83
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
“Sometimes when you innovate, you make mistakes. It is best to admit them quickly,
and get on with improving your other innovations.”
-
Steve Jobs -
Industri pertelevisian di Indonesia dewasa ini menunjukkan persaingan yang
sangat  ketat.  Persaingan  tidak  hanya  terjadi  antara  televisi  nasional  dan  daerah
(lokal), melainkan televisi dari luar negeri menyerbu pasar domestik melalui televisi
berlangganan.   Hal   ini   mengakibatkan   semakin   berkurangnya   pembagian   kue
penonton  masing-masing  televisi,  sehingga  mau  tidak  mau  bagi  sebuah  stasiun
televisi yang ingin bertahan haruslah dapat melakukan adaptasi baik terhadap pesaing
maupun kebiasaan pemirsa. Sampai dengan observasi yang terakhir, penulis
membedakan pesaing sebagai berikut:
TV
Nasional
meliputi
TVRI,
RCTI, SCTV,
TRANS
TV,
TRANS
7,
TPI,
GLOBAL TV, ANTV, INDOSIAR, dan LATIVI.
TV  Lokal  kurang  lebih  terdapat  86  buah  stasiun  televisi  dimana  mereka
mengudara hanya sebatas wilayah/daerah sekitar.
TV 
Abonemen/Berlangganan 
mengusung 
konsep 
yang 
berbeda,  dimana
pelanggan dikenakan
biaya
per
bulan
sesuai dengan banyaknya siaran yang
dapat ditonton dan pada
umumnya siaran-siaran
tersebut
bersifat relay dari
stasiun
televisi  
luar   negeri.   Pelanggan   yang   menggunakan   jasa   TV
  
84
Berlangganan ini juga dapat menonton siaran TV Nasional melalui saluran
yang
mereka sediakan dan sejauh
ini perusahaan penyedia TV
Berlangganan
ini sudah melayani pelanggan di kota-kota besar Indonesia. TV Berlangganan
yang ada di Indonesia adalah Kabelvision, Indovision, Telkomvision, Iglo dan
Astro TV.
Dalam penulisan tesis ini, penulis berangkat dari permasalahan yang dihadapi
oleh Metro TV sekarang, yakni rating
yang
dihasilkan
oleh
AGB
Nielsen
menunjukkan  bahwa  program-program  tayang  Metro  TV  memiliki  rating  yang
rendah sehingga berujung pada terkendalanya departemen penjualan dalam
menjual
spot
iklan. Penulis dalam
merumuskan
solusinya melakukan analisa
mendalam dari
berbagai sudut pandang dan mengevaluasi departemen-departemen di Metro TV yang
berhubungan dengan
sumber
permasalahan.
Selain
itu penulis juga
melakukan
In-
depth
Interview ke
sejumlah
personal
yang
dianggap
memiliki
kapabilitas
untuk
memberi masukan berharga. Untuk mengulas tentang analisa-analisa apa saja yang
dihasilkan penulis dapat disimak di pembahasan dibawah.
5.1
In-depth Interview
Pada In-depth Interview ini, penulis membedakan nara sumber terbagi
menjadi 3,
yakni pihak Metro TV, Para Pengamat, dan Pihak
Media.
Dalam
hal
ini, pembedaan bertujuan
untuk melihat sudut padang permasalahan dan
  
85
analisa solusi
dari
berbagai
sudut.
Berikut
hasil
In-depth
Interview
dengan
nara sumber dengan Metro TV (disimpulkan):
Bapak Wisnu Hadi (Presiden Direktur)
Bapak  Wisnu  Hadi  (WH)  menyatakan  bahwa  positioning  sebagai
News TV merupakan pilihan yang sesuai dengan visi dari pemilik perusahaan
serta merupakan pilihan yang tepat meskipun sebagai konsekuensinya
pendapatan dan size dari Metro TV tidak akan mungkin sebesar TV lain yang
positioningnya adalah sebagai TV general, yang penting hal ini sudah disadari
oleh
seluruh
pihak
internal
termasuk
pemilik
perusahaan.
Metro
TV
tidak
akan 
merubah 
segmenting,
targeting  serta
positioning  yang  sudah
dicanangkan  dan  akan  fokus  dalam  menayangkan  berita  serta  turunannya
(yang  dimaksudkan  adalah  program
berita  yang  disajikan  tidak  berbentuk
hard news tapi lebih bervariatif, misalnya dalam bentuk talk-show penulis)
Berbicara mengenai rating yang rendah, hal ini sudah disadari
sepenuhnya sebab pada dasarnya mayoritas masyarakat Indonesia berada pada
SES
D
dan
E
serta
memiliki
latar
pendidikan yang
tidak tinggi
sehingga
mereka 
lebih  membutuhkan 
hiburan  dalam 
menonton  TV  dibandingkan
dengan berita, akan tetapi hal ini tidaklah menjadi kendala karena pada
akhirnya Metro
TV sebagai
TV
yang berbeda dengan TV lain akan
menjadi
TV
alternatif dan
memiliki
pemirsa
yang
setia,
sehingga
dapat
terus
berkembang, yang penting Metro TV harus sehat secara finansial serta
karyawannya
harus
sejahtera.
Hal
lain
sehubungan
dengan rating ini juga
dijelaskan bapak
WH
bahwa
di
Indonesia
terdapat
gejala-gejala
yang tidak
  
86
umum,
seperti
misalnya acara
Oprah
Winfrey
Show
kurang
baik
performancenya
saat
ditayangkan
pada prime
time,
akan
tetapi
sejak
ditayangkan pada jam yang lain ternyata performancenya terus membaik dan
stabil hingga saat ini.
Untuk mendapatkan pemirsa serta pengiklan yang setia, maka Metro
TV
harus
selalu
mampu
untuk
menciptakan program yang bervariasi,
serta
harus dapat menekan ongkos produksi agar tercapai tingkat
margin tertentu,
menekan ongkos produksi ini tidaklah dalam arti mengorbankan kualitas. Jika
memang   dirasakan   bahwa   jika   diproduksi   secara   internal   tidak   dapat
mencapai
hal ini, alternatif outsource dapat dijalankan. Saat ini, terdapat dua
program
yang produksinya di-outsource pada pihak luar dan secara kualitas
dapat
dipertanggungjawabkan
dan performance-nya
baik
karena
dapat
menghasilkan
revenue
yang cukup besar,
yang
penting dari
hal
ini
adalah
harus  terdapat  perencanaan  yang  matang  dalam  membuat  program  serta
proses pemasarannya.
Yang
terpenting dari
suatu
industri
TV adalah
fakta bahwa airtime
tidak dapat disimpan, sekali lewat maka tidak akan kembali, sehingga strategi
yang
dijalankan
adalah
pemanfaatan airtime secara
optimal
dan
saat
ini
memang diakui
bahwa
Metro
TV belum sepenuhnya
memanfaatkan airtime
tersebut
secara
optimal,
masih
terdapat
banyak
sekali
program acara
yang
secara performance (jumlah penonton dan jumlah pengiklan) masih buruk
sehingga sebenarnya peluang untuk berkembang masih sangat luas meskipun
membutuhkan waktu.
  
87
Ketika ditanyakan mengenai pendapat bahwa promosi di Metro TV
masih sangat minim, hal ini diakui oleh beliau serta dijelaskan bahwa hal ini
terjadi karena persepsi
yang telah
terbentuk di
internal perusahaan
mengenai
promosi dan saat ini sedang dalam proses edukasi mengenai pentingnya
promosi.
Jadi
kesimpulan
mengenai
strategi ke
depan
Metro
TV,
bapak WH
menyatakan bahwa Metro
TV
akan
fokus
pada
optimalisasi airtime dengan
menghasilkan variasi program berita dan turunannya pada suatu tingkat biaya
produksi yang efisien, sehingga akan tercapai suatu tingkat keseimbangan
antara idealisme dari pemilik perusahaan dan tingkat kesehatan perusahaan,
Jadi Metro TV
meskipun tidak sebesar TV lain tetapi memiliki brand image
yang baik dan sehat secara finansial.
Bapak Agus Masrianto (Manajer Pengembangan Usaha)
Bapak 
Agus 
Masrianto  (AM) 
memang 
membenarkan 
apa 
yang
menjadi analisa dari penulis yakni STP Metro TV bergerak menyempit diatas
25  tahun,  bahkan  dirasakan  hingga  35  tahun  ke  atas  dimana  hal  yang
mendasari
adalah
kata News
dirasa
seolah-olah
pemirsanya
adalah
“tua”.
Selain itu menurut AM, Metro TV sangat identik juga dengan konotasi laki-
laki,
penyebabnya
adalah
pemirsanya
Metro
TV kebanyakan
bapak-bapak
dibandingkan dengan ibu-ibu, akan tetapi hal ini tidak terlalu mempengaruhi
tim penjualan untuk mendapatkan iklan yang identik dengan perempuan atau
  
88
ibu-ibu  karena  terdapat  kemungkinan  bahwa  meskipun  bapak-bapak  yang
menonton kadang kala si pemirsa ibu-ibu ikut nimbrung menonton.
Mengenai target pemirsa Metro TV, AM tidak memungkiri mengenai
kemungkinan-kemungkinan pemirsa Metro TV juga merupakan pemirsa
televisi lain. Hal ini menurut AM dikarenakan pengaruh kekuatan dari remote
control
dari
televisi
yakni
kemungkinan yang
paling
besar
adalah
adanya
perpindahan channel sewaktu iklan. Sehingga hal ini menyebabkan skala dari
pemirsa Metro TV
tetap
lebih kecil dibanding dengan televisi lainnya meski
Metro TV sangat segmented. Imbas dari hal ini sangatlah besar dimana Metro
TV kembali dipertemukan dengan masalah rating yakni berujung pada harga
spot iklan yag dirasa kurang rasional dengan ukuran rating yang tidak tinggi.
Kecuali untuk special case yang menurut AM program tayang dan image dari
Metro TV dirasa mampu mewakili dari brand image, memungkinkan Metro
TV untuk menjual dengan harga yang ditawarkan. Jadi secara tidak langsung
dalam hal ini sebenarnya Metro TV sudah berupaya untuk mengedukasi para
pengiklan, tetapi yang disayangkan
adalah
kekuatan
dari
permintaan
yang
mengarahkan ke pasar persaingan sempurna yakni segala sesuatu dapat diukur
dan dipertanggung jawabkan. Hal inilah
yang
membuat
Metro
TV
sulit
bersaing dengan televisi lain dari segi pendapatan.
AM merasa diperlukan adanya masukan dari luar mengenai segala
sesuatu yang berhubungan dengan Metro TV, terutama untuk bagian pembuat
program yang dirasakan terlalu bercermin pada diri sendiri dan tidak melihat
keinginan  pasar.  Dengan  semakin 
mencoba 
mengeksploitasi  diri 
secara
  
