini
jenis-jenis grafik
yang pada umumnya digunakan dalam analisis teknikal dalam investasi saham yaitu:
1.
Line Chart (Grafik Garis)
Line chart
(grafik
garis)
adalah
jenis
grafik
yang
paling
sederhana
yang
mencerminkan titik-titik garis harga penutupan sekuritas pada suatu hari.
2.
Bar Chart (Grafik Batang)
Bar chart (grafik batang)
menampilkan
harga
pembukaan (jika
tersedia),
harga
tertinggi,
harga
terendah,
dan
harga
penutupan sekuritas
pada suatu
hari. 
Bar
chart adalah jenis grafik yang paling populer digunakan di kalangan investor.
3.
Candlesticks Chart (Grafik Batang Lilin)
Candlesticks chart
(grafik
batang lilin) menampilkan harga pembukaan, harga
tertinggi,  harga  terendah,  dan  harga  penutupan  dalam  bentuk  grafik  batang
dengan penekanan pada hubungan antara harga pembukaan dan harga penutupan
sekuritas pada suatu hari.
2.5.1.2.2. Dukungan/Tahanan dan Garis Tren
Harga
sekuritas
adalah
hasil
pertempuran
antara
bull
(banteng/pembeli)
dan
bear
(beruang/penjual).  Kegiatan
bullish” aktif pembeli menekan
harga
menjadi
lebih  tinggi  dan  kegiatan  “bearish”  aktif  penjual  menekan  harga  menjadi  lebih
rendah.    
Arah  pergerakan  harga  mencerminkan  siapa  yang  memenangkan
pertempuran. 
Di sini terjadi permintaan (demand) dan penawaran (supply) sekuritas
  
33
di  pasar 
modal 
yang  akan  membentuk 
garis  dukungan  (support)  dan 
tahanan
(resistance) yang digambarkan dalam garis tren upline, downline, atau sideways.
Garis  penawaran 
menunjukkan  jumlah  sekuritas  di 
mana  penjual  bersedia
menjual pada suatu
harga.   Ketika
harga
naik,
jumlah penjual juga
naik karena ada
lebih
banyak
penjual
yang
bersedia
menjual
pada
harga
yang
lebih tinggi. 
Garis
permintaan menunjukan jumlah sekuritas di mana pembeli bersedia membeli pada
suatu  harga.    Ketika  harga  naik,  jumlah  pembeli  turun  karena  ada  lebih  sedikit
pembeli yang bersedia membeli pada harga yang lebih tinggi.
Dalam pasar bebas, garis penawaran/permintaan selalu berubah setiap saat.  Jika
harapan
investor berubah,
garis penawaran/permintaan
juga berubah. 
Garis tahanan
yang menembus ke atas menunjukan tanda perubahan ke atas pada garis permintaan
karena ada lebih banyak pembeli yang bersedia membeli pada harga yang lebih tinggi
sedangkan garis dukungan yang tembus ke bawah menunjukan tanda perubahan ke
bawah pada garis penawaran karena ada lebih banyak penjual yang bersedia menjual
pada harga yang lebih rendah.
Jika tingkat tahanan berhasil ditembus, tingkat tersebut berubah menjadi tingkat
dukungan. 
Di sisi lain, jika tingkat dukungan berhasil ditembus, tingkat tersebut
berubah menjadi tingkat tahanan.  Hal yang sama terjadi jika harga jatuh di bawah
tingkat dukungan, tingkat tersebut sering berubah menjadi tingkat tahanan yang baru
di
mana harga sulit
menembusnya.   Ketika
harga
mendekati
tingkat dukungan yang
lalu, investor menjualnya karena investor tidak mengharapkan harga dapat naik lebih
tinggi.
  
