Bab V
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
V.1  Konsep Dasar Perancangan
Konsep dasar perancangan
mencakup pembahasan
mengenai
data tapak beserta
rencana
luas
lantai
pusat
perbelanjaan dan
apartemen
yang akan dibangun, berikut
penerapan topik arsitektur hemat energi pada proyek.
V.1 .1  Data Proyek
1. Nama Proyek
: Pusat Perbelanjaan dan Apartemen di Jakarta Barat
2. Lokasi Tapak
: Slipi Jaya
3. Luas Lahan
: ± 6500 m²
4. KDB
: 60 %
5. KLB
: 4 = 26.000 m²
6. Ketinggian Bangunan :  Pusat Perbelanjaan = 3 lantai
Apartemen
= 8 lantai
7. Luas Lantai Perkiraan :
± 25482.78  m²
8. Kapasitas Parkir
: 80 unit parkir motor untuk pusat perbelanjaan
180 unit parkir motor untuk apartemen
75 unit parkir mobil untuk pusat perbelanjaan
156 unit parkir mobil untuk apartemen
  
V.1 .2  Topik dan Tema
Pusat perbelanjaan
dan
aprtemen
di Jakarta
Barat
dirancang
dengan
menggunakan teori dan aplikasi arsitektur hemat energi dengan menggunakan
pendekatan iklim tropis. Pemilihan topik arsitektur hemat energi terkait makin
mahalnya energi, dan banyaknya
bangunan di Jakarta yang kurang
memperhatikan aspek penggunaan energi, yang mengakibatkan
pembengkakkan biaya opersional bangunan. Proyek ini didesain sebagai
rancangan
arsitektur
yang
didesain untuk
meminimalkan penggunaan
energi
pada bangunan.
V.2  Konsep Perancangan Lingkungan
Konsep perancangan makro terkait pembahasan yang meliputi penentuan pintu masuk
ke dalam tapak, zoning horizontal dan vertikal, dan pengolahan massa bangunan.
V.2.1   Konsep Penentuan Pintu Masuk
KETERANGAN:
Pintu Masuk
Gambar 65: Pintu masuk dan pintu keluar
Pintu Keluar
  
Pintu masuk diletakkan di
tengah dan pintu
keluar pada bagian
utara.
Alternatif
ini 
memberikan 
keuntungan, selain pintu
masuk terletak di
jalan
protokol yang ramai dilalui kendaraan, 
pengunjung atau penghuni sempat
melihat dahulu bangunan pusat perbelanjaan dan apartemen, sehingga
kemungkinan untuk terlewat menjadi minimal. Keuntungan lainnya,
konsentrasi manajemen parkir kendaraan pada satu sisi tapak. Namun ada
sedikit 
persoalan, 
yakni 
arah 
utara, 
letak 
rencana 
pintu 
keluar 
sering
digunakan bus unum untuk menunggu penumpang.
V.2.2   Konsep Zoning Dalam Tapak
Service
Private
Publik
Gambar 66: Zoning horizontal pada tapak
Sisi
tapak
yang
berhubungan
dengan
jalan, akan
berinteraksi
langsung
dengan  pengunjung,  sehingga  area  tersebut  akan  digunakan  sebagai  area
  
publik,  seperti 
taman,  plaza, 
maupun  parkir,  yang  akan 
menghantarkan
pengunjung ke dalam bangunan pusat perbelanjaan.
Tapak bagian
tengah merupakan area publik, berupa pusat perbelanjaan,
sedangkan di atasnya merupakan area privat, yakni apartemen dan bangunan
penunjang apartemen, seperti kolam renang.
Area service diletakkan di belakang yaitu sisi barat. Area barat merupakan
area yang banyak mendapat pancaran radiasi panas matahari, sehingga cocok
untuk area service.
V.3  Konsep Perancangan Programatik
V.3.1 Konsep Pengguna dan Sasaran Proyek
Sasaran  proyek  merupakan    golongan  menegah.  Pengguna  apartemen
lebih ke arah pengguna lajang, namun tidak menutup kemungkinan untuk
keluarga,
sedangkan
cakupan
pasar
pusat perbelanjaan
merupakan
peghuni
apartemen, mahasiswa, eksektif muda, pegawai kantor dan  penduduk di Slipi,
Tomang, Palmerah, Kemaggisan dan sekitarnya.
  