89
introvert menurutnya banyak hal yang terlewatkan karena disibukkan dengan
batasan-batasan
yang
sebenarnya
mungkin masih dapat ditoleransi, tetapi
dianggap hal yang tidak sesuai sehingga mempengaruhi program yang tayang
baik dari variasi maupun isinya.
Sehubungan dengan image Metro TV yang baik, menurut AM banyak
dijadikan
sebagai tempat
untuk
berpromosi
untuk image
corporate, dimana
perusahaan-perusahaan tersebut ingin
membentuk
persepsi
mengenai
perusahaan yang peduli akan lingkungan dan masyarakat sekitar.
Memanfaatkan Metro TV yang segmented juga, perusahaan-perusahaan
tersebut
melakukan
blocking time untuk
memasarkan
produk-produknya
seperti 
trend 
perusahaan 
property.
Perusahaan 
property 
merasa 
bahwa
beriklan di Metro TV sangatlah efektif dikarenakan meski dihitung dari CPRP
nya terhitung mahal akan tetapi tepat pada sasaran.
Terakhir dari AM, beliau pada intinya ingin Metro TV untuk lebih
fokus dalam menghadapi persaingan. Small but beautiful dirasa sangat sesuai
dengan  keadaan  ke  depan  yakni  meski  dari  perolehan  pendapatan  tidak
sebesar televisi yang lain, akan tetapi Metro TV dapat bertahan
dan dalam
menawarkan spot iklannya memiliki bargainning power lebih.
  
90
Berikut hasil In-depth Interview dengan nara sumber dengan Para Pengamat:
1.   Bagaimanakah
pendapat
Bapak/Ibu
mengenai
kondisi
pertelevisian
di Indonesia khususnya menyangkut masalah rating?
a) 
Mengapa  sukses  atau  tidaknya  suatu  acara  sangat  tergantung
rating?
Bpk Gunawan Alif: “Karena pada saat ini pengiklan berpatokan pada
rating yang dikeluarkan oleh AGB Nielsen.”
Ibu
Chrisma
Albandjar:
“Rating
itu
ukuran,
hanya semacam hasil
akhir saja, gak bisa diapa-apa’in.”
Bpk Jerry Justianto: “Jadi gini,
TV
itu biasanya program oriented.
Ketika Who Wants To Be
A Millionaire itu pindah ANTV, orang yang
biasa nonton itu dia pindah ke ANTV sampai dia gak coocok dengan
Dian Sastro baru dia gak nonton. Ketika Tukul bulan puasa lari ada di
RCTI, fans-nya Tukul nonton Tukul di RCTI acara sahurnya, bukan
nonton
acara
Empat
Mata
Ramadhan Edition yang istilahnya cuman
rekaman di taruh di TV7. Karena orang ikutin program. Jadi orang itu
ter-addicted dengan program.”
b) 
Apa imbas dari rating terhadap stasiun televisi?
Bpk Gunawan Alif: “Ya jelas, pengiklan lebih memilih rating yang
besar sehingga berimbas pada pemasukan perusahaan atas jumlah spot
yang laku terjual.”
  
91
Ibu Chrisma Albandjar: “Rating tidak bisa jadi patokan utama,
banyak hal yang menjadi pertimbangan. Kalau pun Metro TV ga mau
pake
AC
Nielsen
ga papa kan?
kan bisa juga sebagai pembanding.
Karena definitely Metro TV berbeda kok sama TV yg lain.“
Bpk   Jerry 
Justianto: 
“Metro   itu   pusingnya   soal   akuntabilitas
daripada
Nielsen
yang
tidak
berpihak ke dia karena jenis-jenis
personifikasinya dia tidak ter-cover Nielsen.
Kalo
dia
bilang
itu
AB
class terpaksa kita playing at the same field. Saya juga mau ngomong
kita A++, diketawain ama orang, tapi ok lah kita sama-sama mengerti
pada
suatu
titik
walaupun
kita
A+++
personifikasinya
tapi
yang
A
sama B kelasnya si Nielsen tetap dengarin kita juga karena wanna be
terhadap yang kita mau tuju.”
c) 
Apa imbas dari rating terhadap calon pemasang iklan?
Bpk Gunawan
Alif:
“Ya pengiklan
lebih
memilih rating yang besar
sehingga dapat dipertanggung jawabkan
mengenai
pengeluaran
iklannya.”
Ibu
Chrisma
Albandjar:
“Kalo
menurut saya tergantung dari siapa
pengiklannya. Kalo saya jadi pengiklan, saya mau tau 100 juta ini
dibagi ke 10 tv, berapa persen yang sebenarnya yang jadi target saya?
Kalo saya itu consumer goods, mau miskin/kaya
semua
makan
indomie, saya akan ambil yang begini. Tapi kalo saya jualan Mercedes
  
92
S
Class,
ngapain saya taruh di Si Entong? Saya akan pasang dimana
orang yang akan beli Mercedes, ya di groups-nya itu yang nonton.”
Bpk Jerry
Justianto:
“Pengiklan
maunya
beli
rating,
yang
penting
rating tinggi aja, bodoh amat mau kualitas kayak apa.”
2.   Bagaimanakah   pendapat   Bapak/Ibu   mengenai   perusahaan   yang
menyediakan data mengenai rating?
a) 
Bagaimanakah metodologi yang dijalankan selama ini?
Bpk Gunawan
Alif:
“Nielsen di New York melakukan hal yg sama
juga.  Bukan  monopoli,  secara  entry barrier-nya  kan  sangat  berat
karena cost-nya sangat mahal dan pembeli ga mau bayar dua, yang
kalah
udah selesai.
Bahwasannya kritik terhadap kerjanya Nielsen ini
ada, tapi karena
tidak ada pilihan, dia gunakan itu, walaupun
metodenya   tidak   sempurna   (setengah   sempurna)   sudah   dipake.
Sebagai
contoh
di
Amerika
pun
dia
di
kritik, karena
tidak
pernah
memuaskan semua pihak, apalagi kayak akademisi yg sangat canggih,
kalo di sini diwakili oleh si Effendi G., di sana juga ada, tapi karena
mereka ga punya pilihan.”
Ibu Chrisma Albandjar:
“Jadi
kita
sekarang
mempertanyakan
mengenai metodologi-nya Nielsen. Klo ngikutin metode, semua orang
bisa saja menyalahkan Nielsen. Tapi lepas dari Nielsen sendiri, Metro
TV bisa berkembangnya seperti apa?“
  
93
Bpk Jerry Justianto: “Kalo kita melihat number of sampling, Nielsen
itu memakai kelas D itu
lebih banyak daripada kelas A, yang
A
nya
aja hanya 2,75 jt spending power-nya.”
b) 
Apakah hasil yang dicapai selama ini cukup valid?
Bpk Gunawan Alif: “Cukup valid, tapi ya itu tadi, walau tidak valid
permasalahannya tidak ada pembanding dan tidak ada auditor.”
Ibu Chrisma Albandjar:
“Semisal Anda berat nambah 2 kg. Kita
ngomongin soal yang 2 kg. Wah ini jangan-jangan timbangannya, dia
timbangannya bukan buatan Jerman, buatan Bandung sih katanya, jadi
kita   lebih   berat,   bukan   yang   ditanya,   Anda   makanannya   apa?
Kemudian tidurnya jam berapa? Berolah raga ga?
Jadi jangan alat
ukurnya  yang  dijadikan  patokan,  salah.  Alat  ukurnya  hanya
mengukur.”
Bpk  Jerry  Justianto: 
“Kalau  menurut  saya  cukup 
valid,  hanya
kurang sesuai karena melayani mayoritas.”
c) 
Siapakah  Auditor 
yang 
paling 
kredibel 
untuk 
menilai  hasil
kinerja perusahaan tersebut?
Bpk Gunawan Alif:
“ga pernah di-audit itu, harusnya perlu. Kalo
diserahin
ke
LSI
juga
boleh-boleh
aja, credible,
tapi
siapa
yg
mau
bayar? LSI juga dibayari sama orang Amerika, makanya susah, kita ga
punya pilihan.”
  
94
Ibu Chrisma Albandjar:
“Mestinya ada tuh yang audit, tapi ya
memang cost-nya gede banget.”
Bpk Jerry Justianto: “Kalo saya sih nunjuk
UI,
karena
mahasiswa
idealismenya masih lebih tinggi.”
3.   Bagaimanakah 
pendapat  Bapak/Ibu 
terhadap 
program  tayangan
yang berisi berita?
a) 
Bagaimana prospek kedepannya?
Bpk
Gunawan
Alif:
“Saya
lihat
saat
ini
masyarakat
kita
ga
terlalu
haus berita. Habit murid-murid di kelas
yang jarang
nonton
TV, baca
majalah,
surat
kabar,
padahal
itu anak
muda.
Kecuali
ada
kejadian
besar,
seperti
WTC
ditabrak
pesawat.
Orang-orang
yang
seumuran
saya ke atas lebih haus berita karena jaman dulu kita sulit dapat berita.
Jaman kalian lebih gampang, sudah ada Internet. Generasi muda
sekarang orang-orang yang instan, itu yg mendorong Kompas berubah
menjadi lebih pendek, karena ia menyadari generasi muda berikutnya
itu udah beda, ia tidak mau baca berita-berita yang panjang. Sementara
buat generasi saya itu kehilangan..gapnya..tapi dia tidak punya pilihan,
dia harus ambil keputusan karena untuk pembaca seperti saya lama-
lama akan hilang, yang berikutnya kan yang penting. Saya rasa
memang ada masalah di situ.“
Ibu Chrisma Albandjar: “Semua orang pasti butuh news.”
  
