Home Start Back Next End
  
4
dipisahkan
dari
kehangatan
sang
ibu,
untuk
dilepaskan
ke
dunia
nyata
yang
objektif
yang dimiliki manusia dewasa, yang
membuatnya terlihat egois bagi orang
lain. Menurut
Doi
ketergantungan ini
tanpa
disadari
dibawa
seseorang
hingga
ia
menginjak
usia
dewasa.
Ketergantungan ini
tidak
lagi
hanya
pada
ibu
atau
anggota
keluarga,
tetapi
sasaran cinta
pasif
pun
mulai
beragam. Hal
ini
biasa
terjadi
antara
sahabat sesama
kelamin, antara senior dan junior, antara bos dan anak buah, juga antara
guru dan
murid.
Selama
ini
menurut
Doi
(1992:124),
keberadaan Amae
antara
dua
orang
yang
berjenis
kelamin
sama
selalu
disebut
sebagai homoseksual
dalam arti
kata
sempit
oleh
Freud.
Menurut
Doi
(1992:23), skema
Amae
yang
akan
terjadi
adalah,
bila
orang
mengatakan
bahwa A bersikap amai
terhadap
B,
itu
berarti bahwa
A
membiarkan
B
berlaku amaeru
(manja)
terhadap
A,
yaitu
bersikap
mengandalkan
diri
dan
mengharapkan
sesuatu
dari
tali perhubungan antara kedua orang itu. Hubungan inilah yang disebut dengan Amae.
Dengan
demikian,
Amae
memerlukan persetujuan
kedua
pihak
untuk
terjalin,
walaupun dalam
beberapa
kasus
tidak
demikian
adanya.
Doi
(1992:24) memberikan
beberapa
kata
yang
biasa
kita
gunakan
sehari-hari yang
digunakan sebagai
manifestasi
dari Amae
yang
tidak terwujud dalam kehidupan, yaitu, kigane,
toriiru,
higamu,
uramu
dan sumanai.
Doi
(1992:15)
pun
berpendapat
bahwa
bukan
lagi
keberadaan
Amae
yang
menjadi
sorotan,
karena
jelas
sebenarnya gejala
ini
dirasakan
seluruh
umat
manusia,
tetapi
bagaimana
Jepang,
yang
sepertinya
adalah
satu-satunya bangsa
yang
merasakan
secara
langsung
mentalitas, kepribadian, dan
perilaku Amae.
Sehingga secara
garis besar,
yang
dapat
saya
tangkap
dari
kenyataan-kenyataan
ini
adalah
Amae
adalah
gejala
universal
yang sebenarnya secara tidak langsung dirasakan oleh dunia, benar-benar dirasakan dan
dihidupi oleh
masyarakat
Jepang. Dengan kata
lain, dalam
mengenal Amae,
mau
tidak
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter