4
membuat keputusannya sendiri bahkan
bagi orang yang memiliki kekuasaan.
Tidak
ada kesempatan dimana yang berwewenang dapat menggunakan kekuasaannya.
Gabungan dari kata-kata Houkoku, Renraku, dan Soudan, Horenso adalah nilai inti
dari budaya Jepang. Memberikan saran untuk perbaikan tanpa konsultasi terlebih
dahulu, dapat dianggap sebagai perilaku yang tidak sopan (menyinggung) dalam
budaya Jepang. Semua orang dari bawahan sampai pemimpin, dari mulai awal masuk
kerja sampai pensiun, semua harus mengikuti system penilaian hou-ren-sou
(Miroshnik, 2009, hal.140).
Organisasi Jepang tidak menyukai individu atau pekerja yang banyak tingkah
dan mementingkan diri sendiri. Menurut mereka kesuksesan sebuah organisasi tidak
boleh dianggap sebagai kesuksesan individu, tetapi sebagai hasil kerja sama
kelompok. Bagi bangsa Jepang, perundingan dan pembicaraan akan menghasilkan
keputusan yang baik. Mereka melibatkan orang lain dalam perkara yang hendak
diperbincangkan. Dalam organisasi Jepang, setiap anggota, baik tingkat bawah,
tengah, maupun atas, memiliki peran dan kepentingan yang sama. Hubungan antar
individu tanpa melihat jabatan dan kedudukan membuat hubungan menjadi erat dan
saling melengkapi satu sama lain (Seng, 2007, hal.23).
Berdasarkan budaya kerja Jepang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti
lebih dalam mengenai penerapan sistem horenso di perusahaan Jepang, khususnya di
perusahaan Jepang yang ada di Indonesia, yaitu
PT
Nissan Motor Indonesia.
PT
Nissan Indonesia telah berdiri sejak pada tahun 1986 dan kantor pusat berlokasi di
Jakarta, Indonesia.
PT Nissan Motor Indonesia adalah salah satu perusahaan asing yang bergerak
di bidang perindustrian otomotif. PT Nissan Motor
Indonesia pertama kali secara
|