95
Bpk Jerry Justianto: “Kalo
untuk berita
sendiri
itu
gak
akan
mati
karena orang pasti membutuhkan berita. Cuman tergantung dari target
market-nya. Kalo orang yang target
marketnya bawah, yang kelas
B
itu, dia mungkin suka sama acara buser.”
b)  Seberapa
besar peminatan
pemirsa
terhadap program
tayangan
berita?
Bpk
Gunawan
Alif:
“Kalo
saya
lagi
butuh
berita
atau
ada
kasus-
kasus  unik  saya  nyari  Metro  TV.  Saya  juga  nyari  program  BBM
(Newsdotcom
penulis)  yang  saya  suka,  saya  pasti  ke  situ.  Saya
pactically
ga
pernah…jarang
nonton
Tukul..ga
cocok..apalagi
sinetron. Anak-anak saya larang nonton sinetron..tidak mendidik gitu.
Ibu
Chrisma Albandjar:
News
itu proximity, kedekatan. Kalo ada
maling di Depok dan Anda tinggal di Depok, Anda pasti ingin tau di
mananya tuh?
Itu
namanya
proximity, kalo
Anda
tinggal
di
tempat
lain, peduli amat ada maling di sana, jadi gak perlu tau.”
Bpk Jerry Justianto: News
itu kan beda-beda kategorinya. Kalo di
Amerika itu ada 4-5 macam news. News and Talk, yang kayak ELsinta
tapi
dia
hanya
jadi news saja.
News
&
Talk itu
news
berkala,
lebih
banyak talk radionya.
Jadi dibahas
dengan orang-orang
yang
hebat-
hebat  kayak  si  Sally  Jess  Rafiel,  Raslimbo,  Larry  King,  itu  kan
penyiar-penyiar yang hebat. Kalo News radio di Amerika bener-bener
News saja. Ada lagi News & Sport isinya hanya sport. Ada lagi yang
  
96
Business
Radio,
isinya
bisnis, stock
market
dan
segalanya.
Penyampaiannya ada 2
cara. Secara hard
yang
lebih ke
monolog, ini
berita, gue sampaikan, you
terima.
Kalo soft
itu dibuat menjadi gak
langsung,
bisa
lewat
dialog,
bisa
juga
lewat entertaining, bisa
juga
lewat interactivity. Jadi soft itu orang dibuat lebih membuat their own
conclusion juga. Itu gaya penyampaian, lebih personality.”
c) 
Program
tayangan
berita
apakah
yang
paling
digemari
sampai
dengan saat ini?
Bpk Gunawan Alif: “Newsdotcom, Kick Andy, Oprah juga.”
Ibu Chrisma Albandjar:
“National Geography, Breaking News,
Headline News, Eagle Award, dsb.”
Bpk Jerry Justianto: “Headline News, Newsdotcom, Kick Andy.”
4.   Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibu terhadap Metro TV?
a) 
Apakah
pemirsa
dan
calon
pemasang
iklan
mengerti
mengenai
Metro TV?
Bpk
Gunawan
Alif: “Mengerti betul itu siapa Metro TV. Saya
menonton
Metro
TV di
cable tapi
anak
saya
atau
pembantu
saya
kadang-kadang nonton sinetron di telesterial.”
Ibu
Chrisma
Albandjar:
“Kalo
model news-nya
Metro
TV
masih
Jakarta   minded,   semua   tentang   Jakarta.   There’s  no  future  for
  
97
news...karena
orang  Papua 
gak 
mau 
tau 
tentang 
Jakarta, 
orang
Kalimantan ngapain tau tentang Jakarta.”
Bpk Jerry Justianto: “Saya rasa sudah aware, cuman memang yang
bukan kelasnya ya ga bakalan nonton.”
b) 
Apakah program tayangan Metro TV saat ini sudah dirasa tepat?
Jika belum menurut Bapak/Ibu perlu ditambahkan seperti apa?
Bpk Gunawan Alif: “Sudah tepat tapi belum bervariasi.”
Ibu Chrisma Albandjar: “Kalo menurut saya Metro TV programnya
bagus, orang-nya yang ga bisa jualan menurut saya, programnya bagus
for that segment yah…untuk segmen yg diinginkan programnya bagus
luar biasa menurut saya. Itu sama dengan ElShinta kalo di radio, tapi
dia apa yg ada dikasih, kalo Metro TV masih punya analisa, Metro TV
punya documentary yang luar biasa, dia punya Eagle Award yang luar
biasa menurut saya. Tapi Anda liat dari siaran geografik yg khusus
documentary,
discovery
channel
yg
khusus
documentary, tetap
aja
orang lebih banyak nonton AXN yang ada Amazing Race Asia, yah
mereka lebih suka nonton
itu karena memang itu untuk hiburan.
Kadang-kadang
saya
beli
vcd discovery
channel
di
disc
tara
untuk
pengetahuan gitu. Tapi itu tadi ada yg namanya teori gratification.
Bpk
Jerry
Justianto: “Metro
TV
keliatan
sangat
bias.
Kesulitan
daripada 
lembaga  berita  adalah 
ketika 
yang  punya 
itu  kelewat
dominan. Tapi kalo secara style itu seperti apa, saya rasa sudah masuk
  
98
on the right track. Kalo dia main di news dia harus netral. ANTV itu
cukup netral. News-nya mengenai Lapindo itu berani mereka taruh.”
c) 
Bagaimanakah 
Metro 
TV 
harus 
bertindak 
untuk 
mengatasi
rating yang dijadikan patokan?
Bpk
Gunawan
Alif: “Agak
susah,
Metro
TV
harus
pandai-pandai
memainkan di harga dan di program. Contoh kayak Cakram, kita ga
akan
pernah
ngasih
barter
atau
apapun
dengan
media.
Karena
kita
sadar tugas Cakram adalah membawa media ke pengiklan.”
Ibu  Chrisma  Albandjar: 
“Cuman  maksud  saya  dari  mana
meyakinkan client bahwa TV saya ini bisa memberikan yg seperti kita
inginkan. Dan dulu strateginya adalah mereka premium price, for
premium viewers. Center-nya sales, kedua programming-nya, itu kan
yang pertama kali punya otak kan pertama kali, gini the heart of a TV
station or the heart of Electronic Media adalah programming.
Bread
and butternya di situ. Doesn’t matter tentang yang lain.”
Bpk Jerry Justianto: “Kita harus proved it. Satu adalah dengan off-
air
activation. Jadi Metro TV mengundang orang datang, undang
advertiser-advertiser,
dia
melihat
siapa
aja
yang
datang.
Jadi
image
dan ada buktinya dan off-air. Ini kita laporin di website, di newsletter.
Jadi Metro
TV
yang
ngadain,
yg datang si dia, dia.
Kalo
program
arisan
yg
datang
begini,
bening-bening.
Create community.
Jadi
ada
off-air activition-nya.”
  
99
Berikut hasil In-depth Interview dengan nara sumber dengan Pihak Media:
1. Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibu mengenai kondisi pertelevisian di
Indonesia khususnya menyangkut masalah rating?
a)  
Mengapa sukses atau tidaknya suatu acara sangat tergantung rating?
Agus Riyanto: “Saat ini orang/pemasang iklan masih menganggap bahwa
rating
adalah
satu-satunya acuan
bagi keberhasilan suatu program acara
televisi. 
Tinggi
rendahnya rating mengindikasikan bahwa suatu program
dapat/tidak menarik perhatian pemirsa/audience. Padahal seharusnya tidak
mutlak seperti itu, artinya mungkin kita bisa lebih bijak lagi dalam
menentukan
program acara
mana
sebagai
tempat beriklan bagi
produk-
produknya, semisal: untuk target remaja, usia 15-24, ABC, meskipun dari
sisi
rating
program MTV
masih
rendah
namun
secara
kualitatif
sangat
relevan  dengan  target audience  produk  kita,  semestinya  masih  layak
untuk dijadikan tempat promo produk kita apalagi jika dari sisi cost per
rating point-nya (CPRP-nya) rasional.”
Sasmoyo:
“Lembaga
penyurvei
rating cuman
ada
satu
dan
sudah
berlangsung cukup lama, puas tidak puas ya harus kita terima. Tapi yang
jelas rating bukan satu-satu-nya jalan atau barometer masih banyak aspek-
aspek lain yang perlu diperhatikan, seperti: environment program, contain
program,
dsb
(sesuatu
yg
menyangkut
program itu
sendiri
harus
kita
pelajari lebih detail). Intinya program tersebut memungkinkan brand bisa
ter-ekspose secara maksimal atau tidak dan tentunya harus secara eksekusi
harus kita sesuaikan dengan positioning product.”
  
100
b)  
Apa imbas dari rating terhadap stasiun televisi?
Agus  Riyanto:  Performance  rating  yang  baik  dari  program-program
acara 
yang  dimiliki  oleh 
station 
tv  akan  mampu 
mendongkrak
performance share station yang bersangkutan, yang pada akhirnya hal ini
tentunya akan memberikan pengaruh positif terhadap pemasang iklan
dalam menentukan    channel  
mana   
yang    akan    dijadikan    tempat
berkampanye bagi produk-produk mereka.”
Sasmoyo:  Rating itu bahasa lain  dari jumlah orang yang nge-lihat,
artinya
kalau
program
banyak
yang
nge-lihat
artinya
program tersebut
disukai
oleh banyak
orang, tapi
kan
belum
tentu
program tersebut
baik
untuk produk saya. Rating hanya sekedar patokan kuatitatif & sama sekali
tidak bicara kualitatif. Pada kenyataannya kan memang begitu, rating yg
tinggi biasanya
menjadi
tren atau sesuatu yang rame di bicarakan orang,
bisa dicek deh pada skala yang lebih kecil.”
c)
Apa imbas dari rating terhadap calon pemasang iklan?
Agus 
Riyanto: 
“Rating 
yang 
baik 
(tinggi-red) 
dengan 
harga 
yang
rasional, akan menghasilkan program dengan
tingkat CPRP
yang rendah.
Hal  ini  berarti  program  ini  efisien  untuk  dipilih  oleh  pemasang  iklan
dalam mempromosikan produk-produknya.”
Sasmoyo: “Imbasnya pasti TV pengen ratingnya tinggi, dan pemasang
iklan   ingin   menjangkau   sebanyak-banyaknya   orang   melalui   rating
  
101
program yg tinggi
untuk produk
yang mass product, murah dsb. Karena
rating
hanya
bicara
area
kuantitatif. Dan kalau si produk perlu bicara
kualititaif,
edukasi,
maksimal exposure
biasa
agak
susah
pada
program
yang ber-rating tinggi.”
2. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai strategi penjualan Metro TV?
a) 
Apakah sudah tepat selama ini?
Agus Riyanto: “Kalau menurut saya belum, mungkin team sales Metro
TV tidak bisa pukul rata untuk jual setiap program yang mereka miliki ke
semua 
brand 
yang 
ada 
di 
dunia 
pertelevisian 
Indonesia, 
mungkin
mestinya lebih selektif sesuai dengan target audience yang mengkonsumsi
program-program di Metro TV.  Untuk produk-produk dengan target yang
mass,
mungkin
lebih
ke
arah
corporate-nya saja, tidak harus ke
produk/brand.”
Sasmoyo:
“Metro TV lebih banyak ke area Qualitative, padahal pada sisi
lain
banyak
Client
masih
butuh
Angka,
Number
atau
Quantitive. Kalau
mau
jualan Qualitative
tentunya
cara-cara
jualannya
harusnya
ada
perbedaan dengan orang lain, tepat dan tidaknya nggak pernah ada ukuran
yang tepat
kecuali tercapainya
target penjualan,
selama
itu
tidak
pernah
terpenuhi yang artinya kurang tepat strategy-nya.”
  
