107
Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa pengaruh struktur
kepemilikan dan tata kelola perusahaan terhadap manajemen laba.
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada bab-bab sebelumnya,
menunjukkan bahwa:
1.
Discretionary accrual pada perusahaan manufaktur pada
Indonesia menunjukkan nilai positif (Income Increasing) dan pada
Malaysia menunjukkan nilai negatif (Income Decreasing). Hal ini
dikarenakan pada perusahaan manufaktur Indonesia dengan
kepemilikan institusional yang tinggi dengan rata-rata 72,8%,
sehingga perusahaan manufaktur Indonesia cenderung
memperbaiki laba perusahaan untuk meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan dalam upaya menarik perhatian para
investor untuk melakukan investasi
jangka panjang atau jangka
pendek. Sedangkan, pada perusahaan manufaktur Malaysia yang
memiliki tingkat kepemilikan Manajerial yang tinggi dengan rata-
rata 39,8%, sehingga perusahaan manufaktur Malaysia cenderung
menurunkan laba, karena tidak mementingkan
kinerja keuangan
jangka pendek perusahaan tetapi kinerja keuangan jangka panjang
perusahaan agar performa keuangan perusahaan tetap terjaga.
2.
Pada perusahaan manufaktur Indonesia kepemilikan manajerial
tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hal
|
108
tersebut dikarenakan rendahnya kepemilikan manajerial
diperusahaan manufaktur Indonesia yang berkisar pada rata-rata
2,16%, sehingga tidak menunjukkan adanya signifikansi pada
keseluruhan kepemilikan saham perusahaan. Sedangkan, pada
perusahaan manufaktur Malaysia menunjukkan hasil bahwa
kepemilikan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini disebabkan tingginya
kepemilikan manajerial pada perusahaan manufaktur Malaysia
yang berkisar pada rata-rata 39,8%. Kepemilikan manajerial yang
tinggi menyebabkan adanya kepentingan dari manajemen
perusahaan untuk memenuhi kepentingan pemegang saham yang
juga adalah dirinya sendiri.
3.
Konsentrasi kepemilikan tidak berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba pada perusahaan manufaktur Indonesia dan
Malaysia. Hal tersebut dikarenakan besarnya konsentrasi
kepemilikan yang merupakan kepemilikan institusional.
Kepemilikan institusional merupakan institusi-institusi yang
melakukan investasi terhadap berbagai perusahaan, sehingga
terdiversifikasi konsentrasi kepemilikan pada beberapa institusi
dapat mengakibatkan pemegang saham institusional lengah dalam
hal pengawasan terhadap pihak manajemen dan memberikan
kesempatan untuk melakukan manajemen laba (Ding et al., 2004).
4.
Kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba pada perusahaan manufaktur Indonesia dan
Malaysia. Hal tersebut dikarenakan tingkat kepemilikan
|
109
institusional yang tinggi dalam suatu perusahaan, ditemukan tidak
efektif dalam memberikan pengawasan karena investor institusi
cenderung memiliki banyak perusahaan investasi, sehingga
terjadinya pengabaian atas pengawasan kinerja manajemen atas
kepemilikan investor institusi. Dan juga ditemukan bahwa
tingginya tingkat kepemilikan institusional pada perusahaan
manufaktur Indonesia dan Malaysia dengan nilai rata-rata sebesar
72,88% dan 52,22%.
5.
Diversitas gender tidak berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba pada perusahaan manufaktur Indonesia dan
Malaysia. Hal tersebut dikarenakan diversitas gender masih jarang
ditemukan dalam perusahaan, dan umumnya hanya terdapat 1
wanita dalam dewan komisaris. Pada perusahaan manufaktur
Indonesia dan Malaysia rata-rata perusahaan yang terdapat
diversitas gender hanya sebesar 29,3% dan 37,7% yang belum
sampai
50% dari keseluruhan sampel perusahaan. Hal tersebut
menunjukkan dewan komisaris masih didominasi oleh pria.
Sehingga, diversitas gender belum memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan (Moradi et
al., 2012).
6.
Independensi komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba pada perusahaan manufaktur Indonesia dan
Malaysia. Hal ini disebabkan karena komite audit tidak dibentuk
secara sukarela oleh perusahaan dalam upaya meningkatkan
tatakelola internal perusahaan yang baik, tetapi dikarenakan
|
110
adanya ketentuan undang-undang yangn mengharuskan adanya
komite audit dalam perusahaan untuk meningkatkan internal
corporate governance
yang menyebabkan kurang efektifnya
komite audit yang independen (Abdullah dan Nasir, 2004).
7.
