8
diterjemahkanpun, karya Kawabata Yasunari masih tetap bisa dikenali secara langsung.
Kesederhanaan
tulisannya
adalah
gabungan baik
dari
emosi
yang
dalam
dan
arti
yang
sangat
rumit.
Sementara tekstur
luar biasa
dari
prosanya
adalah
sumber
dari
keindahan
estetika yang unik bagi yang bisa menemukannya.
Berdasarkan
Kawabata Yasunari adalah
penulis Jepang pertama yang mendapatkan Penghargaan Nobel untuk Literatur pada
tahun 1968. Banyak dari buku-buku karya Kawabata menelusuri secara melankolik
tentang penempatan
seks dalam budaya, dan dalam kehidupan
manusia. Karyanya adalah
gabungan dari keindahan Jepang. Kawabata menggabungkan estetika Jepang dengan
psikologi naratif dan erotis.
Menurut pemandangan Richie (1987:1-4) dalam bukunya yang berjudul Geisha,
Gangster, Neighbor, Nun Scenes from Japanese Lives menuliskan pengalamannya ketika
bertemu
dengan
Kawabata
di
Menara
Asakusa
pada
Januari
1947.
Menurutnya
Kawabata Yasunari adalah seorang yang lembut, memiliki profil seperti burung, dengan
matanya seperti Avian
yang cekatan. Kebaikan dan kesabarannya, selapis aura kesedihan
terpancar dari pribadinya. Setelah mengenal karya-karya Kawabata, makin jelas
tergambar
melalui
karya-karyanya
tersebut
bahwa
Kawabata
adalah
seorang
yang
pendiam tetapi berjaga-jaga, tahu persis apa
itu emosi tetapi
tidak
ikut serta di dalamnya.
Ia juga seorang yang cekatan dan tahu segala sesuatunya tentang kesedihan, mengingat
banyak sekali kematian orang-orang terdekatnya dalam waktu
yang
tidak
terlampau jauh,
tetapi ia tidak mendramatisirkan hal itu.
|