102
b)  Bagaimana dengan benefit (program) yang ditawarkan?
Agus
Riyanto:
“Kalau dari
benefit yang
ditawarkan
seh
pasti
menarik,
karena sejauh
yang saya tahu
untuk secondary station seperti Metro TV,
kalau
tidak memberikan offer
yang
baik
pastinya
sulit
untuk
bersaing
dengan station tv lainnya, kecuali kalau memang programnya benar-benar
spesial dan hanya Metro TV yang punya, misalnya Wawancara Ekslusif
Metro
TV
dengan
Saddam Husein
sebelum prosesi
eksekusi
mati.......(serem khan).”
Sasmoyo:  
“Benefit  
yang  
ditawarkan  
masih  
kurang  
lebih   sama
dengan orang lain, 
sebaiknya siapkan satu property, benefit yang benar-
benar lain dari TV lain berikan.”
c) 
Apakah
Metro
TV sudah
jelas
memberikan
gambaran siapa
target
marketnya?
Agus Riyanto: “Sebenarnya tanpa dijelaskan, pemasang iklan juga sudah
tergambar siapa yang pantas untuk dijadikan target bagi program-program
Metro TV, cuma terkadang pada pelaksanaan di lapangan, begitu ada
tekanan
untuk
dapat billing yang memadai semuanya jadi tidak sesuai
dengan rencana awal.”
Sasmoyo:  Target market-nya kan jelas di AB, dan lebih spesifik di
News.”
  
103
3. Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibu terhadap Metro TV?
a) 
Apakah pemirsa dan calon pemasang iklan mengerti mengenai Metro TV?
Agus Riyanto: “Ya, saat ini Metro TV adalah satu-satunya station tv yang
memfokuskan pada program-program News/Information.”
Sasmoyo:  “Jelas tahu yang jelas Metro TV
is  talking about, News,
Bussiness for AB class.
b) 
Apakah
program tayangan Metro
TV saat
ini sudah
dirasa tepat?
Jika belum menurut Bapak/Ibu perlu ditambahkan seperti apa?
Agus   Riyanto:   “Kalau  yang  namanya  program   News/Information,
rasanya semuanya sama.”
Sasmoyo: “Tepat tidak tepat bisa diukur dari jumlah pemasang iklan,
target sales, dst. Selama itu
tidak ada improvement artinya
memang ada
yg kurang tepat.”
c) 
Bagaimanakah
Metro
TV
harus
bertindak
untuk
mengatasi
rating
yang dijadikan patokan?
Agus  Riyanto:  “Kalau  menurut  saya  mungkin  sebaiknya  pola  jualan
Metro tidak terpaku pada spot ataupun sponsor dengan benefit standard.
Built In mungkin bisa dijadikan alternatif yang bisa dijadikan additional
point dalam sistem penjualan bagi pengiklan, misal ada launching produk
baru
product Camera,
Metro
TV
menjual
segmen
pada acara
launching
tersebut, dengan additional benefit berupa spot.”
  
104
Sasmoyo:   “Harus  dibalik  bagaimana  Metro  TV  mengejar  supaya
ratingnya membaik, rubah positining secara extremenya. Coba
bandingankan 
jumlah 
brand 
untuk 
Mass 
dan 
product 
untuk 
niche
audience lebih
banyak
yang
mana.
Atau
tolong check
ajah Advertising
spending pasti didominasi oleh FMCG.”
4. Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibu mengenai stasiun televisi yang
diidamkan dari sisi pengiklan?
Agus
Riyanto:
Station dengan
performance share
yang
baik,
rasional
dalam
harga     dan     fleksibel     dalam     mengakomodir     kebutuhan
klien/pengiklan.”
Sasmoyo: “Lebih creative, menawarkan lebih banyak option exposure &
unique bagi masing-masing individual brand pada cost yang relevan.”
5.2
Observasi
5.2.1  Pangsa Pasar Metro TV
Target Audience
All Cities
Uni
Samp
(%)
All People
42,018,791
7,723
Sex
Male
Female
21,160,889
3,861
50%
20,857,903
3,862
50%
Age
05-09
10-14
4,276,435
750
10%
4,703,355
842
11%
  
105
Target Audience
All Cities
Uni
Samp
(%)
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60+
4,488,086
830
11%
5,108,871
844
12%
4,853,585
753
12%
3,935,613
626
9%
3,870,340
632
9%
2,686,660
622
6%
2,516,421
576
6%
1,953,923
411
5%
1,398,226
305
3%
2,227,277
532
5%
Education
University
Academy High
School Secondary
Elementry
Elementry Not Fin
Not Formal Edu
1,469,933
403
3%
1,143,264
234
3%
11,792,554
2,090
28%
6,982,907
1,292
17%
9,140,906
1,617
22%
8,216,874
1,468
20%
3,272,354
619
8%
Occupation
Prof. Executive
Entrepreneur 5+
Entrepreneur 1-5
Clerical Staff
Skill/Semi Skill
Labourer
Student
Housewife
Retired
No Answer
703,038
173
178,770
30
4,511,505
914
2,239,252
423
3,022,862
544
7,437,945
1,242
11,528,245
2,088
5,030,943
916
7,354,370
1,390
11,862
3
2%
0%
11%
5%
7%
18%
27%
12%
18%
0%
  
106
Target Audience
All Cities
Uni
Samp
(%)
SES
A1
A2
B
C1
C2
D
E
2,541,058
843
6%
4,073,546
620
10%
6,200,708
1,064
15%
10,483,518
1,718
25%
9,747,535
1,936
23%
5,655,653
1,004
13%
3,316,772
538
8%
Tabel 5.1 Perhitungan Sample dari riset oleh AGB Nielsen di masing-masing kota
besar di Indonesia tahun 2006 (Sumber: AGB Nielsen)
Sedangkan untuk lebih detail mengenai penyebarannya sebagai berikut:
Jakarta (55%) Æ Uni – 23,090,305 ; Samp – 2,366
Bandung (5%) Æ Uni – 1,968,620 ; Samp – 598
Semarang (3%) Æ Uni – 1,145,182 ; Samp – 452
Surabaya (20%) Æ Uni – 8,224,410 ; Samp – 1,359
Yogyakarta (5%) Æ Uni – 2,185,981 ; Samp – 483
Medan (4%) Æ Uni – 1,726,162 ; Samp – 533
Palembang (3%) Æ Uni – 1,467,220 ; Samp – 485
Makassar (2%) Æ Uni – 1,046,328 ; Samp – 543
Denpasar (1%) Æ Uni – 590,298 ; Samp – 472
Banjarmasin (1%) Æ Uni – 547,285 ; Samp – 429
  
107
Apabila dikaitkan dengan market segment Metro TV perhitungannya
sebagai berikut:
Metro TV Æ AB 20+
SES Æ A1 + A2 + B = 12,815,312 (uni)
Age Æ 20+ = 28,550,916 (uni) atau 68% dari total uni (
42,018,791)
Jadi dengan mengasumsikan proporsi yang sama maka total uni yang
menjadi pangsa pasar Metro TV adalah 8,714,412 (68% x 12,815,312) atau
dengan prosentase sebesar 20,7% dari riset yang dilakukan di kota-kota besar
di Indonesia. Dan apabila di interpolasikan dengan skala yang lebih besar lagi
dimana penduduk Indonesia berkisar sejumlah 250 juta jiwa, Metro TV
memiliki pangsa pasar prospektif kurang lebih sebesar 51,848,303 jiwa.
5.2.2  Cuplikan Hasil Wawancara dengan AGB Nielsen
Hellen  Katherina  adalah  Associate Director Marketing & Client
Service
PT.
AGB
Nielsen
Media
Research Indonesia,
salah
satu
bagian
perusahaan AC Nielsen. Bagi saya yaitu sejak kecil dan televisi belum ada di
Indonesia, nama Nielsen sudah sangat
familiar. Semua seputar televisi (TV)
saat itu disebut Nielsen Rating,
yaitu suatu angka
indeks
yang menunjukkan
kepada
marketer
dan
juga khalayak
ramai
mengenai
siaran TV
mana
yang
berkenan di hati publik.
  
108
Menurut Hellen, secara sederhana rating itu adalah presentasi dari
orang yang menonton suatu program terhadap seluruh populasi TV. Informasi
rating
ini
penting
untuk
mengetahui jumlah
penonton
suatu
acara.
Pada
umumnya,
stasiun
TV
memakai
rating untuk
menentukan
strategi-strategi
program mereka. Mereka bisa melihat bukan hanya performa dari programnya
sendiri
dan
stasiun
TV
secara
keseluruhan,
tetapi
juga terhadap
stasiun TV
pesaingnya.
Berikut wawancara dengan Hellen Katherina dengan salah satu tokoh
di stasiun televisi:
Pertanyaan: Secara sederhana, kita bisa mulai dari arti indeks yang dipakai.
Saya dulu punya acara di sebuah stasiun TV yang menurut laporan mingguan
dari Nielsen
memiliki
rating nomor satu untuk suatu periode
minggu dalam
kategori  current events,  terus  ada  angka  3,6  dan  lain-lain.  Tolong  Anda
jelaskan mengenai hal tersebut dan angka-angka terpenting dari laporan itu?
Jawaban: Sebenarnya secara konsep sederhana, rating
itu adalah presentasi
dari orang yang menonton suatu program terhadap seluruh populasi TV. Yang
dimaksud dengan populasi TV di sini adalah semua orang yang berusia lima
tahun ke
atas
yang
mempunyai
akses
terhadap
televisi
di
rumah
tangganya
masing-masing.
Pertanyaan: 
Apakah  populasinya  dilihat  pada  saat  acara 
itu,  sehingga
populasinya bisa berubah seperti antara pukul 11.00 dan 13.00?
  