V.3.2 Konsep Hubungan  Ruang Makro
Unit
Hunian
Fasilitas
Penunjang
Lobby  Lift
Apartemen
Food
Court
Restauran
Cinema
Area
Permainan
Retail
Lobby
Apartemen
Perbelanjaan
Parkir
service
Lobby
Pusat Perbelanjaan
Pengelola
ENTERANCE
KETERANGAN:
Saling
berhubungan dan hubungan langsung
Hubungan tidak langsung dan searah
Saling
berhubungan, namun hubungan tidak
langsung
Skema  11. Konsep  hubungan ruang makro
  
V.3.3  Konsep Hubungan  Ruang Mikro
V.3.2.1   Hubungan  Ruang Mikro Apartemen
Ruang
Makan
Ruang
Tidur
Ruang
Duduk
Pantry
Unit
Hunian
Toilet
Fire Exit
Koridor
Fasilitas
Penunjang
Apartemen
Tempat
buang
sampah
Lobby  Lift
Apartemen
Lobby
Apartemen
Parkir
ENTERANCE
Skema  12. Konsep  hubungan ruang mikro apartemen
KETERANGAN:
Saling
berhubungan dan hubungan langsung
Hubungan tidak langsung dan searah
Saling
berhubungan, namun hubungan tidak
langsung
  
V.3.3.2  Hubungan  Ruang Mikro Pusat Perbelanjaan
Food
Court
Cinema
Area
Permainan
Restauran
Retail
Service
Perbelanjaan
Keluar
Fire Exit
Parkir
Lobby
Pusat Perbelanjaan
ENTERANCE
Skema  13. Konsep  hubungan ruang mikro pusat perbelanjaan
KETERANGAN:
Saling
berhubungan dan hubungan langsung
Hubungan tidak langsung dan searah
Saling
berhubungan, namun hubungan tidak
langsung
  
V.3.3.3  Hubungan  Ruang Mikro Pengelola
R. Wk.
Pimpinan
R. Pimpinan
R. Rapat
Toilet
R.Tunggu
R. Pesonalia
Mushola
R. Administrasi
Gudang
Resepsionis
Lobby
Parkiran
ENTERANCE
Skema  14. Konsep  hubungan ruang mikro pusat pengelola
KETERANGAN:
Saling
berhubungan dan hubungan langsung
Hubungan tidak langsung dan searah
Saling
berhubungan, namun hubungan tidak
langsung
  
V.3.3.4  Hubungan  Ruang Mikro Service
R. Monitor
Gudang
R. Security
R. Operator
Toilet
Mushola
Basement
R. M & E
Loading
Dock
Parkiran
ENTERANCE
Skema  15. Konsep  hubungan ruang mikro service
KETERANGAN:
Saling
berhubungan dan hubungan langsung
Hubungan tidak langsung dan searah
Saling
berhubungan, namun hubungan tidak
langsung
  
V.3.4 Konsep Program Ruang
Program Ruang Apartemen:
Tabel 33. Rekapitulasi program ruang apartemen
No
Nama Item
Luas Total
1
Unit apartemen:
-
1 BR luas 30 = 14 unit
-
1 BR luas 32 = 78 unit
-
2 BR luas 48 = 122 unit
-
3 BR luas 64 = 32 unit
10820 m²
2
Fasilitas Penunjang:
-
Koridor & sirkulasi
-Laundry komunal
-Fitness area
-Lobby
-R.Ganti
-Retail Laundry
-Mini market
-Café Makanan
2457.6 m²
13277.6 m²
  
Program ruang pengelola
Tabel 34. Rekapitulasi program ruang pengelola
No
Nama Item
Luas Total
1
Kantor Pengelola:
R. Receptionis
R.Tunggu
R.Pimpinan
R.Wk. Pimpinan
R.Sekretaris
R.Rapat
R.Pemasaran
R.Administarsi
R.Personalia
R.Operator
R.Monitor
R.Security
Gudang
Pantry
Toilet
351.6 m²
351.6 m²
  
