53
Bab 5
Ringkasan
Agama-agama
yang ada di
Jepang
mempunyai sejarah yang panjang. Shinto adalah
agama asli Jepang. Agama Budha masuk ke Jepang pada abad ke-6 dan agama Kristen
disebarkan oleh Francis Xavier.
Shinto, Budha dan
Kristen
adalah tiga
agama
utama di
Jepang. Kebanyakan orang
menerima
ketiga
agama
tersebut.
Ritual
Shinto
digunakan dalam
hal-hal
seperti
pernikahan, pembaptisan dan kelahiran. Sedangkan ritual Budha lebih dipakai untuk hal-
hal yang menyangkut kematian.
Ada
dua
karakteristik
yang
sangat terlihat
dalam agama
di
Jepang.
Orang
Jepang
sangat setia kepada ritual-ritual tradisional agama mereka seperti halnya semua orang di
dunia.
Di
sisi
lain,
sebagian
besar
dari
orang-orang yang
sama,
yang
tidak
pernah
berpikiran
untuk
tidak
mengunjungi kuil dalam perayaan tahun baru,
mengaku sebagai
mushinsha yang dapat diartikan sebagai orang yang tidak percaya.
Agama
di
Jepang
tidak
terlalu
dianggap
penting,
tetapi
pengaruhnya terhadap
kebudayaan Jepang
sangatlah
besar.
Oleh
karena
itu,
penulis
tertarik
untuk
meneliti
pengaruh
agama
asli
Jepang, Shinto,
di
dalam kebudayaan Jepang, khususnya
dalam
sumo, sebuah olahraga tradisional Jepang.
Shinto
adalah
kepercayaan
animistis
berdasarkan harmoni
di
antara
dewa,
roh,
manusia dan alam. Berbeda dengan agama lain, Shinto tidak
memiliki penemu maupun
kitab
suci.
Akan
tetapi,
terdapat
beberapa
catatan
yang
dipercaya
sebagai
dokumen
sejarah agama Shinto, seperti Kojiki (
???
), Nihon Shoki (
????
), Kujiki (
???
),
Kogoshui (
????
) dan Engi Shiki (
???
).
|
54
Para
penganut
Shinto
menyembah
kami
(dewa). Mereka
menganggap semua
makhluk
memiliki
roh
sehingga
semua
makhluk dapat dikatakan sebagai
kami.
Ritual
dan
upacara
Shinto
bertujuan
untuk
menghalau datangnya
kesialan.
Shinto
memiliki
empat konsep di dalam penyembahan, yaitu penyucian (harai), persembahan (shinsen),
doa-doa (norito) dan perjamuan simbolik (naorai).
Selain matsuri,
sebuah
pertandingan olah
raga
juga
bisa
menarik
suporter
dalam
jumlah
yang
tidak
kalah
besar
di
Jepang.
Sumo
(
??
)
merupakan
olahraga
saling
dorong-mendorong antara
dua
orang pegulat
sumo
yang
disebut
sumotori
(
????
)
dan sudah
ada
sejak
2000
tahun
yang
lalu.
Sumo
dianggap sebagai sebuah olahraga
profesional pada permulaan zaman Edo (1600-1868).
P.L Cuyler mengatakan bahwa sumo dipertunjukkan sebagai bagian dari ritual Shinto.
Bukti bahwa sumo
memiliki
asal
usul
yang
berbau
keagamaan adalah sumo
diadakan
sebagai bagian dari perayaan festival di kuil Budha dan Shinto di seluruh Jepang seperti
karasu zumo dan hitori zumo (sumo perorangan).
Orang-orang
yang
memegang peranan penting di
dalam sebuah pertandingan sumo
adalah sumotori (pegulat), gyoji (wasit), shinpan (juri) dan yobidashi (penyelenggara).
Dohyo (
??
)
merupakan arena bertanding sumo. Dohyo dibuat dari campuran tanah liat
yang
dikeraskan dengan
pasir
yang
disebarkan di
atasnya.
Dohyo
dibongkar
setelah
pertandingan selesai dan dohyo yang baru harus selalu dibangun untuk setiap turnamen.