109
Jawaban: Kalau
populasi
televisi
itu
konstan, jadi
tetap
sama. Kalau
yang
berubah-berubah itu kita mengistilahkannya share bukan rating.
Pertanyaan: Jadi ada rating dan share. Saya baru mengerti hari ini mengenai
perbedaan rating dengan share. Kalau begitu bagaimana keadaan populasi di
Indonesia?
Jawaban: Saat ini kita tidak mengukur Indonesia, tapi coverage kita baru di
10
kota
besar.
Batasannya
juga
urban.
Populasi
TV
di
10
kota
urban
itu
sekitar 42 juta. Jadi tidak sama dengan populasi berdasarkan Badan Pusat
Statistik (BPS) karena bagi kita definisi populasi adalah hanya yang berusia
lima tahun ke atas.
Pertanyaan:
Apakah pengertian populasi TV itu artinya penonton TV bukan
pesawat TV?
Jawaban:  Orang  yang  mempunyai  akses  terhadap  TV  di  rumahnya.  Jadi
kalau ada lima orang yang mempunyai
akses terhadap satu TV maka itu
dihitung lima. Sedangkan kalau ada 50 pesawat TV di toko dan tidak ditonton
maka itu tidak dihitung. Jadi bukan pesawat TV tapi orangnya.
Pertanyaan: Kita
telusuri
ini
sebentar. Misalnya,
populasi ada 42
juta
dan
acara saya memiliki share 3,6 persen, maka berarti yang menonton acara
tersebut 3,6 persen dari 42 juta. Bagaimana cara menghitung populasi yang
konstan?
  
110
Jawaban: Kalau share itu kita hanya menghitung orang yang saat itu sedang
berada di depan TV. Selama 24 jam tidak mungkin semua populasi menonton
TV
bersama-sama.
Dalam penghitungan
rating,
semua
itu
dimasukkan
ke
dalam penghitungan.
Tetapi
untuk
share,
orang
yang
sedang
sekolah
atau
bekerja tidak kita masukkan penghitungan. Jadi hanya dihitung berdasarkan
orang yang saat itu sedang menonton TV.
Pertanyaan: Jadi share itu lebih menunjukkan orang yang secara aktual pada
saat itu sedang menonton. Sedangkan populasi itu satu parameter yang
konstan. Kapan data tersebut di update?
Jawaban: Per tahun.
Pertanyaan: Bagaimana cara mengetahui orang yang menonton suatu acara,
apakah menelepon ke rumah atau ada alatnya?
Jawaban: Kita mempunyai responden yang kita pasangkan alat di rumahnya.
Nama alat itu people meter dan kita mengedukasi mereka cara menggunakan
alat tersebut ketika menonton TV. Jadi saat mereka channel surfing dengan
remote seperti biasa, kita juga meminta mereka untuk menekan tombol reset
di remote control research yang berhubungan dengan alat people meter itu.
Bentuk alat people meter itu hampir mirip dengan remote control TV biasa
yaitu
ada
angka 1, 2, 3
sampai
10.
Angka
satu
itu kita
peruntukkan
untuk
ayah, angka dua untuk ibu, tiga untuk anak yang paling besar, empat untuk
nomor
dua, dan seterusnya.
Semua
anggota
rumah
tangga
yang ada di situ
  
111
bisa terhitung. Jadi kakeknya,
neneknya
yang
memang permanen tinggal di
rumah itu kita hitung juga.
Pertanyaan: Bagaimana cara menentukan rumah untuk dipasangkan people
meter itu?
Jawaban:
Setiap tahun kita melakukan establishment survey. Di situ kita
melakukan
random,
mendata
profil
demografis penonton TV sebuah kota.
Misalnya, bagaimana demografis profil penonton TV di Jakarta dari segi
pembagian usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, dan sebagainya.
Pertanyaan: Apakah itu dilakukan sendiri oleh Nielsen?
Jawaban: Kita melakukan itu setiap setahun sekali. Jadi kita mengetahui data
penonton
TV.
Misalnya,
usia 5-9 tahun
itu ada delapan persen, usia 10-18
tahun ada dua persen, dan seterusnya. Dari data tersebut, kita kemudian
menentukan panel rumah tangga yang akan kita pilih untuk mewakili masing-
masing kelompok demografis yang sudah kita punya.
Pertanyaan:
Apakah
kelompok
demografis
tersebut selain didefinisikan
menurut umur, juga berdasarkan kategori lainnya seperti income, agama, atau
keturunan?
Jawaban: Itu ada. Jadi kita mendata juga seperti income, agama,
suku, dan
sebagainya. Namun kita tidak memasukkan itu sebagai variable control dalam
riset karena hal-hal seperti suku itu terlalu kecil pembagiannya.
  
112
Pertanyaan: Apa faktor yang paling penting untuk riset tersebut?
Jawaban: Ada tiga faktor yang paling penting yaitu umur, jenis kelamin, dan
status 
sosial 
ekonomi. 
Status 
sosial 
ekonomi 
ini 
bukan 
income.
Kita
mengukur  status  ekonomi  berdasarkan  belanja  rutin  rumah  tangga  setiap
bulan. Itu karena orang Indonesia kalau
ditanya
pendapatannya
cenderung
susah. Mereka jauh lebih jujur kalau kita tanya berapa pengeluaran
perbulannya.
Pertanyaan: Berapa lama suatu alat people meter dipasang di suatu rumah?
Jawaban: Maksimal satu
rumah
tangga
itu
bisa
menjadi
panel
kita
selama
dua tahun.
Pertanyaan: Apakah mereka dibayar atau tidak?
Jawaban: Mereka
mengumpulkan poin. Misalnya, dalam satu bulan mereka
mendapatkan lima poin maka itu bisa ditukar dengan hadiah yang tersedia,
biasanya peralatan rumah tangga seperti panci.
Pertanyaan: Apakah ada seleksi berapa lama intensitas seseorang menonton
TV, apakah parameter tersebut ada atau tidak?
  
113
Jawaban: 
Tidak 
ada  dalam 
parameter. 
Namun  biasanya  sebelum 
kita
merekrut
suatu
rumah
tangga
menjadi panel secara permanen, kita akan
melakukan
dua
minggu
periode
uji
coba dulu. Jadi kita melihat kerjasama
mereka,
misalnya, disiplin
mereka dalam memencet
tombol. Kemudian
level
menonton
TV
dari
sang
ayah,
anak,
dan lainnya. Jadi kita kurang lebih
mengetahui,
misalnya,
ayahnya
menonton
TV
per
hari
1,5 jam
dan
ibunya
tiga jam. Ini akan menjadi parameter kontrol kita untuk rumah tangga tersebut
ketika mereka sudah menjadi panel seterusnya. Kalau terjadi hal-hal yang di
luar kebiasaan, misalnya, tiba-tiba di suatu hari kepemirsaan ayah menjadi
empat
jam
berarti
ada something wrong. Jadi kita harus kembali dan
mengkontak rumah tangga tersebut untuk konfirmasi. Apa betul pada hari ini
sang
ayah
menonton
TV
selama
empat jam?
Mengapa
lebih
lama
dari
biasanya?
Pertanyaan:
Apakah alat people meter tersebut dipasang secara on line atau
direkam?
Jawaban:
Saat
ini
kepemirsaan
itu
direkam oleh
people
meter.
Ada
dua
macam metode saat ini yang kita pakai, yaitu metode on line dan off line.
Kalau on line artinya kita menyambungkan alatnya dengan saluran telepon
sehingga setiap malam data kepemirsaan bisa kita tarik dari kantor kita. Saat
ini metode tersebut kita
lakukan untuk di Jakarta. Tetapi
untuk di sembilan
kota lainnya, kita masih menggunakan metode off line. Artinya, setiap minggu
data kepemirsaan itu direkam di sebuah alat berbentuk kaset yang kita sebut
  
114
modul. Di situ terekam dalam bentuk fine records. Setiap
minggu kita ambil
data tersebut ke rumah responden.
Pertanyaan: Ada berapa people meter yang terpasang di Jakarta?
Jawaban:
Satu
rumah
bisa
lebih dari satu alat
people
meter.
Misalnya,
di
rumah tersebut ada
tiga
TV maka ketiga-tiganya
harus kita pasang, kecuali
TV
yang diperuntukkan satpam dan pembantu rumah tangga karena mereka
bukan anggota rumah tangga. Mereka tidak tercatat
di kartu keluarga dan
sebagainya.
Pertanyaan: Ada berapa unit keseluruhan people meter yang terpasang
sekarang?
Jawaban:  Jumlah rumah tangga di greater Jakarta, Bogor, Tangerang,
Depok, Bekasi (Jabodetabek) ada 540 rumah dengan alat people meter di satu
rumah bisa lebih dari satu.
Pertanyaan:
Jadi
ada
kira-kira
540 sampai
1000
alat
people
meter
untuk
suatu daerah
yang kira-kira berpenduduk 14 juta. Apakah
itu secara statistik
sudah diperhitungkan cukup merepresentasikan?
Jawaban: Cukup. Kalau untuk Jakarta kita mempunyai margin of error justru
yang paling kecil dibandingkan kota-kota lain, kalau tidak salah hanya 2
persen.
  