34
2.5.1.3. Indikator Pasar Saham
Indikator adalah perhitungan matematis yang diterapkan pada harga sekuritas
dan/atau volume perdagangan.  Hasil perhitungan adalah nilai yang digunakan untuk
mengantisipasi gerakan harga di masa depan.  Indikator pasar mempertajam analisis
teknikal karena
mencakup
lebih banyak
informasi dari harga dan
volume.  Cara
yang
seharusnya
digunakan adalah
menggunakan
indikator-indikator pasar untuk melihat
arah  gerakan  pasar  secara  keseluruhan  kemudian  menggunakan  indikator
harga/volume
untuk
memperhitungkan
saat
ya ng tepat untuk membeli atau
menjual
suatu sekuritas.
Indikator
pasar
terdapat
dalam 3
(tiga)
kategori
yaitu
moneter, sentimen, dan
momentum.  
Indikator
moneter
mengacu
pada data
moneter
misalnya suku
bunga
yang
membantu
memberikan
indikasi
mengenai
kondisi ekonomi di mana bisnis
beroperasi.      Indikator   moneter   lainnya   yaitu   jumlah   peredaran   uang,   hutang
konsumen dan bisnis, dan tingkat inflasi.  Indikator sentimen mengacu pada harapan
investor sedangkan indikator ketiga
yaitu
indikator momentum
yang berfungsi untuk
mengidentifikasi pergerakan harga.
Berikut ini disajikan indikator momentum yang kami pilih sebagai alat analisis
teknikal untuk saham PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk yaitu:
1.    Accumulation/Distribution
Accumulation/distribution   adalah   indikato momentum  yang  berhubungan
dengan  perubahan  harga  dan  volume.  Indikator  ini  didasarkan  pada  asumsi
bahwa  semakin  tinggi  volume  yang  menyertai  suatu  gerakan  harga,  semakin
berarti   gerakan   harga   tersebut.      Jika 
accumulation/distribution   naik ini
  
35
menunjukan bahwa sekuritas sedang dikumpulkan karena sebagian besar volume
berhubungan dengan gerakan harga ke atas.  Jika indikator turun, ini menunjukan
bahwa sekuritas sedang didistribusikan karena sebagian besar volume
berhubungan dengan gerakan harga ke bawah.  Jika
indikator bergerak
naik dan
harga sekuritas bergerak turun maka harga sekuritas akan berbalik bergerak naik
untuk mengkonfirmasi apa yang telah ditunjukan oleh indikator ini.
2.
Bollinger Bands
Bollinger bands adalah harga cenderung berada di antara bands atas dan bawah.
Ciri berbeda dari bollinger bands adalah jarak antara bands atas dan bawah dapat
menyesuaikan diri bergantung pada volatilitas harga. 
Selama periode gerakan
harga
yang
tinggi
(volatilitas
tinggi), bands
melebar
untuk
mengakomodasi
gerakan ini. 
Selama periode gerakan harga yang rendah (volatilitas rendah),
bands menyempit untuk mengakomodasi gerakan ini.
Beberapa karakteristik bolliger bands sebagai berikut:
a.
Gerakan 
harga 
yang  tajam 
cenderung 
terjadi 
setelah  bands
menyempit
sementara volatilitas berkurang.
b. Saat harga bergerak di luar bands, kelanjutan tren ini dicerminkan.
c.
Gerakan ke atas dan ke bawah di luar bands yang diikuti oleh gerakan ke atas
dan ke bawah di dalam bands menunjukan pembalikan tren.
d. Gerakan dari satu band cenderung
menjalar ke band
yang lain.  Pengamatan
ini berguna untuk memproyeksikan target harga .
3.
MACD
  
36
MACD (Moving Average Convergence/Divergence) adalah
indikator
momentum
yang  menunjukkan
hubungan
antara dua 
moving  average  dari gerakan harga
untuk
jangka waktu
tertentu. 
MACD adalah
perbedaan
antara
moving average
eksponensial
untuk
26
hari
dan moving
average
eksponensial
untuk
12
hari.
Moving  average  eksponensial untuk 9 hari disebut dengan garis
signal  atau
trigger di gambar di atas MACD untuk menunjukkan kesempatan untuk membeli
(buy) atau
menjual
(sell).   MACD
terbukti
sangat efektif
untuk
sekuritas
yang
perdagangannya sangat aktif.  Ada tiga cara populer untuk menggunakan MACD
yaitu
crossover
(penyeberangan),
kondisi
overbought/oversold, dan
divergence
(penyimpangan).
a.
Crossovers (Penyeberangan)
Aturan perdagangan dasar dalam MACD adalah membeli ketika nilai MACD
naik di atas garis
signalnya dan
menjual ketika nilai
MACD
turun
di
bawah
garis signalnya.  Juga populer untuk membeli atau menjual ketika nilai MACD
bergerak di atas atau di bawah nilai nol.
b. Kondisi Overbought/Oversold
MACD juga berguna sebagai
indikator
overbought/oversold. Ketika
moving
average  yang lebih pendek
tertarik 
menjauh  secara  drastis  dari  moving
average  yang
lebih 
panjang 
yaitu  MACD
naik, 
ini 
menunjukkan 
harga
sekuritas overbought
dan akan segera turun ke tingkat
yang
lebih realistis.
Dan sebaliknya,  kondisi  overbought/oversold berbeda dari satu sekuritas ke
sekuritas yang lain.
c.
Divergence (Penyimpangan)
  
