6
sepasang
kakek
dan
nenek.
Buah
persik tersebut diambil dan dipotong oleh
mereka dan ternyata dari dalamnya muncul seorang anak laki-laki. Anak itu
dinamai Momotarou, kemudian dirawat dengan penuh kasih sayang oleh
mereka. Setelah dewasa, kota tempat tinggal mereka diserbu oleh sekelompok
monster
raksasa.
Demi
membayar
hutang budi kedua orangtua angkatnya,
Momotarou berjanji
akan
melakukan
sesuatu
yang
berguna
bagi
mereka
dan
orang banyak. Akhirnya Momotarou pun pergi mendatangi pulau tempat
tinggal para
monster
raksasa bersama tiga sahabatnya, yaitu tiga ekor binatang
yang dapat berbicara: seekor monyet; anjing; dan burung.
3.
Tsuruno
Ongaeshi;
secara
singkat
menceritakan
tentang
seorang
pemuda
miskin yang tinggal di gunung. Suatu hari ketika dia hendak pergi membeli
kursi
dari
uang
yang
sudah
lama
dia
kumpulkan.
Dalam perjalannya
menuju
kota, dia
melihat seekor burung bangau yang terluka karena jebakan perangkap
si
pemburu
hutan.
Si
pemuda
merasa kasihan,
akhirnya
dia
melepaskan
perangkap itu dan membebaskan burung bangau. Keesokan harinya tiba-tiba
datang seorang wanita cantik yang bersedia menjadi istrinya meskipun si
pemuda
itu
memiliki apa-apa. Sejak saat
itu kehidupannya berubah, si pemuda
itu kini dapat makan enak dan hidup berkecukupan.
Di dalam tiga dongeng anak Jepang
yang berjudul Urashima Tarou, Momotarou dan
Tsuruno Ongaeshi tersebut, terdapat nilai-nilai budaya bangsa Jepang yang telah
disebutkan
sebelumnya. Namun pembahasan
lebih
lanjut dalam skripsi
ini, hanya
terbatas pada konsep giri dan ninjou.
Berdasarkan Encyclopedia
Wikipedia
(2008)
giri
adalah
nilai-nilai
budaya
Jepang
yang
dalam
bahasa
Inggris
kurang
lebih
diartikan
sebagai
tugas
atau
kewajiban,
atau
|