1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah Boneka besar telah lahir di beberapa negara di dunia sejak masa
silam, diantaranya yang cukup popular yaitu yang berasal dari Negeri Tirai Bambu,
atau China dengan sebutan Barongsai dan Liongsai dan juga Indonesia dengan nama
Barongan. Pada prinsipnya istilah Barongan yang penggunaannya dilakukan oleh
manusia yang memakai topeng besar serta sebagian besar tubuhnya tertutup kain
sesuai fungsinya.Di Indonesia sendiri Barongan
pun dikenal dengan istilah yang
berbeda untuk daerah-daerah tertentu. Di Bali Barongan dikenal dengan sebutan
Barong Landung,Reog Ponorogo
untuk daerah Jawa Tengah dan istilah
Barongan berikutnya yaitu Ondel-ondel yang kemudian popular di Jakarta.
Hingga sampai saat ini, mayoritas penduduk Indonesia masih memiliki ikatan
yang kuat dengan kepercayaan animisme dan dinamisme. Sehingga itu semua
mempengaruhi pola pikir dan juga hasil kebudayaan mereka, salah satunya yaitu
kemunculan Barongan
ini. Dikarenakan paham animismeyaitu kepercayaan terhadap
arwah nenek moyang dan juga dinamisme yaitu kepercayaan akan segala sesuatu
yang besar (lebih besar dari manusia) dianggap sebagai Tuhan oleh mereka. Sama
halnya dengan Barongan, yang awal mula keberadaannya dipercaya dan digunakan
sebagai penolak bala/ sial pada masyarakat Betawi.
Di Jakarta, istilah Baronganpun sedikit bergeser menjadi Ondel-ondel.
Namun untuk masyarakat Betawi pinggiran, nama yang digunakan untuk menyebut
Boneka besar ini tetaplah Barongan. Selain itu Barongan Betawi pinggir
juga masih
erat kaitannya dengan berbagai sesajen yang terdapat dalam proses ukup
atau
ngungkupsebelum digunakan.Namun, ketika memasuki wilayah
Betawi tengah/
area perkotaan, nama yang lebih popular yaitu Ondel-ondel.Barongan merupakan
salah satu
kekayaan kebudayaan Indonesia, terutama bagi suku Betawi. Namun
minimnya pengetahuan masyarakat menjadikan kurangnya rasa perhatian dan
kepedulian terhadap pelestarian Ondel-ondel ini.Sehingga diperlukan pengulasan dan
pembahasan lebih mendalam mengenai Ondel-ondel, dimana banyak nilai kesenian,
|