115
Pertanyaan: Bagaimana mengetahui margin of error tadi?
Jawaban: Ini standard, di semua buku statistik ada. Kita menghitung dari
populasi, jumlah sampel, dan sebagainya.
Pertanyaan: Siapa konsumen dari rating tersebut?
Jawaban: Pengguna langsungnya adalah bagian programming dan marketing
di stasiun TV dan juga biro-biro iklan. Rating menjadi trading currency bagi
industri TV karena ini salah satu alat yang dipakai mereka untuk mendapatkan
pendapatan dari iklan. Itu karena sebenarnya yang dijual oleh TV kepada
pemasang iklan bukan program, tetapi berapa jumlah pasang mata yang
melihat  program  tersebut,  berapa  orang  yang  melihat  iklan  tersebut.  Jadi
dalam hal ini,
rating yang
memberikan
informasi berapa jumlah orang
yang
menonton pada jam sekian sampai sekian atau bahkan sampai ke spesifik spot
iklannya. Rating ini bukan cuma
menggambarkan jumlah penonton program
TV
saja
tapi
kita
bisa
pilah
lagi sampai
pada
profil
penontonnya,
seperti
apakah
cocok
dengan
target audience
yang
ingin
dituju
oleh
brand-brand
tertentu.
Pertanyaan: Apakah
yang
menonton
orang
kaya
atau
orang
miskin
bisa
ketahuan?
Jawaban: Bisa.
  
116
Pertanyaan: Jadi bagi yang mau memasang iklan, seperti mobil mewah maka
di
acara
itu sedangkan untuk
obat
gosok
di
acara
lain.
Nah,
tadi
Anda
mengatakan
bagian
programming
TV
dan
marketing.
Sepengetahuan Anda,
apakah  mereka  menganggap  penting  nilai  rating  dari  AGB  Nielsen  ini?
Apakah ada riset untuk Anda sendiri mengenai bagaimana relevansi rating
yang Anda keluarkan dengan keputusan programming TV?
Jawaban:
Kalau dari pengalaman kita selama
berhubungan dengan stasiun
TV,
misalnya
bagian
programming,
mereka
memakai
informasi
rating ini
untuk
menentukan
strategi-strategi
program mereka.
Mereka
bisa
melihat
bukan
hanya
performa
dari
programnya sendiri
dan
stasiun
TV
secara
keseluruhan, tetapi juga terhadap stasiun TV pesaingnya. Kalau kita melihat
pada tayangan-tayangan di Amerika, misalnya, suatu acara yang ratingnya
drop maka bukan hanya acaranya yang diganti tapi produsernya juga diganti.
Jadi
mereka
menganggap
rating
itu
sangat serius. Itu mungkin salah satu
contoh yang amat sangat ekstrim.
Pertanyaan: Apakah
TV
mendasarkan
pilihan
program mereka
pada rating
atau tidak?
Jawaban:
Salah
satunya
iya.
Tapi
tentunya rating ini sendiri mempunyai
batasan-batasan. Jadi angka rating ini seperti tadi sudah saya uraikan karena
teknik   pengukurannya   melalui   alat   people   meter   dan   pengukurannya
dilakukan
secara
kuantitatif,
kita
tidak
bisa
mengasosiasikan
bahwa
orang
  
117
yang
menonton
maka
suka
acara
tersebut
atau
kalau
program itu
ditonton
berarti program itu berkualitas.
Pertanyaan: Maaf, tapi saya tidak mengarah ke kualitas. Tapi ke arah berapa
banyak orang menonton satu program dan berapa banyak orang lihat iklan?
Jawaban: Exactly. Jadi batasannya
memang
hanya secara kuantitatif berapa
orang yang menonton.
Pertanyaan: Apakah itu berarti suatu acara yang ditonton orang banyak
seharusnya dipertahankan oleh suatu stasiun TV?
Jawaban:  Seharusnya.  Dengan  banyak
orang  menonton,  dia  bisa
menunjukkan kepada pemasang iklan bahwa program ini menjual. Jadi kalau
iklan
Anda, misalnya, dipasang di sini dan cocok dengan target brand yang
diinginkan, maka brand-brand tersebut mempunyai kemungkinan lebih tinggi
untuk dilihat juga.
Pertanyaan: Saya menanyakan ini karena saya membaca di koran beberapa
waktu
yang
lalu
ada
seorang
Public
Relations suatu
TV
sewaktu
ditanya
mengapa
show
ini
di-drop padahal
memiliki
rating
nomor
satu,
dia
mengatakan,
"Oh, bagi
stasiun kami, rating itu tidak penting." Apakah Anda
pernah mendengar statement dari statiun TV bahwa rating itu tidak penting?
Apakah semua stasiun itu berlangganan ke rating service Anda?
  
118
Jawaban:
Iya,  hampir  semua  TV  nasional
kecuali
yang
pemerintah.
Jadi
kalau TV nasional swasta berlangganan.
Pertanyaan:
Apakah
Anda
tidak
ada
saingan
pada
saat
ini
sehingga kalau
mau dirating, maka harus pergi ke Anda?
Jawaban: Betul. Tapi, kalau kita bicara tentang kompetisi karena rating ini
menjadi
trading currency
maka
idealnya
di
semua negara di seluruh dunia
hanya ada satu penyelenggara rating.
Pertanyaan: Apakah ada pemilihan variabel atau sertifikasi sampling yang
membedakan Indonesia dengan negara lain seperti Selandia Baru?
Jawaban:
Pemilihan
sertifikasi
sampling
itu
memang
sedikit
berbeda,
dari
satu negara ke negara lain karena
kita memperhitungkan juga komposisi
demografis
dan
juga
bagaimana
masyarakat itu terbagi di negara tersebut.
Jangan jauh-jauh membandingkan dengan
Selandia
Baru
mungkin
dengan
Singapura saja. Misalnya, kalau di
Indonesia ketika memilih random
rumah
tangga
maka kita akan
mencari
RT
atau RW, tapi kalau di Singapura kita
menentukan berdasarkan blok apartemen. Jadi tekniknya agak berbeda.
Pertanyaan: Apakah ada pembobotan untuk suatu kategori katakanlah mana
status sosial ekonomi yang diberi bobot lebih tinggi?
Jawaban: Kalau dari status sosial ekonomi, kita menyesuaikan pembobotan
tersebut
dengan
yang
ada
di
populasi. Jadi
kalau
untuk
populasi Indonesia
  
119
memang berat di menengah ke bawah. Hasil pembobotan kita harus sama
persis dengan yang ada di populasi. Yang berbeda dari suatu negara dengan
negara
lainnya
adalah
hal-hal
atau faktor-faktor
yang
dipakai
untuk
menentukan status sosial ekonomi tersebut. Jadi
kalau di Indonesia, kita
menggunakan pengeluaran rutin bulanan. Sedangkan kalau negara yang lebih
maju  seperti  Hongkong  dan  Singapura 
mungkin  juga  memperhitungkan
tingkat
edukasi
mereka.
Kalau
di
sana income
bisa
dikatakan
sudah
ada
standarnya,
misalnya,
untuk
S1
lulusan
engineering akan
dibayar
sekian
sedangkan kalau manajer atau junior manajer dibayar sekian. Jadi transparan.
Tapi kalau di Indonesia agak susah,
kita
memperhitungkan
berdasarkan
pekerjaan karena ada manajer yang digaji Rp 1,5 juta sebulan, ada manajer
yang gajinya Rp 2 miliar sebulan.
5.3
Analisa Segmenting, Targeting & Positioning (STP)
Pada  awal  terbentuknya,  Metro  TV  menentukan  STP-nya  sebagai
berikut:
•   Segmenting         
: AB 20+
•   Targeting             
: Proffesional Executive dan Entrepreneur
•   Positioning          
: News TV
Kemudian  dengan  sejalan  adanya  penyesuaian  terhadap  perubahan
iklim  kompetisi  dan  dari  hasil  pengamatan  penulis,  terjadi  penyempitan
  
120
terutama  pada  demografi  segmenting
yakni  menjadi  25  ke  atas. 
Untuk
perubahan lebih lengkapnya sebagai berikut:
Segmenting & Targeting
Demografi
: Jenis Kelamin Æ Pria/Wanita
Usia Æ 25 tahun
SES Æ Menengah keatas (AB)
Psikografi
:
Proffesional   
Executive,   
Entrepreneur,   
Birokrat,
Housewife
&
Retired Æ
Money
for
Quality,
Image,
Branded,
Info 
Minded,
Self Confident,
Give Advice,
Have
a  
Bright  
Future,  
Brand  
Loyal,  
Quality
Conscious, Independent, Have Intelligent Perspectif
Personality
: Smart or Aspiring to be Smart, Looking for Additional
Knowledge, Trendsetter in Idea and Appearence,
Able 
to Blance His/Her Time,
A
Social Person – not a
Loner, High Nationalism (Housewife)
  
121
Gambar 5.1 Perbandingan Index (Base) dengan Demografi untuk menunjukkan
pemirsa yang sesuai dengan target Metro TV (sumber: AGB Nielsen yang telah
diolah oleh Metro TV)
Positioning
:
News TV
Dalam hal
ini
Metro
TV
melakukan
eksplorasi
terhadap terminologi dari News yakni Hard News dan
Soft News. Hard News
dapat kita saksikan berupa
program tayangan
bersifat
berita-berita
aktual
yang
dipandu  oleh  penyiar  berita,  sedangkan  Soft  News
lebih
banyak
dieksplorasi
dalam berupa
Talk Show
Interactive.
  