Upacara-upacara
ritual merupakan ciri khas sumo. Adapun upacara-upacara itu
terdiri
dari
dohyo-matsuri,
dohyo-iri (upacara
memasuki ring),
shikiri
(ritual
sebelum
pertandingan),
yumitori-shiki
(upacara
memutar
busur)
dan
danpatsu-shiki (upacara
pemotongan rambut).
|
55
Kostum di dalam sumo dapat dibagi menjadi dua, yaitu kostum untuk sumotori dan
gyoji.
Tata
rambut
sumotori
juga
termasuk
bagian
di
dalam
kostum.
Kostum untuk
sumotori terdiri dari mawashi, keshomawashi dan kostum yokozuna.
Dohyo-matsuri adalah ritual yang mengikuti tradisi shinji-zumo, sebuah ritual sumo
tua yang berasal dari zaman Kofun (200 S.M-552 M). Pengaruh Shinto dapat dilihat dari
makna
dohyo-matsuri
itu
sendiri,
yaitu
menyucikan. Di
dalam
konsep
penyembahan
Shinto
juga
terdapat
penyucian (harai).
Harai
juga
dilakukan dengan
tujuan
untuk
menghilangkan hal-hal
yang
dianggap kotor dan jahat. Penyucian
adalah
bagian
dasar
dari kepercayaan Jepang dan mempengaruhi sistem Shinto. Selain itu sama seperti salah
satu konsep
penyembahan Shinto,
juga
dipanjatkan doa-doa kepada
dewa-dewa surga
dan bumi yang bertujuan untuk meminta perlindungan dari kesialan dan bencana.
Dohyo-matsuri
identik dengan jichin sai, sebuah ritual Shinto yang bertujuan untuk
menenangkan
roh-roh
yang
ada
di
dalam
tanah. Taiko
(
??
)
yang
digunakan
ketika
ritual berakhir berfungsi sebagai pemanggil kami.
Dohyo-iri adalah upacara memasuki ring. Pengaruh Shinto terlihat pada soroi-bumi,
sebuah kebiasaan sumotori yaitu
menghentakkan kaki. Hal ini berasal dari
mitos Shinto
di mana para kami mencoba untuk menarik keluar dewi Amaterasu yang bersembunyi di
dalam sebuah gua yang bernama Ama-no-Iwato. Suara yang membuat Amaterasu keluar
dari
gua
menyerupai suara
yang
dihasilkan
oleh
soroi-bumi.
Tujuannya adalah
untuk
mengusir
roh-roh yang jahat dan sekaligus menunjukkan kekuatan sumotori yang akan
bertanding.
Tepukan tangan yang dilakukan dalam
dohyo-iri
bertujuan
untuk
menarik
perhatian kami dan juga merupakan tanda bahwa jiwa dan raga seorang sumotori telah
disucikan.
|
56
Shikiri
adalah
sebuah
ritual
yang
dilakukan
sebelum
pertandingan. Konsep
Shinto
mengenai harai (penyucian) sangat jelas terlihat di dalam shikiri. Selain tepukan tangan,
untuk penyucian juga digunakan air dan garam. Misogi (penyucian dengan air) terdapat
di dalam bagian ke dua shikiri.
Seperti
penggunaannya di
dalam
Shinto,
garam
digunakan
oleh
sumotori
untuk
menyucikan dohyo dan
dirinya
sendiri
agar
tidak
ada
yang
terluka.
Selain
dilempar,
garam juga dipakai untuk mengusir roh jahat dengan cara ditaruh di dalam mulut.
Yumitori-shiki hanya diadakan pada hari terakhir honbasho (turnamen). Upacara ini
telah berlangsung sejak tahun 1575 ketika Oda Nobunaga memberikan salah satu busur
kesayangannya kepada pemenang
turnamen
besar yang dihadirinya.
Tidak ada
pengaruh-pengaruh keagamaan
di
dalam
yumitori-shiki.
Yumitori-shiki
lebih
menggambarkan tradisi yang didasari oleh sejarah.
Danpatsu-shiki adalah
upacara yang diadakan ketika seorang sumotori
memutuskan
untuk berhenti
dari
sumo. Danpatsu-shiki
dilaksanakan
sebagai salah satu
dari
sekian
banyak
ritual
yang
ada
di
dalam
sumo.
Tidak
ada
pengaruh-pengaruh
keagamaan
di
dalam danpatsu-shiki.
