54
BAB 5
RINGKASAN SKRIPSI
Kebudayaan
memegang peranan
yang
sangat penting di dalam kehidupan tiap -
tiap suku bangsa termasuk di dalam kehidupan Bangsa Jepang. Salah satu unsur yang
cukup
menonjol
di
dalam sebuah
sistem kebudayaan
adalah
sistem
religi.
Dalam
kehidupannya,
bangsa
Jepang
telah
mengenal
sistem religi
tradisional
mereka
yang
dinamakan sebagai   Shinto. Salah satu poin penting dalam kepercayaan Shinto adalah
adanya
sebuah
pengakuan
terhadap
keberadaan
roh
-
roh
leluhur
dimana
roh
-
roh
leluhur tersebut sangat dihormati dan dianggap dapat memberkati dan menolong orang
orang yang masih hidup di dunia. Adanya anggapan seperti ini menyebabkan orang
Jepang sangat menghormati roh - roh leluhur keluarga yang telah meninggal dan sering
kali mengadakan berbagai ritual khusus untuk melakukan penyembahan dan
penghormatan terhadap roh -
roh leluhur tersebut. Pemujaan terhadap leluhur ini
berkembang menjadi sangat penting didalam sistem religi dan kehidupan bangsa Jepang.
Oleh
karena
itu
dapat
dikatakan
sejak
zaman kuno Shinto telah menjadi bagian dari
pandangan hidup orang Jepang. Tidaklah heran mengapa Shinto dikenal dengan sebutan
hati dari masyarakat Jepang.
Kata Shinto bila ditelusuri mempunyai arti kami no michi atau jalan kami. Istilah
kami sebenarnya merujuk pada penghormatan untuk jiwa ( roh ) yang mulia, suci, yang
memiliki implikasi pada makna memuja, kebajikan dan otoritas mereka.
Salah satu penegasan atau praktek dari Shinto adalah matsuri. Istilah matsuri bila
diterjemahkan
kedalam
bahasa Indonesia artinya adalah festival.
Matsuri
adalah
suatu
kegiatan
ritual
atau
upacara
yang
diyakini
atau
dipercayai
dalam
konteks
pemujaan
  
55
leluhur, pemujaan terhadap alam semesta dan perayaan untuk memohon dan
memanjatkan    rasa    syukur    atas    kemakmuran    dan    keselamatan    pada    yang
diyakini.  Upacara pemujaan
leluhur
ini dilakukan dengan menitikberatkan pada segala
kekuatan yang tidak dimiliki oleh manusia biasa.
Pemujaan
leluhur
merupakan
bagian
dari sistem keyakinan orang
Jepang
yang
salah
satu
wujud konkritnya
adalah
upacara urabon
atau
lebih dikenal
sebagai obon.
Tradisi obon masuk ke Jepang seiring dengan masuknya agama Budha ke Jepang. Smith
(
1974:16
), mengemukakan
bahwa
upacara
ini
masuk
ke Jepang
pada abad
ketujuh
melalui
Cina dan Korea. Ketika
mulai
menyebar
di
Jepang, bentuk
upacara
ini
sudah
merupakan
hasil
sinkretisme
dari
budaya -
budaya
yang
dilewatinya. Sehingga
ketika
sampai di Jepang didalamnya telah terkandung unsur - unsur Hindu, Buddha, Taoisme,
Confusianisme  ditambah  dengan  akulturasi  kepercayaan  agama  Shinto.  Ada  banyak
versi
tentang asal - usul
upacara obon,
namun cerita tentang Mokuren
lah
yang satu -
satunya  diterima sebagai asal - usul upacara obon.
Urabon
ataupun
obon 
berasal
dari
istilah
di
dalam bahasa
sansekerta
yaitu
avalambana
yang
berubah
laval
menjadi ullambana.
Istilah
pemujaan
leluhur
dalam
bahasa  Jepang  disebut  sosen suhai.    Secara  harafiah  sosen dapat  diartikan  sebagai
leluhur dan sosen suhai ini berarti memuja leluhur.  Pada perkembangannya selanjutnya
upacara obon ini kemudian memegang peranan penting sebagai salah satu upacara yang
paling spiritual bagi tiap tiap masyarakat Jepang
untuk
melakukan pemujaan terhadap
leluhur mereka yang telah meninggal.
Obon merupakan
bagian
dari
matsuri. Obon matsuri 
merupakan
ekspresi dari
ajaran  Shinto. 
Hal 
tersebut 
dapat  kita 
lihat 
dari 
berbagai 
sesajian 
yang 
mereka
persiapkan
dan
ritual
-
ritual
yang
ada dalam
upacara
obon.
Dalam
sesajian
mereka
  
56
mengganggap bunga - bunga obon yang dipetik dari bukit atau gunung, sayur - sayuran
segar, sake, mochi dan dupa adalah sangat penting. Menurut pandangan ajaran Shinto,
mereka mempercayai bahwa roh -
roh nenek moyang
mereka akan memasuki bunga
bunga obon ini agar dapat menemukan jalan untuk pulang ke rumah mereka. Mentimun
mereka buat menyerupai kendaraan yang biasa disebut dengan Kyuuri-uma
.
Kyuuri-uma
ini
menurut
kepercayaan Shinto adalah
kendaraan
yang dibuat
bagi
roh -
roh
leluhur
yang akan digunakan ketika roh - roh
leluhur ini datang dan pergi dari
rumah dengan
membawa sesajian menuju dunia
lain. Yang biasa terdapat dalam ritual
upacara Obon
adalah:
1.   Kusaichi
2.   Bon Michi
3.   Bondoro
4.   Shoryoudana
5.   Bon Odori
6.   Bon Bana Mukae
7.   Mukaebi
8.   Okuribi
9.   Shoryoubune
10. Segaki
Masing-masing  ritual  berkaitan  erat  dengan  kepercayaan  asli  rakyat  Jepang  yaitu
Shinto.
Festival
obon
matsuri
ini 
umumnya
dilaksanakan
pada
musim panas.
Dalam
pelaksanaan upacara obon
ini
waktu dan
ruang
akan
berbeda -
beda
bergantung dari
daerah
masing -
masing
yang menyelenggarakan. Ada
yang melaksanakan
hanya pada
  
57
tanggal 14 - 15 Juli atau Agustus, dan ada pula yang memulainya sejak tanggal 13 Juli
atau Agustus. Pada
masa obon,
akan terjadi arus penduduk yang mengalir dari daerah
perkotaan menuju daerah pedesaan atau kota - kota kecil. Para penduduk ini datang ke
daerah
dari
mana
mereka berasal
untuk
ikut
merayakan
obon
matsuri.
Dewasa
ini
perayaan obon matsuri fungsinya dirasakan lebih bagi orang - orang Jepang yang masih
hidup dibandingkan bagi arwah - arwah yang telah meninggal.
Oleh
karena didukung oleh kepercayaan masyarakat Shinto yang masih kuat
dalam kehidupan
masyarakat
Jepang,
hingga saat
ini dalam
perkembangan selanjutnya
ditengah kehidupan masyarakat Jepang yang modern, obon matsuri tetap menjadi bagian
dari ritual dan budaya yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Jepang.