Program ruang pusat perbelanjaan:
Tabel 35. Rekapitulasi program Pusat Perbelanjaan
Nama
Kebutuhan Luas Total  Pusat
perbelanjaan (m²)
-
Fasilitas umum
-
Fasilitas pusat perbelanjaan
-
Fasilitas food & drink
-
Fasilitas service
1593.24 m²
5292 m²
1544.4 m²
327.6 m²
8344.18 m²
Maka, rekapitulasi program ruang bangunan keseluruhan adalah
Tabel 36. Rekapitulasi program ruang bangunan keseluruhan
Nama
Kebutuhan Luas Total  (m²)
1.   Pusat perbelanjaan
8344.18 m²
2.  Apartemen
13277 m²
3.  Pengelola
351.6 m²
4. Semi Besement
3510 m²
25482.78  m²
  
V.5  Konsep Perancangan Bangunan
V.5.1 Konsep Massa Bangunan
Pada   perancangan   pusat   perbelanjaan   dan   apartemen,   pola   massa
bangunan yang dipilih adalah pola massa bangunan tunggal dengan
pertimbangan  lahan  yang  sempit  dan  proyek  akan  menggabungkan  fungsi
pusat perbelanjaaan dan apartemen dalam satu bangunan ( mix-use building).
Bentuk
dasar
dipilih
untuk
mengunakan
podium dan
slab
dengan
pertimbangan lahan yang terbatas, namun jumlah unit hunian pada apartemen
yang  dinginkan  banyak.    
Pada  pusat  perbelanjaan  mayoritas  akan
menggunakan bentuk dasar segiempat, namun akan dikombinasikan dengan
bentuk segitiga atau lingkaran, contoh : pada   
lobby/atrium, dengan
mempertimbangkan untuk memberikan kesan agar menarik dan tidak bosan.
Apartemen akan menggunakan bentuk dasar segiempat dengan pertimbangan
efektifitas ruang.
V.5.2 Konsep Zoning Horizontal Bangunan dan Sirkulasi Pada Tapak
Zoningan 
horizontal  bermanfaat   
membantu  dalam 
mengelompokkan
ruang  dalam  bangunan.  Penzoningan 
bangunan 
memudahkan 
peletakkan
ruang
yang bertujuan memperjelas area publik, privat, service
yang tentunya
membedakan siapa saja yang boleh mengakses atau menggunakan area
tersebut. Zoningan horizontal juga digunakan untuk menentukan tata guna
lahan pada bangunan dan di sirkulasi di dalam tapak.
  
IN/OUT
service
IN Apt
Side
enterance
Core Apt
Retail
Side
enterance
Core Apt
Lobby
utama
OUT
OUT
plaza
IN
Gambar 67. Sketsa zoning horizontal bangunan dan sirkulasi di dalam tapak
KETERANGAN:
Sirkulasi pejalan kaki
Sirkulasi kendaraan
Parkir ke basement
Sirkulasi service
V.5.3 Konsep Zoning Vertikal
Apartemen
.
Restoran & food court
Dept. store & retail
Supermarket & retail
Semi Basement
Basement
Gambar 68. Zoning vertikal
  
Dari analisa kegiatan dan
zoning horizontal,
maka
zoning
vertikal dapat
terlihat. Massa yang berwarna kuning merupakan pusat perbelanjaan. Massa
yang berwarna biru merupakan apartemen. Massa yang berwarna abu-
abuadalah area service, (area service pusat perbelanjaan dan parkir), yang
memiliki akses dengan pusat perbelanjaan dan apartemen. Akses dengan pusat
perbelanjaan dengan gedung parkir merupakan akses langsung, sedangkan
akses gedung parkir dengan apartemen merupakan akses tidak langsung,
sehingga harus ada pemisahan, berupa ruang perantara, seperti lobby
apartemen, untuk menjamin keamanan dan privasi penghuni apartemen.
Fasilitas penujuang apartemen diletakkan diantara massa bangunan apartemen
agar mudah diakses oleh penghuni
V.5.4 Konsep Gubahan Massa Bangunan
Pembentukkan gubahan massa bangunan berawal dari analisa
dan
penguasaan karakteristik tapak. Ukuran tapak di tiap sisi-sisinya hampir sama
panjang, sehingga
tapak termasuk ke dalam bentuk segiempat. Sisi bangunan
yang lebih panjang diarahkan ke arah utara dan selatan untuk meminimalkan
dampak pancaran radiasi panas matahari.
Gambar 69. Pengorientasian massa bangunan ke utara selatan
  