37
Tanda
bahwa
suatu
tren
akan
berakhir
ditunjukkan dengan penyimpangan
antara 
gerakan
MACD
dan  gerakan  harga.    Penyimpangan
bearish terjadi
ketika MACD membuat harga
terendah baru tetai
harga
gagal
mencapai
harga
terendah baru.  Penyimpangan  bullish terjadi ketika MACD
membuat
harga
tertinggi baru tetapi harga gagal mencapai harga tertinggi baru.  
Kedua
penyimpangan ini menjadi sangat berarti ketika mereka terjadi pada kondisi
overbought/oversold.
4.
Momentum
Indikator momentum mengukur perubahan harga sekuritas selama jangka waktu
tertentu. 
Indikator ini
menampilkan
rate of change (laju perubahan) dari
harga
sekuritas dalam bentuk rasio.  Kita dapat membeli ketika indikator mencapai titik
paling bawah kemudian berbalik bergerak naik dan menjual ketika indikator
mencapai
titik
paling
atas
kemud ian  berbalik  bergerak  turun.    Jika  indikator
momentum mencapai nilai sangat tinggi atau sangat rendah relatif terhadap nilai-
nilai sebelumnya, kita dapat mengharapkan tren yang sedang terjadi akan
berlanjut.   Ketika pasar
mendekati puncaknya, indikator
momentum
akan naik
secara tajam kemudian jatuh sedangkan ketika pasar mendekati lembahnya,
indikator momentum akan turun secara tajam kemudian bergerak ke atas.  Kedua
situasi tersebut menghasilkan penyimpangan antara indikator dan harga.
5.
Moving Average
Moving
average
adalah
indikator
yang
menunjukan
harga
rata-rata dari harga
sekuritas
selama
jangka
waktu tertentu.   Ketika
menghitung
moving
average,
  
38
analisis
matematis
dari
harga
rata-rata sekuritas selama jangka waktu tersebut
dibuat.
Ada  lima  jenis  moving av erage yang  populer  yaitu  sederhana  disebut  juga
sebagai
aritmetik, eksponensial,  triangular,
variabel, dan  weighted (terberati).
Moving
average
dapat dihitung dengan menggunakan segala macam rangkaian
data   misalnya   harga   pembukaan,   harga   tertinggi,   harga   terendah,   harga
penutupan, volume, atau bahkan indikator- indikator yang lain.
Satu-satunya
perbedaan
antara
lima jenis
moving average tersebut adalah berat
yang   diberikan   untuk   data-data   yang   ada.     
Moving   average   sederhana
memberikan berat
yang sama
untuk semua data.  Moving average eksponensial
dan weighted
memberikan
berat
yang
lebih
banyak
untuk
data-data
saat
ini.
Moving average triangular memberikan berat yang lebih banyak untuk data-data
yang
berada
di
tengah
sedangkan 
moving
average
variabel
mengubah berat
berdasarkan volatilitas harga.
6.
On Balance Volume
On
balance
volume adalah
indikator
momentum yang
menghubungkan
volume
ke perubahan harga yang terjadi.  
Indikator ini menunjukan apakah volume
mengalir
ke
dalam atau
ke
luar
dari
sekuritas. 
Ketika
sekuritas
menutup
lebih
tinggi   daripada   harga   penutupan   sebelumnya,   volume   pada   hari   tersebut
dianggap
naik
(up-volume). 
Ketika sekuritas menutup lebih rendah daripada
harga pentutupan sebelumnya, volume pada hari tersebut dianggap turun (down-
volume).
On balance volume berada dalam
tren
naik ketika setiap puncak baru
lebih
tinggi
daripada
puncak
sebelumnya dan setiap
lembah
baru
lebih
tinggi
  