122
Positioning yang berbeda dengan stasiun televisi lainnya ini juga telah
dibuktikan  dari  hasil  riset  yang  dilakukan  oleh  AGB  Nielsen  mengenai
pemirsa setia Metro TV, disajikan sebagai berikut:
Metro Viewer
Others TV Viewer
(10 Channels)
77.6%
Gambar 5.2 Prosentase pemirsa setia Metro TV (sumber AGB Nielsen)
Atribute dari pemirsa setia Metro TV (77.6%) antara lain:
Biaya pengeluaran/belanja yang tinggi
Usia produktif
Tingkat edukasi lebih baik
Memiliki asuransi dan kartu kredit
Memiliki masa depan yang cerah
Loyal/setia terhadap suatu merek
Sangat memperhatikan kualitas
  
123
Percaya diri
Mandiri
Memiliki kecerdasan akan pandangan/perspektif ke depan
Berpikiran modern
5.3.1  Analisa Segmenting & Targeting
Penulis  ingin  mencoba  memaparkan  hasil  penelitian  dan  observasi
yang dilakukan selama ini dengan memperhatikan program-program tayangan
Metro TV dimana sebagai berikut:
¾ 
Dari
segmen
yang
dituju (SES
AB), Metro
TV
cenderung
ditonton
oleh  kalangan 
menengah  ke 
atas, 
hasilnya  dapat  dilihat 
sebagai
berikut:
Gambar 5.3 Pegelompokkan segmen Metro TV dibanding TV lainnya
  
124
Selain
dari
pada
ciri-ciri
menengah ke atas tersebut, dapat juga
disebutkan segmen
menengah ke atas lebih
berani
membayar
untuk
kualitas, memantau berita di
bidangnya, memiliki masa depan yang
cerah, dan
menguasai
teknologi
serta informasi.
Berikut ditampilkan
perbedaan
mendasar
Metro
TV
dibanding
Segmenting
&
Targeting
dari televisi yang lain:
Gambar 5.4 Pola kepribadian pemirsa Metro TV dibanding TV lain
(sumbu x mewakili pola pemikiran dan sumbu y mewakili bahagia)
Dari
hasil
riset
yang dilakukan
didukung
juga
oleh riset
dari
pihak
AGB  Nielsen  mengenai  efektifitas  (share  berbanding  index)  suatu
stasiun televisi terhadap segmen AB, hasilnya sebagai berikut:
  
125
Demografi & Psikografi
Stasiun Lain
46.38%
Metro TV
55.97%
53.62%
44.03%
22.06%
12.82%
22.30%
18.96%
20.22%
20.90%
15.47%
16.48%
Gambar 5.5 Grafik share dan index penonton kelas AB pada paruh
pertama tahun 2007 (sumber: AGB Nielsen yang diolah oleh Metro TV)
¾ 
Berikut analisa perbandingan demografi dan psikografi
antara
Metro
TV
dengan
stasiun
lainnya
(rata2
10
stasiun)
mengenai
segment &
target market masing-masing stasiun, hasilnya sebagai berikut:
(P) – Male
(P) – Female
(P) - 05-14
(P) - 15-24
(P) - 25-34
(P) - 35-44
  
126
11.55%
16.07%
8.40%
14.77%
14.84%
27.19%
13.55%
16.54%
48.67%
41.51%
22.94%
14.75%
3.24%
8.44%
2.76%
4.31%
27.55%
37.81%
17.42%
15.90%
49.03%
33.54%
1.82%
3.57%
11.00%
13.89%
26.48%
28.75%
28.80%
21.71%
14.51%
13.28%
17.39%
18.80%
(P) - 45-54
(P) - 55+
(P) – A
(P) – B
(P) – C
(P) – DE
(P) – University
(P) - Academy/Diploma
(P) - High School
(P) – Secondary
(P) - Elementary & Below
(P) - Prof Exec
(P) – Entrep
(P) - Blue Colar
(P) – Student
(P) – Housewife
(P) – Retired
Tabel 5.2 Perbedaan prosentase Demografi & Psikografi pemirsa Metro
TV dengan TV lainnya dari riset yang dilakukan AGB Nielsen
Dari 
hasil  riset 
ini 
dapat 
penulis 
analisa 
bahwa 
pemirsa  yang
menonton Metro TV adalah dominan pria, dewasa, memiliki kekuatan
secara  finansial  diatas  rata-rata,  memiliki  tingkat  pendidikan  yang
  
127
lebih
baik, memiliki/bekerja
sebagai
pengambil
keputusan
di
bidang/industri masing-masing.
¾ 
Berikut 
hasil  riset  (secondary - internet)  tentang 
stasiun  pilihan
pemirsa:
Gambar 5.6 Saluran Televisi Pilihan Pemirsa (sumber: www.pintunet.com)
Dari hasil riset ini dapat kita amati bahwa pengakses internet sampai
dengan riset ini dikeluarkan masih didominasi oleh orang-orang yang
mengerti betul mengenai teknologi dan haus akan informasi. Pada
umumnya  mereka  yang  mampu  mengakses  internet  adalah  orang-
orang yang secara pemikiran terbuka dan secara memiliki kekuatan
secara
finansial,
dalam hal
ini
penulis
berasumsi
bahwa
pengakses
internet sebagian besar adalah pemirsa Metro TV (berdasarkan pilihan
terbanyak – Metro TV Æ 104).
  
128
¾ 
Berikut
hasil
riset
(secondary
internet)
tentang
program
tayangan
berita yang paling digemari oleh pemirsa:
Gambar 5.7 Acara Berita di Televisi Pilihan Pemirsa (sumber: www.pintunet.com)
Dari
hasil
riset
ini,
penulis melihat
bahwa
Liputan
6
dan
Buser
mendominasi  perolehan  dimana  dalam  hal  ini  dapat  disimpulkan
bahwa Metro TV sebagai stasiun berita
memang
menyasar
pada
segmen upper
class
market sehingga yang terjadi adalah sedikitnya
jumlah pemirsa yang menonton Metro TV. Hal ini ber-impact pada
awareness
terhadap
program tayang
menjadi
berkurang
dimana
seringkali sewaktu penulis menanyakan ke pemirsa mengenai Metro
TV, jawaban yang sering terlontar adalah mereka mengerti atau aware
terhadap stasiun Metro TV akan tetapi apabila ditanya mengenai
program tayangnya kebanyakan kurang aware.
  
129
¾ 
Berikut
hasil
riset
(secondary
internet)
tentang
program
tayangan
talk show yang paling digemari oleh pemirsa:
Gambar 5.8 Acara Talkshow di Televisi Pilihan Pemirsa (sumber:
Dari hasil riset ini, penulis melihat bahwa Trans TV dengan program
acara Empat Mata–nya mampu menyedot perhatian publik. Yang ingin
penulis
kemukakan
dalam
hal
ini
adalah Metro
TV
berprospek
cerah
ke
depan
didalam penyiaran
program acara
talk
show
(soft
news)
dikarenakan 
Metro 
TV 
memiliki 
beberapa 
program 
acara 
yang
diminati setelah Empat Mata dan berada pada urutan pilihan teratas.
¾
Berikut
ditampilkan
11
program yang
menjadi
unggulan
serta
11
program talk show di Metro TV yang diharapkan untuk dapat menjadi
program-program yang
akan
menghasilkan
pemirsa
yang
setia
serta
dapat
memberikan
kontribusi
penjualan
spot
iklan
yang
signifikan.
  
130
Kriteria untuk menjadi unggulan adalah
selain
memang
menjadi
perwajahan dalam positioning Metro
TV
sebagai News TV
(program
berita  –  Metro  Pagi,  Headline  News),  juga  dipilih  program  yang
selama ini menghasilkan performance yang baik dan konsisten. Secara
umum 11
program unggulan
memperlihatkan
bahwa
target
pemirsa
Metro TV  
adalah golongan AB 25+
Æ
berpendidikan, baik pria
maupun  
wanita   (juga  
ibu-ibu   rumah  
tangga)  
serta  
memiliki
kemampuan untuk memutuskan.
Gambar 5.9 Pemetaan Performance 11 Program Talkshow di Metro TV
(sumber: Metro TV)
  
131
Gambar 5.10 Pemetaan Performance 11 Program Unggulan di Metro TV
(sumber: Metro TV)
¾ 
Berikut  bagan  segmentasi  psikografi 
yang  penulis  dapatkan  dari
sebuah
biro
periklanan
mengenai upper
class
segmentation
dimana
segmen pasar ini merupakan segmen khusus (A+) dan selama ini
sepertinya kurang sekali adanya riset (termasuk yang dilakukan oleh
AGB Nielsen) yang membahas atau mempelajari secara detail.
  
132
Gambar 5.11 Bagan Segmentation Upper Class (Sumber: Biro Iklan)
Dalam hal
ini
penulis
ingin
memperlihatkan
ciri-ciri
dari
pada
karakteristik pemirsa yang menjadi cakupan dari Metro TV dimana
cukup  mewakili  dilihat  dari  sudut  pola  perilaku  (life style).  Pada
  
133
ujungnya,
riset
seperti
ini
seharusnya
sangat
diperlukan
oleh
Metro
TV untuk lebih mengenali siapa pemirsanya sehingga Metro TV dapat
membuat
program tayang
yang
sesuai dengan
pemirsanya
baik dari
selera
maupun
momennya. Dengan
kata lain
dapat
dikatakan
bahwa
sesuai dengan pepatah yakni kenali
dan pelajarilah terlebih dahulu
medan pertempuran sebelum maju berperang.
¾ 
Berikut 
Index 
dari 
staisiun 
televisi 
dikaitkan 
dengan 
demografi
dimana
dalam hal
ini
kaitannya
adalah
perihal
peminatan
terhadap
stasiun televisi dengan segmen dan target pemirsanya.
Target Audience
METRO
RCTI
SCTV   TPI   ANTV 
IVM  TRANS  GTV  LATV
Sex
Male
116
96
94
93
107
99
95
104    113
Female
84
104
106
107
93
101
105
96
87
Occupation
Prof. Exec. & Entrep'
152
105
105
107
108
104
110
93
99
Clerical Staff
149
95
93
86
101
87
121
83
69
Housewife
102
120
120
129
103
103
128
98
102
Skill/Semi Skill
121
108
105
99
98
99
117
92
103
Labourer
78
85
87
94
98
99
85
79
94
Student
74
94
94
91
92
102
84
124    112
Retired
100
105
105
98
108
96
100
96
92
Target Audience
METRO 
RCTI 
SCTV  
TPI  
ANTV   IVM  
TRANS   GTV 
LATV
SES 
A1
217 
123
102 
72 
108 
84
137 
141
79
A2
185
98 
101 
90 
106 
96
132 
139
97
B
151 
118
109 
82 
107 
92
130 
118
93
C1
99 
104 
104 
101 
108 
99 
109
115
103
C2
77 
91 
96
112
99 
108 
93 
84 
109
D
68 
95 
99 
90 
96 
88 
71 
88 
90
E
47 
105 
96
113
79
112
77 
72 
99
Education 
University
266
100 
102 
72
113
90
140 
125
98
Academy
193 
113
109 
87
113
99
140
109 
74
High School
143 
112
110 
99
114
102
131 
115
95
Secondary School
83 
100 
104 
102 
99 
108 
104 
99 
96
Elementary & Below
66 
93 
93 
102 
91 
97 
77 
90 
106
Tabel 5.3 Hasil Index Perbandingan Target Audience (deomografi &
psikografi) dengan stasiun televisi (Sumber: AGB Nielsen)
  
134
Angka-angka yang di highlight
dengan warna kuning menunjukkan
angka index yang berada diatas
angka 100 yang dimana merupakan
standar dari sebuah tayangan tersebut diminati
oleh
pemirsanya atau
tidak. Disini dapat kita lihat bahwa Metro TV sangat identik sekali
dengan segmen dan target pemirsanya dan ini menunjukkan bahwa
program-program tayang Metro TV cukup
mewakili dari pemirsanya.
Ada hal lain juga yang perlu diperhatikan bahwa sebenarnya program-
program
tayang Metro TV sudah
mulai kembali
lagi ke segmen dan
target awalnya yakni AB 20 tahun ke atas, dan ditonton oleh
Proffesional Executive, Entrepreneur,
Clerical Staff,
Housewife
serta
Skill/Semi Skill dengan latar belakang pendidikan universitas, akademi
dan sekolah menengah atas.
  
