10
setelah tiga puluh tiga tahun kematiannya akan bersatu dengan arwah leluhur.
Lalu arwah tersebut selanjutnya akan menjaga orang yang hidup, mengunjungi
sanak-saudaranya pada saat liburan tahun
baru,
dan
pada
saat
musim
panas
ketika
Festival
Obon
berlangsung,
arwah tersebut
akan
datang
untuk
menjaga
tanaman
padi.
Dengan
pengecualian,
apabila arwah tersebut meninggal dengan
cara tragis dan sadis, dipercaya ia akan menjadi dewa jahat yang ingin
membalas dendam (onryo atau goryo) yang perlu ditentramkan.
Budha telah merubah pemikiran tradisional ini, dengan memperkenalkan
gagasan
seperti
reinkarnasi
dan
dunia yang
berbeda
dimana
orang
yang
mati
tersebut akan lahir kembali. Pada saat periode Kamakura sedang berlangsung,
kepercayaan
terhadap bermacam-macam neraka dan juga kepercayaan terhadap
surga
menjadi
populer.
Dipercaya
bahwa
pada
hari
ke-49
setelah
kematian,
orang yang mati akan melewati gunung dan menyeberangi sungai (Sanzu no
Kawa) sebelum di adili oleh raja
Enma
atau 10 raja dan diangkat ke dunia
lain
untuk kehidupan selanjutnya.
2.2.3 Konsep Hubungan Shinto Dengan Dunia Lain
Rosidi
(1981:82)
mengatakan
bahwa, Shinto pada dasarnya adalah
kepercayaan
animistik.
Ia
mempertuhan
segala
sesuatu
yang
dianggap
luar
biasa.
Pengertian
animisme
seperti
yang
ditulis
dalam ?????????
(1996:268-269) adalah kepercayaan terhadap adanya kehidupan spiritual di dalam
sebuah
benda,
fenomena
alam,
dan
alam semesta
itu
sendiri
mampu
mempengaruhi
manusia. Dari kedua teori di atas, sudah terlihat dengan jelas bahwa Shinto memang
mempunyai hubungan yang erat dengan dunia lain.
Dalam Shinto ada upacara untuk membersihkan diri dari roh-roh yang jahat.
Upacara tersebut terdiri dari harai
(pengusiran roh jahat), misogi (pembersihan diri) dan
imi
(pantangan). Harai
biasanya dilakukan oleh pendeta, misogi
dilakukan dengan air
atau garam, sedangkan
imi
biasa dilakukan oleh para pendeta sebagai usaha untuk
menghindarkan kekotoran diantaranya dengan cara berpantang. (Rosidi, 1981:83)
|