39
daripada lembah sebelumnya.  Sebaliknya, on balance volume berada dalam tren
turun ketika setaiap puncak baru lebih rendah daripada puncak sebelumnya dan
setiap  lembah  baru  lebih  rendah  daripada  lembah  sebelumnya.    Ketika  on
balance
volume bergerak
ke
samping
dan
tidak
membuat
harga
tertinggi
baru
secara
berurutan
dan
tidak
membuat
harga
terendah
baru
secara berurutan,
ini
adalah tren yang meragukan.
7.
Performance
Indikator performance
menampilkan
unjuk
kerja
harga
sekuritas
dalam
persentase.   
Indikator ini kadang-kadang
disebut
sebagai
grafik
yang
dinormalisasi.  
Indikator performance
menampilkan
persentase
dari
seberapa
banyak harga sekuritas telah naik sejak sekuritas tersebut pertama kali
ditampilkan.  
Sebagai
contoh,
jika
indikator performance
adalah
10,
ini
menunjukan bahwa harga sekuritas telah naik 10% sejak sekuritas tersebut
pertama kali ditampilkan pada sisi kiri dalam grafik.  Jika indikator performance
adalah
-10,
ini
menunjukan
harga
sekuritas
telah
turun
10%
sejak
sekuritas
tersebut pertama kali ditampilkan.
8.
Relative Strength Index
Relative  strength  index  adalah osilator yang mengikuti harga yang berjarak
antara
0
dan
100. 
Cara
populer
untuk
menggunakan
relative strength index
adalah  melihat  pada  penyimpangan  ketika  sekuritas  membuat  harga  tertinggi
baru tetapi relative strength index gagal melampaui
harga tertinggi sebelumnya.
Peyimpangan
ini adalah tanda
dari
pembalikan yang
tertunda.   Ketika relative
strength index berbalik arah ke bawah dan turun di bawah lembah sebelumnya,
  
40
ini
disebut
sebagai
menyelesaikan failure
swing
yang
berarti
konfirmasi
dari
pembalikan yang tertunda.
9.
Stochastics Oscilllator
Stochastics oscillator
membandingkan antara
harga penutupan
pada suatu
saat
dan
jangkauan
harga
selama
jangka
waktu
tertentu.  
Stochastics oscillator
ditampilkan sebagai dua garis yaitu garis utama disebut sebagai %K dan garis
kedua disebut sebagai %D yaitu mov ing average dari garis %K.  Garis %K pada
umumnya ditampilkan sebagai garis utuh dan garis %D pada umumnya
ditampilkan sebagai garis terputus-putus.
Ada beberapa cara untuk menjelaskan stochastic oscillator dengan menggunakan
tiga metode yang populer yaitu:
a.
Membeli ketika
oscillator, garis %K atau
garis %D,
turun di bawah
tingkat
tertentu
misalnya
20 dan kemudian
naik
ke
atas
tingkat
tersebut.  
Menjual
ketika oscillator naik ke atas tingkat tertentu misalnya 80 dan kemudian turun
di bawah tingkat tersebut.
b. Membeli ketika garis %K naik ke atas garis %D dan membeli ketika garis %K
turun di bawah garis %D.
c.
Melihat penyimpangan sebagai contoh ketika harga membuat rangkaian harga
tertinggi  baru  sementara  stochastic oscillator gagal 
melampaui  nilai- nilai
tertinggi sebelumnya.
10.  Volume
Volume adalah jumlah saham atau kontrak yang diperdagangkan selama jangka
waktu tertentu misalnya jam,
hari,
minggu, bulan, atau yang
lainnya.   Analisis
  