Independensi dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba pada perusahaan manufaktur Indonesia dan
Malaysia. Hal ini disebabkan karena rata-rata tingkat independensi
dewan komisaris pada perusahaan manufaktur Indonesia dan
Malaysia sebesar 42% dan 38%. Tingginya anggota independen
dalam dewan menyebabkan adanya tingkat manajemen laba yang
tinggi, dikarenakan perusahaan dalam pemilihan anggota dewan
independen sebagai anggota dewan komisaris berdasarkan
kepentingan perusahaan dan bukan
dilihat dari kemampuan
pribadi dari anggota tersebut, sehingga tingkat independensi dan
kemampuan yang dimiliki anggota independen masih perlu
penelitian yang lebih lanjut (Nugroho dan Eko, 2011).
8.
Ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba pada perusahaan manufaktur Indonesia dan
Malaysia. Hal ini disebabkan karena ukuran dewan komisaris
tidak menentukan kualitas pengawasan dewan komisaris terhadap
pihak manajemen. Dimana semakin besar ukuran dewan akan
menyebabkan adanya perbedaan pendapat, pengambilan
keputusan yang lambat serta miskomunikasi antar anggota dewan,
yang dapat menyebabkan pihak manajemen mempunyai
|
111
kesempatan dalam melakukan tindakan manajemen laba (Kouki et
al., 2011).
9.
Eksternal blockholders tidak berpengaruh
signifikan terhadap
manajemen laba pada perusahaan manufaktur Indonesia dan
Malaysia. Hal ini disebabkan karena minimnya kepemilikan
eksternal blockholders yang ditemukan pada perusahaan
manufaktur Indonesia dan Malaysia yang memiliki rata-rata
eksternal blockholders sebesar 0,76% dan 2,03%. Minimnya
kepemilikan eksternal blockholders menyebabkan kurangnya
partisipasi dari individu eksternal luar perusahaan dalam
manajemen perusahaan, sehingga tidak memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap manajemen laba.
10. Hasil pengujian variabel kontrol menunjukkan bahwa leverage,
arus kas operasional, profitabilitas memberikan pengaruh
signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur
Indonesia dan Malaysia. Ukuran perusahaan memberikan
pengaruh signifikan
terhadap manajemen laba Indonesia, tetapi
tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap manajemen laba
di perusahaan manufaktur Malaysia. Pertumbuhan atau growth
ditemukan tidak memberi pengaruh signifikan terhadap
manajemen laba pada perusahaan manufaktur Indonesia, tetapi
memberi pengaruh signifikan pada manajemen laba terhadap
perusahaan manufaktur Malaysia.
|
112
Keterbatasan
Beberapa keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini, diantaranya:
1.
Penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Malaysia (72,5% dari
total perusahaan yang terdaftar dan 60,8% dari total perusahaan
yang terdaftar, secara mayoritas telah mewakili perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa
Malaysia).
2.
Penelitian ini hanya terbatas pada penggunaan variabel independen
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, konsentrasi
kepemilikan, eksternal blockholders, ukuran dewan komisaris,
independensi dewan komisaris, independensi komite audit dan
diversitas gender yang tidak dapat mengukur secara komprehensif
praktik corporate governance dan struktur kepemilikan secara
lebih tepat. Selain itu karakteristik pada variabel penelitian yang
secara spesifik tidak disertakan, misalnya kompetensi, keahlian,
latar belakang pendidikan, pengalaman komisaris independen dan
komite audit.
Saran
Saran kepada para investor agar dapat
lebih baik dalam
mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi performa keuangan perusahaan
seperti
independensi dewan komisaris dan kepemilikan manajerial, karena terdapat
banyak faktor yang dapat mempengaruhi laba perusahaan seperti yang diteliti
dalam penelitian ini, sehingga para investor dapat secara lebih baik dalam
|
113
memahami faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam melakukan
tindakan manajemen laba sebelum melakukan investasi terhadap perusahaan.
Saran yang ingin disampaikan penulis untuk penelitian selanjutnya
adalah sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel
kinerja perusahaan, jumlah rapat komite audit, kualitas audit, dual
function CEO dan Chairman, dewan komisaris independen dengan
kehandalan bidang keuangan, komite audit dengan kehandalan
bidang audit, dan jumlah rapat dewan komisaris.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan
model
penghitungan discretionary accrual yang tidak hanya modified
Jones model seperti penelitian ini tetapi juga Jones cash flows, dan
modified Jones cash flows model (Kouki et al., 2011).
3. Penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat menambah periode
penelitian yang lebih panjang agar pengaruh dari mekanisme tata
kelola perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap manajemen
laba dapat dirasakan.
|