BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Simpulan
Dari
penjelasan
pada
bab-bab
sebelumnya
dapat disimpulkan
beberapa
hal
sebagai berikut:
1.   Exchange
Traded Fund
merupakan salah satu
inovasi produk terbaru di Industri
Pasar Modal yang mengalami
perkembangan yang sangat pesat khususnya di
Amerika 
dan 
selanjutnya 
berkembang 
ke 
Negara-negara 
Eropa, 
Asia 
dan
Australia, hal ini disebabkan ETF merupakan
produk
yang
relatif
murah
bagi
pendatang baru, efisien, transparan dan mempunyai diversifikasi risiko.
2.
Dalam praktek
internasional
ETF
dikategorikan
sebagai
investment
company
sehingga
perangkat
hukum yang dijadikan dasar
penerbitan
ETF diadopsi
dari
ketentuan tentang investment company dengan beberapa modifikasi.
3.   Secara umum bentuk hukum yang digunakan sebagai landasan ETF adalah open-
end
fund
atau
Unit
Investment
Trust
(UITs).
Bentuk
hukum open-end
fund
maupun UITs yang berlaku secara internasional tersebut mempunyai beberapa
kesamaan
dengan
bentuk
hukum reksa
dana
yang
dikenal
di
UUPM,
yaitu
perseroan
bersifat
terbuka
dan
KIK,
untuk
itu kedua
bentuk
hukum reksa
dana
tersebut 
dapat 
dijadikan 
wahana 
(SPV) 
penerbitan 
ETF 
dengan 
beberapa
modifikasi karena ETF secara legal merupakan produk yang bersifat hybrid.
89
  
90
4.   Bursa Efek Indonesia telah memperdagangkan alternatif investasi yang aman dan
transparan
yaitu
Exchange
Traded
Fund
(ETF)
Reksa
Dana ABF –
Indonesia
Bond
Index Fund –
reksa
dana
yang
diperdagangkan
dengan underlying
asset
obligasi pemerintah Indonesia.
5.   Reksa  dana  yang  diperdagangkan  dengan  ticker R-ABFII  tersebut  memiliki
tingkat kelayakan investasi setara dengan sovereign rating negara Indonesia, yang
berarti kemungkinan default dalam instrumen
investasinya
sangat kecil. Melalui
satu transaksi saja,
investasi dalam tiap unit ETF
R-ABFII seketika
memberikan
potensi keuntungan dan penyebaran risiko merata di pasar obligasi Surat Utang
Negara (SUN) di Indonesia.
6.   Reksa Dana ABF – Indonesia Bond Index Fund adalah satu-satunya reksa dana di
Indonesia yang memiliki tata kelola (GCG) yang berstandar sangat ketat, dalam
pengawasan BAPEPAM-LK, Bursa Efek Indonesia, serta Komite Supervisi yang
independen dan kredibel.
7. 
R-ABFII dikelola oleh Bahana TCW Investment Management selaku Manajer
Investasi
yang
mengelola
reksa
dana
tersebut dengan
target
tracking error
di
bawah 0,4% per tahun. Tracking error adalah seberapa besar kinerja portfolio R-
ABFII  berbeda  dari  tolok  ukurnya,  yaitu  iBoxx  ABF  Indonesia  Bond  Index.
Dalam prakteknya,
tidak
ada
strategi
investasi
yang
dapat
secara
100%
mencerminkan
indeks
tolok
ukurnya,
dan tracking
error
menyatakan
derajat
deviasi dari portofolio inevstasi terhadap indeks tolok ukurnya.
  