41
volume adalah analisis yang sangat dasar tetapi sangat penting untuk analisis
teknis.  Volume menyediakan tanda-tanda intensitas dari gerakan harga.  Volume
yang rendah adalah ciri-ciri
dari
harapan
yang
tidak
menentu
yang
umumnya
terjadi selama periode konsolidasi yaitu periode di mana harga bergerak ke
samping  dalam  fase  perdagangan.    Volume  yang  rendah  juga  sering  terjadi
selama periode
tidak
menentu pada bawah pasar.   Volume
yang tinggi
adalah
ciri-ciri  dari  atas  pasar  di  mana  ada  harapan  yang  kuat  bahwa  harga  akan
bergerak lebih tinggi
lagi.   Volume
yang tinggi
juga sangat
umum terjadi pada
awal tren yang baru yaitu ketika harga menembus jangkauan perdagangan.
Sebelum bawah pasar, volume sering naik karena penjualan yang didasari oleh
rasa panik.  Volume dapat membantu kita memperhitungkan kesehatan tren yang
ada. 
Tren ke atas
yang  sehat seharusnya mempunyai
volume
lebih tinggi pada
arah
ke
atas
dan
volume
lebih
rendah
pada
arah
ke bawah
(koreksi) sedangkan
tren ke
bawah yang
sehat
umumnya
mempunyai
volume
lebih tinggi
pada arah
ke bawah dan volume lebih rendah pada arah ke atas (koreksi).
2.5.2.
Analisis Fundamental
Menurut (Bodie,
Kane
and
Marcus,
2005,
pp
377),
analisis
fundamental
menggunakan prospek/proforma pendapatan dan dividen suatu perusahaan, perkiraan
tingkat
bunga di
masa
yang akan datang dan penilaian risiko dari suatu perusahaan
untuk menentukan harga saham yang wajar.
Sebelum 
melakukan 
investasi 
saham  suatu  perusahaan,  sebaiknya  investor
melakukan  analisis  fundamental  terhadap  perusahaan  emiten  yang  bersangkutan
  
42
untuk
memperoleh
nilai
intrinsik
saham
yang
wajar.
Adapun
analisis
fundamental
diantaranya menggunakan data analisis laporan keuangan dalam menghitung nilai
intrinsik saham perusahaan. Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik
merupakan sumber informasi yang sangat penting bagi investor dalam melakukan
analisis
fundamental.
Laporan
keuangan, yang terdiri dari neraca, laporan rugi laba,
laporan
kepemilikan
modal
dan
laporan
arus
kas, menggambarkan
aspek-aspek
fundamental perusahaan yang bersifat kuantitatif.
Analisis fundamental adalah satu bentuk analisis
mikro yang
menerapkan model
penilaian
dasar.
Dalam
pendekatan
ini,
dibuat juga
perkiraan
mengenai
nilai
hakiki
setiap saham yang ditentukan sesuai dengan aspek fundamental seperti laba per
saham, dividen
per
saham,
struktur permodalan,
potensi pertumbuha n dan prospek
usaha perusahaan.
Untuk
melakukan
analisis
fundamental
dengan
pendekatan top-down, perlu
ditentukan
nilai
yang akan
datang
(future
value)
dari
agregat pasar
saham dengan
basis
penjualan,
pendapatan
dan
faktor
risiko. Kemudian diikuti dengan analisis
industri dan nilai dari saham individual suatu perusahaan.
Analisis fundamental juga sering disebut dengan analisis perusahaan karena
menggunakan data keuangan perusahan yang telah lewat dalam membuat laporan pro
forma  dan  menghitung 
nilai 
intrins ik  saham.  Di  dalamnya  menyangkut  analisis
tentang  kekuatan  dan  kelemahan  dari  perusahaan,  bagaimana  kegiatan
operasionalnya, dan juga bagaimana prospeknya di masa yang akan datang.
  