Gubahan massa yang dipilih untuk menggunakan podium dan expanded tower
plan, dengan pertimbangan lahan yang terbatas, namun jumlah unit hunian
pada apartemen yang dinginkan banyak, koridor
membutuhkan
pengudaraan
alami
(cross
ventilasi)
untuk
penghematan
energi,
serta
pilihan
view
yang
diinginkan relatif lebih banyak.
Gambar 70. Penambahan  bangunan
Apartemen  terdiri  dari  2  massa  bangunan  dengan  tujuan  memberikan
ruang bagi pergerakkan angin di celah antar
massa bangunan. 
Tapak diolah
dengan
membentuk
ruang
luar. Pada
tapak diberikan barrier
berupa
pohon
untuk meredam kebisingan dari mesin kendaraan bermotor.
Gambar 71. Gubahan dasar massa bangunan
  
V.5.5 Konsep Selubung  dan Fasad Bangunan
Selubung  bangunan  yang  paling  cocok  untuk  digunakan  terkait  topik
hemat energi pada bangunan pusat perbelanjaan dan apartemen adalah
kombinasi
sirip
vertikal
dan
horizontal.
Pada
fasad
yang
mengahadap
Barat
dan Utara, panjang sirip akan lebih panjang dari fasad yang menghadap ke
Utara dan Timur, serta akan ditambahkan kisi-kisi.
Gambar  72. Sketsa selubung bangunan
fasad  selatan dan timur
Gambar  73. Sketsa selubung bangunan
fasad  barat dan utara
V.5.5 Konsep Kebutuhan Parkir
Rencananya, Pusat perbelanjaan dan apartemen akan memiliki 231 unit
parkir mobil dan 260 unit parkir motor. Maka, lahan yang harus disediakan
untuk parkir mobil adalah 8085 m² dan untuk parkir motor 522 m², sehingga
kebutuhan parkir mobil dan motor adalah 8607 m², yang akan diakomodir di
semi besenment dan 3 lapis basement.
V.5.6 Konsep Sirkulasi Vertikal
Pada  apartemen  menggunakan  1  tipe  sirkulasi  vertikal,  yaitu 
lift
dengan
pertimbangan
dapat
menggantikan
fungsi
tangga
untuk
  
menghantarkan manusia ke tempat yang tinggi dengan cepat. Pada pusat
perbelanjaan akan mengunaakan lift dan
ekskalator
dan
tata
letak
penyusunan ekskalor yang digunakan adalah sejajar berputar
V.5.7   Konsep Modul Bangunan
Modul  bangunan  terkait  dengan  besaran  modul  ruangan  dan
penggunaan struktur. Penggunaan modul
struktur yang tepat dapat
menghemat penggunaan material meningkatkan efektifitas ruangan pada
bangunan. Modul yang akan digunakan mengikuti parkir mobil di basement
yang akan berkaitan dengan jarak kolom srtuktur bangunan.
V.5.8 Konsep Struktur dan Material Bangunan
Pada pusat
perbelanjaan dan
apartemen, jenis
sub-structure yang dipilih
adalah  pondasi  tiang  pancang,  dengan  pertimbangan  efisien  dan  kekuatan
lebih  terjamin  daripada  jenis  lain,  sedangkan  jenis  upper stucture,  untuk
kolom, balok dan plat lantai menggunakan beton bertulang.
V.5.9  Konsep Sistem Pencahayaan
Berkaitan  dengan  topik  hemat  energi,  maka  pada  pusat  perbelanjaaan
akan
menggunakan
sistem pencahayaan
buatan
dengan
menggunakan
lampu
fluroresen. 
Pada
apartemen akan
menggunakan
sistem pencahayaan
buatan
dengan
menggunakan
lampu
hemat
energi
dan
menggunakan
pencahayaan
  
alami 
pada 
area 
yang 
kurang 
ada 
aktivitasnya, 
seperti 
koridor 
untuk
menghemat penggunaan energi.
V.5.10 Konsep Sistem Pengudaraan
Berkaitan  dengan  topik  hemat  energi,  maka  pada  pusat  perbelanjaaan
akan menggunakan   sistem
tata
udara terpusat dengan pengendalian
volume
tata udara tidak tetap dan sistem yang dipakai adalah sistem zona ganda. Pada
apartemen akan menggunakan sistem tata udara langsung. Jenis unit AC yang
digunakan
pada
pusat
perbelanjaan
adalah
AC sentral dengan
pertimbangan,
mudah  dikontrol  dan  didistribusikan.  Pada  Apartemen  akan  menggunakan
jenis AC split, dengan pertimbangan penggunaan AC dapat dikontrol oleh
penghuni.
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit 
unit
unit
unit
unit
Gambar 74. Sketsa pengudaraan alami
pada koridor apartemen
V.5.11  Konsep Sistem Utilitas Bangunan
1.   Sistem Instalasi Air
-
Penyediaan Air Bersih
  