91
8.
Kebijakan investasi ini sesuai dengan teori CAPM dimana ABF-IBI Fund
mempunyai tujuan
investasi demi
mendapatkan tingkat pertumbuhan
yang stabil
dan optimal
melalui investasi pada efek bersifat hutang dengan target komposisi
investasi sebagai berikut (1) 30% sampai dengan 90% dalam efek bersifat utang,
(2)
2%
sampai dengan
80% dalam instrumen
pasar
uang, dan (3)
10%
sampai
dengan 70% dalam saham
9.   Harga R-ABFII ditetapkan melalui transaksi jual-beli yang terjadi di lantai bursa
sepanjang jam operasional perdagangan bursa setiap harinya, yang secara teoritis
akan mendekati NAB Reksa Dana ABF Indonesia Bond Index Fund yang
diterbitkan setiap akhir harinya.
10. iBoxx ABF Indonesia Bond Index® adalah indeks yang mewakili pasar obligasi
Indonesia
yang
terdiri
dari
portofolio SUN dalam Rupiah
yang
diterbitkan
dan
dijamin oleh pemerintah Republik Indonesia, yang termasuk dalam portofolio R-
ABFII.
5.2.
Saran
Dari  penjelasan  pada  bab-bab  sebelumnya  adapun  saran-saran  yang  dapat
dijadikan acuan diuraikan sebagai berikut:
1.
Mengacu 
pada  keberhasilan 
ETF 
dalam 
meningkatkan 
likuiditas  pasar  di
beberapa negara, kiranya perlu dipertimbangkan untuk memperkenalkan produk
ETF
di
pasar
modal
Indonesia.
Meskipun ETF secara internasional telah
diperkenalkan  pada  awal  tahun  1990,  namun  sebagian  besar  PPE,  MI  dan
investor yang telah lama terlibat dalam industri pasar modal, secara umum masih
  
92
belum memahami
instrumen
ETF
secara
baik
sehingga
diperlukan
adanya
sosialisasi  kepada  seluruh  pelaku  di  pasar  modal.  Tingkat  pemahaman  para
pelaku
atas
instrumen
ETF
menjadi faktor
yang
paling
menentukan
dalam
keberhasilan penerapan ETF di pasar modal Indonesia.
2.
Mengingat 
ETF 
mempunyai 
beberapa 
kesamaan  dengan 
reksa 
dana 
maka
diperlukan
edukasi
kepada
para
pelaku
pasar
modal
di Indonesia
sehingga
diharapkan para pelaku lebih memahami tentang ETF apabila akan diterapkan di
pasar modal Indonesia.
3.
Perlu
dipersiapkan
semua
peraturan yang terkait
dengan perdagangan ETF
dan
sesuai dengan aturan internasional.
4.
Perlu
ditingkatkan
likuiditas
melalui
peningkatan
jumlah
perusahaan
(emiten)
yang berkualitas untuk listing di bursa. Dengan demikian,
instrumen ETF dapat
dijadikan sarana investasi yang optimal.
5.
Perlu  disiapkan  adanya  market  players  agar  ETFs  memiliki  likuiditas  yang
memadai.
6.
Dari sisi peraturan, secara umum melihat peraturan yang ada saat ini tidak perlu
dirubah hanya mungkin perlu peraturan pendukung untuk mengakomodasi ETF
seperti struktur permodalan, manajemen risiko, serta transparansi pengelolaan.
Para
pemodal
juga
menilai
keterbukaan informasi
merupakan
hal
yang
paling
penting untuk diatur dalam penerapan ETF.
  
93
7.
Para investor disarankan untuk memegang R-ABFII dalam jangka panjang sesuai
dengan underlying asset-nya yang terdiri dari portofolio SUN dengan tingkat
risiko minimum yang memberikan pengembalian terbaik dalam jangka panjang.
5.3.
Kelemahan Thesis
Thesis ini memiliki beberapa kelemahan diantaranya:
1.
Saat ini produk
ETF yang diluncurkan di Indonesia baru ada 2 buah
(ABF IBI
Fund dan Premier LQ-45) sejak dari akhir tahun 2007 dimana kedua produk
tersebut masih tergolong baru dan belum dikenal masyarakat.
2.
Sejak
tahun
2007
hingga
saat
thesis
ini
ditulis,
perekonomian
global
dilanda
krisis sehingga kedua ETF tersebut tidak menunjukkan kinerja yang maksimal.
3.
Nara   sumber   thesis  ini   sangat   minim   karena   data-data   yang   diperoleh
kebanyakan berupa kutipan
dari
koran,
majalah,
internet, jurnal,
dan
interview
singkat dengan nara sumber yang namanya tidak ingin disebutkan.