Mawashi
adalah
perlengkapan sumo
paling
dasar
yang
digunakan
oleh
semua
sumotori baik di dalam latihan maupun pertandingan, untuk pertandingan ditambahkan
sagari. Sagari adalah tali yang disimpul dan ditempelkan di depan mawashi dan jumlah
tali tersebut selalu berkisar dari tujuh belas
hingga dua puluh satu tali. Jumlah angka-
angka ini adalah angka keberuntungan menurut ajaran agama Shinto. Sagari
menandakan tali suci yang digantung di depan kuil.
Selain mawashi,
sumotori
peringkat sekitori
memakai kain khusus
berbentuk
celemek
untuk
dohyo-iri
yang
disebut keshomawashi.
Kegunaan keshomawashi
tidak
|
57
berhubungan dengan
agama.
Keshomawashi
bisa
berfungsi
untuk
mempromosikan
sponsor
seorang
sumotori
dan
juga
memberitahu tempat
kelahiran
sumotori
yang
memakainya.
Kostum
untuk
yokozuna
sedikit
berbeda
dengan
sumotori
lainnya.
Yokozuna
memakai mawashi
dan
keshomawashi
sama
halnya
dengan
sumotori
lainnya, tetapi
terdapat tambahan tsuna (tali
tambang) yang dililitkan di pinggang. Tsuna
yang
dililitkan
di
pinggang yokozuna
menyerupai tambang
shimenawa
yang
dipasang
pada
torii (bangunan sejenis pintu gerbang yang terdapat di kuil Shinto) dan berbagai tempat
atau benda yang dianggap suci menurut kepercayaan Shinto.
Kostum gyoji berasal dari
pakaian samurai
di
zaman
Muromachi
(1336-1573)
dan
disebut hitatare. Persamaan kostum gyoji dengan kostum pendeta Shinto adalah
keduanya sama-sama menggunakan kimono, sebuah topi
(eboshi) dan tabi. Akan tetapi,
pakaian
ini
tidak
memiliki
arti
simbolik.
Selain
itu,
warna pada
pakaian
gyoji
dan
pendeta Shinto hanya bertujuan untuk menunjukkan peringkat pemakainya.
Selain tubuh
yang besar, ciri khas
seorang sumotori juga
terletak pada tata
rambutnya yang unik. Terdapat dua jenis penataan rambut yang telah menjadi ciri khas
seorang
sumotori
yaitu
chonmage
(
??
)
dan
oichomage.
Tidak
ditemukan
adanya
pengaruh agama terhadap penataan rambut sumotori ini. Penataan rambut ini merupakan
pengaruh dari penataan rambut yang terkenal pada zaman Edo.
Dohyo
merupakan daerah
yang
dianggap
suci
sejak
pertama
kali
diadakan
pertandingan sumo tradisional hingga sekarang ini. Di atas dohyo terdapat yakata (atap)
yang berukuran sedikit lebih kecil daripada dohyo itu sendiri.
|
58
Bentuk
dari
yakata
menyerupai bentuk
atap kuil
Shinto (shinmei
zukuri).
Yakata
memiliki empat rumbai dengan empat
warna berbeda yang
menandakan empat musim,
empat hewan yang dianggap kami dan empat arah mata angin.
Konsep Shinto
mengenai harai
terlihat di dalam dohyo. Penyucian telah dilakukan
melalui penggunaan sake
dan garam, membacakan doa-doa dan
melakukan soroi-bumi
pada ritual dohyo-matsuri, dohyo-iri dan shikiri.
Selain
konsep
harai,
juga
terdapat konsep
Shinto
lainnya
yaitu
shinsen
(persembahan). Di dalam dohyo dikuburkan persembahan berupa kastanye, rumput laut
dan sotong. Persembahan ini betujuan untuk meminta perlindungan untuk sumotori yang
akan bertanding.
Dari
analisis
yang
telah
dilakukan,
penulis
menarik
kesimpulan bahwa
Shinto
memiliki pengaruh yang
sangat
besar
terhadap
sumo.
Akan
tetapi,
Shinto
tidak
mempengaruhi semua ritual sumo,
seperti
pada ritual yumitori-shiki (upacara
memutar
busur)
dan
danpatsu-shiki (upacara
pemotongan
rambut).
Begitu
pula
pada
penataan
rambut sumotori.
|