Penyediaan   air   bersih   yang   utama   berasal   dari   PDAM   yang
ditampung di reservior bawah, kemudian dipompa ke reservoir
atsuntuk disalurkan ke ruang yang membutuhkan.
-  
Pengolahan Limbah
Pembuangan limbah padat disalurkan ke STP untuk diolah dan setelah
itu akan di resapkan, dan dibuang ke riol kota. Air hujan disalurkan ke
sumur resapan. Limbah cair dari bangunan seperti dari toilet, dapur,
wastafel
akan disalurkan
ke
penampungan
untuk di treatment untuk
diolah  dan  didaur  ulang,  sehingga  dapat  digunakan  untuk  flushing
toilet dan menyiram tanaman.
2.   Sistem Instalasi Listrik
Penyediaan listrik pada bangunan diperoleh dari PLN, yang akan dialirkan ke
gardu/ trafo yang kemudian dialirkan ke ruang panel utama yang akan dibagi
ke panel cabang dan ruang. Untuk antisipasi aliran listrik terputus dari PLN,
maka aliran listrik yang digunakan berasal dari genset.
  
PLN
GARDU LISTRIK
METERAN
TRAFO
GENSET
PANEL  PUSAT
PERBELANJAAN
PANEL
APARTEMEN
Skema16. Sistem instalasi listrik
3.   Sistem Penangkal Petir
Sistem penangkal petir
yang dipilih adalah penangkal petir sistem Thomas
dengan pertimbangan penangkal petir sistem Thomas mempunyai jangkauan
perlindungan bangunan yang lebih luas dengan tiang penangkap petir dan
sistem pembumiannya.
4.   Sistem Penangulangan Kebakaran
Sistem  penanggulangan  bahaya  kebakaran  terbagi  menjadi  2,  yakni
sistem pencegahan dan penanggulangan secara pasif dan aktif.
Sistem pencegahan dan penangulangan secara pasif
Konstruksi Tahan Api
  
Konsep konstruksi
tahan
api
terkait pada
kemampuan
dinding
luar,
lantai,
dan atap unutk dapat menahan api di dalam atau kompartemen, paling tidak
konstruksi tahan
api
mampu
melindungi
penghuni dalam bangunan
dalam
waktu minimal 2 jam.
Koridor dan Jalan Keluar
Koridor dan jalan keluar dilengkapi dengan tanda (EXIT atau KELUAR)
yang menunjukkan arah dan lokasi pintu keluar harus ditempatkan pada
setiap lokasi dimana pintu keluar terdekat.
a.   Tangga Darurat
Pada saat terjadi kebakaran, tangga kedap api/ asap merupakan tempat yang
paling aman dan harus bebas dari panas dan beracun. Ruang tangga darurat
memiliki tekanan yang diaktifkan pada saat terjadi kebakaran. Pengisian
ruang 
tangga 
dengan 
udara  segar 
bertekanan 
positif  akam 
mencegah
menjalarnya asap ke dalam ruang tangga.
Gambar 75. Standar tangga kebakaran
b.   Pengendalian Asap
  
Ruang luas seperti pada pusat perbelanjaaan, mall, bioskop berpeluang
untuk menghasilkan timbunan asap dan panas pada waktu kebakaran. Pada
situasi ini, asap dapat menjalar secara horizontal , menghalangi pemadam
kebakaran dan asap panas dapat menimbulkan titik api baru dan mengurangi
efektivutas
springkler.
Untuk
mencegah
terjadinya penjalaran
asap secara
horizontal dalam bangunan, perlu dipasang tirai penghalang asap.
Gambar 76. Tirai asap
Sistem pencegahan dan penangulangan secara aktif
c.   Alat Peringatan Dini (Detector)
Deteksi kebakaran dapat dilakukan dengan 4 alat, yaitu heat detectorflame
detector
smoke detector dan ionisasi detector. Ketika alat tersebut
mendeteksi asap (smoke detector), panas (heat detector), ataupun lidah api
(flame detector), alat-alat tersebut akan mengaktifkan early warning system
dan
mengaktifkan   springkler   terdekat   dengan   titik   yang   terdeteksi.
Sedangkan ionisasi detector
berfungsi
memberikan
peringatan
dini
jika
terjadi kebocoran gas pada tingkat tertentu, sebelum terjadi kebakaran.
  