135
¾ 
Penulis
juga
mencoba
menganalisa
dari
hasil
FGD
yang
dilakukan
oleh internal Metro TV dimana sebagai berikut:
Gambar 5.12 Komposisi grup diskusi yang diikut sertakan
Gambar 5.13 Kegiatan & Tempat hiburan (nongkrong) target
  
136
Gambar 5.14 Pola menonton tv Housewife & Expatriates dikaitkan
dengan program tayang
Gambar 5.15 Pola menonton tv Mahasiswa dikaitkan dengan
program tayang
  
137
Gambar 5.16 Pola menonton tv Businessman, Female Executive &
Pengguna Bahasa Mandarin dikaitkan dengan program tayang
Disini dapat penulis analisa bahwa segmen dan target Metro TV sudah
melebar
yakni
dari
dari
pemilihan anggota
grup
diskusi,
ternyata
Mahasiswa dan Pengguna Bahasa
Mandarin sebenarnya harus
disebutkan ke dalam segmen dan target sehingga departemen program
bisa
lebih
mengembangkan
program-program yang
lebih bervariasi
untuk segmen dan target tersebut. Disini penulis juga ingin membahas
mengenai Proffesional Executive yang menjadi target dimana terkesan
luas
akan
tetapi
apabila
mampu
di detailkan
lebih
ke
personalnya
seperti  kategori  BusinessmanFemale Executive dan  Expatriates,
  
138
penulis percaya bahwa Metro TV akan dapat
lebih
mengembangkan
program-program tayang yang sangat terkait dengannya.
¾ 
Selain 
hal 
diatas,  penulis  juga 
merangkum 
sejumlah 
komentar-
komentar pemirsa mengenai program tayang Metro TV (Newsdotcom
&
Oprah Winfrey Show) yang terkait dengan segmen dan target yang
dituju, sebagai berikut:
Newsdotcom:
o
”Newsdotcom alias Republik Mimpi memberi pencerahan dan
rasa
salut
bagi
saya,
acara
ini
membela
kaum tertindas,
membela ketidakadilan, dan
membela kaum lemah.
Di
tengah
keringnya tayangan mendidik, Newsdotcom menjadi oase bagi
masyarakat yang kritis bagi bangsanya, dalam perjalanan acara
ini memang sering menuai rasa bosan, tapi dengan inovasi dan
kejelian
team kreatif
acara
maka
acara
ini
dapat
mempertahankan rating yang cukup bagus dan mendatangkan
sponsor 
hampir 
di 
setiap 
acara. 
Audiens 
di 
studio 
yang
berminat datang untuk pengambilan
gambar
dari
mahasiswa-
pun banyak yang antri, ini menunjukkan keberpihakan
Newsdotcom pada
rakyat
meraih
simpati
yang
bagus
dari
masyarakat.
Newsdotcom merupakan
sarana
yang
pas
untuk
komunikasi poltik antara penguasa dan rakyatnya.”
  
139
o
”Masyarakat
semakin
cerdas
dan
paham
tentang
politik
akan
menjadikan negeri ini makin baik , sebab para politikus sudah
tidak  bisa 
lagi 
mentang  - 
mentang.  Sekali 
lagi  acara 
ini
memang luar ..luaar biasa!!!”
o
“Gak jaman lagi kalo kita yang jelas-jelas tidak terima dengan
banyak ketidaktepatan yang ada di Republik ini ternyata hanya
bisa
protes    tanpa    tahu    betul    apa    sebenarnya    pokok
permasalahannya.   
Toh   
masih    saja   
tidak   
lucu   
kalo
permasalahan
di
negeri
sendiri
malah
lebih
diketahui
rakyat
dari Negara lain, iyah kan?”
o
“Bisa jadi, inilah talk show yang serba “cerdas”, baik dari segi
ide 
dan  konsep  acara, 
nara  sumber, 
materi 
pembicaraan
maupun moderatornya. Semuanya benar-benar cerdas!”
Operah Winfrey Show:
o
“Tumben   ada   stasiun   televisi   tanah   air   ada   yang   mau
menayangkan talk
show ini.
Biasanya
kan televisi
kita
lebih
menyukai 
tontonan 
talk 
show  yang
mengandalkan
kontroversial seperti
Jenny Jones (tv7) dan Ricky Lake show
(AnTeve)
yang
amburadul
itu.
Memang
sih
beberapa
waktu
lalu Lativi sempat menayangkan Ananda Lewis show yang
lumayan edukatif dan menghibur itu. Padahal kalau kita
cermati,  acara  yang  mempunyai  misi  mengubah  kehidupan
  
140
manusia dan membuat
penonton melihat diri sendiri dengan
berbeda  dan  mendatangkan  kebahagiaan  dan  kepuasan  ini
selalu menghadirkan tema yang sangat dekat dengan kita. Tak
akan 
anda 
temui 
orang 
berantem 
di 
acara 
ini. 
Memang
OPRAH
WINFREY
SHOW hanya
sekedar talk
show
dengan
jam tayang yang terkadang susah sekali untuk diakses sebagian
kita yang punya aktifitas di pagi hari, tapi kalau memang apa
yang diperbincangkan begitu membawa banyak input positif,
rasanya 
masih  tak 
salah  kan  kalau  pada  akhirnya  Oprah
menjadi master piece dibidangnya ? Hehehe …”
o
”Komentar-komentar   
Oprah   
yang   
cerdas,   
segar    dan
menggelitik  menjadi 
konsumsi 
utama 
Saya 
dalam
menyaksikan
acara
ini.
Karena
itu
Saya tidak pernah
melewatkannya. Bagaimana dengan Anda?”
o
”Acara  ini  dapat  dikatakan  berhasil,  membentuk  pola  pikir
baru 
dalam 
masyarakat  Indonesia. 
Yang 
pasti 
Metro 
TV
melalui
acara
relay ini
berhasil
membentuk
karakter
baru
masyarakat Indonesia khususnya perempuan.”
o
”Saya sendiri seolah-olah merasakan apa yang mereka rasakan.
Dan kadang saya meneteskan air mata haru ketika suatu drama
cinta berakhir dengan cinta. Kalau di Indonesia acara Dorce
Show
hampir
menyerupai acara
ini
namun
Dorce Show
lebih
ke entertainment-nya saja bukan ke infotainment.”
  
141
o
“Metro  TV  memang  sangat  jeli  dengan  berani  mengambil
keputusan membeli hak siar Oprah Winfrey Show, keberanian
ini tidak sia sia karena Oprah Winfrey Show termasuk salah
satu  acara 
reality  show 
import 
yang 
sukses  dan 
banyak
ditonton oleh pemirsa. Namun sayang Oprah Winfrey Show
ditayangkan oleh Metro TV kebanyakan di jam-jam kerja
sehingga kita yang bekerja jadi jarang mengikutinya.”
o
“Oprah  
Winfrey  
Show   disajikan  
dengan  
apik,  
cerdas,
mengharukan, dan juga menghibur. Meskipun topik yang
disajikan merupakan
topik serius
tetapi dengan format dan
konsep acara, juga cara pembawaan Oprah sebagai Host, topik
yang
serius
ini
dapat
disajikan secara lugas, transparan dan
tentunya menghibur. Acara ini mungkin dapat dicontoh (bukan
dijilplak) oleh acara-acara talk show di Indonesia. Semoga!!”
o
“Semua hal
mengenai
kebahagiaan,
kesedihan
dan semua
hal
mengenai berbagi selalu dibagikan oleh kita semua.
Kebanyakan talk show ini memberikan begitu banyak
manfaat
dan bisa memberikan masukan untuk bertindak selanjutnya.”
o
“Topik  pembicaraan  yang  dibawakan  tidak  bisa  dikatakan
tidak bermutu, apalagi jika sudah membahas topik-topik yang
menyangkut dunia anak, pendidikan, juga dunia wanita. Selalu
ada  manfaat 
yang  bisa 
saya  peroleh  seusai 
menontonnya.
Oprah selalu menjadi inspirasi bagi para penontonnya.”
  
142
o
“Banyak
sekali
manfaat
yang bisa
kita
ambil
dari acara
ini.
Dengan mengetahui pengalaman orang lain, kita dapat
mengambil sikap, mengambil respon atas peristiwa yang
mungkin  juga  akan  kita  alami.  Salut  atas  tamu-tamu  yang
berani tampil mengungkapkan penderitaan
atau
trauma
masa
lalunya. Agaknya hal itu yang belum banyak tampil di acara
talk show Indonesia, kecuali Kick Andy.”
o
”Isi dari talk show ini benar-benar berkelas dalam artian isinya
sangat
berbobot.   Dan   dengan   gaya   khas   Oprah   dalam
membawakan acara ini, kita sebagai penonton juga bisa banyak
mendapat   pelajaran   dan   mengambil   hikmah-hikmah   dari
kehidupan seseorang. Masalah-masalah
yang
diangkat
pun
sangat beragam dan unik, bukan
masalah-masalah sepele
yang
biasa kita dapatkan. Setiap kali menonton Oprah ini, seringkali
saya merasa mendapat kejuta-kejutan tersendiri, entah dari
kejutan yang diberikan Oprah, ataupun kejutan dari apa yang
diungkapkan tamu-tamunya.”
5.3.2  Analisa Positioning
Menurut penilitian dan analisa penulis, positioning Metro
TV sebagai
salah satu stasiun televisi berbasis berita adalah sebuah
langkah yang cerdik
membaca situasi. Hal ini didasari oleh kompetisi yang cenderung pemainnya