43
2.5.2.1. Cost of Capital
Dalam
menghitung
nilai
intrinsik
saham
suatu
perusahaan, diperlukan
pendiskontoan nilai arus kas di masa yang akan datang dengan tingkat diskonto yaitu
biaya modal atau
cost of capital yang digunakan dalam model penilaian saham. Cost
of capital adalah tingkat
imbal hasil yang diharapkan dapat diperoleh para  investor
atas investasi sahamnya yang terbaik dengan tingkat risiko tertentu.
Tingkat diskonto yang digunakan dalam model penilaian harus bertujuan untuk
menghitung nilai waktu uang dan risiko investasi. Pada umumnya, para investor tidak
menyukai ketidakpastian dalam berinvestasi saham. 
Oleh karena
itu, para
investor
berminat atas investasi yang berisiko tinggi dengan kompensasi perolehan tingkat
imbal hasil yang tinggi pula. Untuk mengidentifikasikan tingkat perusahaan emiten
yang
dipertimbangkan
berisiko,
dapat
digunakan
model
penilaian
Capital Asset
Pricing Model (CAPM) dan didasarkan atas ukuran perusahaan tersebut.
CAPM  yang  dikemukakan  oleh  Hary Markowitz
mengatakan  bahwa  tingkat
imbal   hasil   yang   diharapkan   dari   saham   suatu   perusahaan   (r
e
)   atau   secara
ekuivalennya adalah
cost
of
equity
capital perusahaan
diperoleh
dari
rumus sebagai
berikut:
r
e  
=
r
f
+
ß
(r
m
-
r
f
)
di
mana,
r
f
adalah
tingkat
imbal
hasil
yang bebas
risiko
atas
obligasi
seperti
tingkat
bunga
sertifikat
Bank
Indonesia.
ß
adalah
beta/risiko perusahaan yang mengukur
sensitivitas tingkat
imbal hasil perusahaan terhadap tingkat
imbal hasil
pasar saham
gabungan. r
m
adalah tingkat imbal hasil yang diharapkan dari portofolio pasar saham,
biasanya dihitung dari
indeks harga saham gabungan (IHSG).  Market return -
Risk
free rate
(r
m
-
r
f
)
merupakan premi
risiko
(premium
risk),
gabungan
dari beberapa
risiko fundamental sekuritas (internal risk ), yang mempengaruhi nilai intrinsik suatu
saham  yaitu  risiko  bisnis,  risiko  finansial,  risiko  likuiditas,  risiko  nilai  tukar  dan
country risk. Sedangkan external market risk atau risiko sistematis akan dipengaruhi
oleh variabel-variabel ekonomi makro suatu negara seperti pertumbuhan ekonomi,
inflasi, jumlah uang beredar, maupun fluktuasi tingkat bunga umum.
  
44
Cost of equity capital ini digunakan sebagai
tingkat diskonto untuk
menghitung
nilai  arus  kas  untuk  ekuitas  (Frecasflotequity)  bagi  perusahaan  yang
umumnya tidak memiliki pinjaman dari pihak luar.
Bila  investor  tertarik  untuk  menentukan  nilai  suatu  perusahaan  selain  nilai
ekuitas perusahaan maka perlu dipertimbangkan pula cost of non-equity capital yaitu
cost
of
debt 
dan
cost
of
preferred
stock .
Dalam
model
penilaian
arus
kas
untuk
perusahaan yang umumnya dibiayai oleh debt (Free cash flow to the firm ) digunakan
tingkat diskonto
yaitu Weighted
Average Cost of  Capital
(WACC)
yang
diperoleh
dari  penjumlahan  perkalian  bobot 
masing- masing  komponen  (debt, equity dan
preferred stock) dengan biayanya.
WACC = W
d
x
r
d
(1-tax)
+
W
cs
x
r
e  
+
W
ps
x
r
ps
2.5.2.2. Valuation Models
Penilaian aset terhadap suatu perusahaan memegang peranan penting dalam
berbagai area keuangan.
Menurut
Aswath
Damodaran
dalam
buku
Damodaran on
Valuation”, terdapat empat pendekatan model penilaian yaitu: Asset Based Valuation,
Discounted cash-flow
valuation, relative valuation
dan
contingent claim
valuation.
Pendekatan
Asset
Based
Valuation
adalah
penilaian
asset
perusahaan
berdasarkan
nilai likuidisasi perusahaan atau  replacement cost . Pendekatan discounted cash-flow
valuation
berhubungan dengan penilaian suatu aset terhadap suatu nilai sekarang
(present
value)
dari
nilai
yang
diharapkan
di
masa yang
akan
datang.
Dimana
perhitungan untuk pendekatan ini dibagi dalam 2 tahap perhitungan, yaitu:
1.
Basis for approach
Pendekatan
ini
berhubungan
dengan
nilai
sekarang
suatu
aset,
dimana
didalamnya terdapat nilai dimasa yang akan datang.
  