Gambar 77. Jenis-jenis detektor
d.   Sistem Panggil Manual
Dalam musibah
kebakaran,
kemungkinan
besar
sistem komunikasi
konvensional
(telepon)
terputus,
karena
itu dibutuhkan
sistem komunikasi
cadangan yang tahan terhadap kebakaran. Biasanya tombol alat panggil
manual terletak dekat dengan tangga kebakaran.
e.   Sistem Hidran dan Selang Kebakaran
Hidran adalah sumber air yang digunakan pada saat terjadi kebakaran.
Berdasarkan lokasi penempatannya hidran kebakaran terbagi manjadi 3,
yakni:
-
Hidran bangunan (Kotak Hidran- Box Hydran)
Lokasi
dan
jumlah
hidran
dalam bangunan
diperlukan
untuk
menentukan kapaistas pompa yang digunakan untuk
menyemprotkan air. Hidran perlu ditempatkan pada jarak 35 meter
satu dengan yang lainnya karena panjang selang kebakaran dalam
kotak
hidran
adalah
30
meter
ditambah
5
meter
jarak
semprotan
air. Hidran dan selang kebakaran harus diletakkan di
tempat
yang
mudah terjangkau dan relatif aman dan pada umunya diletakkna di
dekat pintu darurat.
  
Gambar 78. Kotak hidran
-
Hidran halaman
Hidran ditempatkan di luar bangunan pada lokasi yang aman dari
api
dan
penyaluran
pasokkan
air
ke
dalam bangunan
dilakukan
melalui katup 'Siamese'.
-
Hidran Kota
Hidran kota memiliki bentuk yang sama dengan hidran halaman,
tetapi mempunyai dua atau tiga lubang unutk selang kebakaran.
Gambar 79. Hidran halaman dan katup Siamese
f.
Sistem Springkler
  
Springkler dipasang pada jarak tertentu dan dihubungkan dengan jaringan
pipa air bertekanan tinggi. Kepala springkler dirancang untuk berfungsi jika
panas telah
mencapai suhu tertentu (umumnya 68ºC) dan air akan muncrat
pada radius sekitar 3,5 meter.
Gambar 80. Sprinkler
g.   Sistem Lampu Darurat
Sistem
lampu darurat berguna di saat
aliran
listrik dalam
gedung terputus.
Lampu darurat akan mengarahkan penghuni ke jalur evakuasi yang aman.
Biasanya lampu darurat menggunkan bahan dasar fosfor yang mampu
menyala tanpa aliran listrik dalam waktu tertentu.
5.   Sistem Tanda Bahaya (Alarm System)
Sistem tanda bahaya
terbagi atas 2 kelompok,
yaitu
tanda bahaya
untuk
keadaan
darurat
terkait
keamanan
bangunan,
seperti
kebakaran
dan
terkait
  
keamanan  penghuni  dan 
harta  benda 
yanag  ada  dalam  bangunan 
untuk
mengantisipasi kejahatan.
Sebagai
alat
pemberi
tanda
pada
saat
kebakaran,
sistem tanda
bahaya
dihubungkan dengan panel induk dalam ruang pengendali kebakaran, dan sub-
panelnya dipasang tiap lantai, berdekatan dengan kotak hidran. Pengoperasian
bisa secara manual dengan memecahkan kaca tombol saklar tanda bahaya atau
bekerja secara otomatis dengan menghubungkan dengan sistem detektor.
Gambar 81. Diagram sistem tanda bahaya kebakaran
Untuk  memudahkan  pemantauan  dan  menjamin  keamanan  pusat
perbelanjaan dan apartemen, maka akan menggunakan kamera CCTV (close
circuit television). Dengan adanya CCTV, pemantauan dapat dilakukan 24 jam
dan  bila  terjadi  tindakkan  kejahatan,  rekaman  televisi  dapat  ditayangkan
ulang, lengkap dengan waktu kejadiannya.