8
sekitarnya. Baik ninjou maupun giri adalah penting dalam kehidupan masyarakat Jepang,
dan wajib memelihara keharmonisan sepanjang masa.
Dalam Encyclopedia
Wikipedia
(2008)
ninjou
adalah sebuah
emosi
manusia
atau
empati dalam konteks budaya Jepang. Hal tersebut dapat juga diartikan sebagai perasaan
manusia
yang berkaitan dan berseberangan dengan
nilai-nilai giri atau kewajiban
sosial
di dalam budaya Jepang. Secara umum ninjou dapat dikatakan sebagai perasaan manusia
yang
memantul kembali di dalam konflik kewajiban sosial. Karena ninjou adalah sebuah
istilah kebudayaan yang spesifik, maka unsur kepentingan konsep tersebut ditentukan
oleh beberapa sudut pandang yang luas, yang erat terkait dengan persepektif seseorang
atas nihonjinron (teori budaya Jepang) secara keseluruhan.
Dalam Japan As It Is dalam Suyana (1996:27) dijelaskan bahwa
masyarakat
Jepang
lebih
mudah
cenderung
untuk
menghargai
ninjou
melebihi
giri.
Maka
dari
itu
ninjou
lebih kepada suatu hubungan yang tidak pamrih atau tidak mengharapkan balasan dari si
penerima bantuan. Akan tetapi ketika mereka masuk ke dunia kedewasaan, di mana
hubungan
antar
manusia
bergantung
atas
kewajiban rasa timbal balik, mereka belajar
mematuhi
norma-norma
sosial
dan
menjadi
lebih
taat
pada kewajiban-kewajiban
giri.
Karena jika
mereka
melalaikan kewajiban giri,
maka
mereka akan
mengalami kesulitan
dalam bersosialisasi dengan orang lain.
Menurut
Abe
dalam Guide
to
Japanese
Language
(2008) mengungkapkan
bahwa
konflik
antara
giri
dan
ninjou,
disebutkan
sebagai
topik
yang
utama
dalam kisah-kisah
drama Jepang sejak dahulu kala. Dengan demikian,
jika dipandang
dari konsep giri dan
ninjou
pada
tiga
mukashi
banashi
yang
akan
dibahas
dalam skripsi
ini,
gambaran
mengenai
penerapan
nilai-nilai
tersebut
di dalam
kehidupan
nyata
bangsa
Jepang
akan
dapat dipahami lebih mendalam.
|