45
t
Value
t   n    
CF
t
t
1   r
2.
Equity valuation versus firm valuation
Pendekatan  ini  didapat  dari  hasil  perhitungan
expected cash
flows to equity
(pengurangan cash flow setelah dikurangi beban-beban, pajak obligasi dan bunga
serta pembayaran pajak) melalui cost of equity.
Value of
equity
PV of cash flow to equity
t  n  C
F
to equity
t
1
1
r
e
Setelah   didapat   nilai   tersebut,   barulah
menghitung   nilai   sekarang   suatu
perusahaan  dengan  mendiskontokan  cash flow dimasa  mendatang  terhadap 
nilai
pengharapan arus kas dari perusahaan.
Value of
firm
t  n   C
F
to firm
t
t
1
WACC
Jadi,
menurut
Aswath
Damodaran, disimpulkan bahwa penilaian saham dapat
dilakukan melalui metode arus kas sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:
  
46
Tabel 2.1. Discounted Cash Flow Valuation Models
Cash
Flow
Dividends
Expected Dividends to 
Stockholders
Cashflows  to  Equity
Net  Income 
-
(1 -   )  (Capital Exp. - Deprec’n)
-
(1 -   )
Change in
Work. Capital
=
Free Cash flow to
Equity
(FCFE)
[   = Debt Ratio]
Cashflows
to
Firm
EBIT  (1 - tax
rate) 
-
(Capital
Exp . - Deprec’n)
-
Change in
Work.
Capital
=
Free Cash flow to
Firm
(FCFF)
& A
Discoun t
Rate
Cost
of
Equity
Basis: The riskier the investment, the greater
is the cost of equity.
Models:
CAPM : Riskfree
Rat e
+
Bet a
(Risk  Premium) 
APM :
Riskfree Rat e
+
Bet a
j
(Risk  Premiu m
j
):
n
factors
Cost o f Capital
WACC
=
k
e
(
E
/
(D+E))
+
k
d
(
D/(D+E))
k
d
=
Current
Borrowing Rate 
(1 - t) 
E,D : Mkt Va l o f Equit y an d
Debt
Seorang
investor/analis
keuangan
dapat
menggunakan
salah
satu
dari
metode
arus kas di atas dengan asumsi kondisi bisnis perusahaan stabil atau  two stage atau
three stage atau n-stage.
Di
sini
kami akan
menggunakan
model Free Cash Flow to the
Firm (FCFF)
untuk menentukan nilai intrinsik saham PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk dimana
didalamnya 
terdapat  pembiayaan 
dari 
pihak 
luar  seperti 
hutang 
bank, 
hutang
hubungan
istimewa
dan
obligasi.
Perbandingan
nilai
intrinsik
saham
PT Wahana
Ottomitra Multiartha Tbk dengan nilai pasar sahamnya akan menghasilkan keputusan
apakah harga saham overvalued (sell) atau harga saham undervalued (buy).
Pendekatan relative
valuation  adala h pendekatan dengan
menggunakan rasio-
rasio seperti PER, PEG,
Price to book value dan Price to Sales  sebagaimana yang
  
47
dijelaskan pada bagian berikut ini. Kami akan menggunakan Price Earning Ratio dan
Price
to
Sales
(Price
to
Revenue)
dalam
penilaian
saham
PT Wahana Ottomitra
Multiartha
Tbk
karena
rasio-rasio tersebut  reasonable
dan
sesuai
untuk
digunakan
bagi perusahaan jasa pembiayaan.
Pendekatan contingent
claim
valuation terdiri dari option
to
delayoption to
expand dan option to liquidate. Pendekatan
ini biasanya digunakan bagi perusahaan
yang berhak
menunda keputusan investasi, perusahaan muda yang berhak melakukan
perluasan usahanya dan perusahaan yang berhak melikuidasi perusahaan akibat
permasalahan
mendasar
dengan
hutangnya.  Menurut kami,
pendekata n ini kurang
tepat untuk menilai harga wajar saham PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk.
2.5.2.3. Valuation Ratios
Pada bagian 2.4. telah dibahas mengenai analisis rasio keuangan agar data
keuangan suatu perusahaan dapat dibandingkan antar tahun dan
antar perusahan di
sektor industri yang sama. Sedangkan rasio penilaian di sini disebut juga sebagai
pendekatan  relative valuation membantu  investor agar  dapat  membuat  penilaian
suatu  saham  perusahaan  emiten  secara  cepat  dari  harapan  tingkat  pengembalian
(future growth and
profitability) yang
dibentuk ke
arah
harga
saham
perusahaan
di
pasar modal saat ini. Adapun rasio penilaian saham terdiri dari: (Menurut Lundholm
and Sloan, 2004, pp 209)
Market to book ratio (Price to book value ratio) = Current market value of equity
/
book value of equity from the most recent financial statements
  
48
Bila P/B value suatu perusahaan di bawah rata-rata
sektor
industrinya
maka
menandakan kesempatan bagi para investor untuk membeli saham perusahaan
tersebut; dan begitupula sebaliknya.
Price to
earnings
ratio
=
Current
market
price
per
share
/
the
forecasted
net
income for next year
Bila 
PER 
suatu 
perusahaan 
di 
bawah 
rata-rata   sektor   industrinya   maka
menandakan harga saham tersebut murah untuk dibeli oleh para investor; dan
begitupula
sebaliknya. Nilai PER sangat
reasonable
daripada
rasio
lainnya
dan
dipengaruhi  oleh  pertumbuhan  dividen,  rasio  pembayaran  dividen  dan
berbanding terbalik dengan tingkat imbal hasil yang diharapkan dari saham suatu
perusahaan (r
e
).
Price-earnings to growth ratio = Price to earnings ratio / (Earnings growth x 100)
Bila  saham  dengan  PEG  rasio  di  bawah  1  maka  dipertimbangkan  harganya
murah (undervalued) dan saham dengan PEG rasio lebih dari 1 dipertimbangkan
harganya mahal (overvalued).
Price to sales ratio = Current market price per share / the forecasted total revenue
for next year
Bila P/S ratio suatu perusahaan di bawah rata-rata sektor industrinya maka harga
saham undervalued dan saatnya membeli saham tersebut; dan begitupula
sebaliknya.
  
49
2.5.2.4. Financial Shenanigans
Menurut  (Schilit,  2002,  pp  24),
financial  shenanigans  adalah tindakan yang
secara
sengaja
melakukan
penyimpangan kinerja perusahaan dan kondisi
keuangan
yang dilaporkan perusahaan kepada para investor dan stakeholders lainnya. Financial
shenanigans diidentifikasikan menjadi tujuh kategori yaitu:
Recording revenue too soon or of questionable quality
Recording bogus revenue
Boosting income with one-time gains
Shifting current expense to a later or earlier period
Failing to record or improperly reducing liabilities
Shifting current revenue to a later period
Shifting future expenses to the current period as a special charge
Menurut (Schilit, 2002, pp 24), penemuan financial shenanigans dapat dilakukan
secara kualitatif (melalui laporan auditor, catatan atas laporan keuangan, memo dari
presiden eksekutif perusahaan dan liputan media) dan secara kuantitatif (quick search
dan comprehensive analysis). Quick Search untuk financial shenanigans diantaranya:
Pertumbuhan
laba
lebih
cepat
daripada arus
kas
yang diperoleh
dari kegiatan
operasi
Pertumbuhan atas hutang melebihi pertumbuhan piutang dalam persentase.
Pertumbuhan atas piutang melebihi pertumbuhan pendapatan dalam persentase.
  
50
Persentase
penyisihan
piutang
tak
tertagih dari
total
piutang
yang
outstanding
berfluktuasi dari tahun ke tahun tanpa diikuti dengan perubahan jumlah
pelanggan.
Marjin laba kotor dalam nilai mata uang dan persentase terjadi peningkatan atau
penurunan drastis.
Perubahan struktur organisasi tingkat eksekutif, auditor dan konsultan hukum.